Analisis Kesesuaian Hama Wereng Batang Cokelat

advertisement
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Cilacap
Secara administratif, Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24 kecamatan.
Luas kabupaten sebesar 225.361 ha atau 6.94 persen dari luas Provinsi Jawa
Tengah.
Sebelah selatan Kabupaten Cilacap berbatasan dengan Samudra
Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Kebumen, dan sebelah barat berbatasan dengan
Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Cilacap terletak di antara 108○ 4’ 30” - 109○ 30’
30” Bujur Timur, dan 7○ 30’ – 7○ 45’ 20” Lintang Selatan. Wilayah tertinggi
Kabupaten Cilacap adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian sekitar 198
m dpl (di atas permukaan laut), sedangkan daerah terendah adalah Kecamatan
Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 m dpl (BPS 2007).
Indeks Ekoklimatik
Compare Location
Fungsi Compare Location Pemodelan Climex memberikan gambaran
kesesuaian spesies terhadap variasi iklim tahunan pada suatu lokasi. Keluaran
fungsi ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu pertumbuhan populasi musiman,
cekaman iklim terhadap populasi, dan kesesuaian spesies dalam suatu area EI.
Nilai EI pada Kabupaten Cilacap adalah 79, yang menunjukkan wereng batang
cokelat berada pada kondisi sangat nyaman. Variabel keluaran fungsi compare
location selain EI adalah :
Growth Index
Temperature
Rainfall (mm)
21
Gambar 9 Keluaran indeks pertumbuhan pada fungsi compare location
Indeks Pertumbuhan (GI) wereng batang cokelat memberikan nilai 1 (sangat
nyaman) pada bulan Juni – September, periode bulan ini merupakan periode bulan
kering dengan curah hujan kurang dari 60 mm per tahun. Menurut Andrewartha
dan birch (1954), serangga dapat bertahan pada lahan yang kering karena ukuran
tubuhnya yang kecil dan mempunyai kutikula impermeabel.
Nilai GI
berada antara 0.2-0.4 pada bulan November, hal ini
menggambarkan bahwa wereng batang cokelat berada pada kondisi tidak nyaman
dengan curah hujan lebih dari 100 mm per tahun.
Curah hujan yang tinggi
memberikan cekaman kelembaban yang mempengaruhi metabolismenya,
sehingga imago wereng akan bermigrasi mencari tempat yang lebih nyaman.
Menurut Andrewartha dan Birch (1954), kelembaban yang tinggi juga dapat
mempercepat perkembangan bakteri dan patogen serangga. Walaupun penelitian
ini hanya membahas tentang kesesuaian iklim Cilacap terhadap populasi wereng
batang cokelat, tetapi terdapat kemungkinan bahwa salah satu ketidaksesuaian
wereng batang cokelat pada musim bulan basah adalah karena persebaran patogen
serangga yang tinggi.
Dari Gambar 9, suhu udara (TI) memberikan nilai 0.8-1.0 sepanjang tahun.
Keadaan ini menggambarkan bahwa wereng batang cokelat tidak mengalami
cekaman suhu di Kabupaten Cilacap. Rata-rata suhu udara minimum Cilacap
22
adalah 24○C dan rata-rata suhu maksimum 29-32○C. Menurut Pathak (1977),
Soil Moisture
Temperature
Rainfall (mm)
imago wereng cokelat aktif pada suhu 10-32○C.
Gambar 10 Keluaran kelembaban tanah dalam fungsi compare location
Kelembaban tanah yang disebabkan oleh curah hujan, menyebabkan kondisi
iklim mikro yang berbeda-beda. Dari Gambar 10, kelembaban tanah memberikan
nilai 0.5-1.0 pada bulan Juni–September. Keadaan ini merupakan kondisi yang
nyaman bagi perkembangan populasi wereng batang cokelat. Kelembaban tanah
(SM) merupakan variabel yang mempengaruhi Indeks kelembaban (MI). Dari
Gambar 9, dapat diketahui bahwa kelembaban tanah sangat mempengaruhi Indeks
pertumbuhan (GI), karena pola fluktuasi GI mirip dengan fluktuasi MI.
Kelembaban tanah pada bulan Oktober-November merupakan keadaan
kurang nyaman bagi perkembangan wereng. Hal ini disebabkan karena curah
hujan yang cukup tinggi sehingga memberikan nilai GI yang rendah.
Compare years
Aplikasi compare years memberi informasi kesesuaian variasi iklim
terhadap pertumbuhan populasi pada suatu daerah dengan periode waktu tertentu.
Dari periode tahun 2001-2008, didapatkan hasil keluaran Indeks ekoklimatik (EI)
yang bervariasi.
23
Gambar 11 Nilai EI bulanan Kabupaten Cilacap tahun 2001-2008
Keluaran nilai EI dalam fungsi Compare years memberikan pola yang
berfluktuasi sepanjang tahun 2001-2008. Nilai EI mengikuti keadaan iklim yang
sesuai bagi perkembangan wereng batang cokelat, nilai EI mencapai 100
menggambarkan keadaan nyaman bagi wereng batang cokelat, dan sebaliknya.
Dari Gambar 11, sekitar bulan Oktober-November EI cenderung rendah (kurang
dari 20). EI yang rendah disebabkan karena curah hujan yang cukup tinggi,
sehingga wereng batang cokelat terhambat perkembangan populasinya. Menurut
Andrewartha dan Birch (1954), persebaran serangga dibatasi oleh lingkungan
yang sangat basah.
Dalam pemodelan Climex, perkembangan populasi wereng batang cokelat di
Kabupaten Cilacap dipengaruhi oleh Indeks suhu udara (TI) dan Indeks
kelembaban (MI), yang memberikan informasi kesesuaian wereng batang cokelat
terhadap faktor suhu udara dan kelembaban tanah sepanjang tahun 2001-2008.
Gambar 12 Nilai TI dan MI bulanan Kabupaten Cilacap tahun 2001-2008
24
Dari Gambar 12, kisaran nilai TI yang tinggi menunjukkan bahwa suhu
udara periode tahun 2001-2008 di Kabupaten Cilacap sesuai untuk perkembangan
wereng batang cokelat. Sebaliknya nilai MI yang berfluktuasi, menunjukkan
kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap kesesuaian wereng batang cokelat.
Hubungan Luas Serangan Wereng Batang Cokelat dengan Nilai EI
Karena terbatasnya data populasi wereng batang cokelat di Kabupaten
Cilacap, maka analisis pengaruh EI terhadap keberadaan wereng batang cokelat
menggunakan data luas serangan bulanan periode tahun 2001-2008.
Gambar 13 Hubungan nilai EI terhadap luas serangan wereng batang cokelat
Semakin tinggi nilai EI, cenderung mengakibatkan luas serangan yang
cukup besar.
Namun, pada kriteria EI nyaman memberikan rata-rata luas
serangan 0.2 ha. Hal ini mungkin disebabkan karena aplikasi pengendalian oleh
petani, atau faktor lain di luar pengaruh iklim.
Keberadaan serangga tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan iklim, sehingga
hubungan EI dengan luas serangan wereng batang cokelat memberikan hasil yang
kurang erat. Menurut Pathak (1977), pada wilayah yang panas dan basah, hama
tanaman aktif sepanjang tahun, bergantung pada ketersediaan makanan, musuh
alami dan kondisi lingkungan. Setelah tanaman padi dipanen, serangga biasanya
akan mencari inang alternatif untuk mempertahankan hidupnya.
Hirao (1979) berpendapat jika tidak ada upaya pengendalian wereng batang
cokelat pada lahan padi seperti aplikasi pestisida, maka ladakan populasinya akan
terjadi setiap tahun dan bisa menyebabkan hopperburn.
25
Penggunaan Fungsi Skenario Perubahan Iklim
Paramater yang digunakan dalam skenario ini adalah peningkatan suhu
udara maksimum maupun suhu udara minimum sebesar 3 ○C dan peningkatan
curah hujan sebesar 20% dari keadaan normal.
Gambar 14 Perbandingan EI skenario perubahan iklim dengan EI aktual tahun
2001-2008
Dari gambar diketahui bahwa nilai EI skenario lebih kecil bila dibandingkan
dengan EI aktual. Peningkatan suhu udara bukan merupakan cekaman panas bagi
wereng batang cokelat, melainkan sebagai keadaan tidak optimum bagi
perkembangan populasi wereng batang cokelat.
mengakibatkan
cekaman
basah
pada
periode
Meningkatnya curah hujan
tertentu
meningkat,
mengakibatkan EI menurun.
Gambar 15 Perbandingan Indeks Suhu Udara (TI) Aktual dengan TI Skenario
Perubahan Iklim
dan
26
Nilai TI dalam skenario perubahan iklim memberikan nilai di bawah TI
aktual. Suhu udara yang lebih panas membuat wereng batang cokelat berada di
bawah titik optimal dalam metebolismenya. Namun, menurut Lu et al. (2005),
pada suhu 38○C daya tahan nimfa wereng batang cokelat dapat meningkat jika
diikuti dengan penambahan unsur nitrogen dalam tanah.
Reitz et al. (1997),
berpendapat bahwa konsentrasi CO2 sebesar 718 µLL-1 menyebabkan petiol
tanaman seledri lebih besar, kandungan nitrogen berkurang, dan rasio C:N seledri
(Apium graveolens) meningkat.
Peningkatan unsur nitrogen ini diduga
meningkatkan kandungan nitrogen tanaman, sehingga tingkah laku makan
serangga meningkat.
Gambar 16 Perbandingan Moisture Index (MI) aktual dengan MI skenario
perubahan iklim
Nilai MI skenario perubahan iklim berada di bawah MI aktual, curah hujan
yang meningkat 20% dari keadaan normal membuat keadaan tanah semakin basah
dan menyebabkan wereng batang cokelat mengalami cekaman basah.
Curah
hujan yang tinggi dapat mempengaruhi koloni serangga secara langsung.
Pengaruh secara langsung dimaksudkan sebagai akibat hentakan butir hujan pada
serangga atau tempat hidupnya (Koesmaryono 1991).
Menurut Kling et al. (2003), akibat dari perubahan iklim menyebabkan
peningkatan aliran sungai yang dapat menyebabkan banjir, dan mengganggu
koloni hewan jenis alga, invertebrata, dan vertebrata.
Download