12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar
(investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan
menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang
rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan,
dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi
informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah
satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al. dalam
Sari, 2006:4).
Signaling theory dalam akuntansi menunjukkan bahwa angka-angka dalam
laporan keuangan dan rasio keuangan memiliki kandungan informasi yang
ditangkap oleh pengguna laporan keuangan sebagai sinyal positif atau negatif.
Sinyal positif akan berimplikasi pada peningkatan harga pasar saham, sedangkan
sinyal negatif akan direspon negatif yang berdampak pada penurunan harga pasar
12
saham. Misalkan sebuah perusahaan publik melaporkan penurunan laba bersih
akibat pengakuan beban riset dan pengembangan yang sangat tinggi pada periode
berjalan. Informasi penurunan laba bersih tersebut dapat ditangkap sebagai sinyal
positif oleh investor karena melihat manfaat ekonomis yang mungkin diperoleh
perusahaan di masa yang akan datang, atau dapat sebagai sinyal negatif karena
kecewa pada kinerja laba yang menurun. (Ball & Brown, 1968)
2.1.2 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri (Darmadji dan Hendy, 2001:1). Samsul(2006:43)
menyatakan bahwa pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
lebih dari satu (1) tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek.
Menurut Husnan(2009:4) pasar modal berperan besar dalam perekonomian
suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi
dan fungsi keuangan. Pasar modal memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana (lender) dan pihak yang memerlukan dana
(borrower). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang kelebihan dana dapat
13
menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return)
sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana
tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari
operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena
pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan
(return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
2.1.3 Manfaat dan Tujuan Pasar Modal
Tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari tiga sudut pandang
berikut (Samsul, 2006:43-44).
1) Sudut Pandang Negara
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu
Negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Jika
kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara
tidak perlu ikut campur agar tidak membuang-buang biaya. Namun, negara
memiliki kewajiban membuat perundang-undangan agar pihak swasta
dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi monopoli. Pada negara yang
sudah maju, pasar modal merupakan sarana utama dalam pembangunan
perekonomiannya.
2) Sudut Pandang Emiten
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal.
Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang
lebih murah dan hal itu dapat diperoleh di pasar modal. Perusahaan yang
14
pada awalnya memiliki hutang lebih tinggi daripada modal sendiri dapat
berbalik memiliki modal sendiri yang lebih tinggi daripada hutang apabila
memasuki pasar modal, sehingga pasar modal merupakan sarana untuk
memperbaiki struktur permodalan perusahaan.
3) Sudut Pandang Masyarakat
Pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi
dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. Jika
pasar modal berjalan dengan baik, pertumbuhannya stabil dan harganya
tidak terlalu bergejolak, maka akan mendatangkan kemakmuran bagi
masyarakat.
2.1.4 Investasi di Pasar Modal
Lestari(2009) menyebutkan definisi mengenai investasi, yang sebelumnya
dikemukakan oleh Sharpe (1997); “Investment, in its broadest sense, means the
sacrifice of certain present value for (possibly uncertain) future value”. Dari
definisi tersebut dapat dilihat dua elemen penting mengenai investasi yakni waktu
dan risiko. Dalam keputusan investasi, investor maupun manajemen investasi
(pihak yang
mengelola dana investor) harus memiliki pandangan yang jelas
mengenai cara-cara, pendekatan, maupun strategi yang digunakan untuk
mengelola investasinya.
2.1.5 Instrumen di Pasar Modal
15
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang
berupa (1) saham, (2) obligasi, (3) bukti right, (4) bukti waran, dan (5) produk
turunan atau biasa disebut derivative (Samsul, 2006:45-46).
1) Saham
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya
disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder).
Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang
saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham
dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). DPS disajikan
beberapa hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham diselenggarakan
dan setiap pihak dapat melihat DPS tersebut. Bukti bahwa seseorang
adalah pemegang saham juga dapat dilihat pada halaman belakang lembar
saham apakah namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau
belum.
Saham dapat dibedkan menjadi dua, antara lain sebagai
berikut.
a
Saham preferen (preferred stock), adalah jenis saham yang
memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki
hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan
laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami
kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami
keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua
kali. Hak istimewa ini diberikan kepada para pemegang saham
16
preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan
sewaktu mengalami kesulitan keuangan.
b
Saham biasa (common stock), adalah jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan.
Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa
menderita terlebih dahulu. Perhitungan indeks harga saham
didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa
yang memiliki hak suara dalam RUPS.
2) Obligasi (Bonds)
Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang
kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi
(bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai
pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan
sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi
akan menerima kupon dan pokok obligasi.
3) Bukti Right
Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Hak membeli dimiliki oleh pemegang saham lama.
Harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan biasa
disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise
price). Pada umumnya, strike price dari bukti right berada di bawah harga
pasar saat diterbitkan. Sementara jangka waktu tertentu berarti waktunya
kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan sudah harus dilaksanakan.
17
4) Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka
waktu tertentu. Waran dapat diberikan kepada pemegang saham lama dan
pemegang obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di
muka sebesar di atas harga saham saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu
berarti setelah 6 bulan, atau dapat setelah 3 tahun, 5 tahun atau 10 tahun.
5) Derivative
Derivative terdiri dari indeks saham dan indeks obligasi. Indeks tersebut
merupakan harga indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan
lindung nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan
penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi
dari selisih antara harga beli dengan harga jual. Indeks saham dan indeks
obligasi diperdagangkan secara berjangka. Mekanisme perdagangan
produk derivative ini dilakukan secara future dan option.
2.1.6 Return Saham
Investor membeli saham perusahaan tertentu karena adanya return saham
yang diharapkan dan direalisasikan pada masa mendatang dalam bentuk dividen
dan capital gain. Return dibedakan menjadi dua, yakni return yang telah terjadi
(actual return) yang dihitung berdasarkan data historis dan return yang
diharapkan (expected return) yang akan diperoleh investor di masa mendatang
(Sulaiman dan Ana Handi : 2008). Menurut Halim (2005:34), komponen return
meliputi:
18
1) untung/rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian)
bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas
harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder.
2) imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima
investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield
dinyatakan dalam presentase dari modal yang ditanamkan.
Menurut Ang (1997:20.2) dalam Artatik (2007), komponen suatu return
terdiri dari dua jenis yaitu:
1) current income (keuntungan lancar) adalah keuntungan yang diperoleh
melalui pembayaran yang bersifat pembayaran yang bersifat periodik
seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan
sebagainya.
2) capital gain yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara
harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi, yang berarti bahwa
instrumen investasi harus diperdagangakan di pasar. Besarnya capital gain
dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada periode
sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang
diinginkan.
Suardana(2009) menyatakan bahwa return saham merupakan suatu
variabel yang muncul dari perubahan harga saham sebagai akibat dari reaksi pasar
karena adanya penyampaian informasi keuangan suatu entitas ke pasar modal.
Daniati dan Suhairi(2006) menyatakan bahwa investor bersedia menyalurkan
dananya melalui pasar modal disebabkan karena perasaan aman akan berinvestasi
19
dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Return
memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun
keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat
pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang amat
signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi.
2.1.7 Laporan Keuangan
Menurut Munawir(2001:13) dalam Artatik(2007), laporan keuangan
dikelompokkan sebagai berikut.
1) Neraca, adalah laporan keuangan yang sistematis tentang aktiva, hutang
serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Neraca terdiri
dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal.
2) Laporan Rugi laba, adalah suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama
periode tertentu. Laporan rugi laba terdiri dari penghasilan, biaya dan rugi
laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama periode tertentu.
3) Laporan perubahan modal, merupakan laporan keuangan yang secara
sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan
akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode
akuntansi tertentu.
4) Laporan arus kas, menyajikan laporan keuangan yang digunakan untuk
memperlihatkan hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan.
20
Teknik-teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk memperlihatkan
hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan. Menurut Simamora(2000:18)
dalam Artatik(2007), terdapat tiga teknik yang lazim dipakai yaitu:
1) analisis horizontal adalah teknik yang dipakai untuk mengevaluasi
serangkaian data laporan keuangan selama periode tertentu.
2) analisis vertikal adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengevaluasi
data laporan keuangan yang menggambarkan setiap pos dalam laporan
keuangan dari segi persentase jumlahnya.
3) analisis rasio menggambarkan hubungan di antara pos-pos yang terseleksi
dari data laporan keuangan.
2.1.8 Rasio Keuangan dan Manfaatnya
Kasmir(2008:104) menyebutkan pengertian rasio keuangan menurut James
C Van Horne yakni rasio merupakan indeks yang menghubungkan dua angka
akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.
Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam
satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada diantara laporan keuangan.
Angka yang dapat diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode
maupun beberapa periode.
Munawir(2001:64) dalam Artatik(2007) menyebutkan bahwa rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan
dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisis tentang baik atau
21
buruknya posisi keuangan suatu terutama apabila angka-angka tersebut
dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Sawir(2005) dalam Sukwadi(2006:30) menyebutkan bahwa analisis rasio
keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi satu dengan
yang lainnya dan dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan
penilaian posisi perusahaan saat ini. Analisis rasio keuangan memerlukan
beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks,
yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis
dan intepretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih
baik tentang kondisi keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan tampak dari
aspek
rasio
keuangan
diantaranya
rasio
likuiditas,
rasio
solvabilitas
(leverage)/rasio rentabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas dan aspek lain
dari perusahaan yang berbentuk rasio keuangan.
Hasil rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Calon investor dapat mengetahui kinerja suatu perusahaan dengan cara
menganalisis rasio-rasio keuangan emiten sehingga dapat memutuskan dengan
tepat diperusahaan mana seharusnya calon investor tersebut menginvestasikan
uangnya atau membeli saham. Analisis rasio merupakan suatu teknik analisis yang
menghubungkan antara satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau laba
rugi maupun kombinasi dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi
keuangan perusahaan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memberi informasi
secara rinci atas hasil interpretasi mengenai kinerja yang dicapai oleh manajemen
22
perusahaan. Kondisi keuangan dapat dilihat dari berbagai aspek (dalam buku ajar
Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana).
1) Aspek Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia. Jika
perusahaan menginginkan perusahaannya selalu likuid, maka posisi dana
lancar yang tersedia harus lebih besar dari utang lancar atau kewajiban
jangka pendeknya. Rasio likuiditas, yaitu mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh
tempo. Beberapa diantaranya antara lain current ratio, quick ratio, net
working capital to sales, dan curent assets to sales.
2) Aspek Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.
Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari
seluruh dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Beberapa
kelompok rasio profitabilitas yaitu profit margin, return on investment,
return on assets, earning power, dan return on equity.
3) Aspek Solvabilitas/Leverage
Solvabilitas/leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh dana pinjaman. Beberapa diantaranya yaitu debt
23
to total assets, debt to equity, times interest earned, dan fixed charged
coverage.
4) Aspek Aktivitas Usaha
Aktivitas usaha adalah kemampuan perusahaan untuk menjaga stabilitas
usahanya sehingga bisa bertahan hidup dan berkembang secara sendiri.
Rasio efektivitas yaitu rasio untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan
dalam memanfaatkan sumber dananya. Kelompok rasio ini antara lain
inventory turnover, fixed assets turnover, dan total assets turnover.
5) Aspek Pasar
Aspek ini menunjukkan pengakuan pasar terhadap kondisi keuangan yang
dicapai perusahaan. Rasio yang termasuk dalam kelompok rasio nilai pasar
adalah earning per share, price earning ratio, market to book value, dan
dividend payout ratio.
Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir(2008), bentuk-bentuk rasio
keuangan adalah sebagai berikut.
1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
a
Rasio Lancar (Current Ratio)
b
Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
a
Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang
(Debt Ratio)
b
Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)
c
Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage)
24
d
Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage)
3) Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
a. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)
b. Rata-rata jangka waktu penagihan atau perputaran piutang
(Average Collection Period)
c. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)
d. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)
4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
a. Margin Laba Penjualan (Profit Margin on Sales)
b. Daya Laba Besar (Basic Earning Power)
c. Hasil Pengembalian Total Aktiva (Return on Total Assets)
d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Total Equity)
5) Rasio
Pertumbuhan
menggambarkan
(Growth
kemampuan
Ratio)
merupakan
perusahaan
rasio
yang
mempertahankan
posisi
ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
a. Pertumbuhan Penjualan
b. Pertumbuhan Laba Bersih
c. Pertumbuhan Pendapatan per Saham
d. Pertumbuhan Dividen per Saham
6) Rasio Penilaian (Valuation Ratio), yaitu rasio yang memberikan ukuran
kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas
biaya investasi.
a. Rasio Harga Saham terhadap Pendapatan
25
b. Rasio Nilai Pasar Saham terhadap Nilai Buku
2.1.9 Current Ratio
Kasmir(2008:134) menyebutkan bahwa rasio lancar atau current ratio
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur
tingkat kemamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar
dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total
utang lancar. Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang
dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen
aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, sediaan, biaya dibayar di
muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan
aktiva lancar lainnya. Sedangkan utang lancar (current liabilities) merupakan
kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini
harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri
dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak,
utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir
jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.
26
2.1.10 Return on Assets
Prihadi(2008) menyebutkan bahwa Return on Assets (ROA, laba atas aset)
mengukur tingkat laba terhadap assets yang digunakan dalam menghasilkan laba
tersebut. ROA dapat diartikan dengan dua cara sebagai berikut.
1) Mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk
memperoleh laba.
2) Mengukur hasil total untuk seluruh penyedia sumber dana, yaitu kreditor
dan investor.
ROA menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROA digunakan
untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam
mendayagunakan jumlah assets yang dimiliki, hal ini akan dapat menyebabkan
apresiasi dan depresiasi harga saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada
pemegang saham perusahaan.
2.1.11 Debt to Equity Ratio
Kasmir(2008:157-158)
menyebutkan bahwa
debt to equity ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk utang lancar
sengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Debt to equity untuk
27
setiap perusahaan berbeda-beda tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman
arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang
lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil. Rumus untuk menghitung debt to
equity ratio adalah dengan membandingkan total utang dengan total ekuitas.
2.1.12 Total Assets Turn Over
Total assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur seberapa jumlah
penjualan
yang
diperoleh
dari
tiap
rupiah
aktiva
(Faried,
2008:29).
Prihadi(2008:41) menyebutkan bahwa rasio ini cukup sering digunakan karena
cakupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat
mengggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh
penjualan.
2.1.13 Earnings per Share
Earnings per share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar
saham. Chandradewi(2000:17) dalam Artatik(2007) menyebutkan bahwa earning
per share merupakan proksi bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan
memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat
diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Seorang
investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan
akan memperoleh deviden atau capital gain.
28
2.1.14 Ukuran Perusahaan
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan di mana dalam tahap ini
arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa
perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan total asset yang kecil (Daniati, Ninna dan Suhairi:2006).
2.1.15 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1)
Priatmaja(2009) menganalisis pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas, dan
leverage terhadap return saham perusahaan yang terdaftar dalam kelompok
LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini membahas pengaruh rasio
profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), rasio
likuiditas yang diproksikan dengan current ratio, dan leverage yang
diproksikan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
return saham periode Januari 2004-Juli 2007. Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
29
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi), analisis regresi linear berganda, Uji
F dan Uji t. Hasil dari penelitian ini adalah variabel current ratio dan debt to
equity ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, sehingga
dapat dipergunakan untuk memprediksi return saham satu periode ke depan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama
menggunakan variabel return on assets, current ratio, dan debt to equity
ratio. Perbedaannya yaitu penelitian ini menggunakan variabel bebas
lainnya berupa rasio aktivitas (total assets turn over), rasio nilai pasar
(earning per share) dan ukuran perusahaan. Penelitian terdahulu
menggunakan objek perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ 45 di
Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007, sedangkan penelitian ini
menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2005-2010.
2)
Adyastuti(2010) melakukan penelitian pengaruh arus kas dari aktivitas
operasi, laba bersih, dan ukuran perusahaan pada return saham perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008.
Variabel yang digunakan antara lain arus kas operasi per tahun, laba bersih
setelah dikurangi pajak per tahun, dan ukuran perusahaan. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan uji
kelayakan model (nilai koefisien determinasi, Uji F, dan Uji t). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa laba bersih mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel arus kas dari
aktivitas operasi dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif dan
30
signifikan secara statistik pada return saham. Laba bersih mempunyai
pengaruh paling dominan pada return saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Persamaan penelitian
ini denggan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel
ukuran perusahaan dan menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Sedangkan perbedaannya
terletak pada variabel lain yang digunakan dalam penelitian ini berupa
current ratio, return on asset, debt to equity ratio, total assets turn over, dan
earning per share. Rentang tahun yang digunakan berbeda, yakni tahun
2005-2010.
3)
Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas,
aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008.
Variabel penelitian yang digunakan adalah ROA, DER, CURRENT, TAT,
dan SIZE. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda, analisis statistik deskriptif, Uji F, Uji t, dan Standardized
Coefficient Beta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel rasio
profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas dan ukuran perusahaan
berpengaruh secara serempak terhadap return saham. Uji t menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap return
saham, sehingga secara otomatis variabel ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh dominan terhadap return saham. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya sama-sama menggunakan variabel return on assets,
31
debt to equity ratio, current ratio, total assets turn over, dan size
perusahaan, dan menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Sedangkan perbedaannya
terletak pada penggunaan variabel earning per share, dan tahun pengamatan
dari 2005-2010.
4)
Ariastini(2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan dan kinerja sosial pada
return saham (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On
Assets dan Corporate Social Responsibility. Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji normalitas, multikolinearitas, uji autokorelasi, uji
heterokedasitas, dan analisis statistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Return On Assets (ROA) dan Corporate Social Responsibility Index (CSRI)
berpengaruh positif pada return saham. Persamaan dengan penelitian
sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel return on assets.
Perbedaannya adalah dalam penelitian ini juga melibatkan variabel lain
yakni current ratio, debt to equity ratio, total assets turn over, earning per
share, dan ukuran perusahaan. Perusahaan yang menjadi objek penelitian
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2010.
2.2
Rumusan Hipotesis
Ulupui(2007) menyebutkan bahwa salah satu tujuan dan keunggulan dari
rasio adalah dapat digunakan untuk membandingkan hubungan return dan risiko
32
dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda. Rasio juga dapat menunjukkan
profil suatu perusahaan, karakteristik ekonomi, strategi bersaing dan keunikan
karakteristik operasi, keuangan dan investasi. Selain informasi rasio-rasio
keuangan, investor juga perlu mempertimbangkan karakteristik perusahaan.
Karakteristik yang berbeda menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang
tidak sama pada semua perusahaan. Salah satu karakteristik perusahaan adalah
ukuran (size) perusahaan.
Current ratio menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup
dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka
pendek. Semakin baik current ratio akan mencerminkan semakin likuid
perusahaan sehingga mampu memenuhi kewajiban jangka pendek dan
meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga akan
meningkatkan return saham perusahaan. Sulaiman dan Ana Handi(2008) meneliti
pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di
BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh
negatif terhadap return saham. Priatmaja(2009) meneliti pengaruh rasio
profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap return saham perusahaan yang
terdaftar dalam kelompok LQ45 di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
current ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Mulia(2010) meneliti
pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2004-2008. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa current ratio tidak
33
berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka
dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: current ratio berpengaruh terhadap return saham.
Return on assets yang semakin bertambah menggambarkan kinerja
perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan
keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat. Dengan demikian
akan semakin membuat para investor dan atau calon investor tertarik untuk
menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Dengan adanya daya tarik tersebut
berdampak pada calon investor dan atau investor untuk memiliki saham
perusahaan semakin banyak. Jika permintaan atas saham perusahaan semakin
banyak maka harga saham perusahaan tersebut dalam pasar modal cenderung
meningkat. Seiring dengan meningkatnya harga saham, maka capital gain (actual
return) dari saham tersebut juga mengalami peningkatan. Priatmaja(2009)
meneliti pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap return
saham perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ45 di BEI. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa return on assets tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage,
likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa return on assets tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ariastini(2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan dan kinerja sosial pada return
saham( studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI). Hasil penelitian
34
menunjukkan bahwa return on assets berpengaruh positif terhadap return saham.
Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H2: return on assets berpengaruh terhadap return saham.
Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan
yang tinggi. Dengan semakin tinggi rasio hutang perusahaan menunjukkan bahwa
tingginya hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan
pemegang saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena investor
merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki perusahaan (Solechan,
2008). Penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan modal perusahaan
dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, modal perusahaan
akan menurun dengan cepat pula. Dengan semakin tinggi rasio hutang perusahaan
menunjukkan bahwa tingginya hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal
saham yang ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban
tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki
perusahaan. Investor tidak ingin mengambil resiko yang besar dalam berinvestasi
dengan harapan bahwa investor nantinya memperoleh pengembalian (return)
saham yang menguntungkan bagi mereka. Dengan rasio hutang yang tinggi
menunjukkan
tingkat
hutang
perusahaan
yang
tinggi
pula,
sehingga
mengakibatkan sebagian investor takut dalam berspekulasi dalam penanaman
sahamnya
ke
perusahaan
tersebut.
Robert
Ang(1997:18.35)
dalam
Pribawanti(2007:44) menyatakan bahwa menurunnya minat investor berdampak
pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga total return semakin menurun.
Solechan(2008) meneliti pengaruh earning, manajemen laba, IOS, BETA, SIZE,
35
dan rasio utang terhadap return saham pada perusahaan yang go public di BEI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio utang berpengaruh negatif terhadap
return saham. Priatmaja(2009) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas,
dan leverage terhadap return saham perusahaan yang terdaftar dalam kelompok
LQ45 di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Mulia(2010) meneliti pengaruh
rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap
return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh
terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut:
H3: debt to equity ratio berpengaruh terhadap return saham.
Total Assets Turnover menunjukkan kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau
kemampuan modal yang diinvestasikan dalam menghasilkan revenue. Nilai Total
Assets Turnover yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian investor dalam
menanamkan dananya. Dari penjualan yang tinggi diharapkan akan menghasilkan
return yang tinggi pula. Kurniawan(2007) melakukan analisis pengaruh variabel
keuangan dan non keuangan terhadap initial return dan return 7 hari setelah
initial public offerings (IPO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel total
assets turnover berpengaruh positif terhadap return saham. Sulaiman dan Ana
Handi(2008) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
36
total assets turnover berpengaruh negatif terhadap return saham. Mulia(2010)
meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran
perusahaan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total assets turnover
tidak berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut,
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut.
H4: total assets turnover berpengaruh terhadap return saham.
Perhitungan earning per share perusahaan diartikan bahwa saham
yang baik dan menguntungkan adalah saham yang mempunyai earning per share
yang tinggi. Menurut Sadwiji (1996:97) dalam Suardana(2009) secara teori
earning per share yang tinggi akan menyebabkan harga saham yang tinggi karena
peningkatan laba. Jika laba yang diperoleh meningkat, kemungkinan dividen yang
dibagikan akan meningkat, sehingga permintaan akan saham pun naik.
Peningkatan harga saham selanjutnya akan meningkatkan return saham. Hal yang
serupa dikemukakan oleh Husnan(2001:317) dalam Artatik(2007), bahwa jika
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham
akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return
saham yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai earning
per share naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga
mengalami kenaikan. Pendapatan per saham (Earning per Share) perusahaan
biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon
pemegang saham dan manajemen. Earning per share menunjukkan jumlah uang
yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai earning
37
per share, semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham.
Solechan(2008) meneliti pengaruh earning, manajemen laba, IOS, BETA, SIZE,
dan rasio utang terhadap return saham pada perusahaan yang go public di BEI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa earnings per share berpengaruh positif
terhadap return saham. Alit(2009) meneliti pengaruh rasio CAMEL terhadap
return saham. Hasil penelitian menunjukkan earnings per share tidak
berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka
dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H5: earning per share berpengaruh terhadap return saham.
Ukuran
perusahaan
(size)
menggambarkan
besar
kecilnya
suatu
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat
penjualan dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang berskala besar akan lebih
mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dalam
penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva.
Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar
dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return) saham
perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan
berskala kecil. Oleh karena itu, investor akan lebih berspekulasi untuk memilih
perusahaan besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar
pula. Ukuran perusahaan (size) dalam jangka panjang merupakan wujud
pertumbuhan yang baik. Banz(1981) dalam Widyastuti(2007) menyebutkan
bahwa faktor ukuran perusahaan penting dalam signifikansi secara statistik
terhadap imbal hasil. Solechan(2008) meneliti pengaruh earning, manajemen laba,
38
IOS, BETA, SIZE, dan rasio utang terhadap return saham pada perusahaan yang
go public di BEI. Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap return saham. Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio
profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap
return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut:
H6: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return saham.
39
Berdasarkan hipotesis tersebut, dibuat suatu model penelitian sebagai
berikut.
Gambar 2.1 Model Penelitian
Current Ratio (X1)
(X
Return on Assets (X2)
(
Debt to Equity Ratio (X3)
Return Saham (Y)
Total Assets Turnover
(X4)
Earning per Share (X5)
Ukuran Perusahaan (X6)
Sumber: Data Diolah, 2011
40
Download