Bab 5 Ringkasan Jepang merupakan salah satu bangsa yang memiliki sejarah panjang dalam pengembangan susastra serta memiliki banyak sastrawan dengan mahakarya kelas dunia seperti Murasaki Shikibu, Chikamatsu Monzaemon, Natsume Soseki, Tanizaki Jun’ichiro, Kawabata Yasunari, Kenzaburo Oe, dan Murakami Haruki. Akutagawa Ryunosuke yang karyanya menjadi fokus penelitian skripsi ini adalah salah satu penulis yang tumbuh dewasa pada era Meiji-Taisho (1912-1926). Ia dianggap sebagai salah satu sastrawan Jepang yang brilian yang karya-karya tidak hanya berpengaruh pada jamannya namun juga pada masa kini. Novel Kappa adalah salah satu karya Akutagawa yang sangat terkenal dan berpengaruh. Inilah yang menjadi salah satu pertimbangan untuk memilih karya Akutagawa sebagai objek penelitian. Tujuan dari penelitian adalah untuk menemukan gambaran utopia dalam novel Kappa karya Akutagawa Ryuosuke dan memperkaya khasanah penelitian bidang sastra. Metode yang akan digunakan adalah metode kepustakaan dan deskriptif analitis. Dengan menggunakan dan mengumpulkan sumber data dan bahan bacaan diharapkan dapat menunjang proses analisa yang akan dilakukan. Sumber data dapat diperoleh dari buku, jurnal ilmiah nasional dan internasional dan data internet. Untuk menganalisis novel Kappa digunakan konsep utopia dari Eliav Feldon dan dari Napier, teori naratologi dari Jahn, teori semiologi Barthes dan teori penokohan Nurgiantoro. Semua landasan teori ini dijelaskan dalam bab dua. Landasan teori digunakan sebagai alat dan acuan untuk menganalisis novel Kappa. Pada bab tiga menganalisis dua unsur dalam naratologi teks naratif yakni cerita dan penceritaan novel Kappa. Dari analisis cerita dan penceritaan ditemukan adanya konsep utopia dalam novel Kappa karya Akutagawa. Menganalisa karya sastra dengan semiologi Barthes tidak dapat mengesampingkan peran pembaca sebagai pemberi makna. Utopia dalam negeri kappa digambarkan dengan gaya penceritaan satir, logika terbalik dan kontras realita dan fiksi yang terus-menerus muncul dalam cerita dan penceritaannya. Bentuk awal utopia yakni kisah perjalanan juga muncul dalam penceritaan novel Kappa . Analisa cerita dalam naratologi terdiri dari analisis tokoh, peristiwa, ruang dan waktu. Dari analisa unsur-unsur tersebut akan terlihat gambaran konsep utopia negeri kappa sebagai negeri yang dianggap ideal dan terkesan lebih baik jika dibandingkan dengan Jepang. Analisis penceritaan terdiri dari penjelasan siapakah narator dan fokalisator serta menemukan gaya penceritaan di dalam novel. Dari analisis penceritaan dapat disimpulkan bahwa novel Kappa memiliki bentuk awal novel utopia yakni kisah perjalanan. Gaya penceritaan dalam novel Kappa juga menunjukkan kesesuaian dengan keambiguitasan utopia (antara yang fiksi dan yang realita) Dari analisis cerita disimpulkan bahwa pengambaran utopia dalam tokoh, peristiwa, ruang dan waktu dalam novel Kappa karya Akutagawa memiliki kesesuaian dengan konsep utopia Jepang. Utopia sebagai negeri alternatif memberikan pilihan lain yang dianggap lebih baik dari realita yang ada. Pribadi Akutagawa yang muncul lewat tokoh dan peristiwa, dan kesejajaran ruang dan waktu negeri kappa dan Jepang menunjukkan bahwa utopia dalam novel Kappa tidak sepenuhnya fiktif, ada realita di dalam novel Kappa. Novel Kappa Akutagawa berbeda dengan novel Utopia karya More yang menciptakan dunia baru sebagai dunia pelarian terhadap realita. Dengan adanya unsur real dalam novel Kappa, maka jenis utopia dalam novel ini adalah realistic utopia dimana negeri alternatif yang ditawarkan tidak sepenuhnya fiktif. Dari hasil analisis penceritaan ditemukan bahwa konsep dasar utopia yakni kisah perjalanan dan permainan fiksi dan realita ada dalam novel Kappa. Kisah perjalanan Pasien no.23 ke negeri kappa merupakan kerangka awal dari pembentukan utopia Akutagawa. Peran ganda pasien no.23 sebagai narator-fokalisator dan tokoh utama-pasien rumah sakit jiwa mewakili konsep logika terbalik dan permainan fiksi dan realita. Begitu pula dengan bentuk otobiografi ilusif yang mengarahkan negeri kappa sebagai realistic utopia. Dari kedua hasil analisis diatas, didapatlah simpulan yang pertama yakni utopia dalam novel Kappa memiliki gaya penceritaan yang satir yang kental akan kritik dan celaan, memiliki konsep logika terbalik yang memutarbalikkan realita dan berlatar kisah perjalanan fantastik ke negeri yang disatu sisi tidak asing dan memiliki unsur ke-Jepangan, namun disisi lain merupakan negeri baru yang lebih ideal. Simpulan yang kedua adalah utopia yang muncul dalam novel Kappa adalah realistic utopia – utopias proper. Ini berdasarkan konsep utopia pada bab dua dan hasil analisis bab tiga. Utopias proper menggambarkan masyarakat ideal imajiner yang digambarkan dalam keseluruhan fungsinya pada masa sekarang. Kebanyakan karya jenis ini menggunakan narasi fiktif tentang kisah perjalanan dan penemuan kebahagiaan dalam masyarakat yang telah mencapai kesempurnaan di sebuah pulau dari masa lalu. Tetapi beberapa pengarang tidak mengarahkan imajinasi mereka ke dunia yang jauh, tapi sebagai gantinya ia menulis kisah perjalanan yang menceritakan tentang masyarakat yang sempurna sebagai spekulasi filosofis dalam bentuk dialog. Konsep ini sangat mewakili novel Kappa karya Akutagawa. Akutagawa tidak mengarahkan imajinasinya ke dunia yang jauh melainkan membentuk negeri alternatifnya melalui mitos yang sudah ada dalam masyarakat Jepang. Simpulan yang ketiga, pesan Akutagawa terangkum dalam konsep ousider monsters – internal alien. Meminjam istilah Napier, Kappa versi Tono Monogatari bisa dilihat sebagai outsider monsters, monster yang diakui secara kolektif oleh masyarakat Jepang. Keberadaannya diakui tetapi dapat dihindari. Namun, monster yang sebenarnya terletak didalam diri kita sendiri. Ini disebut dengan internal alien. Konsep mengenai internal alien ini juga muncul dalam novel Kappa karya Akutagawa. Manusia bisa dikatakan monster jika tega menjual anaknya sendiri, jika seorang ibu bisa menelantarkan anaknya, jika terbiasa menindas orang lain demi kepentingannya atau jika terlalu terobsesi dengan kekuasaan.