BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang sudah sangat lama dikenal manusia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya relief yang menggambarkan orang dengan gibbus pada peninggalan mesir kuno (Depkes, 2008). Bukti lainnya adalah penemuan kerusakan tulang vertebra toraks yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000-4000 SM. Pada tahun 1882, Robert Koch menemukan kuman penyebabnya yaitu semacam bakteri berbentuk batang. Penyakit ini kemudian dinamakan tuberkulosis dan hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang olehnya, tetapi yang paling banyak adalah organ paru (Amin dan Bahar, 2009). Tuberkulosis paling sering menginfeksi sistem respirasi, baik berdiri sendiri ataupun bersamaan dengan TB pada organ lain, dimana TB paru memiliki persentase lebih dari 85% dari keseluruhan kasus TB di Hongkong (Wong, 2008). Pada penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan, yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80 % dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang mudah menular. Tuberkulosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TB yang menyerang organ tubuh lain, selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limpe, persendian tulang belakang, saluran kencing,susunan syaraf pusat dan perut. Pada dasarnya penyakit TB ini tidak pandang bulu karena kuman ini dapat menyerang semua organ-organ dari tubuh (Hiswani, 2002). Tuberkulosis merupakan penyakit multiorgan dengan berbagai gejala dan manifestasi klinis yang merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi diseluruh dunia (Herchline, 2013). Pada Maret 1993, World Health Organization (WHO) mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap Universitas Sumatera Utara sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (Amin dan Bahar, 2009). Pada tahun 1997, kasus baru secara total diperkirakan 7,96 juta (rentang 6,3-11,1 juta) dengan 3,52 juta (44%) merupakan kasus menular (rentang 2,8-4,9 juta) dengan kuman positif (smear positive) dan sekitar 16,2 juta (12,1-22,5 juta) kasus tercatat sebagai pasien TB. Diperkirakan kematian berkisar 1,87 juta (1,42,8 juta) setiap tahun dan angka kematian global sekitar 23% dan lebih dari 50% di Afrika karena angka kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Angka prevalensi secara global adalah 32% (1,86 juta orang). Sekitar 80% dari seluruh kasus TB terdapat di 22 negara dan lebih dari separuhnya berasal dari Asia Tenggara. Diperkirakan 1 kematian setiap 15 detik (lebih dari 2 juta per tahun). Tanpa pengobatan 60% kasus TB akan meninggal (Kusuma, 2007). Pada tahun 2005, 8,8 juta orang terinfeksi TB aktif dan 1,6 juta orang meninggal. Kasus tersebut banyak terjadi di Asia Tenggara dan Afrika (Jeoung dan Lee, 2008). Pada tahun 2011, kasus TB baru paling banyak terjadi di Asia sekitar 60% dari kasus baru yang terjadi di seluruh dunia. Akan tetapi, Afrika Sub Sahara memiliki jumlah terbanyak kasus baru per populasi dengan lebih dari 260 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2011 (WHO, 2013). Jumlah kasus TB terbanyak adalah Asia Tenggara (35%), Afrika (30%), dan Pasifik Barat (20%). Berdasarkan data WHO pada tahun 2011, lima negara dengan insiden kasus TB terbanyak yaitu, India (2,0-2,5 juta), China (0,9-1,0 juta), Afrika Selatan (0,4-0,6 juta), Indonesia (0,4-0,5 juta), dan Pakistan (0,3-0,5 juta). India dan Cina masingmasing menyumbangkan 26% dan 12% dari seluruh jumlah kasus di dunia (WHO, 2012). Di Indonesia, diperkirakan prevalensi TB untuk semua tipe TB adalah 565.614 kasus pertahun, 244 per 10.000 penduduk dan 1.550 per hari. Insidensi penyakit TB 528.063 kasus per tahun, 228 kasus per 10.000 penduduk dan 1.447 perhari. Insidensi kasus baru 236.029 per tahun, 102 kasus per 10.000 penduduk, dan 647 per hari. Insidensi kasus TB yang mengakibatkan kematian 91.369 kasus per tahun, 30 kasus per 10.000 penduduk dan 250 kasus per hari (Depkes, 2010). Universitas Sumatera Utara Di Sumatera Utara, terdapat penemuan kasus baru BTA (+) yaitu 14.158 kasus per tahun (Depkes, 2009). Di tahun 2011, case detection rate TB paru adalah 69,4 % dengan success rate 81,4% (Kemenkes RI, 2012). Mengingat tingginya kasus TB di Indonesia, terutama Sumatera Utara, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menilai prevalensi dan karakteristik penderita TB di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana prevalensi dan karakteristik penderita TB paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2012 ? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik penderita TB paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB paru berdasarkan umur. 2. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB paru berdasarkan jenis kelamin. 3. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB paru berdasarkan tipe pasien. 4. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB paru berdasarkan hasil pemeriksaan dahak. 5. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB paru berdasarkan hasil pengobatan. 6. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB paru berdasarkan kategori pengobatan. Universitas Sumatera Utara 1.4. Manfaat penelitian 1. Bagi BP4, penelitian bermanfaat dalam menambah informasi data mengenai karakteristik penderita TB paru yang ada di tempat penelitian tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih tepat sesuai karakteristik masing-masing penderita yang datang berobat. 2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang prevalensi dan karakteristik penderita TB yang datang berobat ke BP4. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat dalam penerapan pencegahan dan bermanfaat dalam mengenal penderita TB lebih dini dengan mengetahui karakteristik dari penderita TB sehingga dapat diobati sedini mungkin untuk mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi. 4. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan informasi untuk penelitian sejenis selanjutnya. Universitas Sumatera Utara