BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jaringan periodont al secara umum merupakan tempat tertanamnya gigi
dan pendukung gigi (Daliemunthe, 2001) yang terdiri dari gingiva, tulang
alveolar, ligamen periodontal, dan sementum (Ettinger, 2001). Penyakit adalah
suatu kondisi peradangan dan kerusakan attachment apparatus gigi misalnya
gingiva, ligamen periodontal, sementum akar, dan tulang alveolar (Li X dkk.,
2000) disebabkan oleh infeksi bakteri yang terdapat pada plak gigi. Penyakit
periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
ditemui di klinik dan merupakan penyebab utama hilangnya gigi di dalam rongga
mulut (Sabir, 2005). Perawatan penyakit periodontal sendiri dapat berupa tindakan
bedah atau non-bedah. Dalam perawatan periodontal pada umumnya dilakukan
suatu tindakan pembedahan yang menyebabkan adanya luka di daerah gingiva
(Pinheiro dkk., 2004; Rose dkk., 2004). Sedangkan luka sendiri didefinisikan
sebagai hilangnya kontinuitas dari struktur jaringan yang utuh dan pada umumnya
disertai dengan hilangnya sebagian jaringan (Hermanto dkk., 2005).
Penyakit yang paling sering menyerang pada jaringan periodontal adalah
periodontitis (Situmorang, 2003). Periodontitis adalah suatu penyakit peradangan
jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu
yang mengakibatkan penghancuran progresif ligamentum periodontal dan tulang
alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya (Cotti dkk., 2010).
Salah satu mikroorganisme yang berperan dalam penyakit periodontal adalah
1
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.
actinomycetemcomitans
yang
sebelumnya
Aggregatibacter
bernama
Actinobacillus
actinomycetemcomitan adalah gram negatif, coccobacillus non- motil yang
berkolonisasi dalam rongga mulut manusia. A. Actinomycetemcomitans telah
terlibat sebagai agen penyebab beberapa bentuk penyakit periodontal parah,
termasuk periodontitis remaja lokal, awal-awal periodontitis dan periodontitis
progresif cepat (Zambon dkk., 1996).
Tujuan utama dari perawatan periodontal baik bedah maupun non-bedah
adalah untuk mengembalikan bentuk serta fungsi jaringan agar menjadi normal
kembali (Inghadiwidjojo, 1989). Tindakan bedah periodontal merupakan tindakan
korektif jaringan periodontal, baik untuk mengeliminasi kedalaman poket maupun
untuk tujuan estetis (Newman dkk., 2006).
Suatu tindakan pembedahan periodontal umumnya akan menyebabkan
luka di daerah sekitar gingiva. Oleh karena itu, setelah dilakukan pembedahan,
daerah luka ditutup dengan periodontal dressing. Menurut Carranza (1984) fungsi
dari periodontal dressing sendiri adalah mengurangi kemungkinan infeksi dan
mengkontrol perdarahan paska operasi, melindungi terhadap rasa sakit dari trauma
karena kontak dengan makanan atau dengan lidah selama pengunyahan. Secara
umum periodontal dressing dibedakan menjadi dua jenis yang mengandung
eugenol dan non-eugenol. Periodontal dressing eugenol mengandung 40-50%
eugenol yang menyebabkan inflamasi, jaringan nekrotis dan memicu reaksi alergi
serta menunda terjadinya proses penyembuhan luka. Oleh sebab itu, periodontal
dressing non-eugenol lebih banyak dikembangkan (Alpar dkk., 1999; Patelin
2
dkk.,2003). Seiring perkembangan dan penggunaan periodontal dressing beberapa
praktisi sering menambahkan antibiotik pada bahan dasar yang digunakan
(O’Neil, 1975). Antibiotik ditambahkan di dalam periodontal dressing untuk
mengurangi rasa sakit postoperative dan membantu proses penyembuhan (Lestari
dkk., 2009). Namun, penggunaan antibiotik dengan bahan kimiawi dalam
periodontal dressing kemungkinan bisa menyebabkan reaksi hipersensitivitas.
Adanya resistensi organisme dan infeksi oportunistik juga telah dilaporkan
(Newman dkk., 2006). Antibiotik inilah yang terkadang pada beberapa pasien
merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis di mulut (Lynch dkk., 1993).
Dari efek samping yang ditimbulkan oleh antibiotik, maka perlu
dikembangkan alternatif bahan lain yang mudah didapat yaitu bahan yang berasal
dari tanaman herbal. Kriteria tanaman herbal yang dapat digunakan antara lain
tanaman secara empiris sudah digunakan sebagai obat tradisional, diketahui nama
latin, sistematika, kandungan zat berkhasiat, dan golongan senyawanya (Anonim,
2006). Salah satu tanaman herbal yang digunakan adalah teh hijau (Camellia
sinensis). Teh hijau mengandung polifenol yang merupakan zat bioaktif utama
dalam teh hijau. Senyawa polifenol terbanyak dalam teh hijau adalah katekin
(Hartoyo, 2003). Katekin merupakan flavonoid atau polifenol yang terbesar,
sebesar 20-30% dari berat kering teh hijau (Mukhtar dan Ahmad, 2000). Katekin
utama pada daun teh hijau adalah Epicatechin (EC), Epicatechin gallate (ECG),
Epigallocatechin (EGC) dan Epigallocatecin gallate (EGCG) (Wang dkk., 2000).
Katekin mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai antibakteri,
antiviral, anti- inflamasi, antikanker, antioksidan, antikariogenik, anti-enzymatic
3
effect, dan anti-obesitas (Hamilton dkk., 2001; Arakawa dkk., 2004). Berdasarkan
khasiat tersebut maka katekin dalam periodontal dressing diharapkan dapat
mempengaruhi penyembuhan luka dan efek samping seminimum mungkin.
Dalam penelitian ini akan dimodifikasi formula periodontal dressing Baer
dengan komposisi powder (rosin 57%; zinc oxide 43%) dan pasta (zinc oxide 5%;
hydrogenated fat 95%) (Glickman, 1992). Katekin hasil ekstrak teh hijau
(Camellia sinensis) sebesar 10% akan ditambahkan pada formula tersebut
sehingga diharapkan dapat mempengaruhi daya hambat pertumbuhan bakteri A.
Actinomycetemcomitans secara in vitro.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas timbul suatu rumusan masalah apakah
katekin teh hijau (Camellia sinensis) pada periodontal dressing berpengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in
vitro?
C.
Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya oleh Ikigai, dkk. (1993) menunjukkan bahwa
katekin teh hijau mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan anti- inflamasi.
Sejauh ini belum pernah dilaporkan penelitian tentang pengaruh penambahan
katekin teh hijau (Camellia sinensis) pada periodontal dressing terhadap
pertumbuhan bakteri A. Actinomycetemcomitans.
4
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh katekin teh hijau
(Camellia sinensis) pada periodontal dressing terhadap pertumbuhan bakteri
Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro.
E.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1.
Denga n mengetahui pengaruh katekin teh hijau pada periodontal dressing
terhadap pertumbuhan bakteri A. Actinomycetemcomitans dapat digunakan
sebagai pertimbangan bagi para tenaga medis untuk memanfaatkan
penambahan katekin teh hijau pada periodontal dressing sebagai
antibakteri.
2.
Pemanfaatan daun teh hijau secara tidak langsung dapat meningkatkan
kesejahteraan petani teh hijau.
5
Download