BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al. dalam Sari, 2006:4). Signaling theory dalam akuntansi menunjukkan bahwa angka-angka dalam laporan keuangan dan rasio keuangan memiliki kandungan informasi yang ditangkap oleh pengguna laporan keuangan sebagai sinyal positif atau negatif. Sinyal positif akan berimplikasi pada peningkatan harga pasar saham, sedangkan sinyal negatif akan direspon negatif yang berdampak pada penurunan harga pasar 12 saham. Misalkan sebuah perusahaan publik melaporkan penurunan laba bersih akibat pengakuan beban riset dan pengembangan yang sangat tinggi pada periode berjalan. Informasi penurunan laba bersih tersebut dapat ditangkap sebagai sinyal positif oleh investor karena melihat manfaat ekonomis yang mungkin diperoleh perusahaan di masa yang akan datang, atau dapat sebagai sinyal negatif karena kecewa pada kinerja laba yang menurun. (Ball & Brown, 1968) 2.1.2 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri (Darmadji dan Hendy, 2001:1). Samsul(2006:43) menyatakan bahwa pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu (1) tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Husnan(2009:4) pasar modal berperan besar dalam perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (lender) dan pihak yang memerlukan dana (borrower). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang kelebihan dana dapat 13 menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. 2.1.3 Manfaat dan Tujuan Pasar Modal Tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari tiga sudut pandang berikut (Samsul, 2006:43-44). 1) Sudut Pandang Negara Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu Negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Jika kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut campur agar tidak membuang-buang biaya. Namun, negara memiliki kewajiban membuat perundang-undangan agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi monopoli. Pada negara yang sudah maju, pasar modal merupakan sarana utama dalam pembangunan perekonomiannya. 2) Sudut Pandang Emiten Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu dapat diperoleh di pasar modal. Perusahaan yang 14 pada awalnya memiliki hutang lebih tinggi daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal sendiri yang lebih tinggi daripada hutang apabila memasuki pasar modal, sehingga pasar modal merupakan sarana untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan. 3) Sudut Pandang Masyarakat Pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. Jika pasar modal berjalan dengan baik, pertumbuhannya stabil dan harganya tidak terlalu bergejolak, maka akan mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat. 2.1.4 Investasi di Pasar Modal Lestari(2009) menyebutkan definisi mengenai investasi, yang sebelumnya dikemukakan oleh Sharpe (1997); “Investment, in its broadest sense, means the sacrifice of certain present value for (possibly uncertain) future value”. Dari definisi tersebut dapat dilihat dua elemen penting mengenai investasi yakni waktu dan risiko. Dalam keputusan investasi, investor maupun manajemen investasi (pihak yang mengelola dana investor) harus memiliki pandangan yang jelas mengenai cara-cara, pendekatan, maupun strategi yang digunakan untuk mengelola investasinya. 2.1.5 Instrumen di Pasar Modal 15 Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa (1) saham, (2) obligasi, (3) bukti right, (4) bukti waran, dan (5) produk turunan atau biasa disebut derivative (Samsul, 2006:45-46). 1) Saham Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). DPS disajikan beberapa hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham diselenggarakan dan setiap pihak dapat melihat DPS tersebut. Bukti bahwa seseorang adalah pemegang saham juga dapat dilihat pada halaman belakang lembar saham apakah namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum. Saham dapat dibedkan menjadi dua, antara lain sebagai berikut. a Saham preferen (preferred stock), adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada para pemegang saham 16 preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuangan. b Saham biasa (common stock), adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa menderita terlebih dahulu. Perhitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa yang memiliki hak suara dalam RUPS. 2) Obligasi (Bonds) Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi. 3) Bukti Right Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli dimiliki oleh pemegang saham lama. Harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise price). Pada umumnya, strike price dari bukti right berada di bawah harga pasar saat diterbitkan. Sementara jangka waktu tertentu berarti waktunya kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan sudah harus dilaksanakan. 17 4) Waran Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran dapat diberikan kepada pemegang saham lama dan pemegang obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka sebesar di atas harga saham saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan, atau dapat setelah 3 tahun, 5 tahun atau 10 tahun. 5) Derivative Derivative terdiri dari indeks saham dan indeks obligasi. Indeks tersebut merupakan harga indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dengan harga jual. Indeks saham dan indeks obligasi diperdagangkan secara berjangka. Mekanisme perdagangan produk derivative ini dilakukan secara future dan option. 2.1.6 Return Saham Investor membeli saham perusahaan tertentu karena adanya return saham yang diharapkan dan direalisasikan pada masa mendatang dalam bentuk dividen dan capital gain. Return dibedakan menjadi dua, yakni return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis dan return yang diharapkan (expected return) yang akan diperoleh investor di masa mendatang (Sulaiman dan Ana Handi : 2008). Menurut Halim (2005:34), komponen return meliputi: 18 1) untung/rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder. 2) imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam presentase dari modal yang ditanamkan. Menurut Ang (1997:20.2) dalam Artatik (2007), komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu: 1) current income (keuntungan lancar) adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya. 2) capital gain yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangakan di pasar. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan. Suardana(2009) menyatakan bahwa return saham merupakan suatu variabel yang muncul dari perubahan harga saham sebagai akibat dari reaksi pasar karena adanya penyampaian informasi keuangan suatu entitas ke pasar modal. Daniati dan Suhairi(2006) menyatakan bahwa investor bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal disebabkan karena perasaan aman akan berinvestasi 19 dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi. 2.1.7 Laporan Keuangan Menurut Munawir(2001:13) dalam Artatik(2007), laporan keuangan dikelompokkan sebagai berikut. 1) Neraca, adalah laporan keuangan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal. 2) Laporan Rugi laba, adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi laba terdiri dari penghasilan, biaya dan rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama periode tertentu. 3) Laporan perubahan modal, merupakan laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu. 4) Laporan arus kas, menyajikan laporan keuangan yang digunakan untuk memperlihatkan hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan. 20 Teknik-teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk memperlihatkan hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan. Menurut Simamora(2000:18) dalam Artatik(2007), terdapat tiga teknik yang lazim dipakai yaitu: 1) analisis horizontal adalah teknik yang dipakai untuk mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode tertentu. 2) analisis vertikal adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengevaluasi data laporan keuangan yang menggambarkan setiap pos dalam laporan keuangan dari segi persentase jumlahnya. 3) analisis rasio menggambarkan hubungan di antara pos-pos yang terseleksi dari data laporan keuangan. 2.1.8 Rasio Keuangan dan Manfaatnya Kasmir(2008:104) menyebutkan pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne yakni rasio merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada diantara laporan keuangan. Angka yang dapat diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Munawir(2001:64) dalam Artatik(2007) menyebutkan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisis tentang baik atau 21 buruknya posisi keuangan suatu terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Sawir(2005) dalam Sukwadi(2006:30) menyebutkan bahwa analisis rasio keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi satu dengan yang lainnya dan dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisi perusahaan saat ini. Analisis rasio keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan intepretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan tampak dari aspek rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage)/rasio rentabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas dan aspek lain dari perusahaan yang berbentuk rasio keuangan. Hasil rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Calon investor dapat mengetahui kinerja suatu perusahaan dengan cara menganalisis rasio-rasio keuangan emiten sehingga dapat memutuskan dengan tepat diperusahaan mana seharusnya calon investor tersebut menginvestasikan uangnya atau membeli saham. Analisis rasio merupakan suatu teknik analisis yang menghubungkan antara satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau laba rugi maupun kombinasi dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memberi informasi secara rinci atas hasil interpretasi mengenai kinerja yang dicapai oleh manajemen 22 perusahaan. Kondisi keuangan dapat dilihat dari berbagai aspek (dalam buku ajar Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana). 1) Aspek Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia. Jika perusahaan menginginkan perusahaannya selalu likuid, maka posisi dana lancar yang tersedia harus lebih besar dari utang lancar atau kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas, yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Beberapa diantaranya antara lain current ratio, quick ratio, net working capital to sales, dan curent assets to sales. 2) Aspek Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Beberapa kelompok rasio profitabilitas yaitu profit margin, return on investment, return on assets, earning power, dan return on equity. 3) Aspek Solvabilitas/Leverage Solvabilitas/leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh dana pinjaman. Beberapa diantaranya yaitu debt 23 to total assets, debt to equity, times interest earned, dan fixed charged coverage. 4) Aspek Aktivitas Usaha Aktivitas usaha adalah kemampuan perusahaan untuk menjaga stabilitas usahanya sehingga bisa bertahan hidup dan berkembang secara sendiri. Rasio efektivitas yaitu rasio untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Kelompok rasio ini antara lain inventory turnover, fixed assets turnover, dan total assets turnover. 5) Aspek Pasar Aspek ini menunjukkan pengakuan pasar terhadap kondisi keuangan yang dicapai perusahaan. Rasio yang termasuk dalam kelompok rasio nilai pasar adalah earning per share, price earning ratio, market to book value, dan dividend payout ratio. Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir(2008), bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut. 1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) a Rasio Lancar (Current Ratio) b Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) 2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) a Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang (Debt Ratio) b Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned) c Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage) 24 d Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage) 3) Rasio Aktivitas (Activity Ratio) a. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over) b. Rata-rata jangka waktu penagihan atau perputaran piutang (Average Collection Period) c. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) d. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) 4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) a. Margin Laba Penjualan (Profit Margin on Sales) b. Daya Laba Besar (Basic Earning Power) c. Hasil Pengembalian Total Aktiva (Return on Total Assets) d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Total Equity) 5) Rasio Pertumbuhan menggambarkan (Growth kemampuan Ratio) merupakan perusahaan rasio yang mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. a. Pertumbuhan Penjualan b. Pertumbuhan Laba Bersih c. Pertumbuhan Pendapatan per Saham d. Pertumbuhan Dividen per Saham 6) Rasio Penilaian (Valuation Ratio), yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi. a. Rasio Harga Saham terhadap Pendapatan 25 b. Rasio Nilai Pasar Saham terhadap Nilai Buku 2.1.9 Current Ratio Kasmir(2008:134) menyebutkan bahwa rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat kemamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, sediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya. 26 2.1.10 Return on Assets Prihadi(2008) menyebutkan bahwa Return on Assets (ROA, laba atas aset) mengukur tingkat laba terhadap assets yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. ROA dapat diartikan dengan dua cara sebagai berikut. 1) Mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk memperoleh laba. 2) Mengukur hasil total untuk seluruh penyedia sumber dana, yaitu kreditor dan investor. ROA menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan jumlah assets yang dimiliki, hal ini akan dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham perusahaan. 2.1.11 Debt to Equity Ratio Kasmir(2008:157-158) menyebutkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk utang lancar sengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Debt to equity untuk 27 setiap perusahaan berbeda-beda tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil. Rumus untuk menghitung debt to equity ratio adalah dengan membandingkan total utang dengan total ekuitas. 2.1.12 Total Assets Turn Over Total assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur seberapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Faried, 2008:29). Prihadi(2008:41) menyebutkan bahwa rasio ini cukup sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat mengggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan. 2.1.13 Earnings per Share Earnings per share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. Chandradewi(2000:17) dalam Artatik(2007) menyebutkan bahwa earning per share merupakan proksi bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. 28 2.1.14 Ukuran Perusahaan Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan di mana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Daniati, Ninna dan Suhairi:2006). 2.1.15 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Priatmaja(2009) menganalisis pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap return saham perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini membahas pengaruh rasio profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio, dan leverage yang diproksikan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham periode Januari 2004-Juli 2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji 29 heterokedastisitas, dan uji autokorelasi), analisis regresi linear berganda, Uji F dan Uji t. Hasil dari penelitian ini adalah variabel current ratio dan debt to equity ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, sehingga dapat dipergunakan untuk memprediksi return saham satu periode ke depan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel return on assets, current ratio, dan debt to equity ratio. Perbedaannya yaitu penelitian ini menggunakan variabel bebas lainnya berupa rasio aktivitas (total assets turn over), rasio nilai pasar (earning per share) dan ukuran perusahaan. Penelitian terdahulu menggunakan objek perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ 45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010. 2) Adyastuti(2010) melakukan penelitian pengaruh arus kas dari aktivitas operasi, laba bersih, dan ukuran perusahaan pada return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Variabel yang digunakan antara lain arus kas operasi per tahun, laba bersih setelah dikurangi pajak per tahun, dan ukuran perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan uji kelayakan model (nilai koefisien determinasi, Uji F, dan Uji t). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba bersih mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel arus kas dari aktivitas operasi dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif dan 30 signifikan secara statistik pada return saham. Laba bersih mempunyai pengaruh paling dominan pada return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Persamaan penelitian ini denggan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel ukuran perusahaan dan menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel lain yang digunakan dalam penelitian ini berupa current ratio, return on asset, debt to equity ratio, total assets turn over, dan earning per share. Rentang tahun yang digunakan berbeda, yakni tahun 2005-2010. 3) Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008. Variabel penelitian yang digunakan adalah ROA, DER, CURRENT, TAT, dan SIZE. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, analisis statistik deskriptif, Uji F, Uji t, dan Standardized Coefficient Beta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas dan ukuran perusahaan berpengaruh secara serempak terhadap return saham. Uji t menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham, sehingga secara otomatis variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sama-sama menggunakan variabel return on assets, 31 debt to equity ratio, current ratio, total assets turn over, dan size perusahaan, dan menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan variabel earning per share, dan tahun pengamatan dari 2005-2010. 4) Ariastini(2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan dan kinerja sosial pada return saham (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets dan Corporate Social Responsibility. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedasitas, dan analisis statistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Return On Assets (ROA) dan Corporate Social Responsibility Index (CSRI) berpengaruh positif pada return saham. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel return on assets. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini juga melibatkan variabel lain yakni current ratio, debt to equity ratio, total assets turn over, earning per share, dan ukuran perusahaan. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010. 2.2 Rumusan Hipotesis Ulupui(2007) menyebutkan bahwa salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk membandingkan hubungan return dan risiko 32 dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda. Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik ekonomi, strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan investasi. Selain informasi rasio-rasio keuangan, investor juga perlu mempertimbangkan karakteristik perusahaan. Karakteristik yang berbeda menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua perusahaan. Salah satu karakteristik perusahaan adalah ukuran (size) perusahaan. Current ratio menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Semakin baik current ratio akan mencerminkan semakin likuid perusahaan sehingga mampu memenuhi kewajiban jangka pendek dan meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga akan meningkatkan return saham perusahaan. Sulaiman dan Ana Handi(2008) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh negatif terhadap return saham. Priatmaja(2009) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap return saham perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ45 di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa current ratio tidak 33 berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H1: current ratio berpengaruh terhadap return saham. Return on assets yang semakin bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat. Dengan demikian akan semakin membuat para investor dan atau calon investor tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Dengan adanya daya tarik tersebut berdampak pada calon investor dan atau investor untuk memiliki saham perusahaan semakin banyak. Jika permintaan atas saham perusahaan semakin banyak maka harga saham perusahaan tersebut dalam pasar modal cenderung meningkat. Seiring dengan meningkatnya harga saham, maka capital gain (actual return) dari saham tersebut juga mengalami peningkatan. Priatmaja(2009) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap return saham perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ45 di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on assets tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on assets tidak berpengaruh terhadap return saham. Ariastini(2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan dan kinerja sosial pada return saham( studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI). Hasil penelitian 34 menunjukkan bahwa return on assets berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H2: return on assets berpengaruh terhadap return saham. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Dengan semakin tinggi rasio hutang perusahaan menunjukkan bahwa tingginya hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki perusahaan (Solechan, 2008). Penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan modal perusahaan dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, modal perusahaan akan menurun dengan cepat pula. Dengan semakin tinggi rasio hutang perusahaan menunjukkan bahwa tingginya hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki perusahaan. Investor tidak ingin mengambil resiko yang besar dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya memperoleh pengembalian (return) saham yang menguntungkan bagi mereka. Dengan rasio hutang yang tinggi menunjukkan tingkat hutang perusahaan yang tinggi pula, sehingga mengakibatkan sebagian investor takut dalam berspekulasi dalam penanaman sahamnya ke perusahaan tersebut. Robert Ang(1997:18.35) dalam Pribawanti(2007:44) menyatakan bahwa menurunnya minat investor berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga total return semakin menurun. Solechan(2008) meneliti pengaruh earning, manajemen laba, IOS, BETA, SIZE, 35 dan rasio utang terhadap return saham pada perusahaan yang go public di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio utang berpengaruh negatif terhadap return saham. Priatmaja(2009) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap return saham perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ45 di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H3: debt to equity ratio berpengaruh terhadap return saham. Total Assets Turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan dalam menghasilkan revenue. Nilai Total Assets Turnover yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya. Dari penjualan yang tinggi diharapkan akan menghasilkan return yang tinggi pula. Kurniawan(2007) melakukan analisis pengaruh variabel keuangan dan non keuangan terhadap initial return dan return 7 hari setelah initial public offerings (IPO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel total assets turnover berpengaruh positif terhadap return saham. Sulaiman dan Ana Handi(2008) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel 36 total assets turnover berpengaruh negatif terhadap return saham. Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total assets turnover tidak berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. H4: total assets turnover berpengaruh terhadap return saham. Perhitungan earning per share perusahaan diartikan bahwa saham yang baik dan menguntungkan adalah saham yang mempunyai earning per share yang tinggi. Menurut Sadwiji (1996:97) dalam Suardana(2009) secara teori earning per share yang tinggi akan menyebabkan harga saham yang tinggi karena peningkatan laba. Jika laba yang diperoleh meningkat, kemungkinan dividen yang dibagikan akan meningkat, sehingga permintaan akan saham pun naik. Peningkatan harga saham selanjutnya akan meningkatkan return saham. Hal yang serupa dikemukakan oleh Husnan(2001:317) dalam Artatik(2007), bahwa jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai earning per share naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan. Pendapatan per saham (Earning per Share) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. Earning per share menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai earning 37 per share, semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham. Solechan(2008) meneliti pengaruh earning, manajemen laba, IOS, BETA, SIZE, dan rasio utang terhadap return saham pada perusahaan yang go public di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earnings per share berpengaruh positif terhadap return saham. Alit(2009) meneliti pengaruh rasio CAMEL terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan earnings per share tidak berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H5: earning per share berpengaruh terhadap return saham. Ukuran perusahaan (size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva. Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return) saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan berskala kecil. Oleh karena itu, investor akan lebih berspekulasi untuk memilih perusahaan besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar pula. Ukuran perusahaan (size) dalam jangka panjang merupakan wujud pertumbuhan yang baik. Banz(1981) dalam Widyastuti(2007) menyebutkan bahwa faktor ukuran perusahaan penting dalam signifikansi secara statistik terhadap imbal hasil. Solechan(2008) meneliti pengaruh earning, manajemen laba, 38 IOS, BETA, SIZE, dan rasio utang terhadap return saham pada perusahaan yang go public di BEI. Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham. Mulia(2010) meneliti pengaruh rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H6: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return saham. 39 Berdasarkan hipotesis tersebut, dibuat suatu model penelitian sebagai berikut. Gambar 2.1 Model Penelitian Current Ratio (X1) (X Return on Assets (X2) ( Debt to Equity Ratio (X3) Return Saham (Y) Total Assets Turnover (X4) Earning per Share (X5) Ukuran Perusahaan (X6) Sumber: Data Diolah, 2011 40