BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Sumber Daya Manusia a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memusatkan perhatian pada unsur manusia. Unsur manusia ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu khusus untuk mempelajari bagaimana mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat memberikan kepuasan bagi semua pihak. Terdapat beberapa pengertian dari sumber daya manusia yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu sebagai berikut : Menurut Mangkunegara (2010) manajemen sumber daya manusia daat diartikan sebagai suatu perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut Marwansyah (2010) manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/z manusia, perencanaan 13 dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial. Menurut Hasibuan (2008) manajemen sumber daya manusia juga diartikan sebagai ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. b. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2008) fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. 1) Perencanaan Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. 2) Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkam pembagian kerja, delegasi, wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam organisasi. 3) Pengarahan Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 14 4) Pengendalian Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar dapat menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. 5) Pengadaan Pengadaan adalah suatu proses penarikan,seleksi, penempatan, orientas, dan induksi untuk mendapatkan karyawan agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 6) Pengembangan Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. 7) Kompensasi Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. 8) Pengintegrasian Pengintegrasaian adalah kegitan untuk mempersatukan kepetingan perusahaan dan kebutuhan karyawan,agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. 9) Pemeliharaan Pemeliharaan adalah suatu kegiatan memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 15 10) Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi sumber daya manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan karenatanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan maksimal. 11) Pemberhentian Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari perusahaan. 2. Kinerja Karyawan a. Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja karyawan merupakan landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi. Jika tidak ada kinerja maka seluruh bagian organisasi, maka tujuan tidak dapat tercapai. Kinerja perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer. Menurut Mangkunagara (2010) Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan. Berkaitan dengan hal tersebut, Gomes (2003) menyatakan bahwa kinerja adalah catatan hasil produksi pada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu. Menurut Hasibuan (2007) menjelaskan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. Sedangkan menurut Prawirosentono dalam Kharisma (2013) kinerja atau dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/z 16 bahasa inggris adalah performance, yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kemudian Robbins (2008) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai oleh pegawai dalam pekerjaanya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan - persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Hasibuan (2007) mengungkapkan bahwa “kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi pekerja”. Apabila kinerja tiap individu atau karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan akan baik pula. Untuk mencapai tujuan kinerja karyawan maka dapat dinilai dari tiga hal, meliputi: penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan, adanya standar pelaksanaan kerja, praktis (mudah dipahami atau dimengerti karyawan atau penilai). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 17 Menurut Sutisno dalam Nimpuno (2015), faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu: a) Efektifitas Efisiensi Yaitu bila tujuan kelompok dapat dicapai dengan kebutuhan yang direncanakan. Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dan dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan. b) Tanggung jawab Merupakan bagian yang tak terpisahkan atau sebagai akibat kepemilikan wewenang dan tanggung jawab. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam organisasi akan mendukung kinerja karyawan tersebut. c) Disiplin Yaitu taat pada hukum, ketetapan dan aturan yang belaku. Disiplin karyawan adalah ketaatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan perusahaan dimana dia bekerja. d) Inisiatif Berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam bentuk suatu ide yang berkaitan tujuan organisasi. Sifat inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan perusahaan dan atasan yang baik. Dengan perkataan lain inisiatif karyawan merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja karyawan. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak kriteria kinerja, maka peneliti menggunakan kriteria kinerja yang meliputi: efektifitas, tanggung jawab, disiplin dan inisiatif. Berbagai macam jenis pekerjaan yang dilakukan oleh http://digilib.mercubuana.ac.id/z 18 karyawan tentunya membutuhkan kriteria yang jelas, karena masing-masing pekerjaan tentunya mempunyai standar yang berbeda - beda tentang pencapaian hasilnya. Seperti telah dijelaskan bahwa yang memegang peranan penting dalam suatu organisasi tergantung pada kinerja pegawainya. c. Dampak Kinerja Karyawan Menurut Mangkunegara dalam Umam (2010), beberapa efek dari adanya kinerja adalah: 1) Pencapaian target Saat setiap karyawan dan pimpinan bertindak efektif dengan energi positif, untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan arahan dari tarrget.Maka pada saat itu, energi positif setiap orang akan berkolaborasi dan berkontribusi untuk menghasilkan karya dan kinerja terbaik. 2) Loyalitas karyawan Loyalitas memiliki beberapa unsur, yaitu adanya sikap kesetiaan, kesadaran melaksanakan tanggung jawab, serta berusaha menjaga nama baik perusahaan. semakin tinggi tingkat loyalitasnya, maka akan semakin baik kinerja karyawan tersebut. 3) Pelatihan dan pengembangan Semakin baik kinerja karyawan, semakin mudah dalam pelatihan dan pengembangan. Sebaliknya, bila semakin buruk kinerja karyawan tersebut, akan semakin tinggi kebutuhan karyawan tersebut untuk mendapatkan pelatihan dan pengembangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 19 4) Promosi Kinerja dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk promosi karyawan. 5) Berperilaku positif Mendorong orang lain agar berperilaku positif atau memperbaiki tingkatan mereka yang berada di bawah standar kinerja. 6) Peningkatan organisasi Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan untuk peningkatan organisasi. d. Dimensi Kinerja Karyawan Gomes (2001) melakukan pengukuran kinerja kerja dalam beberapa dimensi sebagai berikut: 1) Quantity of work, jaminan hasil kerja yang didapat dalam suatu periode waktu yang ditentukan. Dengan indikator mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan organisasi dan mampu menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan yang di targetkan. 2) Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. Dengan indikator mampu menyelsaikan pekerjaan sesuai dengan standar operasional prosedur organisasi dan mampu memberikan mutu pelayanan pada organisasi dengan baik. 3) Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya. Dengan indikator bekerja sesuai dengan keterampilan sendiri. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 20 4) Creativity, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakantindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul. Dengan indikator karyawan memiliki gagasan yang baru. 5) Cooperative, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi. Dengan indikator mampu bekerjasama dengan sesama anggota organisasi yang lainnya. 6) Dependability, kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan menyelesaikan tugas. Dengan indikator mampu bekerja dengan kesadaran penuh dan dapat dipercaya. 7) Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya. Dengan indikator selalu bersemangat dalam melakukan pekerjaan yang bersifat baru dan mempunyai tanggung jawab yang tinggi. 8) Personal qualities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi. Dengan indikator mempunyai kepribadian yang santun dan bersikap ramah dan sopan terhadap orang lain. 3. Disiplin Kerja a. Pengertian Disiplin Kerja Menurut Mangkuprawira dalam Ilham (2013) kedisiplinan karyawan adalah sifat seseorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan organisasi tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 21 Menurut Siagian dalam Ilham (2013) disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Menurut Hasibuan dalam Prasasti (2015) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menanti semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dari uraian definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan kerja merupakan kegiatan dari manajemen perusahaan yang berfungsi sebagai bentuk pengendalian karyawan dalam menjalankan standar organisasi perusahaan yang teratur demi tercapainya tujuan perusahaan. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Hasibuan (2008), menyebutkan faktor–faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, yaitu : 1) Tujuan dan Kemampuan Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan, yang dibebankan kepada karyawan dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar bekerja dengan sungguh – sungguh dan disiplin dalam menyelesaikan tugas yang ditanggungnya. 2) Tauladan Pimpinan Tauladan pimpinan sangatlah penting dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan tauladan atau panutan oleh seluruh http://digilib.mercubuana.ac.id/z 22 bawahannya. Pimpinan juga yang harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin, jujur, adil, serta sesuai dengan perkataann dan perbuatan. Dengan demikian jika pimpinan baik maka kedisiplinanpun akan ikut baik dan sebagai bahan dasar tauladan untuk para bawahannya untuk dapat meningkatkan kedisiplinan kerja. 3) Balas Jasa Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap organisasi/pekerjaanya. Jika kecintaan karyawan menjadi baik makan tingkat kedisiplinanpun akan semakin baik pula. Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik maka organisasi perlu memberikan balas jasa yang relatif besar pula untuk karyawan untuk menciptakan kedisiplinan karyawan dengan aturan yang telah ditentukan. 4) Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa ingin menang sendiri dan merasa diperlukan oleh manusia lainnya. Keadilan digunakan untuk melaksanakan kebijaksanaan dan juga hukuman secara adil untuk merangsang terciptanya kedisilinan karyawan yang baik. Jadi keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap organisasi supaya kedisiplinan terwujud dengan baik. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 23 5) Waskat Waksat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pada organisasi. Dengan wakat berarti pimpinan harus aktif dan mengawasi langsung perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Sehingga kondisi setiap bawahan dinilai secara objektif. Dengan kebersamaan aktif antara atasan dan bawahan, maka akan terwujud kerja sama yangbaik dan harmonis dalam organisasi yang mendukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik. 6) Sanksi hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, makan karyawanpun akan semakin takut untuk melanggar peraturan – peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner yang diterapkan sebagai bahan dasar untuk menilai atau mengukur tingkat kedisiplinan karyawan, agar tercipta kedisiplinan kerja yang maksimal. 7) Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan organisasi. Seorang pimpinan harus berani dan tegas dalam bertindak tegas dalam menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisiliner atau yang melannggar peraturan, ini diciptakan agar terwujud sikap kedisiplinan kerja yang baik dan maksimal. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 24 c. Dampak Disiplin Kerja Peraturan kedisiplinan dibuat untuk mengatur tata hubungan yang berlaku tidak saja dalam perusahaan-perusahaan besar atau kecil, tetapi juga pada keseluruhan organisasi yang memperkerjakan banyak sumber daya manusia untuk melaksanakan pekerjaanya. Pembuatan peraturan kedisiplinan ini dimaksudkan agar para karyawan dapat melakukan pekerjaan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun penerapan peraturan kedisiplinan tersebut banyak menemui hambatan dalam pelaksanaanya. Menurut Saydam dalam Albab (2014) bahwa hambatan kedisiplinan karyawan akan terlihat dalam suasana kerja berikut yaitu: 1) Tingginya angka kemangkiran (absensi) karyawan 2) Sering terlambatnya karyawan masuk kantor dan atau karyawan pulang lebih awal dari jam yang sudah ditentukan. 3) Menurunnya semangat dan gairah kerja. 4) Berkembangnnya rasa tidak puas, sering curiga dan saling melempar tanggung jawab. 5) Penyelesaian pekerjaan yang lambat, karena karyawan lebih sering mengobrol daripada bekerja. 6) Tidak terlaksananya supervise dan waksat (pengawasan yang melekat dari atasan) yang baik. 7) Sering terjadi konflik antar karyawan dan pimpinan perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 25 d. Dimensi Disiplin Kerja Menurut Hasibuan (2010), dimensi disiplin kerja adalah : 1) Mematuhi semua peraturan perusahaan, dengan indikator bekerja sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan mengenakan pakaian sesuai dengan peraturan perusahaan. 2) Penggunaan waktu secara effektif, dengan indikator para karyawan bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan membuat laporan tidak terlambat untuk dilaporkan. 3) Tanggung jawab dalam pekerjaan dan tugas, dengan indikator karyawan lebih teliti dalam bekerja dan dapat memberikan hasil yang maksimal. 4) Tingkat absensi. Dengan indikator izin saat terlambat datang dan izin tidak dapat masuk kerja 4. Turnover Intention a. Perngertian Turnover Intention Menurut Robbins (2012) perputaran/keluar masuknya karyawan adalah penarikan diri yang permanen secara sukarela atau tidak sukarela dari organisasi. Suatu tingkat keluar masuknya karyawan yang tinggi dalam suatu organisasi berarti naiknya biaya perekrutan, seleksi, dan pelatihan. Tingginya tingkat keluarmasuknya karyawan juga menghambat suatu organisasi secara efisien bila personel yang berpengalaman dan berpengetahuan keluar dan penggantian harus ditemukan dan disiapkan untuk mengambil posisi yang bertanggung jawab. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 26 Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006) turnover adalah proses dimana karyawan-karyawan meninggalkan organisasi dan harus digantikan. Lum et. al. (dalam Widjaja et al, 2008) menyatakan bahwa turnover intention adalah keinginan karyawan untuk pindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya. Turnover intention Widjaja et al. (2008) adalah keinginan untuk berpindah, belum sampai pada tahap realisasi yaitu melakukan perpindahan dari suatu tempat kerja ke tempat kerja lainnya. Intensi keluar merupakan ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dapat memicu keinginan seseorang untuk keluar mencari pekerjaan yang baru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa turnover intention adalah hasrat atau keinginan karyawan untuk meninggalkan perusahaan atau mengundurkan diri dari pekerjaan secara sukarela. Sedangkan menurut Rivai (2009) turnover merupakan keinginan karyawan untuk berhenti kerja dari perusahaan secara sukarela atau pindah dari satu tempat ke tempat kerja yang lain menurut pilihannya sendiri. Menurut Mathis dan Jackson (2006) turnover dikelompokkan dalam beberapa cara yang berbeda. Setiap klasifikasi berikut ini dapat digunakan dan tidak terpisah satu sama lain. a) Perputaran secara tidak sukarela Pemecatan karena kinerja yang buruk dan pelanggaran peraturan kerja. Perputaran secara tidak sukarela dipicu oleh kebijakan organisasional, peraturan kerja, dan standar kinerja yang tidak dipenuhi oleh karyawan. b) Perputaran secara sukarela http://digilib.mercubuana.ac.id/z 27 Karyawan meninggalkan perusahaan karena keinginannya sendiri. Perputaran secara sukarela dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk peluang karir, gaji, pengawasan, geografi, dan alasan pribadi/keluarga. Perputaran sukarela juga tampak meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran organisasi, mungkin sekali dikarenakan semakin perusahaan besar mempunyai lebih banyak karyawan yang mungkin keluar, semakin perusahaan tersebut bersifat impersonal, begitu pula dengan „birokrasi organisasional‟ yang ada dalam perusahaan tersebut. Menurut Siregar (2006) turnover intention adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya sendiri. Turnover intention dipengaruhi oleh stres kerja dan lingkungan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk pindah kerja, yaitu karateristik individual dan faktor lingkungan kerja. Faktor individual meliputi umur, pendidikan, serta status perkawinan sedangkan faktor lingkungan kerja terbagi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik meliputi keadaan suhu, cuaca, kontruksi, bangunan, serta lokasi pekerjaan sedangkan lingkungan kerja non fisik meliputi sosial budaya di lingkungan kerjanya, besar atau kecilnya beban kerja, kompensasi yang diterima, hubungan kerja se-profesi, serta kualitas kehidupan kerjanya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Turnover Intention http://digilib.mercubuana.ac.id/z 28 Faktor-faktor yang menjadi penyebab turnover intention adalah kondisi pasar tenaga kerja, harapan terhadap pilihan kesempatan kerja dan panjangnya masa kerja dengan perusahaan. Oleh karena itu menurut Maertz dan Campion 1998 (dalam Samad 2006) proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk pindah (turnover intention) menjadi suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan dan menjadi sesuatu yang efektif untuk menurunkan angka turnover yang sebenarnya. Indikasi terjadinya turnover intentions menurut Harnoto (2002) adalah : 1) Absensi yang meningkat Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab pegawai dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya. 2) Mulai malas bekerja Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi pegawai ini adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semuakeinginan pegawai bersangkutan. 3) Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan pegawai yang akan melakukan turnover. Pegawai lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya. 4) Peningkatan protes terhadap atasan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 29 Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan pegawai. 5) Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya Biasanya hal ini berlaku untuk pegawai yang karakteristik positif. Pegawai ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika perilaku positif pegawai ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan pegawai ini akan melakukan turnover. c. Dimensi Turnover Intention Menurut Lum et.al. dalam Widjaja et. al (2008) menyatakan bahwa turnover intention merupakan variabel yang paling berhubungan dan lebih banyak menjelaskan perilaku turnover. Dimana keinginan untuk keluar dapat diukur dengan 3 komponen berikut ini: 1) Keinginan untuk mencari pekerjaan baru di bidang yang sama di perusahaan lain. Melihat adanya perusahaan lain yang dirasa mampu memberikan keuntungan lebih banyak dibandingkan tempat dia bekerja saat ini, dapat menjadi alasan utama bagi individu untuk memicu keinginannya keluar dari perusahaan. Namun hal itu akan terbatas di saat dia hanya akan menerima jika sesuai dengan keahliannya saat ini 2) Keinginan untuk mencari pekerjaan baru di bidang yang berbeda di perusahaan lain. Seorang individu yang merasa selama ini kurang mengalami http://digilib.mercubuana.ac.id/z 30 kemajuan pada pekerjaan akan mencoba untuk beralih pada bidang yang berbeda. Tanpa harus mempelajari keahlian baru, individu tersebut mencari pekerjaan di bidang yang baru dengan keahlian sama dengan yang dia miliki saat ini. 3) Keinginan untuk mencari profesi baru. Dengan memiliki keahlian yang cukup banyak, maka akan mudah bagi seseorang untuk timbul keinginan mencari pekerjaan baru yang sebelumnya tidak pernah dia kerjakan. B. Penelitian Terdahulu Syafrizal & Rahardja (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan pada Hotel Horison Bandung. Populasi yang diambil adalah seluruh karyawan hotel Horison Bandung dengan sampel yang digunakan sebanyak 129 responden. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Metode analisis data yang diambil menggunakan metode path analysis. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa turnover intention berpengaruh negative terhadap kinerja karyawan. Setiawan (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Malang. Populasi yang diambil adalah seluruh karyawan Rumah Sakit Umum daerah kanjuruhan Malang. Dan jumlah sample yang diambil adalah 55 responden. Metode sampling yang digunakan ialah metode Random Samplingatau sampling acak. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik http://digilib.mercubuana.ac.id/z 31 analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini adalah H1 : disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Malang baik secara simultan dan parsial. Sumarni (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Employee Retention Terhadap Turnover Intention Dan Kinerja Karyawan. Populasi yang diambil adalah seluruh karyawan Rumah Sakit Rajawali Citra, Bantul. Jumlah sampel yang diambil adalah 60 karyawan. Metode sampling yang digunakan adalah Stratified Random Sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif. Hasil dari penelitian tersebut adalah turnover intention berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja. Sulistyawati & Indrayani (2012) dengan judul Pengaruh Kepuasan Karyawan, Training, Turnover, Dan Produktivitas Karyawan Terhadap Keunggulan Bersaing Melalui Kinerja Perusahaan. Populasi yang diambil adalah seluruh karyawan PT. Kubota Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden. Metode sampling yang digunakan adalah metode convenience sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah Metode Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian tersebut adalah H3a Turnover berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Salim (2013) Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional, Kinerja Dan Turnover Intention Pada Karyawan PT. Indospring Di Kota Gresik. Populasi yang diambil adalah seluruh karyawan PT. INDOSPRING dengan jumlah sampel sebanyak 150 responden. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah metode SEM http://digilib.mercubuana.ac.id/z 32 (Structural Equation Modelling). Hasil penelitian tersebut adalah Kinerja tidak berpengaruh terhadap Turnover Intention pada karyawan PT. INDOSPRING. Sari (2014) yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Patra Komala Di Dumai. Populasi yang diambil adalah karyawan PT. Patra Komala di Dumai berjumlah sebanyak 65 orang. Dengan sample 65 responden. Metode sampling yang digunakan adalah teknik sensus/jenuh sampling. Metode analisis data yang dipakai adalah metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Ha ditolak. Kesimpulannya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Disiplin Kerja terhadap Kinerja pada PT. Patra Komala. Mangkunegara & Waris (2015) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pelatihan, Kompetensi dan Disiplin Terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan PT Asuransi Bangun Askrida. Populasi yang diambil sebanyak 160 karyawan dengan sampel sembanyak 130 responden. Metode sampling yang digunakan adalah metode survey. Analisis data yang digunakan adalah linier regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa H3 disiplin memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Tolo et. all (2016) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Keterampilan Kerja Disiplin Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pemuda Dan Olahraga (Dispora) Manado. Populasi yang diambil sebanyak 40 orang dan sampel yang digunakan juga 40 orang. Metode sampling yang digunakan yaitu sampling jenuh. Jenis analisis data yang digunakan analisis linear http://digilib.mercubuana.ac.id/z 33 regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa disiplin kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Wisantyo dan Madiistriyanto (2015) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Stress Kerja, Disiplin Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention di LPBD-KUMKM. Populasi yang diambil sebanyak 253 karyawan dengan sampel yang diambil sebanyak 72 reponden. Metode sampling yang digunakan adalah metode Probability Sampling. Jenis analisis data yang digunakan adalah anlisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa disiplin kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention. Paputungan (2013) melakukan penelitian dengan judul Motivasi, Jenjang Karir dan Disiplin Kerja Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Bank Sulut Cabang Calaca. Populasi yang diambil sebanyak 56 orang karyawan dan sampel yang diambil sebanyak 56 responden. Metode sampling jenuh. Teknik analisis data yang diambil adalah analisis regresi linear sederhana. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa disiplin kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 34 C. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 1. Hubungan Disiplin Kerja dan Turnover Intention Menurut Mangkuprawira dalam Ilham (2013) kedisiplinan karyawan adalah sifat seseorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan organisasi tertentu. Disiplin kerja yang tinggi diharapkan dapat menurunkan tingkat turnover intention Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Wisantyo dan Madiistriyanto (2015) menunjukan bahwa disiplin kerja berpengaruh negative terhadap turnover intention. Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Disiplin kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention. 2. Hubungan Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan Menurut Hasibuan (2008) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menanti semua peraturan perusahaan dan norma – norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan kerja yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik dan teratur. Kedisiplinan kerja yang rendah akan menghasilkan kinerja karyawan yang rendah dan jalannya aktivitas perusahaan menjadi kurang baik dan tidak teratur. Hasil penelitian yang dilakukan Mangkunegara dan Waris (2015) menunjukkan bahwa kedisiplinan berpengaruh secara positif terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukkan oleh setiawan (2013) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 35 menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 3. Hubungan Turnover Intention dan Kinerja Karyawan Robbins (2006) mendefinisikan turnover sebagai pemberhentian pegawai yang bersifat permanent dari perusahaan baik yang dilakukan oleh pegawai sendiri (secara sukarela) maupun yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Syafrizal dan Rahardja (2011) menyatakan bahwa turnover intention berpengaruh negative terhadap kinerja karyawan. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H3 : Turnover intention berpengaruh negative terhadap kinejra karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 36 Disiplin Kerja H2 H1 Turnover Intention Kinerja Karyawan H3 Gambar 2.1: Rerangka Konseptual http://digilib.mercubuana.ac.id/z