BAB V Gambaran Umum Produk Kelapa Sawit

advertisement
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT, BAHAN
BAKAR DIESEL DAN PRODUK TURUNAN KELAPA SAWIT
5.1. Perkebunan Kelapa Sawit
Luas Area Kelapa Sawit di Indonesia senantiasa meningkat dari waktu ke
waktu. Perk embangan luas areal kelapa sawit cukup pesat dalam periode 2000
sampai 2005, yaitu dengan pertumbuhan rata-rata 20.5 persen per tahun.
Pertumbuhan yang sangat pesat tersebut dilanjutkan pada periode 2006 sampai
2009 sebesar 30.82 persen .
8.00
J u ta H a
6.00
4.00
2.00
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
19
88
0.00
Tahun
Sumber : Kementrian Pertanian, 2009
Gambar 11. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit
Dilihat data tahun 2006 menunjukan luas areal kelapa sawit sebesar 6.59
juta hektar dan naik sebesar 0.02 hektar pada tahun 2007 dan 2008 sedangkan
pada tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 0.1 hektar dari tahun sebelumnya
sehingga pada tahun 2009 bisa mencapai 7.13 hektar.
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
19
88
J u ta H a
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Tahun
Sumber : Kementrian Pertanian , 2009
Gambar 12. Perkembangan Produksi Tandan Buah Segar
Produksi Tandan Buah Segar
secara umum dari tahun ke tahun
menunjukan kenaikan seiring dengan peningkatan luas areal kepala sawit. Secara
akumulaif dari tahun 1989 sampai 2006 terjadi peningkatan rata-rata 11.2 persen
per tahun. Mulai tahun 2006 tersebut mulai menunjukan pengembangan yang
stabil hingga tahun 2009. Tahun 2006 dengan jumlah produksi Tandan Buah
Segar sebesar 82.62 juta ton dan tahun berikutnya terjadi kenaikan 0.11 juta ton
menjadi 82.73 ton tahun 2007. Selanjutnya tahun 2008 terjadi sedikit penurunan
menjadi 81.47 ton dan akhirnya pada taun 2009 meningkat kembali menjadi 84.36
juta ton produksi Tandan Buah Segar.
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
19
88
R u p ia h p er K g
2500.00
2000.00
1500.00
1000.00
500.00
0.00
Tahun
Sumber : Kementrian Pertanian, 2009
Gambar 13. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar
Perkembangan produksi tandan buah segar
akan dipengaruhi
harga
Tandan Buah Segar, secara umum perkembangan harga tandan buah segar cukup
baik terjadi kenaikan dari waktu ke waktu mulai tahun 1989 harga tandan buah
segar sebesar Rp 377.36 per kg hanya pada tahun tahun 1998 terjadi kenaikan yng
mencolok sebesar Rp 1971.25 per kg dan pada tahun 1999 terjadi penurunan
kembali sebesar Rp 446 per kg. Mulai tahun 2006 harga tandan buah segar
sebesar Rp 730 per kg dan selanjutnya naik Rp 420 per kg menadi Rp 1.155 per
kg, dan pada tahun 2009 bisa mencapai Rp 1.238 per kg.
5.2. Minyak Kelapa Sawit
Produksi minyak kelapa sawit merupakan komoditas utama di Indonesia,
banyak produk turunan yang dapat dihasilkan dari minyak kelapa sawit baik yang
berbentuk pangan atau non pagan. Yang berbentuk pangan antara lain minyak
goreng sawit, margarin, cocoa butter, shortening dan lain-lain. Gambar 14
menunjukan produksi minyak kelapa sawit menunjukan kenaikan dari tahun ke
tahun.
25.00
Ju ta T o n
20.00
15.00
10.00
5.00
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
19
88
0.00
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 14. Perkembangan Produksi Minyak Kelapa Sawit
Pada tahun 1988 produksi mencapai 1.71 juta ton hingga tahun 2009
sudah mencapai 21.51 juta ton, ini merupakan suatu kenaikan yang pesat selama
20 tahun. Kenaikan yang cukup besar terjadi pada tahun 2005 sebesar 11.86 juta
ton
menjadi 17.35 juta ton
pada tahun 2006. Dari trend data ini dapat
diperkirakan bahwa komoditi minyak kelapa sawit bisa merupakan devisa utama
bagi Negara.
Juta Ton
8.00
6.00
4.00
2.00
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
20
08
20
06
20
04
20
02
20
00
19
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
88
0.00
Gambar 15. Perkembangan Permintaan Minyak Kelapa Sawit
Dengan meningkatnya produksi minyak kelapa sawit dari tahun ke tahun
ini berdampak besar terhadap permintaan minyak kelapa sawit. Perkembangan
permintaan minyak kelapa sawit dari tahun memang menunjukan kenaikan mulai
tahun 1988 sampai 1999 terjadi penurunan permintaan pada tahun 2000 sebesar
2.89 juta tetapi mulai tahun 2005 baru menunjukan kenaikan yang pesat yaitu
10000.00
8000.00
6000.00
4000.00
2000.00
0.00
19
88
19
90
19
92
19
94
19
96
19
98
20
00
20
02
20
04
20
06
20
08
Rupiah/Kg
menjadi 5.25 juta ton per tahun hingga akhir tahun 2009 mencapai 6.02 juta ton.
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
20.00
15.00
10.00
5.00
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
19
19
90
0.00
88
Juta Ton/Tahun
Gambar 16. Perkembangan Harga Minyak Kelapa Sawit
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statitik, 2009
Gambar 17. Perkembangan Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Untuk meningkatkan devisa Negara pemerintah melakukan kebijakan
untuk memperluas areal tanaman kelapa sawit sehingga produksi minyak kelapa
sawit dan akhirnya bisa mengekspor minyak kelapa sawit ke Negara lain. Mulai
tahun 1988 sampai tahun 1998 terlihat bahwa volume ekspor minyak kelapa sawit
tidak menunjukan kenaikan yang berarti tetapi sejak tahun 2000 terlihat sekali
kenaikan ekspor minyak kelapa sawit meningkat tajam dari 4.11 juta ton per tahun
hingga 15.50 juta ton per tahun pada tahun 2009. Ini menunjukan kenaikan yang
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
19
88
19
90
19
92
19
94
19
96
19
98
20
00
20
02
20
04
20
06
20
08
US$ per Ton
pesat sebesar 4 kali lipat.
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 18. Perkembangan Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Harga eskpor minyak kelapa sawit secara umum stabil dari waktu ke
waktu, pada awal tahun 1988 harga ekspor minyak kelapa sawit sebesar US$
769.61 per ton . Pada tahun 1998 terjadi kenaikan yang ekstrim sebear US$ 1.823
per ton ini disebabkan kondisi krisis ekonomi, berikutnya terjadi harga ekspor
yang stabil hingga akhirnya pada tahun 2009 harga ekspor minyak kelapa sawit
tetap stabil sebesar US$ 786 per ton.
5.3. Bahan Baku Biodiesel
Bahan baku biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit diproses
menjadi Olein dan Stearin. Produksi OLein dan Stearin
ini menjadi peranan
penting untuk pengembangan biodiesel. Produksi olein dan stearin dari waktu ke
waktu kita lihat selalu meningkat sehingga meyatakan bahwa produk turunan
kelapa sawit ini memang berperan penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Perkembangan olein lebih banyak jika dibandingkan dengan perkembangan
stearin, disebabkan karena produk turunan yang dominan seperti bodiesel dan
minyak goreng sawit berasal dari olein. Pada tahun 1988 poduksi olein sebesar
375 ribu ton meningkat terus hingga tahun 2009 mencapai produksi sebesar 3 880
ribu ton. Dari lima tahun terahir menunjukan kenaikan yang cukup pesat sebesar
49.34 persen.
Sedangkan perkembangan produksi stearin tahun 1988 hanya sebesar 83
ribu ton dan pada tahun 2009 mencapai 856 ribu ton Dari lima tahun terakhir
produksi stearin tahun 2005 sebesar 573 ribu ton sedang kan tahun 2009 mencapai
856 ribu ton dengan besar kenaikan 49.39 persen.
5000.00
R ib u T o n
4000.00
3000.00
2000.00
1000.00
Tahun
Olein
Sumber : Kementrian Perindustri, 2010
Stearin
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
19
88
0.00
Gambar 19 .
Perkembangan Olein dan Stearin
Ribu Kilo Liter
5.4 . Bahan bakar Biodiesel
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00
1000.00
500.00
0.00
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konversi Energi, 2011
Gambar 20 .
Perkembangan Biodiesel
Bahan bakar Biodiesel mulai berkembang sejak tahun 2005. Produksi
biodiesel tahun 2005 berkisar 120 ribu kiloliter seperti terlihat pada Gambar di
atas tahun 2006 meningkat menjadi 456,60 ribu kiloliter dan menjadi 1.550 ribu
kiloliter pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 2 329 ribu liter dan dua
tahun terakhir berturut-turut menpai 2 521 ribu kiloliter dan 2 647 ribu kilo liter
pada tahun 2009 dan 2010.
5.5. Bahan Bakar diesel
Produksi minyak diesel yang datang dari perut bumi bisa dikatakan cukup
berkembang dan pada periode tertentu stabil mulai tahun 1998 pada periode
tertentu produksi mengalami stabil dari tahun 2001 sapai 200 8 berkisar antara
11.68 sampai 14.76 tetapi pada tahun 2009 menunjukan kenaikan cukup pesat
sebesar 14.76 juta kilo liter tahun 2008 menjadi 18.82 juta kilo liter.
Ribu Ton
20.00
15.00
10.00
5.00
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
19
88
0.00
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 21. Perkembangan Produksi Minyak Diesel
Produksi minyak diesel tentunya dipengaruh oleh permintaan
minyak
diesel antara lain karena meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan peralatanperalatan yang menggunakan minyak diesel. Pada tahun 1988 konsumsi minyak
diesel sebesar 10.27 juta kiloliter terus naik sampai tahun 1996 sebear 18.83 juta
kilo liter dan sempat turun pada tahun 1997 hingga 18.83 juta kilo liter namun
sesudah itu terjadi kenaikan dari tahun ke tahun hingga mencapai 27.09 juta kilo
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
19
19
90
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
88
Ribu Ton
liter pada tahun 2009.
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statitik, 2009
Gambar 22. Perkembangan Konsumsi Minyak Diesel dari, tahun 1998 sampai
2009
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
19
94
92
19
90
19
19
88
Rupiah pe Liter
10000.00
8000.00
6000.00
4000.00
2000.00
0.00
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 23. Perkembangan Harga Minyak Diesel
Harga minyak diesel mulai tahun 1988 menunjukan harga yang stabil
hingga tahun 2005 berkisar antara Rp 204 hingga Rp 284 per liter, namun mulai
tahun 2005 naik sebesar Rp 762 per liter hingga pada tahun 2007 mencapi harga
minyak diesel yang tertingi sebesar Rp 997 per liter, dua tahun terakhir tahun
2008 dan 2009 mencapai harga miyak diesel sebesar Rp 661 per liter dan Rp 487
per liter.
Tahun
20.00
15.00
10.00
5.00
Ribu Ton
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 24. Perkembangan Impor Minyak Diesel
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
19
88
0.00
Jumlah produksi
minyak diesel yang lebih sedikit dari konsumsi
mengakibatkan diperlukan impor minyak diesel dari Negara lain. Gambar di atas
menunjukan kenaikan impor dari tahun ketahun seiring dengan kebutuhan dalam
negeri. Impor minyak diesel pada tahu 1998 sebesar 3.89 juta kilo liter meningkat
terus hingga tahun 2005 sebesar 14. 47 juta kilo liter, sejak dikembangkan
biodiesel mulai tahun 2005 mulai terjadi penurunan impor pada lima tahun
terakhir terlihat tahun 2006 dengan impor sebesar 10.85 juta kilo liter, pada tahun
berikut kenaikan sebesar 12.37 da 12.28 juta kilo liter pada tahun 2007 dan 2008
sehingga akhirnya terjadi penurunan pada tahun 2009 sebesar 9.27 juta kilo liter.
5.6. Produk Turunan Minyak Kelapa Sawit berbasis Pangan
5.6.1. Minyak Goreng Sawit
Juta Ton/Tahun
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
20
08
20
06
20
04
20
02
20
00
19
98
19
96
19
94
19
92
19
90
19
88
0.00
Tahun
Produksi
Permintaan
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 25. Perkembangan Produksi dan Permintaan Minyak Goreng Kelapa
Sawit
Komoditi minyak goreng sawit merupakan salah satu produk turunan
utama dari minyak kelapa sawit yang sangat penting dibutuhkan di masyarakat.
Sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar, produsen minyak goreng sawit
mampu memproduksi minyak sawit pada tahun 1988 sebesar 2.85 juta ton dan
menunjukan kenaikan dari tahun ke tahun sehingga tahun 2009 produksi minyak
goreng sawit mencapai 849 juta ton.
Terjadi kenaikan dalam waktu lima tahun
terakhir sebesar 28.57 persen.
Meningkatnya produksi minyak goreng sawit dipengaruhi oleh permintaan
minyak goreng sawit domestik. Beberapa merek minyak goreng dengan bahan
baku minyak kelapa sawit yang banyak di pasar antara lain merek delima,
bimoli, berneo, filma, kunci mas dan lain-lain dengan segmen pasar A dan B.
Jumlah pabrik minyak goreng yang berbasis minyak kelapa sawit sebanyak 67
buah tersebar di seluruh Indonesia, tetapi baru 31 persen yang beroperasi secara
maksimal (Arifin et al. 210).
Dari grafik di atas menunjukan jumlah permintaan tahun 1989 sebanyak
1.15 juta ton dan terjadi peningkatan pada tahun 2002 sebesar 2.30 juta ton dan
pada tahun 2009 mencapai permintaan minyak goreng dari kelapa sawit sebesar
4.35 juta ton.
Rupiah /Kg
1,500
1,000
500
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 26. Perkembangan Harga Minyak Goreng Kelapa Sawit
8
20
0
6
4
20
0
20
0
2
20
0
0
20
0
6
8
19
9
19
9
4
19
9
2
19
9
0
19
9
19
8
8
0
Dari pekembangan permintaan minyak goreng ini diiringi dengan perubahan
harga dari waktu ke waktu, secara umum harga minyak goreng sawit terjadi
peningkatan sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu dari awal tahun 1 988
sampai 1998
bergerak stabil
berkisar antara
harga Rp 1000 per kg. Mulai
tahun 1999 mulai terjadi peningkatan sebesar Rp 1.746 per kg hingga 2005 dan
tahun berikutnya terjadi penurunan harga sebesar Rp 879 per kg dan akhirnya
pada tahun 2009 mencapai hanya Rp 1.409 per kg.
20
08
20
06
20
04
20
02
20
00
19
98
19
96
19
94
19
92
19
90
0.7000
0.6000
0.5000
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
19
88
Juta Ton
5.6.2. Magarin
Tahun
Permintaan
Produksi
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 27. Perkembangan Produksi dan Permintaan Margarin
Margarin salah satu produk turunan minyak kelapa sawit, melihat Gambar
di atas menunjukan perkembangan produksi margarin dari waktu ke waktu terjadi
kenaikan tahun 1988 dengan jumlah produksi sebesar 0.19 juta ton hingga tahun
2009 produksi margarin menjadi sebesar 0.60 juta ton. Perkembangan selama
empat tahun terakhir tahun terjadi kenaikan produksi magarin sebesar 50 persen.
Seiring dengan perkembangan produksi margarin diikuti dengan
perkembangan permintaan margarin yang menunjukan kenaikan dari tahun 1998
sampai tahun 2003, dimana terjadi pnurunan permintaan margarine tahun 2005
sebesar 0.34 juta ton dan selanjutnya terjadi kenaikan cukup pesat hingga tahun
2009 sebesar 0.30 juta ton.
Meningkatnya produksi margarin dipengaruhi oleh perkembangan harga
margarin yang cukup baik seperti terlihat pada gambar 99. Pada tahun 1988 harga
margarin sebesar Rp 7044 per kg,
hingga tahun 2009 harga margarin naik
menjadi Rp 32.115 per kg. harga margarine ini tentunya dipengaruhi harga
40000.00
30000.00
20000.00
10000.00
08
20
06
20
04
20
02
20
00
20
98
19
19
96
94
19
92
19
19
19
90
0.00
88
Rupiah Per Kg
domestik minyak kelapa sawit sebagai bahan baku dari margarin.
Tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Gambar 28. Perkembangan Harga Margarin
Meningkatnya produksi margarin dipengaruhi oleh perkembangan harga
margarin yang cukup baik seperti terlihat pada gambar 99. Pada tahun 1988 harga
margarin sebesar Rp 7044 per kg,
hingga tahun 2009 harga margarin naik
menjadi Rp 32.115 per kg. harga margarine ini tentunya dipengaruhi harga
domestik minyak kelapa sawit sebagai bahan baku dari margarin.
Download