BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Pemasaran Jasa Jasa menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2008, p6) pada dasarnya merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan) konsumen. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial, dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,2005,p10). Dari beberapa definisi diatas, tampak bahwa di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen (jasa), meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud. 2.2 Bauran pemasaran Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p78), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan (produk, harga, tempat/distribusi, dan promosi) yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan oleh perusahaan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan dalam bersaing di pasar sasaran, bukanlah hal 7 8 yang sangat mudah dalam memasarkan suatu produk. Perusahaan perlu melakukan strategi yang menggunakan produk, harga, distribusi dan promosi sebagai alat dalam bersaing pasar sasaran, strategi ini disebut juga bauran pemasaran atau marketing mix. Berikut ini pengertian bauran pemasaran menurut para ahli pemasaran. Menurut Kotler (2003, p15): “Marketing mix is the of marketing tools that the firm uses to pursue it’s marketing objectives in the target market”. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut 4P dalam pemasaran: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Sementara menurut Kismono (2001, p308) adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan merupakan inti dari sistem pemasaran yang terdiri dari: 1. Produk (Product) Alat pemasaran yang paling mendasar adalah produk. Produk dalam istilah pemasaran adalah bentuk fisik barang yang ditawarkan dengan seperangkat citra (image) dan jasa (service) yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Kismono, 2001, p306). Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan (Tjitpono, 2000,p95). Menurut pendapat Kotler (2003, p17) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, orang dan gagasan. Faktor - faktor yang harus diperhatikan 9 dalam bauran pemasaran mengenai produk, adalah : keanekaragaman produk, kualitas, desain, bentuk, merek,kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan serta pengambilan keputusan. 2. Harga (Price) Harga adalah nilai tukar suatu produk yang dinyatakan dalam satuan moneter dalam menentukan kebijaksanaan harga sebaiknya perusahaan memperhatikan faktor lain, seperti: kondisi perekonomian, tingkah laku konsumen, harga dari pesaing, harga pokok penjualan, peraturan pemerintahan dan struktur pasar dimana produk yang ditawarkan (Kismono, 2001, p346). Menurut pendapat Kotler (2003, p17) adalah jumlah uang yang pelanggan bayarkan untuk produk tertentu. Dalam menentukan kebijakan harga sebaiknya perusahaan memperhatikan faktor lain, seperti : kondisi perekonomian, tingkah laku konsumen, harga dari pesaing, harga pokok penjualan, peraturan pemerintah, dan struktur pasar di mana produk yang ditawarkan. 3. Tempat (Place) Tempat merupakan perpindahan barang dan jasa dari produsen ke pemakai industri dan konsumen (Kismono, 2001, p364). Menurut Kotler (2003: p17) tempat adalah termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Perusahaan harus mengidentifikasikan, merekrut, dan menghubungkan sebagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanan secara efisien kepada pasar. 10 4. Promosi (Promotion) Promosi adalah usaha yang dilakukan pemasar untuk mempengaruhi pemihak lain agar berpatisipasi dalam kegiatan pertukaran.Merupakan usaha mengkomunikasikan informasi yang bermanfaat tentang suatu peusahaan atau produk untuk mempengaruhi pembelian potensial (Kismono, 2001, p374) Agar produk dan jasa yang dihasilkan dapat dikenai oleh konsumen maka perlu upaya untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk tersebut oleh karena itu pemasaran perlu melakukan kegiatan promosi. Menurut pendapat Kotler (2003, p17) promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya pasar sasaran. Jadi perusahaan harus memperkerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualnya. 2.2.1 Bauran Promosi Menurut Kotler (2003, p14) bauran promosi adalah : “Promotion includes all the activity the company undertakes to communicate and promote it’s products to target market.” Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Pada dasarnya promosi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam jangka waktu tertentu dan diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang optimal. Setiap perusahaan yang akan melakukan kegiatan promise sebelumnya tentu akan menentukan strategi-strategi yang sebagian besar menggunakan berbagai kombinasi. In (1993: 66) menyatakan ada empat pilihan perangkat komunikasi. Yaitu (1) public relations : bertujuan untuk membangun saling pengertian antara pemasar 11 dan publik utama. (2) advertising: bertujuan untuk menginformasikan, mengingatkan prospek (pelanggan dan calon pelanggan) mengenai point – point penjualan yang dikaitkan dengan keunikan produk. (3) sales promotion: adalah ide – ide atau alat untuk menarik/memikat prospek supaya mencoba atau membeli produk. (4) personal selling: adalah cara interaktif antara produsen dan konsumen. Biasanya berkenaan dengan kebutuhan konsumen yang spesifik (Jurnal manajemen fakultas ekonomi Universitas Tarumanegara Th.III/02/1999). Dimana bauran promosi ini meliputi: a. Kreativitas Periklanan (Advertising) Kotler (2003, p590) mendefinisikan periklanan yaitu : “Advertising is any paid from of non personal presentation and promotion of ideas, good, or services by an identified sponsor.” (Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran). Menurut Kotler (2003, p580) periklanan mempunyai 4 ciri khas, yaitu : 1. Penampilan publik Iklan adalah model komunikasi yang paling memasyarakat. Sifat iklan publik menghasilkan suatu pengesahan terhadap produk yang diiklankan dan juga memberikan penawaran yang standar. 2. Daya serap Iklan adalah media yang dapat meresap. Karena penjual bisa mengulangulang pesan mereka, juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari berbagai saingan. 12 3. Ungkapan perasaan yang diperjelas Iklan mampu mendramatisasikan suatu perusahaan beserta produk melalui lukisan indah, bunga, dan warna menarik. Kadang-kadang alat ini berhasil mengungkapkan perasaan, tetapi bisa melesat dari perasaan. 4. Tidak adanya tatap muka Para audience tidak merasa harus memperhatikan atau memberi tanggapannya pada iklan. Sarana yang dapat digunakan untuk periklanan ini dapat berupa iklan cetak dan penyiaran, pos langsung, pengemasan luar, pengemasan dalam, film, simbol dan logo, pita video, billboard, poster dan selebaran, brosur dan buku petunjuk, dan materi audio visual. b. Penjualan Perorangan (Personal Selling) Personal selling adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Penjualan perorangan merupakan salah satu cara promosi. Penjualan langsung berhubungan secara pribadi dengan calon pembeli dengan maksud untuk menawarkan barang atau jasa, sehingga terciptalah komunikasi 2 arah yang memungkinkan calon pembeli mengambil keputusan pada saat itu juga, dimana hal ini tidak terlepas dari keahlian penjual dalam membujuk calon pembeli. Sarana yang dapat di gunakan untuk penjualan perorangan ini dapat berupa: 1. Presentasi penjualan 2. Rapat penjualan 3. Program insentif 4. Pembelian sampel 5. Pekan raya dan dagang. 13 c. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Pengertian promosi penjualan menurut Swastha. DH (2002, p279), yaitu : “kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan, dan publisitas yang mendorong efektivitas pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat-alat seperti : peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya”. Kotler (2003, p609) mendefinisikan promosi penjualan sebagai berikut: “Sales promotion consist of diverse collection of incentive tools, mostly short term, designed to stimulated quicker or greater purchase of particular product or service by consumer of trade”. Berdasarkan objek yang dituju promosi penjualan dikategorikan sebagai berikut : 1. Promosi konsumen Promosi konsumen ini ditujukan untuk konsumen akhir, misalnya dengan memberi kupon hadiah, jaminan uang kembali, bila produk yang dipakai mengecewakan sesudah dipakai, dan demonstrasi pertunjukkan yang memperlihatkan keinginan dan keunggulan produk tersebut. 2. Promosi perdagangan Promosi perdagangan ini ditujukan kepada pedagang perantara atau badan tertentu, seperti misalnya dengan pemberian barang sebagai hadiah potongan harga atas pembelian pada waktu tertentu dan jumlah tertentu. 3. Promosi target penjualan Promosi target penjualan ini ditujukan kepada para pramuniaga dari perusahaan seperti misalnya pembelian bonus sebagai tambahan gaji 14 berdasarkan prestasi yang dibuat oleh perusahaan. Menurut Kotler (2005), sarana yang digunakan untuk promosi penjualan ini dapat berupa: Promosi konsumen (Contoh: sampel, kupon, premi, stiker dagang) Promosi dagang (Tunjangan pembeli, Keringanan dagang, barang gratis, alat-alat iklan gratis) Promosi wiraniaga (Kontes, undian, permainan, kontes dagang) Promosi yang menggunakan sejumlah alat, seperti: diskon, kontes, kupon, sampel, produk untuk menawarkan 3 manfaat pokok yaitu: • Komunikasi : memberikan informasi yang dapat menarik perhatian konsumen agar tertarik untuk menarik produk • Intensif: memberikan kontribusi, konsesi atau dorongan yang dapat bernilai tambah bagi pelanggan. • Invitasi: proses penghargaan agar konsumen segera melakukan transaksi. d. Hubungan Masyarakat (Public Relation/ Publicity) Kotler (2003, p616) mendefinisikan hubungan masyarakat sebagai : “Public relation (PR) involves a variety of programs designed to promote and create or protect a company image or it’s individual products”. Hubungan masyarakat (Humas) melibatkan berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan menjaga citra perusahaan atau tiap produknya. Hubungan masyarakat dan publisitas cenderung memiliki keunggulan berupa kredibiltas tinggi, serta kemampuan untuk menjangkau audience yang cenderung menghindari wiraniaga iklan. Menurut Kotler, sarana yang dapat digunakan untuk hubungan masyarakat dapat berupa: 15 Menjadi sponsor Publikasi Media identitas Majalah perusahaan Kegiatan-kegiatan Siaran pers Ceramah Seminar Laporan tahunan Sumbangan awal e. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) Definisi pemasaran langsung menurut Kotler (2003, p620) adalah : “direct marketing is the use of consumer direct channels to reach and deliver goods and services with out using marketing middleman.” pemasaran langsung adalah penggunaan ke konsumen untuk meraih dan mengantarkan barang dan jasa tanpa menggunakan perantara. Dapat dijelaskan pemasaran langsung adalah penggunaan jasa pos, telepon, alat-alat perhubungan bukan pribadi lain untuk berkomunikasi atau mengumpulkan respon dari pelanggan tertentu, meskipun mempunyai beberapa bentuk, seperti pos langsung (direct mail), pemasaran melalui telepon (telemarketing), dan sebagainya. Menentukan bauran promosi yang paling efektif merupakan tugas yang paling sulit dalam manajemen pemasaran. Di dalam praktek pihak manajemen harus mencari kombinasi yang terbaik atas penggunaan alat tersebut. Kesulitan yang di hadapi oleh pihak manajemen adalah tidak mengetahui secara pasti tentang luasnya 16 kegiatan periklanan, penjualan personal, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung yang dipakai untuk mencapai tujuan program penjualan. Selain itu, seberapa besar hasil yang dapat dicapai dari pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan promosi. Dalam hal ini faktor–faktor dalam menyusun Bauran Promosi Perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor dalam mengembangkan bauran promosi, yaitu : 1. Jenis Pasar Baru Tingkat pemanfaatan alat berpromosi bervariasi antara pasar konsumen dan industri untuk perusahaan barang konsumsi pada umumnya mereka mengeluarkan dan promosi sebagian besar adalah untuk penjualan tahap mula yang diikuti oleh promosi penjualan, periklanan, pemasaran langsung dan hubungan masyarakat. Secara umum penjualan tatap muka lebih banyak digunakan dalam penjualan produk yang rumit, mahal, beresiko dan di pasar besar sedikit. Walaupun di pasar properti iklan kurang digunakan dibandingkan dengan kunjungan penjualan tetapi iklan masih memainkan peranan penting. 2. Strategi Dorong Lawan Strategi Tarik Bauran promosi sangat dipengaruhi oleh apakah perusahaan akan memilih strategi dorong (Push Strategy) atau strategi tarik (Pull Strategy) guna menciptakan penjualan. Strategi dorong mencakup produsen yang menggunakan tenaga penjual dan promosi dagang untuk membujuk perantara supaya mengambil, mempromosikan dan menjual produk pada pemakai akhir. Strategi dorong sangat tepat digunakan jika kesetiaan merek dalam suatu kategori rendah, pilihan merek dilakukan di toko, produk merupakan barang impuls dan manfaat produk sangat jelas. Strategi tarik mencakup produsen yang menggunakan iklan dan promosi konsumen guna mendorong pemakai akhir untuk meminta produk tersebut kepada perantara dan dengan demikian 17 mendorong perantara memesan produk itu dari produsen. Strategi tarik sangat tepat digunakan jika terdapat kesetiaan merek yang tinggi dalam kategori tersebut, konsumen menganggap ada perbedaan diantara merek dan orang memilih merek sebelum mereka pergi ke toko. 3. Tahap kesiapan pembeli Alat promosi memiliki efektifitas biaya yang berbeda – beda pada berbagai tingkat kesiapan pembeli : a. Tahap Kesadaran Periklanan dan publisitas memainkan peranan penting dalam tahap membangun kesadaran lebih penting daripada peranan yang dimainkan oleh kunjungan wiraniaga atau oleh promosi penjualan. b. Tahap Pengertian Pengertian pelanggan terutama dipengaruhi oleh periklanan dan penjualan personal. c. Tahap Keyakinan Pelanggan sangat dipengaruhi oleh penjualan personal dan kurang dipengaruhi oleh periklanan dan promosi penjualan d. Tahap Pemesanan Pemesanan sangat dipengaruhi oleh penjualan personal dan promosi penjualan e. Tahap Pemesanan Kembali Pemesanan kembali juga sangat dipengaruhi oleh penjualan personal dan promosi penjualan dan agak dipengaruhi oleh iklan pengingat. Jelaslah bahwa periklanan dan publisitas paling efektif biaya pada tahap awal dari proses keputusan pembelian dan penjual personal serta promosi penjualan paling efektif pada tahap selanjutnya. 18 4. Tahap Siklus Kehidupan Pada tahap ini alat–alat promosi pun memiliki efektifitas biaya yang berbeda – beda dalam setiap tahap hidup produk. 2.3 Periklanan 2.3.1 Sejarah Periklanan Para arkeolog meyakini, advertising sudah ada sejak zaman dulu. Advertising dilakukan dalam berbagai bentuk “mempublikasikan” berbagai peristiwa (event) dan tawaran (offers). Orang-orang Roma mengecat dinding untuk mengumumkan perkelahian gladiator, dan orang-orang Ponosea melukis gambar untuk mempromosikan perangkat keras mereka di batu-batu besar di sepanjang jalur parade. Di Pompei misalkan, banyak lukisan seorang tokoh politisi dan meminta dukungan suara dari masyarakat. Di Perancis, traditional advertising sudah marak tahun 550 Sebelum Masehi untuk mengiklankan kaum negro sebagai budak. Orangorang Mesir Kuno menggunakan daun/kertas papyrus untuk mempromosikan produk atau jasa. Sebagai bentuk printed advertising, periklanan berkembang di awal abad 1516. Secara nyata mulai menunjukkan kemajuan di awal abad 17 di Inggris untuk mempromosikan buku dan Koran yang mulai berkembang. Dan ketika aktivitas perekonomian mulai meningkat diberbagai penjuru dunia, di tahun 18 an, di Amerika Serikat, periklanan mulai mendapat perhatian besar. Bahkan tahun 1841, didirikan Agensi Periklanan pertama oleh Volney Palmer di Boston. Pada waktu itu, agensi periklanannya masih sebatas perantara pemasar dengan pihak surat kabar sebagai penerbit iklan. Baru tahun 1875 di Philadelpia, dibuat agensi periklanan yang lebih multi fungsi. Dalam periode ini pula wanita mulai mengambil porsi. Baik sabagai 19 tenaga periklanan, maupun sebagai image produk iklan. Penggunaan “wanita” sebagai daya tarik, pertama kali dipakai dalam iklan sabun mandi. Saat radio siaran mulai mengudara di tahun 1920-an, periklanan di radio pun mulai marak walaupun secara teknis dan daya tarik, tidak seperti yang kita nikmati saat ini. Sponsorsif saat itu lebih banyak dikuasai satu orang/pihak. Misalnya, sponsorsif suatu radio, dikuasai satu bisnisman. Dengan kata lain, space iklan digunakan sendiri. Tapi seiring dengan tingginya persaingan, kondisi ini berangsurangsur berubah. Periklanan masuk dunia televisi di awal tahun 1940an. Iklannya bisa berupa commercial atau public advertising. Advertising modern sendiri yang mulai berkembang tahun 1960an, jauh berbeda dengan advertising masa lampau. Dilihat dari tujuan, penyajian sampai ke anggaran yang dibelanjakan buat iklan. Tahun 2004 misalnya, biaya permasangan iklan di Amerika Serikat mencapai sekitar $212 miliar. Sementara belanja iklan di seluruh dunia mencapai lebih dari $414 miliar. Sebuah angka yang luar biasa besar. Sementara accounting firm PricewaterhouseCoopers menyebutkan, tahun 2010, belanja iklan seluruh dunia akan mencapai lebih dari setengah triliun dolar Amerika Serikat. Pemasangan iklan saat ini, banyak dilakukan berbagai macam organisasi nirlaba, profesi , pemerintahan dan badan social. Bahkan pembelanja iklan terbesar ke 25 adalah pemerintah Amerika Serikat. 20 2.3.2 Pengertian periklanan Menurut pendapat kotler (2000) periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide barang atau jasa secara nonpersonel oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. “Advertising, Any paid of nonpersonel communications about an organization, product, service, or idea, by an identified sponsor”. (George. At all,2001) Istilah “paid” dari definisi diatas mencerminkan bahwa kenyataannya sebuah pesan iklan dibatasi oleh waktu atau ruang yang harus dibeli/paid. Pengecualian untuk public service announcement (PSA). Istilah nonpersonal mengartikan bahwa periklanan menyangkut mass media (telivisi, radio, majalah, koran) yang dapat mengrim sebuah pesan ke masyarakat, seringkali pada waktu yang bersamaan. Nonpersonal disini juga memberikan kesan bahwa sebuah iklan tidak dapat memberikan feedback secara langsung. Maka sebelum sebuah pesan ditayangkan sang pengiklan harus dapat memperkirakan bagaimana reaksi serta intrepretasi penonton terhadap pesan yang ingin disampaikan. Advertising juga dapat digunakan untuk menciptakan brand images dan daya tarik symbol yang kemudian akan berpengaruh untuk membedakan satu perusahaan dengan yang lain. 2.3.3 Unsur – Unsur Sebuah Iklan Menurut Max Sutherland dan Allice Sylvester (2007, p133–136), Pada dasarnya iklan yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda, sekalipun unsurunsur dasarnya banyak memiliki kesamaan seperti unsur suara, musik, dan gambar. 21 Pesan yang disampaikan barang kali sama hanya bentuk iklannya saja yang dikemas berbeda–beda. Sebagaimana diketahui, penggabungan unsur–unsur pelaksanaan di dalam periklanan dapat membantu mengarahkan proses mental konsumen terhadap suatu iklan produk atau merek. Penting untuk dicatat bagaimana unsur–unsur sebuah iklan dapat berinteraksi musik dengan visual atau mungkin kata dengan visual. Dalam hal ini unsur visual secara efektif dapat digunakan untuk memanipulasi apa yang sedang terjadi dalam ingatan konsumen dan membantu menempatkan alamat mental sesuai dengan sebuah kata. Biasanya, proses interaktif ini terjadi dengan sangat cepat sehingga konsumen sering tidak menyadarinya. Proses yang sangat cepat itu juga membuat konsumen sulit menyatukan unsur-unsur visual. Iklan memang harus mendapatkan perhatian konsumen. Untuk itu sebuah iklan harus mampu menembus kekacauan iklan lain. Dalam dunia periklanan, sebuah iklan harus mampu bertahan dan tampak lebih menonjol dibanding iklan–iklan lain. Untuk merealisasikan prinsip itu, pemasang iklan akan kemudian mempergunakan berbagai alat atau media. Pada saat ini alat yang paling sering digunakan adalah seks dan humor, selain unsur–unsur lain yang lebih halus. Sebuah iklan yang berusaha mendorong perhatian konsumen namun gagal menyertakan merek dan pesan – pesannya akan sia – sia. Sekalipun bisa bertahan, iklan itu tidak akan mampu bekerja secara maksimal. Ini karena si pemasang iklan sendiri tidak menekankan pentingnya memperkuat merek dan pesan akibat pengaruh distraksi. Tiga contoh iklan yang menjadi communicable dengan menggunakan seks secara eksplisit atau kontroversi mungkin seperti berikut ini: 1. “Tidak ada yang dapat memisahkan saya dan Calvin saya” (jeans Calvin Klein); 2. “Apakah anda memakai pelindung tertentu?” (kaca mata hitam Bolle) 22 3. “Iklan parfum Jaipur memperlihatkan wanita telanjang dari belakang yang terbelenggu oleh Jaipur. Nada tambahan “perbudakan” itu menyebabkan kontroversi semakin besar. Unsur – unsur pembentuk iklan meliputi: 1. Humor Menurut Max Sutherland dan Allice Sylvester (2007, p137), Ada tiga mekanisme utama dimana iklan humor diharapkan dapat bekerja lebih efektif dibanding iklan langsung: a. Iklan humor lebih diperhatikan, yakni sebagai penarik perhatian yang sangat baik. b. Iklan humor jarang mendapatkan kritik karena penonton memprosesnya sebagai hiburan bukan sebagai evaluasi benar atau salah. c. Iklan humor lebih disukai dan terbukti memiliki probabilitas tinggi untuk menjadi efektif. Disini cukup dikatakan, tidak adanya unsur humor yang memiliki kapasitas untuk menarik perhatian dan berfungsi menghibur audiens serta mengurangi munculnya kritikan akan menyebabkan kita beralih dari merek dan pesan itu. Humor merupakan unsur yang sangat penting, yang bisa merampas perhatian unsur – unsur penting lainnya. Tim kreatif kadang – kadang merasa perlu memperkenalkan humor bebas untuk alasan yang tidak fungsional khususnya pada bagian akhir iklan, lebih – lebih jika bagian yang tidak relevan (disebut “klinker”) pada akhir iklan kurang bisa menarik perhatian. Itulah sebabnya, hal itu akan menghilangkan memori jangka pendek serta mengganggu isi pesan utama iklan itu. Namun disisi lain klinker bisa berfungsi sebagai penguat pesan itu. 23 2. Drama Menurut Max Sutherland dan Allice Sylvester (2007, p152), Drama membuat lirik dan music berbeda dengan membuat pesan bersuara. Proses seperti ini, dengan fantasi yang sangat terbuka, secara sengaja dibiarkan masuk dalam ingatan kita. Dalam hal ini iklan drama sama dengan musik. Drama, sama halnya dengan musik, lebih enak ditonton dan dinikmati. Pengalaman dan kesenangan adalah fokus proses mental kita. Proses mental dalam diri kita tidak selalu diatur untuk menganalisis kebenaran dan kesalahan sebuah drama. Di sini, yang termasuk iklan drama klasik adalah iklan Pepsi versi penggalian arkeologi –mengilustrasikan sebuah botol minuman Coke yang ditemukan di daerah galian arkeologi. Di pihak lain, sang profesor tidak mengetahui benda itu. Iklan drama klasik juga ada pada iklan deodoran Impulse (”If someone gives you fowers, it may be just Impulse”), AT&T ”Reach out and touch someone” dan iklan serial Nestle’ Gold Taster’s Chioce? Nescafe. Iklan-iklan ini secara emosional mengajak kita masuk ke dalam cerita itu- sekaligus sebagai hiburan dan pada saat yang sama mampu mendidik. Iklan drama berbeda dengan iklan model kuliah. Iklan ini tidak hanya memuat wajah orang, namun juga karakter dan jalan ceritanya. Semua elemen iklan ini dapat membantu mengarahkan iklan ke dalam pikiran orang. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara mendengarkan kuliah atau berdebat dengan menonton konser atau film. Berdebat adalah undangan berargumentasi, sedangkan menonton film merupakan undangan bersenang-senang. Iklan drama pun memiliki perbedaan. Kita mampu merekam informasi atau pesan secara insidentil ketika fokus perhatian kita merasa terhibur. Menyatukan musik dan drama kadangkala dapat menjadi sebuah drama musikal. 24 3. Endorser “Endorser adalah icon atau sosok tertentu yang dipakai dalam kegiatan promosi yang bertujuan untuk mendukung efektifitas penyampaian pesan produk”. Endorser bisa saja berupa pulau, nama besar perusahaan, dan yang lebih sering ialah artis. Artis yang sedang naik daun merupakan pilihan yang paling banyak diminati oleh pemasar untuk mendukung kegiatan promosinya. Dengan menghadirkan artis yang notabene dikenal luas masyarakat, merek akan dengan mudah terasosiasikan dan menempati benak masyarakat secara efektif. Efektif atau tidaknya memilih figur atau icon dalam kegiatan promosi tentunya sangat dipengaruhi oleh image yang terbentuk di masyarakat mengenai sosok tersebut. Menurut Max Sutherland dan Allice Sylvester (2007, p145), Hal ini akan mengacu pada pertanyaan: wajah siapa yang digunakan? Beberapa pemasang iklan memilih untuk menggunakan wajah manusia, tetapi bukan wajah mereka sendiri. Seperti suatu negara yang menggunakan duta besar untuk mewakili negaranya, beberapa perusahaan juga lebih suka menggunakan pembawa acara untuk mewakili perusahaan. Jadi pembawa acara tidak selalu identik dengan pemasang iklan. Mereka mungkin hanya sebagai model atau aktor. Penggunaan selebriti untuk iklan adalah fenomena global. Di Jepang, hampir semua iklan menampilkan selebriti. Selebriti dan aktor merupakan pengganti iklan. Mereka dapat menempatkan wajah mereka pada image atau gambar sebuah organisasi. Sama halnya dengan wajah manusia, penggunaan presenter juga dapat berfungsi sebagai alat bantu ingatan dalam meningkatkan daya jual sebuah merek. Penggunaan presenter sebagai pengganti pemasang iklan yang berbicara langsung terbukti dapat 25 mengurangi perasaan atau keinginan seseorang untuk langsung berbicara atau untuk mengatasi kesulitan karena menjual produk secara tatap muka. 4. Slogan atau Tagline Menurut Max Sutherland dan Allice Sylvester (2007, p145), Tagline adalah slogan singkat yang terdapat dalam iklan, dimaksudkan untuk menumbuhkan memorable para audiens. Tagline tidak harus kata – kata publik atau kata – kata indah, yang terpenting harus menancap di kepala dan hati konsumen. Oleh karenanya Al Rise menegaskan bahwa “Tagline harus mendefinisikan positioning, yaitu suatu sistem yang terorganisasi dalam usaha menemukan suatu celah di benak audiens alias pelanggan”. Max Sutherland dan Allice Sylvester (2007, p145), Baik buruknya sistem ini akan bergantung pada cara dan dalam situasi apa ia dikomunikasikan. Sedangkan dalam website http://en.wikipedia.org, mengartikan tagline yaitu : “A tagline is a variant of a branding slogan typically used in marketing materials and advertising. The idea behind the concept is to create a memorable phrase that will sum up the tone and premise of a brand or product, or to reinforce the audience's memory of a product.” (Tagline adalah varian slogan merek yang biasa digunakan dalam materi pemasaran dan periklanan. Ide dibalik konsep slogan adalah untuk menciptakan kalimat yang mudah diingat yang akan meningkatkan dasar pikiran merek sebuah produk, atau untuk mengingatkan ingatan penonton terhadap sebuah produk). Pernyataan website www.websitemarketingplan.com mengenai tujuh langkah untuk mengembangkan slogan pemasaran atau periklanan, antara lain: a. Tentukan apa yang ingin disampaikan melalui slogan. b. Mulailah persiapan ide. 26 c. Temukan slogan pesaing. d. Mengumpulkan buku atau sumber lainnya untuk membantu mengungkapkan ide tadi dalam sebuah kalimat. e. Mengadakan rapat ide. f. Menggabungkan ide – ide yang ada. g. Memilih slogan yang terbaik. Pada situasi sekarang, tagline yang rasional, mudah dimengerti oleh alam pikiran, dan menohok dikepala, belum cukup menjadi syarat promosi akan berhasil. Konsumen kita sekarang cenderung emotional oriented sehingga pembuatan tagline harus lebih kreatif melihat sisi–sisi emosional audiens. 2.3.4 Tujuan Periklanan Kotler dan Amstrong (2004, p641) menyatakan tujuan periklanan adalah sebagai berikut : • • Menginformasikan a. Menceritakan kepada pasar tentang produk baru b. Menganjurkan kegunaan produk baru tertentu c. Menginformasikan pasar tentang perubahan harga d. Menjalankan cara kerja produk e. Mengoreksi kesan yang salah f. Mengurangi ketakutan pembeli g. Menciptakan citra perusahaan Membujuk a. Menciptakan preferensi merek b. Mendorong pergantian ke merek anda 27 • c. Mengubah Persepsi pelanggan membeli sekarang d. Membujuk pelanggan membeli sekarang Mengingatkan a. Mengingatkan pelanggan bahwa produk itu mungkin diperlukan dalam waktu dekat b. Mengingatkan pelanggan dimana membeli produk tersebut c. Mempertahankan produk tersebut tetap ada di benak konsumen selama musimnya d. Mempertahankan kesadaran produk tertinggi (top of mind) di benak konsumen 2.3.5 Merancang Pesan Iklan Dalam pemilihan pesan iklan, yang harus diperhatikan adalah tingkat kreatifitas dalam tema iklan. Pengiklan harus menemukan gaya, nada, kata-kata, atau format untuk menciptakan pesan yang menarik. Elemen-elemen seperti ukuran, warna dan ilustrasi mengahasilkan perbedaan terhadap dampak iklan. Pengiklan harus melalui empat tahap dalam mengembangkan suatu strategi iklan yang kreatif, yaitu (kotler ; 2004:21) : 1. Isi Pesan Pengiklan harus memikirkan apa yang akan dikatakan kepada audiens sasaran untuk menghasilkan respon yang diinginkan. Proses ini mendapat sebutan yang berbeda-beda, antara lain daya tarik, tema, ide, atau rencana penjualan unik (Unique Selling Proposition). Ada tiga jenis daya tarik yang dapat dibedakan, yakni : 28 a. Daya Tarik Rasional Daya tarik ini memperlihatkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang dinyatakannya. Contohnya, pesan yang menunjukkan kualitas produk, ekonomis, nilai, atau penampilan. b. Daya Tarik Emosional Daya tarik emosional berusaha mendorong emosi negative atau positif yang akan memotivasi pembelian. Pengiklan menggunakan daya tarik emosional positif, sperti humor, cinta, kebanggaan dan kegembiraan. c. Daya Tarik Moral Daya tarik ini diarahkan ke perasaan audiens mengenai apa yang benar dan pantas. Daya tarik ini sering digunakan untuk mendesak orang untuk alasan-alasan tertentu. 2. Struktur pesan Efektifitas pesan tergantung pada struktur dan juga isinya. Pengiklan harus menyajikan argument terkuat pertama atau terakhir pada pesan. Dalam hal pesan satu sisi, menyajikan argument terkuat di awal pesan memiliki keuntungan menentukan perhatikan dan minat. Pesan dua sisi, menyajikan argument positif dahulu (primary effect) atau terakhir (recency effect). 3. Format pesan Pengiklan harus mengembangkan format yang kuat untuk pesan tersebut. Jika pesan teruskan lewat televisi, maka semua elemen ini ditambah bahasa tubuh (petunjuk non verbal) harus direncanakan. Pengiklan harus memperlihatkan jenis music, tema, bintang iklan, warna, ukuran, bentuk, dan lain sebagainya. 4. Sumber Pesan 29 Pesan yang disampaikan oleh sumber yang menarik memperoleh perhatian yang lebih besar dan diingat. Orang terkenal lebih efektif bila mereka melambangkan atribut produk utama sesuai dengan personality-nya (kepribadian) 2.3.6 Tujuan Pemasangan Iklan Aspek pertama yang paling penting sebelum merumuskan strategi periklanan adalah sebuah sasaran atau tujuan. Tujuan itu tergantung pada apa yang ingin dicapai oleh klien. Penetapan tujuan periklanan merupakan aspek penting yang mendapat perhatian serius. Tanpa tujuan yang baik, tidak mungkin mengarahkan dan mengendalikan keputusan dengan efektif dan efisien. Tujuan periklanan berfungsi sebagai alat komunikasi dan koordinasi, memberikan kriteria dalam pengambilan keputusan serta sebagai alat evaluasi. Selain itu tujuan juga akan sangat membantu dalam komunikasi dan membuat suatu garis antara keputusan strategis dan taktis. Tujuan pemasangan iklan adalah tugas komunikasi tertentu yang harus dilakukan terhadap khalayak sasaran tertentu selama periode tertentu. Tujuan harus didasarkan pada keputusan-keputusan di masa lalu tentang pasar sasaran, positioning dan bauran pemasaran, yang mendefinisikan pekerjaan yang harus dilakukan oleh pemasangan iklan dalam kerangka program pemasaran keseluruhan. Tujuan pemasangan iklan dapat dikelompokan berdasarkan tujuan utamanya. Apakah tujuannya menginformasikan, membujuk atau mengingatkan. 30 Menginformasikan • Tabel 2.1 Tujuan Pemasangan Iklan Membujuk Mengingatkan • Menceritakan kepada pasar tentang produk baru • • Menganjurkan kegunaan produk baru tertentu • • • preferensi merk pelanggan bahwa Mendorong produk mungkin pergantian ke diperlukan dalam merek kita waktu dekat Mengubah • Mengingatkan pelanggan di mana pasar pelanggan membeli produk membeli sekarang terebut tentang Menjelaskan • cara Membujuk • Mempertahankan pelanggan produk tersebut membeli sekarang tetap ada di benak Membujuk konsumen selama Mengurangi ketakutan pelanggan bukan emsinnya pembeli menerima Mengoreksi kesan • yang salah • Mengingatkan persepsi kerja produk • • Menginformasikan perubahan harga • Mencipatakan Menciptakan • Mempertahankan kunjungan tenaga kesadaran produk penjualan tertinggi (top-of ***Dalam prakteknya iklan mind) di benak persuasive banyak yang pelanggan. citra perusahaan berrgeser ke iklan komparatif, yang membandingkan produk kita dengan produk competitor Sumber: Kotler dan Amstrong (2004, p641) 31 Secara umum tujuan perusahaan mengiklankan produknya adalah dalam rangka : • Menciptakan kesadaran pada suatu merek di dalam benak konsumen. Brand awarness yang tinggi merupakan kunci untuk mencapai brand equity yang kuat. Para pemasar harus menyadari bahwa tanpa Brand awarness yang tinggi akan sulit untuk mendapatkan pangsa pasar yang tinggi. • Mengkomunikasikan informasi kepada konsumen mengenai keunggulan suatu merek. Manfaat ini berhubungan dengan keunggulan dari sebuah produk dibanding produk lain. • Mengasosiasikan suatu merek dengan perasaan serta emosi tertentu. Tujuannya, agar ada hubungan emosi antara konsumen dengan suatu merek. • Membuat perilaku. Artinya perilaku konsumen dapat dibentuk melalui kampanye periklanan • Mengembangkan atau mengubah citra atau personalitas dari sebuah merek. Sebuah merek terkadang mengalami keterpurukan dimata konsumen sehingga perlu diperbaiki citra atau image-nya yang dilakukan melalui periklanan • Mengembangkan persepsi positif calon konsumen yang diharapkan kelak dapat menjadi pembeli potensial • Mengarahkan konsumen untuk membeli produk. Tetapi yang harus disadari adalah iklan bukan segalanya, karena keberhasilan suatu merek di pasar tidak hanya tergantung pada periklanannya tapi juga ditentukan oleh elemen pemasaran lainnya. Dari sekian banyak tujuan perusahaan dalam periklanan seperti yang telah disebut di atas, hanya beberapa tujuan saja yang harus dipilih. Tujuan tersebut harus benar-benar sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan terhadap 32 kampanye produknya, semakin efektif dan efisien tujuan maka kemungkinan kampanye periklanan berhasil akan semakin terbuka. Sebagaimana tujuan manajemen, tujuan periklanan harus dapat dioperasionalkan. Tujuan iklan yang baik tidak saja efektif bagi penentuan kriteria untuk mengambil keputusan, tetapi juga memberikan standar untuk membandingkannya dengan hasil akhir dari sebuah kampanye. Terdapat beberapa metode dan media advertising, di antaranya : • Koran Fleksibel, cepat, liputan pasar local yang bagus, diterima secara luas, tingkat kepercayaan tinggi. Kekurangannya, masa edar pendek, kualitas reproduksi jelek, pemindahan tangan khalayak kecil. • Brosur Dipasarkan masal, tetapi informasi yang disajikan harus yang tidak menuntut lalu up to date. • Televisi Liputan pasar masal, daya tarik tinggi karena faktor audio visual. Biaya absolute besar, kesemerawutan tinggi, paparan berlangsung cepat, selektivitas khalayak kurang. 33 • Surat langsung Personal, selektivitas khalayak tinggi, fleksibel, tidak ada persaingan iklan pada media yang sama. Biaya perpaparan tinggi, citra surat adalah sampah masih tinggi • Radio Penerimaan lokal bagus, selektivitas geografis dan demografis tinggi, biaya relative lebih rendah. Hanya audio, pesan cepat berlalu, perhatian mendengar rendah. • Majalah Selektivitas geografis demografis tinggi, prestise dan kredibel, kulaitas reproduksi tinggi, masa edar lama, dan tingkar keterbacaan bagus. Biaya mahal dan tidak ada jaminan posisi • Luar ruang Fleksibilitas, keterpaparan berulang tinggi, biaya rendah, persaingan pesan rendag, selektivitas posisi tinggi. Selektvitas khalayak rendah • Internet Selektivitas tinggi, biaya rendah, kecepatan waktu, kemampuan interaktif. Khalayak terpisah secara demografi kecil, dampak relative rendah, khalayak mengendalikan terpaan. Iklan televisi, seperti yang dijelaskan sebelumnya memiliki kelebihan lewat efek sudio visualnya. Dan ini berdampak pula pada proses penangkapan pesan dan pengambilan keputusan konsumen ( penonton televisi ). Iklan melalui televisi bisa 34 benar-benar komersil, sekadar informasi atau bahkan digunakan untuk kepentingan politik. Strategi pemasangan iklan meliputi dua unsure utama yakni menciptakan pesan iklan, dan memilih media tempat memasang iklan. 2.3.7 Jenis Iklan Menurut May lwin dan Jim altchison, (2005,p7) berbagai jenis iklan yang ada sekarang yaitu : 1. Iklan strategis Digunakan untuk membangun merek. Perhatian utama iklan strategis ini dalam jangka waktu panjang adalah memposisikan merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. 2. Iklan Taktis Dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan penawaran khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan jawaban pada hari yang sama. 3. Iklan Ritel Iklan ritel yaitu semacam penetapan harga untuk sebagian barang yang mempunyai keuntungan sedikit atau tanpa keuntungan sama sekali untuk menarik perhatian konsumen, sedangkan sisa barang yang lainnya mempunyai harga normal. 4. Iklan Korporat Dilakukan ketika sebuah perusahaan melakukan kampanye untuk mengkomunikasikan nilai-nilai korporatnya kepada public. Iklan korporat sering kali berbicara tentang nilai warisan perusahaan, komitmen perusahaan terhadap pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau 35 logo perusahaan yang baru, atau mempublikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup. Ada kalanya iklan korporat harus mengkoreksi persepsi publik tentang perusahaan. 5. Iklan bisnis Terjadi ketika perusahaan berbicara kepada perusahaan lain yang biasanya dilakukan melalui majalah bisnis. Alasan munculnya iklan ini pada umumnya enerbitan saham baru, rencana ekspansi baru, membangun goodwill korporat, atau memperkenalkan struktur dan layanan perusahaan yang baru. 6. Iklan Layanan Masyarakat Sering dilakukan berbagai instusi dan organisasi amal yang berusaha meringankan berbagai masalah social-pengungsi, tunawisma, orang cacat, serta kekerasan terhadap binatang maupun perempuan dan anak-anak. 2.3.8 Mengukur Efektifitas Iklan Menurut Max Sutherland dan Allice Sylvester (2007) ada dua ukuran dalam mengukur efektifitas iklan, yang pertama difokuskan kepada merek dan yang kedua difokuskan kepada iklan. Pada sub bab ini hanya akan dibahas tentang mengukur efektifitas iklan yang difokuskan pada iklan. 1. Mengenal iklan Jika orang tidak mengenali iklan setelah beberapa kali ditayangkan, pengiklan bisa memastikan bahwa ada yang hal sangat keliru, karena ini bukanlah tes yang demikian ‘mudah’. Pertanyaannya adalah adakah yang keliru dengan iklan atau jadwal media? Kita bias mengatakan bahwa ini merupakan masalah jadwal media dengan men-cek angka media yang menunjukkan bagaimana jangkauan kumulatif iklan ( presentase orang yang benar – benar setidaknya mempunyai 36 satu kesempatan melihatnya ). Jika jangkauan kumulatifnya baik, maka angka pengenalan rendahnya mengungkap bahwa iklan ini adalah ‘kertas dinding’ yang tidak menangkap cukup banyak perhatian cuku dan cukup kepuasan bagi pengiklan, namun tetap mempertahankan dalam prespektif. 2. Mengingat kembali iklan secara spontan ( mengingat kembali iklan dengan petunjuk kategori) Bila konsumen hanya ditunjukkan oleh kategori produk dan konsumen secara produk dan konsumen secara spontan mengingat kembali iklan dengan menyebut nama merek dan pesan iklan yang tepat ini akan mengatakan lebih banyak tentang kekuatan koneksi dalam ingatan konsumen disbanding jika mereka hanya mampu mengenali iklan. Dibutuhkan koneksi yang lebih kuat agar bisa mengingat kembali rincian iklan disbanding sekedar ingin mengenali iklan. 3. Asosiasi merek dengan iklan Kekuatan hubungan antar eksekusi iklan dan merek diungkap dalam jawaban pada bagian kedua prosedur menanyakan seperti yang ditunjukkan di atas, yaitu merek apa yang diiklankan? Pengukuran asosiasi merek dan iklan yang benar ini penting karena merupakan faktor kunci bagi kita untuk mengingat kembali dan menceritakan iklan secara detail tapi keliru mengaitkan kita dengan merek yang salah. Kegagalan untuk menepatkan merek yang benar dalam kerja jaringan ingatan masalah adalah yang terlalu sering muncul. Pemeriksaan antar asosiasi merek dan iklan karenanya menjadi prosedur yang sangat penting dalam pemeriksaan diagnostic menyeluruh 37 4. Pengantar pesan pesan Pengantaran / penyampaian mengasumsikan peran terpusat untuk menentukan apakah pesan merupakan suatu masalah. Penyampain pesan biasanya diukur dengan menanyakan, “apa pesan utamanya yang coba dikonsumsikan oleh iklan kepada konsumen?” misalkan konsumen menjawab “ini lebih sehat karena banyak mengandung kalsium dan anak – anak memintanya”, ini menyatakan bahwa penyamaian pesan sesuai dengan tujuan iklan dan secara efektif akan mengurangi sumber masalah. Perhatikan bahwa ukuran-ukuran ini digunakan sebagai bagian proses pengurangan sumber ‘penyebab’. Jika kita telah menemukan orang yang telah menonton iklan dan mengaitkan iklan dengan merek yang benar tapi penyampaian pesan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, berarti menyatakan bahwa ikatan iklan itu lemah. 5. Kepercayaan atas iklan Kegagalan untuk menguatkan citra merek padaa atribut bisa terjadi bila orang punya alasan untuk tidak mempercayai pesan.konsistensi pesan dengan apa yang telah ada di otak kita, Jika ada motivasi dengan otak kita untuk tidak menerima apa yang sedang kita katakana, maka mengingat pesan tidak akan banyak mempengaruhi ‘pengetahuan’ kerja jaringan kita. Inilah cara mengukur kepercayaan terhadap iklan yang merupakan alat bantu yang bermanfaat untuk menditeksi apakah hal ini merupakan masalah. 6. Menyukai iklan Dalam sejumlah kategori produk yang substansial diman iklan transformasional menjadi normanya, menyenangi iklan adalah penting untuk membuat orang merasa nyaman terhadap merek itu, khususnya jika hanya ada sedikit perbedaan 38 dibanding merek lainnya. Ini adalah cara mengukur yang berfokus pada iklan yang terakhir dan hanya menanyakan orang apakah mereka menyenangi suatu iklan atau tidak. Dalam pilihan keseimbangan jika hal lainnya setara, menyukai merek iklan tertentu bisa menjaga keseimbangan. 2.4 Creativity Advertising 2.4.1 Definisi creativity advertising “Advertising creativity is the ability to generate fresh, unique, and appropriate ideas that can be used as solutions to communications problems. To be appropriate and effective, a creative idea must be relevant to the target audience”. Kreativitas sebuah iklan adalah kemampuan sebuah iklan untuk menghasilkan ide-ide segar, unik, dan tepat yang dapat digunakan sebagai solusi untuk suatu masalah komunikasi. Untuk lebih tepat dan efektif, ide kreatif sebuah iklan harus relevan dan sesuai dengan target audience. (Belch: 2001,p.249). 2.4.2 Proses creativity advertising Menurut Belch (2001; p.253) Untuk membuat suatu iklan yang efektif bagi konsumen diperlukan beberapa proses berikut ini: 1. Immersion (pencarian data) Mengumpulkan data dan informasi melalui penelitian latar belakang yang akan mendorong Anda ke dalam masalah tersebut. 2. Digestion (mencerna masalah yang ada) Mengolah masalah yang ada dengan melihatnya lebih dalam lagi. 3. Incubation (inkubasi) Keluarkan unek-unek Anda dan aplikasikan pada sebuah pekerjaan 39 4. Ilumination (Penerangan) Lahirnya sebuah ide baru yang dikemas secara kreatif. 5. Reality or verification (verifikasi hasil ide yang ada) Pelajari kembali ide yang ada apakah sudah dapat menyelesaikan masalah yang ada atau belum. Kemudian bentuklah gagasan untuk kegunaan praktis. 2.4.3 Creative Tactics for Television (taktik kreatifitas periklanan pada televisi) Iklan adalah salah satu dari empat alat penting, yang umumnya digunakan perusahaan untuk melancarkan komunikasi dengan pembeli dan masyarakat yang ditargetkan. Iklan adalah suatu proses persuasi yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Iklan yang bersifat persuasif membuka peluang informasi bagi konsumen. Ia dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif pilihan barang dan jasa dipasar (Jurnal manajemen fakultas ekonomi Universitas Tarumanegara Th.III/02/1999). Menciptakan dan memproduksi sebuah iklan TV dengan komunikasi yang efektif merupakan suatu proses yang tidak gampang dengan rincian budget yang cukup mahal. Maka dari itu dibutuhkan beberapa komponen tertentu untuk membuat sebuah iklan agar hasil yang didapat maksimal. 1. Video Bagian visual umumnya mendominasi komersial sehingga dapat menarik perhatian pemirsa yang biasanya terdapat unsur ide, pesan dan gambar. Elemen lainnya yang dapat menunjang sebuah iklan komersial adalah penggunaan talent pada iklan tersebut, serta faktor lainnya seperti lighting, grpahics, warna dan simbol. 40 2. Audio Porsi sebuah audio pada iklan komersial TV adalah termasuk suara, musik dan sound effect. Sebuah suara dapat digunakan dengan cara yang bermacam-macam didalam sebuah komersial. Suara tersebut dapat langsung disampaikan oleh talent yang berada di iklan tersebut ataupun dengan cara voiceover. (Belch: 2001, p.293-294) 2.5 Celebrity Endorsement 2.5.1 Definisi Selebriti Menurut M. Suyanto (2004, p.117), selebritis adalah “pribadi (actor, aktivis, intertainer, atlet) yang dikenal di masyarakat untuk mendukung suatu produk. Selebritis merupakan juru bicara suatu produk”. Sedangkan lee Lacocca seperti yang dikutip oleh Max Sutherland dan Allice Sylvester (2007, p.59), mengatakan bahwa “In our society is a person is a famous for being well known” (Selebritis adalah orang yang dikenal dan mengenal masyarakat). Berdasarkan definisi dari 2 (dua) pakar diatas, maka data disimpulkan bahwa selebriti adalah seseorang atau sekelompok yang memiliki popularitas dimata masyarakat karena profesinya sebagai artis, penghibur, olahragawan maupun aktivis. Sehingga dianggap layak untuk mendukung atau mewakilkan sebuah produk baik barang maupun jasa, sehingga menarik perhatian konsumen. 2.5.2 Definisi celebrity Endorsement Pesan dalam iklan juga dapat disampaikan melalui model atau tokoh terkenal. Penggunaan tokoh terkenal seperti selebrity, olahragawan, atau para idola dalam masyarakat dapat mempengaruhi pesan dalam iklan. Penggunaan bintang iklan dalam sebuah iklan biasanya disebut dengan endorsement, spokesperson atau pendorong untuk menjual produk yang diiklankan. 41 Ada beberapa alasan para pengiklan menggunakan selebriti diantaranya adalah : 1. Pengalaman selebriti menggunakan produk tersebut 2. Selebriti tersebut sedanga banyak dibicarakan orang atau public 3. Selebriti tersebut mempunyai citra yang baik dan popularitas yang tinggi dimata publik Apabila menggunakan selebriti dalam iklan paling tidak diharapkan image atau figure personality selebrity dapat mengangkat image produk. Selebrity adalah tokoh (actor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukung. Para selebriti banyak diminati sebagai juru bicara produk. Selebriti biasanya menarik perhatian khalayak, karena merupakan figure yang menajadi sorotan public. Iklan yang menggunakan selebriti tergantung pada kebutuhan perusahaan untuk jangka yang telah ditetapkan yang dihubungkan dengan efek iklan tersebut, efek tersebut biasanya berhubungan dengan volume penjualan ( Royan ; 2005, p.21). Penggunaan selebriti sebagai pendukung periklanan akana sangat efektif bila motivasi konsumen untuk memproses argumen pesan relative rendah, dalam arti bahwa persepsi audiens terhadap produk yang diiklankan positif. Para pengiklan bersedia membayar harga yang tinggi kepada kaum selebriti atau tokoh public yang disukai dan mempunyai daya tarik oleh khalayak sasaran, yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak terhadap produk dan membangun citra produk. Penggunaan selebriti dalam iklan dapat meningkatkan atau mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu produk, terutama asosiasi (hubungan) sang selebriti sesuai dengan produk yang diiklankan. Pemilihan bintang iklan biasanya dilakukan berdasarkan brand personality produk yang dikaitkan dengan target audiens. Brand personality tersebut sangata penting untuk m/enentukan karakter yang harus 42 dibawakan oleh bintang iklan. Karakter bintang iklan tersebut diakui sangat efektif dalam mengangkat citra produk sekaligus brand awareness (Royan ; 2005:23). 2.5.3 Fungsi Endorsement Menurut Dyah Hasto Palupi dan Teguh Sri Prambudi (2007 ; p.268-269), Fungsi endorser adalah “mendukung dan mengangkat Citra sesuai dengan kebutuhan merek”. Sedangkan menurut Dr. Ir. Ujang Sumarwan (2004; p.258), dalam mempromosikan sebuah produk selebriti bisa berfungsi untuk : 1. Memberikan kesaksian ( a testimonial ) 2. Memberikan dorongan dan penguatan (Endorsement) selebriti meminjamkan namanya dan digunakan sebagai identitas untuk promosi produk. 3. Bertindak sebagai actor dalam iklan 4. Bertindak sebagai juru bicara perusahaan Ada tiga jenis daya tarik utama endorser yang biasa digunakan pada kegiatan promosi dalam pemasaran : 1. Selebritis Pada umumnya orang terpesona melihat orang yang kaya, sukses dan terkenal, dan mereka bisa terkenal karena cantik atau ganteng dan mempunyai keahlian tertentu. Mereka mempengaruhi pengagumnya dalam hal cara berpikir, apa yang dibeli, digunakan, ditonton, dimakan, diminum, didengarkan, dan dalam kegiatan dimana mereka terlibat. Selebritis banyak digunakan untuk mengembangkan citra positif produk baru atau mengubah citra produk yang sudah ada, karena untuk melakukan ini diperlukan pengaruh yang kuat. Selebritis mempunyai kekuatan karena mereka menjadi idola banyak orang. 43 2. Ahli atau pemimpin pendapat Mereka adalah orang yang pendapatnya mengenai suatu produk tertentu dituruti oleh orang – orang yang kurang tahu tentang produk tersebut. Biasanya, mereka mempunyai peran yang penting dalam komunikasi dari mulut ke mulut tentang suatu produk. Para ahli atau pemimpin pendapat juga bisa berupa konsumen yang mengerti betul tentang suatu produk dan oleh karenanya pendapatnya dituruti oleh orang lain dikomunitas atau lingkungan tempat tinggalnya. Pemasar mengetahui data para ahli atau pemimpin pendapat ini dari daftar nama dan alamat orang – orang yang pernah menanyakan melalui surat tentang suatu produk samping di masa yang lampau. Biasanya, orang – orang tersebut bertipe inovator. Di samping itu, salesman juga bisa dan diharapkan berperan sebagai pemimpin pendapat. 3. Orang biasa Konsumen yang berpengalaman menggunakan produk, seperti disebutkan sebelumnya, akan dituruti pendapatnya oleh calon konsumen. Konsumen juga lebih mudah untuk mengidentifikasikan dirinya terhadap orang biasa yang digunakan di iklan. Banyak sekali contoh iklan yang menggunakan kiat ini dalam mempromosikan produknya (jurnal ilmiah berkala empat bulanan, volume 5 no 3, mei 2009). 2.5.4 Celebrity Endorsement dalam aktivitas Periklanan Menurut Rossiter dan Percy teori tentang model VisCAP menjelaskan tentang evaluasi karakteristik seorang selebriti presenter dengan menggunakan model VisCAP. Meskipun dalam buku tersebut membahas tentang presenter, namun dalam 44 penelitian ini sama – sama membahas mengenai karakteristik selebriti yang merupakan seorang endorsement atau spokesperson dalam suatu program acara di media televisi ( Royan ; 2005, p.19). Seorang endorser harus diseleksi berdasarkan karakterisitik pribadi yang dikaitkan dengan penagruh komunikasi tertentu untuk mendorong suatu program acara. Pengaruh komunikasi mendorong suatu program acara. Pengaruh komunikasi mendorong satu atau lebih tujuan komunikasi merek, termasuk didalamnya yaitu brand attitude, dan menyertakan strategi brand attitude seperti yang dievaluasi dalam empat dimensi. Dalam mempengaruhi brand image suatu produk dapat dilihat dari karakteristik selebriti endorser. R.Ohanian (1991), seorang advertising researcher, dalam jurnalnya bertajuk “the impact of celebrity spokeperson perceive image on intention of purchase” membagi 4 faktor penyebab mengapa responden tertarik untuk membeli dan secara signifikan dapat mempengaruhi brand image produk: 1. Celebrity credibility Kredibilitas seorang selebriti dapat menyangkut 2 hal, yaitu expertise (keahlian selebriti dalam mengkomunikassikan produk) dan trustworthliness (objektivitas selebriti dalam memberi keyakinan atau percaya diri pada konsumen suatu produk) 2. Celebrity likeability Yaitu tingkat disukai selebriti oleh audiens. Apabila seorang selebriti banyak disukai, maka akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk yang diiklankan oleh si selebriti. 45 3. Celebrity attractiveness Merupakan berbagai daya tarik yang dimiliki selebriti dalam berperan sebagai endorser. Hal ini dapat mecakup daya tarik fisik dan tingkat kesamaan dengan personality yang diinginkan pengguna produk. 4. Celebrity meaningfulness Ini menyangkut seberapa kuat pengaruh selebriti dalam benak masyarakat sehingga ia dapat “memerintahkan” target audience untuk membeli produk. Keempat karakteristik selebriti diatas merupakan faktor – faktor yang akan mempengaruhi brand Image sehingga akan mempengaruhi persepsi konsumen akan produk tersebut. Apabila selebriti memiliki nilai lebih dari keempat karakteristik itu, maka akan menimbulkan rumor positif tentang produk sehingga terbentuk bran image yang positif juga. Namun begitu pula sebaliknya, apabila sang selebriti tidak memiliki salah satunya maka brand image yang terbentuk akan negatif (jurnal ilmiah berkala empat bulanan, volume 5 no 3, mei 2009). 2.6 Merek (Brand) The American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai sebuah nama, tanda, istilah, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya, dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebuah produk atau jasa dari seorang penjual ataupun sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk atau jasa kompetitor lainnya (Kotler 2003, p418). Definisi dari The American Marketing Association tersebut juga hampir sama dengan yang ditetapkan di Indonesia melalui UU Merek No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1. Masih menurut Kotler (2003, pp418-419), merek adalah sebuah simbol yang kompleks terhadap sebuah produk dan dapat memberikan enam arti, yaitu: 46 1. Atribut (Attributes) Merek memberikan suatu gambaran tentang sifat produk dari merek itu sendiri dan mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Contoh: Mercedes adalah mobil yang berkonstruksi baik, berdaya tahan tinggi, mahal, dan termasuk mobil kelas atas. 2. Manfaat (Benefit) Atribut dari sebuah merek tersebut harus dapat diterjemahkan dalam bentuk manfaat baik dari sisi fungsi maupun emosi. Contoh: Atribut berdaya tahan tinggi dapat diterjemahkan dengan arti bahwa produk tersebut menggunakan bahan dengan kualitas lebih tinggi dibanding produk lain. 3. Nilai (Value) Sebuah merek juga menyatakan tentang nilai pembuatnya. Contoh: Mobil bermerek Mercedes selalu identik dengan mobil yang berkemampuan tinggi, tingkat keamanan yang tinggi, serta gengsi yang besar 4. Budaya (Culture) Sebuah merek juga mencerminkan suatu budaya tertentu. Contoh: Mercedes dapat menggambarkan budaya Negara Jerman yang serba teratur, efisien, serta berkualitas tinggi. 5. Personal (Personality) Sebuah merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu dari pemakainya. Contoh: Menggunkan Mercedes melambangkan kepribadian yang berkelas dari pemakainya. 47 6. Pemakai (User) Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Contoh: Gambaran dari konsumen yang menggunakan Mercedes adalah top eksekutif yang sudah berumur, bukan seorang sekretaris muda. Merek atau merek dagang adalah tanda pembeda yang digunakan suatu badan usaha sebagai penanda identitasnya dan produk barang atau jasa yang dihasilkannya kepada konsumen, dan untuk membedakan usaha tersebut maupun barang atau jasa yang dihasilkannya dari badan usaha lain. Merek merupakan kekayaan industri, yaitu termasuk kekayaan intelektual. Secara konvensional, merek dapat berupa nama, kata, frasa, logo, lambang, desain, gambar, atau kombinasi dua atau lebih unsur tersebut. Menurut Nicolino dan Davis dalam Simamora (2003, p3) merek bisa juga berarti entitas pengidentifikasi yang memberi janji nilai tertentu. Berdasarkan definisi-definisi di atas, merek pada dasarnya adalah sebagai pembeda dan identitas suatu produk atau jasa. Melalui merek, berarti juga menawarkan suatu janji akan nilai tertentu kepada konsumennya. Dengan adanya janji akan nilai tertentu pada merek, maka konsumen dapat memberikan suatu persepsi terhadap merek tersebut. 2.6.1 Manfaat Merek Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Menurut Keller dalam Tjiptono (2005, pp20-21) manfaat merek bagi produsen adalah sebagai: 48 • Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi. • Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. • Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang luas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. • Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. • Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. • Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang. • Sedangkan manfaatnya bagi konsumen adalah sebagai: 9 Identifikasi sumber produk 9 Penetapan tanggung jawab pasa pemanufaktur atau distributor tertentu. 9 Pengurang resiko 9 Penekanan biaya pencarian (search cost) internal dan eksternal. 9 Janji atau ikatan khusus dengan produsen 9 Alat simbolis yang memproyeksikan citra diri. 9 Signal kualitas. Sementara itu, Ambler dalam Tjptono (2005, p21) mengelompokkan manfaat manfaat merek ke dalam tiga kategori, yaitu: ¾ Raritas (manfaat ekonomik atau value for money) ¾ Virtuositas (manfaat fungsional atau kualitas) ¾ Complacibilitas (manfaat psikologis atau kepuasan pribadi) Untuk penjelasan dari masing-masing kategori tersebut, lihat tabel 2.2 di bawah ini. 49 Tabel 2.2 Manfaat – Manfaat Merek MANFAAT DESKRIPSI MERK ¾ Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk saling bersaing memperebutkan pasar ¾ Konsumen memilih merek berdasarkan value or money yang ditawarkan berbagai macam merek Manfaat ¾ ekonomik Relasi antara merek dan konsumen dimulai dengan penjualan. Premium harga bisa berfungsi layaknya asuransi risiko bagi perusahaan. Sebagian besar konsumen lebih suka memilih penyedia jasa yang lebih mahal namun lebih diyakininya bakal memuaskannya ketimbang memilih penyedia jasa lebih murah yang tidak jelas kinerjanya ¾ Merek memberikan peluang bagi diferensiasi. Selain memperbaiki kualitas (diferensiasi vertikal), perusahan-perusahaan juga memperluas mereknya dengan tipe-tipe produk baru (diferensiasi horizontal). Manfaat ¾ Merek memberikan jaminan kualitas. Apabila konsumen membeli merek yang sama lagi, maka ada jaminan bahwa kinerja merek fungsional tersebut akan konsisten dengan sebelumnya. ¾ Pemasar merek berempati dengan para pemakai akhir dan masalah yang akan diatasi merek yang ditawarkan. Manfaat ¾ Merek memfasilitasi ketersediaan produk secara luas. ¾ Merek memudahkan iklan dan sponsorship ¾ Merek merupakan penyederhanaan atau simplifikasi dari semua 50 psikologis informasi produk yang perlu diketahui konsumen. ¾ Pilihan merek tidak selalu didasarkan pada pertimbangan rasional. Dalam banyak kasus, faktor emosional (seperti gengsi dan citra sosial) memainkan peran dominan dalam keputusan pembelian. ¾ Merek bisa memperkuat citra diri da persepsi orang lain terhadap pemakai/pemiliknya. ¾ Brand symbolism tidak hanya berpengaruh pada persepsi orang lain, namun juga pada identifikasi diri sendiri dengan obyek tertentu. Sumber: Ambler dalam Tjiptono (2005, p23) Merek yang yang kuat adalah yang memiliki aset merek tinggi. Merek yang kuat tersebut, menurut Davis dalam Simamora (2003, pp49-51) akan memperoleh manfaat – manfaat sebagai berikut: ¾ Loyalitas yang memungkinkan terjadinya transaksi berulang ¾ Memungkinkan perusahaan menetapkan harga yang lebih tinggi (premium), yang berarti margin yang lebih tinggi bagi perusahaan ¾ Memeberikan kredibilitas pada produk lain yang menggunakan merek tersebut ¾ Memungkinkan return yang lebih tinggi ¾ Memungkinkan diferensiasi relatif dengan pesaing yang jelas, bernilai dan berkesinambungan ¾ Memungkinkan fokus internal yang jelas. Artinya, dengan merek yang kuat, parakaryawan mengerti untuk apa merek ada dan apa yang perlu mereka lakukan untuk mengusung merek itu Semakin kuatnya merek, semakin tinggi laoyalitas, maka konsumen akan lebih toleran terhadap kesalahan produk atau perusahaan ¾ Menjadi faktor yang menarik karyawan-karyawan mempertahankan karyawan-karyawan berkualitas, sekaligus 51 ¾ Menarik konsumen untuk hanya menggunakan faktor merek dalam pengambilan keputusan kualitas pembelian 2.6.2 Tipe-tipe Merek Pemahaman mengenai peran strategik merek tidak bisa dipisahkan dari tipetipe utama merek, karena masing-masing tipe memiliki citra merek yang berbeda. Menurut Whitwell, et al. dalam Tjiptono (2005, p22) tipe-tipe merek tersebut meliputi: 1. Attribute brands, yakni merek-merek yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan keyakinan/kepercayaan terhadap atribut fungsional produk. Kerapkali sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur secara obyektif atas begitu banyak tipe produk, sehingga mereka cenderung memilih merek-merek yang dipersepsikan sesuai dengan kualitasnya. 2. Aspirational brands, yaitu merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli merek bersangkutan. Citra tersebut tidak banyak menyangkut produknya, tetapi justru lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang didambakan. Keyakinan yang dipegang konsumen adalah bahwa dengan memiliki merek semacam ini, akan tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok aspirasi tertentu (misalnya, golongan kaya, prestisius dan populer). Dalam hal ini, status, pengakuan sosial, dan identitas jauh lebih penting daripada sekedar nilai fungsional produk. 3. Experience brands, mencerminkan merek-merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama (shared asociation and emotions). Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenaan dengan kesamaan filosofi antara merek dan konsumen individual. Kesuksesan sebuah experience brand 52 ditentukan oleh kemampuan merek bersangkutan dalam mengekspresikan individualitas dan pertumbuhan personal. 2.6.3 Brand image Berdasarkan pendapat Kotler dan Simamora (2003, p37 & 63), citra merek adalah sejumlah keyakinan tentang merek. Syarat merek yang kuat adalah citra merek. Kotler juga mempertajam bahwa citra merek itu sebagai posisi merek (Brand Position). Dalam Simamora (2003, p96), Aaker menyatakan bahwa citra adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikannya pada konsumen. Jadi Aaker menganggap citra merek sebagaimana merek dipersepsikan oleh konsumen (Simamora 2003, p63). Banyak pakar lain yang mendifinisikan Brand Image berdasarkan sudut pandangnya masing-masing (Stinjak dan Tumapal,2005, p172), diantaranya menurut: - Keller, Brand Image adalah sebagai persepsi atau kesan tentang suatu merek yang direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi yang menghubungkan pelanggan dengan merek dalam ingatannya. - Aaker dan Joachimsthaler, Brand Image adalah identitas (personality, symbol, proposal nilai, brand essence dan posisi merek). - Davis, Brand Image memiliki dua komponen yaitu asosiasi merek (Brand Association) dan pesona merek (brand pesona). Asosiasi merek mebantu memahami manfaat merek yang diterima konsumen dan pesona merek adalah deskripsi dari merek dalam kontek karakteristik manusia. Hal ini akan membantu memahami kekuatan dan kelemahan merek. 53 - Hawkins, brand image cenderung kepada skematik memory tentang merek yang berisi interpretasi pasar target pada atribut/karakteristik produk, manfaat, situasi pengguna dan karakteristik perusahaan. - Peter dan Olson, menyatakan hal yang ada Hawkins bahwa brand image terdiri dari pengetahuan dan kepercayaan terhadap atribut merek, konsekuensi pengguna merek dan situasi mengkonsumsi, seperti evaluasi dari perasaan dan emosi (respon efektif) yang berasosiasi dengan merek. Kesimpulannya menurut penulis brand image ini adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality). Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karna ia dapat membantu penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dan yang lain. Terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu: 1. Dapat membantu proses penyusunan informasi: asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat mengikhtisakan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal pelanggan. 2. Perbedaan: asosiasi tersebut dapat membedakan merek satu dengan merek yang lain. 3. Alasan untuk membeli: pada umumnya, asosiasi merek sangat membantu konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak. 4. Penciptaan sikap atau perasaan positif: asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan. 54 5. Landasan untuk perluasan: asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antar suatu merek dan sebuah produk baru. Brand image dapat dianggap salah satu penentu kesuksesan dalam bisnis. Brand image juga menentuan dalam pengambilan keputusan konsumen untuk pembelian maupun pembelian ulang. Keputusan pembelian biasanya akan tergantung pada brand image produk tersebut daripada karakter fisiknya (Jurnal manajemen fakultas ekonomi Universitas Tarumanegara Th.III/02/1999). . 2.6.4 Manfaat Brand Image Brand Image yang telah dibentuk oleh perusahaan dan telah ada dalam benak konsumen, akan membawa manfaat baik bagi perusahaan maupun konsumen. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut: a. Manfaat bagi konsumen: Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih mungkin untuk melakukan pembelian. b. Manfaat bagi perusahaan: Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra yang positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama. 2.6.5 Membangun Brand Image Menurut Utami (2006, p214) Penguatan secara konsisten tergadap citra merek dapat dilakukan melalui program komunikasi ritel dan bauran pemasaran. Hampir sependapat dengan Maulana (http://swa.co.id/sekunder/konsultasi), juga menyatakan bahwa komunikasi pemasaran (Marketing Communication), iklan dan promosi punya peran penting dalam pembangunan brand image. Hal ini disebabkan karena kegiatan ini mempunyai target audience luas sehingga dalam waktu relative 55 singkat pesan yang ingin disampaikan tentang brand lebih cepat sampai. Ada banyak kegiatan lain yang juga berdampak besar. Contohnya adalah: 1. Design kemasan, termaksut isi tulisan/pesan yang disampaikan 2. Event, promosi di toko, promosi di tempat umum, kegiatan below the line lainya 3. Iklan tidak langsung yaitu bersifat public relations 4. Corporation Social Responsibility (CSR) yaitu kegiatan-kegiatan sosial untuk komunitas yang dilakukan oleh perusahaan 5. Costumer Service, bagamana perusahaan menangani keluhan, masukan dari konsumen setelah terjadi transaksi 6. Bagaimana karyawan yang bekerja di lini depan/front liners (apakah itu bagian penjualan, kasir, resepsionis, dll) bersikap dalam menghadapi pelanggan, dll. Jenis tipe komunikasi dalam daftar diatas adalah kegiatan-kegiatan yang baik buruknya tergantung dari keinginan perusahaan, semuanya dapat dikontrol/dikendalikan. Komplikasi justru akan muncul dari kegiatan-kegiatan komunikasi seputar brand oleh pihak lain yang tidak bisa dikontrol oleh perusahaan, misalnya komunikasi oleh konsumen langsung. Mereka bisa menyebarkan pada networknya tentang berita kurang menyenangkan yang mereka alami pada saat berinteraksi dengan brand (yang diwakili oleh banyak hal, termaksud front linners di perusahaan). Word of mouth communication adalah jenis komunikasi yang efektif, dan berbahaya apabila itu menyangkut publisitas buruk. Dalam komunikasi pemasaran (marketing communication) iklan promosi memang punya peran paling penting dalam pembangunan brand image. Hal ini disebabkan karena kegiatan ini mempunyai target audience luas, sehingga dalam waktu relatif singkat pesan yang 56 ingin disampaikan dalam brand lebih cepat sampai. Sehingga pada dasarnya perusahaan perlu memperhatikan semua elemen komunikasi dalam bentuk apapun yang menghubungkan konsumen dengan brand perusahaan. Minimalkan kemungkinan terjadinya ketidakpuasan konsumen, sehingga berita seputar brand biasa selalu merupakan berita baik. Membangun merek merupakan suatu proses. Proses yang terjadi merupakan sinergi dari proses membangun popularitas dan citra merek. Keduanya harus berada pada kualitas yang saling menunjang. Tidak akan tercipta brand value yang tinggi pada merek dengan image positif dan baik, kalau merek tersebut tidak dikenal oleh (calon) konsumen. Seperti kata peribahasa, tidak kenal maka tak sayang. Demikin juga merek yang populer, tetapi citranya berantakan, maka tidak akan menghasilkan nilai yang tinggi (Jurnal manajemen fakultas ekonomi Universitas Tarumanegara Th.III/02/1999). Penyampain komunikasi yang berbeda mempunyai kekuatan dan juga pandangan akan suatu tujuan yang berbeda. Pengembangan citra merek penting agar komunikasi yang disampaikan kepada calon pembeli dapat sejajar dengan maksud dan tujuan dari produsen. Pengembangan citra merek dapat membentuk kesan tersendiri. Beberapa kesan dapat terbentuk dari sudut pandang konsumen akan mempengaruhi mereka tentang bagaimana cara mereka memandang produk tersebut, kemudian masuk kedalam ciri dan kepribadian yang khas sehingga terbentuklah citra terhadap suatu merek. Dalam pengembangan citra atau kesan terhadap suatu Merek, terdapat ciri dan kepibadian yang khas yang harus ditonjolkan. Dibutuhkan beberapa perubahan seperti program pemasaran dengan meningkatkan kekuatan dan keunikan dari suatu Merek yang akan meningkatkan citra merek tersebut. Selain itu juga perlu 57 mempertahankan citra positif dari merek dan juga menetralisir citra negatif yang terbentuk sari suatu merek. Dibutuhkan juga strategi-strategi lain dalam hal pengembangan citra positif suatu merek. Pengembangan citra tersebut dapat berupa promosi ulang produk-produk yang ditawarkan untuk dapat menimbulkan familiaritas atau dengan menciptakan suatu promosi seperti promosi mulut ke mulut, salah satunya melalui pelanggan yang telah mendapatkan pengalaman positif dari merek tersebut atau melalui pelanggan yang telah loyal terhadap merek tersebut. Lebih jauh lagi dibutuhkan usaha untuk membangun pengalaman positif yang lebih sering dan lebih banyak. Usaha-usaha yang dilakukan dari membentuk citra tersebut tidak lepas dari seperangkat asset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek (Brand Equity). 2.6.6 Komponen Brand Image Brand image atau citra merek merupakan hasil dari pandangan atau penilaian pengonsumsi terhadap suatu merek apakah itu baik atau buruk. Pengonsumsi mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan mengenai merek dimana posisi setiap merek menurut masing – masing atribut. Komponen Brand image ini dapat dilihat dari 3 hal : corporate image, user image dan product image (jurnal ilmiah berkala empat bulanan, volume 5 no 3, mei 2009) Menurut simamora (2004) Citra merek (brand image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Ada tiga indikator dari brand image, yaitu : a. Citra Perusahaan (Corporation Image) adalah sekumpulan asosiasi yang dipersesikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk 58 atau jasa. Dalam penelitian ini citra pembuat meliputi: popularitas, kredibilitas serta jaringan perusahaan. b. Citra Konsumen ( User Image) adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi : pemakai itu sendiri, gaya hidup/kepribadian, serta status sosialnya. c. Citra Produk (Product Image) adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi artibut produk tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunanya, serta jaminan. 2.7 Keputusan Pembelian 2.7.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Setiyadi (2003, p415) Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen Adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. 2.7.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen Kotler (2003, p183), Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, yaitu: a. Faktor Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas sosial. 59 Budaya yang merupakan karakter paling penting dari suatu sosial yang membedakannya dari kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi. Sub budaya adalah suatu kelompok homogeny atas sejumlah orang yang terbagi menjadi beberapa bagian dari keseluruhan suatu budaya. Masyarakat dalam suatu budaya dan sub budaya sesungguhnya terbagi dalam strata atau kelas sosial. Kelas sosial merupakan sekelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan diantara mereka sendiri. b. Faktor Sosial Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitas dan lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli. Karena itulah lingkungan social memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu: kelompok acuan, keluarga, dan peran. Kelompok acuan adalah semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap sikap / perilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok, maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Sedangkan peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau merek dapat menggambarkan peran dan status pamakainya. 60 c. Faktor Pribadi Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktivitas sehari-hari, minat dan pendapat seseorang. Seseorang dengan pendapatan yang tinggi dan gaya hidup mewah tentunya akan menentukan pilihan pada barang dan jasa yang berkualitas. Selain itu kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk. Konsep diri adalah bagaimana konsumen mempersepsikan diri mereka sendiri, yang meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Karena sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen sehingga banyak perusahaan menggunakan konsep yang berhubungan dengan kepribadian seseorang. d. Faktor Psikologis Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar seseorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa kenyakinan mengenai ciri-ciri dari suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut. 61 2.7.3 Proses Pengambilan Keputusan Untuk meraih keberhasilan, pemasar menilai lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana konsumen mengambil keputusaaan pembelian, jenis keputusan pembelian dan langkah-langkah dalam proses pembelian. Schiffman dan Kanuk (2004:415) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan haruslah memiliki pilihan alternatif karena jika tidak maka itu bukanlah situasi konsumen melakukan keputusan. Suatu keputusan tanpa pilihan disebut sebagai sebuah Hobson’s Choice Tabel 2.3 Model Perilaku Pembeli Stimulus Pemasaran Stimulus Lainnya Karakteristik Pembeli Proses Keputusan Pembeli Pengenalan Produk Ekonomi Budaya Harga Teknologi Sosial Politik Pribadi Promosi Budaya Psikologi Pilihan produk Pilihan merek Pencarian Keputusan pembeli Perilaku pembeli Sumber :Kotler dan Swee Hoon Ang (2000, p222) Pembeli masalah informasi Distribusi Keputusan Pilihan pemasok Penentuan saat pembelian Jumlah pembelian 62 Titik tolak memahami pembeli adalah model tanggapan rangsangan (stimulus response model) seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.3. rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk kedalam kesadaran pembeli. Karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembeli menghasilkan keputusan pembeli tertentu lainnya. Tugas manajer adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli antara datangnya stimulus luar dan keputusan pembelian. 2.7.4 Keputusan Membeli Tjiptono (2000), Proses pembelian diawali ketika seseorang mendapatkan stimulus (pikiran, tindakan atau motivasi) yang mendorong dirinya untuk mempertimbangkan pembelian barang dan pembelian jasa tertentu. Salah satu perbedaan fungsi mental antara pembelian barang atau pembelian jasa adalah menyangkut proses produksi dan konsumsi. Pada proses pembelian, tahap pembelian dan konsumen biasanya terpisah. Meskipun terdapat interaksi antara pemasaran dan pelanggan selama tahap pembelian aktual, tahap pemakaian barang biasanya terlepas dan pengaruh langsung para pemasar. Pelanggan biasa memilih kapan, dimana dan bagaimana mereka menggunakan produk. Sebaliknya sebagian besar jasa berpeluang besar untuk secara aktif membantu pelanggan memaksimumkan nilai dan pengalaman konsumsinya. Penyediaan jasa biasa secara efektif mempengaruhi proses konsumsi dan evaluasi. 2.7.5 Proses Pengambilan Keputusan Membeli Kotler (2005,p.224) memberikan rincian proses pengambilan keputusan pembelian dalam lima proses. Konsumen harus melalui seluruh 5 urutan tahap ketika membeli produk, namun tidak selalu begitu. Para konsumen dapat melewati atau 63 membalik beberapa tahap (Jurnal Manajemen ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (I.S.E.I), volume 1 nomor 2 pp. 132 – 145). Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan membeli Perilaku sesudah pembelian Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Sumber: kotler (2005) 1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan umum seseorang seperti lapar, haus, dsb, mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong. Dalam kasus kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh ransangan eksternal. seseorang bisa mengangumi mobil baru tetangganya atau menonton iklan televisi tentang liburan di Hawaii yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya kedalam dua level 64 rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekadar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi: mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok berikut ini. • Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan • Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko • Sumber public : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen • Sumber pengalaman : Penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda, tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang produk tertentu dari sumber komersial-yaitu, sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi atau sumber public yang merupakan wewenang independen. Setiap sumber informasi melakukan fungsi berbeda dalam memengaruhi keputusan pembelian. Informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pemberi informasi, dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi atau evaluasi. 3. Evaluasi Alternatif Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat 65 beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. Atribut yang diminati oleh pembeli berbeda-beda bergantung jenis produknya. Para konsumen akan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar produk tertentu sering dapat disegmentasikan berdasarkan atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda-beda. • Keyakinan dan sikap Evaluasi sering mencerminkan keyakinan dan sikap. Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian memengaruhi perilaku pembelian mereka. Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek memengaruhi keputusan pembelian mereka. Yang tak kalah pentingnya dengan keyakinan adalah sikap. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu. Orang memiliki sikap terhadap hampir semua hal, seperti agama, politik, pakaian, musik, makanan. Sikap menempatkan semua itu kedalam kerangka pemikiran yang menyukai atau tidak menyukai objek tertentu, yang bergerak mendekati 66 atau menjauhi objek tersebut. Sikap dapat menghemat tenaga dan pikiran. Oleh karena itu, sikap sangat sulit berubah. Perusahaan sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada, bukannya berusaha mengubah sikap orang. • Model harapan-nilai Konsumen akhirnya mengambil sikap (keputusan, preferensi) terhadap berbagai merek melalui prosedur evaluasi atribut. Mereka mengembangkan satu perangkat keyakinan tentang tempat masing-masing merek berdiri pada setiap atribut. Model harapan-nilai atas pembentukan sikap menyatakan bahwa konsumen mengevaluasi produk atau jasa dengan menggabungkan keyakinan merek mereka-positif dan negatif-menurut kepentingannya. 4. Keputusan Pembelian Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub-keputusan : merek, dealer, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran. Dalam pembelian produk sehari-hari, keputusannya lebih kecil dan kebebasannya juga lebih kecil. Dalam beberapa kasus, konsumen bisa mengambil keputusan untuk tidak secara formal mengevaluasi setiap merek. Dalam kasus lain, faktor-faktor yang mengintervensi bisa memengaruhi keputusan final. • Model pilihan konsumen yang non-kompensasi Model harapan-nilai adalah model kompensasi dimana hal-hal yang dianggap baik pada sebuah produk dapat membantu mengatasi hal-hal lain yang 67 dirasa buruk. Namun, konsumen mungkin tidak ingin menghabiskan begitu banyak waktu dan energy untuk menilai merek. Mereka sering menempuh “jalan pintas mental” yang mencakup berbagai penyederhanaan warisan pilihan (choice-heuristics). Dengan model non-kompensasi pada pilihan konsumen, pertimbangan atribut positif dan negative tidak perlu disaring. Mengevaluasi atribut lebih dalam membuat keputusan menjadi lebih mudah bagi seorang konsumen, tetapi juga meningkatkan kemungkinan orang untuk melakukan pilihan yang berbeda jika dia lebih leluasa menghadapi rincian yang lebih besar. Disini kita akan menyoroti 3 (tiga) warisan pilihan tersebut: a. Pada Pengalaman Konjungtif, konsumen menentapkan satu tingkat minimum yang dapat diterima untuk setiap atribut dan memilih alternatif pertama yang memenuhi standar minimum untuk semua atribut. b. c. Pada Pengalaman Leksikografik, konsumen memilih merek terbaik berdasarkan atribut yang dirasakan paling penting. Pada Eliminasi Pengalaman berdasarkan aspek, konsumen membandingkan merek pada sebuah atribut yang diseleksi dengan memerhatikan tingkat profitabilitas-dimana profitabilitas memilih sebuah atribut itu secara positif berhubungan dengan arti pentingnya dan merek dieliminasi jika tidak memenuhi tingkat minimum yang dapat diterima. • Faktor-faktor Walaupun konsumen membentuk evaluasi merek, dua faktor berikut dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama 68 adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternative yang disukai seseorang akan bergantung pada 2 (dua) hal: 9 Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen. 9 Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku. Preferensi pembelian terhadap merek tertentu akan meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghidari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dipikirkan (perceived risk). Ada berbagai macam jenis resiko yang bisa dirasakan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah produk: 9 Risiko fungsional: produk tidak berkinerja sesuai harapan 9 Risiko fisik: produk menimbulkan ancaman terhadap kesejahteraan atau kesehatan fisik dari pengguna atau orang lain 9 Risiko fungsional: produk tidak bernilai sesuai harga yang dibayar 9 Risiko sosial: produk menimbulkan rasa malu terhadap orang lain 9 Risiko psikologis: produk memengaruhi kesejahteraan mental dari pengguna 9 Risiko waktu: kegagalan produk mengakibatkan biaya peluang karena menemukan produk lain yang memuaskan. 69 Besarnya risiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, ketidakpastian atribut, dan kepercayaan diri konsumen. Para konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi risiko, seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi dari teman-teman, dan preferensi atas nama merek dalam negeri serta garansi. Para pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen akan adanya risiko dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi risiko yang dipikirkan itu. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah pembelian konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena memerhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu dia merasa nyaman dengan merek. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. • Kepuasaan Pasca Pembelian Kepuasan pembeli adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah dari pada harapan, pelanggan akan kecewa; jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas; jika melebihi harapan, 70 pembeli akan sangat puas. Perasaan-perasaan itu akan membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut dengan orang lain. Para konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari para penjual, teman, dan sumber-sumber informasi lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen. Di sinilah munculnya gaya konsumen menangani kesenjangan. Beberapa konsumen membesar-besarkan kesenjangan ketika produk yang mereka terima tidak sempurna, sehingga mereka sangat tidak puas. Para konsumen lain meminimalkan kesenjangan itu sehingga tidak begitu kecewa. Derajat kepentingan kepuasaan pasca pembelian menunjukkan bahwa para penjual harus menyebutkan seperti apa kinerja produk yang sebenarnya. Beberapa penjual bahkan mungkin menyatakan level kinerja yang lebih rendah sehingga konsumen akan mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi dari pada yang diharapkannya. • Tindakan Pasca Pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan memengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk kembali membeli produk tersebut. Pelanggan yang puas tersebut juga cenderung menceritakan hal-hal yang baik tentang merek tersebut kepada orang lain. Para pemasar mengatakan, “iklan kami yang terbaik adalah pelanggan yang puas”. Para pelanggan yang tidak puas mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti mengajukan keluhan ke perusahaan 71 tersebut, pergi ke pengacara, atau mengadu ke kelompok-kelompok lain (seperti lembaga bisnis, swasta, atau pemerintah). Tindakan pribadi dapat berupa memutuskan untuk berhenti membeli produk tersebut (pilihan untuk keluar) atau memperingatkan teman-teman (pilihan untuk berbicara). Dalam semua kejadian tersebut, penjual telah gagal memuaskan pelanggannya. Komunikasi pasca pembelian dengan pembeli ternyata menghasilkan b erkurangnya pengembalian produk dan pembatalan lainnya. • Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Pendorong utama frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk-semakin cepat pembeli mengkonsumsi produk, semakin cepat mereka bisa kembali ke pasar untuk membelinya lagi. Satu peluang potensial untuk meningkatkan frekuensi penggunaan produk adalah ketika persepsi konsumen atas penggunaan mereka berbeda dari realitas. Konsumen bisa gagal menggantikan produk dengan rentang kehidupan yang relatif singkat dalam satu cara yang tepat waktu, karena ada kecenderungan untuk meremehkan kehidupan produk. Satu strategi untuk mempercepat penggantian adalah mengikat tindakan mengganti produk dengan satu liburan tertentu, peristiwa khusus, atau satu waktu q1dalam setahun. Jika konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka membuangnya terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan. 72 2.8 Hubungan / Pengaruh Antar Variabel 2.8.1 Hubungan / Pengaruh Antar Variabel Creativity Advertising dan Brand Image Creativity advertising merupakan Kreativitas sebuah iklan adalah kemampuan sebuah iklan untuk menghasilkan ide-ide segar, unik, dan tepat yang dapat digunakan sebagai solusi untuk suatu masalah komunikasi. Untuk lebih tepat dan efektif, ide kreatif sebuah iklan harus relevan dan sesuai dengan target audience. (Belch: 2001,p.249). Maulana menyatakan bahwa komunikasi pemasaran (Marketing Communication), iklan dan promosi punya peran penting dalam pembangunan brand image. 2.8.2 Hubungan / Pengaruh Antar Variabel Celebrity Endorsement dan Brand Image Dalam mempengaruhi brand image suatu produk dapat dilihat dari karakteristik selebriti endorser. R.Ohanian (1991), seorang advertising researcher, membagi 4 faktor penyebab mengapa responden tertarik untuk membeli dan secara signifikan dapat mempengaruhi brand image produk: 1. Celebrity credibility 2. Celebrity likeability 3. Celebrity attractiveness 4. Celebrity meaningfulness Keempat karakteristik selebriti diatas merupakan faktor – faktor yang akan mempengaruhi brand Image sehingga akan mempengaruhi persepsi konsumen akan produk tersebut. Apabila selebriti memiliki nilai lebih dari keempat karakteristik itu, maka akan menimbulkan rumor positif tentang produk sehingga terbentuk bran 73 image yang positif juga. Namun begitu pula sebaliknya, apabila sang selebriti tidak memiliki salah satunya maka brand image yang terbentuk akan negatif (jurnal ilmiah berkala empat bulanan, volume 5 no 3, mei 2009). 2.8.3 Hubungan / Pengaruh Antar Variabel Brand Image dan Keputusan Pembelian Brand image dapat dianggap salah satu penentu kesuksesan dalam bisnis. Brand image juga menentuan dalam pengambilan keputusan konsumen untuk pembelian maupun pembelian ulang. Keputusan pembelian biasanya akan tergantung pada brand image produk tersebut daripada karakter fisiknya (Jurnal manajemen fakultas ekonomi Universitas Tarumanegara Th.III/02/1999). 2.9 Kerangka pemikiran Celebrity Endorsement Brand Image Creativity Advertising Gambar 2.2 kerangka pemikiran Sumber: Penulis Keputusan Pembelian 74 2.9.1 Hipotesis Menurut Sugiyono (2006, p51) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan. Ho : Tidak ada pemngaruh atau hubungan antar variable Ha : Terdapat pengaruh atau hubungan antar variable Berdasarkan dari permasalahan yang diajukan dan tujuan penelitian serta tinjauan pustaka, maka kesimpulan sementara yang diambil adalah sebagai berikut : • Uji koefisien jalur variable X1 dengan variable Y Ho : Variabel X1 tidak berpengaruh positif terhadap variable Y Ha : Variabel X1 berpengaruh positif terhadap variable Y • Uji koefisien jalur variable X2 dengan variable Y Ho : Variabel X2 tidak berpengaruh positif terhadap variable Y Ha : Variabel X2 berpengaruh positif terhadap variable Y • Uji koefisien jalur variable Y dengan variable Z Ho : Variabel Y tidak berpengaruh positif terhadap variable Z Ha : Variabel Y berpengaruh positif terhadap variable Z • Uji koefisien jalur variable X2 dengan variable Z Ho : Variabel X2 tidak berpengaruh positif terhadap variable Z Ha : Variabel X2 berpengaruh positif terhadap variable Z • Uji koefisien jalur variable X1 dengan variable Z Ho : Variabel X1 tidak berpengaruh positif terhadap variable Z Ha : Variabel X1 berpengaruh positif terhadap variable Z