ROSUVASTATIN: A HIGHLY POTENT STATIN FOR THE PREVENTION AND MANAGEMENT OF CARDIOVASCULAR DISEASE Prof.DR.Dr. Djanggan Sargowo, SpPD, SpJP(K), FIHA, FACC, FAPSC FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Ringkasan Sejak penemuan metabolit dan jamur yang dapat menghambat HMG-CoA reduktase pada tahun 1976, secara cepat statin menjadi pemuka dalam pengobatan untuk menurunkan Low Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-C). Pada saat yang sama pedoman pengobatan menyarankan tindakan yang lebih agresif untuk memperbaiki prognosis coronary heart disease (CHD) dengan menurunkan LDL-C. Dikarenakan sifat kimiawinya yang unik, ikatan thermodinamik yang lebib baik, metabolisme oleh sitokrom P450 3A4 yang terbatas, rosuvastatin calcium memiliki tingkat keamanan yang sebanding dengan statin yang beredar di pasar tetapi dengan efikasi yang berbeda. Melihat sifat kimianya, GALAXY program membuat evaluasi komprehensif tentang efikasi, keamanan, dan cost-effectiveness dari rosuvastatin pada individu dengan bermacam diagnosa klinis, patofisiologi, dan etnis. Sebagai hasil dari Justification of the Use of statin in Primary prevention: an Intervention Trial Evaluating Rosuvastatin (JUPITER) study menghasilkan bukti mengenai penggunaan rosuvastatin pada individu dengan faktor resiko CHD, seperti peningkatan kadar C-reactive protein. Tulisan ini memberi evaluasi komprehensif mengenai sifat kimia, effikasi, keamanan, dan mendiskusikan perannya di masa depan dalam manajemen CHD dan aterosklerosis. Summary Since the identification of a tungal metabolite that Inhibits HMG-CoA reduuctase in 1976, statins have emerged rapidly as the global leader in pharmacotherapeutics designed to lower low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C). In conjunction, practice guidelines have recommended Increasingly aggressive measures to improve coronary heart disease (CHD) outcomes by lowering IDL-C. By virtue of unique chemical characteristics, enhanced binding thermodynamics and limited cytochrome P450 3A4 metabolism, rosuvostatin calcium has a safety profile in line with currently marketed statins, but a different efficacy profile. Mirroring this chemical profile, the GALAXY program represents a comprehensive evaluation of the efficacy, safety and cost-effectiveness of rosuvastatin in individual represanting various clinical diagnoses, pathophysiological states and ethnicities. Also results from the justification for the Use of statins In Primary prevention: on Intervention Trial Evaluating Rosuvastatin (JUPITER) study could provide further evidence for the use of rosuvastatin in individuals with traditional and emerging CHD risk factors, such as an elevated high sensitivity C-reactive protein level. This review will provide a comprehensive evaluation of the chemistry, clinical efficacy, safety and tolerability of rosuvastatin, and discuss the future role in the management of CHD and atherosklerosis. 2 I. Pendahuluan Coronary Heart Disease (CHD) menyebabkan 1.2 juta infark miokard (MI) dan 650.000 kematian per tahun di USA, menyebabkan CHD sebagai penyebab kematian nomor satu pada pria dan wanita amerika.CHD bertangguug jawab sebagai penyebab hampir 30% kematian di dunia. Hubungan antara kolesterol dengan aterosklerosis awalnya diketahui pada awal tahun 1900 ketika ahli kimia dari Jerman Adolph Windaus menemukan bahwa atheromatous plague dari aorta manusia mengandung konsentrasi kolestorol 20 kali lebih tinggi dari pada aorta normal. Setelah itu ahli patologi asal Rusia Nikolai Anitschov pertama kali menggunakan hewan coba untuk aterosklerosis dengan cara memberi makanan tinggi kolestrol pada kelinci. Tahun 1955, ahli biofisika John Gofman menggunakan ultra-sentrifugasi untuk memisahkan lipoprotein plasma berdasarkan kepadatannya, dan menemukan hubungan resiko MI dengan peningkatan kadar Low Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-C). Setelah itu, hipotesis lipid mengatakan bahwa penigkatan kadar LDL-C, meningkatan kadar triaglycerols (TGs), dan rendahnya kadar High Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C) berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya CGD. Dua dekade kemudian, 1976, Penemuan Jepang Akira Endo menemukan metabolit jamur mampu menghambat sintesis kolesterol dengan cara menghambat enzim 3-hydroxy-3methylglutaryl coenzyme A reduktase, menghasilkan statin yang pertama, mevastatin. Sejak peluncurannya di pasar tahun 1986, statin menjadi obat pilihan untuk hiperkolesterolemia dan digunakan lebih dan 25 juta orang di seluruh dunia. II. Peran Statin Pada Hiperkoleserol Pada banyak penelitian tentang statin, penurunan LDL-C berhubungan dengan penurunan 30% resiko terkena CHD dalam 5 tahun. Sejak rekomendasi Adult Treament Panel (ATP) yang pertama pada tahun 1988, diterbitkan pedoman yang berfokus pada manajemen agresif untuk peningkatan LDL-C pada populasi beresiko CHD. Berdasarkan pedoman dari National Cholesterol Education Panel (NCEP) 2001 / ATP-III, pasien dengan CHD, aterosklerosis 3 non-koroner, diabetes mellitus, atau memiliki lebih dari dua cardiac risk factor dengan Framingham Risk Score lebih dari 20% adalah kandidat dengan target LDL-C paling agresif dengan target kurang dan 100mg/dL. Selain itu, Heart Protection Study (HIPS) dan Pravastatin or Atorvastatin Evaluation and Infection Therapy (PROVE-IT) melaporkan bahwa terjadi penurunan hingga 16% resiko CHD pada LDL-C di bawah 100 mg/dL pada pasien dengan resiko tinggi. Hasilnya, perkembangan ini diajukan sebagai pedoman 2001. Sebagai target tambahan, LDL-C di bawah 70 mg/dL direkomendasikan bagi pasien yang sangat berisiko terkena kasus koroner, termasuk CHD yang disertai aterosklerosis non koroner, atau DM, atau dengan Framingham Risk Score lebih dari 20%. Lebih jauh lagi, individu dengan 2 atau lebih faktor resiko dan dengan Framingham Risk Score lebih dari 20% sebaiknya memiliki target, LDL-C di bawah 100 mg/dL. Meskipun rekomendasi dari NCEP/ATP-III telah dilaksanakan pada 90% pasien yang diterapi, hanya terjadi penurunan 20-35% kejadian CHD pada percobaan acak. Lebih dari itu, sekitar 15% pasien dengan IMA memiliki LDL-C di bawah 100 mg/dL. Pada tercobaan Treating to New Targets (TNT) secara acak pada 10.001 pasien dengan dosis tinggi (80 mg/hari) atau dosis rendah (10 mg/hari) atorvastatin menunjukkan penurunan 2.2% resiko absolute dan 22% resiko relatif pada kejadian CHD pada pasien yang menerima dosis tinggi. Kadar LDL-C rata rata sekitar 77 mg/dL pada pasien dengan dosis tinggi statin dengan 100 mg/dL pada pasien dengan dosis rendah statin, menunjukkan bahwa penurunan IDL-C yang lebih agresif lebih menjanjikan. Lebih jauh lagi, studi oleh PROVE-IT menunjukkan kadar LDL-C yang tercapai terbagi dalam empat kelompok: 80-100 mg/dl (14%), 60-80 mg/dl (31%), 40-60 mg/dl (34%), dan kurang dari 40 mg/dl (11%). Pasien dengan LDL-C kurang dari 40 mg/dl (hazard ratio [HR]: 0.61) dan 40-60 mg/dl (HR: 0.67) memiliki angka kejadian penyakit jantung termasuk MI yang lebih sedikit (p < 0.01) dibandingkan dengan grup lainnya. Data ini menunjukkan pentingnya penurunan LDL-C yang agresif dalam menurunkan resiko CHD dan peran penting dari target non-LDL-C seperti HDL-C, dan mendukung penggunaan terapi farmakologi yang lebih agresif. Pembahasan 4 ini akan merangkum pengalaman klinis dengan statin yang lebih poten, rosuvastatin, pada manajemen aterosklerosis. Gambar 1. NCEP/ATP III Guidelines Untuk Manajemen Kolesterol (Kapor NK, Erct, I(2), 2007) III. Statin Terbaru : Rosuvastatin Calcium Rosuvastatin calcium (Crestor, Astra Zeneca) adalah statin sintesis terbaru ang disetujui oleh US FDA dan badan pengawasan lainnya di tahun 2003 sebagai terapi untuk non-familial hyperkolesterolemia, familial hyperkholesterolemia, dan mixed dyslipidemia. Dengan data klinis yang terus berkembang, rosuvastatin muncul sebagai pilihan untuk mencapai target kadar LDL-C yang agresif. 5 1. Struktur Kimia HMG-CoA reductase mengkatalisis perubahan HMG-CoA ke mevalonate, awal dari biosistesis kolesterol. Rosuvastatin calcium adalah bis [(E)-7-[4-(4 flourophenyl)-6-isopropyl-1-[methyl (methylsulfonyl) amino] pyrimidin-5-yl] (3R,5S)-3,S-dihydroxyhept-6-enoic acid] calcium salt. Rumus empirisnya adalah [(C22H27FN3)6S2] Ca. Molekul ini memiliki lipophilicity yang rendah dengan koefisien partial (octanol sampai dengan air) di 0.13 pada pH 7.0. Senyawa hydrophilic seperti rosuvastatin dan pravastatin, memiliki difusi pasif yang lebih rendah terhadap membran sel. Selain itu organic anion transport polypeptide-C proteins (OATP) mengatur kemapuan menyerap hepar, kolon, dan ginjal terhadap rosuvastatin dan pravastatin pada keadaan ATP-dependent. Tiga karakter kimia yang unik dari rosuvastatin menghasilkan kemampuan lebih terhadap HMG-CoA reductase. Pertama, penambahan pada dihydroxyheptonic acid side chain yang umum pada semua jenis statin, rosuvastatin memiliki fluorinated phenyl group dan polar methane sulphonamide group menghasilkan banyak sisi untuk aktivitas terhadap HMG-CoA reductase. Yang kedua, atorvastatin dan rosuvastatin memiliki entalpi ikat yang lebih kuat terhadap HMG-CoA reductase. Entalpi ikat mengacu pada kekuatan interaksi antara inhibitor dan enzim target. Kedua statin ini adalah satu-satunya anggota dan kelasnya yang membentuk ikatan hidrogen dengan hydroxyl group dari Ser565 pada HMG-CoA reductase. Jarak ikatan hidrogen yang lebih pendek dan keterlibatan grup sulfonyl menyumbang inhibisi enzim yang lebih superior oleh rosuvastatin. Yang ketiga adalah sifat hydrophilic dan rosuvastatin mengurangi jumlah interaksi dengan obat lainnya dengan cara menghilangkan ketergantungan pada perubahan metabolit menjadi zat larut air. 6 Gambar 2. Rumus Kimia Rosuvastatin 2. Farmakodinamik Statin mengurangi kadar LDL-C yang beredar dengan tiga mekanisme. Pertama, inhibisi HMG-CoA reductase secara langsung mengurangi sintesis kolesterol intraseluler. Yang kedua habisnya kolesterol intraseluler merangsang sintesis dan ekspresi dari reseptor LDL yang memacu pengambilan dan katabolisme dari very low density lipoprotein cholesterol (VLDL-C) dan LDL-C. Yang ketiga, berkurangnya sintesis kolesterol intraseluler menghambat sintesis dan sekresi dari VLDL. Pada pasien dengan non-familial hyperkholesterolemia, familial hyperkholesterolemia, triglyceridemia primer, dan mixed dyslipidemia, rosuvastatin menurunkan total cholesterol (TC) (33-46%), LDL-C (45-63%), Apolipoprotein B (38-45%), non-HDL-C (44-60%), dan triglycerides (10-35%), dan meningkatkan HDL-C (8-14%). Mekanisme dari statin yang meningkatkan HDL-C masih belum dapat dipahami. Beberapa mengajukan mekanisme antara lain: menurunkan laju katabolisme apolipoprotein A-I (apoA-I), apolipoprotein utama yang behubungan dengan HDL-C; peningkatkan produksi apoA-I dipicu oleh inhibisi HMG-CoA 7 reductase; peningkatkan kadar apoA-I dengan inhibisi jalur tranduksi sinyal RhoA kinase menghasilkan aktivasi peroxisome proliferators activated recevtor-α; dan menginhibisi aktivitas cholesteryl ester transfer protein (CETP). 3. Farmakokinetik Konsentrasi plasma maksimum (Cmax) dari rosuvastatin dicapai dalam 3-5 jam setelah diminum. Bioavaibility sistemik dari rosuvastatin pada sukarelawan yang sehat sekitar 20% dengan hepatic extraction ratio 0.63. Dalam dosis range, Cmax area di bawah kurva konsentrasi plasma (AVC) meningkat secara linier. Masuknya rosuvastatin dengan makanan mengurangi Cmax hingga 20% tanpa adanya perubahan absorbsi yang terukur pada AUC. Tidak ada perbedaan signifikan pada konsentrasi plasma pada asupan pagi maupun sore. Meskipun dimakan bersama dengan makanan, rosuvastatin secara signifikan mengurangi kadar LDL-C pada percobaan dengan manusia. Tidak seperti simvastatin, lovastatin, atorvastatin, dan fluvastatin, baik rosuvastatin dan pravastatin (senyawa hidrofilik) rnenjalani metabolisme minimal. Penelitian in vitro menunjukkan radiolabeled rosuvastatin ([J4C]-rosuvastatin) pada 1-4 μM tidak dimetabotisme oleh microsom hepar manusia atau heterologously expressed human cytochrome (CYP) P450 enzymes. Pada hepatosit manusia yang dikultur, 1-4 μM [14C]-rosuvastatin secara lambat dimetabolisme lebih dari 72 jam (5-50%). Pada sukarelawan yang sehat, 90% dari [14C]-rosuvastatin ditemukan di faeces dalam keadaan tidak dimetabolisme. Isozyme yang terlibat dalam metabolisme rosuvastatin adalah CYP2C9 dengan sedikit sumbangan dari CYP2C19 dan CYP3A4. Metabolisme oleh CYP2C9 menghasilkan metabolit N-desmethyl dosuvastatin, di mana masih memiliki potensi 17-50% dari senyawa aslinya. 19 jam waktu paruh rosuvastatin adalah yang terlama diantara statin yang beredar di pasar. 8 4. Pengaruh Pada Hepar dan Renal Rosuvastatin terutama dieliminasi melalui jalur hepar (72%) dengan clearance ginjal minimal (28%) setelah injeksi intra vena. Pada pasien dengan clearance creatinin (CrCI) lebih dari 30ml/menit, kadar plasma rosuvastatin tidak berubah dibandingkan dengan kontrol normal. Pada insufisiensi renal yang parah (CrCI < 30 ml/menit), kadar plasma rosuvastatin meningkat tiga kali lipat dibandingkan kontrol. Pasien memerlukan hemodialisa untuk mencapai konsentrasi tetap sekitar 50% lebih tinggi dari normal. Alcohol inducel hepatic insufficiency meningkatkan baik AUC (5%) dan Cmax (60%) dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Pasien dengan kerusakan liver sedang yang menerima rosuvastatin, mengalami peningkatan AUC (21%) dan Cmax (100%). 5. Umur Tidak ada perbedaan signifikan dari konsentrasi plasma yang ditemukan baik pada pria maupun wanita, berapapun umurnya. Data keamanan dan efikasi pada populasi tua masih terbatas. Sebuah penelitian farmakokinetik pada 18 pasien berumur 10-17 tahun dengan heterozygous familial hypercholesterolemia menunujukkan Cmax dan AUC yang mirip dibandingkan dengan dewasa yang menerima dosis yang sama. 6. Perbedaan Ras Kadar plasma rosuvastatin pada populasi orang Jepang dan Cina di Singapura meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan kaukasia dari Amerika Utara dan Eropa setelah menerima dosis yang sama. Orang Asia (termasuk Filipina, Cina, Jepang, Korea, Vietnam, dan India) yang tinggal di USA menunjukkan peningkatan dua kali lipat pada kadar plasma rosuvastatin dibandingkan kontrol kakukasia. Dosis awal 5mg dianggap cukup untuk orang Asia. 9 7. Interaksi Obat Dari semua enzim CYP, CYP3A4 berperan paling banyak pada oksidasi bahan-bahan farmasi. Rosuvastatin hampir tidak dimetabolisme oleh CYP3A4, maka dari itu terhindar dari interaksi obat pada umumnya. Metabolisme minimal dari rosuvastatin dilakukan oleh CYP2C9. Pemberian inhibitor CYP3A4 seperti itraconazole, ketoconazole, dan erthyromycin, tidak merubah farmakokinetik dari rosuvastatin. Pemberian bersama-sama dengan fluconazole, inhibitor dari CYP3A4 dan CYP2C9, tidak mengakibatkan perubahan kadar darah rosuvastatin. Meskipun tidak ada interaksi signifikan dengan obat yang dimetabolisme oleh CYP3A4, rosuvastatin pada dosis rekomendasi kurang dari dari 40mg per hari berinteraksi dengan cyclosporine, antagonis vitamin K, derivate asam fibric, dan antasida. Pemberian rosuvastatin 10mg dan dosis standar cyclosporine pada penerima transplantasi jantung menghasilkan peningkatan tujuh kali lipat Cmax rosuvastatin (248 vs 40.1 mg/h/ml) dan 10.6 kali peningkatan pada AUC (48.7 vs 4.6 ng/ml) dibandingkan dengan kontrol normal. Berdasarkan penemuan ini, penerima transplantasi yang diterapi dengan cyclosporine sebaiknya tidak menerima lebih dari 5mg rosuvastatin per hari dengan pengawasan ketat terhadap efek sampingnya. Ada beberapa penelitian dengan minum rosuvastatin dan warfarin sodium bersama-sama. 18 sukarelawan diberi 40 mg rosuvastatin atau placebo selama 10 hari, diikuti dengan pemberian dosis tunggal warfarin 25 mg disertai rosuvastatin atau placebo pada hari ketujuh. Dibandingkan dengan penerima placebo, rata-rata AUC-INR meningkat 10% (p < (0.0001) dan INRmax meningkat 19'% (p < 0.0001). Pada penelitian kedua, tujuh orang pasien digilir selama 2 kali 14 hari terapi mendapat dosis harian warfarin dengan rosuvastatin 10mg. Pada akhirnya, 6 dari 7 pasien memiliki INR lebih dari 4.0, berarti terjadi peningkatan resiko kadar INR dengan pemberian warfarin dan rosuvastatin. Mekanisme antara warfarin dan statin masih belum jelas, akan tetapi, metabolisme bersama-sama warfarin dan rosuvastatin oleh CPY29C isoform mungkin terlibat. 10 Pemberian statin dan derivate asam fibric meningkatkan resiko miopati. Analisa dari 36 penelitian yang diterbitkan, menunjukkan 0.12% prevalensi miopati dengan pemberian statin (atorvastatin, lovastatin, pravastatin, dan simvastatin) dan fibrates. Pemberian gemfibrozil berhubungan dengan peningkatan resiko miopati dibandingkan dengan fenofibrate atau bezafibrate. Gemfibrozil mempengaruhi farmakokinetik dari statin dengan menghambat glucoronidasi dari statin, dimana merubah bentuk asam terbuka menjadi lakton untuk metabotisme CYP450, dan berpotensi menghambat uptake rosuvastatin oleh OATPs. Penelitian pada 20 sukarelawan sehat yang diterapi dengan gemiibrozil 600mg atau placebo 2 kali per hari selama 7 hari dan pemberian rosuvastatin 80mg menunjukkan peningkatan rosuvastatin AUC(0-t) 1.88 kali lipat (90% confidence interval [CI]: 1.60, 2.21) dan Cmax (2.21 kali lipat; 90% CI: 1.81, 2.69) dibandingkan dengan placebo. N-desmethyl rosuvastatin AUC (0-t) dan Cmax menurun sampai 39%. Percobaan kedua pada sukarelawan sehat yang menerima gemfibrozil dan dosis tunggal rosuvastatin menunjukkan peningkatan 2.2 kali lipat dan 1.9 kali lipat pada Cmax rata-rata dan AUC rata-rata rosuvastatin. Pada penelitian ketiga pada 14 sukarelawan sehat, tidak ada perbedaan signifikan pada Cmax rata-rata atau AUC rata-rata atau efek samping ketika rosuvastatin 10mg per hari disertai pemberian fenofibrate 67mg tiga kali per hari. Terapi statin-fibrate menunjukkan kombinasi potensial pada pasien dengan dislipidemia. Akan tetapi fibrate dapat merusak fungsi hati dan meningkatkan kadar statin. Maka dari itu, pasien dengan gagal hati sebaiknya tidak menerima kombinasi ini. Gagal ginjal ringan dapat meningkatkan resiko miopati karena fibrate, diekskresinan melalui ginjal. Fenofibratres sebaiknya dipertimbangkan dalam kombinasi dengan rosuvastatin. Pemberian rosuvastatin 40mg bersama dengan antasida dengan jarak 2 jam pemberian dapat menurunkan kadar rosuvastatin sampai 50%. Rosuvastatin tidak memiliki interaksi obat yang signifikan dengan digoxin dan kontrasepsi oral. 11 8. Effikasi Klinis Effikafsi klinis dari rosuvastatin diteliti pada lebih dari 20.000 pasien dengan gangguan ginjal (53%), hipertensi (52%), penyakit kardiovaskuler (36%), DM (17%), dan umur lebih dari 65 tahun (31%). Pada penelitian dengan placebo, 10mg rosuvastatin mengurangi kadar TC (35%), LDL-C (50%), non HDL (50%), Apo-B (40%), dan TG (8%) dalam 12 minggu terapi. Dosis rekomendasi maksimum dari rosuvastatin adalah 40mg tiap hari. Dalam tujuannya untuk mencari efek rosuvastatin pada pengurangan resiko kardiovaskuler, Astra Zeneca telah merancang penelitian dengan nama GALAXY. GALAXY memiliki fokus program: profil lipid atherogenik, perubahan volume atheroma, dan mortalitas-morbiditas kasus kardiovaskuler. VI. Pengaruh Terhadap Profil Lipid Atherogenik Salah satu penelitian membandingkan kemampuan rosuvastatin dengan statin lainnya adalah Statin Therapies for Elevated Lipid Levels Compared Across doses to Rosuvastatin (STELLAR). Dalam 6 minggu, STELLAR membandingkan rosuvastatin (10-40 mg) dengan atorvastatin (10-80 mg), simvastatin (l0-80 mg), dan pravastatin (10-40 mg). Rosuvastatin (n = 473) menurunkan LDL-C sampai 46-55% dibandingkan dengan 37-51% atorvastatin (n = 641), 28-46% simvastatin (n = 648), dan 20-30% pravastatin (n = 485). Rosuvastatin mengurangi LDL-C 8.2% dibandingkan atorvastatin, 26% dibandingkan pravastatin, dan 12-18% dibandingkan simvastatin (10-80 mg). Rosuvastatin juga menurunkan TG lebih signifikan dibandingkan statin lainnya, dan juga menurunkan TG lebih signifikan dibandingkan simvastatin dan pravastatin. Selain itu rosuvastatin menigkatkan HDL-C 7.7-9.6% dibandingkan dengan 2.1-6.8% pada grup lainnya. Aspek unik dari program GALAXY adalah skala dan cakupan dari subpopulasi yang dipetajari. Grup spesifik termasuk DM tipe II, pasien hemodialisa, pasien dengan gagal jantung kongestif, dan grup etnis yang spesifik. 12 13 14 1. Perubahan Volume Atheroma Terdapat penelitian mengenai keuntungan dari statin dengan mengevaluasi efek langsung dari terapi pada plak ethromatous dengan satuan carotid intima , media thickmess (CIMT) dan volume plak koroner. Penelitian seperti Atherosklerosis Progression in familial hypercholestrolemia (ASAP) dan Arterial Bioiogy for lhe Investigation of the Treatment Effects of Reducing cholesterol (ARBITER) menunjukkan kemampuan B-mode Ultrasound untuk secara non invasive menilai perubahan kuantitas plak karotis dengan terapi statin. 2. Pengaruh pada kecacatan dan kematian kardiovaskuler Penelitian oleh Justification of the Use of statins in Primery prevention: an lntervensional Trial Evaluating Rosuvastatin (JUPITER) mengevaluasi efek dari rosuvastatin pada diabetes, atherotrombosis, dan osteoporosis. Dan penelitian oleh A study to evaluate the Use of Rosuvastatin in subjects On Regular Hemodialisis: An assesment of survival and cardiovascular events (AURORA) meneliti efek dari rosuvastatin 10md/hari terhadap mobiditas dan mortalitas 2750 pasien hemodialisa dengan gagal ginjal stadium akhir. The Controlled rosuvastatin multinational study in heart failure (CORONA) III meneliti apakah rosuvastatin 10mg, mengurangi mortalitas kardiovaskuler, non-fatal MI, dan non-fatal CVA. V. Keamanan Pada penelitian dengan 12.500 pasien dengan rosuvastatin 5-80mg selama 6-97 minggu, angka kejadian efek sampingnya sama dengan statin yang beredar di pasar saat ini. Miopati yang dilihat dari peningkatan kreatinin kinase yang menigkat tiga kali lipat dari normal. Dipstick-proteinuria dengan GFR normal pernah dilaporkan. Hepatotokisistas dapat dilihat dari peningkatan serum transaminase yang meningkat hingga tiga kali normal. 15 Pengawasan obat Oleh FDA Agustus 2003, disarankan monitor ketat pada pasien di atas 65 tahun, hypothyroid, renal insuffisiensi, dan orang-orang yang beresiko tinggi terkena miopati 5 mg dosis awal diperuntukkan bagi pasien pengguna cyclosporine untuk mencegah efek samping. Dosis maksimum 10 mg diberikan untuk pasien pengguna gemfibrozil atau gangguan ginjal parah. VI. Penutup Sejak penemuan metabolit jamur yang menghambat HMG-CoA reductase, statin sebagai obat utama dalam menurunkan LDL-C. Selanjutnya, pedoman pengobatan merekomendasikan terapi agresif untuk meningkatkan hasil dari CHD dengan menurunkan LDL-C. Dengan karakteristik kimia yang unik, daya ikat yang meningkat, dan metabolisme yang minimal, rosuvastatin memiliki keamanan yang sama dengan statin yang beredar tapi dengan efikasi yang berbeda. 16 VII. Daftar Pustaka Brower HB. Benefit-risk assessment of rosuvastatin 10 to 40 milligram. Am. J. Cardiol. 92(4B), 23K-29K (2003). Cannon CP, BraunwaldE, McCabe CH. et al. Intensive versus moderate lipid lowering with statins after acute coconary syndromes. N. Engl. J. Med. 350(15), 1495-1504 (2004). Castelli WI, Anderson K, Wilson PW et al. Lipid and risk of coronary heart disease. The Framingham Study. Ann. Epidemiol. 2(1-2), 23-28 (1992). Downs JR, Clearfield M, Weis S. et al. Primary prevention of acute coronary events with lovastatin in men and women with average cholesterol levels. Results of AFCAPS/TexCAPS. JAMA 279, 1615-1622 (1998). Endo A. The origin of the statins. Atheroscler. Suppl. 5(3), 125-130 (2004). Important historical reference. Expert Panel on detection, evaluation, and treatment of high blood cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on detection, evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults (Adult Treatment Panel II). Arch. Int. Med. 248, 36-69 (1998). Ferdinand KC, Clark LT, Watson KE, et al. Comparison of efficacy and safety of rosuvastatin versus atorvastatin in African-American patients in a six-week trial. Am. J. Cardiol. 97(2), 229-235 (2006). Grundy SM, Cleeman HI, Merz CN et al. Implementations of recent clinical trial for the National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III Guidelines. J. Am. Coll. Cardiol. 44(3), 720-732 (2004). Kjekshus J, Dunselman P, Blideskog M, et al. A statin in the treatment of heart failure? Controlled rosuvastatin multinational study design and baseline characteristics. Eur. J. Heart Fail. 7(6), 1059-1069 (2005). LaRosa JC, Grundy SM, Waters DD et al. Intensive lipid lowering with atorvastatin in patients with stable coronary disease. N. Engl. J. Med. 352(14), 1425-1435 (2005). Leiter LA, Palmer M, Kallend D. Rosuvastatin 40 mg versus atorvastatin 80 mg in high-risk patients with hypercholesterolemia: early results of the POLARIS study. Atheroscler. Suppl. 6, 113 (2005). Mckenney JM. Efficacy and safety of rosuvastatin in treatment of dyslipidemia. Am J. Health Syst. Pharm 62(10), 1033-1047 (2005). 17 MRC/BHF Heart Protection Study of cholesterol-lowering therapy and of antioxidant vitamin supplementation in a coronary heart disease death: early safety and efficacy experience. Eur. Heart J 20(10), 725-741 (1999). Nissen SE, Nicholis SJ, Sipahi I et al. Effect of very high-intensity statin therapy on regression of coronary atherosclerosis the ASTEROID trial. JAMA 295(13), 1556-1565 (2006). Product Information: Crestor, rosuvastatin calcium tablets. Astra Pharmaceuticals, DE, USA (PI issued 8/2003) reviewed 8/2003. Zeneca Raina A, Pickering T, Shimbo D. Statin use in heart failure – a cause for concern? Am. Heart J. 152(1), 39-49 (2006). Ridker PM; JUPITER study group. Rosuvastatin in the primary prevention of cardiovascular disease among patients with low levels of low-density lipoprotein cholesterol and elevated high-sensitivity C-reactive protein: rationale and design of the JUPITER trial. Circulation 108(19), 2292-2297 (2003). Scheneck DW, Birmingham BK, Zalikowski JA et al. The effect of gemfibrozil on the pharmacokinetics of rosuvastatin. Clin. Pharmacol. Ther. 75(5), 455-463 (2004). Schuster H, Barter PJ, Stender S et al. Effects of switching statins on achievement of lipid goals: Measuring Effective Reductions in Cholesterol Using Rosuvastatin therapy (MERCURY I) study. Am. Heart J. 147, 705-712 (2004). Shah PK. Low-density lipoprotein lowering and atherosclerosis progression: does more mean less? Circulation 106(16), 2039-2040 (2002). Shephera J, Cobbe SM, Ford et al. Prevention of coronary heart disease with pravastatin in men with hypercholesterolemia. West of Scotland Coronary Prevention Study Group. N. Engl. J. Med. 333, 1301-1307 (1995). Stelenhoef AC, Balantyne CM, Satti C, et al. A comparative study with rosuvastatin in subjects with metabolic syndrome: results of the COMETS study. Eur. Heart J. 26(24), 2664-2672 (2005). Topol EJ. Intensive statin therapy – change in cardiovascular prevention. N. Engl J. Med. 350, 1562-1564(2004). Toth PP. High-density lipoprotein as a theraupetic target: clinical evidence and treatment strategies. Am. J. cardiol. 96(9A), 50K-58K (2005). Wiviott SW, Cannon CP, Morrow D et al. Can low-density lipoprotein be to low? The safety and efficacy of achieving very low, low-density lipoprotein with intensive statin therapy a PROVE IT-TIMI 22 substudy. J. Am. Coll. Cardiol 46, 1411-1416 (2005). 18