6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Berdasarkan pendapat Suryana (2003, p1), kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dijadikan dasar dan kiat usaha atau perbaikan hidup. Pengertian wirausaha berdasarkan pendapat Thomas W Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2003, p13) adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif, berani mengambil risiko dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. 2.1.2 Karakteristik Kewirausahaan Kewirausahaan meliputi kemampuan merumuskan tujuan dan memotivasi diri, berinisiatif, kemampuan membentuk modal dan mengatur waktu, mental yang kuat, dan kemampuan untuk mengambil hikmah dari pengalaman. Jiwa kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh pengusaha dan berlaku dalam bidang bisnis semata, tetapi juga dimiliki setiap orang yang memiliki jiwa kreatif dan inovatif, seperti pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat lainnya baik secara individual maupun kelompok. Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda, misalnya pendapat Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough (2004, p4) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut ini: 7 1. Menyukai tanggung jawab, Wirausaha merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat. 2. Lebih menyukai risiko menengah, yaitu wirausaha bukanlah seorang pengambil risiko liar, melainkan seorang yang mengambil risiko dengan penuh perhitungan. 3. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil, yaitu wirausaha umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk berhasil. 4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung, wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari pengukuhan. 5. Tingkat energi yang tinggi, wirausahawan lebih energitik dibandingkan orang kebanyakan. 6. Orientasi ke depan, wirausahawan memiliki indra yang kuat dalam mencari peluang. 7. Keterampilan mengorganisasi, membangun sebuah perusahaan dari nol dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. 8. Memiliki prestasi lebih tinggi dari pada uang, salah satu kesalahpengertian yang paling umum mengenai wirausaha adalah anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang. 2.1.3 Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan Dalam “ Entrepeneur’s Handbook“ yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita dalam buku Suryana (2000, p21) terdapat beberapa alasan yang memicu seseorang untuk berwirausaha, yakni: 1. Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan. 2. Alasan sosial, yaitu intuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan dihormati. 3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan kepada masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan keluarga. 4. Alasan memenuhi diri, yaitu untuk menjadi atasan atau mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain. 8 2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha Keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha Berdasarkan pendapat Thomas W Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2003, p44): 1. Faktor-faktor keberhasilan tersebut adalah: a. Mempunyai ide atau visi bisnis yang jelas. b. Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun uang. c. Mempunyai semangat dan kerja keras dalam membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. d. Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak yang berkait. 2. Faktor-faktor kegagalannya adalah: a. Tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha. b. Kurang berpengalaman dalam mengelola sumber daya manusia, mengoperasikan perusahaan, kemampuan mengkoordinasikan, dan lain-lain. c. Kurang dapat mengendalikan keuangan yakni tidak dapat mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. d. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. e. Lokasi yang kurang memadai atau tidak strategis menyebabkan perusahaan sukar untuk beroperasi. f. Kurangnya pengawasan peralatan yang dapat mengakibatkan alat tidak efisien dan efektif. g. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi gagal. h. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan atau transisi kewirausahaan yang disebabkan oleh ketidakberanian untuk mengadakan perubahan dan tidak mampu membuat peralihan setiap waktu. 9 2.1.5 Keuntungan dan Kerugian Kewirausahaan Berdasarkan pendapat Peggy Lambing dan Charles L. Kuehl yang dikutip oleh Suryana (2003, p19) terdapat beberapa keuntungan dan kerugian berwirausaha, yakni : 1. Keuntungan: a. Otonomi Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang “ boss“ yang penuh kepuasan. b. Tantangan awal dan perasaan motif berpretasi Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha. c. Kontrol keuangan Bebas dalam mengelola keuangan dan merasa sebagai kekayaan milik sendiri. 2. Kerugian: a. Pengorbanan Personal Pada awalnya wirausaha harus belerja dengan memerlukan waktu yang lama dan sibuk. b. Beban tanggung jawab Wirausaha harus mengelolah semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan. c. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal Jika wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri maka profit margin yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada. 2.2 Investasi 2.2.1 Pengertian Investasi Investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka yakni dana, kekayaan alam, tenaga ahli dan trampil, teknologi pada proyek tertentu baik proyek tersebut baru atau perluasan proyek, dalam jangka panjang Husein Umar (2000, p1). 10 Menurut Downes Dan Goudman dalam buku studi kelayakan proyek karangan Suratman (2001, p6) memberikan pengertian investasi sebagai berikut: “.. Investment can refer to finacial investment (where an investor puts money into a vehicle) or to an investment of effort and time on the part of individual who wants to reap profits from the success of his lobor .. “ Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia investasi adalah penanaman modal atau uang di suatu perusahan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sehingga dapat disimpulkan investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk mempertahankan atau meningkatkan persediaan kapital (capital stock) yang diharapkan dapat memberikan pengembalian yang menguntungkan di masa yang akan datang. 2.2.2 Ciri-ciri Investasi Ciri-ciri investasi berdasarkan pendapat Siswanto Sutojo (2000, p2) adalah: 1. Investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah besar. 2. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan (misalnya keuntungan), baru dapat dinikmati sepenuhnya beberapa masa setelah investasi dilakukan. 3. Tingkat resiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi. 4. Keputusan invesatasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja, seperti halnya keputusan memberikan kredit penjualan kepada pelanggan baru secara tidak tepat, tanpa harus menderita kerugian yang cukup besar. 2.2.3 Manfaat Investasi Manfaat investasi adalah untuk meningkatkan jumlah perdagangan ekspor, menciptakan lapangan kerja baru, dan penghematan pengeluaran devisa (Siswanto Sutojo 2000, p3). 11 2.3 Studi Kelayakan Proyek 2.3.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Berdasarkan pendapat Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad (2000, p4), Studi Kelayakan Proyek adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Berdasarkan pendapat Suryana (2003, p140), Studi Kelayakan Proyek adalah suatu penelitian layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Studi Kelayakan Proyek adalah suatu penelitian layak atau tidaknya suatu proyek untuk dilaksanakan sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal secara berkelanjutan dan menghindari suatu resiko yang besar apabila ternyata proyek tersebut tidak layak dijalankan. 2.3.2 Tujuan Studi Kelayakan Proyek Proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Karenanya, perlu dilakukan studi yang berhati-hati agar jangan sampai proyek tersebut, setelah terlanjur menginvestasikan dana yang sangat besar ternyata proyek tersebut tidak menguntungkan. Maka tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad 2000, p6). 2.3.3 Manfaat studi kelayakan bisnis Apabila laporan studi kelayakan bisnis telah dibuat dinyatakan layak untuk direalisasikan, maka ada pihak-pihak tertentu yang memerlukan laporan sebagai bahan masukan utama dalam rangka pengkajian ulang, untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak kelayakan laporan sesuai dengan kepentingannya. Terlepas dari persoalan di atas, pihak-pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis itu dapat dijelaskan yaitu: 12 1. Pihak Investor Jika hasil studi kelayakan yang dibuat teryata layak untuk direalisasikan, pendananya dapat mulai dicari, misalnya dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakan itu. 2. Pihak Kreditor Pendanaan proyek dapat juga didapat dari bank. Pihak bank perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat tersebut temasuk mempertimbangkan sisi-sisi lain, misalnya bonafiditas dan tersedianya jaminan yang dimiliki perusahan sebelum memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak. 3. Pihak Manajemen Pembuatan suatu kelayakan bisnis dapat dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan selain dibuat sendiri oleh pihak internal perusahaan. Terlepas dari siapa yang membuat, jelas bagi manajemen bahwa pembuatan proposal ini merupakan suatu upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan usaha rangka melibatkan laba perusahaan. 4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat Studi kelayakan bisnis yang disusun perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah karena bagaimanapun pemerintah secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. 5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga menganalisis manfaat yang akan didapat atau biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. 2.3.4 Tahapan Studi Kelayakan Bisnis Berdasarkan pendapat Suryana (2000, p139) format studi kelayakan bisnis adalah: 1. Tahap penemuan ide atau perumusan gagasan Tahap dimana wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya, ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi. 13 2. Tahap memformulasikan tujuan Tahap perumusan visi dan misi, misalnya apa visi dan misi bisnis yang hendak diemban setelah jenis bisnis tersebut diidentifikasi. 3. Tahapan analisis Proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. 4. Tahap keputusan Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis dan hasilnya meyakinkan, maka langkah berikutnya adalah tahapan mengambil keputusan apakah bisnis layak dilaksanakan atau tidak. 2.3.5 Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan Proyek 2.3.5.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Semakin pesatnya persaingan menyebabkan aspek pasar menjadi faktor yang dominan dalam menentukan kelayakan suatu proyek. Menurut Stanton dalam buku studi kelayakan bisnis karangan Husein Umar (2003, p35), pasar adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar yaitu: orang dengan segala keinginanya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya. Hal yang penting untuk diketahui dalam aspek pasar adalah seberapa besar pasar potensial yang ingin dimasuki atau tersedia untuk masa yang akan datang. Untuk mengetahui pasar potensial, maka perlu dilakukan pengukuran terhadap permintaan, baik permintaan saat ini maupun masa yang akan datang. 1. Metode Pengukuran Permintaan Pengukuran permintaan dimaksudkan sebagai usaha untuk mengetahui permintaan atas suatu produk atau kelompok produk di masa yang lalu dan masa sekarang dalam kendala satu set kondisi tertentu. Menurut Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad (2000, p46) formula yang dapat digunakan adalah: 14 PE = P + ( I– E ) + ΔC Dimana: PE = Permintaan efektif yang dicari P = Produksi dalam negeri selama masa yang bersangkutan I = Import yang dilakukan E = Export yang dilakukan ΔC = Jumlah perubahan cadangan produk, yakni selisih persediaan awal dan akhir masa. 2. Metode Peramalan Permintaan Produk Peramalan permintaan merupakan usaha untuk mengetahui jumlah produk atau kelompok produk dimasa yang akan datang sedangkan metode yang dapat digunakan adalah Metode Time Series. Metode ini semata-mata mendasarkan diri pada data masa lalu, jika keadaan masa yang akan datang cukup, cukup stabil dalam arti tidak banyak perbedaan dengan masa lampau, metode ini dapat memberikan hasil peramalan yang cukup akurat. Teknik peramalan dalam metode ini hanya dibahas khusus untuk Metode Trend, karena pada umumnya metode Trend dapat digunakan untuk jangka waktu menengah dan panjang. 3. Metode Tren Linier Metode ini digunakan jika scater diagram dari data masa lalu yang tersedia cenderung merupakan garis lurus dan fungsi persamaan dari metode ini adalah: Y = a + bx ; Koefisien a dan b dapat diperoleh dengan : a = ∑Y n Di mana: X = Deret waktu Y = Perkiraan permintaan / penjualan n = Jumlah Tahunan b= ∑ XY ∑X2 15 Berdasarkan pendapat Siswanto Sutojo (2000, p19), ada 3 hal yang menjadi fokus evaluasi aspek pasar dan pemasaran produk yang akan dihasilkan proyek yang akan dibangun, yakni: 1. Memperoleh gambaran apakah pada masa yang akan datang terdapat cukup permintaan pasar yang dapat menyerap barang atau jasa yang dihasilkan. 2. Memperoleh gambaran bagaimana suasana persaingan di pasar pada masa yang akan datang, siapa saja perusahaan pesaing dan apakah produk yang akan dihasilkan mampu memperoleh pangsa pasar yang memadai. 3. Memperoleh gambaran tentang prospek perkembangan faktor eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi permintaan produk dan suasana persaingan di pasar. Bagi pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah atas 4 empat kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing-mix) atau 4P dalam pemasaran yang terdiri dai 4 empat komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Masing-masing dijelaskan sebagai berikut: 1. kebijakan Produk Produk berupa barang dapat dibeda-bedakan atau diklasifikasikan menurut macamnya. Produk barang tidak hanya memperhatikan penampilan, tetapi juga hendaknya berupa produk yang praktis, aman, tidak mahal, sederhana dan ekonomis dalam proses produksi dan distribusinya. 2. Kebijakan Harga Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan maanfaat memiliki atau menggunak produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. 3. Kebijakan Distribusi Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produk, khususnya barang dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen. 16 4. Kebijakan Promosi Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk, dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan ujung-ujungnya dibeli. Untuk mengkomunikasikan produk perlu disusun suatu strategi yang sering disebut bauran promosi, yang terdiri atas empat komponen utama yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan penjualan perorangan. 2.3.5.2 Aspek Teknis Langkah selanjutnya setelah menganalisis aspek pasar dan pemasaran dalam penentuan kelayakan suatu rencana bisnis adalah menganalisis aspek teknis. Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi proyek dan letak pabrik yang paling menguntungkan. Lalu dari kesimpulannya dapat dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta tetapnya. Aspek ini merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad 2000, p110). Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2001, p272), tata letak (layout) merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka waktu panjang. Tata letak memiliki implikasi strategis karena menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya serta mutu kehidupan kerja. Beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam pembuatan keputusan mengenai tata letak perusahaan yang meliputi : a. Pertimbangan spasial, seperti simetri, proporsi, tekstur, warna, dan lain-lain. b. Perencanaan ruangan, mencakup perancangan interior dan arsitektur perusahaan. c. Perlengkapan yang menunjukkan status pemilik atau penggunaannya. d. Tata cahaya yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan perusahaan. e. Warna, bertujuan untuk menggerakkan perasaan dan emosi para pelanggan. 17 f. Pesan-pesan grafis, mencakup penampilan visual, pemilihan lambang perusahaan, pemilihan warna, dan lain-lain. Tata letak yang efektif akan membantu perusahan untuk mencapai beberapa hal seperti efesiensi penggunaan ruangan, peralatan dan manusia, kemudahan bagi konsumen, peningkatan moral karyawan dan kondisi kerja yang aman. 2.3.5.3 Aspek Manajemen Manajemen dalam pembangunan proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen lainnya. Manajemen Dalam penyusunan perencanaan, hendaknya padat dikaji dari beberapa sisi seperti, sisi pendekatan pembuatan perencanaan, sisi fungsi perencanaan itu sendiri, jangka waktu pelaksanaan yang akan didukung oleh perencanaan, dan sisi tingkatan perencanaan, Husein Umar (2003, p115). 2.3.5.3.1 Macam-macam perencanaan Proses perencanaan untuk menghasilkan suatu rencana atau rencana-rencana dapat dilihat dari beberapa sisi penting, antara lain yaitu dari sisi jangka waktu manfaat rencana serta dari sisi tingkat manajemen, yaitu dari sisi strategis dan operasional sebagai berikut: 1. Sisi jangka waktu Jika dilihat dari waktu yang digunakan untuk pengaplikasian suatu rencana, dikenal tiga bentuk perencanaan, yaitu: a. perencanaan jangka panjang, perencanaan semacam ini menjangkau waktu sekitar 20 sampai 30 tahun kedepan. Rencana-rencananya masih berbentuk garis besar yang bersifat strategis dan umum b. Perencanaan jangka menegah, menjangkau sekitar 3 sampai 5 tahun kedepan. Perencanaan jangka panjang dipecah-pecah manjadi beberapa kali pelaksanaan rencana jangka menengah sehingga setiap tahap hendaknya disesuaikan dengan prioritas. 18 c. Perencanaan jangka pendek, Perencanaan ini menjangkau waktu paling lama 1 (satu) tahun. Perencanaan ini lebih konkret dan lebih terperinci, karena lebih jelas sasaran yang harus dicapai termasuk dalam hal penggunaan sumber daya. 2. Sisi tingkatan manajemen Pada umumnya perencanaan bila digolongkan ke dalam tingkatan manajemen akan terbagi dua, yaitu: a. Perencanaan Strategis, perencanaan ini merupakan bagian dari manajemen strategis. Perencanaan Strategis lebih fokus pada bagaimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang. b. Perencanaan Operasional, merupakan bagian dari strategi operasional yang lebih mengarah pada bidang fungsional perusahaan. 3. Struktur Organisasi Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian dan produksi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktifitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktifitas tersebut sampai batas-batas tertentu. Ada empat elemen dalam struktur, yaitu: a. Spesialisasi aktifitas, mengacu dapa spesifikasi tugas-tugas perorangan dan kelompok kerja di seluruh organisasi. b. Standarisasi aktifitas, merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menuju kelayakdugaan aktifitas. c. Koordinasi aktifitas, adalah prosedur yang digunakan dalam memadukan fungsi-fungsi subunit dalam organisasi. d. Besar unit kerja, berhubungan dengan jumlah pegawai yang berada dalam suatu kelompok kerja. 19 2.3.5.4 Aspek Sumber Daya Manusia Menurut Dessler (2004, p2), manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, memberikan penghargaan dan penilaian. Dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek bisnis keberadaan sumber daya manusia yang kompeten adalah penting, baik secara individual maupun dalam sebuah tim atau kelompok kerja. Untuk merencanakan dan mengembangkan sebuah tim sumber daya manusia yang efektif dibutuhkan suatu usaha yang gigih yang merupakan perpaduan antara seni dan pengetahuan. Hal ini diperlukan karena untuk sebuah tim yang efektif bukan hanya keahlian teknis saja yang menjadi pertimbangan utama melainkan juga peranan dan keselarasan masing-masing individu dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Gery Dessler (2004, p101), hal-hal yang dituntut dalam proses perekrutan dan penyeleksian karyawan adalah sebagai berikut: a. Tentukan posisi yang harus Anda isi, dengan merencanakan dan memprediksi personil. b. Panggilah calon karyawan untuk pekerjaan ini dengan merekrut calon internal atau eksternal. c. Mintalah para pelamar untuk mengisi formulir aplikasi dan mengikuti wawancara penyaringan awal. d. Gunakan teknik seleksi seperti ujian, pemeriksaan latar belakang dan ujian fisik untuk mendapatkan calon yang bisa bertahan. e. Akhirnya, tentukan kepada siapa tawaran itu diberikan, dengan memerintahkan penyelia dan (barang kali yang lainya dalam tim untuk mewawancarai calon yang bertahan. Setelah proses perekrutan dan seleksi dijalankan maka para karyawan akan melalui suatu proses orientasi. Menurut Dessler (2004, p101), orientasi karyawan adalah sebuah prosedur untuk memberikan latar belakang dasar kepada karyawan baru tentang perusahaan itu. Proses ini sangat membantu karyawan baru dalam beradaptasi dengan lingkungan perusahaan baik terhadap aturanaturan yang berlaku maupun dengan mitra kerja mereka yang lainnya. Manfaat lain dari proses orientasi yaitu mengurangi rasa gugup karyawan di hari pertamanya dan juga menghindari kejutan 20 kenyataan. Yang dimaksudkan dengan kejutan kenyataan adalah suatu keadaan yang terjadi karena adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan oleh karyawan baru dari jabatan barunya dengan kenyataan yang ada. Hasil penilaian kinerja para karyawan diperlukan guna memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan feed back kepada karyawan tentang pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk memotivasi para karyawan agar menjadi lebih baik lagi di masa depan. Sistem penilaian kinerja karyawan ini haruslah berkorelasi dengan deskripsi pekerjaan baik secara tertulis maupun dalam prakteknya. Penilaian kinerja juga harus memiliki standar-standar pengukuran yang dapat diandalkan. Terdapat berbagai cara yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja para karyawannya, diantaranya adalah dengan memberikan kompensasi. Menurut Husein Umar (2003, p166), kompensasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Kompensasi diberikan kepada para karyawan disesuaikan dengan lingkup kerja mereka dan terkadang juga mempertimbangkan prestasi kerja yang telah mereka capai. Hal lainnya yang juga harus diperhatikan oleh perusahaan berkenaan dengan sumber daya manusia adalah proses pemberhentian karyawan. Memberhentikan karyawan dari pekerjaan menimbulkan kerugian baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan itu sendiri. Bagi perusahaan kerugian yang diderita adalah dari sisi biaya, dimana perusahaan menanggung biaya-biaya penarikan, seleksi, dan pengembangan. Sementara itu di pihak karyawan kerugian yang ditimbulkan mungkin berupa dampak psikologis karena hilangnya pekerjaan. Untuk menghindari kerugiankerugian tersebut maka hendaknya proses pemberhentian tersebut dilakukan berdasarkan undangundang dan peraturan yang berlaku. 2.3.5.5 Aspek Lingkungan Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar apakah membawa dampak negatif atau positif terhadap masyarakat sekitar atau sebaliknya apakah masyarakat sekitar membawa dampak positif atau negatif terhadap perusahaan. 21 Analisis yang dilakukan terhadap aspek ini bermanfaat untuk mengidentifikasi kelayakan bisnis yang dijalankan sesuai dengan standar lingkungan hidup yang ada. Salah satu media utama dari aspek ini adalah AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang sedang dan telah dikembangkan di beberapa negara maju dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact Assessment (EIA). Menurut Husein Umar (2003, p303), AMDAL diperlukan untuk melakukan studi kelayakan dengan dua alasan pokok: 1. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian. Hal ini cukup efektif untuk memaksa para pelaksana proyek yang kurang memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan proyeknya saja tanpa menghiraukan dampak samping yang timbul. 2. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyekproyek industri. Adapun kegunaan daripada AMDAL itu sendiri adalah: a. Dalam pengelolaan lingkungan, AMDAL dijadikan sebagai standar dalam menyusun perkiraan dampak yang akan timbul dari proyek yang akan dilaksanakan. Jika pada kenyataannya dampak lingkungan jauh berbeda dengan standar yang ditetapkan dalam AMDAL, maka ini mungkin saja disebabkan karena perusahaan melakukan kesalahan dalam penyusunan laporan mengenai AMDAL atau perusahaan tidak mengindahkan laporan AMDAL itu sendiri. b. Dalam pengelolaan proyek, AMDAL merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan perizinan selain aspek-aspek studi kelayakan bisnis lainnya seperti aspek teknis dan ekonomis. Sebagai dokumen penting, laporan AMDAL merupakan sumber informasi yang detail dan penting mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian proyek dan gambaran mengenai lingkungan pada saat proyek rampung dan dioperasionalkan. 2.3.5.6 Aspek Hukum Analisis dalam aspek ini ditujukan untuk mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat 22 mempengaruhi layak atau tidaknya suatu rencana bisnis dijalankan dari sisi hukum seperti siapa pelaksana bisnis, bisnis apa yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, dimana bisnis akan dilaksanakan, bagaimana bisnis dilaksanakan, dan peraturan-peraturan serta perundang-undangan yang berlaku. Analisis terhadap aspek ini penting untuk dilakukan untuk menghindari pemberhentian suatu rencana bisnis oleh pihak yang berwajib atau protes dari masyarakat. Berdasarkan pendapat Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad (2000, p20) aspek hukum dalam Studi Kelayakan menganalisis tentang : a. Bentuk badan usaha yang akan dipergunakan. b. Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman. c. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya. Evaluasi terhadap aspek yudiris perlu dilakukan. Bagi pemilik proyek, evaluasi ini berguna antara lain untuk kelangsungan hidup proyek serta dalam rangka meyakinkan para kreditur dan investor bahwa proyek yang akan dibuat tidak menyimpang dari aturan yang berlaku. Seperti diketahui, dalam suatu proyek dimana banyak pihak-pihak yang berkepentingan bergabung dapat saja terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajiban dari masing-masing pihak, sehingga penegakan aturan menjadi penting untuk dilaksanakan. 2.3.5.7 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Politik Dalam menganalisa kelayakan suatu bisnis lingkungan eksternal perusahaan juga harus dimasukkan dalam perhitungan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan eksternal tersebut menyediakan peluang sekaligus ancaman bagi perusahaan. Selain itu manfaat lainnya adalah untuk mengetahui sumbangsih seperti apa yang dapat diberikan oleh perusahaan pada lingkungan eksternal-nya jika usulan proyek perusahaan terealisasikan. 1. Dilihat dari sudut ekonomi Begitu banyak informasi mengenai lingkungan ekonomi secara makro yang tersebar dimasyarkat baik melalui media maupun dilihat dari masyarakat itu sendiri. Informasi tersebut 23 dapat dikumpulkan oleh perusahaan dan diolah menjadi informasi yang penting dalam rangka menyusun suatu kelayakan bisnis. Menurut Husein Umar (2003, p245), informasi tersebut dapat berupa Produk Domestik Bruto, investasi, inflasi, nilai tukar mata uang, kredit, perbankan, anggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan, perdagangan luar negeri, dan neraca pembayaran. 2. Dilihat dari sisi sosial Harus diperhatikan dan diingat bahwa perusahaan tidak akan hidup sendiri tanpa dukungan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa perusahaan hidup bersama-sama dalam satu tatanan kehidupan yang beragam dan semakin kompleks yang hendaknya selalu berada dalam suatu titik keseimbangan. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang sosial, khususnya dalam bidang pendidikan, hendaknya fokus utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas masyarakat (sumber daya manusia) bukan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Politik dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan. Adanya gejolak dalam politik dalam negeri dapat mempengaruhi permintaan maupun penawaran di pasar terhadap barang dan jasa. Hendaknya perusahaan memperhatikan aspek politik dalam menyusun studi kelayakan bisnis untuk memperkirakan situasi politik yang terjadi saat proyek dibangun dan kemudian diimplementasikan sehingga proyek dapat menjadi layak. Sebagai illustrasi manurut Husein Umar (2003, p259) berikut ini, menunjukkan betapa keadaan kekuatan politik suatu negara, dalam hal ini Indonesia, mempengaruhi roda perekonomian negara tersebut khususnya dalam hal nilai tukar mata uang Rupiah. 2.3.5.8 Aspek keuangan Tujuan dari analisa aspek keuangan adalah untuk menentukan dan mengembangkan rencana investasi perusahaan dengan melakukan perhitungan biaya dan manfaat yang akan diterima perusahaan pada saat rencana investasi tersebut dikembangkan. Perhitungan tersebut dilakukan dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan dari perusahaan seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana investasi tersebut dalam jangka 24 waktu yang ditentukan dan juga penilaian pada kelayakan proyek untuk terus berkembang. 1. Kebutuhan Dana dan Sumbernya Dalam merealisasikan suatu proyek bisnis, perusahaan membutuhkan dana untuk investasi. Menurut Husein Umar (2003, p178), dana tersebut dapat diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin-mesin serta aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya pendahuluan, dan biaya-biaya sebelum operasi. Selain digunakan untuk pengadaan aktiva tetap, dana tersebut juga digunakan untuk modal kerja yang merujuk pada semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar. Untuk menghitung modal kerja yang dibutuhkan dapat digunakan metode berdasarkan waktu yang diperlukan sejak dana tersebut keluar dari kas perusahaan sampai menjadi atau masuk ke dalam kas perusahaan kembali. Setelah menetapkan jumlah dana yang diperlukan untuk melaksanakan rencana investasi tersebut maka langkah selanjutnya adalah menentukan sumber dana. Menurut Husein Umar (2003, p178), beberapa sumber dana yang penting antara lain: a. Modal pemilik perusahaan yang disetorkan. b. Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal. c. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal. d. Kredit yang diterima dari bank. e. Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank. 2. Aliran Kas (Cash Flow) Perusahaan perlu untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat likuiditas dari aliran kas (cash flow) perusahaan karena jika tingkat likuiditasnya terlalu tinggi, yang mungkin disebabkan oleh tingkat perputaran kas yang rendah, keuntungan yang diterima oleh perusahaan akan menjadi rendah. Demikian juga sebaliknya, jika tingkat likuiditas aliran kas tersebut terlalu rendah, yang mungkin disebabkan oleh perputaran kas yang tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi namun aliran kas menjadi tidak likuid jika terjadi kebutuhan dana yang mendadak. Perhitungan terhadap aliran kas sangat penting untuk dilakukan karena arti laba dalam 25 akuntansi tidak sama dengan pengertian kas masuk bersih bagi investor yang justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini menjadi wajar karena hanya dengan aliran kas bersih perusahaan dapat membiayai kewajiban keuangannya. Menurut Husein Umar (2003, p180), kas mempunyai tiga komponen utama yaitu Initial Cash Flow yang berhubungan dengan pengeluaran untuk investasi, Operational Cash Flow yang biasanya mempunyai selisih neto yang positif yang dapat dipakai untuk mencicil pengembalian investasinya, dan Terminal Cash Flow yang merupakan aliran kas dari nilai sisa aktiva tetap yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi dan pengembalian modal kerja awal. 3. Biaya Modal (Cost of Capital) Yang dimaksudkan dengan biaya modal adalah penentuan berapa besarnya biaya real dari masing-masing sumber pendanaan yang digunakan perusahaan dalam menjalankan proyek investasinya. Perusahaan dirasa perlu untuk melakukan perhitungan terhadap biaya penggunaan modal rata-rata keseluruhan sehingga tingkat keuntungan yang layak (cut off rate) dari proyek tersebut dapat diidentifikasi. Menurut Husein Umar (2003, p181) untuk menghitungnya, karena garis besar sumber-sumber pembelanjaan terbagi atas utang dan modal sendiri, maka biaya modal dari masing-masing sumber dihitung seperti penilaian investasi dari biaya utang, aliran kas yang dihitung setelah pajak, demikian pula terhadap biaya modal sendiri. a. Biaya utang. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua jangka waktu yaitu biaya utang dalam jangka panjang dan jangka pendek dimana kedua-duanya dapat dihitung dengan menggunakan konsep present value. b. Biaya modal sendiri. Biaya ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu biaya saham preferen, biaya saham biasa, dan biaya laba ditahan. Untuk menghitung biaya saham preferen dapat digunakan cara yang sama dengan penghitungan biaya modal utang. Rumus yang digunakan: PO = Di mana: P0 = harga jual saham saat ini A× B Kp 26 A = nilai dividen (dalam persen) B = nilai nominal saham Kp = biaya saham preferen Menurut Husein Umar (2003, p184), biaya saham biasa adalah suatu tingkat keuntungan minimal yang harus diperoleh suatu investasi yang dibelanjai oleh saham biasa. Rumus yang digunakan adalah: Ke = D PO Di mana: ke = biaya modal dari saham biasa D = dividen per lembar saham yang konstan setiap kurun waktu tertentu P0 = harga saham saat ini Sedangkan biaya laba yang ditahan memiliki prinsip yang sama dengan biaya saham biasa namun perbedaannya adalah bahwa pada biaya ini tidak dikeluarkan biaya untuk melaksanakan proses saham (floatation cost). 4. Initial dan Operational Cash Flow Yang dimaksudkan dengan initial cash flow adalah dana yang digunakan untuk mendanai dalam pelaksanaan proyek investasi sedangkan yang dimaksud dengan operational cash flow adalah rencana keluar-masuknya dana jika proyek tersebut telah rampung dan dioperasionalkan. 5. Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) Ketidakpastian adalah unsur yang perlu mendapat perhatian khusus dari perusahaan karena dengan adanya unsur tersebut hasil perhitungan di atas kertas dapat menyimpang jauh dari kenyataan yang terjadi. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan berkurangnya kapabilitas suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk mencapai keuntungan maksimal bagi perusahaan. Manfaat dari analisis kepekaan ini adalah untuk memaksa manajer mengidentifikasikan variabel-variabel yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang yang tidak tepat. Kekurangan dari analisis ini adalah bahwa nilai-nilai dari optimistis dan pesimistis bersifat sangat relatif dan bahwa, 27 bisa jadi, variabel-variabel yang mendasarinya saling berhubungan. 6. Penilaian dan Pemilihan Investasi Perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi dengan dana yang terbatas maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut. Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas dapat dilakukan dengan beberapa cara: a. Metode Penilaian Investasi Dalam aspek keuangan perlu dilakukan analsis terhadap aliran kas yang akan terjadi. Terdapat empat metode yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari investasi, yaitu metode Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Profitability Index serta Break Even Point. Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2001, p308), Payback Period (PP) adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Dengan kata lain, metode ini merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya dan hasilnya ditetapkan dalam satuan waktu. Rumus yang digunakan: Nilai Investasi PP= X1 Kas Masuk Bersih Adapun kriteria dari penilaian dengan metode ini adalah bahwa jika Payback Period lebih pendek daripada maximum Payback Period-nya maka proyek investasi tersebut layak untuk dijalankan. Metode ini cukup sederhana untuk digunakan oleh karenanya masih terdapat kelemahan dalam menggunakan metode ini. Kelemahan utamanya adalah bahwa metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang dan juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback. Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2001, p314) Internal Rate of Return (IRR) adalah teknik anggaran modal yang mencerminkan tingkat pengembalian yang menyeimbangkan nilai masukan sekarang dengan nilai keluaran sekarang. Rumus yang digunakan: 28 n Io = ∑ t =1 CFt (1 + IRR) 2 Di mana: t = tahun ke n = jumlah tahun I0 = nilai invesasi awal CF = arus kas bersih IRR = tingkat bunga yang dicari harganya Kriteria penilaian dari metode ini adalah jika IRR yang dihasilkan lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. Terdapat rumus IRR yang menggunakan interpolasi, yaitu: IRR = P1 − C1 × − P2 − P1 C 2 − C1 Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2001, p311) Net Present Value atau Nilai Bersih Sekarang adalah teknik anggaran modal yang didefinisikan sebagai nilai sekarang arus bersih masa depan setelah pajak dikurangi pengeluaran awal proyek. n NPV = ∑ t =1 CFt (1 + K ) t Di mana: CF = aliran kas per tahun pada periode t I0 = investasi awal pada tahun 0 K = suku bunga (discount rate) Menurut Husein Umar(2003, p201), kriterian penilaian dari metode ini adalah: a. Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima b. Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak c. Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak 29 Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2001, p312), Profitability Index adalah rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan terhadap pengeluaran awalnya. Rumus yang digunakan: PI = PVKasMasuk PVKasKeluar Kriteria penilaian untuk metode ini adalah bahwa jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan namun jika PI < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan. Menurut Husein Umar (2003, p202), analisis pulang pokok (Break Even Point) adalah suatu media analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dimaksud adalah biaya yang terbagi menjadi tiga yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi-variabel. Dengan menggunakan regresi linear yang mempunyai persamaan sebagai berikut: Y=a+b.X dimana: Y = jumlah biaya semi variable a = jumlah biaya tetap b = biaya variabel per unit X = luas produksi Setelah menentukan semua konstanta di atas, selanjutnya perhitungan pulang pokok dapat dilakukan dengan rumus: TR = TC atau Q . P = a + b . X dimana: Q = tingkat produksi (unit) P = harga jual per unit 30 A = biaya tetap Jika dilakukan analisis lebih lanjut lagi dimana yang dianalisa adalah jumlah produksi untuk mencapai titik pulang pokok maka rumus yang digunakan adalah : X = (a / P – b) Dan jika yang dicari adalah nilai atau total harga untuk mencapai titik pulang pokok maka rumus yang digunakan adalah: X .P = a (1 − b) P b. Pilihan Leasing atau Beli. Perusahaan terkadang dihadapkan pada suatu dilema dimana perusahaan harus memilih antara membeli atau menyewa, katakanlah, suatu sistem informasi. Maka untuk mencari jalan keluarnya adalah dengan membanding biaya leasing dengan harga yang ditawarkan jika perusahaan ingin mengembangkan sistem informasi untuk memperlancar operasionalnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai leasing adalah: NAL = Io − ∑ Lt (1 − T ) + TDept {1 + (1 − T ) K b } dimana : NAL= Net Advantage of Leasing I0 = Harga fasilitas (aktiva tetap) Lt = Pembayaran sewa secara periodik Dept= Jumlah beban penyusutan dalam periode t Kb = Biaya utang sebelum pajak T = Tarif pajak n = Umur penyusutan dan umur ekonomis Kriteria penilaian dari metode ini adalah : Jika, nilai NAL = 0, maka biaya membeli sama dengan biaya leasing. 31 Jika, nilai NAL > 0, maka biaya membeli lebih besar dari biaya leasing. Jika, nilai NAL < 0, maka biaya membeli lebih kecil dari biaya leasing. c. Urutan prioritas Bila perusahaan dihadapkan pada situasi dimana perusahaan harus menentukan prioritas daripada rencana-rencana investasinya, maka proses pengurutan prioritas dapat digunakan. Menurut Husein Umar (2003, p207-209), terdapat lima skenario pengurutan prioritas: 1. Mutually Exclusive (saling meniadakan) Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek A maka proyek-proyek lain ditiadakan. Instrumen pengukuran yang cocok digunakan pada skenario ini adalah metode Net Present Value (NPV) atau Internal Rate Return (IRR) tergantung pada persoalan yang dihadapi dan karakteristik keduanya. 2. Contingency (saling terkait) Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek A yang erat hubungan dengan proyek B, maka proyek B atau yang lainnya diikutsertakan juga. Metode-metode yang dapat digunakan dalam skenario ini adalah Profitibality Index (PI), Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan lainnya. 3. Independence (saling bebas) Dalam skenario ini jika perusahaan memilih proyek A sesuai dengan kelayakannya dan ternyata proyek B (bertolak belakang dengan proyek A dalam hal jenis investasi) juga memiliki kelayakan untuk dijalankan maka keputusan terhadap proyek mana yang akan direalisasikan harus dipelajari kemudian karena dianggap tidak berkaitan. 4. Capital Budget Constrain (Keterbatasan keuangan) Dalam skenario ini dimana perusahaan dihadapkan pada keterbatasan dana maka proyek yang akan direalisasikan hanya satu atau beberapa yang memenuhi syarat kelayakan yang telah dijelaskan. 5. Cost Effectiveness (Biaya Efektif) Dalam situasi seperti ini pengurutan pengerjaan proyek didasarkan pada sumber 32 daya yang mendesak untuk segera digunakan, seperti tenaga kerja yang menganggur. 2.5 Metode Penelitian 2.5.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk membuat gambaran secara sistimatik, faktual dan akurat. Selain itu metode ini juga digunakan untuk meneliti suatu objek penelitian dan menemukan fakta-fakta yang ada. 2.5.2 Teknik Pengumpulan Data Data-data dikumpulkan melalui dua metode, yaitu metode penelitian kepustakaan dan metode penelitian lapangan. 1. Penelitian kepustakaan Penelitian dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku kepustakaan (literature) dan berbagai jenis sumber data lainnya yang bersifat teoritis, yang faktual dan actual, yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Misalnya melalui media internet (www.Kompas.Com). Dengan studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder dan landasan teori sebagai bahan studi perbandingan, sehingga diperoleh konsep sebagai titik tolak pembahasan. 2. Penelitian lapangan Penelitian dilakukan dengan mendatangi secara langsung tempat-tempat yang menjadi obyek penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Observasi/Pengamatan Merupakan pengamatan secara langsung terhadap berbagai masalah yang berkaitan dengan obyek penelitian, antara lain pengamatan secara langsung dengan mendatangi perusahaan yang sejenis dalam berproduksi, mengamati sistem cara kerja perusahaan dalam hal proses produksi, mengamati saluran distribusinya, serta pengamatan terhadap catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang ada dalam perusahaan. 33 b. Wawancara (interview ) Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan yang berwenang yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data yang diperlukan. 2.5.3 Definisi Operasionalisasi Variabel Variabel Dimensi Indikator Ukuran Penilaian Aspek-aspek Peramalan Metode Perkiraan Kualitatif Kelayakan Usaha penilaian: Permintaan produk Aspek Pasar dan Bauran Pemasaran Metode Deskriptif Kualitatif Penilaian Alternatif Metode Deskriptif Kualitatif Lokasi Subjektif Proses Produksi Metode Deskriptif Kualitatif Kapasitas Produksi Perkiraan Kualitatif Layout/Letak Pabrik Metode Deskriptif Kualitatif Pengorganisasian Metode Deskriptif Kualitatif pemasaran Aspek Teknis Aspek Manajemen Manajemen Aspek Lingkungan Lingkungan, Sosial, Metode Deskriptif Kualitatif dan Ekonomi Aspek Keuangan Sumber Modal dan Modal Sendiri Biaya Modal Cash Flow Initial Cash Flow Operational Cash Flow Terminal Cash Flow 34 PP = Penilaian Investasi : NilaiInvestasi ×1 KasMasukBersih Payback Period IRR IRR = P1 − C1 × n NPV PI NPV = ∑ t =1 PI = − P2 − P1 C 2 − C1 CFt (1 + K ) t PVKasMasuk PVKasKelua r 2.5.4 Teknik Analisis data Teknik analisis data pada penulisan ini adalah dengan Metode Deskriptif Kualitatif dan Metode Deskriptif Kuantitatif. a. Metode Deskriptif Kualitatif: 1. Aspek Pasar dan Pemasaran yaitu menjelaskan peramalan permintaan produk dan bauran pemasarannya. 2. Aspek Teknis yaitu menjelaskan penilalian alternatif lokasi, proses produksi, kapasitas. 3. Produksi dan tata letak pabrik (layout). 4. Aspek Manajemen yaitu menjelaskan pengorganisasian manajemenya. 5. Aspek Lingkungan yaitu membahas lingkungan sosial dan dampak AMDAL (Pencemaran Lingkungan). Teknik Peramalan menggunakan perkiraan kualitatif b. Metode Deskriptif Kuantitatif: Metode Penilaian Investasi 35 1. Payback Periode PP = Io × 1tahun CF 2. NPV (Net Present Value) n NPV = − Io + ∑ t =1 oCF (1 + k ) t 3. IRR (Internal Rate of Return) n IRR = ∑ t =1 CFt − Io (1 + IRR) t 4. PI (Profitability Index) PI = GPV Io