Pola Konsumsi dan Pengembangan Usaha di DKI

advertisement
BAB 111. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Perrnintaan
Permintaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli
individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau
tergantung pada harga komoditi itu,pendapatan nominal , harga komoditi lain
dan citra rasa individu. Apabila pendapatan nomina1,citra rasa dan harga
komoditi lain dianggap tetap ( asumsi ceritas paribus ) maka diperoleh kurva
permintaan individu.
Permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor
yang menentukan permintaan individu dan jumlah pembeli komoditi tersebut
dipasar. Hubungan terbalik antara harga dan jumlah permintaan yang
tercermin pada kurva permintaan
yang mempunyai kemiringan negatif.
Dengan pengecualian kasus yang sangat jarang, kurva permintaan selalu
1 <milv
mempunyai kemiringan yang menurun. Hal ini dianggap sebagai hukum
permintaan.
Harga P
'
Kuantum Q
Gambar3. Fungsi Permintaan dan Penawaran
Didalam teori permintaan dikenal beberapa istilah seperti berikut:
-
Utilitas ; Individu meminta sesuatu komoditi tertentu untuk
memperoleh tingkat kepuasan atau utilitas yang didapatkan dari
mengkosumsi komoditi tersebut.
Meskipun utilitas total meningkat
dengan mengkonsumsi lebih banyak, namun utilitas marjinal yang
diterima dari mengkonsumsi tiap unit tambahan komoditi biasanya
menurun.
Pada tingkat konsumsi tertentu, utilitas akan mencapai
maksimum dan utilitas marjinal memjadi nol. Inilah yang dinamakan
titik jenuh. Tambahan unit-unit komoditi tersebut akan menyebabkan
utilitas total menurun dan utilitas marjinal menjadi negatif.
- Kurva indiferen: Kurva indiferen menunjukkan berbagai kombinasi dari
komoditi X dan Y yang dikonsumsi dan menghasilkan utilitas atau
tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen. Kurva indiferen yang
tinggi menunjukkan jumlah kepuasan yang makin besar dan
sebaliknya kurva yang lebih rendah menunjukkan jumlah kepuasan
yang lebih kecil. Kurva indiferen mempunyai tiga sifat dasar, pertama
mempunyai kemiringan negatif, kedua cembung terhadap titik no1 dan
yang terakhir
kurva indiferen tidak
saling
berpotongan.Kurva
konsumsi- pendapatan dan kurva Engel: Dengan mengubah
pendapatan konsumen yang berbentuk uang dan citra rasa serta
harga barang X dan Y dipertahankan tetap, maka diperoleh kurva
konsumsi-pendapatan dan kurva Engel. Kurva konsumsi-pendapatan
adalah tempat titik-titik ekuilibrium konsumen dengan berubahnya
pendapatan. Kurva Engel memperlihatkan jumlah komoditi yang ingin
dibeli konsumen pada periode tertentu dengan adanya perubahan
-
pendapatan.
Kurva konsumsi
pendapatan
Makanan
I
\, \ \ ---Non makanan
.
..
-
Gambar 4. Kurva Konsumsi Pendapatan
3.2 Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga merupakan salah satu unsur permintaan akhir
dari produk domestik yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi dan ditambah
dengan produk-produk impor. Data PDB Indonesia menunjakkan bahwa nilai
tambah bruto yang terserap untuk konsumsi rumah tangga cukup besar yakni
57.8
O/O
di tahun 1994 dan terus meningkat mencapai 73.9
O/O
ditahun 1999.
Besaran ini menunjukkan tingginya pangsa pasar yang diakibatkan oleh
besarnya jurnlah penduduk Indonesia. Jumlah konsurnsi rumah tangga di DKI
Jakarta tercatat sebesar 45.0
O/O
O/O
di tahun 1996 dan rneningkat menjadi 50.8
di tahun 1999.
Pola konsumsi rumah tangga banyak sekali ditentukan oleh besarnya
pendapatan dan menurut Engel (hukum), makin rniskin satu keluarga akan
rnenyebabkan makin besar bagian pengeluaran untuk keperluan rnakanan.
Hal tersebut terlihat dari pola konsurnsi antara rnasyarakat desa dan kota
dimana pengeluaran untuk rnakanan rnasyarakat desa sebesar 63.6
rnasyarakat kota sebesar 49.8
O/O
O/O
dan
ditahun 1993. Pada saat masyarakat
mengalarni rnasa-rnasa krisis pola tersebut bergerak naik rnenjadi 70.2
untuk masyarakat desa dan 56.2
O/O
O/O
untuk masyarakat kota.
Konsurnsi adalah tindakan rnanusia yang akhirnya rnenyebabkan
turunnya atau hilangnya ' nilai yang berfaedah " dari barang tersebut. Lawan
dari konsurnsi, produksi adalah usaha rnanusia untuk rnenambah " nilai yang
berfaedah " dari barang. Dalam ilrnu ekonomi arti konsumsi ada sedikit
berbeda dengan arti pemakaian. Bahan- bahan makanan,minuman kayu
bakar dan sejenisnya yang habis terpakai dan tidak dapat dipergunakan lagi
sesudah digunakan, barang-barang tersebut dinarnakan barang-barang
pernakaian atau barang-barang terpakai sekali. Sedangkan barang-barang
seperti pakaian, rumah, meja kursi dan sejenisnya merupakan barang-barang
guna keperluan konsumsi. Barang-barang tersebut lazim didalam ilmu
ekonomi dinamakan " barang-barang penggunaan" atau barang-barang
terpakai lama.
Dalam melaksanakan SBH, konsumsi rumah tangga diartikan sebagai
tindakan
rumah tangga dalam menggunakan pendapatannya untuk
mendapatkan barang atau jasa yang langsung dikonsumsi. Bukan jumlah
pembeliannya yang diukur tetapi jumlah barang atau jasa yang dibeli dan
benar-benar dikonsumsi. Untuk memperoleh data tersebut maka dalam
pelaksanaan SBH dipakai dua pendekatan, pertama pendekatan konsumsi
( consumtion appoach ) dan kedua pendekatan penyerahan ( delivery
appoach ) .
Menurut teori perilaku konsumen ( Theory of consumer behavior )
konvensional mengansumsikan bahwa seseorang individu yang berdasarkan
selera atau preperensi-preperensi tertentu atas serangkaian barang ( fungsi
utilitas ) akan selalu memaksimumkan kepuasannya dari mengkonsumsi
barang atau jasa yang ditawarkan , sesuai dengan keterbatasan pendapatan
dan harga relatif dari masing-masing barang dan jasa tersebut.
Pandangan Keynes tentang corak masyarakat yang berhubungan dengan
konsumsi, menyebutkan ada 3 dasar yang selalu dilakukan :
-
Jika pendapatan rnasyarakat naik, rnaka konsumsi pun akan naik,
akan tetapi kenaikannya tidak sebanyak kenaikan pendapatan.
-
Setiap kenaikan pendapatan akan tersalur untuk penambahan
konsumsi dan investasi atau tabungan.
-
Kenaikan pendapatan jarang rnenyebabkan rnenurunnya konsumsi
dan investasi.
Y
= C
+
I(atauS)
LIY = A C + A 1
Dirnana : Y = pendapatan
C = konsumsi
A Y = penambahan pendapatan
A C = penambahan konsumsi
I= S = investasi atau tabungan A S = penambahan tabungan
Jadi ada bagian penarnbahan pendapatan yang digunakan untuk
rnenambah konsurnsi atau terjadi perimbangan penambahan konsumsi dari
bertambahnya pendapatan ( marginal propensity to consume, MPC = A C /
A Y ) dan bagian lain digunakan untuk investasi ( marginal propensity to
save,MPS =
A S
/
A Y ).
Besarnya multiplier kegiatan ekonomi yang
diakibatkan tindakan berkonsumsi rnasyarakat akan sebesar k = 11 MPS
atau k = 1/ ( 1 - MPC )
Uraian lebih lanjut rnenerangkan bahwa ada beberapa faktor yang
mernpengaruhi besar kecilnya MPC yang terbentuk, diantaranya:
Sifat hemat dari masyarakat ; semakin hernat masyarakat maka
-
MPCnya semakin kecil.
Pembagian pendapatan nasional; Jika tambahan pendapatan jatuh
-
ketangangolongan masyarakat yang sudah berpenghasilan tinggi
(high income bracket), maka tambahan pendapatan tidak banyak
mempengaruhi MPC. Sebaliknya kalau
penambahan pendapatan
jatuh ke tangan kolompok berpenghasilan rendah ( low
income
bracket), maka MPC nya menjadi besar.
- Harapan mengenai perobahan harga ( price expectation ).Jika
seseorang mengharapkan adanya penurunan harga barang-barang
konsumsi dimasa mendatang, maka pengeluaran
konsumsi akan
ditangguhkan sehingga MPC nya mengecil. Sebaliknya
,
kalau
seseorang memperkirakan harga barang konsumsi akan terus
meningkat, maka segera pendapatannya
akan dibelanjakan untuk
konsumsi sehingga MPCnya akan naik.
- Keawetan barang-barang konsumsi. Barang-barang konsumsi yang
dapat disimpan lama akan mempengaruhi kecepatan untuk
rnengeluarkan pendapatannya terhadap barang tersebut, sehingga
MPC nya menjadi kecil.
-
Struktur pajak. Kalau pajak menekan kelompok masyarakat, maka
dengan sendirinya MPC akan menjadi kecil.
3.2.1 Makanan Jadi
Makanan jadi adalah produk olahan yang merupakan bagian dari produk
makanan yang siap dikonsumsi masyarakat tanpa harus melalui pengolahan
lagi. Produk tersebut bukan merupakan kebutuhan utama masyarakat, tetapi
kehadirannya diperlukan
mengingat sebagian anggota rumah tangga
melakukan kegiatan sehari hari diluar rumah dengan waktu kegiatan yang
cukup panjang. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan akan makanan jadi
menjadi besar.
Makanan jadi dihasilkan oleh sektor industri, seperti rokok, minuman
ringan, permen, biskuit dan lainnya. Jenis makanan ini memerlukan jasa
angkutan dan jasa perdagangan untuk sampai ke konsumen. Kaitan tersebut
menggambarkan rentetan perjalanan panjang dari produk tersebut dihasilkan
sampai dapat dinikmati oleh masyarakat. Dengan bertambahnya konsumsi
pada jenis makanan tersebut tentunya akan mendorong serangkaian kegiatan
ekonomi sektor lainnya dan tentunya menambah kesempatan kerja bagi
penduduk. Wilayah pemasaran produk tersebut tidak terbatas pada tempat
berdirinya usaha
, tetapi
melebar bahkan sampai keluar negeri. Disamping
itu, produk makanan jadi dihasilkan oleh sektor perdagangan seperti produk-
produk dari rumah makan, restoran , makanan jajanan dan sejenisnya yang
langsung bisa melayani kebutuhan rumah tangga di tempat usahanya.
Dilihat dari pengelolaan usaha makanan jadi,
kegiatan tersebut
memerlukan modal usaha yang besar serta menggunakan teknologi yang
tinggi, tetapi usaha ini juga bisa dijalankan dengan modal usaha yang kecil
dan tingkat ketrampilan yang sederhana, sehingga semua kalangan
masyarakat dapat masuk kedalam usaha tersebut. Disamping itu usaha
makanan jadi mempunyai perputaran modal yang cepat terutama pada
makanan jadi yang dihasilkan oleh sektor perdagangan. Lokasi usaha bisa
tetap, tetapi banyak produk dari usaha makanan jadi dijajakan dari rumah
kerumah atau dari satu tempat ke tempat lain.
3.3 Harga Barang dan Jasa
Harga dari barang dan jasa merupakan pembatas lain
dari pilihan
seseorang untuk mengkonsumsi barang atau jasa. Harga itu sendiri
merupakan titik temu antara kekuatan permintaan dan penawaran yang
terjadi dipasar.
Dengan menggunakan kondisi ini, maka akan didapat
besaran untuk Q ( kuantum barang yang diminta) serta P harga kesepakatan
yang terjadi di pasar dari barang yang diminta. Secara matematis gambaran
tersebut dapat diperoleh sebagai berikut:
Supply :
dt
= a1 pt + et
Demand:
qdr
= b2pt
+
b3yt + u t
Bentuk model sederhana :
alb3/(al-b2)
st =
~t
+ ( a ~ u t-b2 e t ) / ( a l
p t = b 3 / ( a 1 - b ~ ) ~ t + ( u- et t ) / ( a l
-
2
)
b2 ) = n 1 2 yt+vlt
= n12yt + v ~ t
a1 = Zytqt/Zpt yt
dan
dimana : q
= jumlah kuantum barang yang diminta
pt = harga barang
y
al
= pendapatan
. b2 , b3
et , ut
= parameter
= galat
Harga akan bergerak naik atau turun karena beberapa sebab diantaranya:
-
perubahan harga yang hanya berlangsung pada musim-musim
tertentu ( seasonal)
-
perubahan harga yang disebabkan oleh depresiasi nilai tukar uang
-
perubahan rate pajak tak langsung ( inderect tax rate )
-
penyesuain harga yang besar dan tak berkala yang dilakukan baik
oleh sektor swasta maupun pernerintah
Disamping itu ada unsur-unsur diluar dari harga barang atau jasa itu
sendiri yang menyebabkan berubahnya harga barang atau jasa tersebut
diantaranya :
- perubahan rate pajak terhadap barang atau jasa
- harga bahan baku produksi ( priceshocks)
- harga energi dan biaya tranportasi
- kenaikan harga karena kelangkaan pasokan ( supplyshortage)
Ada beberapa penurunan fungsi permintaan yang dikaitkan dengan harga
diantaranya, penurunan fungsi perrnintaan Marshall. Untuk menurunkan
fungsi permintaan biasa (q ) menurut Marshall, dipertahankan anggaran
pendapatan Mo menjadi tetap dan harga-harga dari q dapat ber-ubah-ubah.
Pada tingkat harga yang lebih tinggi PI (PI > Po ) , garis anggaran berlereng
lebih curam dan konsumen menyesuaikan pernbelian G dan q untuk
mencapai tingkat keseimbangan baru pada tingkat kepuasan yang lebih
rendah U1, dimana konsumen akan mengkonsurnsi q sebanyak q
unit.
Kombinasi (q , dan PI ) merupakan titik kedua dari fungsi permintaan biasa
Marshall .
Titik ketiga pada fungsi permintaan diperoleh dengan harga q yaitu
P2
yang lebih rendah dari Po (P2 < Po ). Kemudian kendala anggaran
menyinggung garis tingkat kepuasan yang lebih tinggi U2. sehingga
terbentuklah keseimbangan pada titik y
. Dengan menghubungkan titik-titik
x,o dan y akan diperoleh kurva permintaan Marshall.
Penurunan fungsi permintaan lainnya yang dikembangkan oleh Hicks
yang dikenal dengan istilah penurunan Compensated atau Hicksian Demand.
Untuk mendapatkan fungsi tersebut
,
maka perlu dipertahankan tingkat
kepuasan yang tetap (UO konstan ), tetapi harga q berubah-ubah. Agar
individu bisa mempertahankan tingkat kepuasannya pada tingkat semula UO,
maka individu tersebut harus menambah pendapatannya
.
Dalam kasus ini
dibiarkan terjadinya perubahan pendapatan sesuai dengan keinginan agar
kepuasan semula dapat dipertahankan. Itulah sebabnya dipakai istilah
compensated yang berarti pergantian kehilangan pendapatan.
Kurva permintaan
Marshall
\
-
u1
0
b
Gambar5. Kurva Permintaan Marshall dan Hich
.
Y
3.3.1 Elastisitas Harga dan Pendapatan
lumlah kornoditi yang dirninta akan bergeser naik atau turun tergantung
dari bergeraknya harga barang itu dan pendapatan konsurnen. Sifat
pergerakan perrnintaan tersebut dapat diamati dengan rnenghitung koefisien
elastisitas. Koefisien elastisitas harga permintaan (e) diperoleh dengan
mengukur persentase perubahan jumlah komoditi yang diminta perunit waktu
karena adanya pergeseran persentase perubahan harga tertentudari komoditi
tersebut.
e =(AQ/Q)/(AP/P)
dimana :
e
=(AQ/AP)(P/Q)
= koefisien elastisitas harga permintaan
Q = Jumlah barang yang diminta
A Q = perubahan jumlah barang yang diminta
P = harga dari barang
AP = perubahan harga barang
Perrnintaan disebut : elastis jika
e>1
inelastis jika e < 1
elastis uniter e = 1
Pergeseran jurnlah permintana atas kornoditi tertentu (X) juga bisa
diakibatkan oleh adanya perubahan harga dari barang yang lain (Y).
Pengukuran pergeseran tersebut dapat dilihat dengan rnenggunakan
koefisien elastisitas silang. Koefisien elastisitas silang dari permintaan
kornoditi X terhadap kornoditi Y ( ,e
) diperoleh dengan rnengukur
persentase perubahan jurnlah X yang dibeli per unit waktu akibat adanya
perubahan pada harga komoditi Y dan dapat diformulakan sebagai berikut :
ew = ( A
dirnana:
,e
Qx / A
Py)(py
/Qx)
= elastisitas silang dari perrnintaan kornoditi X terhadap
perubahan harga komoditi Y
AQ
, = perubahan permintaan kornoditi X
A P
, = Perubahan harga kornoditi Y
P, = Harga kornoditi Y
Q = Jurnlah permintaan komoditi X
Pergeseran jumlah perrnintaanatas kornoditas tertentu (X) tidak hanya
diakibatkan oleh bergesernya harga, baik harga dari barang tersebut rnaupun
harga barang lainnya, tetapi perrnintaan juga bisa berubah akibat adanya
perubahan pendapatan. Koefisien elastisitas dari perrnintaan kornoditas X
dengan adanya perubahan pendapatan dapat ditulis sebagai berikut :
exm= (AQx/Qx)/
( A M/M)
= ( A Qx/A
M ) / (M/Qx)
Dirnana :
ex, = elastisitas dari perrnintaan kornoditi X terhadap perubahan
pendapatan
A Q, = perubahan perrnintaan kornoditi X
A M = perubahan pendapatan
Q = jumlah permintaan komoditi X
M = pendapatan
Ada beberapa jenis formula AIDS untuk demand elastisitas yaitu :
7 1=+[P,I
( income elasticities )
+2pi2/09(; ) + I
EY = ( x Y / w i ) - 1
EY = ( r y / w 1 ) - 1
( uncompensated own price elasticities )
( uncompensated cross price elasticities )
Ey = r y { $ [ P l ~+ 2 P u l o g ( ; ))+w,
-1
( Compensated own price elasticities)
EY = r y { $ [ P i l + 2 P 1 2 l o g ( $
))+w
( compensated cross price elasticities)
3.4 Ciri dari Rumah Tangga
3.4.1 Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga rnerupakan salah satu ciri yang dirniliki
rurnah tangga yang berpengaruh besar terhadap pola konsumsi rumah
tangga tersebut. Pada hasil survey rumah tangga biasanya pendapatan
rumah tangga didekati dengan total pengeluaran rurnah tangga. Hal tersebut
dilakukan karena catatan pendapatan rurnah tangga yang dikumpulkan
secara langsung banyak menemui hambatan. Dengan menggunakan ciri ini
maka akan didapat fungsi permintaan terhadap pendapatan dari barang dan
jasa, khususnya untuk makanan jadi.
Nilai pendapatan juga dapat ditemui pada salah satu hasil penghitungan
PDB dengan istilah pendapatan per kapita, tetapi hitungan tersebut bukan
mencerminkan pendapatan murni dari rumah tangga. Angka tersebut
merupakan gabungan pendapatan nasional atau regional yang diperoleh dari
penghitungan seluruh nilai tambah nasional atau regional yang dibagi oleh
banyaknya penduduk.
3.4.2 Ciri Lain dari Rumah Tangga
Ciri-ciri lain yang dimiliki rumah tangga seperti jumlah anggota rumah
tangga, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja dan usia kepala rumah
tangga dan lokasi tempat tinggal rumah tangga
merupakan preperensi-
preperensi rumah tangga yang dapat mempengaruhi besar kecilnya
pengeluaran rumah tangga dalam berkonsumsi, khususnya untuk makanan
jadi. Data tersebut diperoleh dari hasil SBH 1996 dimana setiap rumah
tangga yang terpilih dalam survey memiliki ciri tertentu.
3.4.3 Wilayah Tempat Tinggal dari Rumah Tangga
Pola konsumsi masyarakat akan terbentuk akibat besarnya pengaruh
pendapatan dan harga dari barang atau jasa yang dikonsumsi. Tetapi
besarnya pengaruh lingkungan perlu dilihat, mengingat DKI Jakarta yang
dibagi kedalam 5 wilayah tingkat 11, tentunya ada kebiasaan- kebiasaan
masyarakat atau kondisi tertentu yang akan mempengaruhi keinginan untuk
mengkonsumsi makanan jadi. Dalam bahasan nanti akan dilihat pola
konsumsi makanan jadi masyarakat per wilayah yang akan dikaitkan dengan
jumlah pendapatan dan ciri lain dari rumah tangga.
3.5 Dampak Multiplier dari Usaha Makanan Jadi
Makanan jadi merupakan bentuk panganan olahan yang siap untuk
dikonsumsi tanpa melalui proses pengolahan lagi. Jenis makanan ini sangat
banyak dan beragam bentuk dan rasanya. Dengan banyaknya keragaman
jenis dari panganan ini mengakibatkan satu usaha sulit untuk menguasai
pasar secara luasdan tingkat persaingan usaha sangat tinggi. Hal tersebut
menyebabkan para pengusaha makanan jadi umumnya sukar untuk
menaikkan harga jual produknya mana kala terjadi kenaikan biaya produksi.
Kondisi ini dapat ditunjukkan dengan besarnya tingkat inflasi selama tahun
1996 dan 1997 sebesar nol.
Ada beberapa produk dari makanan jadi dikuasai oleh beberapa usaha
dengan wilayah pemasaran sangat luas. Produk tersebut seperti rokok
,
minuman ringan yang sering mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi.
Hal tersebut bisa dilakukan pengusaha karena pasar yang dimiliki sangat luas
dan hanya beberapa usaha saja yang menghasilkan jenis produk yang sama
sehingga perusahaan tersebut dapat menyesuaikan harga jualnya tanpa atau
tidak banyak mempertimbangkan perusahaan sejenis lainnya.Tetapi, baik
produk makanan jadi yang mempunyai jaringan luas atau jaringan
pemasarannya hanya terbatas pada wilayah tertentu. Masing-masing
kegiatan tersebut tentunya akan memiliki rentetan dampak terhadap jenis
usaha lain yang mempunyai kaitan dengan usaha makanan jadi.
Makanan jadi yang dihasilkan oleh usaha industri tentunya memerlukan
jasa distribusi untuk memasarkan produknya sehingga sampai ketangan
rumah tangga. Jadi dengan bertambah besar porsi konsumsi rumah tangga
akan produk tersebut, maka diperlukan tambahan jasa distribusi berupa
usaha angkutan, perdagangan dan jasa lainnya. Dengan gambaran tersebut
tentunya penambahan permintaan akan barang tersebut merupakan peluang
bertambah dalam penyerapan tenaga kerja baru.
3.6 Tenaga Kej a
Dalarn ilrnu ekonorni istilah "tenaga kerja" rnernpunyai arti yang berlainan
dengan arti yang lazirn digunakan orang dalarn percakapan sehari-hari.
Tenaga kerja adalah suatu alat kekuasaan manusia baik yang berupa tenaga
jasrnani ( tenaga fisik ) rnaupun yang berupa tenaga rohani ( buah pikiran )
yang ditujukan kepada usaha produksi. Jadi pengerahan tenaga kerja yang
tidak ditujukan kepada usaha produksi, tidak dapat dianggap sebagai tenaga
kerja.
Keperluan hidup seseorang akan barang dan jasa sebagian besar tidak
akan diperoleh sebagai anugerah alam. Kebutuhan manusia akan diperoleh
dengan jalan bekerja baik secara langsung rnaupun tidak langsung. Dalam
sejarah,
penghargaan masyarakat atas bekerja selalu berubah-ubah.
Pendirian rnasyarakat terhadap masalah ini tergantung dari tingkat
peradaban, sifat dari rnasyarakat, agarna dan lainnya.
Sifat tenaga kerja berlainan dengan sifat barang karena tenaga kerja
tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Kedua, tenaga kerja tidak seperti barang yang dapat disimpan untuk
menunggu keadaan pasar. Tenaga kerja yang tidak dapat dijual hari ini,
tidak akan berharga ( labour will not keep ).
Ketiga, tenaga kerja sifatnya kurang dapat bergerak dari satu tempat
keternpat lain.
Keernpat, kernampuan atau kekuatan bekerja dari seseorang tergantung
dari kesehatan badan sehingga kemampuan seseorang kurang tepat
untuk dibandingkan dengan mesin atau alat produksi lainnya.
Kelima, kernampuan bekerja seseorang bisa dipertinggi dengan diberikan
pelatihan.
Keenam, kernarnpuan bekerja seseorang dipengaruhi oleh suasana
lingkungan seperti hubungan antara atasan dan bawahan, organisasi
perusahaan dan lainnya.
Terakhir kemampuan bekerja seseorang tergantung dari keinginan orang
tersebut.
Disarnping itu ada beberapa pandangan tentang nilai dari suatu
pekerjaan. Menurut aliran mercantilisme yang
berpendirian bahwa suatu
pekerjaan itu baru dapat dinamakan produktif, apabila pekerjaan itu dapat
rnenarnbah kekayaan didalam usaha perdagangan, industri atau memasukkan
logarn mulia kedalarn negeri. Paharn physiokratisrne berpendirian bahwa
pekerja petanilah yang produktif, karena hanya petanilah yang dapat
mendatangkan hasil lebih dari usaha pertaniannya. Adam Smith berpendirian
lain, ia menyatakan bahwa pekerjaan yang mendatangkan barang-barang
yang nyata saja yang dapat dianggap produktif. Sebaliknya J.B Say dan F.
List berpendirian bahwa jasa dari seseorangpun dapat dikatakan pekerjaan
produktif.
Pandangan tersebut merupakan pandangan lama tentang nilai dari suatu
pekerjaan dan menurut pandangan sekarang
,
suatu pekerjaan dapat
dikatakan produktif apabila pekerjaan itu dapat menambah kekayaan
nasional. Cara pandang itupun bisa berbeda antara buruh dan rnajikan
.
Buruh menganggap pekerjaan itu baru bisa dianggap produktif apabila
penghargaan atas pekerjaan tersebut lebih tinggi dari tenaga yang
dicurahkan.
Sedangkan dari sudut pandang majikan, pekerjaan itu baru
dipandang produktif kalau pekerjaan itu dapat mendatangkan keuntungan.
rnenyangkut tentang pepandangan
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang balas jasa
terhadapnya rnerupakan salah satu kornponen input primer . Sesuai dengan
asumsi dasar model 1-0, rnaka tenaga kerja memiliki hubungan linear dengan
output. Hal ini berarti bahwa naik turunnya turunnya output disuatu sektor
akan berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja sehingga jumlah tenaga
kerja yang bisa terserap menjadi:
dimana :
L* = Kebutuhan tenaga kerja yang dipengaruhi permintaan akhir
( Vector)
L =
[:1
0
Li
0
= matriks diagonal koefisien tenaga kerja
( I - A )-' F = output yang dipengaruhi permintaan akhir
Download