BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka, (2001) diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atau dilakukan dan dikerjakan. Selanjutnya, kata belajar diartikan suatu proses perilaku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman atau berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu) dengan menghafal, melatih diri. Prestasi belajar siswa berhubungan dengan kinerja akademik berupa hasil belajar siswa atau hasil usaha, kemampuan dan sikap siswa dalam menyelesaikan kegiatan dalam bidang pendidikan (Sadali, 2002). Menurut pendapat Arikunto (1993) prestasi belajar diartikan sebagai prestasi yang mencerminkan seberapa siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap jenjang studi. Gambaran prestasi siswa dinyatakan dengan angka 0 sampai dengan 10. Prestasi belajar menurut Winkel (1991) bahwa prestasi belajar adalah bukti usaha yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar. Pengertian prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai dalam proses psikis yang berlangsung dalam interaksi belajar. Jadi prestasi belajar TIK adalah suatu hasil yang telah dicapai melalui latihan atau pengalaman untuk memperoleh ilmu atau kepandaian di bidang teknologi informasi dan komunikasi. 6 7 Marimba (Suryabrata, 1994) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha, sedangkan belajar lebih menekankan pada proses kegiatan atau peristiwa belajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil usaha atau kegiatan belajar . Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil kegiatan belajar yang diukur melalui evaluasi/tes, yang dilaksanakan setelah akhir pembelajaran standar kompetensi atau pada akhir semester. Prestasi belajar menurut Sudjana (2002) adalah kompetensi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang menyangkut bidang kognitif, afektif dan bidang psikomotorik sebagai tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan teori prestasi belajar tersebut dapat dipahami bahwa prestasi adalah sesuatu yang dicapai oleh siswa dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang diperoleh siswa pada waktu mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar siswa tersebut terutama yang dinilai dari aspek kognitif dan psikomotoriknya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi dan ketrampilan. Keberhasilan proses pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi juga ditentukan oleh pemahaman tentang perkembangan aspek afektif siswa. Ranah afektif tersebut mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Bloom (Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang terbagi atas lima tataran afektif yang implikasinya dalam siswa SMP lebih kurang sebagai berikut: (1) sadar akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di 8 sekitar; (2) responsif terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka; (3) bisa menilai; (4) sudah mulai bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai yang ada; (5) sudah mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai. 2.2. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Ilmu Pengetahuan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah ilmu yang mengkaji tentang perlatan teknologi informasi dan komunikasi di dalamnya siswa dapat mempelajari perangkat komputer dan pengoperasiannya ( Supriyanto : 2008) Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran pembelajaran adalah : 1. Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya di masa mendatang dengan standar kompetensi. 1.1. Mengidentifikasi berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi. 1.2. Mendeskripsikan sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari masa lalu sampai sekarang. 1.3. Menjelaskan peranan teknologi informasi dan komunikasi di dalam kehidupan sehari-hari. 1.4. Mengidentifikasi berbagai keuntungan dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. (KTSP : 2011) Kajian Teknologi Informasi dan Komunikasi dikembangkan melalui pendekatan utama, yaitu CTL dan model Coopeeratif Learning. 9 Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi senantiasa berkenaan dengan perkembangan teknologi, perangkat TIK khususnya perangkat komputer yang menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari baik dimasyarakat maupun di suatu organisasi atau lembaga. Kemampuan memahami peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan pengoperasian komputer dalam penerapannya merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai bekal dalam kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya peralatan teknologi informasi dan komunikasi merupakan seperangkat alat informasi dan komunikasi, yang wajib dikuasai siswa sebagai bekal ketrampilan untuk menghadapi tuntutan perkembangan jaman dan antisipasi kemajuan jaman. 2.3. Pengertian Prestasi Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau laporan kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran penilaian, hasil dari pengukuran dan penelitian inilah yang lazimnya disebut prestasi belajar. Teknologi adalah ilmu terapan , teknologi informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,manipulasi,dan pengolahan informasi. Sedangkan Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan proses menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima. Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pemrosesan, manipulasi, pengolahan, dan transfer informasi antar media. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar teknologi informasi dan komunikasi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi. 10 2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Menurut Moh Uzer Usman (1993), factor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah: a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), yaitu: 1) Faktor fisiologis, meliputi: kematangan fisik, sakit, kualitas cacat tubuh atau perkembangan tidak sempurna. 2) Faktor psikologis meliputi: kecerdasan, dan bakat, kecakapan nyata yaitu prestasi, sikap, kebiasaan , minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) yaitu: 1) Faktor sosial meliputi: lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.. 2) Faktor budaya meliputi: adat istiadat,ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesenian.. Sudjana (1989) mengemukakan bahwa hasil atau prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: a. Faktor dari dalam diri siswa, yaitu kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, serta faktor fisik dan psikis. b. Faktor dari luar diri siswa, yaitu kualitas pengajaran. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang terdiri atas aktor fisiologis, meliputi: kematangan fisik, sakit, cacat tubuh atau perkembangan tidak sempurna. Faktor psikologis meliputi: kecerdasan, dan bakat, kecakapan nyata yaitu prestasi, sikap, kebiasaan , minat kebutuhan, motivasi, emosi. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok, cuaca, tempat, dan fasilitas. 2.5. Kecerdasan Emosional 2.5.1. Pengertian Kecerdasan Emosional 11 Istilah kecerdasan emosional diperkenalkan oleh Salovey dan Mayer pada tahun 1990 (Uno, 2006) dalam menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang penting untuk mencapai keberhasilan, yaitu: 1) empati, 2) mengungkapkan dan memahami perasaan, 3) mengendalikan amarah, 4) kemampuan kemandirian, 5) kemampuan menyesuaikan diri, 6) kemampuan berdiskusi, 7) kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, 8) ketekunan, 9) kesetia-kawanan dan 10) sikap hormat. Stein & Book (2002) mengutip pandangan Reuven Bar-On yang menyatakan kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Sedangkan Salovey dan Mayer (Goleman, 1997) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Goleman (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri, mengendalikan dorongan hati dan mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir Berdasarkan berbagai pandangan di atas disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemantapan emosi individu yang terdiri atas kemampuan untuk memahami, merasakan serta mengelola kondisi emosi diri dan kemampuan untuk mengerti perasaan orang lain, kemampuan membina hubungan dengan orang lain serta kemampuan untuk mengatasi tuntutan serta tekanan lingkungan. 2.5.2. Unsur-unsur dalam Kecerdasan Emosional Salovey (Uno, 2006) mempertajam emosional menjadi 5 wilayah utama, yaitu: 1) Mengenali emosi diri kemampuan kecerdasan 12 Intinya adalah kesadaran diri, yaitu mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan mengenali diri sendiri merupakan kemampuan dasar dari kecerdasan emosional. Kesadaran diri adalah perhatian terus-menerus terhadap keadaan batin seseorang. Dalam kesadaran refleksi diri ini, pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi; kemampuan ini berfungsi memantau perasaan dari waktu ke waktu dan mencermati perasaan-perasaan yang muncul. Ketidak-mampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi. 2) Mengelola emosi Kemampuan mengelola emosi yaitu menangani perasaan agar perasaan terungkap dengan tepat. Kecakapan ini bergantung pada kesadaran diri pula. Mengelola emosi berhubungan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat yang timbul karena kegagalan keterampilan emosi dasar. Orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini terus menerus bertarung melawan rasa murung, orang yang pintar akan dapat bangkit kembali jauh lebih cepat. Kemampuan mengelola emosi meliputi: kemampuan penguasaan diri dan kemampuan menenangkan diri kembali. 3) Memotivasi diri sendiri Termasuk dalam memotivasi diri merupakan kemampuan menata emosi, yaitu alat untuk mencapai tujuan dalam kaitan memberi perhatian yang sangat penting untuk memotivasi diri, berkreasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam berbagai bidang kegiatan yang dikerjakan. Kemampuan ini didasari kemampuan mengendalikan emosi, yaitu dengan menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini memungkinkan orang menyesuaikan diri dalam tuntutan berkreasi yang berlangsung di tempat kerja sambil mengendalikan dorongan hati, kekuatan berpikir positif dan bersikap optimis. 4) Mengenali emosi orang lain 13 Kemampuan ini disebut dengan istilah empati, yaitu kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, yang merupakan keterampilan dasar dalam bergaul. Kemampuan berempati, yaitu mengetahui perasaan orang lain ikut berperan dalam perjuangan hidup. Orang yang empatik mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain. 5) Membina hubungan dengan orang lain Seni membina hubungan sosial merupakan keterampilan mengelola orang lain, meliputi keterampilan sosial yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar pribadi. Keterampilan sosial adalah unsur untuk menajamkan kemampuan antar pribadi, unsur pembentuk daya tarik, sukses sosial dan karisma pribadi. Individu yang terampil dalam kecerdasan sosial lancar menjalin hubungan dengan orang lain, peka membaca reaksi dan perasaan orang lain, mampu memimpin dan mengorganisasi serta pintar menangani perselisihan dalam pekerjaan. 2.5.3. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas. Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional. Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan 14 menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001). Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses disekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya (Gottman, 2001). Hal ini juga didukung oleh Amalia SW (2004) Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik di sekolah. 2.5.4. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 15 1. Hipotesis alternatif (Ha) : “Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar” 2. Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar”.