UNIVERSITAS INDONESIA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK R DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK KARYA ILMIAH AKHIR NERS WIJI SARASWATI 1006823601 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS DEPOK JULI 2013 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 UNIVERSITAS INDONESIA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK R DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners WIJI SARASWATI 1006823601 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS DEPOK JULI 2013 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 HAI"AMAN PtrR}TYATAAN MI$NALITAS Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber taik f1S dikutip maupun dirujuk telah saya nyat*an dengan benar. Nama Wiji Saraswati, S.Kep. NPM Tanda Tangan Tanggal 9 Juli 2013 Unlvortltas lndonr*la Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 HALAMAN PENGESAHAN Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh: Nama Wiji Saraswati, S.Kep NPM r006823601 Program Studi Profesi Ners Judul Karya Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Balita di R\Y 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok- Telah berhasil dipertahankan di h*dapan Dewan Penguii dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan unfuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program Studi Sarjan* Profesi IImu Keperawatan, Fakultas llmu Keperawatan Universitas Indonesia DEWA}T PENGUJI Pembimbing Ns. Tri Widyastuti H, S.Kep Penguji Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep 1 Penguji 2 Ns. Jajang Rahmat, S.Kep., M-KeP Ditetapkan di Depok Tanggal 09 Juli 2013 llt Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 ?d.[^0 UI += Univensitias lndonesia KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok”. Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners. Penulis mendapatkan banyak dukungan, arahan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP, selaku koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir. 3. Ibu Ns. Tri Widyastuti, S.Kep., selaku pembimbing karya ilmiah saya yang selalu sabar dalam memberikan arahannya selama pembuatan karya ilmiah ini. 4. Ibu Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep., selaku dosen penguji I. 5. Bpk. Ns. Jajang Rahmat., S.Kep., M.Kep., selaku dosen penguji II. 6. Dr. Hendrik Alamsyah, Kepala Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota Depok, yang telah memberikan izin sehingga karya ilmiah ini dapat terlaksana. 7. Sri Rahayu, S.Kep., dan Ponsinah, S.Kep., teman seperjuangan sesama peserta tugas belajar PemProv. DKI Jakarta. 8. Kedua orang tua dan mertuaku tercinta untuk dukungan, doa dan restunya. 9. Suami tercinta, matahariku, Supriyanto, dan sun shines; Caca, Dea, Rafi, dan Arsya, sumber inspirasiku yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis untuk terus maju. iv Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 10. Teman-teman profesi peminatan komunitas, “Pioneer Perkesmas” yang saya cintai yang selalu menguatkan dan saling mendukung selama proses pembelajaran. 11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dalam penulisan Karya Ilmiah selanjutnya. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Depok, Juli 2013 Penulis v Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Wiji Saraswati, S.Kep. : Profesi Ners : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Gizi kurang pada balita merupakan salah satu masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan akibat faktor sosial ekonomi dan kemiskinan. Karya ilmiah akhir ini menggambarkan asuhan keperawatan keluarga Bapak R dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita. Tingkat pengetahuan ibu yang rendah dan asupan makanan yang tidak adekuat menyebabkan masalah gizi kurang pada An. M. Implementasi inovasi berupa Penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita diberikan selama 6 minggu. Hasil evaluasi yang dilakukan, An. M mengalami peningkatan berat badan sebanyak 500 gram dan status gizinya meningkat menjadi normal. Kata kunci: balita, gizi kurang, gizi seimbang, makanan selingan. vii Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 ABSTRACT Name Courses Title : Wiji Saraswati, S.Kep. : Professional Nurses. : The Family Nursing Care of Mr. R With Nutritional Imbalance Less Than Body Requirements Problems In Toddler In RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Underweight among children under five is one of the health problems in urban communities due to socio-economic factors and poverty. This final scientific papers describe the family nursing care of Mr. R with nutritional imbalance less than body requirements problems in toddlers. A low level of mother knowledge and inadequate food intake causes underweight among children. Nursing intervention that become the main intervention is arranging a balance nutrition menu and making a healthy food which rich of energy and protein in toddler given for 6 weeks. the results of evaluation conducted, the body weight of children has increased as much as 500 grams and his nutritional status increased to normal. Key word: underweight, todler, balanced nutrition, healthy food. viii Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................iii KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................vi ABSTRAK ................................................................................................................vii ABSTRACT ..............................................................................................................viii DAFTAR ISI .............................................................................................................ix DAFTAR TABEL ....................................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xii BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................4 1.4 Tujuan Penulisan .........................................................................................5 1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................5 1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................5 1.5 Manfaat penelitian ......................................................................................5 1.5.1 Pelayanan Kesehatan .........................................................................5 1.5.2 Institusi Pendidikan ...........................................................................6 1.5.3 Keilmuan/Penelitian Keperawatan ....................................................6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................7 2.1 Konsep Perkotaan ........................................................................................7 2.1.1 Definisi ................................................................................................7 2.1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............................................................................................8 2.2 Keluarga dengan Balita ...............................................................................9 2.2.1 Masalah Gizi pada Balita ....................................................................11 2.2.2 Peran Perawat Keluarga ......................................................................16 2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gizi Kurang.....................18 2.3.1 Definisi ................................................................................................18 2.3.2 Proses Keperawatan Keluarga ............................................................19 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA .............................................30 3.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................................................30 3.2 Diagnosis Keperawatan................................................................................33 3.3 Perencanaan Keperawatan ...........................................................................33 3.4 Implementasi Keperawatan ..........................................................................35 3.5 Evaluasi Keperawatan ..................................................................................38 3.5.1 Evaluasi Formatif ................................................................................39 3.5.2 Evaluasi Sumatif .................................................................................41 3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga ............................................41 ix Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 BAB 4 ANALISIS SITUASI....................................................................................42 4.1 Profil Lahan Praktek ....................................................................................42 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait ...............................................................45 4.3 Analisis Intervensi Inovasi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian terkait ...........................................................................................................47 4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan ................................................48 BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................50 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................50 5.2 Saran .............................................................................................................52 5.2.1 Kader Posyandu .................................................................................52 5.2.2 Tenaga Kesehatan ..............................................................................52 5.2.3 Keluarga dengan Balita .....................................................................53 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM Tabel 2.1 : Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks............................................................................................ 21 Tabel 2.2 : Skoring prioritas masalah keluarga ............................................ xii Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 24 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Laporan asuhan keperawatan keluarga Bapak R xiii Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kawasan perkotaan merupakan wilayah non rural dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi (Stanhope & Lancaster, 2004). Bintarto (1989) mengatakan perkotaan memiliki karakteristik kepadatan penduduknya yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis. Kepadatan penduduknya yang tinggi menyebabkan tingginya persaingan sosial ekonomi pada masyarakat perkotaan. Golongan yang mampu makin berkuasa dan makin kaya sedangkan golongan miskin bertambah miskin (Sarlito, 1992). Krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997 dan persaingan sosial ekonomi menyebabkan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan yang pada akhirnya menimbulkan banyaknya masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan (BPPN, 2007). Masalah kesehatan yang muncul beraneka ragam, salah satunya masalah gizi. Allender, Rector, dan Warner, (2010) mengatakan bahwa masalah perekonomian akibat kehilangan pekerjaan dan krisis ekonomi maupun akibat dari harga yang melambung berdampak terhadap ketidaktersediaan pangan dan sulitnya akses terhadap bahan pangan yang bermutu. Balita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi kurang karena faktor sosial ekonomi dan kemiskinan (Hitchcock, Schubert, & Thomas,1999). Anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami resiko kurang gizi karena keterbatasan suplai makanan, keterbatasan akses terhadap makanan, faktor orang tua dengan keterbatasan pendidikan, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi dan akses kesehatan (Hitchcock, Schubert, & Thomas,1999). DEPKES (2008) dalam Hidayati, (2011) mengatakan asupan makan balita yang kurang dari kebutuhan dan kebiasaan keluarga yang kurang Universitas Indonesia 1 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 2 sehat dalam memberikan asupan makanan pada balita dapat mempengaruhi pemenuhan gizi balita (DEPKES, 2008, dalam Hidayati, 2011). Masalah gizi kurang pada balita ini dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan balita jika tidak segera ditangani, sehingga dibutuhkan suatu upaya untuk menurunkan angka gizi kurang pada balita. Prevalensi balita dengan masalah gizi kurang di dunia menurut WHO (2012) diperkirakan sebesar 16 % tahun 2011, menurun sebanyak 36 % dari estimasi di tahun 1990. Balita dengan masalah gizi kurang di Indonesia sejak tahun 1989 sampai dengan 2000 mengalami penurunan dari 31,17 5 menjadi 17,13 % namun meningkat kembali menjadi 19,24 % pada tahun 2005 (BPPN, 2007). Data prevalensi balita gizi kurang di Indonesia tahun 2010 berdasarkan BB/U sebesar 4,9 % untuk kategori gizi buruk dan 13 % untuk kategori gizi kurang dan 21 %-nya tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan prevalensi gizi kurang pada provinsi Jawa Barat berdasarkan BB/U sebanyak 3,1 % untuk gizi buruk dan 9,9 % untuk kategori gizi kurang (RISKESDAS, 2010). Laporan penanganan gizi buruk Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2005 mencatat dari 114.980 balita, didapatkan 1.133 balita (1,03 %) mengalami gizi buruk dan 9.714 balita (8,8 %) mengalami gizi kurang (Fitriyani, 2009). Balita yang tinggal di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok mengalami gizi kurang sebanyak 25 % dari 56 balita yang diambil secara acak (random sampling) pada tahun 2013 oleh mahasiswa residensi FIK UI. Hasil skrining yang dilakukan mahasiswa profesi ners Tahun 2013 terhadap 183 balita yang tinggal di wilayah RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok dan melakukan penimbangan di posyandu pada bulan Mei 2013 sebanyak 5 balita (2,73 %) mengalami gizi buruk dan 7 balita (3,83 %) mengalami gizi kurang. Angka gizi kurang yang masih tinggi tersebut membutuhkan upaya dari berbagai pihak untuk mengatasinya. Indonesia bersama 189 negara anggota PBB turut serta dalam deklarasi pembangunan milennium yang berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 3 manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup manusia atau yang dikenal sebagai Milennium Development Goals strategy (MDGs) melakukan berbagai upaya untuk menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk dan menjadikannya sebagai salah satu indikator pencapaian targetnya (BPPN, 2007). Upaya penanggulangan masalah gizi tersebut meliputi berbagai bidang seperti pertanian, pendidikan, dan ekonomi. Upaya yang dilakukan di antaranya yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berpihak pada penanggulangan kemiskinan yang salah satunya melalui menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok seperti beras serta revitalisasi pertanian dan usaha mikro, kecil, dan menengah; dan meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan, kesehatan, dan gizi, termasuk keluarga berencana (BPPN, 2007). Dinas Kesehatan Kota Depok sendiri telah melakukan program penyuluhan, pemantauan dan perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan terhadap 600 balita selama 90 hari sebagai upaya mengatasi masalah gizi kurang pada balita (Anonim, 2008, dalam Fitriyani, 2009). Upaya yang dilakukan melibatkan berbagai tatanan masyarakat dan salah satunya keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga sebagai salah satu pendekatan untuk menangani masalah gizi pada balita. Penelitian Widyatuti (2001) mengatakan bahwa asuhan keperawatan keluarga dapat meningkatkan status gizi pada balita melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam pemenuhan gizi balita. Asuhan keperawatan keluarga komprehensif merupakan proses yang kompleks, yang memerlukan pendekatan logis dan sistematis dalam bekerja bersama keluarga dan individu anggota keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Teori model asuhan keperawatan terhadap keluarga beraneka ragam, namun teori model asuhan keperawatan yang digunakan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada keluarga kali ini yaitu Teori Model Family Centre Nursing (FCN) menurut Friedman atau asuhan yang berpusat pada keluarga. Proses keperawatan dalam asuhan keperawatan keluarga model FCN meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 4 An. M (35 bulan) merupakan anak ke-tujuh dari keluarga Bpk. R (45 tahun) yang mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh. Berat badan An. M berdasarkan BB/U Standar Gizi Nasional Kemenkes Tahun 2011 berada pada range -3SD sampai dengan -2SD atau kategori gizi kurang. An. M mengalami sulit makan. Ia cenderung pilih-pilih dalam mengkonsumsi makanan dan berdasarkan pengamatan perawat, makanan yang dikonsumsi An. M tidak sesuai baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga An. M mengalami masalah gizi. Upaya yang sudah dilakukan perawat untuk mengatasi masalah gizi kurang pada An. M meliputi meningkatkan pengetahuan keluarga tentang gizi kurang dan manfaat gizi seimbang pada balita, cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang sehat, penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita. Implementasi unggulan yang merupakan inovasi perawat yaitu penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita. Penelitian Fitriyani (2009) mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan dan merubah status gizi balita, diantaranya melalui pemberian makanan camilan yang sehat. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN, (2007)). mengungkapkan bahwa hal utama untuk memperbaiki gizi pada balita yaitu salah satunya melalui pemenuhan energi protein pada balita. Hasil yang diperoleh yaitu, An. M menunjukkan kenaikan berat badan sebesar 500 gram setelah dilakukan implementasi keperawatan tersebut selama 5 minggu. 1.2.Rumusan Masalah. Tingginya prevalensi masalah gizi kurang dan gizi buruk pada balita, khususnya balita yang tinggal di wilayah RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok yaitu berjumlah 12 orang. Beragam upaya telah dilakukan pemerintah Kota Depok seperti program penyuluhan, pemantauan dan perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 5 terhadap 600 balita selama 90 hari namun belum mengatasi masalah gizi di wilayah Kota Depok. Perawat merasa tertarik memberikan asuhan keperawatan keluarga terhadap keluarga Bpk. R khususnya An. M dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita. 1.3.Tujuan Penulisan. 1.3.1. Tujuan Umum. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bpk. R khususnya An. M dengan masalah keperawatan “Ketidakseimbangan nutrisi pada balita” 1.3.2. Tujuan Khusus. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga yang telah diberikan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari: a. Pengkajian keperawatan keluarga yang meliputi data umum keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik keluarga, dan analisa data. b. Diagnosis keperawatan keluarga yang meliputi analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, dan skoring masalah keperawatan utama. c. Penyusunan rencana keperawatan beserta implementasinya. d. Evaluasi yang terdiri dari evaluasi proses dan evaluasi akhir. 1.4.Manfaat Penulisan. 1.4.1. Pelayanan Kesehatan, khususnya Program Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM) dan Program Perkesmas di Puskesmas Kecamatan Cimanggis. Hasil asuhan keperawatan dapat menjadi data dasar dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan balita gizi kurang, maupun penerapan intervensi keperawatan inovasi yang mandiri dan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 6 komprehensif terhadap keluarga dengan balita gizi kurang. Para perawat perkesmas dan petugas program gizi diharapkan dapat lebih memotivasi keluarga balita dalam pemberian asupan gizi yang adekuat bagi balitanya, melibatkan peran serta aktif kader posyandu serta TOMA di wilayah tersebut, dan bekerja sama dengan lintas sektor terkait dalam mengatasi balita gizi kurang yang ada di wilayah kerjanya. 1.4.2. Institusi Pendidikan. Hasil asuhan keperawatan dapat menjadi dasar pengembangan materi asuhan keperawatan keluarga terhadap keluarga balita dengan gizi kurang yang dapat digunakan dalam proses pendidikan mahasiswa. 1.4.3. Keilmuan/Penelitian Keperawatan. Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan implementasi inovasi yang mandiri dan komprehensif dalam mengatasi balita gizi kurang. Hasil asuhan keperawatan keluarga ini sekaligus dapat menjadi landasan/dasar bagi pengembangan penelitian keperawatan tentang implementasi inovasi mandiri bagi keluarga dengan balita gizi kurang untuk mengembangkan asuhan keperawatan yang bermutu bagi masyarakat luas. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan tinjauan teoritis tentang konsep perkotaan/urban, masalah gizi pada anak balita, keluarga dengan anak balita, dan asuhan keperawatan keluarga. 2.1. Konsep Perkotaan. 2.1.1. Definisi. Perkotaan dideskripsikan sebagai wilayah geografis nonrural dan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi; lebih dari 99 orang/mil² atau kota kabupaten dengan populasi lebih dari 20.000 namun kurang dari 50.000 penduduk (Stanhope & Lancaster, 2004). CDC (2001) dalam Stanhope dan Lancaster (2004) perkotaan ke dalam lima tingkatan wilayah (tiga subklasifikasi metropolitan dan dua subklasifikasi nonmetropolitan) sebagai berikut: a. Subklasifikasi Metropolitan: 1) Pusat kota: Daerah di dalam kota besar (1 juta atau lebih populasi) yang mengandung semua atau sebagian dari pusat kota terbesar. 2) Pinggiran kota besar: kabupaten yang memiliki ciri-ciri seperti kota besar (1 juta atau lebih populasi). 3) Kota kecil: kabupaten yang ada di dalam area kota besar dengan penduduk kurang dari 1 juta orang. b. Subklasifikasi Nonmetropolitan: 1) Wilayah dengan sebuah kota dengan populasi penduduknya 10.000 orang atau lebih. 2) Wilayah tanpa kota dengan populasi penduduknya 10.000 orang atau lebih. Universitas Indonesia 7 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 8 Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat – sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, yaitu jumlah dan kepadatan penduduk, lingkungan hidup, mata pencaharian, corak kehidupan sosial, stratifikasi sosial, mobilitas, pola interaksi, solidaritas serta kedudukan dalam hirarki sistem administrasi nasional (Waluya, 2007). Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan merupakan bagian dari keperawatan komunitas, yang lebih memfokuskan pada pelayanan terhadap masyarakat di wilayah perkotaan dengan berbagai macam masalah yang ditimbulkan sebagai dampak dari urbanisasi, kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat (Marriner, 2001). 2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat Perkotaan. Galea dan Vlahov (2005) dalam Allender, Rector, dan Warner (2010) mengatakan faktor yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat perkotaan adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan akses pelayanan kesehatan dan sosial. Banyaknya kaum pendatang yang datang ke perkotaan meningkatkan persaingan dalam ekonomi menyebabkan meningkatnya kemerosotan perekonomian, kehilangan pekerjaan, banyaknya pengangguran, dan menyebabkan meningkatnya masalah kesehatan (Allender, Rector, & Warner, 2010). Masalah perekonomian juga berdampak terhadap ketidaktersediaan pangan yang dapat menyebabkan malnutrisi (Allender, Rector, & Warner, 2010). Persaingan ekonomi yang ketat dan krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda sejak tahun 1997 menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan yang pada akhirnya menimbulkan masalah gizi. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 9 Rendahnya daya beli dan ketidak tersediaannya pangan yang bergizi, faktor sosial ekonomi, serta rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua menimbulkan masalah gizi pada balita (BPPN, 2007). Anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami resiko kurang gizi karena keterbatasan suplai makanan, keterbatasan akses terhadap makanan, faktor orang tua dengan keterbatasan pendidikan, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi dan akses kesehatan (Hitchcock, Schubert, & Thomas,1999). Balita merupakan salah satu kelompok yang beresiko mengalami masalah gizi akibat kelaparan, kelompok lainnya yaitu bayi, ibu hamil, dan orang lanjut usia (Davis & Sherer, 1994 dalam Hitchcock, Schubert, & Thomas,1999). Adisasmito (2008) menyatakan faktor sosial yang berkontribusi dalam masalah gizi kurang pada balita yaitu rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi anak, sehingga anak makan sekadarnya atau asal kenyang namun miskin gizi. 2.2 Keluarga dengan Balita. Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Keluarga dengan anak balita menjadi lebih kompleks dan lebih sibuk karena pada tahapan ini anak balita yang merupakan anak pra sekolah banyak belajar terutama tentang kemandirian karena mereka harus mencapai otonomi dan kemandirian yang cukup agar mampu menangani diri mereka sendiri ketika orang tua sedang tidak berada di sisi mereka (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Friedman, Bowden, dan Jones, (2003) menyatakan bahwa tugas perkembangan keluarga dengan anak balita yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarganya akan rumah, ruang, privasi, dan keamanan yang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 10 memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru sambil tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, dan mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga. Sedangkan fokus pelayanan kesehatan pada keluarga dengan anak balita meliputi pencegahan penyakit menular pada anak, pencegahan kecelakaan dan keamanan rumah, hubungan sibling, keluarga berencana, kebutuhan tumbuh kembang anak, dan praktik kesehatan yang baik, meliputi kebutuhan akan nutrisi, tidur, dan olah raga. Allender, Rector, dan Warner, (2010) menyatakan masalah-masalah kesehatan yang sering muncul pada balita yaitu kelaparan, kecelakaan dan cedera, dan penyakit infeksi yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi. KEMENKES (2013) menyatakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita terutama masalah neonatal (prematuritas, asfiksia, BBLR, infeksi), penyakit infeksi (Diare, Pneumonia, Malaria, Campak) dan masalah gizi (kurang dan buruk). Balita merupakan salah satu kelompok yang beresiko mengalami masalah gizi akibat kelaparan (Davis & Sherer, 1994 dalam Hitchcock, Schubert, & Thomas,1999). Anak pada usia balita merupakan kelompok resiko yang rentan terhadap penyakit, sehingga melindungi anak terhadap resiko penularan penyakit menjadi penting, misalnya melalui imunisasi, dan anak yang menderita penyakit infeksi mudah sekali mengalami penurunan berat badan yang pada akhirnya menimbulkan masalah gizi pada balita. (Arora, 2009). Sebaliknya, nutrisi yang buruk menimbulkan banyak masalah kesehatan, terutama pada warga miskin. Kurangnya dana dan pengetahuan mengakibatkan diet yang mungkin sangat kurang mengandung nutrisi esensial, khususnya protein, vitamin, dan zat besi yang pada akhirnya menimbulkan masalah gizi kurang dan retardasi pertumbuhan (Wong, 2002). Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 11 Gizi kurang dan terutama gizi buruk memiliki kontribusi terhadap 30% kematian pada balita (KEMENKES, 2013). 2.2.1 Masalah Gizi pada Balita. a. Definisi. Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa & Bakri, 2002). Gizi adalah proses metabolisme tubuh dan pemanfaatan nutrien (Guyton & Hall, 2006). Nutrisi adalah jumlah keseluruhan interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsi (Kozier, 2004). Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa gizi atau nutrisi adalah hasil dari interaksi tubuh terhadap makanan yang dikonsumsi. Malnutrisi merupakan suatu kondisi fisik yang disebabkan oleh diet yang tidak sesuai atau akibat ketidakmampuan tubuh untuk menyerap atau memetabolisme nutrisi. Malnutrisi mencakup gizi lebih dan gizi kurang. Gizi lebih yaitu banyaknya energi makanan yang dikonsumsi lebih dari kebutuhan yang mengakibatkan menumpuknya lemak tubuh. Sedangkan gizi kurang yaitu kurangnya total energi makanan dan nutrisi yang dikonsumsi yang mengakibatkan rendahnya berat badan dan atau defisiensi nutrient atau zat gizi (Arora, 2009). Gizi kurang adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein yang ditandai dengan BB/PB-BB/TB 2SD sampai dengan -3SD atau pada anak usia 6-59 bulan dengan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 12 LILA 11,5 cm-12,5 cm (KEMENKES, 2011). Kurang gizi menurut Adisasmito (2008) yaitu penyakit malnutrisi ringan yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan kurang gizi yaitu suatu kondisi fisik yang diakibatkan karena kurangnya asupan energi dan protein. b. Faktor Penyebab Gizi Kurang. Gizi kurang dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu faktor sosial. Adisasmito (2008) mengatakan faktor sosial yang berkontribusi dalam masalah gizi kurang yaitu rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi anak, sehingga anak makan sekadarnya atau asal kenyang namun miskin gizi. Faktor lainnya yang turut berpengaruh yaitu kemiskinan, terutama pada negara-negara berkembang yang menyebabkan tak terpenuhinya ketersediaan pangan akibat rendahnya pendapatan masyarakat. Arora (2009) menyatakan kemiskinan, rendahnya tingkat pengetahuan, dan minimnya akses ke pelayanan kesehatan berkontribusi dalam menyebabkan masalah gizi kurang. Serimshaw (1959) dalam Sulistiyawati (2011) menyatakan terdapat hubungan yang sangat erat antara infeksi dengan malnutrisi. Interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit dapat berpengaruh terhadap status gizi dan mempercepat terjadinya malnutrisi. Adisasmito (2008) juga mengungkapkan infeksi sekecil apa pun berpengaruh terhadap tubuh dan kondisi malnutrisi dapat memperlemah daya tahan tubuh yang pada akhirnya dapat mempermudah masuknya beragam penyakit. BPPN (2007) menyatakan terdapat dua penyebab gizi kurang dan gizi buruk, yaitu penyebab langsung dan tak langsung. Penyebab Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 13 langsungnya yaitu kurangnya asupan gizi dan serangan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsungnya yaitu meliputi; rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan yang bergizi, keterbatasan pengetahuan tentang pangan yang bergizi, faktor sosial ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, dan perilaku masyarakat. Hitchcock, Schubert, dan Thomas(1999) menyatakan terdapat 4 faktor resiko yang menyebabkan kekurangan nutrisi, yaitu: faktor sosial ekonomi, faktor suplai makanan, faktor biologis, dan faktor perilaku. Terdapat dua faktor langsung penyebab gizi kurang pada anak balita yang saling mempengaruhi yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi. Balita yang kurang asupan makanan gizi seimbangnya rentan untuk terserang penyakit infeksi, sedangkan penyakit infeksi dapat menyebabkan asupan gizi tak dapat diserap tubuh dengan baik yang pada akhirnya berakibat pada gizi buruk (RANPG, (2007), dalam Puspitasari, (2012)). Sedangkan Muljati, dkk (1992) dalam Puspitasari (2012) menyatakan bahwa anak dengan masalah gizi kurang lebih banyak dijumpai pada keluarga dengan jumlah anak banyak, pendapatan keluarga yang rendah mungkin masih dapat mencukupi untuk 1-2 anak, tetapi tidak cukup untuk 3 anak atau lebih. Kartono (1993) dalam Puspitasari (2012) menyatakan semakin besar nomor urut kelahiran anak dalam keluarga, semakin cenderung untuk menderita gizi kurang. c. Tanda dan Gejala Gizi Kurang. KEMENKES, (2011) mengklasifikasikan anak dengan masalah gizi sebagai berikut: 1) Anak gizi kurang. Bila pada pemeriksaan ditemukan tanda BB/TB < -2SD sampai dengan -3SD, LILA 11,5 sampai Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 14 dengan 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik, dan tidak ada komplikasi medis. 2) Gizi buruk tanpa komplikasi. Bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih tanda anak tampak sangat kurus, terdapat edema minimal pada kedua punggung kaki atau tanpa edema, BB/PB atau BB/TB <-3SD, LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan), dan nafsu makan baik. 3) Gizi buruk dengan komplikasi. Bila pada pemeriksaan ditemukan tanda anak tampak sangat kurus, terdapat edema pada seluruh tubuh, BB/PB atau BB/TB < -3SD, LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan), dan disertai satu atau lebih tanda komplikasi medis seperti: anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, dan penurunan kesadaran sehingga anak memerlukan penanganan secara rawat inap. d. Dampak Gizi Kurang. Dampak gizi kurang pada balita menurut Almatsier, (2002) yaitu: 1) Mudah sakit. Kondisi gizi kurang yang kadang disertai dengan kurangnya asupan mikro/makro nutrien yang sangat diperlukan tubuh dapat menurunkan daya tahan tubuh anak sehingga mudah terserang infeksi yang dapat mempengaruhi banyak organ dan sistem tubuh. 2) Pertumbuhan. Kurangnya mikro/makro nutrien merugikan performance anak seperti stunting atau postur tubuh anak yang pendek. 3) Perkembangan. Anak yang kurang gizi dapat mengganggu perkembangan mental dan otak. 4) Perilaku. Anak yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah tersinggung, cengeng, dan apatis. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 15 e. Penatalaksanaan Gizi Kurang. Arora (2009) mengatakan upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita meliputi: (1). Memastikan keamanan pangan baik secara kuantitas maupun nutrisi. (2). Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi pada anak balita, termasuk pentingnya pemberian ASI dan pengenalan makanan tambahan. (3). Lindungi anak terhadap infeksi melalui imunisasi dan penggunaan air bersih dan sanitasi. (4). Pastikan anak mendapatkan perawatan berkualitas saat anak sakit. (5). Lindungi anak dari defisiensi mikronutrien terutama iodium, zat besi, dan vitamin A. (6). Berikan perhatian khusus terhadap kebutuhan nutrisi ibu hamil untuk mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah. Intervensi prioritas yang disarankan UNICEF (2009) dalam mengatasi kurang gizi meliputi: (1). Pemberian makanan tambahan terjadwal dan adekuat menggunakan makanan lokal, termasuk pemberian suplemen multi mikronutrien, terutama yang berbahan dasar lemak. (2). Lanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun. (3). Pemberian zinc bila anak diare. (4). Konsumsi garam yang beryodium. (5). Pemberian vitamin A dan obat cacing. (6). Mencuci tangan dengan menggunakan sabun. (7). Manajemen malnutrisi akut berat. Sedangkan jenis makanan lokal untuk pemulihan gizi yang dianjurkan oleh KEMENKES (2011) adalah jenis makanan yang padat energi. Upaya perbaikan gizi utama yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah gizi menurut BPPN (2007) meliputi: Pemenuhan energi protein, pemenuhan gizi zat besi, yodium, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya, pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) pada bayi dan anak (6-24 bulan), pemberian vitamin A pada Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 16 bayi dan balita, dan surveilans gizi di lembaga pelayanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat seperti posyandu. Upaya lain untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita yaitu melalui peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh anak yang baik dan juga melalui pemberdayaan masyarakat, seperti kader. Alibas, (2006) menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi dan keterlibatan TP-PKK, dalam hal ini kader, berpengaruh terhadap prevalensi gizi kurang. Retno (2012) juga menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita setelah mendapat PMT-P di DKI Jakarta. Depkes, (2002) dalam Puspitasari (2012) menyatakan rendahnya pengetahuan dan pendidikan ibu merupakan penyebab dasar kurang gizi karena sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan keluarga dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mendapatkan kecukupan bahan makanan, serta pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan gizi dan sanitasi lingkungan. Harsiki (2002) menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh anak, konsumsi energi dan protein dengan keadaan gizi anak balita. 2.2.2 Peran Perawat Keluarga. Perawat di dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga memiliki beberapa peran. Berikut ini merupakan peran perawat keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones,( 2003): a. Pendidik. Rankin dan Stallings, (2001) dalam (Friedman, Bowden, & Jones, 2003) menyatakan memberikan pendidikan kesehatan pada klien tanpa melibatkan keluarga seringkali mengakibatkan perawatan diri dan pemulihan yang buruk. Strategi pendidikan kesehatan merupakan proses yang memfasilitasi pembelajaran Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 17 untuk mendukung perilaku yang sehat dan mengubah perilaku yang tidak sehat. b. Model Peran. Model peran selain sebagai strategi pendidikan juga merupakan bentuk yang sangat efektif untuk mendidik anggota keluarga tentang bagaimana memodifikasi perilaku. c. Konselor. Konseling merupakan suatu proses bantuan interaktif antara konselor dan klien yang ditandai oleh elemen inti penerimaan, empati, ketulusan, dan keselarasan (Banks, 1992, dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Konseling digunakan untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah mereka secara efektif dengan menggunakan kompetensi yang ada secara optimal. d. Manajer Kasus. Manajemen kasus merupakan suatu proses penetapan, pengintegrasian, dan pemantauan kebutuhan klien yang kompleks dengan mengupayakan keseimbangan antara kualitas perawatan dan efisiensi penggunaan sumber (Bower, 1992, dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Perawat sebagai manajer kasus mengelola rangkaian pelayanan atau pengorganisasian multi disiplin pada berbagai tatanan. Zander (1989) dalam Friedman, Bowden, & Jones, (2003) menyatakan bahwa peran perawat profesional memiliki tiga dimensi baru sebagai manajer kasus yang meliputi kewenangan untuk mengordinasikan pelayanan klien, akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil klinik dan finansial yang diinginkan, dan memerlukan komitmen waktu yang lebih besar. e. Advokat. Perawat keluarga menurut Canino dan Spurlock, (1994) dalam Friedman, Bowden, dan Jones, (2003) dalam menjalankan perannya sebagai advokat melalui empat cara yaitu dengan membantu klien memperoleh layanan yang mereka butuhkan dan menjadi hak mereka, dengan melakukan tindakan yang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 18 menciptakan sistem layanan kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan klien, dengan memberikan advokasi untuk memasukkan pelayanan yang lebih sesuai dengan sosial budaya, dan dengan memberikan advokasi untuk kebijakan sosial yang lebih responsif. f. Kordinator. Perawat keluarga di komunitas seringkali sebagai kunci dalam pemberian layanan kesehatan keluarga yang komprehensif dan berkelanjutan. Perawat selain menjalankan fungsi utamanya memberikan implementasi keperawatan, perawat juga mendukung anggota tim yang lain dan menginterpretasikan sasaran keperawatan dan pelayanan, serta mengoordinasikan layanan kesehatan dengan berbagai agensi lainnya yang memberikan bantuan kepada keluarga. g. Kolaborator. Perawat sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan merencanakan perawatan komprehensif yang berorientasi pada keluarga dengan anggota tim yang lain, dan juga dengan klien keluarga. h. Konsultan. Konsultasi menurut Caplan (1970) dalam Friedman, Bowden, dan Jones, (2003) merupakan suatu proses intervensi antara dua orang profesional; konsultan yang merupakan spesialis dan consultee yang berkonsultasi dan memerlukan bantuan konsultan. Perawat keluarga sering berperan sebagai konsultan bagi perawat, tenaga profesional, dan para profesional lainnya ketika informasi klien dan keluarga serta bantuan diperlukan. 2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gizi Kurang. 2.3.1 Definisi. Asuhan keperawatan keluarga komprehensif merupakan proses yang kompleks, yang memerlukan pendekatan logis dan sistematis dalam bekerja bersama keluarga dan individu anggota keluarga, sedangkan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 19 praktik keperawatan keluarga adalah asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga dan anggota keluarga dalam keadaan sehat maupun sakit dengan tujuan untuk membantu keluarga mencapai kesejahteraan keluarga yang lebih tinggi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Banyak model keperawatan konseptual yang dapat diterapkan pada keperawatan keluarga, diantaranya yaitu Model Lingkungan Nightingale, Teori Pencapaian Tujuan King, Model Adaptasi Roy, Model Sistem Kesehatan Newman, Model Perawatan Diri Orem, dan lain-lain, namun model yang akan dibahas kali ini yaitu Teori Model Keperawatan Keluarga Family Centre Nursing (FCN) menurut Friedman. Widyatuti (2001) menyatakan asuhan keperawatan keluarga dapat meningkatkan status gizi pada balita. 2.3.2 Proses Keperawatan Keluarga. Proses keperawatan merupakan inti dan esensi dari keperawatan, pusat dari seluruh tindakan keperawatan, dapat diterapkan pada seluruh tatanan, dengan berbagai teori, kerangka konsep atau referensi. Tahapan dari proses keperawatan meliputi; pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan evaluasi yang saling membentuk lingkaran yang terus menerus dari pemikiran dan tindakan yang bersifat dinamis dan terus berputar (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). a. Pengkajian. Proses pengkajian keluarga merupakan proses pengumpulan informasi/data menggunakan yang alat terus menerus pengkajian secara keluarga sistematik kemudian diklasifikasikan dan dianalisis untuk diinterpretasikan artinya (Friedman, Bowden, & Jones (2003). Proses pengumpulan data keluarga dapat diperoleh melalui berbagai sumber: (1). Wawancara terhadap satu anggota keluarga atau lebih tentang Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 20 peristiwa yang lalu dan sekarang (bertanya dan mendengarkan, genogram, ecomap). (2). Temuan obyektif (observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, observasi interaksi keluarga, dll). (3). Penilaian subyektif (pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga, dll). (4). Informasi tertulis maupun lisan dari berbagai rujukan, berbagai agensi yang bekerja dengan keluarga, dan anggota tim kesehatan lain. Komponen yang dikaji dalam model FCN meliputi: 1) Data inti keluarga, yang terdiri dari data umum, komposisi keluarga, tipe bentuk keluarga, latar belakang kebudayaan, nilai dan keyakinan, dan status sosial ekonomi keluarga. 2) Data lingkungan, yang terdiri dari karakteristik rumah, karakteristik lingkungan dan komunitas, mobilitas geografis keluarga, dan sosialisasi keluarga dengan komunitas. 3) Struktur keluarga, yang terdiri dari pola komunikasi, struktur kekuasaan, struktur peran, dan nilai keluarga. 4) Fungsi keluarga, yang terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, stress, koping, dan adaptasi keluarga. Pengkajian status gizi menurut Zega (2012) dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengkajian secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan antropometri, biokimia, kondisi klinis anak, dan pola diet. Sedangkan pengkajian tak langsung status gizi dilakukan melalui survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 21 KEMENKES (2011) menetapkan standar antropometri penilaian status gizi anak berdasarkan SK MENKESRI nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 seperti pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks. INDEKS KATEGORI AMBANG BATAS Z Score Berat Badan menurut Gizi buruk < -3SD Umur (BB/U) anak Gizi kurang -3SD sampai dengan -2SD Gizi baik -2SD sampai dengan 2SD Gizi lebih >2SD umur 0-60 bulan. Panjang Badan Sangat pendek < -3SD menurut Umur Pendek -3SD sampai dengan -2SD (PB/U) atau Tinggi Normal -2SD sampai dengan 2SD Badan menurut Umur Tinggi >2SD Sangat kurus < -3SD Kurus -3SD sampai dengan -2SD (BB/PB) atau Berat Normal -2SD sampai dengan 2SD Badan menurut Gemuk >2SD Tinggi Badan Sangat kurus < -3SD Kurus -3SD sampai dengan -2SD (IMT/U) anak umur Normal -2SD sampai dengan 2SD 0-60 bulan. Gemuk >2SD (TB/U) anak umur 060 bulan. Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/TB) anak umur 0-60 bulan. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (Sumber: KEMENKES, 2011). Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 22 b. Diagnosis Keperawatan. Diagnosis keperawatan yaitu keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan baik yang aktual maupun potensial (NANDA, 2001, dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Diagnosis keperawatan ini yang nantinya akan menjadi dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi akuntabilitas perawat. Terdapat tiga label diagnosis keperawatan menurut Rosenberg dan Smith dalam NANDA, (2011), yaitu: 1) Diagnosis Risiko. Diagnosis ini menggambarkan respon seseorang terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang mungkin akan berkembang dalam individu, keluarga, atau komunitas yang lemah. 2) Diagnosis Promosi Kesehatan. Diagnosis ini merupakan penilaian klinis terhadap motivasi seseorang, keluarga, atau komunitas dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi seluruh potensi kesehatan yang dimiliki yang diekspresikan oleh kesiapan untuk memperkuat perilaku sehat tertentu seperti nutrisi dan olah raga. 3) Diagnosis Sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon seseorang terhadap tingkat kesejahteraan individu, keluarga, atau komunitas yang telah memiliki kesiapan untuk meningkat. Berikut ini adalah salah satu diagnosis keperawatan keluarga terkait nutrisi menurut NANDA (2011): 1) Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 23 2) Ketidakseimbangan nutrisi; lebih dari kebutuhan tubuh. 3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh. 4) Risiko ketidakseimbangan nutrisi; lebih dari kebutuhan tubuh. Setelah masalah kesehatan keluarga teridentifikasi, masalah tersebut disusun berdasarkan urutan prioritas kepentingan keluarga karena seringkali terdapat ketidaksesuaian antara cara pandang profesi terhadap kebutuhan keluarga dan cara pandang keluarga terhadap masalahnya sendiri (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Prioritas masalah ditetapkan bersama keluarga dengan menggunakan sistem skoring prioritas masalah menurut Bailon dan Maglaya (1978) dalam Stanhope dan Lancaster (2004) seperti yang tercantum pada tabel 2.2. pada lembar halaman berikutnya. Skor yang ada kemudian dihitung dan dijumlahkan. Diagnosis keperawatan dengan nilai tertinggi merupakan masalah utama yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Adapun rumus penghitungan skor yang digunakan adalah sebagai berikut: Skoring : Skor x Bobot Angka tertinggi Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 24 Tabel 2.2. Skoring prioritas masalah keluarga. No 1 2 3 4 Kriteria Skor Bobot Sifat masalah ï‚· Aktual (Tidak/kurang sehat) 3 ï‚· Ancaman kesehatan 2 ï‚· Keadaan sejahtera 1 1 Kemungkinan masalah dapat diubah ï‚· Mudah 2 ï‚· Sebagian 1 ï‚· Tidak dapat 0 2 Potensi masalah untuk dicegah ï‚· Tinggi 3 ï‚· Sedang 2 ï‚· Rendah 1 1 Menonjolnya masalah ï‚· Masalah berat, harus segera ditangani 2 ï‚· Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1 1 ditangani ï‚· Masalah tidak dirasakan 0 (Sumber: Stanhope & Lancaster (2004)) c. Perencanaan. Perawat terlibat dalam menyusun rencana keperawatan bersama keluarga untuk mencapai hasil yang diharapkan. Perawat membantu keluarga menentukan tujuan kesehatan mereka dengan memberikan informasi yang relevan tentang hal yang menjadi masalah mereka. Penetapan tujuan meliputi tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, serta kriteria hasil yang dapat digunakan untuk mengevakuasi hasil asuhan yang dapat Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 25 dicapai dan diinginkan oleh keluarga. Penetapan tujuan dan kriteria hasil dilakukan dengan prinsip SMART (Lawson & Peate, 2009) yaitu: (1). Spesifik (tepat, objektif). (2). Measurable (dapat diukur). (3). Achievable (mampu laksana, dapat dicapai. (4). Realistik (sesuai kondisi keluarga).(5). Time oriented (target waktunya jelas). d. Intervensi Keperawatan. Intervensi keperawatan yang diberikan mengacu pada lima tugas keluarga menurut Friedman 1986 dalam Maglaya, et al (2009) yang terdiri dari: mampu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada, mampu merawat anggota keluarganya yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan keluarga, dan mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) meliputi modifikasi perilaku, membuat kontrak, manajemen kasus (termasuk koordinasi dan advokasi), kolaborasi, konsultasi, konseling, strategi lingkungan, pemberdayaan advokasi keluarga, keluarga, modifikasi modifikasi gaya hidup, dukungan jaringan (kelompok swabantu dan dukungan sosial lainnya), rujukan kasus, model peran, dll. Intervensi keperawatan lain terkait masalah gizi menurut Hitchcock, Schubert, dan Thomas(1999) meliputi memberikan edukasi tentang piramida mendemonstrasikan makanan, teknik pemilihan memasak yang makanan, benar, dan perencanaan makan, pengkajian lanjutan terhadap kebiasaan makan anak dan keluarga dan sumber daya ekonomi, misalnya Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 26 perawat dapat mendampingi keluarga untuk memperoleh program subsidi makanan tambahan. Implementasi unggulan mahasiswa selama melakukan asuhan keperawatan keluarga terhadap An. M dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita yaitu “Penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita”. Implementasi ini menggabungkan antara pemenuhan gizi yang seimbang dengan memenuhi komponen tri guna makanan yang terdiri dari zat tenaga (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral) dengan pemberian makanan selingan/camilan sehat di sela waktu makan anak yang terutama kaya akan energi (karbohidrat dan lemak) dan protein. Implementasi yang sudah dilakukan perawat terkait inovasi ini meliputi pemberian edukasi pada keluarga balita tentang gizi seimbang balita dan manfaat gizi seimbang balita. Keluarga juga diberikan edukasi tentang makanan selingan/camilan sehat yang kaya akan energi dan protein, contoh jenis-jenis makanan selingan/camilan sehat, serta cara membuat makanan selingan lokal yang kaya akan energi dan protein seperti puding kaya energi dan protein dengan harga yang ekonomis. Perawat melakukan demonstrasi bersama keluarga tentang pemilihan bahan makanan sesuai fungsinya, cara pengolahan bahan makanan yang benar agar zat gizi yang terkandung di dalamnya tidak hilang, cara membuat makanan tambahan/camilan sehat yang kaya energi dan protein, dan memotivasi keluarga melakukan redemonstrasi ulang. Perawat memotivasi keluarga untuk menyusun jadwal menu seimbang keluarga beserta jadwal Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 27 pemberian makanan selingan atau camilan sehat kaya energi dan protein di sela jam makan anak selama satu minggu. Nutrisi yang adekuat merupakan kunci penting mengatasi gizi kurang pada anak. Pemberian makanan tambahan terjadwal dan adekuat menggunakan makanan lokal terutama yang berbahan dasar lemak merupakan salah satu intervensi utama mengatasi gizi kurang pada balita. (UNICEF, 2009). Penelitian Fitriyani (2009) dan Suhardjo (1996) dalam Retno (2008) mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan dan merubah status gizi balita, diantaranya melalui pemberian makanan tambahan/camilan. Pemberian makanan camilan atau makanan tambahan, tentu saja harus dipilih baik dari jenis, komposisi maupun jumlahnya. Putri (2011) mengungkapkan ada hubungan antara kasus gizi kurang dengan asupan energi. Makanan yang dianjurkan untuk pemulihan gizi menurut KEMENKES (2011) salah satunya adalah makanan lokal padat energi yang diperkaya dengan vitamin dan mineral. e. Evaluasi. Evaluasi pada keperawatan keluarga berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan dan bagaimana respon keluarga. Evaluasi dapat dilakukan mengacu pada kriteria hasil yang telah ditetapkan pada saat menyusun perencanaan bersama keluarga. Evaluasi dapat dilakukan secara formatif maupun sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Bentuk evaluasi formatif disusun dengan menggunakan format SOAP seperti berikut ini: Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 28 Subyektif : Pernyataan klien mengenai perasaan maupun keluhan keluarga setelah interaksi dengan perawat. Obyektif : Hasil pengamatan perawat terhadap kondisi keluarga maupun hasil pengukuran dengan menggunakan alat terukur. Analisis : Analisa perawat terhadap respon keluarga. Planing : Rencana tindak lanjut perawat terhadap hasil analisis. Evaluasi tingkat kemandirian keluarga juga dinilai di akhir interaksi. Kriteria evaluasi tingkat kemandirian keluarga menurut DEPKES (2002) meliputi hal sebagai berikut: 1) Kriteria 1 : Menerima petugas. 2) Kriteria 2 : Menerima yankes sesuai rencana. 3) Kriteria 3 : Menyatakan masalah kesehatan secara benar. 4) Kriteria 4 : Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran. 5) Kriteria 5 : Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran. 6) Kriteria 6 : Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. 7) Kriteria 7 : Melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Kesimpulan penilaian yaitu: 1) Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1 dan 2. 2) Kemandirian II : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 5. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 29 3) Kemandirian III : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 6. 4) Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1. Pengkajian Keperawatan. Keluarga Bpk R (45 Thn) merupakan tipe keluarga extendeed family, dimana terdapat salah satu orang tua, yaitu Nenek L (65 Thn), ibu dari Ibu Rs (42 Thn) dan adik Ibu Rs, Tn. D (38 Thn), yang juga tinggal dalam satu rumah bersama keluarga inti. Tahap perkembangan keluarga Bpk. R saat ini berada pada Tahap VI; Keluarga melepaskan anak dewasa muda, dimana anak pertama Bpk. R sudah menikah dan keluar dari rumah untuk tinggal bersama suaminya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah: Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan semakin otonomi, memfokuskan kembali hubungan pernikahan, dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak. Tugas perkembangan tersebut belum dapat terpenuhi seluruhnya, karena Bpk. R masih memiliki anak balita, yaitu An. M (35 Bln), dan fokus perhatian keluarga saat ini berpusat terutama pada An. M, anak ke tujuh dari Bpk R. Riwayat kesehatan dalam keluarga yang berkaitan dengan gizi balita; Nenek L memiliki riwayat DM sejak dua tahun yang lalu. Ia biasa mengontrol gula darahnya di puskesmas dan minum obat glibenklamid dan metformin. Gula darah sewaktunya saat ini 170 mg/dl. An. M tidak pernah menderita sakit berat, sakit yang pernah diderita yaitu batuk pilek, demam dan diare. An. M juga tidak pernah menderita flek paru dan tidak ada riwayat sakit paru dalam keluarga. Bpk. R memiliki peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama. Bpk. R bekerja sebagai supir bus pariwisata antar kota dan antar propinsi dengan penghasilan 2-3 juta per bulannya, dan pulang ke rumah seminggu sekali. Penghasilan Bpk. R tidak menentu karena tergantung seberapa sering Bpk. R membawa bis. Penghasilan Bpk. R kadang tidak mencukupi kebutuhan keluarga dengan anaknya yang banyak. Ibu Rs membantu Bpk. R Universitas Indonesia 30 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 31 memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan penghasilan Rp. 800.000,- per bulannya. Ibu Rs bekerja mulai jam 06.00 pagi sampai dengan jam 18.00. Peran ibu Rs mengasuh anakanaknya yang masih kecil dibantu oleh Nenek. L. Selain mengasuh An. M dan kakak-kakaknya yang lain, Nenek L juga berdagang kecil-kecilan di warung depan rumah mereka. Port d’entry pada keluarga Bpk. R adalah pada An. M, dimana saat ini An. M memiliki badan yang kurus dan sulit makan. Nenek L mengatakan An. M memang sulit makan. Ia biasa makan disuapi Nenek L 2-3 kali sehari. Porsi yang dihabiskan An. M dalam satu kali makan kadang hanya 5 sendok makan saja. Nenek L mengatakan, biasanya bila An. M sedang sulit makan, ia tidak memberikan makanan pengganti, namun ia membiarkan An. M mengambil jajanan seperti biskuit maupun ciki-cikian dari warungnya. An. M tidak mengalami gangguan tumbuh kembang. An. M memiliki tumbuh kembang yang sesuai untuk anak berusia 35 bulan. An. M mampu turun naik tangga, berdiri dengan satu kaki selama 5 detik, melompat dengan kedua kaki, menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya, mendengarkan cerita, bermain bersama teman, dan mengikuti aturan permainan. An. M kadang masih harus dibantu dalam melepas pakaian sendiri dan makan. Berdasarkan pengamatan perawat, An. M makan disuapi oleh Nenek L berbarengan dengan kakaknya, An. Ry dalam satu porsi nasi untuk bersama. An. M kadang mau makannya, namun kadang ia tidak mau makan karena tidak menyukai jenis lauk yang dikonsumsi. Setiapkali makan, tampak porsi nasi lebih banyak dihabiskan oleh kakaknya, sementara An. M tampak hanya makan 3-5 suap karena kalah cepat dengan kakaknya. Selain itu, jenis makanan yang dikonsumsi juga tidak memenuhi kriteria gizi seimbang. An. M kadang hanya disuapi menggunakan lauk saja yang diberi kuah santan atau menggunakan sayur saja tanpa lauk. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 32 Hasil pemeriksaan fisik yang sudah dilakukan perawat pada tanggal 17 Mei 2013 yaitu, berat badan An. M 11 kg, tinggi badan 90 cm, IMT 12,94, dan LILA 13 cm. An. M tampak kurus dengan rambut tipis hitam kemerahan. Anak M tampak aktif, konjungtiva tak anemis, tak terdapat cairan pada hidung dan telinga, tak terdapat perbesaran kelenjar getah bening pada leher dan ketiak, Thoraks simetris, tak terdapat ronkhi maupun wheezing, BJ I dan II reguler, tak terdapat murmur maupun gallop. Abdomen flat, supel, bising usus 12 kali/menit. Tak terdapat edema pada ekstremitas dan massa otot teraba lunak. Berdasarkan Standar Gizi Nasional KEMENKES, 2011, didapatkan hasil: a. Berdasarkan BB/U anak M masuk dalam range -3SD sampai dengan 2SD atau kriteria gizi kurang. b. Berdasarkan BB/PB anak M masuk dalam range -3SD sampai dengan -2SD atau kriteria kurus. c. Berdasarkan PB/U anak M masuk dalam range -1SD sampai dengan median atau kriteria normal. d. Berdasarkan LILA; anak M masuk dalam kriteria kurus. e. Berdasarkan IMT; anak M masuk dalam kriteria gizi kurang. Nenek L dan Ibu Rs mengatakan yang ia ketahui tentang gizi seimbang balita yaitu pemenuhan makan 4 sehat 5 sempurna. Nenek L dan Ibu Rs belum mengetahui tentang gizi kurang. Mereka mengetahui An. M badannya kurus namun tidak mengetahui bila An. M masuk kriteria gizi kurang, karena selama ini An. M sendiri yang pergi ke posyandu tanpa diantar orang tuanya dan ia tidak memiliki KMS. Ibu Rs pernah diingatkan adiknya tentang anaknya yang kurus dan ia disarankan untuk memeriksakan anaknya, namun hal tersebut belum ia lakukan. Ibu Rs juga merencanakan untuk memberikan anaknya suplement, namun hal tersebut juga belum ia lakukan. Nenek L maupun Ibu Rs belum melakukan tindakan apapun dan juga belum membawa An. M ke fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah gizi anaknya tersebut. Tingkat kemandirian keluarga saat pengkajian yaitu Mandiri I. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 33 3.2. Diagnosis Keperawatan. Berdasarkan data di atas, maka didapatkan masalah keperawatan keluarga pada keluarga Bpk. R saat ini yaitu: (1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M. (2). Risiko gangguan tumbuh kembang pada An. M. Setelah diketahui masalah keperawatan yang dialami keluarga saat ini, perawat bersama-sama dengan keluarga lalu menghitung skoring masalah melalui pembobotan masalah dengan menggunakan metode skoring dan didapatkan masalah keperawatan prioritas yaitu: “Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M” dengan skor 5. 3.3. Perencanaan Keperawatan. Tujuan umum untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M yaitu: Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 6 minggu, keluarga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi An. M dengan kriteria hasil: Berat badan An M berada pada rentang -2 SD sampai dengan +2 SD; BB/U dan BB/PB Standar Gizi Nasional KEMENKES (2011). Rencana keperawatan yang telah disusun bersama keluarga untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M adalah sebagai berikut. Tujuan khusus pertama untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M yaitu: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 45 menit, keluarga mampu mengenal gizi dan gizi kurang pada balita. Rencana keperawatan untuk mencapai tujuan khusus pertama meliputi menjelaskan pengertian gizi kurang pada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet, menjelaskan penyebab gizi kurang, tanda dan gejala dari gizi kurang, dan mengidentifikasi bersama keluarga adakah anggota keluarganya yang memiliki tanda-tanda gizi kurang. Perawat memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 34 disampaikan dan memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga serta pemahaman keluarga yang sudah benar. Tujuan khusus ke dua untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M yaitu: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 45 menit, keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat untuk mengatasi balita (An. M) yang mengalami gizi kurang. Rencana keperawatan untuk mencapai tujuan khusus ke dua meliputi: menjelaskan pada keluarga tentang akibat dari gizi kurang, memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi An. M yang mengalami gizi kurang, dan memberikan reinforcement positif atas keputusan tepat yang diambil oleh keluarga. Tujuan khusus ke tiga untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M yaitu: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 x 45 menit, keluarga mampu merawat anak balitanya (An. M) yang mengalami gizi kurang. Rencana Keperawatan untuk mencapai tujuan khusus ke tiga yaitu menjelaskan pada keluarga tentang cara mengatasi masalah gizi kurang, menjelaskan dan mendemonstrasikan porsi makan sesuai menu seimbang untuk An. M yang berusia 35 bulan, dan memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi penyusunan porsi makan sesuai menu seimbang untuk An. M yang berusia 35 bulan. Perawat juga menjelaskan triguna makanan dan mendemonstrasikan pemilihan bahan makanan berdasarkan triguna makanan, dan memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali triguna makanan, redemonstrasi pemilihan bahan makanan berdasarkan triguna makanan, dan menyusun jadwal menu harian berdasarkan triguna makanan selama 1 minggu. Perawat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengolah makanan yang sehat dan memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali dan meredemonstrasikan cara mengolah makanan yang sehat. Perawat menjelaskan tentang pentingnya pemberian PMT/makanan selingan sehat yang kaya energi dan protein, manfaat, serta contohnya, dan mendemonstrasikan bersama keluarga cara Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 35 membuat camilan sehat kaya energi dan protein (puding tinggi karbohidrat dan tinggi protein), memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang pentingnya pemberian PMT/makanan selingan sehat yang kaya energi dan protein, manfaat, serta contohnya, melakukan redemonstrasi pembuatan dan memotivasi keluarga untuk camilan sehat; puding tinggi karbohidrat dan tinggi protein, dan menyusun menu makanan selingan yang sehat bagi balita selama satu minggu. Perawat juga memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga selama interaksi. Tujuan khusus ke empat untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M yaitu: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 45 menit, keluarga mampu memodifikasi lingkungannya untuk mengatasi anak balitanya (An. M) yang mengalami gizi kurang. Rencana Keperawatan untuk mencapai tujuan khusus tersebut di atas meliputi menjelaskan pada keluarga cara penyajian makanan yang dapat merangsang nafsu makan anak, menjelaskan cara mengatasi ank yang sulit makan, dan cara memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi anak balita. Tujuan khusus ke lima untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M yaitu: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 45 menit, keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Rencana keperawatan untuk mencapai tujuan khusus tersebut yaitu menjelaskan pada keluarga jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat ia gunakan yang terdapat di sekitar lingkungan tempat tinggal terkait dengan peningkatan status gizi balita, manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan, dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan atau mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. 3.4. Implementasi Keperawatan. Perawat melakukan implementasi keperawatan keluarga pada keluarga Bpk. R selama ± 6 minggu dengan kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 36 bersama keluarga dengan fokus kegiatan pada implementasi inovasi mahasiswa yaitu pemenuhan gizi seimbang balita dan pemberian makanan tambahan kaya energi dan protein, sebagai berikut: Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat bersama keluarga untuk mencapai tujuan khusus yang pertama yaitu, perawat menjelaskan pengertian gizi dan gizi kurang pada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet, menjelaskan penyebab gizi kurang, tanda dan gejala dari gizi kurang, dan mengidentifikasi bersama keluarga adakah anggota keluarganya yang memiliki tanda-tanda gizi kurang. Perawat memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan dan memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga serta pemahaman keluarga yang sudah benar. Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat bersama keluarga untuk mencapai tujuan khusus ke dua yaitu, perawat menjelaskan pada keluarga tentang akibat dari gizi kurang, memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi An. M yang mengalami gizi kurang, dan memberikan reinforcement positif atas keputusan tepat yang diambil oleh keluarga. Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat bersama keluarga untuk mencapai tujuan khusus ke tiga yaitu, perawat menjelaskan pada keluarga tentang cara mengatasi masalah gizi kurang, menjelaskan dan mendemonstrasikan porsi makan sesuai menu seimbang untuk An. M yang berusia 35 bulan, dan memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi penyusunan porsi makan sesuai menu seimbang untuk An. M yang berusia 35 bulan. Perawat juga menjelaskan triguna makanan dan mendemonstrasikan pemilihan bahan makanan berdasarkan triguna makanan, dan memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali triguna makanan, redemonstrasi pemilihan bahan makanan berdasarkan triguna makanan, dan menyusun jadwal menu harian berdasarkan triguna makanan selama 1 minggu. Perawat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengolah makanan yang sehat dan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 37 memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali dan meredemonstrasikan cara mengolah makanan yang sehat. Perawat menjelaskan tentang pentingnya pemberian PMT/makanan selingan sehat yang kaya energi dan protein, manfaat, serta contohnya, dan mendemonstrasikan bersama keluarga cara membuat camilan sehat kaya energi dan protein (puding tinggi karbohidrat dan tinggi protein), memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang pentingnya pemberian PMT/makanan selingan sehat yang kaya energi dan protein, manfaat, serta contohnya, melakukan redemonstrasi pembuatan dan memotivasi keluarga untuk camilan sehat; puding tinggi karbohidrat dan tinggi protein, dan menyusun menu makanan selingan yang sehat bagi balita selama satu minggu. Perawat juga memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga selama interaksi. Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat bersama keluarga untuk mencapai tujuan khusus ke empat yaitu; perawat menjelaskan pada keluarga cara penyajian makanan yang dapat merangsang nafsu makan anak, menjelaskan cara mengatasi ank yang sulit makan, dan cara memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi anak balita. Perawat juga memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga selama interaksi. Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat bersama keluarga untuk mencapai tujuan khusus ke lima yaitu meliputi; perawat menjelaskan pada keluarga jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat ia gunakan yang terdapat di sekitar lingkungan tempat tinggal terkait dengan peningkatan status gizi balita, manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan, dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan atau mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Implementasi inovasi unggulan perawat untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M, yaitu “Penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 38 selingan kaya energi dan protein pada balita”. Implementasi ini menggabungkan antara pemenuhan gizi yang seimbang dengan memenuhi komponen tri guna makanan yang terdiri dari zat tenaga (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral) dengan pemberian makanan selingan/camilan sehat di sela waktu makan anak yang terutama kaya akan energi (karbohidrat dan lemak) dan protein. Perawat mengedepankan implementasi ini untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita. Balita harus mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat baik dari kualitas maupun kuantitas untuk meningkatkan berat badan anak. Implementasi ini dilakukan selama ± 6 minggu bersamaan dengan proses asuhan lainnya dan menjadi dasar asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga. Implementasi yang sudah dilakukan perawat terkait inovasi ini meliputi pemberian edukasi pada keluarga balita tentang gizi seimbang balita dan manfaat gizi seimbang balita. Keluarga juga diberikan edukasi tentang makanan selingan/camilan sehat yang kaya akan energi dan protein, contoh jenis-jenis makanan selingan/camilan sehat, serta cara membuat makanan selingan lokal yang kaya akan energi dan protein seperti puding kaya energi dan protein dengan harga yang ekonomis. Perawat melakukan demonstrasi bersama keluarga tentang pemilihan bahan makanan sesuai fungsinya, cara pengolahan bahan makanan yang benar agar zat gizi yang terkandung di dalamnya tidak hilang, dan memotivasi keluarga melakukan redemonstrasi ulang. Perawat memotivasi keluarga untuk menyusun jadwal menu seimbang keluarga beserta jadwal pemberian makanan selingan atau camilan sehat kaya energi dan protein di sela jam makan anak selama satu minggu, dan melakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan keluarga mematuhi program yang telah disepakati bersama. 3.5. Evaluasi Keperawatan. Perawat membuat pertemuan sebanyak 11 kali dengan keluarga selama proses asuhan yang terdiri dari 2 pertemuan selama tahap pengkajian, 8 pertemuan implementasi, dan 1 pertemuan evaluasi akhir dan terminasi. Evaluasi Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 39 dilakukan selama proses asuhan untuk menilai keberhasilan implementasi pada setiap interaksi dan evaluasi tahap akhir pada akhir interaksi sebelum dilakukannya terminasi. 3.5.1. Evaluasi Formatif. a. Evaluasi Subyektif. Keluarga mengatakan sudah memahami tentang apa itu gizi kurang, penyebab serta tanda dan gejala gizi kurang, dan pentingnya gizi seimbang pada balita. Ibu Rs dan Nenek L mengatakan sudah memahami pentingnya pemberian makanan selingan/camilan yang kaya zat energi dan protein. Ibu Rs sudah mengetahui bahwa anaknya, An. M mengalami masalah gizi kurang dan memutuskan akan merawat anaknya tersebut agar tidak terjadi komplikasi yang tidak ia inginkan. Ibu Rs mengatakan saat ini ia sendiri yang memasak dan menyiapkan makanan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat bersama perawat. Ibu Rs juga mengatakan ia dan suaminya sepakat bahwa Ibu Rs akan lebih konsentrasi mengurus anaknya tersebut, mengatur pola makannya dan berhenti kerja untuk sementara waktu. Ibu Rs mengatakan saat ini ia yang menyuapi An. M dan sudah dipisahkan dalam porsinya sendiri, tidak disatukan lagi dengan kakaknya. Ibu Rs mengatakan An. M kadang masih sulit makan, namun ia sudah menyiasatinya dengan pemberian makanan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu Rs juga sudah memberikan makanan selingan sesuai jadwal menu yang sudah dibuat. Ia mengatakan bahwa An. M menyukai makanan selingan yang ia buat, terutama bila dibuat dalam bentuk yang menarik, seperti puding yang dicetak bentuk pesawat. Nenek L mengatakan saat ini ia yang mengantarkan cucunya ke posyandu untuk memantau berat badan cucunya. Nenek L juga membatasi jajanan tidak sehat yang dikonsumsi cucunya yang diperoleh dari warung tempatnya berjualan. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 40 b. Evaluasi Obyektif. Keluarga terlihat antusias dan kooperatif dalam mengatasi masalah gizi kurang pada An. M terutama Ibu Rs dan Nenek L. Pada awal interaksi, keluarga belum mengetahui tentang gizi kurang, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang, dan manfaat gizi seimbang. Keluarga juga menganggap badan An. M yang kurus bukan merupakan suatu kondisi gizi kurang, sehingga keluarga tidak mengambil sikap apa pun dalam mengatasinya. Setelah akhir interaksi, Ibu Rs dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab dan tanda dan gejala gizi kurang dan manfaat gizi seimbang, Ibu Rs juga dapat menyebutkan cara mengatasi gizi kurang melalui pemberian makanan dengan gizi yang seimbang dan pemberian makanan selingan/camilan sehat yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Ibu Rs mampu menyebutkan dua contoh camilan sehat. Berdasarkan pengamatan perawat, An. M makan sudah dalam porsi yang terpisah dari kakaknya. Jenis makanan yang dikonsumsi pun sudah memenuhi kriteria gizi seimbang. Keluarga terlihat kadang belum mematuhi jadwal menu yang telah disepakati bersama, namun sudah menggantinya dengan komponen yang sesuai. Keluarga juga tampak sudah menyiapkan makanan tambahan berupa camilan sehat seperti bubur kacang hijau yang diberi susu, puding kaya energi dan protein, dan jagung keju susu. An. M tampak menyukai camilan sehatnya. An. M terlihat lebih ceria. Berat badan An. M setelah intervensi selama 1 bulan mengalami peningkatan sebanyak 500 gram. c. Analisa Hasil. Tujuan yang telah ditetapkan perawat dalam kriteria hasil TUK 1 sampai dengan TUK 5 sudah mampu dicapai oleh keluarga. Berat badan An. M saat ini berdasarkan Standar Gizi Nasional KEMENKES (2011) berdasarkan kriteria BB/U dan BB/PB berada pada range -2SD sampai dengan -1SD atau kategori gizi baik. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 41 d. Planing. Perawat memotivasi keluarga untuk meningkatkan kembali pengetahuan keluarga tentang gizi balita dengan banyak membaca majalah tentang gizi balita maupun banyak bertanya terhadap kader posyandu atau petugas puskesmas. Perawat memberikan reinforcement positif atas keberhasilan keluarga memperbaiki status gizi balitanya dan memotivasi keluarga untuk mempertahankan sikap positif yang telah dilakukan keluarga dalam memodifikasi lingkungannya untuk meningkatkan nutrisi anak. Perawat juga bekerja sama dengan kader posyandu untuk terus memantau gizi An. M. 3.5.2. Evaluasi Sumatif. Asuhan keperawatan keluarga terhadap keluarga Bpk. R, khususnya An. M telah tercapai. Status gizi An.M saat ini sesuai dengan kriteria hasil berada pada range -2SD sampai dengan -1SD Standar Gizi Nasional KEMENKES (2011) atau kategori Gizi Baik. 3.5.3. Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga. Tingkat kemandirian keluarga pada saat awal interaksi adalah Kemandirian I yang ditandai dengan keluarga menerima petugas dan menerima yankes sesuai rencana, namun belum dapat menyatakan masalah kesehatan secara benar. Keluarga Bpk. R di akhir interaksi menunjukkan kemajuan, yaitu keluarga sudah dapat menyatakan masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan posyandu sesuai anjuran, melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, dan melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif melalui pemberian makanan sesuai gizi seimbang dan pemberian makanan selingan sehat kaya energi dan protein di sela jam makan anak, sehingga dapat dikatakan tingkat kemandirian keluarga pada keluarga Bpk. R mengalami peningkatan dari Kemandirian I menjadi Kemandirian III. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 BAB 4 ANALISIS SITUASI 4.1. Profil Lahan Praktik. Kota Depok resmi menjadi Kotamadya berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 1999. Kecamatan Cimanggis sendiri ikut masuk dalam wilayah Kota Depok sejak diresmikannya Kota Depok tersebut, sehingga tidak lagi masuk dalam wilayah Kota Bogor, dengan luas wilayah 5.100,97 Ha. Kecamatan Cimanggis sendiri sejak tanggal 30 Oktober 2009, sesuai Perda Kota Depok No. 8 Tahun 2007 resmi dimekarkan dengan Kecamatan Tapos dan membawahi enam kelurahan yang terdiri dari: (1). Kelurahan Pasir Gunung Selatan. (2). Kelurahan Tugu. (3). Kelurahan Mekarsari. (4). Kelurahan Cisalak Pasar. (5). Kelurahan Curug, dan (6). Kelurahan Harjamukti. Akibat dari pemekaran tersebut, Kecamatan Cimanggis mengalami perubahan luas wilayah menjadi 1.974,98 Ha. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 8 RW yang mayoritas penduduknya ratarata memiliki status ekonomi menengah ke bawah dan hanya 1 RW saja yang memiliki status ekonomi rata-rata penduduknya menengah ke atas karena merupakan pemukiman komplek perumahan. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki satu Puskesmas Kelurahan yang berada di bawah naungan Puskesmas Kecamatan Cimanggis dan letaknya berdekatan dengan Kantor Kelurahan, namun belum dioperasionalkan karena minimnya tenaga kesehatan yang dimiliki Puskesmas Kecamatan Cimanggis. Sehingga fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama berada di bawah tanggung jawab Puskesmas Kecamatan Cimanggis, sesuai asas wilayah, yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari Kelurahan Cisalak Pasar. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki satu buah pasar yang terletak di perbatasan RW03 dan RW 04 yang jaraknya berdekatan dengan rumah warga. Terdapat beberapa masalah kesehatan berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa residen spesialis komunitas FIK UI yang salah satunya adalah masalah gizi kurang pada balita terutama pada balita di RW 07. Universitas Indonesia 42 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 43 RW 07 merupakan pemukiman padat penduduk dengan jumlah penduduk ± 2248 jiwa yang terdiri dari 1243 jiwa laki-laki dan 1005 jiwa perempuan. Mayoritas penduduknya memiliki tingkat pendidikan akhirnya SMA, beragama Islam, dan berasal dari suku Jawa. Pekerjaan yang dimiliki mayoritas penduduknya yaitu karyawan swasta dengan pendapatan rata-rata lebih dari satu juta rupiah perbulannya. Wilayah RW 07 mudah diakses karena letaknya yang berdekatan dengan pasar. Terdapat angkutan umum yang melintasi jalan utama, sedangkan sebagian besar wilayah hanya bisa diakses dengan kendaraan roda dua karena kepadatannya. Pembuangan sampah dikelola oleh RW, namun masih ada sebagian warga yang membakar sampah di halaman rumahnya. Terdapat saluran air got yang mengalir lancar, namun di beberapa pemukiman nampak tersumbat oleh sampah dedaunan. Sumber air minum warga sebagian besar menggunakan air tanah yang berasal dari sumur warga.Terdapat satu buah pasar yang berdekatan dengan RW 07 yang mudah diakses warga dengan berjalan kaki. Selain itu pada tiap RT juga banyak dijumpai tukang-tukang sayur dan juga warung makanan siap saji ataupun warung kecil yang menjual jajanan anak yang sebagian besar mengandung MSG, sehingga mudah bagi warga RW 07 untuk mengakses sumber bahan pangan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang biasa digunakan warga yaitu Puskesmas Kecamatan Cimanggis, Praktek bidan, Praktek dokter swasta, Posyandu dan Posbindu. Posyandu maupun Posbindu merupakan UKBM yang dilaksanakan sebulan sekali berdasarkan swadaya masyarakat dengan pembinaan dari Puskesmas Kecamatan Cimanggis. Teerdapat satu buah Posbindu dan tiga buah Posyandu di wilayah RW 07. Posyandu Flamboyan 1 mengelola balita dan ibu hamil yang ada di wilayah RT 01 dengan kunjungan rata-rata perbulannya berjumlah ± 60 balita dan dilaksanakan tanggal 11 setiap bulannya. Posyandu Flamboyan 2 mengelola balita dan ibu hamil yang ada di wilayah RT 03, 04, 05, 06, dan 07 dengan rata-rata kunjungan perbulannya ± 60 balita yang dilaksanakan pada tanggal 19 setiap bulannya. Sedangkan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 44 Flamboyan 3 mengelola balita dan ibu hamil yang ada di wilayah RT 02 dengan rata-rata kunjungan perbulannya mencapai ± 40-50 balita dan dilaksanakan pada tanggal 17 setiap bulannya. Seluruh posyandu yang ada di wilayah RW 07 belum melakukan sistem 5 meja dengan alasan keterbatasan tenaga kader yang ada. Berdasarkan pengamatan pada saat penimbangan, terdapat 3-5 orang kader pada masingmasing posyandu saat penimbangan berlangsung. Jenis makanan tambahan yang disediakan posyandu juga beraneka ragam. Posyandu Flamboyan 1 berdasarkan pengamatan selama dua kali penimbangan menggunakan makanan siap saji seperti sosis, wafer, biskuit, dan susu. Pada posyandu Flamboyan 2 memberikan makanan tambahan berupa telur rebus, bubur, biskuit, dan susu. Sedangkan posyandu Flamboyan 3 memberikan bubur kacang hijau dan puding sebagai makanan tambahan saat penimbangan. Perawat melakukan wawancara dengan kader dengan hasil; sebagian besar kader sudah pernah dilatih tentang gizi seimbang balita, namun saat ditanya seputar gizi seimbang balita pada sebagian kader, kader mengatakan sudah lupa. Jarang dilakukan supervisi dari puskesmas terhadap aktivitas posyandu. Posyandu juga jarang melakukan penyuluhan kesehatan baik yang dilakukan oleh kader maupun oleh pihak puskesmas. Masalah kesehatan rata-rata yang dialami oleh balita di RW 07 yaitu batuk, pilek, panas, dan diare. Pada skreening gizi yang dilakukan mahasiswa terhadap balita yang melakukan penimbangan pada tiga posyandu di RW 07, didapatkan data 5 orang balita memiliki status gizi buruk dengan kriteria BB/U kurang dari -3SD dengan 1 orang diantaranya mengalami gangguan tumbuh kembang dan 8 orang balita mengalami gizi kurang dengan kriteria BB/U berada pada range -3SD sampai dengan -2SD. Wawancara yang dilakukan perawat terhadap ibu-ibu balita yang balitanya memiliki masalah gizi, 100% ibu kurang pengetahuannya tentang gizi seimbang balita, 82,35% belum melakukan pengolahan bahan makanan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 45 dengan benar, 58,82% balitanya mengalami sulit makan, dan 82,35% ibu tidak melakukan modifikasi makanan anak. 4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait. Keluarga Bpk. R berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Penghasilan rata-rata Bpk. R sebenarnya masih di atas Upah Minimum Regional (UMR) Kota Depok, namun dengan jumlah anak sebanyak tujuh orang ditambah dengan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah dengannya menjadikannya kadang sulit memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehingga ia masuk dalam kategori sosial ekonomi menengah ke bawah. An. M (35 bln) yang merupakan anak ke tujuh Bpk. R, berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan perawat memiliki BB 11 kg dengan TB 92 cm, dimana berdasarkan BB/U maupun BB/PB Standar Gizi Nasional KEMENKES Tahun 2011 berada pada range -3SD sampai dengan -2SD atau kategori gizi kurang atau kurus. Hasil pengamatan perawat, asupan makanan An. M tidak adekuat baik secara kualitas maupun kuantitas. An. M sehariharinya berada dibawah pengasuhan Nenek L, ia seringkali makan disuapi berdua dengan kakaknya dalam satu porsi nasi. An. M kadang makan hanya 3-5 sendok saja dan makanan yang disajikan keluarga juga tidak memenuhi kriteria gizi seimbang, misalnya tempe atau tahu saja yang diberi kuah santan, atau sayur tumis kacang panjang tanpa lauk, sehingga An. M mengalami masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi pada balita. Hal ini sejalan dengan Adisasmito (2008) yang menyatakan faktor sosial yang berkontribusi dalam masalah gizi kurang pda balita yaitu rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi anak, sehingga anak makan sekadarnya atau asal kenyang namun miskin gizi. BPPN (2007) juga menyatakan bahwa penyebab langsung gizi kurang yaitu kurangnya asupan gizi. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 46 Fokus perhatian keluarga terutama pada pemenuhan kebutuhan pokok, sehingga peran ibu yang seharusnya mengasuh anak juga turut membantu suami mencari nafkah, ayah yang jarang pulang untuk menghemat pengeluaran keluarga, dan peran nenek yang seharusnya sudah menikmati masa tuanya namun masih harus mengasuh cucu sambil berdagang, menjadikan tugas pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak balita menjadi terabaikan. Hal ini sejalan dengan Harsiki (2002) yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh anak, konsumsi energi dan protein dengan keadaan gizi anak balita. Bpk. R tinggal di daerah pemukiman padat penduduk di wilayah RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok yang merupakan wilayah perkotaan subklasifikasi nonmetropolitan dengan karakteristik penduduknya yang padat, corak kehidupan sosial yang beragam, dan adanya stratifikasi sosial sesuai dengan definisi masyarakat perkotaan menurut Waluya (2007). Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat timbul pada masyarakat perkotaan sebagai dampak dari masalah ekonomi dan kemiskinan yang berakibat pada ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi. Banyaknya kaum pendatang yang datang ke perkotaan meningkatkan persaingan dalam ekonomi yang menyebabkan meningkatnya kemerosotan perekonomian, kehilangan pekerjaan, banyaknya pengangguran, dan menyebabkan meningkatnya masalah kesehatan (Allender, Rector, & Warner, 2010). Penghasilan Bpk.R sebenarnya masih di atas UMR Kota Depok, namun jumlah anak yang banyak (tujuh orang), tingkat pendidikan ibu yang rendah dan pengetahuan terkait gizi balita yang kurang menyebabkan An. M mengalami masalah gizi. Hal ini sejalan dengan BPPN (2007) yang menyatakan salah satu penyebab masalah gizi pada balita yaitu rendahnya daya beli dan ketidaktersediaannya pangan yang bergizi, faktor sosial ekonomi, serta rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 47 Anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami resiko kurang gizi karena keterbatasan suplai makanan, keterbatasan akses terhadap makanan, faktor orang tua dengan keterbatasan pendidikan, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi dan akses kesehatan (Hitchcock, Schubert, & Thomas,1999). Muljati, dkk (1992) dalam Puspitasari (2012) menyatakan bahwa anak dengan masalah gizi kurang lebih banyak dijumpai pada keluarga dengan jumlah anak banyak, pendapatan keluarga yang rendah mungkin masih dapat mencukupi untuk 1-2 anak, tetapi tidak cukup untuk 3 anak atau lebih. Kartono (1993) dalam Puspitasari (2012) menyatakan semakin besar nomor urut kelahiran anak dalam keluarga, semakin cenderung untuk menderita gizi kurang. Harsiki (2002) menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh anak, konsumsi energi dan protein dengan keadaan gizi anak balita. 4.3. Analisis Intervensi Inovasi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait Balita untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal memerlukan asupan nutrisi yang adekuat, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, sehingga intervensi unggulan yang diangkat oleh perawat adalah “Penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita”. Implementasi yang dilakukan oleh perawat selama memberikan asuhan keperawatan keluarga terhadap An. M dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi pada anak balita yaitu berupa pemberian edukasi tentang gizi seimbang balita dan jenis makanan tambahan lokal yang dapat dibuat keluarga dengan harga yang ekonomis namun kaya energi dan protein, dan juga jenis jajanan sehat balita. Selain itu perawat bersama keluarga juga menyusun menu seimbang balita dan jadwal pemberian makanan tambahan kaya energi dan protein serta melakukan demonstrasi pemilihan bahan makanan dan pengolahan bahan makanan yang baik agar nutrisi yang terkandung dalam bahan makanan tidak hilang saat pengolahan dan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 48 demonstrasi pembuatan nuget sayur sebagai trik mengatasi balita yang sulit makan sayur dan pembuatan makanan selingan berupa puding ekonomis namun kaya energi dan protein. Hal ini sejalan dengan penelitian Fitriyani (2009) yang mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan dan merubah status gizi balita, diantaranya melalui pemberian makanan camilan. Dan penelitian Putri (2011) yang mengungkapkan ada hubungan antara kasus gizi kurang dengan asupan energi. UNICEF (2009) juga menganjurkan nutrisi yang adekuat merupakan kunci penting mengatasi gizi kurang pada anak dan pemberian makanan tambahan terjadwal dan adekuat menggunakan makanan lokal terutama yang berbahan dasar lemak merupakan salah satu intervensi utama mengatasi gizi kurang pada balita. Sedangkan jenis makanan lokal untuk pemulihan gizi yang dianjurkan oleh KEMENKES (2011) adalah jenis makanan yang padat energi. Perawat melakukan evaluasi terhadap berat badan balita setelah dilakukan intervensi selama satu bulan dan diperoleh kenaikan berat badan balita sebesar 500 gram, dengan berat badan awal 11 kg menjadi 11,5 kg. Sehingga An. M yang semula memiliki status gizi kurang (berada pada rentang -3SD sampai dengan -2SD) saat ini memiliki status gizi baik (berada pada rentang 2SD sampai dengan 2SD). Perawat menemukan beberapa kendala dalam menerapkan intervensi unggulan ini yaitu berupa ketidakpatuhan keluarga, dalam hal ini nenek klien, untuk menaati menu dan jadwal makanan yang telah disepakati. Namun dengan motivasi dan edukasi yang terus menerus maka hal ini dapat diatasi. Pada evaluasi akhir didapatkan tingkat kemandirian keluarga juga meningkat dari Kemandirian Keluarga Tingkat 1 menjadi Kemandirian Tingkat III. 4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan. Perawat merasakan perlu adanya peningkatan pengetahuan yang terusmenerus tentang pentingnya gizi seimbang balita dan pemberian makanan Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 49 tambahan kaya energi dan protein terhadap orang tua balita khususnya yang balitanya memiliki masalah gizi kurang. Selain itu perlu adanya pendampingan kader terhadap keluarga yang memiliki balita gizi kurang untuk membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya serta memberikan motivasi agar keluarga mampu mengatasi masalah kesehatannya. Kader posyandu juga seyogyanya menjadi role model bagi keluarga balita dalam memberikan jenis makanan tambahan yang sehat di posyandu yang dikelolanya. Alibas, (20--) menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi dan keterlibatan TP-PKK, dalam hal ini kader, berpengaruh terhadap prevalensi gizi kurang. Retno (2012) juga menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita setelah mendapat PMT-P di DKI Jakarta. DEPKES (2002) dalam puspitasari (2012) menyatakan rendahnya pengetahuan dan pendidikan ibu merupakan penyebab dasar kurang gizi karena sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan keluarga dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mendapatkan kecukupan bahan makanan, serta pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan gizi dan sanitasi lingkungan. Pihak Puskesmas, khususnya program gizi, juga harus rutin memantau kegiatan posyandu dan bekerja sama dengan kader posyandu melakukan skrining gizi balita setiap bulannya, agar balita gizi kurang dapat terdeteksi sejak dini dan dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, salah satunya melalui pemberian gizi seimbang balita dan pemberian makanan tambahan kaya energi dan protein, sehingga balita tersebut tidak berlarut mengalami masalah gizi kurang yang dapat berdampak pada menurunnya status gizi balita menjadi gizi buruk ataupun terjadinya gangguan tumbuh kembang pada balita. Selain itu, pengaktifan meja 4 posyandu dapat menjadi sarana bagi ibu balita yang balitanya mengalami sulit makan sehingga masalah gizi kurang pada balita dapat dihindari dan petugas puskesmas beserta kader posyandu dapat secara gencar melakukan tindakan promotif dalam pencegahan masalah gizi pada balita. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan. Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan yang muncul pada masyarakat perkotaan. Masalah gizi muncul salah satunya sebagai akibat dari faktor sosial ekonomi dan kemiskinan pada masyarakat perkotaan. Ketidaktersediaannya bahan pangan yang bermutu karena harga pangan yang melambung dengan kondisi perekonomian warga yang menurun turut berkontribusi dalam menimbulkan masalah gizi. Balita sebagai salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi karena faktor sosial ekonomi dan kemiskinan mengalami masalah gizi terutama balita yang berasal dari keluarga miskin atau tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah karena keterbatasan suplai makanan, keterbatasan akses terhadap makanan, faktor orang tua dengan keterbatasan pendidikan, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi dan akses kesehatan . Asupan makan balita yang kurang dari kebutuhan dan kebiasaan keluarga yang kurang sehat dalam memberikan asupan makanan pada balita turut berkontribusi dalam mempengaruhi pemenuhan gizi balita. Beragam upaya dilakukan pada berbagai tatanan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita, salah satunya melalui keluarga, sebagai salah satu pendekatan intervensi untuk menangani masalah gizi pada balita. Teori model keperawatan yang digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan kepada keluarga yaitu model Family Centre Nursing (FCN) menurut Friedman atau asuhan yang berpusat pada keluarga. Asuhan keperawatan yang dilakukan terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. An. M (35 bln), keluarga Bpk. R (45 Thn), berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan perawat memiliki BB 11 kg dengan TB 90 cm, dimana berdasarkan BB/U maupun BB/PB Standar Gizi Nasional KEMENKES Tahun 2011 berada pada range -3 SD sampai dengan -2SD atau kategori gizi kurang atau kurus. Keluarga Bpk. R berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Hasil pengamatan perawat, asupan Universitas Indonesia 50 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 51 makanan An. M tidak adekuat baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga An. M mengalami masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi pada balita. Implementasi yang sudah dilakukan perawat bersama keluarga meliputi menjelaskan pada keluarga tentang gizi kurang dan pentingnya gizi seimbang balita, cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang sehat, penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang bagi balita dan pembuatan makanan selingan/camilan sehat kaya energi dan protein dengan harga ekonomis namun padat gizi, pembuatan jadwal makan balita, cara memodifikasi lingkungan untuk mengatasi anak yang sulit makan,dan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah gizi pada balita. Implementasi inovasi perawat yaitu “Penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein” yang diberikan kepada balita bersama-sama keluarga sesuai jadwal yang telah disepakati bersama keluarga. Implementasi tersebut sudah dilakukan perawat bersama keluarga selama satu bulan dan saat dilakukan evaluasi berhasil meningkatkan berat badan balita sebesar 500 gram. Status gizi An. M saat ini berdasarkan BB/U dan BB/TB Standar Gizi Nasional KEMENKES (2011) berada pada range -3SD sampai dengan -2SD atau Kategori Gizi Baik atau Normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Fitriyani (2009) yang mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan dan merubah status gizi balita, diantaranya melalui pemberian makanan camilan. Pemberian makanan camilan atau makanan tambahan, tentu saja harus dipilih baik dari jenis, komposisi maupun jumlahnya. Putri (2011) mengungkapkan ada hubungan antara kasus gizi kurang dengan asupan energi. Sehingga KEMENKES (2011) menganjurkan makanan untuk pemulihan gizi salah satunya adalah jenis makanan lokal yang padat energi dan diperkaya dengan vitamin dan mineral. Evaluasi akhir terhadap asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat terhadap keluarga Bpk. R, khususnya An. M dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita telah tercapai, dimana status gizi An. M saat ini Gizi Baik atau Normal, dan berhasil meningkatkan tingkat kemandirian keluarga dari Tingkat Kemandirian 1 menjadi Tingkat Kemandirian III. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 52 5.2. Saran. 5.2.1. Bagi Kader Posyandu. Kader agar terus bersemangat dalam memotivasi keluarga dengan masalah gizi kurang maupun yang beresiko mengalami kurang gizi melalui penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita. Kader sebaiknya dapat menjadi role model bagi ibu-ibu yang balitanya mengalami gizi kurang melalui pemberian makanan yang padat gizi sebagai makanan tambahan yang diberikan bagi balita di posyandu yang dikelolanya. Kader sebagai perpanjangan tangan puskesmas harus lebih meningkatkan pengetahuannya tentang gizi seimbang balita dan memberikan edukasi terkait gizi balita di meja 4 posyandu untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu balita tentang pentingnya gizi seimbang bagi balita. Kader dapat memberikan dukungan bagi keluarga yang balitanya mengalami masalah gizi kurang berupa pendampingan keluarga; 1 kader mendampingi 8-10 keluarga balita. Deteksi dini terhadap masalah gizi kurang dapat dilakukan di posyandu terhadap balita yang berat badannya tidak naik atau turun dalam dua kali penimbangan. Kader juga dapat mengaktifkan sistem pelaporan hasil penimbangan balita di posyandunya kepada puskesmas dan memberikan label khusus atau tanda khusus pada Kartu Menuju Sehat (KMS) balita bagi balita yang memiliki masalah gizi maupun yang beresiko terhadap masalah gizi, misalnya label kuning pada KMS balita yang beresiko mengalami masalah gizi dan label merah pada KMS balita yang sudah mengalami masalah gizi. 5.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan. Pengalaman perawat dalam merawat balita dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita dengan menerapkan implementasi inovasi unggulan penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita dengan masalah gizi, dapat dipertimbangkan sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan pihak puskesmas untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita yang ada di wilayah Cisalak Pasar. Peran tenaga kesehatan dalam memberikan motivasi dan dukungan terhadap kader posyandu dapat menjadi Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 53 penyemangat bagi kader untuk berperan serta aktif mangatasi masalah gizi kurang di wilayahnya. Supervisi dan monev terhadap kinerja posyandu perlu ditingkatkan dalam rangka deteksi dini terhadap masalah gizi kurang yang ada di wilayah Cisalak Pasar. Support atau dukungan sosial berupa dukungan emosional maupun dukungan informasi terhadap keluarga dengan masalah gizi kurang dapat meningkatkan semangat keluarga mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya. Tenaga kesehatan juga dapat membentuk kelompok swa bantu untuk menolong keluarga yang balitanya mengalami masalah gizi. Masalah gizi balita merupakan masalah bersama yang harus dipecahkan bersama baik dari lintas program maupun lintas sektoral dan bukan merupakan aib yang harus ditutupi. 5.2.3. Bagi Keluarga dengan Balita. Peran serta keluarga dan keterlibatan aktif keluarga dalam mengatasi masalah gizi pada balita merupakan faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan intervensi. Keluarga balita sebaiknya aktif menggali informasi tentang gizi seimbang balita dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya. Dukungan dari sesama keluarga yang balitanya memiliki masalah gizi dapat membantu berbagi informasi, pengalaman, dan trik mengatasi masalah gizi anak balita sehingga balita tidak mengalami masalah gizi kurang ataupun gizi buruk yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada balita. Implementasi inovasi yang dilakukan perawat berupa penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita dengan masalah gizi kurang terbukti dapat menaikkan status gizi balita sehingga dapat disarankan untuk digunakan pada keluarga untuk mencegah masalah kurang gizi pada balita maupun untuk mengatasi masalah gizi pada balita. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. (2008). Analisis politik nasional dan millennium development goal (mdg). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Adisasmito, W. (2008). Rancangan undang-undang RI tentang pemberian makanan tambahan dan pemeriksaan kesehatan berkala bagi anak usia 1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) tahun. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Alibas, S. (2006). Efektifitas program perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan kurang gizi di kabupaten dan kota propinsi sulawesi tenggara. Tesis. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Allender, J. A. Rector, C. & Warner, K. D. (2010). Community health nursing: Promoting and protecting the public’s health. (7th ed). Lippincott Williams & Wilkins.. Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Arora. C. (2009). Child nutrition. India: ABD Publisher. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2007). Riset kesehatan dasar 2007. Balitbangkes. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Laporan perkembangan pencapaian millennium development goals Indonesia 2007. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2006-2010. Bappenas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Balitbangkes. Badan Pusat Statistik. (2008). Analisis dan perhitungan tingkat kemiskinan 2008. Jakarta. http://daps.bps.go.id. Bintarto. (1989). Interaksi desa-kota. Jakarta: Ghalia Indonesia. Brown, Judith. (2005). Nutrition through the life cycle. USA: Wadsworth. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2000). Situasi pangan dan gizi Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2003), Panduan umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2004). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bangsa Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2008). Pedoman perawat kesehatan masyarakat di puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. http://www.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta. http://www.yanmedik.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan Perencanaan dan Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id. Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota depok 2010. Depok: Tidak dipublikasikan. Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di kelurahan pancoran mas depok.. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok. Friedman, M. M., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : Research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange. Harsiki, M. M. T. (2002). Hubungan pola asuh anak dan faktor lain dengan keadaan gizi anak balita keluarga miskin di pedesaan dan perkotaan propinsi sumatra barat tahun 2002. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 Helvie. O. C., (1998). Advanced practice nursing in the community. New Delhi: Sage Publications. Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga dan anak dengan status gizi balita di wilayah puskesmas kelurahan pancoran mas, kota depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing: caring in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing Company. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Keputusan menteri kesehatan RI nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010. Tentang standar antropometri penilaian status gizi anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Anak. (2013). Pertemuan nasional integrasi gizi dan kesehatan anak dalam rangka akselerasi pencapaian MDG 1 dan 4. Artikel. www.gizikia.depkes.go.id. Kozier, Erb et al. (2004). Fundamental of nursing: Concepts, process and practice. (7th ed). New Jersey: Pearson. Marriner, Ann, Ph.D. (2001). Teori ilmu keperawatan para ahli dan berbagai pandangannya. (Nursing theorists and their work). Alih bahasa: Ismail Ekawijaya.& Ridlo Riyono. Jakarta: EGC. Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine : Argonauta Corporation. Puspitasari, D.A. (2012). Perubahan status gizi pada anak balita gizi kurang yang mengikuti pemulihan gizi buruk di klinik gizi PPTK dan EK. (Analisa data sekunder klinik gizi pusat teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinis dari tahun 2006-2010). Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 Putri. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak umur 6-59 bulan di Indonesia tahun 2010. (Analisis data RISKESDAS 2010). Tesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Sariningsih. (2002). Kasus terhadap orang tua balita dari keluarga miskin di kelurahan babakan surabaya kecamatan kiaracondong kota bandung. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Sarlito. W. S. (1992). Psikologi lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Soekirman, et all. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Stanhope & Lancaster. (2004). Community health nursing. (5th ed). St Louis United States: Mosby Inc. Supariasa, IDN. et al. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC. Sulistyawati. (2011). Pengaruh pemberian diet formula 75 dan 100 terhadap berat badan balita gizi buruk rawat jalan di wilayah kerja puskesmas pancoran mas kota depok. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. UNICEF. (2009). Tracking progress on child and maternal nutrition; A survival and development priority. UNICEF. (2012). Levels and trends in child malnutrition: Unicef. Who. The world bank joint child malnutrition estimates. United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a Compact among Nations to End Human Poverty in 2015. http://mdgs.un.org. Universitas Indonesia. (2008). Pedoman teknis penulisan tugas akhir mahasiswa universitas indonesia. Tidak dipublikasikan. Waluya. B. (2007). Sosiologi menyelami fenomena sosial di masyarakat untuk kelas XI sekolah menengah atas/madrasah aliyah; Program ilmu pengetahuan social. Bandung: PT Setia Purna Inves. Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Wong, D.L, et all. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC. Universitas Indonesia Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA. 1. PENGKAJIAN. a. Data Umum. 1) Nama kepala keluarga : Bpk. R. 2) Umur : 45 tahun. 3) Alamat : Jl. Mawar RT 02/07 No. 57 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok. 4) Komposisi anggota keluarga : No Nama Umur Jenis Kelamin Hubungan Pendidikan Pekerjaan keluarga 1 Bpk. R 45 Th Laki-laki Kepala SMA Supir bus SD Pembantu Keluarga 2 Ibu. Rs 42 Th Perempuan Istri Rumah Tangga 3 Nenek. L 65 Th Perempuan Nenek SD Dagang 4 Tn.D 38 Th Laki-laki Adik Ipar SMA Karyawan Swasta 5 Nn. St 19 Th Perempuan Anak SMA Karyawan Swasta 6 An. Ss 15 Th Perempuan Anak SMP Pelajar 7 An. Rm 12 Th Perempuan Anak SD Pelajar 8 An. V 8 Th Perempuan Anak SD Pelajar 9 An. Ry 6 Th Laki Anak PAUD Pelajar 10 An. M 35 bl Laki Anak Belum sekolah Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 - 5) Genogram: 35 bln Keterangan: Keluarga Bpk. R merupakan type extendeed family, dimana dalam satu keluarga terdiri dari keluarga inti dan orang lain selain keluarga inti, yaitu nenek L dan Tn. D. Bpk. R merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang berasal dari suku Betawi-Sunda, sedangkan Ibu Rs merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Keluarga Bpk. R memiliki tujuh orang anak dimana anak pertamanya sudah menikah dan tinggal bersama keluarga barunya. Port d’entry dari keluarga Bpk. R yaitu pada An.M dimana status gizi An.M saat ini berada pada rentang 3 Standar Deviasi sampai -2 Standar Deviasi atau kategori Kurus. 6) Type Keluarga. Keluarga Bpk. R merupakan Type Extendeed Family, dimana dalam satu keluarga terdiri dari keluarga inti dan orang lain selain keluarga inti, yaitu ibu kandung Ibu. Rs atau nenek dari An. M dan adik ibu Rs. 7) Suku. Bpk. R dan Ibu. Rs berasal dari Suku Betawi-Sunda. Keluarga Bpk. R tinggal di rumah keluarga Ibu. Rs bersama dengan ibu kandung Ibu. Rs. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Tidak ada nilai yang terkait budaya yang diyakini keluarga yang dapat merugikan kesehatan. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 8) Keyakinan/agama. Bpk. R dan Ibu. Rs beragama Islam dan sehari-hari menjalankan shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan mengaji. Ibu Rs menyatakan tidak ada masalah dalam menjalankan ibadahnya sehari-hari. Selain itu tidak ada keyakinan yang dianut ia dan keluarganya terkait kesehatan yang dapat merugikan kesehatan. 9) Kelas sosial dan status ekonomi. Bpk R bekerja sebagai supir bis pariwisata antar kota dan antar propinsi dengan penghasilan tak menentu ± 2-3 juta per bulannya. Penghasilan Bpk. R sebenarnya masih di atas rata-rata Upah Minimum Regional (UMR) Kota Depok, namun karena jumlah tanggungan dalam keluarga juga banyak, menyebabkan penghasilannya tersebut sering tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu Rs membantu Bpk. R bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Ibu Rs bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan penghasilan ± Rp. 800.000 per bulan. Ibu Rs mengatakan kadang Nenek L masih ikut membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan menggunakan uang pensiun peninggalan suaminya dan hasil berdagang kecil-kecilan di depan rumah mereka. 10) Aktivitas rekreasi keluarga. Bpk. R dan Ibu Rs jarang memiliki aktivitas rekreasi secara khusus. Aktivitas rekreasi yang dilakukan keluarga bersama-sama hanya menonton televisi bersama. Ibu Rs mengatakan sulit untuk berekreasi bersama-sama dengan jumlah anak yang banyak. b. Riwayat dan Tahap Perkembangan. 1) Tahap Perkembangan Keluarga Inti. Tahap perkembangan keluarga saat ini menurut Duvall dan Miller dalam Allender, et al (2010) adalah berada pada Tahap VI; Keluarga melepaskan anak dewasa muda, di mana anak pertama Bpk. R sudah menikah dan keluar dari rumah untuk tinggal bersama suaminya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah: Menyeimbangkan kebebasan dengan Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan semakin otonomi, memfokuskan kembali hubungan pernikahan, dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak. 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Tahap perkembangan keluarga Bpk R seharusnya ia dan Ibu Rs sudah memiliki anak yang dewasa dan dapat lebih memfokuskan kembali hubungan pernikahan. Tahap ini belum dapat mereka penuhi karena mereka memiliki banyak anak yang salah satunya masih balita dan memiliki masalah gizi kurang, sehingga fokus perhatian keluarga saat ini berpusat terutama pada An. M, anak ke tujuh dari Bpk. R dan Ibu Rs. 3) Riwayat keluarga Inti. Bpk R menikah dengan ibu Rs saat ia berusia 22 tahun dan ibu Rs 19 tahun. Mereka tinggal bersama di rumah orang tua Ibu Rs karena saat itu pekerjaan Bpk R belum menentu. Bpk R dan Ibu Rs melalui proses berpacaran dahulu selama ± 2 tahun dan menikah atas keinginan sendiri tanpa paksaan dari siapa pun. Bpk R dan Ibu Rs saling mencintai walaupun Bpk R lebih banyak tidur di mess tempatnya bekerja untuk menghemat pengeluaran. Bpk R jarang pulang ke rumah. Ia pulang kadang seminggu sekali karena merasa sayang dengan mahalnya ongkos yang harus ia keluarkan. Ibu Rs memahami kendala yang dirasakan suaminya dan tidak keberatan dengan kondisi yang ada. 4) Riwayat Kesehatan keluarga sebelumnya. Bpk R tidak memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes, paru, dan ginjal dalam keluarganya. Bpk R merokok 1 bungkus sehari. Ibu Rs memiliki riwayat hipertensi yang ia derita sejak gadis dan tidak pernah kontrol teratur. Ia tidak mengkonsumsi obat apa pun dan hanya minum obat jika ada keluhan saja. Hipertensi tersebut ia peroleh diturunkan dari ayahnya yang sudah meninggal ± 2 tahun ynag lalu. Tekanan darahnya saat ini yaitu 140/90 mmHg. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 Nenek L menderita Diabetes sejak 2 tahun yang lalu. Ia rutin mengkonsumsi obat Glibenklamid dan Metformin dan kontrol dua minggu sekali ke puskesmas. Gula darah sewaktunya saat ini 170 mg/dl. An. M tidak pernah menderita sakit berat, sakit yang pernah diderita yaitu batuk pilek, demam dan diare. An. M juga tidak pernah menderita TB Paru dan tidak ada riwayat sakit paru dalam keluarga. c. Lingkungan. 1) Karakteristik Rumah. Keluarga Bpk R tinggal di rumah permanen berukuran 7x10 meter yang berada di Jalan Mawar RT 02/07 No. 57 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok yang berlantai tegel. Kamar tidur ada 3 buah dan ruang tamu berfungsi sebagai kamar tidur juga di malam hari, dan memiliki satu buah kamar mandi yang terletak di dalam rumah dengan pencahayaan yang cukup yang berasal dari lampu listrik. Lantai kamar mandi terbuat dari keramik dan tidak licin. Pencahayaan ruangan rumah secara keseluruhan dan ventilasi kurang karena jendela tidak berfungsi terhalang oleh warung yang menyatu di teras rumah. 2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW. Karakteristik tetangga kebanyakan adalah kaum pendatang, namun cukup erat kekeluargaannya. Sebagian besar warga beragama Islam, bersuku Jawa, dan memiliki pendidikan akhir SMA. 3) Mobilitas geografis keluarga. Keluarga Bpk. R sudah lama tinggal di rumah tersebut sejak mereka menikah. Alat transportasi keluarga yaitu motor. Rumah keluarga Bpk R dekat dengan pasar. Fasilitas kesehatan yang terdekat dengan keluarga yaitu Puskesmas Mekarsari yang mudah diakses dengan jalan kaki ataupun dengan kendaraan roda dua. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Bpk R jarang berkumpul dengan keluarganya. Bpk. R lebih banyak memanfaatkan waktunya di rumah untuk beristirahat. Ia tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan rumahnya. Nenek L yang lebih sering mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan rumah mereka, selain karena ia mantan kader, ia juga senang mengikuti pengajian maupun acara-acara yang diadakan di lingkungan rumah mereka. 5) Jaringan/sosial support Keluarga. Hubungan kekeluargaannya dengan anak-anaknya erat. Bpk R sering memantau keluarganya melalui telepon jika ia tak ada di rumah. Ibu Rs juga selalu menelepon suaminya jika ada masalah atau hal yang perlu didiskusikan dengan suaminya. Ibu Rs mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lain juga ikut mendukung kesembuhannya. d. Struktur Keluarga. 1) Pola komunikasi keluarga. Pola komunikasi dalam keluarga dua arah. Ibu Rs selalu membicarakan segala sesuatunya dengan suaminya meskipun melalui telepon. Nenek L juga kerap dimintai pendapatnya dalam mengatasi masalah yang ada di keluarga. 2) Struktur kekuatan Keluarga. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah Bpk R. Namun jika ada masalah dalam keluarga biasanya Bpk R mendiskusikannya dengan istrinya juga. Tetapi kadang Ibu R mengambil keputusan sendiri tanpa berkomunikasi dengan suaminya, terutama untuk keputusan yang sifatnya mendesak, namun sesudahnya ia akan menceritakannya pada suaminya. 3) Struktur Peran. Bpk R berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama. Ibu Rs berperan sebagai ibu rumah tangga namun ia juga membantu suaminya mencukupi kebutuhan rumah tangga. Ibu Rs banyak dibantu oleh Nenek L Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 dalam mengasuh anak-anaknya yang masih kecil karena ia bekerja seharian, sejak pagi hingga sore hari. Nenek L mengasuh cucu-cucunya. Ia merasa hal tersebut bukan sebagai beban dan menjalankannya dengan senang hati karena bisa membantu mengawasi cucu-cucunya. Nenek L juga berdagang kecil-kecilan di teras depan rumah mereka untuk memenuhi kebutuhannya dan juga kadang membantu memenuhi kebutuhan anaknya karena ia menyadari anaknya membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membesarkan cucu-cucunya. 4) Nilai dan norma budaya. Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga adalah disesuaikan dengan nilai dalam agama Islam, namun tidak ada nilai dan keyakinan yang mereka anut yang bertentangan dengan kesehatan. e. Fungsi Keluarga. 1) Fungsi Afektif. Bpk. R dan Ibu Rs saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Mereka saling menyayangi, walaupun Bpk R hanya pulang seminggu sekali, namun Ibu Rs memahami apa yang dilakukan suaminya untuk kepentingan keluarga. Walaupun Ibu Rs dan Bpk. R memiliki banyak anak, namun mereka saling menghargai satu sama lain dan tidak pernah terlibat pertengkaran hebat di antara mereka. 2) Fungsi Sosialisasi. Keluarga Bpk. R menghormati tetangga mereka dan hidup rukun dengan tetangganya, walaupun mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bila sedang tidak bekerja. Nenek L terkadang masih mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan mereka, terutama jika ada tetangga yang kesusahan, seperti meninggal. Nenek L juga rajin mengikuti pengajian dan semasa mudanya ia pernah menjadi kader posyandu. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 3) Fungsi perawatan keluarga. Tidak terdapat nilai dan keyakinan tertentu yang diyakini keluarga yang merugikan kesehatan. Bpk. R memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus sehari, namun bila di rumah ia biasa merokok di luar rumah.Ibu Rs memiliki riwayat hipertensi sejak gadis dan tidak pernah kontrol kecuali bila ada keluhan. Ia juga tidak memantang makanan apa pun. Nenek L menderita kencing manis sejak dua tahun yang lalu, dan ia rutin kontrol tiap dua minggu sekali. Saat ini ia minum obat glibenklamid dan metformin. An. M menderita gizi kurang saat ini. Ia memang sulit makan. Kadang makan hanya 3-5 sendok saja. An. M kadang suka pilih-pilih lauk. Bila menurutnya rasanya tak enak, ia tak mau makan. An. M senang jajan ciki-cikian yang ia ambil dari warung tempat neneknya berdagang. Tak ada makanan pengganti yang diberikan keluarga bila An. M tidak mau makan. Ibu Rs sudah mengetahui anaknya kurus, namun tidak tahu bila anaknya mengalami gizi kurang. Ia tidak pernah mengantar anaknya ke posyandu karena biasanya anaknya sendiri yang pergi ke posyandu atau ditemani neneknya. Ibu Rs maupun nenek L tidak mengetahui apa itu gizi kurang, penyebab serta tanda dan gejalanya. Ia juga tidak mengetahui tentang pentingnya gizi seimbang bagi balita. Ia pernah mendengar 4 sehat 5 sempurna dulu, tapi tidak pernah mempraktekkannya juga. Mereka mengatakan tidak mengetahui komponen zat gizi dan manfaat dari masingmasing komponen zat gizi. Ibu Rs mengatakan ia belum melakukan tindakan apapun dalam menyikapi anaknya yang kurus selain menyuapi anaknya makan. Ia ingin beli vitamin untuk menaikkan berat badan anaknya namun belum ia lakukan. Ibu Rs mengatakan ia tidak pernah menyiapkan makanan khusus bagi anaknya yang sulit makan. Ibu Rs mengatakan ia belum pernah membawa An. M ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalahnya. f. Stress dan Koping Keluarga. 1) Stressor Jangka Pendek. Saat ini keluarga memikirkan An. M yang badannya kurus dan sulit makan. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 2) Stressor Jangka Panjang. Ibu Rs mengatakan tak ada beban yang menjadi pemikirannya saat ini. Ia berusaha tenang saja karena khawatir tekanan darahnya akan naik. Hanya kondisi An. M saja yang membuatnya khawatir sejak dijelaskan oleh petugas. 3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah. Setiap kali menghadapi masalah, keluarga selalu mencoba ikhlas. Keluarga percaya bahwa segala sesuatu sudah merupakan ketentuan dari Allah yang harus dijalani. Begitu pula masalah kesehatan, keluarga merasa sudah berupaya minum obat warung, sudah merasa cukup. Kecuali nenek L yang harus kontrol, namun kadang ia lebih suka membeli obat gulanya saja di apotik 4) Strategi Kopng Yang Digunakan. Bersikap terbuka dan saling menghargai, serta mengkomunikasikan segalanya, merupakan cara yang digunakan keluarga dalam menghadapi setiap masalah yang menimpa. 5) Strategi adaptasi disfungsional. Ibu. Rs kadang suka menangis sendirian jika ada masalah yang terasa berat dan suaminya tidak ada di rumahnya sehingga ia harus menanganinya sendiri. g. Harapan keluarga Dengan informasi yang diperoleh dari perawat puskesmas, Ibu Rs berharap anaknya dapat terkontrol dan dibantu dalam mengatasi masalah kurang gizi pada anggota keluarganya Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 h. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan Fisik An. M No. Pemeriksaan Hasil Tanda-tanda vital Nadi:100 x/mnt, suhu: Tinggi badan 90 cm Berat badan 11 kg Kepala Rambut tipis, hitam kemerahan, distribusi merata, , RR: 20 x/mnt tak ada luka maupun ketombe pada kulit kepalanya. Mata Conjungtiva tak anemis, dan sklera tak ikterik. Telinga Telinga simetris, pembengkakan, tak tak terdapat tampak nyeri ataupun serumen maupun pengeluaran cairan. Fungsi pendengaran baik Hidung Proporsi tepat di tengah, tak nampak pengeluaran cairan maupun lendir, mukosa lembab, tak ada pembengkakan. Mulut dan gigi Proporsi tepat di tengah, mukosa lembab, mulut dan gigi bersih, tak terdapat karies gigi. Leher Tak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan KGB. Dada/Thoraks Dada simetris, BJ I dan II reguler, tak terdapat murmur dan gallop, tak terdapat ronchi dan wheezing. Abdomen Perut bulat, warna kulit kemerahan, Bising usus 15x/mnt, tak terdapat nyeri abdomen dan epigastrium, tak teraba massa dan pembesaran hepar. Ekstremitas Akral hangat, tak terdapat pitting edema, Kulit Warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis, lembab, tidak ada lesi, integritas kulit utuh. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 ANALISA DATA. NO SIMPTOM 1. DATA SUBJEKTIF: ï‚· Nenek L mengatakan bahwa An. M mengalami sulit makan dan kadang makan hanya 3-5 sendok saja, ia cenderung pilih-pilih makanan, dan senang jajan ciki-cikian. ï‚· Ibu Rs mengatakan bahwa ia mengetahui anaknya kurus, namun ia tidak tahu anaknya tersebut menderita kurang gizi. ï‚· Ibu Rs maupun nenek L tidak mengetahui apa itu gizi kurang, penyebab serta tanda dan gejalanya. Ia juga tidak mengetahui tentang pentingnya gizi seimbang bagi balita. Ia pernah mendengar 4 sehat 5 sempurna dulu, tapi tidak pernah mempraktekkannya juga. Mereka mengatakan tidak mengetahui komponen zat gizi dan manfaat dari masing-masing komponen zat gizi. ï‚· Ibu Rs mengatakan ia belum melakukan tindakan apapun dalam menyikapi anaknya yang kurus selain menyuapi anaknya makan. Ia ingin beli vitamin untuk menaikkan berat badan anaknya namun belum ia lakukan. Ibu Rs mengatakan ia tidak pernah menyiapkan makanan khusus bagi anaknya yang sulit makan. Ibu Rs mengatakan ia belum pernah membawa An. M ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalahnya. ï‚· Ibu Rs dan Nenek L mengatakan mereka tidak pernah mengantar An. M ke posyandu, namun anaknya sendiri yang pergi ke posyandu. ETIOLOGI Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 PROBLEM Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M. DATA OBJEKTIF: ï‚· Hasil pemeriksaan fisik yang sudah dilakukan perawat pada tanggal 17 Mei 2013 yaitu, berat badan An. M 11 kg, tinggi badan 92 cm, IMT 12,94, dan LILA 13 cm. An. M tampak kurus dengan rambut tipis hitam kemerahan. Anak M tampak aktif, konjungtiva tak anemis, Berdasarkan standard gizi nasional KEMENKES (2011) An. M berada pada kriteria gizi kurang. 2. DATA SUBJEKTIF: ï‚· Ibu Rs mengatakan anaknya tampak kurus dan pendek. Ia sulit makan namun masih tetap aktif. DATA OBJEKTIF: ï‚· Hasil pemeriksaan fisik yang sudah dilakukan perawat pada tanggal 17 Mei 2013 yaitu, berat badan An. M 11 kg, tinggi badan 92 cm, IMT 12,94, dan LILA 13 cm. An. M tampak kurus dengan rambut tipis hitam kemerahan. Anak M tampak aktif, konjungtiva tak anemis, Berdasarkan standard gizi nasional KEMENKES (2011) An. M berada pada kriteria gizi kurang. Ketidakmampuan Risiko gangguan keluarga tumbuh kembang pada merawat anggota An. M. keluarga DATA SUBJEKTIF: ï‚· .Ibu Rs mengatakan ia memiliki riwayat hipertensi sejak gadis dan tidak pernah kontrol kecuali bila ada keluhan. Ia juga tidak memantang makanan apa pun. DATA OBJEKTIF: ï‚· Pemeriksaan fisik ibu Rs; Td 130/80 mmHg, Nd. 88 x/mnt Rr 20x/mnt. ï‚· Tak terdapat distensi vena jugularis, BJ i dan II reguler, tak terdapat murmur dan gallop. Ketidakmampuan Kletidakefektifan keluarga manajemen kesehatan merawat anggota diri pada Ibu Rs keluarga Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN. a. Skoring Diagnosa keperawatan keluarga. 1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M. . NO 1. KRITERIA Sifat masalah: aktual SKOR PEMBENARAN 3/3X1=1 Masalah merupakan masalah aktual yang sudah terjadi. 2. Kemungkinan masalah 2/2x2=2 untuk diubah: mudah Keluarga Bpk. R merupakan keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah, namun keluarganya saling mendukung jika ada anggota keluarganya yang sakit. Nenek L merupakan terhadap mantan bahan kader. makanan Akses mudah karena keluarga Bpk R tinggal di perkotaan dan dekat dengan pasar. 3. Potensial masalah untuk 3/3x1=1 dicegah: tinggi. Tak terdapat tanda komplikasi. Dampak dapat dicegah karena anak tidak terkena penyakit infeksi dan ibu serta neneknya perduli untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami An. M 4. Menonjolnya masalah: ada 2/2x1=1 Ibu. Rs sudah mengetahui anaknya masalah dan harus segera kurus dan pernah berupaya ingin diatasi memberikan suplemen. Ia tak ingin anaknya masuk ke dalam gizi buruk. Jumlah skoring: 5 Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 2) Risiko gangguan tumbuh kembang pada An. M NO 1. KRITERIA SKOR PEMBENARAN Sifat masalah: risiko 2/3x1=1 Merupakan masalah resiko dan belum terjadi. 2. Kemungkinan masalah 2/2x2=2 untuk diubah: mudah Keluarga saling peduli, nenek L merupakan mantan kader posyandu dan menginginkan cucunya sehat. 3. Potensial masalah untuk 3/3x1=1 dicegah: tinggi Jika masalah nutrisi anak terpenuhi dan anak tidak menderita infeksi berat maka gangguan tumbuh kembang dapat dicegah. 4. Menonjolnya masalah: 0/2x1=0 masalah tidak dirasakan. Keluarga belum mengetahui bahwa dampak dari kurang gizi adalah gangguan tumbuh kembang. Jumlah skoring: 4 3) Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Ibu Rs. NO 1. KRITERIA Sifat masalah: aktual SKOR PEMBENARAN 3/3X1=1 Masalah sudah terjadi dan diderita ibu Rs sejak gadis. 2. Kemungkinan masalah 1/2x2=1 untuk diubah: cukup Terdapat sumber daya dalam keluarga yaitu Nenek L yang mantan kader sekaligus ibu dari ibu Rs. Namun ibu Rs belum memiliki Jamkesda maupun Jamkesmas. 3. Potensial masalah untuk dicegah: tinggi. 3/3x1=1 Hipertensi yang diderita Ibu Rs merupakan Hipertensi grade I yang sebenarnya dicegah mudah dikontrol komplikasinya pengaturan diet dan dan melalui obat anti hipertensi dan kontrol tekanan darah teratur. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 4. Menonjolnya masalah: ada masalah, tidak 1/2x1=1/2 perlu Ibu Rs mengetahui masalahnya ini sejak gadis, namun ia merasa hal diselesaikan segera. tersebut bukanlah suatu masalah dan hanya minum obat jika ia merasakan ada keluhan saja. Jumlah skoring: 3 1/2 b. Berdasarkan sistem skoring di atas, didapatkan urutan prioritas masalah keperawatan keluarga Bpk. R adalah sebagai berikut: 1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M.berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gizi kurang 2) Risiko gangguan tumbuh kembang pada An. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gizi kurang 3) Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Ibu Rs Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M Umum Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 6 minggu, keluarga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi An. M dengan kriteria hasil: Berat badan An M berada pada rentang -2 SD sampai dengan +2 SD; BB/U dan BB/PB Standar Gizi Nasional KEMENKES (2011). Tujuan Tujuan Khusus 1. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x45 menit, keluarga mampu mengenal masalah kurang gizi. 1.1 Menyebutkan definisi gizi. Kriteria Respon verbal Kriteria Evaluasi Standar Keluarga menyebutkan Gizi yaitu zat-zat yang ada di dalam makanan yang diperlukan tubuh untuk kelangsungan kehidupannya. Keluarga menyebutkan Gizi yaitu zat-zat yang ada di dalam makanan yang diperlukan tubuh untuk kelangsungan kehidupannya. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 Intervensi Keperawatan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian gizi. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai pengertian gizi yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian gizi dengan menggunakan media d. e. f. g. 1.2 Menyebutkan definisi kurang gizi Respon verbal Keluarga menyebutkan Kurang gizi adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan zat-zat tubuh tertentu dari makanan. a. b. c. d. e. f. g. 1.3 Menyebutkan tanda dan gejala masalah kurang Respon verbal Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala kurang gizi, Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 a. lembar balik. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian kurang gizi. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai pengertian kurang gizi yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian kurang gizi dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga gizi. yaitu: a. b. c. d. e. badan kurus. Rambut tipis dan mudah dicabut. Lemah dan pucat. Kulit kering dan kusam. Kaki, tangan, dan sekitar mata bengkak. b. c. d. e. f. g. 1.4 Menyebutkan penyebab timbulnya masalah kurang gizi. Respon verbal Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi, yaitu: a. makanan yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan tubuh. b. Makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang. c. Makan tidak teratur. d. Adanya penyakit tertentu. a. b. c. d. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 e. mengenai tanda dan gejala kurang gizi. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda dan gejala kurang gizi. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala kurang gizi dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab kurang gizi. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai penyebab kurang gizi yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab timbulnya kurang gizi dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang f. g. 1.5 Mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami kurang gizi. Respon verbal Keluarga mengatakan anak mengalami kurang gizi dengan menyebutkan tanda dan gejala tubuh yang kekurangan zat gizi. a. b. 2. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x45 menit, keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi. 2.1 Menyebutkan akibat kurang gizi. Respon verbal Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat kurang gizi, yaitu: a. Gangguan pertumbuhan. b. Mudah terserang penyakit. c. Menurunkan daya pikir/kecerdasan Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala tubuh kekurangan gizi. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar. a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat kurang gizi. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai akibat kurang gizi. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai kurang gizi dengan menggunakan media lembar balik d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.2 Mengambil keputusan untuk mengatasi anggota keluarga yang mengalami kurang gizi. 3. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5x45 menit, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi. 3.1. Menyebutkan cara mengatasi masalah kurang gizi. Respon afektif Keluarga memutuskan untuk merawat anak yang mengalami kurang gizi. Respon verbal Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi kurang gizi, yaitu: a. Makan makanan yang seimbang (triguna makanan). b. Makanan sesuai dengan kebutuhan balita (1200 kkal). c. Makan yang teratur. d. Menggunakan prinsip penyajian makanan. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga a. Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah kurang gizi sesuai dengan materi yang telah diberikan. b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan untuk meningkatkan berat badan anak M b. Diskusikan cara mengatasi kurang gizi atau cara untuk meningkatkan berat badan anak M c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengatasi kurang gizi atau cara untuk meningkatkan berat badan anak M dengan menggunakan media lembar balik. d. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. e. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. 3.2 Menyebutkan dan mendemonstrasikan porsi makanan untuk balita usia 35 bulan Respon verbal dan psikomotor Keluarga menyebutkan porsi makan untuk balita usia 35 bulan dalam sehari ialah: a. Nasi 3 porsi (1 porsi= ¾ gelas atau 100gr); b. Sayuran 3 porsi (1 porsi= ½ gelas setelah dimasak); c. Buah 3 porsi; d. Lauk nabati 3 porsi (1 porsi= 1 potong sedang); e. Lauk hewani 3 porsi (1 porsi = 1 potong sedang); f. Susu 1 porsi (1 gelas) Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai porsi makan balita b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai porsi makan yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai porsi makan balita menggunakan media lembar balik dan demonstrasi d. Anjurkan keluarga untuk melakukan redemonstrasi mengenai penakaran porsi makan balita usia 35 bulan. e. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. f. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. g. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. h. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 3.3 Menyebutkan dan mendemonstrasikan triguna makanan. Respon verbal Keluarga menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 2 contohnya : a. zat tenaga, sebagai sumber tenaga untuk beraktivitas dan sumber makanan pokok (karbohidrat) seperti, nasi, roti, gula, singkong, ubi, dll. b. Zat pembangun, sebagai pupuk untuk proses berpikir, terdapat dalam lauk pauk (protein dan lemak), seperti ikan, telur, tempe, daging, susu, dll. c. zat pengatur, sebagai pengatur lalu lintas (polisi) makanan, terdapat dalam buah dan sayur (vitamin dan mineral) seperti, wortel, jeruk, nanas, bayam, kangkung, dll. a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai triguna makanan. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai triguna makanan yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai triguna makanan dengan menggunakan media lembar balik d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Respon verbal, afektif, psikomotor Anggota keluarga mampu mendemonstrasikan pemilihan makanan berdasarkan triguna makanan a. Demonstrasikan cara pemilihan makanan berdasarkan triguna makanan kepada keluarga. b. Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan kembali c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang diberikan d. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan secara mandiri. e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 3.4 Menyusun jadwal menu harian berdasarkan triguna makanan Respon verbal, afektif, psikomotor 3.5 Menyebutkan cara mengolah makanan. Respon verbal 3.6 Mendemonstrasikan cara mengolah makanan. Respon verbal, afektif, dan psikomotor. Anggota keluarga mampu menyusun jadwal menu berdasarkan triguna makanan a. Dorong keluarga untuk menceritakan bagaimana penyusunan menu b. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara menyusun jadwal menu berdasarkan triguna makanan c. Anjurkan keluarga untuk membuat menu harian berdasarkan triguna makanan d. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. e. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. Anggota keluarga mampu menyebutkan a. Dorong keluarga untuk 3 dari 4 cara mengolah makanan, yaitu: menceritakan cara mengolah a. Sayuran dan buah dicuci di air makanan. yang mengalir terlebih dahulu b. Berikan informasi kepada baru dipotong-potong. keluarga mengenai cara mengolah b. Sayuran dimasak jangan terlalu makanan dengan menggunakan lama. media lembar balik. c. Alat-alat masak dan makan dicuci c. Motivasi keluarga untuk bersih. menjelaskan kembali materi yang d. Cuci tangan sebelum mengolah telah disampaikan. makanan. d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. Perawat dan keluarga mengolah a. Demonstrasikan cara mengolah makanan yang sederhana, yaitu memasak makanan kepada keluarga. sayur bayam. Caranya sebagai berikut: b. Anjurkan keluarga untuk Sayuran dicuci di air mengalir kemudian mendemonstrasikan mengolah dipotong-potong . Rebus air hingga makanan bersama perawat. mendidih, masukkan potongan bayam c. Berikan kesempatan kepada dan irisan bawang merah dan bawang keluarga untuk bertanya mengenai putih, tambahkan dua lembar daun salam, materi yang diberikan Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 masukkan garam dan gula sesuai selera. Sayuran tidak dimasak terlalu lama. Sebelum dan sesudah mengolah makanan, perawat dan keluarga mencuci tangan d. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan secara mandiri. e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai cemilan sehat b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai cemilan sehat yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cemilan sehat dengan menggunakan media lembar balik d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. a. Diskusikan bersama keluarga komponen-komponen zat gizi yang harus ada dalam camilan sehat, yaitu terutama zat energi dan protein. b. Demonstrasikan bersama keluarga cara membuat camilan yang sederhana; puding kaya energi dan protein. c. Motivasi keluarga untuk 3.7 Menyebutkan cemilan sehat, manfaat, serta contohnya Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan cemilan sehat ialah cemilan/ makan selingan yang disediakan di sela jam makan balita yang terbuat dari bahan makanan yang aman yang mengandung komponen gizi untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi seimbang baita. Manfaatnya ialah: a. Aman bagi balita b. Mengandung komponen gizi terutama zat energi dan protein c. Mudah dibuat dirumah oleh ibu balita d. Bahan mudah diperoleh dengan harga terjangkau e. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak Contohnya yaitu nagasari, bubur sumsum, kacang hijau, bukan makanan MSG, buah, susu UHT. 3.8 Mendemonstrasikan pembuatan cemilan/ selingan sehat yaitu puding TKTP Respon verbal, afektif, dan psikomotor. Perawat dan keluarga mengolah contoh cemilan yang sederhana, yaitu membuat puding tinggi karbohidrat tinggi protein Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 melakukan redemonstrasi pembuatan puding kaya energi dan protein. d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 3.9 Menyusun jadwal makanan selingan/camilan sehat di sela jam makan anak. 4. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x45 menit, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat balitanya dengan masalah gizi kurang. 4.1 Menyebutkan cara penyajian makanan. Respon verbal, afektif, psikomotor Anggota keluarga mampu menyusun jadwal makanan selingan/camilan sehat di sela jam makan anak. a. Dorong keluarga untuk menceritakan bagaimana jadwal pemberian makanan tambahan yang disediakan keluarga bagi balita. f. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara menyusun jadwal menu makanan selingan di sela jam makan anak. g. Anjurkan keluarga untuk menyusun jadwal makanan selingan/camilan sehat di sela jam makan anak. h. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. i. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. Respon verbal & afektif Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, yaitu: a. Jenis makanan bervariasi setiap harinya. a. Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara menyajikan makanan. b. Berikan pujian kepada keluarga Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 b. Mengkombinasikan jenis makanan hewani dan nabati. c. Perhatikan jadwal menu makanan. d. Jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan c. d. e. f. g. 4.2 Menyebutkan cara mengatasi anak yang tidak mau makan. Respon verbal & afektif Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, yaitu: a. Jangandipaksa tapi, ikuti keinginan anak misalnya, sambil bermain. b. Beri makan sesuai selera anak dan tidak membosankan. c. Jangan memberi makanan yang manis sebelum makan. d. Sajikan makanan dalam bentuk menarik. e. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi, sering. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 tentang pemahaman keluarga yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara menyajikan makanan dengan menggunakan media flip chart. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. a. Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan dengan menggunakan media lembar balik. d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah g. 4.3 Memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. Respon verbal & afektif Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita, yaitu: a. Makan bersama anggota keluarga yang lain. b. Menggunakan alat makan yang menarik. c. Makan sambil bercerita. d. Jenis makanan bervariasi dan menarik. e. f. g. h. i. j. 5. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x45 menit keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi balita. 5.1 Menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal terkait dengan Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: a. Posyandu. b. Puskesmas c. Rumah sakit Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga tentang modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi balita. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi balita dengan menggunakan media lembar balik. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang dibahas Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dibahas Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal b. Motivasi keluarga untuk peningkatan status gizi balita. d. Klinik dokter 5.2 Menjelaskan manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan sesuai jadwal 5.3 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan Risiko gangguan tumbuh kembang pada Setelah dilakukan pertemuan selama 3x45 menit, diharapkan Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan: a. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan anak. b. Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan. c. Memeriksa status gizi anak. Respon afektif Keluarga rutin mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan anak dan status gizi anak. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai manfaat tersebut c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan media lembar balik. d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. An. M keluarga mampu: 1. Mengenal tahapan tumbuh kembang anak yang normal sesuai usia 1.1 Menyebutkan definisi pertumbuhan dan perkembangan 1.2 Menyebutkan kembali aspek-aspek pertumbuhan Respon Verbal Keluarga dapat menyebutkan definisi pertumbuhan dan perkembangan: a. Pertumbuhan yaitu bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian/keseluruhan. b. Perkembangan yaitu bertambahnya strukstur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan; gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, dan sosialisasi dan kemandirian. Respon Verbal Keluarga dapat menyebutkan kembali 2 dari 5 aspek pertumbuhan dan Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 a. Diskusikan bersama keluarga mengenai definisi pertumbuhan dan perkembangan anak. b. Berikan pujian kepada keluarga terhadap pemahaman yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai definisi pertumbuhan dan perkembangan, 5 aspek perkembangan yang harus dipantau, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak, dan tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4 bulan dengan menggunakan media lembar balik. d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. e. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia pahami. f. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan. g. Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. a. Diskusikan bersama keluarga mengenai aspek pertumbuhan & perkembangan yang harus dipantau. perkembangan yang harus dipantau: a. Tinggi badan dan berat badan. b. Gerak kasar/motorik kasar; kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar. c. Gerak halus/motorik halus; kemampuan anak melakukan pergerakan yang melibatkan otototot kecil dan koordinasi. d. Kemampuan bicara dan bahasa; kemampuan memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dsb. e. Sosialisasi dan kemandirian; kemampuan mandiri anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. b. c. d. e. f. g. 1.3 Menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak Respon Verbal Keluarga dapat menyebutkan kembali 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak: a. Keturunan. b. Umur. c. Nutrisi. d. Hormon. e. Penyakit infeksi. f. Lingkungan. g. Stimulasi dan rangsangan. a. b. c. d. e. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 dan perkembangan yang harus dipantau. Berikan pujian kepada keluarga terhadap pemahaman yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai 5 aspek pertumbuhan & perkembangan yang harus dipantau Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia pahami. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan. Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak Berikan pujian kepada keluarga terhadap pemahaman yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia f. g. 1.4 Mengidentifikasi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 35 bulan Keluarga mampu mengidentifikasi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 35 bulan: a. Berjalan naik tangga sendiri. b. Berdiri satu kaki selama 2-6 detik. c. Melompat dengan kedua kaki diangkat. d. Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuh. e. Mampu melepas pakaiannya sendiri. f. Mendengarkan cerita. g. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah. h. Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan. a. b. c. d. e. f. g. 2. Mengambil keputusan yang tepat dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak melalui: Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 pahami. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan. Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. Diskusikan bersama keluarga mengenai tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 35 bulan Berikan pujian kepada keluarga terhadap pemahaman yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 35 bulan dengan menggunakan media lembar balik. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia pahami. Identifikasi bersama keluarga tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 35 bulan yang belum dicapai An. M Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. 2.1 Keluarga dapat menyebutkan gangguangangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan kembali 3 dari 5 gangguan tumbuh kembang yang sering terjadi: a. Gangguan bicara dan bahasa. b. Retardasi mental. c. Perawakan pendek. d. Gangguan autisme. e. Gagal tumbuh a. Diskusikan bersama keluarga tentang gangguan-gangguan tumbuh kembang yang sering terjadi/ditemukan. b. Berikan pujian kepada keluarga terhadap pemahaman yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai gangguangangguan tumbuh kembang yang sering terjadi dengan menggunakan media lembar balik. d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. e. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia pahami. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. g. Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. 2.2 Keluarga mengambil keputusan tepat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya sesuai usia 35 bulan Respon verbal dan afektif Keluarga memutuskan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya sesuai usia 35 bulan a. Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya risiko gangguan tumbuh kembang sesuai dengan materi yang telah diberikan. b. Bantu keluarga untuk memutuskan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. c. Berikan reinforcement positif atas keputusan tepat yang telah diambil keluarga. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 3. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4 x 45 menit, keluarga mampu merawat/mengoptima lkan tumbuh kembang anak balitanya yang berusia 35 bulan Keluarga melatih kemampuan bicara dan bahasa pada An. M Respon Verbal dan Psikomotor Keluarga dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan stimulasi melatih kemampuan bicara dan bahasa pada An. M: a. Menyebut nama lengkap. b. Bercerita tentang diri anak. c. Menyebut nama berbagai jenis pakaian. d. Menyatakan keadaan suatu benda. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak usia 35 bulan dengan menggunakan media lembar balik. b. Demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada An. M. c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada An. M. d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. e. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia pahami. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. g. Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. Keluarga melatih kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An. M Respon Verbal dan Psikomotor Keluarga melatih Respon kemampuan gerak motorik Verbal dan kasar pada An. M Psikomotor Keluarga dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan stimulasi melatih kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An. M: a. Melatih buang air kecil dan buang air besar di WC. b. Berdandan. c. Melatih anak berpakaian sendiri tanpa bantuan. a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An. M, usia 35 bulan dengan menggunakan media lembar balik. b. Demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An. M c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara stimulasi kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An. M d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. e. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia pahami. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. g. Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. Keluarga dapat menyebutkan dan a. Diskusikan bersama keluarga mendemonstrasikan stimulasi melatih mengenai cara stimulasi melatih kemampuan gerak motorik kasar pada kemampuan gerak motorik An. M: kasar pada An. M dengan a. Melanjutkan stimulasi memanjat, menggunakan media lembar berlari, melompat, melatih balik. keseimbangan badan dan b. Demonstrasikan bersama bermain bola. keluarga mengenai cara b. Melompat jauh dengan stimulasi melatih kemampuan Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 menggunakan kedua kakinya bersamaan. c. Keterampilan melempar dan menangkap. c. d. e. f. g. Respon Verbal dan Psikomotor Keluarga dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan stimulasi melatih kemampuan gerak motorik halus pada An. M: a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan yaitu menggambar. b. Membuat gambar tempelan. c. Mencocokkan gambar dan benda. d. Menyusun balok. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 gerak motorik kasar pada An. M Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara stimulasi melatih kemampuan gerak motorik kasar pada An. M Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia pahami. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi melatih kemampuan gerak motorik halus pada An. M dengan menggunakan media lembar balik. b. Demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi melatih kemampuan gerak motorik halus pada An. M c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara stimulasi melatih kemampuan gerak motorik halus pada An. M d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya terhadap materi yang kurang dipahaminya. e. Berikan penjelasan ulang mengenai materi yang belum ia pahami. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. g. Berikan reinforcement positive atas usaha keluarga. 4. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 45 menit keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. 5. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x45 menit keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengoptimalkan tumbuh kembang Respon verbal, afektif, dan psikomotor. Keluarga dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan cara modifikasi lingkungan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. a. Menyediakan makanan yang bergizi. b. Mengoptimalkan kesehatan anak. c. Menyediakan mainan yang aman bagi anak yang sesuai usianya. d. Menjaga lingkungan yang aman bagi anaknya mengembangkan kreativitasnya. e. Mematuhi jadwal stimulasi tumbuh kembang yang telah dibuat bersama Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 a. Diskusikan bersama keluarga cara memodifikasi lingkungan yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak. b. Berikan reinforcement positif atas pemahaman keluarga yang sudah benar. c. Jelaskan pada keluarga cara memodifikasi lingkungan yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak melalui media lembar balik. d. Motivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan rumahnya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang An.M. e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. anaknya. 5.1 Menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal terkait dengan pengoptimalan tumbuh kembang anak. Respon verbal 5.2 Menjelaskan manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan sesuai jadwal 5.3 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan Respon afektif Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: a. Posyandu. b. Puskesmas c. Rumah sakit d. Klinik dokter a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal b. Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan: a. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan anak. b. Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan. c. Memeriksa status gizi anak. d. Memantau tumbuh kembang anak. a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai manfaat tersebut c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan media lembar balik. d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. b. Berikan reinforcement positif Keluarga rutin mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan anak dan tumbuh kembang anak. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TANGGAL 17 mei 2013 23 2013 Mei No. DX I 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. IMPLEMENTASI Memperkenalkan diri pada keluarga. S: Menjelaskan tujuan. 1. Membina hubungan saling percaya. Melakukan pengkajian keluarga tahap I 2. Melakukan pemeriksaan fisik pada An. M. Membuat kontrak untuk pertemuan 3. selanjutnya. O: 1. EVALUASI Nenek L mengatakan ia tidak menduga cucunya menderita gizi kurang. Nenek L mengatakan selama ini cucunya pergi sendiri ke posyandu. Nenek L mengatakan cucunya memang sulit makan dan cenderung pilih-pilih makanan. Keluarga tampak antusias menyambut kedatangan perawat. 2. TB An. M: 90 cm dan BB: 11 kg. 3. Tampak anak makan dengan lahap saat disuapi oleh nenek L, An. M makan dalam satu porsi nasi berdua dengan kakaknya dan tampak kakaknya lebih cepat menghabiskan nasi dibanding dia. 4. An. M makan menggunakan tempe yang diberi kuah santan. A: Diagnosis keperawatan belum dapat ditegakkan. P: 1. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya. 2. Sepakati hari pertemuan keluarga. Membina hubungan saling percaya. S: Melakukan pemeriksaan fisik pada 1. Nenek L mengatakan senang dengan kehadiran anggota keluarga yang ada di rumah. perawat. Melengkapi pengkajian keperawatan 2. Nenek L mengatakan An. M masih sulit makan Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 PARAF IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 3. O: 1. 2. Nenek L mengatakan belum mengetahui apa itu gizi kurang, faktor penyebab dan tanda dan gejalanya. Keluarga tampak antusias dan kooperatif. Berat badan an. M berada pada kategori gizi kurang. A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. M. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. 27 2013 Mei 1 1. 2. 3. 4. 5. Menjelaskan pada keluarga pengertian gizi S: kurang, faktor penyebab, dan tanda dan 1. gejala gizi kurang serta akibat dari gizi kurang jika tidak segera ditangani. 2. Mengidentifikasi bersama keluarga adakah tanda tersebut pada An. M Memotivasi keluarga untuk mengambil 3. keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah gizi pada balitanya. 4. Mendemonstrasikan cara pemilihan bahan makanan Memotivasi keluarga untuk mengulang melakukan redemonstrasi pemilihan bahan O: makanan dan mengulang materi yang 1. Nenek L menyebutkan gizi kurang adalah kondisi bila makanan tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Nenek L mengatakan penyebab gizi kurang karena jumlah makanan yang masuk kurang atau karena sakit infeksi. Nenek L mengatakan tanda anak gizi kurang badannya kurus, rambut merah, tidak bergairah. Nenek L mengatakan akibat gizi kurang anak jadi gangguan tumbang dan memutuskan untuk merawat An. M agar tidak mengalami gangguan tumbang. Nenek L tampak mampu menjawab pengertian Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 6. 29 2013 Mei 2 sudah dijelaskan. Memberikan reinforcement pada keluarga atas pemahaman yang tepat dan atas usaha keluarga. 1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang tumbuh kembang anak. 2. Memberikan reinforcement positif pada keluarga atas pemahaman yang sudah benar. 3. Menjelaskan pada keluarga tentang pengertian pertumbuhan dan perkembangan, aspek tumbang yang harus dipantau, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, dan mengidentifikasi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak berusia 35 bulan. 4. Mendiskusikan bersama keluarga tentang gangguan tumbuh kembang yang sering terjadi. 5. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat untuk 2. gizi kurang, faktor penyebab, dan tanda dan gejala gizi kurang serta akibat dari gizi kurang Keluarga tampak mampu mengulang melakukan redemonstrasi pemilihan bahan makanan dan mengulang materi yang sudah dijelaskan. A: Keluarga mampu mengulang melakukan redemonstrasi pemilihan bahan makanan dan mengulang materi yang sudah dijelaskan, sehingga dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. S: 1. Nenek L mengatakan pertumbuhan itu bertambahnya ukuran fisik, sedangkan perkembangan bertambahnya kemampuan anak. 2. Ibu Rs mengatakan untuk memantau tumbuh kembang anaknya bisa melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan setiap bulan di posyandu. 3. Nenek L mengatakan faktor makanan dan penyakit bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. 4. Nenek L mengatakan An. M sudah sesuai tumbuh kembangnya dengan usianya, namun ia belum bisa makan sendiri dan kadang harus dibantu melepas pakaiannya. 5. Nenek L mengatakan cucunya memang agak pendek tapi ia tidak tahu jika hal tersebut bisa disebabkan oleh nutrisi yang kurang. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN mengoptimalkan tumbuh kembang 6. anaknya. 6. Memberikan reinforcement positif atas keputusan tepat yang diambil keluarga. O: 7. Mendemonstrasikan stimulasi melatih 1. kemampuan bicara dan bahasa pada An.M. dan memotivasi keluarga untuk melakukan 2. redemonstrasi ulang. 8. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 3. 30 2013 Mei 1 1. 2. 3. Melakukan evaluasi terhadap materi yang sudah diberikan sebelumnya. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Menjelaskan pada keluarga cara pemilihan bahan makanan yang sehat serta cara pengolahan bahan makanan yang tepat untuk menghindari zat makanannya hilang Ibu Rs mengatakan ia ingin anaknya tumbuh dan berkembang dengan normal dan ingin mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. Keluarga tampak kadang masih harus diingatkan tentang materi yang diberikan. Keluarga dapat lebih lancar mengulang materi yang diberikan jika hal tersebut dibandingkan dengan kondisi An.M. Keluarga tampak sudah mampu melakukan redemonstrasi ulang stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada An. M. A: Keluarga sudah mampu memahami tumbuh kembang anak walaupun kadang harus dipancing untuk mengingatkan materi yang diajarkan dan sudah mampu melakukan redemonstrasi ulang stimulasi kemampuan bicara dan bahasa An.M, sehingga dapat dikatakan tujuannya tercapai. P: Motivasi keluarga untuk melakukan stimulasi secara teratur. S: 1. Nenek L mengatakan cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang tepat yaitu dicuci dahulu kemudian dikupas, dan dipotong. O: 1. Nenek L tampak masih harus dibantu dalam mengingat materi yang telah diberikan sebelumnya. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 4. 5. 3 Juni 2013 1 1. 2. 3. 4. 6 Juni 2013 1 1. saat pengolahan. Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi cara pemilihan bahan makanan yang sehat serta cara pengolahan bahan makanan yang tepat untuk Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dan atas pemahaman keluarga yang sudah benar. 2. Nenek L tampak sudah terampil pengolahan bahan makanan yang tepat. dalam A: Keluarga sudah mampu mengulang melakukan redemonstrasi pengolahan bahan makanan yang benar dan mengulang materi yang sudah dijelaskan sebelumnya, sehingga dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. Menjelaskan pada keluarga manfaat zat S: gizi dan cara penyusunan menu seimbang. 1. Nenek L dan Ibu Rs mengatakan manfaat gizi Mendemonstrasikan pada keluarga cara seimbang yaitu agar anak tidak kurang gizi dan menyusun menu. tidak mudah sakit. Memotivasi keluarga untuk menyusun menu selama satu minggu. O: Memberikan reinforcement positif atas 1. Nenek L dan Ibu Rs tampak mampu menjelaskan usaha keluarga dan atas pemahaman kembali manfaat zat gizi. keluarga yang sudah benar. 2. Nenek L dan Ibu Rs mampu melakukan redemonstrasi cara penyusunan menu seimbang. A: Keluarga sudah mampu melakukan redemonstrasi cara penyusunan menu seimbang dan mampu menyusun menu selama 1 minggu, sehingga dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. Menjelaskan pada keluarga tentang S: pentingnya makanan selingan yang sehat. 1. Nenek L mengatakan manfaat makanan selingan Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 2. 3. 4. 8 Juni 2013 2 1. 2. 3. 4. 5. Mendemonstrasikan bersama keluarga cara sehat yaitu untuk mengatasi masalah gizi pada membuat camilan sehat; puding ekonomis balita. tinggi energi dan protein. O: Memotivasi keluarga untuk melakukan 1. Keluarga tampak mampu menyebutkan kembali redemonstrasi ulang. manfaat makanan selingan. Memberikan reinforcement positif atas 2. Keluarga tampak mampu melakukan usaha keluarga dan atas pemahaman redemonstrasi pembuatan makanan selingan keluarga yang sudah benar. sehat; puding kaya energi dan protein. A: Keluarga sudah mampu mengulang melakukan redemonstrasi cara pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein dengan harga ekonomis sehingga dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. Mengevaluasi pemahaman keluarga S: tentang tumbuh kembang anak. 1. Ibu Rs mengatakan salah satu faktor yang dapat Memberikan reinforcement positif atas mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah usaha keluarga. nutrisi anak harus sesuai usianya. Memberikan penjelasan ulang atas materi 2. Ibu Rs mengatakan salah satu cara melatih yang kurang dipahami atau yang kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada terlupakan oleh keluarga. anak melalui melatih anaknya berpakaian sendiri. Menjelaskan pada keluarga cara O: melakukan stimulasi kemampuan 1. Ibu Rs tampak masih harus dibantu dalam bersosialisasi dan kemandirian untuk anak mengingat materi tumbuh kembang yang pernah usia 35 bulan. diberikan sebelumnya. Mendemonstrasikan stimulasi kemampuan 2. Ibu Rs tampak melakukan stimulasi melatih bersosialisasi dan kemandirian pada An. M kemampuan bicara dan bahasa yang pernah dan memotivasi keluarga untuk melakukan diajarkan sebelumnya. redemonstrasi ulang. 3. Ibu Rs mampu mengulang kembali stimulasi Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 6. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 10 2013 Juni 1 1. 2. 3. Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya pengaturan jadwal makan anak dan makanan selingan anak. Memotivasi keluarga untuk menyusun jadwal makanan selingan keluarga. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dan atas pemahaman keluarga yang sudah benar. melatih kemampuan sosialisasi dan kemandirian; melatih anak berpakaian sendiri. 4. An.M tampak masih harus dibantu dalam berpakaian sendiri. A: Keluarga sudah mampu melakukan stimulasi melatih kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak walaupun masih harus dibantu sedikit mengulang materi yang pernah diberikan sehingga dapat dikatakan tujuan tercapai. P: Bantu keluarga untuk mengingat materi yang pernah disampaikan sebelumnya tentang tumbuh kembang anak pada setiap kesempatan pertemuan dan motivasi keluarga untuk melakukan stimulasi tumbuh kembang sesuai dengan yang pernah diajarkan. S: Nenek L mengatakan manfaat pengaturan jadwal makan anak salah satunya yaitu agar anak makan teratur dann terjadwal O: Keluarga tampak sudah mampu menyusun jadwal makan anak. Berdasarkan pengamatan perawat anak masih disuapi dalam 1 porsi dengan kakaknya A: Keluarga sudah mampu menyebutkan manfaat makan terjadwal dan menyusun jadwal makan an selingan anak sehingga dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 1 13 2013 1. Juni 2. 3. 4. 15 2013 Juni 2 Menjelaskan pada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga untuk meningkatkan nafsu makan anak. Mendemonstrasikan pada keluarga cara menyajikan makanan yang menarik perhatian anak. Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi cara menyajikan makanan yang menarik perhatian anak. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dan atas pemahaman keluarga yang sudah benar 1. Melakukan evaluasi stimulasi tumbuh kembang yang telah dilakukan keluarga. 2. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 3. Menjelaskan pada keluarga cara melakukan stimulasi melatih kemampuan gerak motorik kasar maupun motorik halus pada anak usia 35 bulan. Motivasi nenek L untuk mematuhi program yang telah disepakati sebelumnya. S: Ibu Rs mengatakan cara memodifikasi lingkungan untuk merangsang nafsu makan anak di antaranya yaitu penggunaan alat makan yang menarik dan penyediaan menu yang variatif. O: 1. Keluarga mampu menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan nafsu makan anak. 2. Ibu Rs tampak mampu mendemonstrasikan kembali cara menyajikan makanan yang menarik perhatian anak. A: Keluarga sudah mampu menyebutkan manfaat makan terjadwal dan menyusun jadwal makan an selingan anak sehingga dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. S: 1. Nenek L mengatakan An.M sekarang sudah membuka bajunya sendiri bila mandi dan sudah mau berpakaian sendiri sehabis mandi, namun masih harus dibantu dalam mengenakan pakaian jenis kemeja. O: 1. Keluarga tampak antusias mempraktekkan Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 17 2013 Juni 1 4. Mendemonstrasikan bersama keluarga stimulasi kemampuan gerak motorik kasar bermain bola dan latihan menangkap dan melempar bola. 5. Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi ulang. 6. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 7. Mendemonstrasikan bersama keluarga cara melatih stimulasi kemampuan gerak motorik halus melalui menggambar dan membuat gambar tempelan. 8. Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi ulang. 9. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 10. Memotivasi keluarga untuk membuat jadwal latihan stimulasi tumbuh kembang anak. 1. Menjelaskan pada keluarga trik khusus mengatasi anak yang tidak menyukai sayur. 2. Mendemonstrasikan pada keluarga salah satu cara mengatasi anak yang tidak suka sayur melalui pembuatan nugget sayur. 3. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali apa yang telah disampaikan perawat sebelumnya dan melakukan redemonstrasi tentang cara pembuatan stimulasi tumbuh kembang yang pernah diajarkan sebelumnya. 2. Keluarga tampak mampu melakukan redemonstrasi ulang cara stimulasi kemampuan gerak motorik kasar maupun motorik halus yang diajarkan perawat. A: Keluarga sudah mampu melakukan stimulasi tumbuh kembang yang diajarkan perawat sehingga dapat dikatakan tujuan tercapai. P: Motivasi keluarga untuk mematuhi program stimulasi tumbuh kembang yang telah dibuat bersama. S: Keluarga mengatakan salah satu cara mengatasi anak yang tidak menyukai sayur yaitu dengan memodifikasi sayuran ke dalam masakan, misalnya nugget sayur. O: 1. Keluarga mampu menyebutkan kembali cara/trik mengatasi anak yang tidak menyukai sayur. 2. Keluarga mampu melakukan redemonstrasi cara pembuatan nugget sayur. A: Keluarga sudah mampu menyebutkan kembali Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 4. 18 2013 Juni 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 20 Juni 1 dan 2 1. nugget sayur. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dan atas pemahaman keluarga yang sudah benar Mendiskusikan bersama keluarga cara memodifikasi lingkungan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Memberikan reinforcement positif untuk pemahaman keluarga yang sudah benar. Menjelaskan pada keluarga modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga untuk mengoptimalkan tumbuh kembang An.M. Mendemonstrasikan bersama keluarga pemilihan mainan yang aman yang dapat merangsang kreativitas anak; bola, puzzle, crayon, dan buku mewarnai gambar. Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi ulang dan memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Memotivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungannya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang An.M. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Menjelaskan pada keluarga cara/trik mengatasi anak yang tidak menyukai sayur dan mendemonstrasikan cara pembuatan nugget sayur sehingga dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. S: 1. Ibu Rs mengatakan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya ia dapat menyediakan makanan yang bergizi bagi anaknya, menyediakan mainan aman yang dapat merangsang kreativitas anak, dan melakukan stimulasi tumbuh kembang sesuai dengan yang pernah diajarkan. O: 1. Keluarga tampak sudah mampu menyebutkan kembali modifikasi lingkungan yang harus ia lakukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. 2. Ibu Rs tampak sudah mampu melakukan redemonstrasi pemilihan mainan aman yang dapat merangsang kreativitas anak dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. A: Keluarga tampak sudah mampu menyebutkan dan mendemonstrasikan cara memodifikasi lingkungan rumahnya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya sehingga dapat dikatakan tujuan sudah tercapai. P: Motivasi keluarga terhadap program yang telah disepakati bersama. tentang S: Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 2013 4. manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan 1. Ibu. Rs mengatakan salah satu manfaat dan fasilitas-fasilitas kesehatan mana saja mengunjungi fasilitas kesehatan yaitu untuk yang dekat dan mudah di akses keluarga. memantau status gizi anak, memantau tumbuh Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan kembang anak, dan untuk berobat. salah satu fasilitas kesehatan untuk 2. Nenek L mengatakan bahwa ia yang akan memantau berat badan dan masalah gizi mengantar An. M untuk kontrol ke Posyandu An. M. sekarang ini. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan 3. Ibu Rs mengatakan bahwa ia akan berhenti kerja kembali apa yang sudah disampaikan sementara waktu untuk konsentrasi mengurus An. perawat. M. Memberikan reinforcement positif atas O: usaha keluarga dan atas pemahaman Keluarga mampu menyebutkan kembali manfaat keluarga yang sudah benar mengunjungi fasilitas kesehatan dan memutuskan untuk memanfaatkan posyandu untuk memantau berat badan dan tumbuh kembang An. M. A: Keluarga sudah mampu menyebutkan kembali manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan dan memutuskan untuk memanfaatkan posyandu untuk memantau berat badan An. M sehingga dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai. P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada. 1. 2. 3. 4. Melakukan evaluasi sumatif. Menimbang berat badan An. M. Menilai tingkat kemandirian keluarga. Melakukan terminasi 2. 3. 24 Juni 2013 S: 1. Ibu Rs mengatakan gizi kurang adalah zat gizi yang masuk tidak sesuai kebutuhan tubuh, disebabkan karena makanan yang masuk kurang Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN atau karena sakit. Tanda dan gejalanya badan anak menjadi kurus, lemas, mudah sakit. 2. Ibu Rs mengatakan dalam menyiapkan makanan balita harus ada unsur zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. 3. Ibu Rs mengatakan untuk menaikkan berat badan anaknya yang kurang ia harus menyiapkan makanan dengan gizi seimbang dan memberikan makanan tambahan di sela waktu makan anak terutama yang kaya akan zat energi dan protein. 4. Ibu Rs mengatakan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya ia harus memastikan nutrisi anaknya terpenuhi. O: 1. Berat badan An. M saat ini 11,5 kg, naik 500 gram dari sebelum diberikan intervensi. Berdasarkan BB/U atau BB/TB berat badan An.M berada pada kategori gizi baik atau normal. 2. Keluarga tampak sudah mulai melakukan perawatan sederhana terhadap An.M dengan masalah gizi. 3. Keluarga sudah melakukan stimulasi tumbuh kembang sesuai jadwal yang telah dibuat bersama. 4. Saat penimbangan posyandu An. M sudah diantar oleh neneknya. 5. Berdasarkan kriteria tingkat kemandirian keluarga, saat ini Keluarga Bpk R berada pada Tingkat Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Kemandirian III. A: Status gizi An. M saat ini berada pada kategori gizi baik atau normal dan tak terdapat gangguan tumbuh kembang pada An.M, keluarga Bpk. R juga sudah mampu melakukan perawatan sederhana untuk mencegah anaknya kembali dalam masalah gizi. Tingkat Kemandirian keluarga berada pada kemandirian III. Masalah nutrisi kurang pada balita di keluarga bpk. R sudah teratasi. P: 1. Lakukan terminasi program. 2. Motivasi keluarga untuk terus mematuhi program yang telah dibuat bersama. 3. Pendampingan kader. Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013