MENINGKATKAN BRAND EQUITY DENGAN FRANCHISE OLEH CARLO M. BATUBARA [email protected] Brand Equity secara ringkas dapat diartikan sebagai kekuatan suatu merek yang lahir dari pengetahuan dan penerimaan publik atas merek tersebut, yang kemudian menimbulkan peningkatan volume penjualan dan profit margin, dibanding produk lain yang sejenis. Dalam menilai suatu bisnis, brand equity merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan untuk mengukur nilai finansial suatu merek atau produk. Terdapat beberapa cara untuk mengukur brand equity, antara lain: (1) dengan memperhitungkan nilai kapitalisasi pasar suatu perusahaan, setelah dikurangi total nilai tangible dan intangible aset nya; (2) memperbandingkan harga jual barang dengan spesifikasi yang sama di pasar, antara yang bermerek dan yang tidak bermerek – dimana selisih harga yang ada dapat dianggap sebagai brand equity dari merek tersebut; dan (3) menilai tingkat pengetahuan dan penerimaan publik atas suatu merek. Berbagai upaya marketing seperti iklan, kehumasan (Public Relation/PR) dan program promosi dilakukan untuk meningkatkan nilai positif brand equity. Kesemua upaya marketing tersebut dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan utama dalam menciptakan brand equity yaitu pengetahuan dan penerimaan publik atas merek (brand awareness and acceptability). Salah satu persoalan utama dari kegiatan iklan, PR dan program promosi adalah besarnya investasi yang harus ditanamkan oleh pelaku usaha, dan sejalan dengan itu, besarnya resiko kerugian finansial yang mungkin timbul bila iklan, PR dan program promosi yang dikampanyekan tidak efektif untuk mencapai target yang diharapkan. Permasalahan ini telah menimbulkan perdebatan internal dikalangan praktisi marketing mengenai upaya mana yang paling efektif dan cost efficient. Sebagian praktisi memilih untuk mengedepankan iklan, sebagian memilih mengedepankan PR dan sebagian lagi memilih untuk mengedepankan program promosi. Terlepas dari berbagai macam perbedaan yang ada antara iklan, PR dan promosi; kesemuanya memiliki 1 kesamaan yaitu merupakan strategi komunikasi 1 arah yaitu dari pelaku usaha ke konsumennya. Karena sifatnya yang 1 arah inilah maka beban investasi dan biaya semata bertumpu di pelaku usaha. Altenatif metode bisnis yang penting dipertimbangkan pelaku usaha dalam upaya meningkatkan brand equity adalah waralaba (franchise). Dalam menggunakan sistem bisnis waralaba ini, langkah pertama yang perlu dilakukan pelaku usaha adalah menciptakan suatu jenis usaha baru yang dapat berupa: (1) kegiatan perdagangan produk-produk utama pelaku usaha tersebut (seperti yang dilakukan oleh PT Astra Otoparts, Tbk dengan menciptakan franchise Shop & Drive); dan/atau (2) kegiatan jasa penunjang perdagangan produk utama (seperti yang dilakukan oleh PT Holchim Indonesia, Tbk dengan menciptakan franchise Solusi Rumah). Setelah usaha baru tersebut tercipta, tugas selanjutnya adalah menduplikasikan usaha baru tersebut dengan cara franchise. Merujuk pada sejarah waralaba, langkah yang dilakukan oleh kedua pelaku usaha tersebut merupakan langkah serupa yang dilakukan oleh produsen mesin jahit Singer pada sekitar tahun 1850, yang menciptakan metode franchise sebagai cara untuk mendistribusikan produknya dan memberikan value added services berupa training support kepada konsumennya. Page 1 of 2 Bagaimana cara franchise dapat membantu pelaku usaha/produsen dalam meningkatkan nilai positif brand equity-nya, dan dengan cara yang lebih cost efficient dan effective bagi si pelaku usaha tersebut? 1. Penciptaan outlet-outlet franchise diberbagai titik-titik distribusi terlaksana dengan modal yang sebagian besar diinvestasikan oleh para mitra, dan bukan semata oleh pelaku usaha/produsen. Dengan demikian maka akan tercipta titik-titik distribusi yang dapat berfungsi sebagai titik pijakan dalam menjalankan berbagai program promosi dan komunikasi, secara langsung ke wilayah target, dengan modal yang sebagian besar telah turut diinvestasikan oleh mitra-mitra franchise. 2. Pelaku usaha berkesempatan untuk menyediakan cara penjualan yang unik, layanan dan nilai tambah yang dapat diberikan kepada konsumen (contoh: layanan konsultasi pembangunan dan renovasi rumah yang diberikan oleh Holchim di outlet-outlet Solusi Rumah-nya) akan menciptakan daya pembeda, daya saing dan ikatan emosional antara pelaku usaha dengan para konsumennya. 3. Penciptaan mitra-mitra franchise diberbagai titik distribusi secara tidak langsung telah menciptakan brand ambasador disuatu wilayah target, yang walaupun secara organisasi merupakan pihak yang independen namun memiliki interest untuk aktif mempromosikan brand pelaku usaha/produsen ke konsumen diwilayahnya. 4. Konsep franchise yang biasa menerapkan marketing contribution fee kepada para mitra-mitranya memberikan ruang bagi pelaku usaha/produsen untuk mendistribusikan (sharing) sebagian dari biaya promosinya dengan para mitra-mitra. 5. Bidang franchise yang sedang menjadi tren di masyarakat dapat memberikan akses dan kesempatan Public Relation yang luas kepada pelaku usaha/produsen. 6. Semangat kemitraan diantara pelaku usaha dan para mitra franchisenya melahirkan akses komunikasi 2 arah antara pelaku usaha dan konsumen. Perluasan titik-titik distribusi, peningkatan availibilitiy in the market, daya pembeda, daya saing, ikatan emosional, terciptanya brand-brand ambasador, akses public relation dan akses komunikasi 2 arah antara pelaku usaha dan konsumen merupakan beberapa faktor yang akan meningkatkan awareness, acceptibility dan loyalty atas brand dan selanjutnya meningkat brand equity. WAIVER: This material is prepared for educational and information purposes only. The content of this material contains only general information. It may not reflect current legal and/or jurisprudence developments, nor intended or provided as legal advice or part of attorney - client relationship. You should not act or refrain from acting on any legal matter based on the content of this material without seeking professional counsel. Page 2 of 2