STRATEGI DAN KENDALA PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR Strategi Pengembangan Sumberdaya Air Suatu strategi pengembangan sumberdaya air dapat ditentukan dengan merumuskan tujuan-tujuan dari pengembangan sumberdaya air yang hendak dicapai. Perencanaan jangka panjang dalam Pengembangan Sumberdaya Air adalah merupakan sarana dasar mencapai tujuan yang berisi langkah-langkah sebagai berikut ini. 1. Iventarisasi sumberdaya air permukaan dan air tanah yang ada dengan suatu evaluasi kualitasnya. 2. Evaluasi kebutuhan air jangka menengah (5 tahunan) dan kebutuhan air jangka panjang dalam usaha menyelaraskan keseimbangan fisik, sosioekonomi dan lingkungan. 3. Susunan keseimbangan antara sumberdaya dan kebutuhan, pendeteksian daerah-daerah kritis beserta permasalahan yang ada sekarang dan masa mendatang. 4. Perumusan altematif skenario dan strategi untuk menyelesaikan permasalahan secara nasional, regional dan lokal. 5. Penentuan serta evaluasi skenario dan strategi yang berisi kelebihan dan kekurangannya, pengaruh sosial ekonomi dan lingkungan juga tentang keuntungan dan kerugiannya. 6. Menyeleksi skenario dan strategi yang paling tepat dalam penyelesaian masalah regional dan lokal. 7. Persetujuan skenario oleh seluruh penentu kebijaksanaan sentral dan regional. 8. Penentuan anggaran dan pelaksanaan bertahap di dalam kerangka kerja jangka menengah, untuk mengintegrasikan program yang direncanakan dari sektor-sektor yang berbeda. 9. Mengevaluasi penampilan perencanaan, modifikasi dan merubah jika diperlukan. 1 Tujuan umum jangka menengah dari pelaksanaan rencana adalah untuk menyelaraskan: 1. pembangunan lingkungan alami, mencakup keseimbangan kebutuhan dan perlindungan lingkungan, 2. kebutuhan air yang ada sekarang (kualitas dan kuantitas) dengan potensi pengguna air dalam optimasi kondisi-kondisi ekonomi. Pencapaian tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas tidak terlepas dari prinsip-prinsip berikut ini. Prinsip 1 Menjaga pengembangan sumberdaya air seiring dengan keseluruhan pembangunan sosial ekonomi dengan memperhatikan keragaman kenampakan sumberdaya air pada kondisi alamnya. Pengembangan ekonomi membutuhkan suatu pembangunan yang proporsional pada proyek-proyek infrastruktural dan produktif. Sedangkan pengeluaran pada bidang inftastruktur dapat menurunkan biaya aktifitas produksi langsung. Biaya produksi akan menurun dengan adanya penurunan harga infrastruktur hingga mencapai suatu nilai minimum yang hendak dicapai yang sangat dibutuhkan untuk pemenuhan output dan aktivitas produksi langsung. Untuk meningkatkan hasil produksi secara teknis dapat ditempuh dengan dua jalan berikut ini. 1) Penurunan kapasitas infrastruktur yang memerlukan biaya produksi langsung yang lebih tinggi. 2) Jika dilakukan peningkatan kapasitas infrasruktur, biaya produksi langsung harus dijaga pada tingkat yang rendah. Prinsip 2 Memperhatikan batas lingkungan a/am secara keseluruhan dengan penggunaan,yang rasional demi kepentingan masyarakat. 2 Sasaran dasar pengembangan sumberdaya air sebagai suatu kesatuan dari kepentingan sosial ekonomi adalah: 1) memaksimumkan standar kehidupan, 2) menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Potensi sumberdaya pada areal tertentu dapat disimpulkan sebagai suatu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara permanen. Sedangkan potensi air yang membentuk suatu kesatuan potensi sumberdaya dapat dicirikan oleh beberapa hal berikut: 1) debit tahunan air permukaan dan kuantitas air tanah, 2) hujan tahunan dan koefisien aliran, 3) debit minimum dan kurva durasi aliran, 4) kualitas air. Memperhatikan batas dari lingkungan hidup berarti pengembangan air harus dilaksanakan dengan pendekatan yang rasional dan penggunaan metode sistematis untuk mencapai tujuan pembangunan tanpa dampak lingkungan jangka panjang yang di luar batas toleransi. Prinsip 3 Memaksimumkan pengaruh positif dan meminimumkan pengaruh negatif Kendala Pengembangan Sumberdaya Air 1. Suatu kondisi kebutuhan air lebih besar dari ketersediaannya, adalah merupakan gambaran umum yang terjadi, yang pada dasarnya ketersediaan air tersebut baik yang berupa air tanah maupun air permukaan kesemuanya tergantung pada hujan. Sedangkan hubungan antara ketersediaan air dan kebutuhan akan air sering kali menunjukkan kontradiksi, sehingga sering dijumpai keadaan dimana kebutuhan air memuncak namum ketersediaan air sedikit. 2. Biaya operasi dan investasi rata-rata untuk tiap-tiap m 3 meningkat secara eksponensial. Kenaikan jumlah kebutuhan air yang semakin tinggi 3 menyebabkan dibutuhkannya pengaturan ketersediaan air dengan menggunakan sistem penampung air buatan. Seiring dengan peningkatan jumlah reservoir dapat mengakibatkan kenaikan harga investasi, biaya operasional dan perawatan. 3. Surplus air temporer yang menyebabkan penggunaan air berlebih yang pada saat itu secara ekonomi tidak memberikan pengaruh negatif, namum dapat menyebabkan terjadinya kekurangan air pada saat tertentu. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kekurangan air dapat diselesaikan dengan pelaksanaan operasi proyek-proyek pengairan. Sedangkan proyek yang sudah berjalan baik terkadang memberikan surplus air yang sebenarnya belum dibutuhkan. 4. Keseluruhan sumberdaya air yang tersedia telah digunakan sebelum efisiensi penghematan air dapat diterapkan. Salah satu cara menyelesaikan permasalahan kekurangan air adalah dengan pelaksanaan proyek baru seperti dalam gambar berikut ini. Keseimbangan aktif sumberdaya air dan kebutuhan Investasi dan konstruksi Kenaikan penggunaan air Keseimbangan pasif sumberdaya air dan kebutuhan Bagan tahapan penyelesaian permasalahan kekurangan air. Putaran tersebut terus diulang, sejalan dengan diusahakannya perluasan pengembangan sumberdaya air untuk areal yang lebih luas, hingga mencapai suatu tahap bahwa secara ekonorni penggunaan sumberdaya air masih cukup layak walaupun secara teknis efisiensi penghematan air belum dapat dilakukan. 4 PENGELOLAAN WILAYAH SUNGAI Permasalahan DPS Pengelolaan suatu wilayah sungai pada umumnya dengan maksud agar secara maksimal dapat dicapai beberapa tujuan yaitu pemanfaatan air, pengendalian banjir maupun menjaga kelestariannya untuk rrieningkatkan kesejahteraan serta memenuhi kebutuhan manusia yang tinggal di dalam Daerah Pengaliran Sungai. Seperti kita ketahui bahwa jumlah air yang bisa disediakan oleh suatu Daerah Pengaliran Sungai sangatlah tergantung pada keadaan alamnya. Di lain pihak masyarakat yang tinggal di dalam Daerah Pengalirart Sungai selalu mengalami pertumbuhan dan berkembang dalam segala bidang, sehingga mengakibatkan kebutuhan akan air semakin bertambah besar serta diperlukan pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu sudah saatnya diperlukan pemikiran-pemikiran secara rnendasar untuk lebih memantapkan pengelolaan sumber air agar tidak menimbulkan persaingan dan benturan berbagai kepentingan dikemudian hari. Bentuk rumusan dasar Pengembangan Wilayah Sungai Perencanaan pengelolaan sungai pada dasarnya berupa suatu proses untuk hal-hal berikut ini. 1. Memilih tujuan yang akan dicapai. 2. Pemahaman kondisi fisik DPS dan perangkat pengembangan. 3. Mencari cakupan dan ukuran suatu jenis pelayanan satuan-satuan kecil pengembangan sebagai elemen-elemen DPS. 4. Membuat metode suatu atau prosedur pengoperasian program-program atau proyek-proyek 5. Pengarahan manajemen untuk pemanfaatan optimum dari sumber daya 5 berdasar informasi hasil pengumpulan data. 6. Menjelaskan kriteria kemampuan personil untuk melaksanakan tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan, operasi bangunan, dan pemeliharaan. Rumusan perencanaan pengelolaan sungai mengarah kepada optimasi penggunaan kombinasi antara air, tanah dan lain-lain sumberdaya dalam DPS Pemanfaatan sumberdaya air dan tanah DPS untuk kebutuhan yang di identifikasi, disiapkan melalui kegiatan teknik didukung pembuatan struktur bangunan maupun usaha-usaha bukan dengan pembuatan bangunan (non structural measures). Rencana yang di buat bermaksud mengatur dinamika jumlah air yang tersedia, untuk suatu agihan penggunaan yang tepat, dalam skala tempat, waktu dan jenis kegiatan di DPS. Pengembangan yang maju setapak demi setapak dengan watak rekursif harus mampu memberi wadah optimasi kegiatan-kegiatan proyek, namun terkoordinasi sehingga hasil-hasil optimum di proyek-proyek akan tercermin dalam keragaan optimum di tingkat regional dan nasional. Pertumbuhan yang imbang antar unit-unit dalam DPS perlu dijamin, dan pengembangan DPS itu sendiri wajib mengacu pada tujuan yang semula ditetapkan mengingat kepentingan nasional. Rumusan perencanaan, secara prinsip adalah menemukan altematifalternatif dan melakukan evaluasi dengan studi banding antar altematif, selanjutnya memilih rencana-rencana program yang apabila diintegrasikan dalam berbagai tingkat wilayah pengembangan akan memberi konstribusi optimum bagi tujuan pengembangan. Dalam menangani pengembangan DPS secara rekursif, sistem perencanaan berbicara setiap waktu dan setiap tingkat dan pengembangan. Sistem perencanaan wajib berbicara mulai dan pemilihan cakupan suatu unit pengembangan kecil dan jenis perangkat yang dibutuhkan, mulai dari proyekproyek teknis sederhana, sampai pemilihan proyek-proyek untuk memasuki urutan prioritas dalam kerangka pengembangan DPS yang beracuan pada 6 orientasi pembangunan secara nasional. Makin tinggi kreatifltas perencanaan pembangunan untuk menciptakan, makin banyak altematif perencanaan yang dihasilkan, dan makin cepat peningkatan dayaguna air dalam satu sistem sungai. Alokasi dan perencanaan teknis proyek-proyek, merupakan langkah fundamental dalam perencanaan. Semua kemungkinan tentang proyek akan memiliki prospek dan kelayakan wajib diidentifikasi dan dipertimbangkan untuk menurunkan suatu rencana pengembangan yang jitu. Perencanaan komprehensif dalam konteks pengelolaan sungai memerlukan pengembangan program-program untuk alokasi dana, dan perencanaan proyek proyek yang berdaya guna optimum. Karena suatu pengembangan adalah proses rekursif maka perencanaan pengembangan secara rinci adalah proses kontinyu untuk membuat rangkaian program-program pembangunan dengan mengambil resiko secara sistematik, mengkoordinasi pelaksanaan program, dan secara kontinyu pula melakukan monitor untuk penilaian hasil-hasil, dikaitkan dengan sasaran perencanaan atau sasaran program. Perencanaan adalah untuk masa depan sehingga langkah penting dalam suatu perencanaan untuk masa depan bukanlah sekedar extrapolasi dari masa lampau, namun harus selalu dilandasi aktivitas intensif untuk eksplorasi kemungkinan-kemungkinan, jadi perencanaan perlu mampu membangun aitematif-altematif masa depan. Altematif-altematif harus jelas, dan dapat dibandingkan kelebihan dan kekurangannya antara yang satu dengan yang lainnya. Perencanaan garis besar jangka panjang dibuat secara deskriptif kualitatif dan selanjutnya perencanaan pembangunan fisik termasuk penyiapan personil bersifat lebih spesifik serta memerlukan kuantifikasi. Perencanaan pengembangan sumberdaya air akan bersifat efektif apabila berorientasi kepada cita-cita sosial-ekonomi suatu bangsa. Pemanfaatan 7 sumberdaya air harus dipandang sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan lain dalam kerangka utuh. Apabila pembangunan mengacu kepada sistem sungai, kaitan antar kegiatan pengembangan dapat dijelaskan dengan rinci sesuai sifat sumberdaya air dalam jaringan sungai yang memiliki karakteristik beragam dan bersifat dinamik. Untuk mendapatkan pertumbuhan pengembangan yang serasi, beberapa hal pokok yang tidak dapat lepas dari ikatan sistem sungai, dengan sumberdaya alamya adalah sebagai berikut ini. 1) Zonasi pemukirnan. 2) Pengembangan pusat-pusat perdagangan, dan industri. 3) Jaringan transportasi. 4) Pusat-pusat kornunikasi dan pelayanan. 5) Konservasi sumberdaya non-hayati maupun hayati dan estetka. 6) Semua kegiatan produksi yang berciri erat dengan pemakaian air (termasuk produksi pertanian). Cakupan kegiatan pengelolaan sungai adalah kegiatan-kegiatan untuk optimasi pembuatan dan pengoperasian dari berbagai sub-sistem tata bangunan dan tata kegiatan dalam DPS, berupa topik-topik sebagai berikut ini. 1. Suplai air untuk rumah tangga dan industri, hal ini rnenyangkut: a) pengembangan sumberdaya air permukaan, b) pengembangan sumberdaya air tanah, c) pengembangan sumberdaya air pantai sepanjang perbatasan DPS dengan laut, d) pengembangan air dekat muara yang terkena pengaruh intrusi air laut. 2. Penanganan masalah-masalah banjir yang berurusan dengan beberapa jenis pokok kegiatan yaitu: a) pengendalian banjir, rnenyangkut perbaikan dan pengaturan sungai, b) konservasi tanah dan pengendalian erosi, c) pengelolaan DPS pada aspek tataguna lahan. 8 3. Irigasi dan drainasi meliputi persoalan: a) produksi pangan, bahan pakain, hasil-hasil perkebunan, b) reklamasi tanah daerah rendah maupun dataran tinggi, c) pengendalian kegaraman pada tanah. 4. Transportasi air yang meliputi: a) navigasi di sungai-sungai besar, b) pembuatan saluran untuk lalulintas air, c) masalah pelabuhan dan pantainya. 5. Pembangkit tenaga akan berhubungan dengan kegiatan-kegiatan. a) pembangkit listrik tenaga air (PLTA), b) tampungan untuk kebutuhan puncak, c) tenaga pasang surut. 6. Pengembangan sumberdaya rekreasi dan turisme menyangkut masalah: a) pengendalian kondisi lingkungan dan ekosistem, b) pencegahan polusi dan teknik penyehatan, c) konservasi keindahan alam. 7. Pengembangan perikanan. 8. Pengendalian pencemaran air. Pengelolaan sungai pada hakekatnya mengatur pendayagunaan air dalam DPS. Pendayagunaan air dalam DPS rnenyangkut aspek luas dan ketepatan pengembangan DPS berpengaruh langsung terhadap kegiatan dan kesejahteraan penduduk di dalamnya. Untuk lebih jelasnya pengembangan DPS harus rnempunyai perhatian mendalam terhadap fungsi ekosistem DPS, dengan segala aspek yang terkandung di dalamnya. Aspek-aspek tersebut yaitu bukan berpaling kepada nilai-nilai ekonomi, namun berwawasan nilai-nilai sosial, estetika, potensi rekreasi, dan nilai-nilai keseimbangan ekologis yang semuanya menjadi cerminan keseimbangan lingkungan secara utuh. Produk usaha pengelolaan sungai harus secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan, ditambah ciri estetik serta menjaga keseimbangan lingkungan. 9 Pendekatan Wilayah Sungai Pada 40 atau 50 tahun yang lalu manusia seolah-olah yakin bahwa air merupakan hadiah secara cuma-cuma dari alam, dan konsep tentang rencana pengembangan dan pengaturan air/sumber-sumber air dikembangkan secara luas. Sejalan dengan perkembangan alam maka dalam sistem pengaturan air (sungai) selalu mamakai 3 (tiga) tingkat/tahapan yaitu sebegai berikut ini. Tahapan Supplay-Oriented Umumnya berlaku pada sungai-sungai yang belum dilakukan pengaturan di mana jumlah air masih berlimpah sehingga semua kebutuhan akan air dapat terpenuhi tanpa harus melakukan modifikasi terhadap keadaan alamnya. Sungai-sungai yang dapat dikatagorikan dalam tahapan ini misainya sungai yang berada di Papua. Tahapan Resources-Oriented. Tahapan ini terjadi akibat meningkatnya kebutuhan akan air serta bertambahnya berbagai pelayanan dengan memanfaatkan air dan sumber-sumber air Dalam keadaan demikian diperlukan pengelolaan terhadap Wilayah Sungai dalam rangka pengembangan guna memenuhi beberapa kebutuhan yaitu mengarah pada pengembangan wilayah secara multiguna. Sebagai contoh adalah sungai-sungai di Kalimantan, Sulawesi dan lain sebagainya. Tahapan Demand-Oriented Bila telah mencapai tahapan ini maka keadaan sudah cukup kritis karena pengaturan dan pengembangan pada daerah pengaliran sungai sudah mencapai puncak kemampuannya sehingga air akan merupakan benda ekonomi yang sangat penting dan mahal harganya. Sebagai contoh adalah sungai-sungai di Jawa dan Sumatera. 10 Dari gambaran di atas terlihat bahwa pada tahap supply-oriented pengambilan manfaat air masih secara individu atau sektoral. Sedangkan pada tahapan Resources-oriented dan demand-oriented sudah memerlukan suatu penanganan secara komprehensif dan integrated dalam wilayah sungai tersebut sehingga dalam penanganan tersebut hams memperhatikan semua unsur-unsur yang memerlukan untuk dikembangkan. Oleh karena itu suatu pendekatan pengembangan suatu wilayah (regional development approach) bagi usaha-usaha pengembangan sumber-sumber air merupakan pendekatan yang paling efektif dan paling efesien dalam memanfaatkan sumber-sumber air yang ada secara optimal guna memenuhi sebanyak mungkin kebutuhan. Sehubungan hal tersebut maka maksud dari suatu pengembangan wilayah sungai (river basin development) dapat diartikan suatu pegembangan wilayah (regional development) dengan wilayah sungai (river basin) sebagai wilayah pengembangannya. Pendekatan ini mempakan pendekatan menyeluruh terhadap wilayah sungai sebagai suatu satuan wilayah pengembangan mulai mata air sampai muara. Konsepsi ini menuju pada keseimbangan bagi seluruh wilayah sungai yang akan memurtgkinkan terpeliharanya kelestarian wilayah yang bensangkutan. 11