BAB 111. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Perrnintaan Permintaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi itu,pendapatan nominal , harga komoditi lain dan citra rasa individu. Apabila pendapatan nomina1,citra rasa dan harga komoditi lain dianggap tetap ( asumsi ceritas paribus ) maka diperoleh kurva permintaan individu. Permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor yang menentukan permintaan individu dan jumlah pembeli komoditi tersebut dipasar. Hubungan terbalik antara harga dan jumlah permintaan yang tercermin pada kurva permintaan yang mempunyai kemiringan negatif. Dengan pengecualian kasus yang sangat jarang, kurva permintaan selalu 1 <milv mempunyai kemiringan yang menurun. Hal ini dianggap sebagai hukum permintaan. Harga P ' Kuantum Q Gambar3. Fungsi Permintaan dan Penawaran Didalam teori permintaan dikenal beberapa istilah seperti berikut: - Utilitas ; Individu meminta sesuatu komoditi tertentu untuk memperoleh tingkat kepuasan atau utilitas yang didapatkan dari mengkosumsi komoditi tersebut. Meskipun utilitas total meningkat dengan mengkonsumsi lebih banyak, namun utilitas marjinal yang diterima dari mengkonsumsi tiap unit tambahan komoditi biasanya menurun. Pada tingkat konsumsi tertentu, utilitas akan mencapai maksimum dan utilitas marjinal memjadi nol. Inilah yang dinamakan titik jenuh. Tambahan unit-unit komoditi tersebut akan menyebabkan utilitas total menurun dan utilitas marjinal menjadi negatif. - Kurva indiferen: Kurva indiferen menunjukkan berbagai kombinasi dari komoditi X dan Y yang dikonsumsi dan menghasilkan utilitas atau tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen. Kurva indiferen yang tinggi menunjukkan jumlah kepuasan yang makin besar dan sebaliknya kurva yang lebih rendah menunjukkan jumlah kepuasan yang lebih kecil. Kurva indiferen mempunyai tiga sifat dasar, pertama mempunyai kemiringan negatif, kedua cembung terhadap titik no1 dan yang terakhir kurva indiferen tidak saling berpotongan.Kurva konsumsi- pendapatan dan kurva Engel: Dengan mengubah pendapatan konsumen yang berbentuk uang dan citra rasa serta harga barang X dan Y dipertahankan tetap, maka diperoleh kurva konsumsi-pendapatan dan kurva Engel. Kurva konsumsi-pendapatan adalah tempat titik-titik ekuilibrium konsumen dengan berubahnya pendapatan. Kurva Engel memperlihatkan jumlah komoditi yang ingin dibeli konsumen pada periode tertentu dengan adanya perubahan - pendapatan. Kurva konsumsi pendapatan Makanan I \, \ \ ---Non makanan . .. - Gambar 4. Kurva Konsumsi Pendapatan 3.2 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga merupakan salah satu unsur permintaan akhir dari produk domestik yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi dan ditambah dengan produk-produk impor. Data PDB Indonesia menunjakkan bahwa nilai tambah bruto yang terserap untuk konsumsi rumah tangga cukup besar yakni 57.8 O/O di tahun 1994 dan terus meningkat mencapai 73.9 O/O ditahun 1999. Besaran ini menunjukkan tingginya pangsa pasar yang diakibatkan oleh besarnya jurnlah penduduk Indonesia. Jumlah konsurnsi rumah tangga di DKI Jakarta tercatat sebesar 45.0 O/O O/O di tahun 1996 dan rneningkat menjadi 50.8 di tahun 1999. Pola konsumsi rumah tangga banyak sekali ditentukan oleh besarnya pendapatan dan menurut Engel (hukum), makin rniskin satu keluarga akan rnenyebabkan makin besar bagian pengeluaran untuk keperluan rnakanan. Hal tersebut terlihat dari pola konsurnsi antara rnasyarakat desa dan kota dimana pengeluaran untuk rnakanan rnasyarakat desa sebesar 63.6 rnasyarakat kota sebesar 49.8 O/O O/O dan ditahun 1993. Pada saat masyarakat mengalarni rnasa-rnasa krisis pola tersebut bergerak naik rnenjadi 70.2 untuk masyarakat desa dan 56.2 O/O O/O untuk masyarakat kota. Konsurnsi adalah tindakan rnanusia yang akhirnya rnenyebabkan turunnya atau hilangnya ' nilai yang berfaedah " dari barang tersebut. Lawan dari konsurnsi, produksi adalah usaha rnanusia untuk rnenambah " nilai yang berfaedah " dari barang. Dalam ilrnu ekonomi arti konsumsi ada sedikit berbeda dengan arti pemakaian. Bahan- bahan makanan,minuman kayu bakar dan sejenisnya yang habis terpakai dan tidak dapat dipergunakan lagi sesudah digunakan, barang-barang tersebut dinarnakan barang-barang pernakaian atau barang-barang terpakai sekali. Sedangkan barang-barang seperti pakaian, rumah, meja kursi dan sejenisnya merupakan barang-barang guna keperluan konsumsi. Barang-barang tersebut lazim didalam ilmu ekonomi dinamakan " barang-barang penggunaan" atau barang-barang terpakai lama. Dalam melaksanakan SBH, konsumsi rumah tangga diartikan sebagai tindakan rumah tangga dalam menggunakan pendapatannya untuk mendapatkan barang atau jasa yang langsung dikonsumsi. Bukan jumlah pembeliannya yang diukur tetapi jumlah barang atau jasa yang dibeli dan benar-benar dikonsumsi. Untuk memperoleh data tersebut maka dalam pelaksanaan SBH dipakai dua pendekatan, pertama pendekatan konsumsi ( consumtion appoach ) dan kedua pendekatan penyerahan ( delivery appoach ) . Menurut teori perilaku konsumen ( Theory of consumer behavior ) konvensional mengansumsikan bahwa seseorang individu yang berdasarkan selera atau preperensi-preperensi tertentu atas serangkaian barang ( fungsi utilitas ) akan selalu memaksimumkan kepuasannya dari mengkonsumsi barang atau jasa yang ditawarkan , sesuai dengan keterbatasan pendapatan dan harga relatif dari masing-masing barang dan jasa tersebut. Pandangan Keynes tentang corak masyarakat yang berhubungan dengan konsumsi, menyebutkan ada 3 dasar yang selalu dilakukan : - Jika pendapatan rnasyarakat naik, rnaka konsumsi pun akan naik, akan tetapi kenaikannya tidak sebanyak kenaikan pendapatan. - Setiap kenaikan pendapatan akan tersalur untuk penambahan konsumsi dan investasi atau tabungan. - Kenaikan pendapatan jarang rnenyebabkan rnenurunnya konsumsi dan investasi. Y = C + I(atauS) LIY = A C + A 1 Dirnana : Y = pendapatan C = konsumsi A Y = penambahan pendapatan A C = penambahan konsumsi I= S = investasi atau tabungan A S = penambahan tabungan Jadi ada bagian penarnbahan pendapatan yang digunakan untuk rnenambah konsurnsi atau terjadi perimbangan penambahan konsumsi dari bertambahnya pendapatan ( marginal propensity to consume, MPC = A C / A Y ) dan bagian lain digunakan untuk investasi ( marginal propensity to save,MPS = A S / A Y ). Besarnya multiplier kegiatan ekonomi yang diakibatkan tindakan berkonsumsi rnasyarakat akan sebesar k = 11 MPS atau k = 1/ ( 1 - MPC ) Uraian lebih lanjut rnenerangkan bahwa ada beberapa faktor yang mernpengaruhi besar kecilnya MPC yang terbentuk, diantaranya: Sifat hemat dari masyarakat ; semakin hernat masyarakat maka - MPCnya semakin kecil. Pembagian pendapatan nasional; Jika tambahan pendapatan jatuh - ketangangolongan masyarakat yang sudah berpenghasilan tinggi (high income bracket), maka tambahan pendapatan tidak banyak mempengaruhi MPC. Sebaliknya kalau penambahan pendapatan jatuh ke tangan kolompok berpenghasilan rendah ( low income bracket), maka MPC nya menjadi besar. - Harapan mengenai perobahan harga ( price expectation ).Jika seseorang mengharapkan adanya penurunan harga barang-barang konsumsi dimasa mendatang, maka pengeluaran konsumsi akan ditangguhkan sehingga MPC nya mengecil. Sebaliknya , kalau seseorang memperkirakan harga barang konsumsi akan terus meningkat, maka segera pendapatannya akan dibelanjakan untuk konsumsi sehingga MPCnya akan naik. - Keawetan barang-barang konsumsi. Barang-barang konsumsi yang dapat disimpan lama akan mempengaruhi kecepatan untuk rnengeluarkan pendapatannya terhadap barang tersebut, sehingga MPC nya menjadi kecil. - Struktur pajak. Kalau pajak menekan kelompok masyarakat, maka dengan sendirinya MPC akan menjadi kecil. 3.2.1 Makanan Jadi Makanan jadi adalah produk olahan yang merupakan bagian dari produk makanan yang siap dikonsumsi masyarakat tanpa harus melalui pengolahan lagi. Produk tersebut bukan merupakan kebutuhan utama masyarakat, tetapi kehadirannya diperlukan mengingat sebagian anggota rumah tangga melakukan kegiatan sehari hari diluar rumah dengan waktu kegiatan yang cukup panjang. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan akan makanan jadi menjadi besar. Makanan jadi dihasilkan oleh sektor industri, seperti rokok, minuman ringan, permen, biskuit dan lainnya. Jenis makanan ini memerlukan jasa angkutan dan jasa perdagangan untuk sampai ke konsumen. Kaitan tersebut menggambarkan rentetan perjalanan panjang dari produk tersebut dihasilkan sampai dapat dinikmati oleh masyarakat. Dengan bertambahnya konsumsi pada jenis makanan tersebut tentunya akan mendorong serangkaian kegiatan ekonomi sektor lainnya dan tentunya menambah kesempatan kerja bagi penduduk. Wilayah pemasaran produk tersebut tidak terbatas pada tempat berdirinya usaha , tetapi melebar bahkan sampai keluar negeri. Disamping itu, produk makanan jadi dihasilkan oleh sektor perdagangan seperti produk- produk dari rumah makan, restoran , makanan jajanan dan sejenisnya yang langsung bisa melayani kebutuhan rumah tangga di tempat usahanya. Dilihat dari pengelolaan usaha makanan jadi, kegiatan tersebut memerlukan modal usaha yang besar serta menggunakan teknologi yang tinggi, tetapi usaha ini juga bisa dijalankan dengan modal usaha yang kecil dan tingkat ketrampilan yang sederhana, sehingga semua kalangan masyarakat dapat masuk kedalam usaha tersebut. Disamping itu usaha makanan jadi mempunyai perputaran modal yang cepat terutama pada makanan jadi yang dihasilkan oleh sektor perdagangan. Lokasi usaha bisa tetap, tetapi banyak produk dari usaha makanan jadi dijajakan dari rumah kerumah atau dari satu tempat ke tempat lain. 3.3 Harga Barang dan Jasa Harga dari barang dan jasa merupakan pembatas lain dari pilihan seseorang untuk mengkonsumsi barang atau jasa. Harga itu sendiri merupakan titik temu antara kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar. Dengan menggunakan kondisi ini, maka akan didapat besaran untuk Q ( kuantum barang yang diminta) serta P harga kesepakatan yang terjadi di pasar dari barang yang diminta. Secara matematis gambaran tersebut dapat diperoleh sebagai berikut: Supply : dt = a1 pt + et Demand: qdr = b2pt + b3yt + u t Bentuk model sederhana : alb3/(al-b2) st = ~t + ( a ~ u t-b2 e t ) / ( a l p t = b 3 / ( a 1 - b ~ ) ~ t + ( u- et t ) / ( a l - 2 ) b2 ) = n 1 2 yt+vlt = n12yt + v ~ t a1 = Zytqt/Zpt yt dan dimana : q = jumlah kuantum barang yang diminta pt = harga barang y al = pendapatan . b2 , b3 et , ut = parameter = galat Harga akan bergerak naik atau turun karena beberapa sebab diantaranya: - perubahan harga yang hanya berlangsung pada musim-musim tertentu ( seasonal) - perubahan harga yang disebabkan oleh depresiasi nilai tukar uang - perubahan rate pajak tak langsung ( inderect tax rate ) - penyesuain harga yang besar dan tak berkala yang dilakukan baik oleh sektor swasta maupun pernerintah Disamping itu ada unsur-unsur diluar dari harga barang atau jasa itu sendiri yang menyebabkan berubahnya harga barang atau jasa tersebut diantaranya : - perubahan rate pajak terhadap barang atau jasa - harga bahan baku produksi ( priceshocks) - harga energi dan biaya tranportasi - kenaikan harga karena kelangkaan pasokan ( supplyshortage) Ada beberapa penurunan fungsi permintaan yang dikaitkan dengan harga diantaranya, penurunan fungsi perrnintaan Marshall. Untuk menurunkan fungsi permintaan biasa (q ) menurut Marshall, dipertahankan anggaran pendapatan Mo menjadi tetap dan harga-harga dari q dapat ber-ubah-ubah. Pada tingkat harga yang lebih tinggi PI (PI > Po ) , garis anggaran berlereng lebih curam dan konsumen menyesuaikan pernbelian G dan q untuk mencapai tingkat keseimbangan baru pada tingkat kepuasan yang lebih rendah U1, dimana konsumen akan mengkonsurnsi q sebanyak q unit. Kombinasi (q , dan PI ) merupakan titik kedua dari fungsi permintaan biasa Marshall . Titik ketiga pada fungsi permintaan diperoleh dengan harga q yaitu P2 yang lebih rendah dari Po (P2 < Po ). Kemudian kendala anggaran menyinggung garis tingkat kepuasan yang lebih tinggi U2. sehingga terbentuklah keseimbangan pada titik y . Dengan menghubungkan titik-titik x,o dan y akan diperoleh kurva permintaan Marshall. Penurunan fungsi permintaan lainnya yang dikembangkan oleh Hicks yang dikenal dengan istilah penurunan Compensated atau Hicksian Demand. Untuk mendapatkan fungsi tersebut , maka perlu dipertahankan tingkat kepuasan yang tetap (UO konstan ), tetapi harga q berubah-ubah. Agar individu bisa mempertahankan tingkat kepuasannya pada tingkat semula UO, maka individu tersebut harus menambah pendapatannya . Dalam kasus ini dibiarkan terjadinya perubahan pendapatan sesuai dengan keinginan agar kepuasan semula dapat dipertahankan. Itulah sebabnya dipakai istilah compensated yang berarti pergantian kehilangan pendapatan. Kurva permintaan Marshall \ - u1 0 b Gambar5. Kurva Permintaan Marshall dan Hich . Y 3.3.1 Elastisitas Harga dan Pendapatan lumlah kornoditi yang dirninta akan bergeser naik atau turun tergantung dari bergeraknya harga barang itu dan pendapatan konsurnen. Sifat pergerakan perrnintaan tersebut dapat diamati dengan rnenghitung koefisien elastisitas. Koefisien elastisitas harga permintaan (e) diperoleh dengan mengukur persentase perubahan jumlah komoditi yang diminta perunit waktu karena adanya pergeseran persentase perubahan harga tertentudari komoditi tersebut. e =(AQ/Q)/(AP/P) dimana : e =(AQ/AP)(P/Q) = koefisien elastisitas harga permintaan Q = Jumlah barang yang diminta A Q = perubahan jumlah barang yang diminta P = harga dari barang AP = perubahan harga barang Perrnintaan disebut : elastis jika e>1 inelastis jika e < 1 elastis uniter e = 1 Pergeseran jurnlah permintana atas kornoditi tertentu (X) juga bisa diakibatkan oleh adanya perubahan harga dari barang yang lain (Y). Pengukuran pergeseran tersebut dapat dilihat dengan rnenggunakan koefisien elastisitas silang. Koefisien elastisitas silang dari permintaan kornoditi X terhadap kornoditi Y ( ,e ) diperoleh dengan rnengukur persentase perubahan jurnlah X yang dibeli per unit waktu akibat adanya perubahan pada harga komoditi Y dan dapat diformulakan sebagai berikut : ew = ( A dirnana: ,e Qx / A Py)(py /Qx) = elastisitas silang dari perrnintaan kornoditi X terhadap perubahan harga komoditi Y AQ , = perubahan permintaan kornoditi X A P , = Perubahan harga kornoditi Y P, = Harga kornoditi Y Q = Jurnlah permintaan komoditi X Pergeseran jumlah perrnintaanatas kornoditas tertentu (X) tidak hanya diakibatkan oleh bergesernya harga, baik harga dari barang tersebut rnaupun harga barang lainnya, tetapi perrnintaan juga bisa berubah akibat adanya perubahan pendapatan. Koefisien elastisitas dari perrnintaan kornoditas X dengan adanya perubahan pendapatan dapat ditulis sebagai berikut : exm= (AQx/Qx)/ ( A M/M) = ( A Qx/A M ) / (M/Qx) Dirnana : ex, = elastisitas dari perrnintaan kornoditi X terhadap perubahan pendapatan A Q, = perubahan perrnintaan kornoditi X A M = perubahan pendapatan Q = jumlah permintaan komoditi X M = pendapatan Ada beberapa jenis formula AIDS untuk demand elastisitas yaitu : 7 1=+[P,I ( income elasticities ) +2pi2/09(; ) + I EY = ( x Y / w i ) - 1 EY = ( r y / w 1 ) - 1 ( uncompensated own price elasticities ) ( uncompensated cross price elasticities ) Ey = r y { $ [ P l ~+ 2 P u l o g ( ; ))+w, -1 ( Compensated own price elasticities) EY = r y { $ [ P i l + 2 P 1 2 l o g ( $ ))+w ( compensated cross price elasticities) 3.4 Ciri dari Rumah Tangga 3.4.1 Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga rnerupakan salah satu ciri yang dirniliki rurnah tangga yang berpengaruh besar terhadap pola konsumsi rumah tangga tersebut. Pada hasil survey rumah tangga biasanya pendapatan rumah tangga didekati dengan total pengeluaran rurnah tangga. Hal tersebut dilakukan karena catatan pendapatan rurnah tangga yang dikumpulkan secara langsung banyak menemui hambatan. Dengan menggunakan ciri ini maka akan didapat fungsi permintaan terhadap pendapatan dari barang dan jasa, khususnya untuk makanan jadi. Nilai pendapatan juga dapat ditemui pada salah satu hasil penghitungan PDB dengan istilah pendapatan per kapita, tetapi hitungan tersebut bukan mencerminkan pendapatan murni dari rumah tangga. Angka tersebut merupakan gabungan pendapatan nasional atau regional yang diperoleh dari penghitungan seluruh nilai tambah nasional atau regional yang dibagi oleh banyaknya penduduk. 3.4.2 Ciri Lain dari Rumah Tangga Ciri-ciri lain yang dimiliki rumah tangga seperti jumlah anggota rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja dan usia kepala rumah tangga dan lokasi tempat tinggal rumah tangga merupakan preperensi- preperensi rumah tangga yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran rumah tangga dalam berkonsumsi, khususnya untuk makanan jadi. Data tersebut diperoleh dari hasil SBH 1996 dimana setiap rumah tangga yang terpilih dalam survey memiliki ciri tertentu. 3.4.3 Wilayah Tempat Tinggal dari Rumah Tangga Pola konsumsi masyarakat akan terbentuk akibat besarnya pengaruh pendapatan dan harga dari barang atau jasa yang dikonsumsi. Tetapi besarnya pengaruh lingkungan perlu dilihat, mengingat DKI Jakarta yang dibagi kedalam 5 wilayah tingkat 11, tentunya ada kebiasaan- kebiasaan masyarakat atau kondisi tertentu yang akan mempengaruhi keinginan untuk mengkonsumsi makanan jadi. Dalam bahasan nanti akan dilihat pola konsumsi makanan jadi masyarakat per wilayah yang akan dikaitkan dengan jumlah pendapatan dan ciri lain dari rumah tangga. 3.5 Dampak Multiplier dari Usaha Makanan Jadi Makanan jadi merupakan bentuk panganan olahan yang siap untuk dikonsumsi tanpa melalui proses pengolahan lagi. Jenis makanan ini sangat banyak dan beragam bentuk dan rasanya. Dengan banyaknya keragaman jenis dari panganan ini mengakibatkan satu usaha sulit untuk menguasai pasar secara luasdan tingkat persaingan usaha sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan para pengusaha makanan jadi umumnya sukar untuk menaikkan harga jual produknya mana kala terjadi kenaikan biaya produksi. Kondisi ini dapat ditunjukkan dengan besarnya tingkat inflasi selama tahun 1996 dan 1997 sebesar nol. Ada beberapa produk dari makanan jadi dikuasai oleh beberapa usaha dengan wilayah pemasaran sangat luas. Produk tersebut seperti rokok , minuman ringan yang sering mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi. Hal tersebut bisa dilakukan pengusaha karena pasar yang dimiliki sangat luas dan hanya beberapa usaha saja yang menghasilkan jenis produk yang sama sehingga perusahaan tersebut dapat menyesuaikan harga jualnya tanpa atau tidak banyak mempertimbangkan perusahaan sejenis lainnya.Tetapi, baik produk makanan jadi yang mempunyai jaringan luas atau jaringan pemasarannya hanya terbatas pada wilayah tertentu. Masing-masing kegiatan tersebut tentunya akan memiliki rentetan dampak terhadap jenis usaha lain yang mempunyai kaitan dengan usaha makanan jadi. Makanan jadi yang dihasilkan oleh usaha industri tentunya memerlukan jasa distribusi untuk memasarkan produknya sehingga sampai ketangan rumah tangga. Jadi dengan bertambah besar porsi konsumsi rumah tangga akan produk tersebut, maka diperlukan tambahan jasa distribusi berupa usaha angkutan, perdagangan dan jasa lainnya. Dengan gambaran tersebut tentunya penambahan permintaan akan barang tersebut merupakan peluang bertambah dalam penyerapan tenaga kerja baru. 3.6 Tenaga Kej a Dalarn ilrnu ekonorni istilah "tenaga kerja" rnernpunyai arti yang berlainan dengan arti yang lazirn digunakan orang dalarn percakapan sehari-hari. Tenaga kerja adalah suatu alat kekuasaan manusia baik yang berupa tenaga jasrnani ( tenaga fisik ) rnaupun yang berupa tenaga rohani ( buah pikiran ) yang ditujukan kepada usaha produksi. Jadi pengerahan tenaga kerja yang tidak ditujukan kepada usaha produksi, tidak dapat dianggap sebagai tenaga kerja. Keperluan hidup seseorang akan barang dan jasa sebagian besar tidak akan diperoleh sebagai anugerah alam. Kebutuhan manusia akan diperoleh dengan jalan bekerja baik secara langsung rnaupun tidak langsung. Dalam sejarah, penghargaan masyarakat atas bekerja selalu berubah-ubah. Pendirian rnasyarakat terhadap masalah ini tergantung dari tingkat peradaban, sifat dari rnasyarakat, agarna dan lainnya. Sifat tenaga kerja berlainan dengan sifat barang karena tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dari manusia. Kedua, tenaga kerja tidak seperti barang yang dapat disimpan untuk menunggu keadaan pasar. Tenaga kerja yang tidak dapat dijual hari ini, tidak akan berharga ( labour will not keep ). Ketiga, tenaga kerja sifatnya kurang dapat bergerak dari satu tempat keternpat lain. Keernpat, kernampuan atau kekuatan bekerja dari seseorang tergantung dari kesehatan badan sehingga kemampuan seseorang kurang tepat untuk dibandingkan dengan mesin atau alat produksi lainnya. Kelima, kernampuan bekerja seseorang bisa dipertinggi dengan diberikan pelatihan. Keenam, kernarnpuan bekerja seseorang dipengaruhi oleh suasana lingkungan seperti hubungan antara atasan dan bawahan, organisasi perusahaan dan lainnya. Terakhir kemampuan bekerja seseorang tergantung dari keinginan orang tersebut. Disarnping itu ada beberapa pandangan tentang nilai dari suatu pekerjaan. Menurut aliran mercantilisme yang berpendirian bahwa suatu pekerjaan itu baru dapat dinamakan produktif, apabila pekerjaan itu dapat rnenarnbah kekayaan didalam usaha perdagangan, industri atau memasukkan logarn mulia kedalarn negeri. Paharn physiokratisrne berpendirian bahwa pekerja petanilah yang produktif, karena hanya petanilah yang dapat mendatangkan hasil lebih dari usaha pertaniannya. Adam Smith berpendirian lain, ia menyatakan bahwa pekerjaan yang mendatangkan barang-barang yang nyata saja yang dapat dianggap produktif. Sebaliknya J.B Say dan F. List berpendirian bahwa jasa dari seseorangpun dapat dikatakan pekerjaan produktif. Pandangan tersebut merupakan pandangan lama tentang nilai dari suatu pekerjaan dan menurut pandangan sekarang , suatu pekerjaan dapat dikatakan produktif apabila pekerjaan itu dapat menambah kekayaan nasional. Cara pandang itupun bisa berbeda antara buruh dan rnajikan . Buruh menganggap pekerjaan itu baru bisa dianggap produktif apabila penghargaan atas pekerjaan tersebut lebih tinggi dari tenaga yang dicurahkan. Sedangkan dari sudut pandang majikan, pekerjaan itu baru dipandang produktif kalau pekerjaan itu dapat mendatangkan keuntungan. rnenyangkut tentang pepandangan Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang balas jasa terhadapnya rnerupakan salah satu kornponen input primer . Sesuai dengan asumsi dasar model 1-0, rnaka tenaga kerja memiliki hubungan linear dengan output. Hal ini berarti bahwa naik turunnya turunnya output disuatu sektor akan berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja sehingga jumlah tenaga kerja yang bisa terserap menjadi: dimana : L* = Kebutuhan tenaga kerja yang dipengaruhi permintaan akhir ( Vector) L = [:1 0 Li 0 = matriks diagonal koefisien tenaga kerja ( I - A )-' F = output yang dipengaruhi permintaan akhir