BAB II LANDASAN TEORITIS

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan
Husnan (1996) menyatakan bahwa manajemen keuangan “menyangkut
kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan”
Horne and Wachowiz (1997) menyatakan bahwa manajemen keuangan
adalah “segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan
pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh”
Martono dan Harjito (2001) menyebutkan manajemen keuangan adalah
“segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh
dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh”
Jadi manajemen keuangan meliputi beberapa aktivitas seperti memperoleh
dana, dan pengelolaan asset untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Manajer keuangan dalam menjalankan fungsinya di perusahaan berkaitan
langsung dengan keputusan pokok perusahaan yang akan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Keputusan tersebut meliputi keputusan investasi, keputusan
pembiayaan
dan
keputusan
6
pembagian
deviden.
7
Meskipun begitu, Husnan (1996) mengatakan kegiatan keuangan tidaklah
terbatas dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur
Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan, dan sebagainya.
Direktur Utama, Direktur Pemasaran, Direktur Produksi, dan sebagainya,
mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk
memperluas kapasitas produsen, menghasilkan produk baru, jelas akan
dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai Direktur, tidak terbatas hanya oleh
Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan
dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Bahkan kita sebagai
individu pun sering dihadapkan pada berbagai keputusan keuangan dalam
kehidupan sehari-hari.
Meskipun demikian, menurut Husnan (1996) kegiatan-kegitan tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan
dana (allocation of funds) dan mencari pendanaan (raising of funds). Dua kegiatan
utama (fungsi) tersebut disebut sebagai fungsi keuangan.
2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan
Keputusan keuangan yang benar adalah keputusan yang akan membantu
tercapainya tujuan menajemen keuangan. Tujuan manajemen keuangan adalah
untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan tersebut dipergunakan karena
dengan memaksimumkan nilai perusahaan maka pemilik perusahaan atau
pemegang saham akan menjadi lebih makmur. Sedangkan nilai perusahaan
8
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
tersebut dijual.
Perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat (go public), indikator
nilai perusahaan adalah harga saham yang diperjual belikan tersebut. Harga saham
yang tinggi menunjukkan bahwa keputusan-keputusan keuangan yang diambil
oleh manajemen perusahaan sudah benar.
2.2
Pasar Modal
2.2.1 Definisi pasar modal
Secara formal pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan,
baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian
pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial
market). Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan
modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable
ataupun tidak.
2.2.2 Alasan dibentuknya pasar modal
Menurut Husnan (2001) dibentuknya pasar modal karena pasar modal
menjalankan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk
memindahkan dana dari lender (pihak yang mempunyai kelebihan dana) ke
borrower. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders
9
mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi
borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan
investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan.
Dalam proses ini akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara
keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya juga
dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya
bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan
secara langsung tanpa perantara keuangan.
Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan
oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat
langsung dalam kepemilikan aktiva rill yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering tidak
jelas.
Ada beberapa daya tarik pasar modal. Yang utama adalah, diharapkan
pasar modal ini akan bisa menjadi alternative penghimpunan dana selain sistem
perbankan. Disetiap Negara (umumnya negara-negara dunia ketiga) sistem
perbankan umumnya dominan sebagai sistem mobilisasi dana masyarakat. Bankbank menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan dana tersebut ke
pihak-pihak yang memerlukan sebagai kredit. Penghimpun dana dari pasar modal
memungkinkan perusahaan menghilangkan biaya intermediasi. Karena itu disebut
sebagai intermediasi keuangan.
10
2.3
Investasi
2.3.1 Definisi Investasi
Husnan (1996) mengatakan Investasi adalah “setiap penggunaan dana
(uang) dengan maksud untuk memperoleh penghasilan”.
Dengan demikian, mendepositokan uang yang termasuk pengertian
investasi dalam teori keuangan. Karena itu pengertian investasi dalam teori
keuangan berbeda dengan pengertian dalam ilmu ekonomi yang memisahkan
antara “tabungan” dan “investasi.”
2.3.2 Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seluruhnya melakukan
investasi dalam sekuritas: yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak
investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Menurut Husnan
(2001) untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menentukan kebijakan investasi
Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak
investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara
resiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa
tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya. Ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi.
Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun resiko.
11
Jumlah dana yang diinvestasikan pun mempengaruhi keuntungan yang
diharapkan dan resiko yang ditanggung. Pemodal yang meminjam dana dan
menginvestasikannya pada berbagai saham, akan menanggung resiko yang
lebih tinggi dari para pemodal yang menggunakan seratus persen modal
sendirinya.
b. Analisis Sekuritas
Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas. Pertama adalah mereka
yang berpendapat bahwa ada sekuritas mispriced (harganya salah, mungkin
terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah) dan analisis dapat mendeteksi sekuritassekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini, tetapi pada
garis besarnya nampaknya cara-cara tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua,
yaitu
analisis
teknikal
dan
analisis
fundamental.
Analisis
teknikal
menggunakan data (perubahan) harga di masa lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Analisis
fundamental berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang.
Kedua, adalah mereka berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar.
Kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analisis tidak mampu mendeteksinya.
Pada dasarnya mereka yang menganut paham ini berpendapat bahwa pasar
modal efisien. Dengan demikian pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas
faktor mispriced, tetapi didasarkan atas preferensi resiko para pemodal
(pemodal yang bersedia menanggung resiko tinggi akan memilih saham yang
12
lebih beresiko), pola kebutuhan kas (pemodal yang menginginkan penghasilan
yang stabil akan memilih saham yang membagikan dividen dengan stabil).
Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan pendapat ini, adalah
sesuai dengan resiko yang mereka tanggung.
a. Pembentukan portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang
akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak
sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan
untuk mengurangi risiko yang ditanggung.
b. Melakukan revisi portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan
maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah
dimiliki. Kalau dirasa portofolio saat ini dirasa tidak optimal, maka pemodal
dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk
portofolio tersebut.
c. Evaluasi kinerja portofolio
Tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance)
portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun resiko
yang ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio yang memberikan
keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari portofolio lainnya. Faktor
resiko perlu dimasukkan, karena diperlukan sebagai standar pengukurannya.
13
2.3.3 Jenis Investasi
Jenis-jenis investasi terdiri dari investasi langsung dan tidak langsung.
Salah satu investasi tidak langsung adalah saham, dalam hal ini saham dijadikan
objek penelitian dalam penulisan ini.
a.
Pengertian Saham
Menurut Gitman (2000) “Saham adalah bentuk paling murni dan
sederhana dari kepemilikan perusahaan”.
Menurut Bernstein (1995) “Saham adalah kertas yang menyatakan
kepemilikan dari sebagaian perusahaan”.
Menurut Mishkin (2001) “Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki
klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat
diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang
dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen
keuangan” .
b.
Jenis-jenis saham
Terdapat beberapa jenis sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal,
diantara yang paling popular adalah saham dan obligasi. Pada umumnya dikenal
dua macam jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen.
1)
Saham Biasa
Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan
(Husnan 2001:36). Keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham berasal dari
14
pembayaran dividend dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya dividen yang
diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS.
Pemilik saham biasa mempunyai hak memilih (vote) dalam RUPS untuk
keputusan-keputusan yang memerlukan pemungutan suara.
2)
Saham Preferen
Sedangkan saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividen
dalam jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam
RUPS.
c.
Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham
Dalam kaitannya dengan investasi saham, pemodal seringkali dihadapakan
pada permasalahan yang cukup kompleks salah satunya adalah mengenai
penilaian terhadap saham, apakah suatu saham layak untuk dibeli atau seharusnya
dijual. Terdapat 3 nilai yang berkaitan dengan saham untuk dicermati oleh
pemodal sebelum berinvestasi saham, yaitu :
1)
Nilai Buku (Book Value)
Nilai Buku merupakan nilai saham menurut pembukaan perusahaan
emiten. Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (Net Assets)
yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu saham.
15
2)
Nilai Pasar (Market Value)
Nilai Pasar (Market Value) adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Jadi hukum pasar (permintaan dan
penawaran) dalam hal ini sangat berlaku.
3)
Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)
Nilai Intrinsik mencerminkan nilai sebenarnya dari harga suatu jenis
saham. Nilai Intrinsik adalah suatu penilaian yang diperoleh dengan cara
memasukan data ke suatu teori atau model penelitian, nilai yang dihasilkan bisa
dibandingkan dengan harga pasar yang berlaku (Western dan Coreland, 1999).
d.
Valuasi Saham
Analisis saham bertujuan untuk mencari nilai intrinsik suatu saham yang
dengan selanjutnya dibandingkan dengan nilai aktualnya dengan menggunakan
ukuran sebagai berikut :
1)
Apabila nilai intrinsik lebih besar dari nilai aktualnya saat ini, maka saham
tersebut dinilai kurang menguntungkan untuk diinvestasikan, karena return /
tingkat pengembalian yang diharapkan (dalam hal ini nilai intrinsiknya) lebih
besar daripada tingkat pengembalian aktualnya dan saham tersebut sebaiknya
dilepas atau dalam arti dijual.
2)
Bila nilai intrinsik suatu saham lebih kecil dari nilai aktualnya saat ini,
maka
saham
tersebut
dinilai
mengguntungkan,
karena
return/tingkat
pengembalian yang diharapkan lebih kecil dari tingkat pengembalian aktualnya.
Dalam hal ini tingkat pengembalian aktual yang terjadi diatas tingkat
16
pengembalian yang diharapkan oleh investor sebelumnya dan sebaiknya saham
tersebut layak untuk dikoleksi atau dibeli.
2.3.4 Macam-macam Risiko dalam Investasi
Risiko investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Risiko-risiko
yang mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara lain sebagai berikut :
a.
Risiko Harga
b.
Risiko Kelalaian
c.
Risiko Inflasi
d.
Risiko Nilai Tukar
e.
Risiko Reinvestasi
f.
Risiko Ditarik Kembali
g.
Risiko Likuiditas
2.4
Teori Portofolio
Suatu portofolio biasanya mempunyai keunggulan bila dilakukan dengan
cara diversifikasi. Para pemodal mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam
investasi mereka dengan kata lain membentuk portofolio. Menurut Suad Husnan
(2001) yang dimaksud portofolio adalah “sekumpulan kesempatan investasi”.
Sedangkan menurut Weston dan Copland (2001) dijelaskan bahwa “portofolio
adalah kombinasi gabungan berbagai aktiva.
17
Teori portofolio pada intinya membahas mengenai proses seleksi dari
berbagai portofolio yang optimum, yaitu portofolio yang memberikan hasil
pengembalian tertinggi pada suatu tingkat risiko tertentu, atau tingkat risiko
terendah dengan suatu hasil tertentu.
2.4.1 Mengukur pengembalian yang diharapkan
Investasi
dilakukan
sebagai
tujuan
untuk
memperoleh
tingkat
pengembalian atau return atas investasi. Tingkat pengembalian dalam hal ini dapat
berupa penerimaan kas atau dalam bentuk kenaikan kas. Tingkat pengembalian
atau return terdiri dari tingkat pengembalian aktual (actual return) yaitu tingkat
pengembalian yang telah terjadi dan tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return) yaitu tingkat pengembalian yang belum terjadi akan tetapi
diharapkan terjadi pada masa yang akan datang.
Tingkat pengembalian dari suatu saham atau sekuritas lainnya dapat
diketahui apabila tingkat keuntungan disetiap sub-periodik telah diperhitungkan.
Tingkat keuntungan sub-periodik suatu saham/sekuritas lainnya dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ri =
Pt - Pt-1
x 100%
Pt-1
Dimana :
Ri = tingkat keuntungan sekurtias
Pt = harga saham / sekuritas pada akhir periode
Pt-1 = harga saham / sekuritas pada awal periode
18
Sedangkan tingkat rata-rata pengembalian dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut :
n
∑
Ri =
i=1
Ri
n- 1
Dimana :
Ri
= rata-rata tingkat pengembalian saham / sekuritas
Ri
= tingkat keuntungan sekuritas
n-1
= jumlah periode penelitian
2.4.2 Tingkat Risiko
Risiko merupakan kerugian yang dihadapi, Markowitz mendefinisikan
risiko sebagai ukuran statistika yang disebut varians. Secara khusus Markowitz
mengkuantifsir risiko sebagai varians pengembalian yang diharapkan dari aktiva.
a.
Varians sebagai alat ukur risiko
Dalam hal pengembalian aktiva, varians adalah ukuran penyimpangan
penghasilan yang mungkin bagi tingkat pengembalian disekitar pengembalian
yang diharapkan.
Jika aktiva tidak memiliki risiko, maka penyimpangan pengembalian
diharapkan dari aktiva tersebut adalah 0. Tingkat penyimpangan atau varian dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut :
19
Var (Ri) / σi2 = ∑ [ Ri - Ri ]
2
n-1
Dimana :
σi2 = nilai suatu saham / sekuritas
Ri
= rata-rata tingkat pengembalian saham / sekuritas
Ri
= tingkat keuntungan sekuritas
n-1
= jumlah periode penelitian
Karena varians dinyatakan dalam unit kuadrat, maka sering dilihat varians
diubah menjadi deviasi standar/akar kuadrat dari varians yaitu merupakan ratarata penyimpangan akar kuadrat dari varian yang menunjukkan seberapa jauh
kemungkinan pengembalian aktual yang akan diperoleh menyimpang dari
pengembalian yang diharapkan dan dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
σi = √ Var (Ri)
Deviasi standar antara varians memiliki konsep yang sama, yaitu semakin
besar varians atau deviasi standar, semakin besar risiko investasi.
2.4.3 Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis
Dalam mengembangkan teori portofolio, Markowitz menyatakan bahwa
varians tingkat pengembalian sebagai alat ukur yang sesuai. Alat ukur risiko ini
dapat dipakai menjadi dua jenis risiko umum, yaitu risiko sistematis dan risiko
tidak sistematis.
20
Gambar 2.1 Tingkat risiko total/risiko sistematis & tidak sistematis
(Sumber : Fabozzi dan Modigliani, 2003:132)
Suad Husnan (2001) menyebutkan bahwa risiko yang selalu ada dan tidak
bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai risiko sistematis, sedangkan
risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut risiko tidak sistematis.
2.5
Metode Penetapan Harga Aktiva Modal / Capital Asset Pricing Model
(CAPM)
2.5.1 Definisi CAPM
Menurut Suad Husnan (2001) yaitu “Capital Assets Pricing Model
merupakan model untuk menentukan harga suatu asset. Model ini mendasarkan
diri pada kondisi equilibrium, tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal
suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut”
Menurut Drs. Abdul Halim (2005), “Capital Assets Pricing Model
(CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset pada kondisi
ekuilibrium”.
21
CAPM memberikan landasan intelektual bagi beberapa praktek sekarang
ini dalam industri investasi. Salah satu indikatornya adalah beberapa investor atau
lembaga keuangan mencoba menghitung dan menaksir beta dari saham-saham
yang dipergunakan di suatu bursa.
2.5.2 Asumsi-asumsi Penetapan Harga Aktiva Modal / Capital Asset Pricing
Model (CAPM)
Berikut ini adalah asumsi-asumsi CAPM yang dipergunakan :
1.
Tidak ada biaya transaksi. Dengan demikian pemodal bisa membeli atau
menjual sekuritas tanpa menanggung biaya transaksi.
2.
Investasi dapat dipecah-pecah (diversifikasi). Artinya, pemodal bisa
melakukan investasi sekecil apapun setiap jenis sekuritas
3.
Tidak ada pajak penghasilan
4.
Investor secara individual tidak bisa menentukan harga
5.
Pertimbangan investor adalah nilai yang diharapkan (expected value)
6.
Investor dapat melakukan short sales
7.
Investor daapt meminjam dan meminjamkan pada tingkat bunga yang
sama
8.
Investor memiliki pengharapan yang homogeny
9.
Semua asset dapat diperjualbelikan
22
2.5.3 Covarian dan Beta
a.
Covarian
Menurut Jogiyanto (2000) “Covarian merupakan alat ukur yang
menunjukkan arah pergerakan dua buah variablel yaitu antara pergerakan pasar
dengan pergerakan suatu sekuritas”.
Sekuritas dengan covarian positif artinya antara fluktuasi return sekuritas
dengan return pasar memiliki hubungan yang searah. Dengan demikian apabila
return pasar mengalami kenaikan, maka return suatu jenis sekuritas juga akan
mengalami kenaikan demikian juga sebaliknya.
Sedangkan sekuritas/saham dengan covarian negatif artinya antara
fluktuasi return sekuritas dengan return pasarnya memiliki hubungan yang
berlawanan arah. Sehingga apabila return pasar tersebut mengalami kenaikan
maka return sekuritas/saham akan turun, demikian sebaliknya.
Covarian dihitung dengan rumus sebagai berikut :
n
Cov (Ri Rm) =
b.
∑
i=1
[Ri - Ri].[Rm - Rm]
n-1
Beta / β (Risiko Sistematis / Systematic Risk)
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu saham terhadap risiko
suatu portofolio yang didiversifikasi secara baik, para pemodal tidak harus melihat
seberapa besar risiko saham tersebut apabila dimiliki secara terpisah, tapi dengan
mengukur risiko pasarnya dan menyebabkan pemodal harus mengukur kepekaan
saham terhadap perubahan pasar. Kepekaan tingkat keuntungan terhadap
23
perubahan-perubahan pasar biasa disebut dengan sebagai beta investasi. Definisi
beta menurut beberapa ahli :
Menurut Fabozzi (1999), “Beta merupakan indeks risiko sistematis suatu
aktiva atau suatu portofolio aktiva yang mengukur sensitivitas pengembalian
portofolio pasar.”
Menurut Suad Husnan (2001), “Beta adalah koefisien regresi antara dua
variable, yaitu kelebihan tingkat keuntungan suatu saham (excess return of
stock).”
Saham dengan beta lebih besar dari satu (>1) merupakan saham yang
sangat peka terhadap perubahan pasar dan sering disebut sebagai saham yang
agresif (aggressive stock) sebaliknya, jika beta lebih kecil dari satu (<1)
merupakan saham yang tidak peka terhadap perubahan pasar dan disebut sebagai
saham yang defensive (defensive stock).
Download