BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN

advertisement
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Pasien dengan kondisi stroke akan mengalami banyak gangguangangguan yang bersifat fungsional. Kelemahan ekstremitas sesisi, kontrol
tubuh yang buruk serta ketidakstabilan pola berjalan merupakan aspekaspek pada pasien post stroke yang tak terpisahkan.
Latihan jalan pada pasien pasca stroke merupakan suatu hal yang
utama, karena merupakan suatu kemampuan lokomosi yang sangat penting
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Peningkatan kemampuan aktivitas jalan merupakan salah satu
tujuan yang sangat penting dalam rehabilitasi pasien post stroke.
Penanganan stroke yang dilakukan secara umum adalah memperbaiki
kekuatan otot yang lemah dan ROM yang menurun sehingga
memungkinkan pasien untuk dapat melakukan gerak secara volunter.
Sebuah gerakan akan menimbulkan perubahan input sensorik dari
indra dan otot, tendon, sendi serta kulit. Informasi sensoris memiliki peran
penting dalam motor control. Stimulus sensoris akan menghasilkan sebuah
reflexive motor respon. Informasi sensoris juga sangat diperlukan saat
seseorang bergerak dan berinteraksi dengan sebuah object dan melakukan
manuver dalam suatu situasi tertentu. Informasi sensoris juga memberikan
umpan balik pada tubuh untuk sebuah gerakan, bagaimana gerakan itu
dilakukan, dan seberapa baik dilakukan.
48
49
Pada pasien post stroke, umpan balik intrinsik mengalami distorsi
atau bahkan menghilang sehingga efektifitasnya dalam memberikan
umpan balik tentang penampilan motorik menjadi terbatas.
Salah satu manfaat dari Kinesiotaping adalah meningkatkan
perceptual-motor propioception. Propioceptif merupakan salah satu
sensory feedback yang diperlukan dalam informasi motor control sehingga
mempengaruhi motor output dan movement respons.
Pada penelitian ini akan dilakukan aplikasi Kinesiotaping pada sisi
tungkai yang mengalami gangguan dengan tujuan meningkatkan
propioceptif feedback sehingga akan meningkatkan outcome daripada
rehabilitasi pasien post stroke, dalam hal ini adalah kemampuan aktivitas
jalan pasien post stroke.
Rehabilitasi
pasien
post
stroke
juga
dapat
menggunakan
pendekatan menggunakan metode tertentu. Metode yang paling sering
digunakan adalah metode Motor Relearning Programme karena dianggap
paling cepat dalam pemulihan aktivitas fungsional pasien post stroke.
Latihan tersebut dapat memberikan proses pembelajaran aktivitas
fungsional serta menerapkan premis dasar bahwa kapasitas otak mampu
untuk reorganisasi dan beradaptasi kemampuan plastisitas otak dan dengan
latihan yang terarah dapat saja menjadi sembuh dan membaik, selain itu
sebagai relearning kontrol motorik sehingga dapat mengeliminasi gerakan
yang tidak diperlukan dan meningkatkan kemampuan pengaturan postural
dan gerakan.
50
Konsep dari motor learning adalah eliminasi dari aktivitas otot
yang tidak perlu, umpan balik, pelatihan, dan hubungan antara pengaturan
postur dan gerakan. Latihan aktivitas motorik harus dilakukan dalam
bentuk aktivitas fungsional karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya
sekedar mengembalikan suatu pergerakan akan tetapi mengembalikan
fungsi.
3.2 Konsep Penelitian
FAKTOR INTERNAL
Pasien post
stroke
FAKTOR EKSTERNAL
Gravitasi, lingkungan,
fasilitasi, stimulasi
Usia, jenis kelamin, jenis
stroke, onset, sensorik,
motorik, kognisi
POLA JALAN
Motor Relearning
Programme
Aplikasi
Kinesiotaping
Metode
Konvensional
Perbaikan Pola Jalan
Gambar 3.1 Skema Konsep Penelitian
51
3.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat dirumuskan Hipotesis
sebagai berikut:
1. Metode Konvensional meningkatkan pola jalan pasien post stroke di
Klinik Ontoseno Malang.
2. Aplikasi Kinesiotaping meningkatkan pola jalan pasien post stroke di
Klinik Ontoseno Malang.
3. Metode Motor Relearning Programme meningkatkan pola jalan pasien
post stroke di Klinik Ontoseno Malang.
4. Metode Motor Relearning Programme lebih efektif dibandingkan metode
Konvensional dan Kinesiotaping dalam meningkatkan pola jalan pasien
post stroke di Klinik Ontoseno Malang.
Download