PENDAHULUAN b t a r Belakang Glirisidia (Gliricidia sepium (Jacq.)Kunth ex Walp) merupakan tanaman leguminosa tropis yang tumbuh cepat dan tumbuh subur sepanjang tahun dengan daerah penyebaran yang sangat 1 uas. Daun glirisidia telah banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak ( Falvey, 1982) terutama pakan ternak ruminmsia (Chadokar dan Kantharaju, 1980; Kantharaju d m Chadokar, 1981). Glirisidia dapat digunakan sebagai alternatif suplemen hijauan disamping lamtoro, terutama setelah lamtoro terserang kutu loncat (Wina dan Syahgiar, 1991), karena kadar proteinnya cukup tinggi yaitu berkisar antara 20 - 30% (Falvey, 1982; Panjaitan, 1988). Pemanfaatan d a m glirisidia sebagai salah satu suplemen pakan unggas yang kadar proteinnya cukup tmggi, memungkinkan dapat mengurangi persaingan penggunaan beberapa sumber pakan unggas dengan kebutukan manusia. Tetapi, penggunaannya sebagai suplemen pakan unggas mempunyai kendala karena adanya faktor antinutrisi yang tidak dapat didetoksifikasi oleh unggas (Smith dan van Houtert, 1987) dan mempengaruhi pula palatabilitas terhadap ransumnya (Wiersum dan Nitis, 1992) serta pengaruh-pengaruh negatif lamnya terhadap produksi dan reproduksi. Falvey (1982) menyatakan bahwa dam glirisidia mengandung senyawa racun, khusunya bagi ternak bukan nuninansia, meslciiun senyawa utamanya belum dapat diisolasi. Beberapa penelitian tentang pemanfaatan glirisidia sebagai suplemen pakan unggas menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Has? penelitian Mishra et al. (1977) menunjukkan bahwa penggunaan 15% tepung d a m glirisidia pada anak ayam petelur mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, menwunnya konsumsi, hemokonsentrasi, 'fatti liver' dan nekrosis ginjal. Penelitian Rahaj o et a/. (1 987) menunjukkan bahwa penggunaan 10% tepung dam glirisidia dapat menghambat pertumbuhan anak ayaln pedaging sedang penggunaan 4.5% tepung daun glirisidia pada ayam petelur tidak mengakibatkan turunnya produksi maupun berat telur (Mantilla et at., 1974). Pencekokan 30 gram tepung daun glirisidia pada itik dewasa dapat mengakibatkan kematian (Tangendjaja et at., 1991). Berdasarkan hasil beberapa penelitian diatas maka penggunaan daun glirisidia sebagai pakan unggas hendaknya dibatasi oleh karena adanya dugaan adanya faktor antinutrisi. Reberapa senyawa faktor antinutrisi pada daun glirisidia telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Smith dan van Houtert (1987) yang mengutip hasil penelitian Griffith (1962)dan Manidool (1985) menyatakan bahwa daun glirisidia mengandung kumarin, asam o-kumarat, asam sianida 4.0 mgf100 gram, nitrat 124 &g berat kering dan beberapa alkaloid yang belum teridentifikasi. Hasil penelitian Tangendjaja et al. (1991) menunjukkan bahwa daun glirisidia mengandung kumarin, kumarin jauh lebih tinggi dari kulnarin pada 'sweet clover', 10 komponen fenolat yang belum teridentifikasi dan saponin 0.07 - 0.89%, sedang menurut Wiersum dan Nitis (1992) daun glirisidia juga rnengandung - - 1 3.5% flavonol dan 3 5% fen01 total. Dari beberapa senyawa yang potensial sebagai faktor antinutrisi yang terdapat pada daun glirisida tersebut kemungkinan kumarinlah yang mempunyai efek negatif pada unggas karena kadarnya jauh lebih tinggi dari pada 'sweet clover' dan kumarin juga telah dilaporkan mempunyai efek negatif pada hewan lain. Hasii penelitian Lake et at. (1994) menunjukkan bahwa pemberian kumarin 0.86 dan 1.71 mrnoVkg berat badan pada tikus inenimbulkan adanya hepatotoksisitas yang akut. Ilaya bunuh kumarin yang dmyatakan dalam LIIso terhadap mencit, tikus dan marmot berturut-turut adalah 196, 290-680 dan 202 m g k g berat badan (Tangendjaja et al., 1991). Mempertimbangkan kadar kumarin dan juga pengaruhnya pada ternak maka penelitian mi menitik beratkan pada faktor antinutrisi kumarin yang terdapat pada daun glirisidia. Usaha untuk mengoptimalkan penggunaan daun glirisidia sebagai suplemen pakan unggas adalah dengan mengatasi pengaruh negatif akibat faktor antinutrisinya. Beberapa cara dilakukan untuk menurunkan atau apabila memungkinkan menghilangkan faktor antmutrisi yang ada. Cara yang umum dipakai antara lain adalah perendaman dengan air mengalir untuk melarutkan senyawa-senyawa yang larut di dalam air, misalnya senyawa fenol yang bersifat larut dalam air. Perendaman daun glirisidia dengan air kapur dilakukan apabila terdapat senyawa polirner fenolat sehingga terbentuk senyawa kompleks berupa endapan (Murdiati et al., 1991). Daun glirisidia yang direbus bertujuan untuk mencairkan atau melarutkan senyawa yang tidak tahan panas, misalnya kumarin mencair pada suhu 68-70" C(Tangendjaja et al., 1991 ). Pembentukan konsentrat protein daun glirisidia akan menghasilban protein jauh lebih tinggi, serat kasar yang rendah dan hilangnya senyawasenyawa racun yang lamt dalam air (Tangendjaja el aZ., 1991). Beberapa cara untuk menghilangkan faktor antinutrisi tersebut diatas digunakan pada penelitian ini sehingga pemmanfaatan daun glirisidia secara optimal pada unggas dapat tercapai, khususnya pada ayam petelur yang masa pemeliharaannya jauh lebih lama dibandingkan ayam tipe pedaging. 'I'IJJIJAN DAN MANFAAT PENELITIAN I'enelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suplementasi daun glirisidia yang banyak mengakibatkan kerugian karena kandungan faktor antinutrisinya pada produksi dan reproduksi ayam petelur. I'engaruh tersebut dibandingkan dengan pengaruh kumarin lnurni yang setara dengan kadar kumarin yang dikandung daun glirisidia. Diharapkan pula dapat mengungkap mekanisme kerja faktor antinutrisi ini pada ayam petelur. Selanjutnya penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji teknologi tepat guna dalam mengatasi atau ~ncnurunkanakibat negatif penggunaan daun glirisidia sebagai salah satu sumber bahan baku pakan unggas. Pcnelitian ini diharapkan pula dapat memberikan manfaat berupa infonnasi tentang batas penggunaan d a m glirisidia dalam pakan ayam petelw, dan cara yang tepat untuk inengatasi akibat negatrif faktor antinutrisi. Cara untuk menurunkan atau menghilangkan faktor antinutrisi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan pernanfaatan daun glirisidia sebagai sumber pakan unggas tanpa menimbulkan kerugian dari segi produksi lnaupun reproduksinya.