BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan asal katanya, manajemen berasal dari kata management yang merupakan bentuk nouns dari kata kerja to manage yang bermakna mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola, sehingga manajemen adalah pengurusan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengelolaan.Kata sumber daya manusia merujuk pada pengertian manusia sebagai sumber daya. Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai pendekatan stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik organisasi, orangorang yang bekerja dalam organisasi, baik secara individual maupun kolektif, dan memberikan sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi (Amstrong, 2003). Mendefinisikan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sebagai bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur Sumber Daya Manusia (Umar, 2004). Definisi dari Carry Desleer “the policies and practices one need to carry out the „peopleā or human resources aspects of a management position, including recruiting, screening, training, rewarding and appraising”. Definisi dari Beer Et Al “Human resource management involves all management decisions and action that affect the relationship between the organization and employee – its human resource”. Definisi dari Pettigrew dan Whipp “human resource management relates to the total set of knowledge, skill, and attitudes that firms need to complete. It involves consern for and action in the management of people, including : selection, training and development, employee relation, and compensation. Such action may be bound 12 together by the creation of an HRM philosophy”. Definisi dari Michael Amstrong “Manajemen Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai pendekatan stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik organisasi – orang-orang yang bekerja didalam organisasi, baik secara individual maupun kolektif, guna memberi sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi”. Dari ke empat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia berkaitan dengan pengelolaan manusia yang berada si dalam suatu organisasi yang ingin mencapai tujuan bersama, yaitu tujuan organisasi. Ada juga definisi lain yang mengatakan bahwa MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Menurut Nawawi dalam Darmawan (2003) bahwa konsep konsep SDM memiliki tiga pengertian, yaitu : 1. SDM adalah personil, tenaga kerja, karyawan yang bekerja dilingkungan organisasi 2. SDM adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi untuk mewujudkan eksistensinya 3. SDM adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (nonmaterial) di organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik untuk mewujudkan eksistansi organisasi. MSDM merupakan bagian terpenting.SDM disuatu organisasi perlu pengembangan sampai taraf tertentu sesuai perkembangan organisasi.Apabila organisasi ingin berkembang seyogianya diikuti pengembangan SDM.Pengembangan SDM ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan berkesinambungan.Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangan SDM, terutama pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian. 13 MSDM (Manajemen Sumber Daya Manusia) bertugas mempelajari dan mengembangkan cara-cara agar manusia dapat secara efektif diintegrasikan ke dalam berbagai organisasi guna mencapai tujuan tujuannya. Tugas MSDM berkisar pada upaya mengelola unsur manusia dengan segala potensi yang dimiliki seefektif mungkin sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas (satisfied) dan memuaskan (satisfactory) bagi organisasi. MSDM secara umum mencakup kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan: 1) Desain Organisasi 2) Staffing 3) Sistem Reward, tunjangan-tunjagan dan pematuhan/compliance 4) Manajemen Performansi 5) Pengembangan Pekerja dan Organisasi, dan 6) Komunikasi dan hubungan masyarakat. Dengan demikian, dapat diidentifikasi bahwa lingkup MSDM meliputi semua aktivitas yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi. Berdasarkan tugas dari MSDM tersebut, maka MSDM memiliki tugas-tugas yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu fungsi manajerial, fungsi operasional, dan fungsi kedudukan MSDM dalam pencapaian tujuan organisasi secara terpadu. Fungsi manajerial dalam MSDM memiliki keterkaitan yang erat dengan kegiatan sebagai berikut: 1. Perencanaan; Bagi manajemen sumber daya manusia, perencanaan berarti penentuan terlebih dahulu suatu program manajemen sumber daya manusia yang akan membantu mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. 2. Pengorganisasian; Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.Bagi seorang manajer sumber daya manusia, membentuk suatu organisasi haruslah dengan 14 merencanakan hubungan antara pekerjaan dan factor-faktor fisik, hubungan antara sesama kelompok dan hubungan antara pimpinan secara keseluruhan. 3. Pengarahan; Fungsi ini meliputi bagaimana cara melaksanakan pekerjaan atau bagaimana mengusahakan agar pekerja mau bekerja sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan. 4. Pengendalian Pengawasan adalah suatu fungsi manajemen yang menyangkut masalah pengaturan terhadap berbagai kegiatan sesuai dengan rencana manajemen sumber daya manusia yang dirumuskan. Fungsi kedua dari MSDM merupakan fungsi operasional yang meliputi : 1. Manajemen pengadaan; Fungsi pengadaan meliputi penetuan program penarikan karyawan baik jumlah, jenis, maupun mutu atau kualitas karyawan serta seleksi dan penempatannya. 2. Upaya pengembangan; pengembangan karyawan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan melalui pelatihan atau pendidikan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan tertentu. 3. Pemberian kompensasi; Fungsi kompensasi berhubungan dengan pemberian imbalan atau penghargaan yang adil dan layak bagi kehidupan manusia dan diberikan kepada karyawan atas jasa atau pekerjaan yang telah diberikan untuk mencapai tujuan organisasi. 15 4. Pengintegrasian Fungsi pengintegrasian berhubungan dengan penyesuain keinginan individual karyawan dengan keinginan organisasi serta masyarakat. 5. Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan berhubungan dengan usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi para karyawan dan pemeliharaan sifat yang menyenangkan. 6. Pemutusan hubungan kerja Fungsi pemutusan hubungan kerja berhubungan dengan pemisahan karyawan dari organisasi untuk mengembalikan sesuatu kepada masyarakat yang dapat berbentuk pensiun, pemberhentian, pemecatan, atau penempatan diluar perusahaan. Fungsi ketiga, yaitu kedudukan MSDM dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu, merupakan upaya-upaya yang bersifat integratif sebagai bagian dari strategi MSDM dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan Menurut temple dalam Umar (2005) ciri-ciri SDM produktif adalah cerdas dan dapat belajar ralatif cepat, kompeten secara profesional, kreatif dan inovatif, memahami pekerjaan, belajar dengan cerdik, menggunakan logika, efisien, itak mudah macet dalam pekerjaan, selalu mencari perbaikan-perbaikan, tetap tahu kapan harus terhenti, di anggap bernilai oleh atasannya, memiliki catatan prestasi yang baik, selalu meningkatkan diri. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Ranupandojo dan Husnan dalam Darmawan (2003), berpendapat bahwa pengembangan SDM adalah usaha-usaha untuk meningkatkan keterampilan maupun pengetahuan umum bagi karyawan untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.Moenir dalam Darmawan (2003), megartikan pengembangan SDM sebagai usaha yang ditujukan untuk memajukan karyawan dari segi karier, pengetahuan, maupun kemampuan.Notoatmodjo dalam 16 Darmawan (2003), berpendapat bahwa batasan pengembangan SDM dapat dilihat secara makro dan secara mikro. Secara makro, pengembangan SDM merupakan suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Secara mikro, merupakan suatu proses perencanaan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan kemampuan karyawan untuk menghasilkan hasil yang optimal. Menurut Moenir dalam Darmawan (2003), ada tiga cara pengembangan tersebut, yaitu melalui program pendidikan dan pelatihan, promosi dan tansfer. Secara lebih terperinci bentuk pengembangan SDM terdiri dari berbagai ragam seperti pelatihan dan pendidikan, rotasi jabatan, delegasi tugas, promosi, pemindahan, konseling, penugasan dlam keanggotaan suatu panitia dan konferensi.Menurut Mathis dan Jackson dalam Darmawam (2003), pelaksana program pengembangan SDM yang tepat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja organisasi. Proses pengembangan strategi SDM yang dilakukan oleh para pimpinan secara teratur pada organisasinya akan memperoleh manfaaat berupa kecakaan/kemampuan tersendiri (distinctive capability) dalam beberapa hal dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan, seperti : 1. Yang sifatnya strategis sebagai berikut: a. Kemampuan mendefinisikan kesempatan maupun ancaman bagi SDM dalam mencapai tujuan bisnis. b. Dapat memicu pemikiran baru dalam memandang isu-isu SDM dengan orientasi dan mendidik partisipan serta menyajikan perluasan perspektif. 17 c. Menguji komitmen manajemen terhadap tindakan yang dilakukan sehingga dapat mencitakan proses bagi alokasi sumber daya program-program spesifik dan aktivitas. d. Mengembangkan rasa untuk terpaksa (sense of urgency) dan komitmen untuk bertindak. 2. yang sifatnya operasional, dapat bermanfaat untuk: a. Meningkatkan pendayagunaan SDM guna memberi konstrbusi terbaik. b. Menyelaraskan aktivitas SDM dengan sasaran organisasi agar setiap pegawai/tenaga kerja dapat mengoptimalkan potensi dan keterampilannya guna meningkatkan kinerja organisasi. c. Penghematan tenaga, biaya, waktu yang diperlukan sehingga dapat meningkatkan efisiensi guna kesejahteraan pegawai/karyawan (Nawawi, 2005) Menurut siagian (2002) mengemukakan tujuh manfaat Pengembangan SDM seperti berikut: a. Peningkatan produktivitas kerja. b. Terwujudnya hubungan serasi antara atasan dan bawahan. c. Tersedianya proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. d. Meningkatnya semangat kerja seluruh anggota dalam organisasi. e. Mendorong sikap keterbukaan manajemen. f. Memperlancar jalannya komunikasi efektif. g. Penyelesaian konflik secara fungsional Tujuan pengembangan hakikatnya menyangkut hal-hal berikut : 1. Produktivitas Kerja 18 Dengan pengembangan, produkrivitas kerja karyawan akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik. 2. Efisiensi Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan berkurang, biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing perusahaan semakin besar. 3. Kerusakan Pengembangan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang, produksi, dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. 4. Kecelakaan Pengembangan bertujuan mengurangi tingkat kecelakaan karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan berkurang. 5. Pelayanan Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya penarik yang sangat penting rekan-rekan perusahaan bersangkutan 6. Moral Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. 19 7. Karier Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik. 8. Konseptual Dengan pengembangan, manajer semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill, dan managerial skill-nya lebih baik. 9. Kepemimpinan Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik, human relation-nya lebih luwes, motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerjasama vertikal dan horizontal semakin harmonis. 10. Balas Jasa Dengan pengebangan, balas jasa (gaji, upah insentif, dan benefits) karyawan akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar. 11. Konsumen Pengembangan akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau pelayanan yang lebih bermutu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan (pendidikan dan pelatihan) perlu dilakukan di setiap perusahaan karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan, karyawan dan masyarakat konsumen. A. Pendidikan dan Pelatihan Menurut Notoatmodjo (2003) Pendidikan dan Pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan SDM, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pendapat lain menurut Darmawan (2013) Pendidikan dan Pelatihan diartikan sebagai kegiatan organisasi yang di desain untuk 20 memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan sesuai kebutuhan organisasi sehinggakaryawan yang bersangkutan lebih maju untuk melaksanakan tugas tertentu. Sedangkan menurutAndrew E. Sikula dalam Samsudin (2010) mendefinisikan pendidikan sebagai berikut, “Development is a longterm educational process utilizing a systematic and organized prodecure by wich managerial personnel learn conceptual and theoretical knowledge for general purpose”. Pendidikan berbeda dengan pelatihan.Pendidikan lebih bersifat filosofis dan teoretis. Pendidikan dan pelatihan mempunyai tujuan yang sama, yaitu pembelajaran. Pelatihan merupakan bagian dari Pendidikan.Pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera.Spesifik dan segera berarti sudah dilatihkan dapat dipraktikan. Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan menurut Notoatmodjo (2003), dalam suatu institusi, secara teori dapat di lihat dari tabel berikut: Tabel Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan N Perbedaan Pendidikan Pelatihan o Pengembangan 1 kemampuan Area 2 Kemampuan Menyeluruh Mengkhususkan (overall) (specific) kognitif, afektif Psikomotor (psychomotor) Jangka 3 waktu pelaksanaan Panjang(longterm) Pendek(shortterm) Materi 4 yang diberikan Lebih umum Lebih khusus Penekanan 5 metode belajar Konventional mengajar 21 Inconventional Penghargaan 6 akhir proses Gelar (degree) Sertifikat (non- degree) Dasar pemikiran pokok mengenai pendidikan dan pelatihan mencakup empat pokok, yaitu : 1. Pendidikan dan pelatihan haruslah berupa proses yang kontinyu dan tetap. 2. Pendidikan dan pelatihan diterapkan ke setiap tingkat dan jabatan. 3. Tanggung jawab manajer tehadap kegiatan pendidikan dan pelatihan tidak boleh didelegasikan pihak luar. Pelaksanaan dapat didelegasikan, namun tanggung jawab tetap di tangn manajer yang bersangkutan. 4. Tindakan follow up terhadap pendidikan dan pelatihan sangat penting setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang, maka pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya harus memperoleh perhatian yang besar. Pentingnya program pendidikan dan pelatihan bagi suatu organisasi antara lain sebagai berikut : 1. SDM atau karyawan yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam organisasi, belum tentu mempunyai kemampuan yang sesuai dengan persyaratan yang diperlukan dalam jabatan tersebut. Oleh karena itu karyawan atau staf baru perlu penambahan kemampuan yang mereka perlukan. 2. Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan mempengaruhi suatu organisasi/instansi. Oleh sebab itu jabatan-jabatan yang dulu belum diprlukan, sekarang diperlukan. 3. Promosi dalam suatu organsasi/institusi adalah suatu keharusan, apabila organisasi itu mau berkembang. Pentingnya promosi bagi seseorang adalah sebagai salah satu reward dan insentive (ganjaran dan perangsang). Kadang- 22 kadang kemampuan seorang karyawan yang akan dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu masih belum cukup. Untuk itulah maka diperlukan pendidikan dan pelatihan tambahan. 4. Di dalam masa pembangunan ini organisasi-organisasi atau instansi-instansi, baik pemerintah maupun swasta merasa terpanggl untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para karyawannya agar diperoleh efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan. Pentingnya pendidikan dan pelatihan seperti yang telah diuraikan, bukanlah semata-mata bagi karyawannya atau pegawai yang bersangkutan, tetapi juga keuntungan bagi organisasi.Karena dengan meningkatnya kemampuan atau keterampilan para karyawan, dapat meningkatkan produktivitas kerja para karyawan. Produktivitas keraja para karyawan meningkat, erarti organisasi yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan 2.2 Kinerja Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi kerja karyawan yang dikemukakan Kusriyanto (1991:3) adalah: “perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya per jam)”. Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2005) juga menyatakan penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukanoleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.Dale Yoder dalam Hasibuan (2005) mendefinisikan penilaian kinerjamerupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai.1 23 Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya Sedangkan Husein Umar (1997:266), membagi aspek-aspek kinerja sebagai berikut: 1) Mutu pekerjaan, 2) Kejujuran karyawan, 3) Inisiatif, 4) Kehadiran, 5) Sikap, 6) Kerjasama, 7) Keandalan, 8) Pengetahuan tentang pekerjaan, 9) Tanggung jawab, dan 10) Pemanfaatan waktu kerja. Adapun aspek-aspek standar pekerjaan terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Aspek kuantitatif meliputi: 1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan, 2. Waktu yang dipergunakan untuk lamanya melaksanakan pekerjaan, 3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan 4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja. 24 2.3 Pegawai Negeri Sipil Definisi Pegawai Negeri ditetapkan dalam pasal 1 huruf a Undang-undang No. 8 tahun 1974 dengan perumusan sebagai berikut: “Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Senada juga dalam UU No. 43 tahun 1997 tentang pokok-pokok kepegawaian yang menyatakan pegawai negeri adalah setiap warga negara RI yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Ensiklopedi Administrasi (1977:241) menyatakan Pegawai Negeri Sipil adalah Unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah untuk menyelenggarakan tugas pemerintah atau pembangunan. Pegawai Negeri bukan saja unsur Aparatur Negara, tetapi juga Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang hidup ditengah-tengah masyarakat yang bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh sebab itu dalam melaksanakan pembinaan, hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dengan kepentingan Pegawai Negeri sebagai perorangan dengan ketentuan bahwa apabila terdapat perbedaan antara kepentingan dinas dan Pegawai Negeri sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus didahulukan. Rumusan Pegawai Negeri tersebut bertolak belakang dari pokok pikiran yang menyatakan bahwa 25 Pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi pemerintah secara umum, tetapi juga harus mampu untuk melaksanakan fungsi pembangunan yang tidak hanya menggerakkan tetapi juga memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat. Yang Termasuk Pegawai Negeri Sipil: 1. Pegawai Negeri Sipil Pusat Menurut penjelasan dari Undang-undang No. 8 tahun1974 (TLN No. 3041) maka yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah: a. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi /Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah-daerah. b. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Jawatan. c. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada daerah otonom. d. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan sesuatu peraturan perundangundangan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain. e. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggarakan tugas Negara lainnya, seperti Hakim pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dan lain-lain. 2. Pegawai Negeri Sipil Daerah Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Otonom.Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya. 26 3. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Berdasarkan hal-hal tertentu seperti sumber penggajian dan sebagainya dapat dimasukkan ketegori pegawai negeri sipil: a. Pegawai perusahaan umum dan perusahaan negara yang belum dialihkan bentuknya b. Pegawai lokal pada perwakilan RI diluar negeri c. Pegawai harian dan lepas d. Pensiunan dan purnawirawan e. Pegawai dengan ikatan dinas untuk waktu terbatas f. Kepala kelurahan dan anggota-anggota perangkat kelurahan menurut Undang-undang No. 05 Tahun 1979 g. Pegawai bulanan disamping pensiunan Menurut Heraty and Morley, 1998 dalam Recruitment Methods Used by Software Industry in Pakistan: Issues and Concerns mengatakan bahwa “Effective recruitment plays a vital role in the organization’s success. These strategies, if efficiently and thoughtfully planned and implemented, enable companies to have highperforming employees who contribute in the success of organization positively. On the other hand, poorly recruited employees always remain a misfit in the organization and always hinder its success in achieving its objectives” (Rekrutmen yang dilakukan secara efektif akan mampu membawa organisasi mencapai tujuannya. Hal tersebut akan efisien jika direncanakan dan diterapkan, sehingga tidak salah memilih calon pegawai dalam melaksanakan tugas organisasi dan bisa mencapai sasaran organisasi). 27 2.4 Rekrutmen a. Pengertian Rekrutmen Tenaga Kerja Perekrutan tenaga kerja yang baru bagi suatu perusahaan atau organisasi merupakan tantangan bagi Manajemen Sumber Daya Manusia, karena perekrutan tenaga kerja merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya perencanaan. Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2003:40) menjelaskan bahwa: “Penarikan atau perekrutan adalah usaha mencari dan mempengaruhi tenaga kerja agar mau melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam suatu perusahaan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Bernadin dan Russel rekrutmen merupakan proses penemuan dan penarikan para pelamar yang tertarik dan memiliki kualifikasi terhadap lowongan yang dibutuhkan. (Ambar T. Sulistiyani, 2002: 134). Menurut Sheila M. Rioux, Ph. D., and Paul Bernthal, Ph. D. dalam Recruitment and Selection Practices mengatakan bahwa “Recruitment is the process of identifying and attracting potential candidates from within and outside an organization to begin evaluating them for future employment. Once candidates are identified, an organization can begin the selection process. This includes collecting, measuring, and evaluating information about candidates' qualifications for specified positions. Organizations use these processes to increase the likelihood of hiring individuals who possess the right skills and abilities to be successful at their jobs” (Perekrutan adalah proses tentang mengidentifikasi dan menarik calon-calon potensial dari dalam dan satu organisasi luar untuk mulai mengevaluasi mereka untuk ketenagakerjaan masa depan. Begitu calon-calon dikenali, satu organisasi dapat mulai proses pemilihan. Hal ini termasuk pengumpulan, mengukur, dan mengevaluasi informasi tentang kecakapan-kecakapan calon untuk posisi-posisi yang ditetapkan.Organisasiorganisasi menggunakan proses-proses ini semua untuk meningkatkan kemungkinan 28 merekrut individu yang menguasai keterampilan-keterampilan dan kemampuankemampuan yang benar agar berhasil pada pekerjaan mereka). Menurut Rynes, Bretz & Gerhart. 1991, dalam Necessity of Effective Communication About Salary and Other Benefits of Entry Level Positions: An Empirical Study, Vol. 3. No. 1 mengatakan bahwa “Recruitment is commonly viewed as an element in the socialization process prior to organizational entry. During this stage, employers attempt to attract the type of employee who is most likely to be successful in the organization. This is done, in part, because selection is a two way decision-making process” (Perekrutan adalah biasanya dipandang sebagai satu unsur di dalam proses sosialisasi sebelum masukan organisatoris. Selama langkah dalam tahap ini, usaha para pemberi kerja untuk menarik jenis dari karyawan siapa yang paling mungkin untuk sukses di dalam organisasi. Hal ini dilakukan dalam bagian, karena pemilihan adalah suatu dua proses pengambilan keputusan jalan). b. Tujuan Rekrutmen adalah: 1. Rekrutmen sebagai alat keadilan social 2. Rekrutmen sebagai teknik untuk memaksimumkan efisiensi 3. Rekrutmen sebagai strategi responsivitas politik. Tujuan-tujuan pasca pengangkatan perlu pula dipikirkan. Tujuan lain adalah bahwa upaya-upaya perekrutan hendaknya mempunyai efek luberan yakni citra umum organisasi harus menanjak dan bahkan pelamar-pelamaryang gagal haruslah mempunyai kesan positif terhadap organisasi dan produknya. Menurut Siagian (1996:102) rekrutmen adalah proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar yang kapabel untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rekrutmen adalah proses mencari dan menemukan pegawai atau pelamar yang sesuai dengan 29 kualifikasi yang ada pada sebuah instansi maupun organisasi. Pada prinsipnya yang disebut rekrutmen adalah proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk menjadi pegawai pada dan oleh organisasi tertentu. Selanjutnya rekrutmen juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas mencari, memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian. c. Kendala dalam rekrutmen diantaranya: i. Faktor–faktor organisasi Adanya berbagai kebijaksanaan yang ditetapkan dan diberlakukan dalam suatu organisasi dimaksudkan agar organisasi yang bersangkutansemakin mampu mencapai tujan dan sasarannya sehingga bisa saja kebijaksanaan tersebut membatasi ruang gerak pencari tenaga kerja baru ii. Kebiasaan para pencari kerja Karena beberapa faktor seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman, para pencari kerja tersebut dalam melaksanakan rekrutmen mungkin saja mempunyai kebiasaan-kebiasaan tertentu yang tentunya ada segi positif yaitu proses rekrutmen dapat berjalan relatif cepat berkat pengalaman dan pengetahuannya, maupun negatifnya yaitu kecenderungan melakukan kesalahan yang sama dan sikap pandang enteng terhadap tugasnya. iii. Faktor-faktor eksternal yang bersumber dari lingkungan organisasi bergerak. Tidak bisa diabaikan apa yang terjadi disekitar organisasi, artinya faktor- faktor eksternal atau lingkungan harus selalu mendapat perhatian, yaitu: a. Tingkat pengangguran, dalam hal ini ketika tingkat pengangguran tinggi maka para perekrut harus bisa bertindak lebih selektif karena bisa saja banyak pelamar yang melebihi ketentuan organisasi sebaliknya ketika tingkat pengangguran 30 sangat rendah maka pencari tenaga kerja tidak dapat jual mahal kepada para pelamar. b. Kedudukan organisasi pencari tenaga kerja, dalam hal ini organisasi yang mempunyai kedudukan tinggi maka akan membuat para pelamar merasa senang akan berada pada organisasi tersebut. c. Langka tidaknya keahlian, dalam hal ini terpengaruh oleh semakin beranekaragamnya keahlian dan keterampilan menuntut sebuah organisasi tersebut merekrut tenaga yang pada dasarnya sangat terbatas sehingga tidak jarang sebuah organisasi merubah kebijaksanaan. d. Peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan, peraturan yang harus ditaati dan tidak bisa diganggu gugat lagi. e. Praktek rekrutmen oleh organisasi lain, terjadinya praktek-praktek melanggar norma etika dalam sebuah organisasi f. Tuntutan tugas yang kelak akan dikerjakan oleh para pekerja baru itu, dalam hal ini para pencari kerja biasanya dihadapkan pada keadaan dimana mencari tenaga kerja yang sudah berpengalaman lebih sulit daripada mencari tenaga kerja yang baru saja lulus. (Sondang P. Siagian, 1996:104–111) Eugene McKenna dan Nic Beech dalam Harbani Pasolong (2002:154), mengatakan bahwa:“Rekrutmen merupakan proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong.“ Edwin B. Flipo dalam Harbani Pasolong (2002:154) mengatakan bahwa “Rekrutmen adalah mencari calon pegawai dan merangsang mereka untuk melamar pekerjaan dalam organisasi bersangkutan“ 31 Ales Nitisemito dalam Harbani Pasolong (2002:154) mengatakan seleksi adalah menetapkan syarat apa yang diperlukan untuk jabatan-jabatan tertentu, yang selanjutnya instansi menarik pegawai dari sumber-sumber tenaga kerja. (Harbani Pasolong, 2002:154-161)Alasan-alasan dasar perekrutan.Perekrutan dilaksanakan dalam suatu organisasi karena kemungkinan adanya lowongan atau formasi dengan beraneka alasan. Menurut Ambar T. Sulistiyani alasan diadakan rekrutmen diantaranya adalah: a. Berdirinya organisasi baru b. Adanya perluasan kegiatan organisasi c. Terciptanya pegawai-pegawai dan kegiatan-kegiatan baru d. Adanya pegawai yang pindah ke organisasi lain e. Adanya pegawai yang berhenti, baik dengan hormat maupun tidak dengan hormat sebagai tindakan punitif. f. Adanya pegawai yang berhenti karena memasuki usia pensiun. g. Adanya pegawai yang meninggal dunia. (Ambar T. Sulistiyani, 2002:140). Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mana menuntut sebuah organisasi maupun instansi pemerintah mempunyai tenaga ahli dibidang tersebut.Sehingga dibukalah formasi baru untuk mengisi jabatan tersebut sehingga instansitersebut juga bisa perkembangan tekhnologi yang selalu danterus berkembang. Dasar-dasar program rekrutmen yang baik mencakup faktor-faktor berikut: i. Program rekrutmen memikat banyak pelamar yang memenuhi syarat. ii. Program rekrutmen tidak pernah mengkompromikan standar seleksi. iii. Berlangsung atas dasar berkesinambungan. 32 mengikuti iv. Program rekrutmen itu kreatif, imajinatif, dan inovatif. (Ambar T. Sulistiyani, 2002:140). a. Metode Perekrutan Tenaga Kerja Adanya lowongan pekerjaan dalam suatu perusahaan, bukan berarti dengan sendirinya akan ada calon-calon pelamar untuk pekerjaan tersebut. Dalam proses penarikan tenaga kerja, prioritas utama dititikberatkan pada orientasi Manajemen Sumber Daya Manusia berdasarkan pertimbangan dan kebijakan yang diambil. Adapun metode yang digunakan dalam Perekrutan tenaga kerja menurut pendapat Faustino Cardoso Gomes (2003:111-113) menyatakan ada dua macam metode dalam proses perekrutan tenaga kerja, yaitu: a. Sentralisasi Perekrutan dengan metode ini sering dipakai karena lebih efisien bila digunakan pada perusahaan yang mempunyai banyak pekerja. Jika perekrutan sentralisasi instansi atau perusahaan yang mengelola sumber daya manusia akan bertanggung jawab untuk meminta para manajer memperkirakan secara periodik mengenai jumlah dan tipe para pekerja baru yang dibutuhkan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, instansi Manajemen Sumber Daya Manusia pada tingkat pusat akan mengeluarkan pengumuman perihal lowongan kerja yang tersedia, diamana setiap pengumuman tentang lowongan pekerjaan tersebut harus memasukkan informasi seperti: 1. Jenis pekerjaan, klasifikasi pekerjaan dan besarnya gaji 2. Lokasi tugas 3. Gambaran dari kewajiban kerja 4. Kualifikasi minimal 5. Tanggal mulai kerja 33 6. Prosedur pelamaran 7. Tanggal penutupan b. Di disentralisasikan Perekrutan yang di disentralisasikan biasanya terjadi di instansi atau perusahaan-perusahaan kecil, kebutuhan rekrutmen terbatas. Perekrutan dengan cara ini selalu dipakai untuk posisi khas professional, ilmiah atau administratif bagi suatu instansi atau perusahaan tertentu. Instansi tersebut biasanya lebih memilih perekrutan yang di disentralisasikan karena mereka secara langsung mengendalikan proses rekrutmen. Hanya saja kelemahan para pimpinan tingkat pusat akankehilangan kendali mengenai proses rekrutmen tersebut dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang sudah ditetapkan atau tidak. Sependapat juga dengan juga pendapat A. W. Widjaja (1986:48) bahwa metode rekrutmen ada dua beserta kelemahan dan kekurangannya, yaitu: 1. Sistem Sentralisasi a. Keuntungan, adanya norma yang sama, cara penerimaan yang seragam dan dapat lebih dijamin mutu pegawai. b. Kelemahan, sangat sulit dilaksanakan berhubung dengan luasnya wilayah dan masih SistemDesentralisasi 2. Sulitnya perhubungan a. Keuntungan, dapat melaksanakan pengadaan pegawai baru dengan cepat. b. Kelemahan, tidak terdapat keseragaman dalam cara penerimaan, kemungkinan penentuan norma yang berbeda, yang mungkin tidak menjamin mutu pegawai. Berhubung dengan luasnya wilayah RI dan masih sulitnya perhubungan maka digunakan perpaduan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi, dalam arti 34 bahwa penentuan norma dan cara ditetapkan secara terpusat, sedang pelaksanaan didesentralisasikan. Sedangkan menurut Ambar T. Sulistiyani (2002:145) menambahkan metode rekrutmen yaitu, metode Name Request yaitu kombinasi antara politik dan pelayanan yang melibatkan nilai respon politik dan efisiensi pengelolaan.Seperti perekrutan berdasarkan pada kebutuhan instansi dalam suatu instansi.Para pegawai yangterpilih meminta birokrat tertentu untuk melihat apakah seorang sesuai dengan kualifikasi tertentu. Selanjutnya mereka akan dinasehati oleh birokrat. Khususnya untuk lowongan-lowongan jabatan professional dan administratif. 2.4.1. Kegiatan atau Proses Rekrutmen Kegiatan Rekrutmen PNS a. Perencanaan kebutuhan pegawai Syuhadak dalam Harbani Pasolong (2002:154) mengatakan bahwa perencanaan kebutuhan pegawai adalah suatu proses yang sistematis dan kontinu untuk menganalisis kebutuhan sumber daya manusia bagi suatu organisasi, dalam kondisi dan kebijakan personalia yang berkembang untuk efektivitas organisasi jangka panjang. Perencanaan PNS perlu bagi suatu organisasi agar organisasi tersebut tidak mengalami hambatan dalam mencapai tujuannya dalam rangka mengahadapi pengaruh-pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manfaat perencanaan PNS: 1. PNS yang sudah ada dapat lebih diberdayakan atau lebih dioptimalkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, jika sudah diketahui jumlah PNS, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, keterampilan khususnya, maka akan lebih mudah untuk melakukanpromosi, mutasi atau demotasi. 35 2. Kebutuhan PNS masa akan datang dapat dengan cepat diketahui. Jika data kuantitas dan kualitas pegawai sudah diketahui, Suatu ketika ada pegawai yang pensiun, pindah, maka dengan cepat dapat melakukan pengisian PNS yang dibutuhkan. 3. Data PNS selalu tersedia karena perencanaan PNS idealnya berisi: Jumlah PNS yang ada, masa kerja, tingkat pendidikan, keahlian, golongan atau pangkat jabatan, status perkawinan, jumlah keluarga dan pegawai yang akan memasuki masa pensiun. 4. Dapat dijadikan sebagai pijakan untuk menyusun program-program pengembangan PNS. Dengan data yang lengkap tentang PNS, maka lebih mudah untuk mengikutsertakan pegawai dalam mengikuti pendidikan dan latihan yang sesuai dengan kebutuhan instansi, agar kinerja PNS yang ada akan dapat lebih ditingkatkan. b. Analisis Jabatan Pada dasarnya analisa pekerjaan merupakan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang harus selalu dilakukan dalam rangka menyusun kebutuhan Manajemen PNS. Rencana kebutuhan PNS akan dapat dilaksanakan dengan tepat bila sebelumnya sudah dilakukan analisis pekerjaan yang tepat pula dalam suatu instansi. Michael J. Jucius dalam Saydam dalam Harbani Pasolong (2002:156) mengatakan bahwa untuk analisa pekerjaan diperlukan informasi tentang: I. Nama pekerjaan II. Jumlah pegawai yang ada dalam pekerjaan itu III. Sarana dan prasarana yang dipergunakan dalam pekerjaan itu IV. Posisi dalam unit kerja V. Jam kerja dan tingkat kompensasi yang diberikan 36 VI. Kondisi kerja fisik dan sosial VII. Jenis-jenis kewajiban VIII. Syarat-syarat pendidikan dan pelatihan IX. Kecakapan, bakat, dan kemampuan yang diperlukan X. Jenjang promosi dan mutasi Tugas dalam analisis pekerjaan menurut Iain Maitland dalam Harbani Pasolong (2002: 158) antara lain: c. 1. Menganalisis pekerjaan 2. Membuat uraian pekerjaan 3. Menetapkan spesifikasi pegawai. Formasi Formasi menurut Undang-undang No 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang No. 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian pasal 15 ayat 1 dan 2, adalah penentuan jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan untuk menjalankan tugas pokok yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Miftah Thoha dalam Harbani Pasolong (2002:160) mengatakan bahwa formasi adalah jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan oleh suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggungjawab dalam bidang penertiban dan penyempurnaan aparatur negara. Menurut Undang-undang Kepegawaian tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi formasi yaitu jenis, sifat dan beban kerja yang dibebankan pada suatu organisasi serta jenjang dan jumlah pangkat dan jabatan yang tersedia dalam suatu organisasi. Berdasarkan PP No. 54 Tahun 2003 tentang perubahan atas PP Nomor 97 37 Tahun 2000 tentang formasi PNS, pasal 2 dikatakan bahwa formasi PNS secara nasional terdiri dari dua: a)Formasi PNS pusat b)Formasi PNS daerah (Harbani Pasolong, 2002:160) d. Pengadaan Pegawai Pengadaan PNS menurut Peraturan Pemerintah No 11 tahun 2002 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No 98 tahun 2002 tentang pengadaan PNS adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk mendapatkan PNS yang mempunyaikemampuan untuk melaksanakan uraian pekerjaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Harbani Pasolong (2002:155-161). Sedangkan menurut A. W. Widjaja (1986:50) proses penerimaansesungguhnya atau rekrutmen melalui tahap-tahap, mulai dari tahap pengumuman sampai dengan pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut: 1. Pengumuman Pengumuman disebarkan dengan seluas-luasnya melalui mass media atau media lainnya yang tersedia dan mungkin digunakan. Dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat lain yang ditunjuk olehnya. Dilakukan sekurang-kurangnya satu bulan sebelum tanggal penutupan lamaran. Tercantum didalamnya yaitu: a. Jumlah dan jenis lowongan b. Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar c. Alamat tempat lamaran diajukan d. Batas waktu pengajuan surat lamaran e. Dan lain-lain yang dipandang perlu 1. Pelamar 38 Surat lamaran secara tertulis dengan huruf latin dengan tulisan tangan sendiri. Kemudian diajukan kepada instansi yang bersangkutan, dilengkapi lampiran yang sesuai syarat.Diajukan sebelum tanggal penutupan. 2. Penyaringan Meliputi tahap-tahap administratif yaitu meneliti surat lamaran yang masuk, apakah sudah sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dalam pengumuman. Pengumuman dilakukan secara fungsional oleh pejabat yang diserahi urusan kepegawaian.Kemudian disusun dan didaftar sehingga memudahkan pemanggilan. 3. Pengangkatan dan Penempatan Meliputi tahap percobaan yaitu dalam waktu sekurang-kurangnya 1 tahun dan paling lama 2 tahun.Kemudian CPNS baru bisa diangkat menjadi PNS. 39