HADIS TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS (PERAWAN) (Kajian ) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S Th.I) Disusun Oleh: SEPTIAN HUDAYA NIM: 09530033 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN, STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA YOGYAKARTA 2013 i HALAMAN MOTTO 1 “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. 'Ali `Imran [3] : 31 vi HALAMAN PERSEMBAHAN ! " vii #$ PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, bersumber dari pedoman Arab-Latin yang diangkat dari Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543 b/U/1987, selengkapnya adalah sebagai berikut : 1. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab, yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam tulisan transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf, sebagian dengan tanda, dan sebagian dengan huruf dan tanda sekaligus, sebagai berikut : Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ba’ be ta’ te sa es (dengan titik di atas) jim je ha Ha (dengan titik di bawah) kha ka dan ha dal de zal zet (dengan titik di atas) ra er viii zai zet sin es syin es dan ye sad Es (dengan titik di bawah) dad De (dengan titik di bawah) ta Te (dengan titik dibawah) za zet (dengan titik di bawah) ‘ain koma terbalik (di atas) ghain ge fa ef qaf qi kaf ka lam el mim em nun en wau we ha ha hamzah apostrof ya’ ya ix 2. Vokal a. Vokal tunggal : Tanda Vokal Nama Huruf Latin Nama Fathah A A Kasrah I I Dammah U U Nama Huruf Latin Nama Fathah dan ya Ai a-i Fathah dan Wau Au a-u b. Vokal Rangkap : Tanda Contoh : !"# ---- $ %& ----- c. Vokal Panjang (maddah) Tanda ' Nama Huruf Latin Nama Fathah dan alif A A dengan garis di atas Fathah dan ya A A dengan garis di atas Kasrah dan ya I I dengan garis di atas Dammah dan wau u U dengan garis di atas x Contoh : $$ () ---+, ---- $*") ---- ! $ %-. ---- 3. Ta marbutah a. Transliterasi " # $ hidup adalah "t". b. Transliterasi " # $ mati adalah "h". c. Jika " # $ diikuti kata yang menggunakan kata sandang $/ /$ ("al-/), dan " bacaannya terpisah, maka # $ tersebut ditransliterasikan dengan "h". Contoh : (012 $34 ------- % $ $5 %678 $36.978 $$ ------- & % , atau %' $ & 3:;1 ------------ $ ' (( & $ , atau & %' ' (( $ atau 4. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydid) Transliterasi ) %% atau $ ) % % dilambangkan dengan huruf yang sama, baik ketika berada di awal atau di akhir kata . Contoh : <= ------ ' ** >?8 ------- &# xi 5. Kata Sandang " " Kata sandang $/ / ditransliterasikan dengan "al" diikuti dengan tanda penghubung "", baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupun huruf syamsiyyah. Contoh : @;-8 -------- al-qalamu A7B8 ------ al-syamsu 6. Huruf Kapital Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti ketentuan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital, kecuali jika terletak pada permulaan kalimat. Contoh : %C 2 $97:,(, -----Wa ma Muhammadun illa rasul $ $ $ xii $ ABSTRAK Dalam pernikahan, sudah sewajarnya bila seorang suami mengharapkan kepada calon istri yang akan dinikahinya masih dalam kondisi virgin atau perawan. Bagi sebagian orang, keperawanan merupakan lambang kesucian yang harus dijaga dan dipelihara. Karena keperawanan merupakan cerminan sebagai bentuk kehormatan diri dan keluarga. Oleh sebab itu, menjaga keperawanan sama dengan menjaga kehormatan diri dan keluarga. Sampai sekarang ini, status perawan sebelum menikah bisa berujung pada hidup mati seorang wanita di beberapa negara. Seperti yang terjadi di Mesir, alJazair, Maroko bahkan di Indonesia. Seorang wanita dituntut harus bisa membuktikan bahwa dia masih perawan hingga malam pengantin, pembuktiaannya ialah melalui secarik kain yang ternoda darah perawan. Jika ia tidak dapat membuktikannya maka ia dianggap telah mencoreng kehormatan keluarganya. Adapun konsekuensinya, ia akan diceraikan oleh suaminya atau bahkan hidupnya bisa diakhiri oleh kerabat pria dalam keluarganya. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana relevansi hadis-hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) terkait dengan konteks kekinian, sehingga kaum lelaki khususnya mengetahui manfaat menikahi gadis (perawan) yang tidak hanya terpaku dan terjebak dengan paradigma robek tidaknya selaput dara, akan tetapi juga mengetahui makna yang tersirat dibalik anjuran menikahi gadis (perawan), tanpa harus menempatkan perempuan hanya sebagai obyek seks semata dalam rumah tangga. Akan tetapi, dibutuhkan relasi (hubungan) dan kerjasama yang baik antara suami istri dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada, dengan saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan dan saling melengkapi satu sama lain, sehingga tujuan untuk meraih kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dari pernikahan itu sendiri dapat terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini selain mengetahui makna hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) jika dikaitkan dengan problema sekarang ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kajian hadis tentang menikahi gadis (perawan) lebih lanjut dan dapat menambah khazanah keilmuan serta literature studi hadis. Setelah dikaji dengan menggunakan metode . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) dari riwayat no. 1752 tidak bisa dimaknai secara tekstual. Beberapa alasan yang menjadi dasar adalah 1) pernikahan adalah relasi suami istri yang diikat dengan , sehingga proses mulai dari memilih pasangan sampai dengan menjaga pernikahan harus melibatkan dua subyek yaitu memilih pasangan suami dan istri. 2) hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) tidak bisa dimaknai secara fisik (perjaka/perawan) semata, tetapi dinilai dari kebersihan dan kebaikan pribadinya yang bisa dijadikan titik acuan memilih pasangan suami atau istri. xiii KATA PENGANTAR !" # $ %& '&( ) ! * Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat mengajukan gelar Strata Satu. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Skripsi ini membahasa hadis-hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) (kajian . Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. xiv 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Ibu Dr. Nurun Najwah, M.Ag., selaku Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 4. Bapak Drs. Indal Abror, M.Ag., selaku Penasehat Akademik yang selalu memberikan motivasi dan spirit kepada penulis. 5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 7. Ayahanda tercinta (Arwidi) dan Ibunda (Zainar) tercinta yang selalu mendo’akan dimanapun aku berada dan selalu mencurahkan kasih sayang, kesabaran serta dorongan moril maupun materil yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 8. Abangku (Sahid Arjanggi) mohon maaf ya karena tidak bisa menghadiri acara wisudanya, semoga cepet dapat kerja yang layak dan cepet nikah dan buat Adikadikku tersayang (Nahrasiah Kumala dan Ichramsyah Sufihara) belajar yang sungguh-sungguh ya dan terus semangat semoga kalian menjadi orang-orang yang sukses baik dunia maupun akhirat. 9. Teman-teman TH ’09, terima kasih buat kebersamaannya selama ini, semoga kita bisa bertemu lagi di lain hari dengan membawa kesuksesan masing-masing sebagaimana yang kita cita-citakan selama ini. xv 10. Temen-temen Formasy (Forum Mahasiswa Alumni Ar-Rasyid), terima kasih atas kebersamaannya, mudah-mudahan kegiatan diskusi dan baca qur’annya bisa lebih aktif lagi kedepannya. 11. Tak lupa pula kepada sahabat-sahabatku khususnya Poso, Fajri (terima kasih buat pinjaman uangnya) dan sahabat-sahabatku yang lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu terima kasih atas motivasi, dukungan serta do’a yang kalian berikan hingga akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini. 12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi penulis maupun para pembaca serta dapat memberikan sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu hadis dalam rangka mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Yogyakarta, 28 Januari 2013 Penyusun Septian Hudaya NIM. 09530033 xvi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...................................... ii HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii HALAMAN TRANSLITERASI .................................................................... viii HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ xiii HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ xiv HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xvii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 10 C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................. 10 D. Telaah Pustaka ........................................................................ 11 E. Metode Penelitian ................................................................... 14 F. Sistematika Pembahasan ......................................................... 19 BAB II : REDAKSI HADIS (PERAWAN) TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS A. Hadis .......................................................................... 21 B. Sanad ............................................................................ 30 C. Penelitian Sanad Hadis ........................................................... 34 1. Penelitian Kualitas Periwayat ............................ 35 2. Persambungan Sanad .......................................... 41 xvii 3. Hasil Penelitian Sanad ........................................ 43 D. Penelitian Matan Hadis ........................................................... 44 BAB III : PEMAKNAAN HADIS TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS (PERAWAN) A. Kajian Linguistik .................................................................... 48 B. Konteks Historis ...................................................................... 57 C. Kajian Tematik – Komprehensif ............................................. 64 D. Kajian Konfirmatif .................................................................. 69 E. Analisis Generalisasi ............................................................... 72 BAB IV : RELEVANSI HADIS TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS (PERAWAN) DALAM KONTEKS KEKINIAN A. Relevansi Hadis tentang Anjuran Menikahi Gadis (Perawan) dengan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 ................... 75 B. Relevansi Hadis tentang Anjuran Menikahi Gadis (Perawan) Dengan Perkawinan Rasulullah SAW .................................... BAB V 83 : PENUTUP C. Kesimpulan ............................................................................. 90 D. Saran ....................................................................................... 91 E. Penutup ................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadis 1 merupakan sumber hukum kedua dalam Islam setelah alQur’an. Tanpa menggunakan hadis, syari’at Islam tidak dapat dimengerti secara utuh dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.2 Pesan yang terkandung dalam sebuah hadis itu adakalanya secara lahiriah bermakna umum dan adapula yang bersifat khusus. Akan tetapi, bila dilakukan pengkajian yang mendalam terhadapnya, akan tampak bahwa hadis tersebut berorientasikan kepada suatu kausalitas. Apabila kausalitas itu hilang, hukum yang ada pada hadis akan sulit dipahami atau bahkan menjadi tidak berlaku, begitu pula halnya jika kausalitasnya ada, maka hukum hadis itu masih tetap berlaku.3 Kajian terhadap latar belakang atau pun faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah hadis ( ) memiliki peranan utama Dalam ilmu hadis, adalah pembicaraan yang diriwayatkan atau diasosiasikan kepada Nabi Muhammad saw. Ringkasnya segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad saw. Baca H.Mudasir, Ilmu Hadis (Bandung:Pustaka Setia, 2005), hlm. 15. Menurut bahasa, artinya (baru), al-khabar (berita), pesan keagamaan, pembicaraan. Lihat Muh.Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003) , hlm. 1. Yusuf Qardhawi, Studi Kritis As-Sunnah (Bandung: Trigenda Karya, 1995), hlm. 143. dalam pemahaman hadis. Adakalanya sebuah hadis tertentu lebih tepat dipahami secara tersurat (tekstual), sedang untuk kasus yang lain lebih tepat dipahami secara tersirat (kontekstual). Penerapan hadis secara tekstual dapat dilakukan setelah dihubungkan dengan faktor yang berkaitan dengannya, seperti latar belakang terjadinya tetap memiliki kandungan pemahaman yang sesuai dengan apa tertulis dalam teks hadis. Sedangkan penerapan hadis secara kontekstual dapat dilakukan bila dibalik teks suatu hadis, ada indikasi kuat yang mengharuskan hadis tersebut dipahami secara tersirat (kontekstual). 4 Karenanya penting sekali mendudukkan pemahaman hadis pada tempat yang proporsional, kapan dipahami secara tekstual, kontekstual, universal, temporal maupun situasional.5 Penelitian terhadap hadis menjadi penting dilakukan karena dilatarbelakangi oleh enam faktor yaitu: a) hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam, b) tidak semua hadis tertulis di zaman Nabi, c) telah terjadi kasus manipulasi dan pemalsuan hadis, d) proses penghimpunan hadis yang memakan waktu demikian lama, e) jumlah kitab hadis yang demikian Adanya problematika pemahaman hadis tersebut berimplikasi terhadap perbedaan dalam menangkap kebenaran maksud kandungan suatu hadis, dan pemaknaan hadis merupakan problematika tersendiri dalam diskursus hadis. Sebab pemaknaan hadis dapat dilakukan terhadap hadis yang sudah teruji validitas dan kualitas keshahihannya, minimal hadis yang dikategorikan sebagai hadis . Lihat M. Syuhudi Ismail. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah Ma’anil Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 89. Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi Perspektif Muhammad al-Ghazali dan Yusuf al-Qardhawi, hlm. 4. banyak jumlahnya, dengan metode penyusunan yang berbeda, f) telah terjadi periwayatan hadis secara makna.6 Terkait dengan pentingnya dilakukan kajian penelitian hadis, dalam diskursus kali ini, penulis akan mencoba meneliti hadis-hadis yang berkaitan dengan “Anjuran menikahi gadis (perawan)”. Ketertarikan penulis dengan problematik ini, karena mengingat seringkali ajaran Islam (al-Qur’an dan Hadis) dijadikan legitimasi sebuah kepentingan. padahal bukan ajaran agama itu sendiri yang menjadi penyebab utamanya, akan tetapi justru berasal dari pemahaman (interpretasi) yang tidak mustahil dipengaruhi oleh tradisi ataupun budaya, sehingga pemahaman atau interpretasi yang dihasilkan pun seringkali tidak sejalan dengan petunjuk al-Qur’an dan hadis itu sendiri. Berbicara tentang pernikahan, 7 banyak hadis-hadis Nabi saw yang telah menjelaskan kriteria-kriteria calon istri yang baik untuk dinikahi oleh laki-laki baik dari segi fisik maupun non fisik. Diantaranya ialah bahwa Nabi sangat menganjurkan kepada para pemuda untuk lebih mengutamakan Umi Sumbullah, Kritik Hadis Pendekatan Historis Metodologis, hal. 4. lihat juga M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 7. Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan perempuan yang terjadi berdasarkan kesepakatan keduanya dan sesuai dengan aturan yang berlaku, demi mencapai sebuah keluarga yang rukun tenteram, penuh cinta dan kasih sayang. Karenya pernikahan adalah media untuk meraih ketentraman jiwa, dan membebaskan individu-individu maupun masyarakat dari pergaulan bebas yang dapat memberikan dampak negatif baik dari segi kesehatan maupun kehidupan sosial. lihat Muhammad Muhyidin, Dilarang Melajang Raihlah Berkah Menikah (Semarang: Qudsi Media, 2006), hlm 16. Lihat juga Abu Ahmad Wajih, Kado Indah Pernikahan dari Meminang hingga Malam Pengantin (Yogyakarta: Ad-Dawa’, 2005), hlm 16. menikahi gadis (perawan) daripada janda. Ini menunjukkan bahwa Islam memberikan perhatian khusus terhadap keperawanan perempuan yang akan dinikahi. Kata gadis atau perawan (dalam kamus bahasa Indonesia), atau virgin (dalam bahasa Inggris), maupun bikr (dalam bahasa Arab) mempunyai arti seseorang yang belum pernah disentuh atau belum pernah menikah dan belum pernah berhubungan intim dengan lawan jenis maupun sesama jenis.8 Keperawanan merupakan petunjuk anatomis yang memperlihatkan keutuhan selaput dara (hymen). Karena selaput ini biasanya terobek begitu organ laki-laki masuk ke dalam vagina untuk pertama kalinya (robeknya selaput dara ini disebut sebagai deflorasi). Selaput dara yang utuh diharapkan terdapat pada gadis yang belum melakukan hubungan seksual.9 Sampai sekarang, status perawan sebelum menikah bisa berujung pada hidup mati seorang wanita di Timur Tengah. Seorang wanita yang melakukan seks diluar nikah bisa dianggap mencoreng kehormatan keluarga dan konsekuensinya, hidupnya bisa diakhiri oleh kerabat pria dalam keluarganya. Abdul Rahim Sitorus dan Gugun el-Guyanie, Mitos Keperawanan Perspektif Agama dan Budaya (Yogyakarta: Madina Press, 2009), hlm. 3. Hassan Hathout, Revolusi Seksual Perempuan: Obstetri dan Ginekologi dalam Tinjauan Islam (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 82. Di Mesir, keperawanan benar-benar dijadikan sebagai lambang kesucian dari seorang wanita, tidak heran jika banyak wanita di Mesir yang diceraikan pada malam pertama. Biasanya dan sudah menjadi adat orangorang Mesir, setelah melangsungkan aqad dan resepsi perkawinan, sebelum memasuki kamar, kedua mempelai ditemani oleh 2 orang saksi yang setia menunggu di depan pintu. Bilamana sang pria tiba-tiba keluar dan melaporkan ketidak-perawanan sang istri, hal itu kemudian diperiksa oleh saksi, dan jika terbukti benar, maka si wanita diceraikan pada saat itu juga dan lebih menyedihkan lagi, sang wanita harus mengembalikan semua mahar yang telah diberikan.10 Hal yang sama juga terjadi di sebuah desa di Al-Jazair, jika mempelai wanita tidak dapat dibuktikan bahwa dia masih perawan pada malam itu, maka dia akan dibunuh oleh ayah atau saudara-saudara lelakinya. Bukti keperawanannya adalah secarik kain yang terkena noda darahnya.11 Demikian juga di Maroko, pada malam pengantin, mempelai pria harus merobek selaput dara istrinya dan kemudian segera menariknya tanpa Abdul Rahim Sitorus dan Gugun el-Guyanie, Mitos Keperawanan Perspektif Agama dan Budaya, hlm. 18. 11 Pada malam pertamanya. Dia (mempelai wanita) dibawa ke kamar pengantin, sementara keluarga dari pihaknya dan keluarga dari pihak suaminya berdiri di luar. Orang-orang sedesa berkumpul di luar rumah, memukul gendang dan menyanyikan lagu-lagu untuk kehormatan kedua keluarga itu. Lihat Munawar Ahmad Aness, Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia: Etika, Gender, Teknologi (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 46. mengalami ejakulasi. Akan merupakan aib bagi pasangan dan kedua keluarga pengantin, jika secarik kain yang seharusnya ternoda darah perawan – sebagai bukti kesucian – justru menunjukkan adanya sperma suaminya.12 Di Irak, tes keperawanan sebelum menikah sudah menjadi hukum resmi negara, perempuan yang hendak menikah harus menjalani tes keperawanan. Pengetesan keperawanan dilakukan di Institut Legal Medikal (MLI) Baghdad. Tujuan tes itu demi memastikan mereka masih perawan hingga sebelum menikah.13 Di Indonesia sendiri, sebagai negara yang bermayoritas Muslim juga tidak dapat mengelak dari mitos-mitos keperawanan seperti diatas, tampaknya mitos darah keperawanan perempuan telah mengakar sangat kuat sekali dalam lapisan masyarakat. Meskipun tidak adanya sanksi atau hukuman yang berat dalam undang-undang apalagi pembunuhan bagi wanita yang tidak mampu membuktikan keperawanannya pada malam pertama pengantin, namun masih banyak kaum lelaki yang masih mengukur perawan atau tidaknya seorang wanita melalui darah yang keluar pada saat deflorasi. Oleh karena itu, perceraian dengan alasan karena sudah tidak perawan lagi merupakan kasus yang tidak sulit ditemukan di beberapa daerah. Seperti yang baru-baru ini Munawar Ahmad Aness, Islam dan Masa Depan, hlm. 47. Ajeng Ritzki Pitakasari, “Irak Wajibkan Wanita Jalani Tes Keperawanan” dalam www.republika.co.id, diakses tanggal 24 Desember 2012. terjadi di Garut. Kasus ini melibatkan Bupati Garut yaitu Aceng Fikri (40 tahun) setelah 4 hari menikah, kemudian ia menceraikan istrinya yang bernama Fanny Octora (18 tahun) dengan beberapa alasan dan salah satu alasannya bahwa istrinya sudah tidak perawan lagi.14 Fenomena di atas menunjukkan bagaimana keperawanan perempuan menjadi hal yang sangat disakralkan dan hanya diukur sebatas perspektif medis, yakni robek tidaknya selaput dara, ini sangat bersifat kultural sekali tanpa mengetahui secara luas tujuan pernikahan dan terkesan mengesampingkan hak-hak perempuan dalam pernikahan tentu ini bukanlah hal diharapkan dalam Islam. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menelaah sejauhmana sisi keperawanan perempuan sebagai tolak ukur dalam pernikahan dapat diperbincangkan ulang dalam hadis. Guna mengungkap makna anjuran menikahi gadis (perawan) dan relevansinya dengan konteks perkawinan kekinian. Dalam penelitian ini, penulis akan berupaya mengungkap makna “hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan)” dengan menggunakan metode 14 untuk dapat dimaknai secara proporsional serta Prima Mulia, “Tiga Alasan Bupati Garut Ceraikan Fanny Octora” dalam www.tempo.co., diakses tanggal 17 Januari 2013. mencari nilai idea moral yang terkandung di dalamnya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh dari disebutkan: ! "# 3 &' () % $ *+) * !,- + ! ./+ .+ 0+1 .+ (# 2 15 ( ) ( ) .+ 4 +-! 5 +- 6 ' +7 ( ) & /8 *+97 & /8 Artinya: Telah menceritakan kepada kami , telah menceritakan kepada kami , telah mengabarkan kepada kami dari dari , ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku: "Apakah engkau telah menikah?" Aku katakan; Iya. Beliau bertanya: "Gadis atau janda?" Aku katakan; janda. Beliau berkata: "Mengapa engkau tidak menikah dengan seorang gadis, sehingga engkau dapat bercanda dengannya dan dia bercanda denganmu?" Kemudian dalam kitab berbeda juga diriwayatkan dari ! dengan redaksi yang !" dari Ayahnya dari Kakeknya sebagaimana disebutkan: Dari penelusuran # $ dengan kata kunci “4 :- ! 5 :-” dalam Sunan % kitab & ' bab ( ) ' *+ ,-./+ lihat juga dalam no: 1955, 2143, 2745, 3746, 4689, 4690, 4844, 4846, 4948, 5908. Muslim no: 2662, 0 ' 2663, 2664, 2665, 2666, 2667, 2998. Sunan at-) 1 no: 1019. Sunan Nasa’i no: 3167, 3168, 3174. no: 1850. no: 13618, 13720, 13786, 13857, 14367, 14433, 14482, 14495, 14460. no: 2119. ; /< =+> 0+1 .+ (# 2 ( ) ( ) E8 16 ./ =" ; " ,= 2? B ; 2C D /J/ 0F2 ! "& 2 G< ! @& #7 H? 5 I7 2 ' /@ A # '/+ < + ! ./+ .+ Artinya: Telah menceritakan kepada kami 1 1 berkata, telah menceritakan kepada kami ) ) berkata, telah menceritakan kepadaku !" ! dari Bapaknya dari Kakeknya ia berkata, "Rasulullah saw bersabda: "Hendaklah kalian memilih yang masih perawan. Sungguh, mulut mereka lebih segar, rahimnya lebih luas (banyak anak), dan lebih menerima dengan yang sedikit." Hadis ini menarik untuk dikaji mengingat mengapa Rasulullah lebih mengutamakan gadis daripada janda. Padahal keperawanan itu hilang pada pergaulannya pertama. Kemudian apa yang menyebabkan Rasulullah untuk menganjurkan kepada laki-laki untuk lebih mengutamakan menikahi gadis (perawan) daripada janda. Padahal kita ketahui bahwa Nabi sendiri memiliki sebelas orang istri dan hanya seorang istri saja yang masih perawan yakni Aisyah r.a. Hal ini tentu menarik ketika dikaitkan dengan kehidupan perkawinan Rasulullah SAW. ' 5% 1 6 708 "9 2 1 ( ' % "+ " :% 3 1 + ;<=+ % 4) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan diatas, agar supaya pembahasan ini lebih fokus dan terarah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pemaknaan hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan)? 2. Bagaimana relevansi hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) dalam konteks kekinian? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun Penelitian ini bertujuan: 1. Memahami hadis anjuran menikahi gadis (perawan), baik secara tekstual maupun kontekstual. 2. Untuk mengetahui relevansi dari pemaknaan hadis anjuran menikahi gadis (perawan) dalam konteks kekinian. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah keilmuan dalam bidang literatur hadis dan pemaknaan hadis baik lingkup akademik maupun pemahaman teks-teks keagamaan, khususnya hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan). 2. Diharapkan dapat memberikan solusi atau jalan keluar atas permasalahan - permasalahan yang berkembang di masyarakat yang terkait dengan keperawanan perempuan dalam pernikahan. D. Telaah Pustaka Dari hasil penelusuran yang dilakukan penulis terhadap literatur yang berkaitan dengan keperawanan yang telah disinggung oleh beberapa karya sebelumnya, dapat penyusun paparkan sebagai berikut: Buku “Mitos Keperawanan perspektif Agama dan Budaya” karya Abdul Rahim Sitorus dan Gugun el-Guyanie. Buku ini menjelaskan secara umum pandangan orang-orang timur, mesir dan negeri Arab serta perspektif Islam tentang keperawanan, yang intinya masih sangat mensakralkan keperawanan perempuan. Secara umum, kajian ini lebih menitikberatkan pembahasan keperawanan dari perspektif budaya dan sedikit menyinggung agama. Kemudian buku “Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia: Etika, Gender, Teknologi” karya Munawar Ahmad Aness. Buku ini dalam sub babnya juga telah membahas keperawanan, akan tetapi dalam perspektif budaya dan medis, sehingga penekanannya lebih bersifat antropologis. Kemudian buku “Revolusi Seksual Perempuan: Obstetri dan Ginekologi dalam Tinjauan Islam” karya Hassan Hathout. Buku ini dalam sub babnya juga telah menyinggung sedikit tentang keperawanan. hanya saja masih sebatas pengertian keperawanan yang dinilai dalam perspektif medis, sehingga sama sekali tidak menyinggung tentang hadis. Selanjutnya buku yang berjudul “Memaknai Perkawinan dalam Perspektif Kesetaraan (Studi Kritis Hadis-hadis tentang Perkawinan) karya Marhumah. Secara umum buku ini menjelaskan orientasi kaum hawa dalam ruang lingkup perkawinan yang cenderung direndahkan dan terpojokkan. Mulai dari proses pemilihan jodoh, kesaksian dalam pernikahan, penafkahan dalam rumah tangga, dan nikah mut’ah. Dan disini penulis buku berkeinginan untuk membongkar pemahaman itu semua dengan menggunakan pendekatan hermeneutika. dan buku ini lebih fokus pada kajian gender (kesetaraan). Berikutnya buku “Memilih Jodoh dan Tatacara Meminang dalam Islam” karya Husein Muhammad Yusuf. Dalam buku ini dijelaskan kriteriakriteria memilih pasangan yang baik. Mulai dari kepribadian perempuan hingga kondisi fisiknya. Dalam buku ini juga dijelaskan sekilas alasan menikahi gadis (perawan). Akan tetapi masih bersifat global dan dibutuhkan pemahaman lebih lanjut. Secara umum aspek yang ditawarkan buku ini lebih pada kriteria memilih jodoh dalam perspektif hadis. Dalam bentuk skripsi penelitian tentang keperawanan pernah ditulis mahasiswa Syari’ah yang berjudul “Ketidakperawanan sebagai Alasan Perceraian dalam Perspektif Hukum Islam. Namun skripsi ini telah rusak (disebabkan peristiwa gempa bumi 2006 silam yang menimpa Yogyakarta dan daerah sekitarnya) dan tidak menjadi koleksi perpustakaan UIN Sunan Kalijaga lagi. Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Musa Arifin yang berjudul “Pandangan Ibn Qayyim al-Jawziyyah tentang Persetujuan Anak Gadis dalam Perkawinannya” Dalam skripsi ini dijelaskan, pandangan Ibn Qayyim alJawziyyah dalam karyanya Zad al- bahwa orang tua wajib meminta persetujuan kepada anak gadis (perawan) ketika akan menikahkannya. Hukum ini juga mewajibkan agar gadis yang sudah dewasa tidak dipaksa untuk dinikahkan, dan ia tidak boleh dinikahkan kecuali dengan persetujuannya. Berdasarkan penelusuran literatur yang penulis lakukan, penelitian khusus mengenai studi terhadap hadis anjuran menikahi gadis (perawan), sejauh penelusuran penulis belum pernah dilakukan. Dengan demikian, rencana penelitian ini memenuhi syarat kebaruan karena akan membahas secara ekslusif hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) dan relevansinya dengan konteks kekinian. E. Metode Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian pustaka (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan beragam informasi kepustakaan baik itu buku, jurnal, artikel, majalah, ensiklopedi, dan lain-lain. Adapun kitab yang dijadikan sumber primer adalah kitab-kitab hadis > " ) ) 0 ' + Yaitu: 1% "" * % % % '% & % % % + Sedangkan sumber sekundernya mencakup kitab-kitab Syarah hadis serta literatur lain yang mendukung dan terkait dengan penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data dalam skripsi ini, peneliti tidak menafikan untuk menggunakan jasa software hadis yang ada seperti CD ROM $ & % > " ) '" '" % $ + Serta mengkaji literatur- literatur lain yang mendukung penelitian ini. Sedangkan teknik pengelolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analitis-deskriptif yakni meneliti, menganalisa yang kemudian mengklarifikasi. 17 Yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metode yang ditawarkan Nurun Najwah dalam bukunya “Ilmu Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi. Lihat Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1990), hlm. 139. Ma’anil Hadis: Metode Pemahaman Hadis Nabi (Teori dan Aplikasi)”. Karena menurut penulis, dalam kajian metode yang ditawarkan lebih lengkap dan lebih sistematis dibanding dengan teori lainnya. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh sebagai berikut: A. Metode Historis Metode ini dipergunakan untuk mengkaji validitas sumber dokumen (teks-teks hadis), sebagai peninggalan masa lampau yang dijadikan rujukan. Metode historis disini dalam pengertian khusus, yakni adanya proses analisa secara kritis terhadap peninggalan masa lampu. Yakni, mengupas otentisitas teks-teks hadis, dari aspek sanad (kritik eksternal) maupun matan (kritik internal).18 Dalam prakteknya, metode historis ini lebih diarahkan kepada semua orang yang terlibat dalam transmisi hadis tidak terkecuali rawi 1 (sahabat), karena sahabat merupakan saksi kunci yang memegang peranan penting dalam menjaga orisinalitas hadis. Maka dari itu, sahabat haruslah merupakan orang yang secara langsung mendapat berita dari Nabi serta harus memiliki intelektual (kuat ingatan) maupun kepribadian yang dapat dipercaya. Tidak adanya indikasi negatif yang menjadikan sahabat mengeluarkan hadis tersebut untuk kepentingan pribadinya maupun adanya tekanan dari pihak lain. 18 Nurun Najwah, Ilmu Ma’anil Hadis: Metode Pemahaman Hadis Nabi (Teori dan Aplikasi) (Yogyakarta: Cahaya Pustaka, 2008), hlm. 13. • Aspek Sanad dan Matan (internal & eksternal) Meneliti sejauhmana keorisinalitasan hadis yang harus memenuhi standar ke- -an hadis, 19 yang meliputi diantaranya: seluruh sanadnya bersambung, rawi bersifat ‘ terhindar dari di-" ' , ", dan hadis terhindar dari 1, dan ". sebagai langkah awal, hadis harus sudah terlebih dahulu dan di- " .) ' dilakukan guna mengetahui sumber asli hadis yang lengkap dengan periwayatan sanad dan matan hadis yang diteliti. 20 Sedangkan " dilakukannya bertujuan agar terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad yang diteliti, nama-nama seluruh periwayatnya dan metode periwayatan yang digunakan. 21. Adapun kritik internal ditujukan kepada matan hadis, untuk diteliti keabsahan kandungan matan hadis secara historis, yakni dengan dua kriteria: Pertama, matan hadis tersebut secara historis dapat dibuktikan sebagai hadis Nabi, atau bersumber dari Nabi atau terjadi pada masa Nabi atau disampaikan Nabi. Kedua, tidak ada bukti historis yang menolak hal tersebut sebagai hadis Nabi. 19 M. Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Hadis: telaah kritis dan tinjauan pendekatan ilmu sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 131. 20 21 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, hlm. 43. Suryadi (dkk.), Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006), hlm. 67. Baca juga Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, hlm. 52. Setelah melakukan langkah-langkah kajian historis terhadap hadis, guna memastikan bahwa hadis yang diteliti otentik berasal dari Nabi. Maka langkah selanjutnya adalah bagaimana memahami dan mengaplikasikan hadis Nabi yang ideal dalam dataran realitas. B. Metode Hermeneutika22 Metode ini dipakai untuk memahami teks-teks hadis yang sudah diyakini orisinil dari Nabi. Hermeneutika terhadap teks hadis menuntut diperlakukannya teks hadis sebagai produk lama dapat berdialog secara komunikatif dengan pensyarah dan audiensnya yang hidup sepanjang sejarah umat Islam khususnya dewasa ini. Dalam membedakan prakteknya, antara metode makna teks hermeneutika dan ini signifikansi akan konteks berupaya dengan mendialogkan 3 unsur utama (Teks-Pensyarah-Audiens). Adapun langkah-langkah konkritnya adalah sebagai berikut: Hermeneutika, secara etimologi, hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, hermenia yang disetarakan dengan exegesis, penafsiran atau hermeneuein yang berarti menafsirkan. Hermeneutika dalam kajian hadis, telah mewujudkan diri dalam wadah kajian asbab wurud al-hadis. Meski disinonimkan dengan kata exegesis, tetapi hermeneutika lebih mengarah kepada penafsiran teoritisnya, sedang exegesis, penafsiran pada aspek praksisnya. Secara terminology, berarti penafsiran terhadap ungkapan yang memiliki rentang sejarah atau penafsiran terhadap teks tertulis yang memiliki rentang waktu yang panjang dengan audiensnya. Lihat Nurun Najwah, Ilmu Ma’anil Hadis: Metode Pemahaman Hadis Nabi (Teori dan Aplikasi), hlm. 17. 1. Memahami aspek bahasa (linguistik) Dalam kajian terhadap bahasa ini, setidaknya ada tiga kupasan yang dikaji, yakni (1) perbedaan redaksi masing-masing periwayat hadis (2) makna leksikal/harfiah terhadap lafad-lafad yang dianggap penting (3) pemahaman tekstual matan hadis tersebut, dengan merujuk kamus bahasa Arab maupun kitab-kitab hadis terkait. 2. Memahami konteks historis Konteks historis dalam pengertian, kajian diarahkan pada kompilasi dan rekonstruksi sejarah dari data makro bangsa Arab masa Nabi dan kondisi mikro ( ) secara eksplisit dan implisit, serta konteks ketika hadis tersebut dimunculkan, yakni dengan merujuk pada kitab-kitab dan sejarah. 3. Mengkorelasikan secara tematik-komprehensif dan integral Yakni mengkorelasikan teks hadis terkait dengan nas al-Qur’an, teks hadis yang berkualitas (setema dalam arti sealur maupun kontradiktif), maupun data-data lain, baik realitas historis empiris, logika, maupun teori ilmu pengetahuan yang berkualitas. 4. Memaknai teks dengan menyarikan ide dasarnya (membedakan wilayah tekstual dan kontekstual), dengan mempertimbangkan data-data sebelumnya. Adapun prosedur yang dilakukan dalam menyarikan ide dasar adalah dengan menentukan yang tertuang secara tekstual dalam teks, sebagai suatu yang historis untuk kemudian menentukan tujuan/gayah, yang berada tersirat di balik teks dengan berbagai data yang dikorelasikan secara komprehensif. Ide dasar bersifat absolut, universal, fundamental, yang bervisi keadilan, kesetaraan, demokrasi yang menyangkut relasi langsung dan spesifik manusia dengan tuhan itulah yang normatif.23 F. Sistematika Pembahasan Untuk mensistematikakan struktur penulisan penelitian ini. Adapun pembahasan dalam penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab, yakni sebagai berikut: Bab pertama berisikan pendahuluan. Dalam pendahuluan ini penulis akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Nurun Najwah, Ilmu Ma’anil Hadis: Metode Pemahaman Hadis Nabi (Teori dan Aplikasi) hlm. 18-20. Bab kedua memaparkan redaksi hadis anjuran menikahi gadis (perawan). Yang kemudian dilakukannya proses " ' dan " serta melakukan Penelitian sanad hadis yang mencakup: penelitian kualitas periwayat, persambungan sanad dan hasil penelitian sanad, kemudian penelitian matan hadis yang berimplikasi pada kualitas hadis yang diteliti. Bab ketiga ini akan membahas pemaknaan terhadap hadis-hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) dari isi kandungan hadis, dengan melakukan beberapa kajian diantaranya: kajian linguistik, konteks historis, tematik-komprehensif, konfirmatif dan analisis generalisasi. Bab keempat akan membahas relevansi hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) dengan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 dan relevansi hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) dengan perkawinan Rasulullah SAW. Bab kelima merupakan akhir dari keseluruhan pembahasan yang berisi penutup, kesimpulan dan saran-saran. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang penulis paparkan diatas, pembahasan terhadap hadis-hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan metode , pemaknaan hadis-hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) dari riwayat no. 1752 tidaklah bisa dimaknai secara tekstual. Beberapa alasan yang menjadi dasar adalah (a) pernikahan adalah relasi suami istri yang diikat dengan , sehingga proses mulai dari memilih pasangan sampai dengan menjaga pernikahan harus melibatkan dua subyek yaitu memilih pasangan suami dan istri. (b) hadis tentang anjuran menikahi gadis (perawan) tidak bisa dimaknai secara fisik (perjaka/perawan) semata, tetapi dinilai dari kebersihan dan kebaikan pribadinya yang bisa dijadikan titik acuan dalam memilih pasangan suami atau istri. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan secara psikologis antara seorang yang belum menikah (gadis/perjaka) dengan orang yang sudah menikah (janda/duda). Seseorang yang masih gadis/perjaka, tidak hanya perawan secara fisik semata, akan tetapi juga memiliki sifat keperawanan yang menonjol dalam hal psikologisnya. B. Saran-saran Harapan penulis, penelitian ini tidak cukup sampai disini, tetapi berlanjut pada permasalahan atau persoalan yang lebih kompleks lagi, karena penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Guna menghasilkan pemahaman hadis yang lebih sempurna, penelitian ini masih memerlukan pendekatan dengan perangkat-perangkat keilmuan lainnya seperti, fiqh, budaya-antropologis, serta isu-isu wacana gender yang sedang berkembang saat ini, sehingga segala bentuk problematika yang muncul ditengah-tengah masyarakat terkait dengan keperawanan perempuan dalam pernikahan dapat terpecahkan. Semakin banyak pemahaman yang muncul, akan semakin memperluas wacana keilmuan hadis dalam khazanah pemikiran hadis. Penelitian terhadap hadis-hadis lain yang ada kaitannya dengan hadis ini juga perlu dilakukan untuk menambah wawasan dan tentunya akan sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yang pada akhirnya sesuai dengan janji Islam, bahwa Islam diturunkan tidak lain sebagai agama yang C. Penutup Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak pernah henti, yang telah memberikan kekuatan, kemampuan dan kesabaran bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis telah berusaha mengerahkan segala usaha dan kemampuan untuk meyelesaikan skripsi ini, meskipun masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan di sana sini. Untuk lebih menyempurnakannya, dengan segala kerendahan hati maka di sini penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam khazanah perkembangan pemikiran hadis. DAFTAR PUSTAKA Abdul Karim, Khalil. Relasi Gender pada Masa Khulafaurrasyidin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Muhammad ‘Abdurrahman Alu Syaik, ‘Abdullah ibn Muhammad ibn. Kasir terj. M. Abdul Ghaffar. Jakarta: Pustaka Syafi’i, 2008. !" ! !$ ! ! # Tafsir Ibnu Imam Al- " % "& % ! ! ) ( !* %& %& ' ( ! Beirut: %, 1983. Islami. Isa, 1997. Aness, Munawar Ahmad. Islam dan Masa Depan Biologis Manusia: Etika, Gender, Teknologi. Bandung: Mizan, 1994. ( %& " !+ Ghalib. Pernikahan Ahmad !+ Abdul " + - %& "& %& %& !- % ( !$ %& /24 dan + , ! , Solo: Pustaka Mantiq, Umat $ %& !$ & !- . ) % /012 %3# !$ & ! %3# - Ayyub, Hasan. Fikih Keluarga: Panduan Membangun Keluarga Sakinah Sesuai Syari’at. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008. !+ 3& !+5 %& % / /6 !- 7 " !- . 5 " ! , ( + ! ! !5 %& % - ! . .! . ! " %& % /22 , 8 % Al-Maurid: A Modern Arabic – English Dictionary. Beirut: ! , 1995. ! !- % %& 5 . ! # - ! + 5 % ! # + !+ / + 8 ! !* % % & % + . % !" %& %& 7 % /241 %& 1 " %& ! - Gusmian, Islah. Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami ?: Mengungkap Kisah Kehidupan Rumah Tangga Nabi Bersama 11 Istrinya. Yogyakarta: Galang Press, 2007. HAM, Musahadi. Evolusi Konsep Sunnah (Implikasinya pada Hukum Islam). Semarang: Aneka Ilmu, 2000. Hathout, Hassan. Revolusi Seksual Perempuan: Obstetri dan Ginekologi dalam Tinjauan Islam. Bandung: Mizan, 1994. al-Husaini, Al-Hamid. Baitun Nubuwwaah: Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW. Jakarta: Yayasan al-Hamidiy, 1993. !+5 ‘ ! " %& %& " ! % !" % Ismail, Syuhudi. Kaidah Keshahihan Sanad Hadis: telaah kritis dan tinjauan pendekatan ilmu sejarah. Jakarta: Bulan Bintang, 2005. Ismail, Syuhudi. Metodologi Bintang, 1992. Ismail, Syuhudi. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah Ma’anil Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal. Jakarta: Bulan Bintang, 1994. !* 3 !" . - ! % !5 Penelitian %& !$ % , 1979. + Nabi. !' % Jakarta: % ) 9% Bulan ! # % /212 Khaerudin, “Perkosaan, Kekerasan dalam nasional.kompas.com ! % & Hadis +: & ! , Seksual # +: Terbanyak di %7 % % Beirut: && Indonesia” Kinasih, Sri Endah. “Perlindungan dan Penegakan HAM terhadap Pelecehan Seksual”, Makalah Jurusan Antropologi, FISIP Universitas Airlangga. ! 7 !5 ! !" % ! 7 8 !5 % ! Manzur, Ibn. > ) 3& ; & !8 ) ! !" ) . /244 + % !5 ! !+ ) 3& ; % ! !8 ) $ + /06= !$ Beirut: ) %& ! - + !+5 %& % & !< %& . ! . & ! , t.th. Marhumah. Memaknai Perkawinan dalam Perspektif Sukses Offset, 2009. ! " + Kesetaraan. Yogyakarta: %&) % %& ! %7 3& % Mudasir. Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Muhammad Yusuf, Husein. Memilih Jodoh dan Tatacara Meminang dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Muhyidin, Muhammad. Dilarang Melajang Raihlah Berkah Menikah. Semarang: Qudsi Media, 2006. Munawwir, Achmad Warson dan Muhammad Fairuz. Kamus Al-Munawwir Indonesia – Arab Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif, 2007. . Mustaqim, Abdul. 5 Press Yogyakarta, 2008. & ? . Yogyakarta: Idea 5 Mustaqim, Abdul dkk. Studi al-Qur’an Kontemporer Wacana baru berbagai Metodologi Tafsir. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002. !' 5%& ! ! , # !+ ! , " %& %& !< - % Najwah, Nurun. Ilmu Ma’anil Hadis Metode Pemahaman Hadis Nabi: Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Cahaya Pustaka, 2008. !' . ' + . %& , %& ! & Nashrullah, Nashih. “Menceraikan www.republika.co.id " . !5 Istri + % /24= yang tak ! % " Perawan” ! dalam Nasution, Khairuddin. Fazlur Rahman tentang Wanita. Yogyakarta: Tazzafa, 2002. Nasution, Khairuddin. Status wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap perundangundangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia. Jakarta: INIS, 2002. !' 7 7 ; .- %& 5%& " ! " ) # !+ %& !' 7 7 + " %& %& /02 Pitakasari, Ajeng Ritzki. “Irak Wajibkan Wanita Jalani Tes Keperawanan” dalam www.republika.co.id. Qardhawi, Yusuf. Bagaimana Memahami Hadis Nabi terj. Muhammad Al-Baqir. Bandung: Karisma, 1997. al-Qardhawi, Yusuf. Ruang Lingkup Aktivitas Wanita Muslimah. Jakarta: Pustaka alKautsar, 1996. Qardhawi, Yusuf. 1995. !< 37 Studi As-Sunnah. %& ' - % !$ ! Bandung: 3 % !" Kritis + - + Trigenda % " Karya, 5 % ! !$ ! , , % !" %& %& ! % Sitorus, Abdul Rahim. dan El-Guyanie, Gugun. Mitos Keperawanan Perspektif Agama dan Budaya. Yogyakarta: Madina Press, 2009. Sumbullah, Umi. Kritik Hadis Pendekatan Historis Metodologis. Malang: UIN Malang Press, 2008. Surakhman, Winarno. Tarsito, 1990. Pengantar Penelitian Suryadi, “Kitab Sunan Abu Daud” dalam M. (ed.), Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: Teras, 2009. Ilmiah. Bandung: Alfatih Suryadilaga Suryadi dkk. Metodologi Penelitian Hadis. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006. Suryadi. Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi Perspektif Muhammad alGhazali dan Yusuf al-Qardhawi. Yogyakarta: Teras, 2008. Suryadilaga, M. Alfatih. Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke Konteks. Yogyakarta: Teras, 2009. !"& & * !"& & * . ! % * * % !" !" % . + 3 ! . 5 %& ( 5 %& +5@@ + !* . %& % !" ! % ! ! & % % % ! ) +5@ " ! 3& ! , %< & !$ !$ !$ % %& !" ) . 3& % !* 7 %& 5 % !" !$ & !" %& %& !* !" !" ! % %& " & .. # % 3#3# ) 5%& ! $ (% ! % " - % ! & %% # ! % Wajih, Abu Ahmad. Kado Indah Pernikahan dari Meminang hingga Malam Pengantin. Yogyakarta: Ad-Dawa’, 2005. Wensinck, A.J. ! . ! ) % ) 3# + !- ( . Leiden: E.J. Brill, 1965. ! , # !' 7 terj. M. $ . Zuhri, Muh. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003. CD. ROM. Al! % !" . % ! & % !" ) /221 CURRICULUM VITAE Nama : Septian Hudaya Tempat & Tanggal Lahir : Sei Meranti, 01 September 1991 Nama Ayah : Arwidi Nama Ibu : Zainar Pekerjaan Orang Tua : Petani Alamat Asal : PTPN III (tiga) Sei Meranti, Bagan Batu, Riau Alamat Kos : Jl. Tridarma, Gendeng GK 1 RT 78 RW 18 No. Hp : 082135224868 Riwayat Pendidikan : 1. SD : SDN 031 Bahtera Makmur, Sei Meranti (lulus tahun 2003) 2. SLTP : MTs PPM Ar-Rasyid (lulus tahun 2006) 3. SLTA : MA PPM Ar-Rasyid (lulus tahun 2009) 4. PT : Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (masuk tahun 2009) Yogyakarta, 14 Januari 2013 Septian Hudaya NIM. 09530033 Lampiran a. Dalam 1. kitab no. hadis. 1955. , bab , # $ !" * $ * %6 %& ' () *& + , * -. * / 0" 1 2 3 4 %6 ? 1 3 78%9 " 2 3 +:8 1 ;& <# $ 2 ;& + , 2 , B= ? DA? ; & 1 #& 23 + *5 -. * = @! * @!A 2( & 1B CD& IE A $ &? 2 3 E / F 1 3 E / G? #E H 2 3 +:8 1 3 1$ (> 2 3 + , 4 G ;> 46 > 4: @> E'?#" M (>? ? 1 ->%& ? ? * $ -. %& J K? * L 1 3 7 > 4 > + I 3 % */ " N #D9 & +:8 1 3 7 $ 0 >? 2 3 + O H O H & 1" 3 PQ& <GR 3 78L "? 2 3 - >$ & @ #"%& 1 U& 1 K & * VR 2 ;& 1 - L S@& ' T 1" 3 * 3 + , D: -. 2 , G3 F / U& FKR & 7 $ V & 2 3 +:8 1 3 1" 3 W ? 2 3 @ -D 1; 68 & ( *& * X$ %& <2 * Y & IE 3 ? (A ? E 7 7 $ ZK 2 3 " * L [T ? <\*9 HA + F @ * R= #A W 1 3 #E $ 2. kitab ! , bab ! " "# ", no. hadis. $ %&' - +4]: A(A N# ) ^ 0" 1 2 3 4 * = *? *5 */8L 1 3 7 " 2 3 2 ? " 7P " " ) +4 " < + #L <F$ +4= =*H/ T/ A + [: 8L 2 B F $ - 1 H& #B, *& + , 2B F $- ( _A#$ # $ * # & G ; #K` *& H \6 # $ 13 Z H& N#$(& #]& D 6 %& ) + , " 2 ;& + , ". # -. 6 ? 2 3 +:8 1 3 < ]3 7:"? 2 3 * - -.* / ( " /012' " N#4a 7 # 8 8R I: % >ZK? 3 : F 23 2 , A7 4 " K 3 'E ?#" 1$ (> 1 3 A#> A? 2 3 F!> ? JZK? I A 3 'E ?#" XH8? ? JR %& J # 8 8R I: ? N 6 %& NRY d#; b#> */& > * ? L 1 3 7 ]3 2 HA + & + , A 23 IA -. F 1 ;& : 23G ; " 8 8R &IA > "3 4 > IE A $ 4& 2 3 & 7 Z& 2 3 4 " K 1 #$ 2 , 'R AY * 3 B> <# $ 2 3 c E # 3 NR Y # $ 3. * kitab " , bab -L ! #$ e BA , no. hadis. $1%3' *5 # $ -. * = 23 * '# T * f D& 2 3 + , 1 3 2 3 b# : # A 4" 3 F Q h A + 1 !D, & 2 3 j ? -D N#4a -D I A * / : -. 2Y & X5 8 - 8? + , -. 2 , g CD& : D&? 2 3 7D # D .? 3 # C 1 3 2 3 b# : i#> g * 2 ;& ;& * -Lk 4 D, ? h ?- N AL D: & *8 6 %& # : ># K%& # : */& > A 13 7 G ;> HA 2 , A 1 ;& 2 3 I A * % & * K * ;& IA * 23 +, > 4 1 >? -. > #E H 1$ (> 2 , 2 ;& E / 4 R/ m> & 4 l" M (>? ? 1 #H& < T. <J K? +, , E% ( 4 D8P%D, 2 , J )IA kitab : & 2 3 +:8 1 ;& 2 3 N# ) <X5 8 1" ;D& * P%& D8P%D, & <k # */8L G ;D E / 1$ (D& 4 4. ? 3 R N#$(& + , 1$ (> 1 ;& E / G? #E H 1$ (> F 4 e !,L 2 , 0" J () 2 3 4 " * 2 ;& # A R HA & 3 2 3 * " & & 1: . * <#A#$ 8# K? + # L i#8 < , bab -. 2 , G3 n ]3 *& Z '# T 5 " & 2 3 4 R/ m> 2 3 * NR " " 5 , no. hadis. &1%6' +, A137 -. 2 , * 2323# $ > IE A $ 4& 2 3 E / F <# 8# K? B, I D3 1 3 E / G? #E H ? P " 2 3 +:8 1 3 # $ A 1!H8 F 4 L 0 $? ? 1 #H& J K? 0 > * J 1 .? 2 3 4 5. kitab 0" 7 *B K " < -. * = G ;> , bab 8 B3 2 3 # $ ! * / : "\ h? E 4 l" \ 3#K IE A $ < , <+ := 1 @:D& ' () " + , 18? " R $% h# : f 68 & :" 18 '( : h# : OC & K > -D kitab 2 ;A 4 7 1 1 3 7 @:A " 2 ;& + , 4"? 2 3 FK P , bab 8 *5 ! & 23 7 > # $ 1: , 2 3 < # $ 1: , <# 7 7. kitab -. 7 AR I :9 GR` 2 , * 2 ;& 1$ (> -. 2 , * 23 , no. hadis. %0%%' * / : , + 1 @:> B3 > 4 !D > Il: <R " & ' () *& + , */8L 1 3 7 @:A " 2 3 + , & 23 7 23 I T !" +, * ;! & o 63 # : - P "3 q D> # : 7 P J# Z& 4 : i Z: > IE A $ 2 , 0" 1 2 3 # $ #E H & 2 3 k#: 4 pA 8? I;/l * > 4 > IE A $ !D > Il: -. , bab 8 PQ& 1 = BD & *B K " < 2 ;& FK 2 ;& 4 , no. hadis. %6/:' 9 7 " 2 ;& E / 1$ (> 1 ;& 1$ (> " + , 2 ;A ? -. * / I T 6. 2 , , no. hadis. %60/' 4& 2 3 E / 1 3 E / G? #E H ? 2 3 k#: 4 pA *H \E ? G A FD3 * ? L 46 > 'E ?#" H 9 * ;! & o 63 * # : PQ& F Q 0 > b#> -. 2 ,# 8? > IE A $ 4& 2 3 E / F 1 3 E / G? 1$ (> q D > *H \E h? E K > -D 4"? * :A # $ A O H O H pA ! Z *& 2 3 8. kitab no. hadis. %0%6' 7 , bab 8 ( 4 8 , 23 # $ * #: - * / : 1 @:> I A 18? " < , 8# K? <+ " E A#3 % h# : B3 + #L & ' () *& + , -. * / & :" 18 '( : h# : OC & *B K " < 0" * ;! & o 63 pA */8L 2 , A 1 ;& + , 4 > #E H 4& 2 3 E / F 1 3 2 3 E / G? #E H ? 2 3 +:8 1 3 1$ (>? 2 3 k#: 4 Il: q D > *H \E h? E -. ;:A * K > -D 2 ,# 8? PQ& 1 = BD & F Q 4"? 2 ;& FK P "3 &237 I T 9. 7 5; , bab kitab " ( ! "\ < > !D > , no. hadis. %/%0' 7 23 4 *5 -. 7 > 4 # $ 10. b#> 7 kitab > 4 G ;> 'E ?#" 1$ (D& 4 l b b. Dalam ( ' ( kitab " !! ! 2' # -. * = 4H ]> ? 7 ' 0 > ?J 4 0 , b#> * ? AY !, no. hadis. 3/:0' R := 2 ;& 'E ?#" 1$ (D& J > IE A $ 4H ]> G ;> 'E ?#" 1$ (D& 4 l ( *5 # $ 7 ( ) <R " 1 ;& 2 3 7H ]> 2 ;& 4! U> , bab 23 7H ]> L b # $ A 1$ (> + , 8 R > IE A $ 4& 2 3 E / F 1 3 E / G? #E H 2 ;& +:8 1 ;& # $ A 1$ (> + , #E K 2 3 ? 7 4 AY 2 , * 2 ;& E / 'E ?#" 1$ (D& J 4S $? ? 1 # */8L J *? 7 # ? 0 > ? 0 , b#> 2 3 E / 1 3 E / G? #E H 2 3 +:8 1 3 4S $? ? 1 #H& J 0 > ? 0 , b#D& * ? 7 1 3 # + " !" I F;A + 7 b &23 $ , no. hadis. $66$' 7 , bab " = 7 ( + , - \6 , *? 1;& +, 7 *? -. 2 , # 8 !" 4 *& 'E ?#" 1$ (> 2 3 # $ *8# K? 4& 2 3 < / 1 3 < / G? <#H 2 3 +:8 1 3 1$ (> # $ A 2 ;& + , L PL b Z& 2 3 4 * FK > ? 1 C& J K? * L -. * 2 , A13 4 > #E H b A 1 #> A/ J Z 7 :& 4 $ 4 " 4 AR - XH > '?# $' ( 23 , no. hadis. $66&' 7 , bab kitab # $ !" I :9 *? G? #E H ? 2 3 +:8 1 3 1$ (> F + , 3 2 ;& AR -. kitab # 2 , * 2 ;& 'E ?#" 1$ (> # : ># Z& I :9 2 3 4 : i Z: 7 &' ( P :" R > IE A $ 4& 2 3 8L # $ " D: , , no. hadis. $66%' 7 , bab AY > 4 " 18? A%& 2 3 E / 1 3 E / 8# K? - !A 2 3 * = 8# ( 0 # E / 'E ?#" 1$ (D& 0 , 2 3 ? J 0 > b#> 7 ? - !A ? # $ 2 3 < / G? <#H & 2 3 +:8 1 3 2 3 1$ (> # $ A + , 2 3 7H ]> 4H ]> 2 3 ? 7 4l *& > 4 #E K * 2 3 ? 7 :, F +, b & 2 3 4! U> I D3 N 7H ]> -. -. > IE A $ 4& 2 3 4S $? ? 4 >` ? 1 # */8L 0 , ? J 4 4 2 , A < / F 13 L 13 G ;> '?#" \*$? ? 1 4H ]> 7 > 4 %& > 0 # * ? IA # $ G ;> 'E ?#" AR 2 , * 2 ;& 0 > b#> 7 2 , * 23 23 " # ZA + 1 .? 2 3 46 > - !A # B, 3 - L pA ! e , # $ A 1!H8 N: %' ( 0" kitab 23 # $ * ;! & o 63 * # : - , no. hadis. $663' 7 , bab * / : 1 @:> , 3? <+ & ' () *& + , 8# K? - !A -. - !A 2 , FQ "\ 2 , 4 18? " R $% h# : f 68 & :" 18 '( : h# : OC & *B K < A 1 3 # $ A 7 @:A " 2 ;& + , > IE A $ -. 2 ,# 8? PQ& 1 = BD & 2 3 E / F 1 3 2 3 E / G? 4D$ (> #E H ? 2 ;& k#: 4 pA q D > * \E h? E FK 8 -D 4"? 2 ;& FK PIA "3 & 23 7 O H O H & 1" 3 PL 2 3 2 3 I T 3' ( *B;l *& + , @ -. * :A 1 #& 23 + -. @! 2 , * @!& 2( & 1B CD& ->%& * $ * %6 %& ' () ? * $ * %6 ? 1 3 78%9 " 2 3 -. %& J K? * L 1 3 7 > 4 2 , 1" 3 + , -. * Y & IE 3 ? * * R= #A W 1 ;& 1 (A ? E ;& G ;> 46 > 4: @> 2 , G 3 + I 3 % */" N #D9 & +:8 1 3 7 $ FKR 7 $ V & 2 3 +:8 1 3 1" 3 <2 B= ? * DA? > IE A $ 4& 2 3 < / F 1 ;& E / 0 >? 2 3 + O H O H & 1" 3 PQ& <GR 3 78L "? 2 3 4 ' T !" # $ G? #E H ? 2 ;& +:8 1 ;& 1$ (>? 2 ;& + , 'E ?#" M (>? ? 1 !D > Il: -l 2 , 0" 1$#K 2 3 +:8 1 3 # $ A * 2 ;& + , > , no. hadis. $666' 7 , bab kitab */8L W 2 ;& @ - >$ & @ #"%& 1:$ + 1 U& 1 K & 2 3 & #E $ * VR 2 3 1 & 1; 68 & 2 3 ( 1S@& D: F / U& *& X$ %& 7 7 $ ZK 2 ;& " * L [T ? <\*9 HA + F @ 6' ( kitab # $ *& 8L X5 8 \* -. Z '#]8 ? ZH 23N ? , no. hadis. $661' 7 , bab * ? 1: , 2 3 # D: 8? + , C8 2 3 ? + , -. -. - % 2 , 0" # " *& 23 2 , J A#K? 2 , 2 ;& 2 3 B= % */8L -D * Y A k : >? 2 3 *8 A7 #]& 2 3 k G ;DA 7 P : F:@& 2 3 :" 1 3 2 3 7 #BTA G? E / 2 3 +:8 1 3 7 ? : 1$ (>? * 2 3 2 3 !" *8 A7 Z ZH : >? + , 1 3 2 3 7 #BTA ? 23 4 > 7 > 4H ]> 7H ]> #E H 1$ (> 4& 2 3 E / 1 3 2 3 #E H 7 #BTA 1' ( ( kitab l: rB + #L 2 , 0" J () 2 3 2Y & 2 3 7D # N#4a ;& * # $ -. 4 G ;> IA +, <#A#$ A -. 1" 3 I 9 *? : F 1 ;& 2 3 I A -. : D&? j ? -D 2 , 3 > #E H 1$ (> &? 2 3 E / 1$ (> 23 2 , -. 7 #BTA 0" G ;D E / 1$ (D& :@ * ? LJ ) + , s % DU; pA ! e , * $ FD & + , F 13 23 : F j D& >ZK? 3 2 3 4 7 4& +, 2 , 'R AY * 3 B> 23 2 , 4 4 D, *8 6 %& # : 3? 2 3 # $ A7 h = !@ F" -. * / NR P " IE 3 ? 6 ? 2 -. R AY & -L & 2 3 4 R/ m> * - L IH" " &23IA H& 2 3 + , + +, > 7 l " IE 3 ? *8 6 %& 2 3 NRY +, HA + 1 !D, & * % & * K * ; & 1 4D8 -D I A 2 , G3 1323 Z 7 $*: * 23+ IA * 2 ;& 2 3 # A 4" 3 F Q * 23 +, 1 ;& 4 13 4 R/ m> & 4 l" 4 L M (>? ? 1 #H& < T. <J K? * 2 , 0" I A Q& 1 3 2 3 <#A#$ 2 , g CD& 2 3 <F 2 , A ># K%& # : 1 ;& E / G? #E H ? 1$ (> " D8P%D, 2 , l '# T" N AL D: & +:8 1 ;& 2 3 N# ) <X5 8 2 3 & * " & & 1: . -. * / : 1" ;D& * P%& D8P%D, & <k # */8L */& > , no. hadis. $//0' ? 3 * <X5 8 *D!> * f D& + , R N#$(& + , ?- 18 H& '#]8 f!,L I 9 * ? D .? 3 # C 1 3 2 3 b# : i#> g -L k ?h 4 ;A IE " 2 3 b# : " * 2 ;& 2 3 # A R HA hA Z F:& ; , bab l 2 3 8# K? f!,L 2 3 -. Z ? F PI3 ?* F$# -. 2 , 23 1 ;& 2 3 c E # 3 *8R Y '#! G A G # $ 23 7 P F ? NZK%& * O *& '#]8 * ? h = #A#@ C & & 2 3 pA ! e , *!5 8 g CD& #B, *& 2 ;A *8 A(A 2 Y & 2 3 ] E A? R Y +, * 23 & c. Dalam ( " 1. kitab hadis. &6 0' ; ( " 2 , 2323 # $ <J K? * E / F H > #E H */ */!8 *>?#" 2 3? G 4 #>%& <d 8? +H !" * " ) , no. B, 8# K? e Y# 7 HD, 48L + , ( -. A 13 23 4 HD, 48L "? gK 2 ;& -8? -. e Y% g, A # $ A 2 ;& + , * " ) e !,L ^ 7 4 - > #E H ? 2 3 E / 1 3 2 3 E / L 2 ;& 4 * 2 , 2 , F;A + ? +:8 2 ;D& 7c 8? ", bab ( " 2 , 4 $ 4 " 4 A XH > '?# -. &? 2 3 4 l" \ 3#K 4 L +5? ? 1 #H& <J 8%& <d 8? +H ; ( " kitab hadis. &1$:' 2 , ", bab ( " 1 ;& E / G? #E H ? 2 ;& +:8 1 ;& 1$ (>? + , A 1 3 <d 8? +H 2 3 4 2. ( :, , no. - !A 'E ?#" 1$ (> 2 3 # $ \6 ? #E H 2 3 +:8 1 3 2 3 1$ (>? FK > ? 1 C& <J K? * b A 1 #> A/ J Z 7 :& 3. kitab hadis. &106' ; ( " F +, -. 2 , A 13 7 46/ > 'E ?#" 4. = " ' 2' ", bab ( " * " ) 2 , * 2 3 2 ;A #E $ 1: , <# > 4 4 l" \ 3#K +4 L 0 $? ? 1 # " 23 , no. B, > #E H 4& 2 3 E / 1 3 E / G? #E H ? 2 3 +:8 1 3 1!H8 ; ( " kitab hadis. &031' ) ( H ( ( " J 0 , b#> ", bab ( " " " * ? G A * ? FD3 1 .? 2 3 4 + ;> " ) , no. " ( " +( - 0" 1 2 3 pA # $ */8L 2 , :@ * ? A 13 23 IA + , " 8 8R s % IA :" ? & #B, *& + , -. * / 2 3 E / G? #E H 2 3 +:8 1 3 2 3 1$ (D&? 2 3 * ? - L F@:>? ? *& * 1 #H& h $ * b#> 7 L13237 2 , * ;! & 2 3 FD & F $ - 1 h# : FD " 8 8R 13 :&23 P 23 I 3 % >ZK? 3 -. 23 7 ZK? 23 ; ( " # $ : 23 7 1S$ I A +, ", bab ( " s % #H F f 68 2 3 7 > 4 * kitab hadis. %%&&' 2 3 2 ;A ; ( " ( # $ 1: , 2 3 7 7. kitab hadis. %%0$' ; ( " > 4 ( ", bab ( " AR # R ,? 0" %& 2 3 E / 1 3 2 3 #E H * I :9 43#6> * :A #H " ) #B:$ > <IA $ ? + , ", bab ( " , no. -.* / E 6. 2 , " ) ? 8# K? #" > #E H 18 & F ? \ $ -D h G? E / 2 3 1$ (> */8L 1 3 F@:>? 18P%D, & 2 3 ' () *& + , ? 23 E / E F 1" 3 -. & N ZK%& '#! G A G ( B, * ? A 2 ;& E ? * 3 BA 8Z ZK%& 2 3 2 , * 2323IA 13 23 Y2 2(A + & O *& D :@& 2 3 J "? -D kitab hadis. %&61' -. 2 ? *& 8? 8L 1 Y & 2 3 N#$Y + 8R Y <d # 3 Z 1 3 2 3 c E # 3 NRY IE 3 5. #K` *& 8? + , 1 3 F @ F:& " + , >%& 1" 3 PQ& > #E H 4& 2 3 E / 1 3 2 3 3E #c 7 ? J%> 2 ;& 4 l" 4 L +5? ? 1 3 2 3 # $ A 7 " 2 ;& 2 3 k & ,? * = 4A k > 4 P%& k#: 4 * , no. !" -. 2 , * " ) , no. # ,? 1 2 3 # $ '#]8 * ? 2 3 ? IE #5 + , -.* = * D * :A -. 2 , *8 >%& 2 3 DBB " L *8R (& 2 3 2 , + h R? & A7 , 23 , #]& #/ 2 ? *& A7 HA 7 P : Z ; ( " kitab hadis. %%/3' ( # $ * F $- > 7 Z e !,L +, -. 2 3 IE ; " D3 8 f -. -. 3 23 15 2 , FB3 -. 2 , u 8? Af /! l: hZ M#C& 1 #& 13 23 * " : & 23 +, H > 4 2 , R? ?F A 2 , #"? E #. S$ 1 3 2 3 43 & 23 E / E b#> 8L "? 2 3 8 1]B & F 2 , 2 , * TA PE L -. ?G A 13 2 , * 0&#A 1 3 +:8 1 3 1 5 > IE A $ &? 2 3 E / F 1 3 2 3 #E H G? E / ? 2 3 J C& 2 , *:" v !> 23 7 -. ;& 1 3 2 3 I 3 % j -D + , (@ 8#"? E #. S$ 3 " 2 , * C8%& 2 3 Z * $ -. & 13 23 4, \ 0 @> IE :" $ 'E ?#" 1!H & :E , J#! & & g :5 2 3 + J C8 4 1 3 2 3 : 1$ (> F # $ A * 2 3 + 2 3 >ZK? 3 2 3 7 A13237 ;:A 2 , ZK%& 2 3 1 :B& 2 3 '#@9 " U E * 063 2 3 ? b A >ZK? 1 3 3 2 3 2(A + & 2 3 , no. 2 , 0" 1$#K 2 3 -. A 1 3 2 3 # $ A Z 7 $ * : >? 2 ;& + , 23 + " ) *? A 1 3 2 3 # $ A 7 " 2 ;& + , " U: NZ * 6 ? 2 3 + + , : >? 2 3 '#" " * !" -D g C>? 1 :$ *] > e &/# 1 :$ + , 2 , : >? 2 3 > #E H 4D$ (> ? 2 3 E / 1 3 E!>#" V 3/# J P ' () *& + , * %6 ? ZH ZH ", bab ( " * C& : >? 2 ;& + , 1 3 2 3 7 #BTA 4H ]> 7H ]> 4 !" H& 2 3 IE C8 ZH 2 3 E / G? #E H ? 2 3 +:8 1 3 2 3 7 ? : 1$ (> F 2 3 + Z 8. *? #/ J A#K? *& * X5 8 - 1 3 2 3 7 #BTA 2 , h t 2 , A +:8 .? * ? L 2 , \ 9 L 1 .? 2 3 4 G ;> 1: , 7 P " A 4 3? & 1" 3 18? PQ& HD, 48L 2 3 e 8 -. 2 , - "? -. -D &G 7P 4 3%& J#! & 2 , * 2 3 " pA ! '?# J# K%& 2 3 1 3%& F @ k?# JZK? 1! .? M#K 2 3 " E A#3 @ \ $ <F $ Z -. KR FKR + , & 2 3 IE c :E & 78 & 1 3 + , *& 1 $ + + , 2 , A (@ + , -. 2 , - 3 Z " 2 ;& F @ i?#& + , & 2 3 7 4& 7 $ k?# ZK *K? A h? 2 :> 2 3 -. 1 9. kitab hadis. &6 0' .? & O"? ; ( " ( # $ 1: , 2 3 .? -D R !" * :A #" d. Dalam ' 7 $' > 4 7 ( " I :9 +, ; -. * = > 4 -. * = 23 -: P9 , bab 7 , no. hadis. & 61' # <R 2 3 I D3 8# K? > #E H 4& 2 3 E / 1 ;& E / G? #E H 2 3 +:8 1 3 # $ A 1$ (>? 2 ;& + , 7 \6 ) 7 " 2 ;& % , bab 7 , no. hadis. & 60' _A#$ B, 7 ( +9 * 2 ;& 1$ (> 2 3 h U8% 2 3 I (3 A +:8 1 3 h : 'E ?#" 1 .? F # $ A 2 ;& + , ( ;, no. > IE A $ 4&? + , 1 >%& 1$ (> 2 3 # $ kitab # $ 7 " " 7 kitab 7 ; * A2Y" # : 7 P J# Z& I :9 2 3 4 : i Z: R ,? -. * 7 AR P 2 ;& E " 8 H" i#8 8 ", bab E / 1$ (> 1 3 2 3 1$ (> " + , 2 ;A #E $ 1: , 2 ;& D 2 , & <# $ A%& 2 3 <# $ & 2 3 #E A SE 9 *8R Y IE 3 ? *8 6 %& :" 1 Z& IE 3 ? 6 %& # @ '#! G A * :A k DC8? " " /062' -. ! 8# K? 2 , * ; 23 > #E H 4& 2 3 E A/ ? 1 3 E A/ ? G? #E H ? 2 3 ") . " 7 " " 7 2 , + - &' 7 7 kitab , bab ) 'E ?#" M (> 8? # $ \6 4 AR - no. hadis. & 1%' < K -. * = A 13 23 7 ( 7 A 1$ (>? 2 ;& + , 2 , 8 " 23R : " ;& +, F : ,L 8# K? -. 2 , 4 - > #E H 4& 2 3 E / F 1 3 2 3 E / G? #E H 2 3 +:8 1 3 2 3 # $ XH > '?# L PE L b Z& 2 3 4 * FK > ? 1 C& <J K? * b A 1 #> A/ J Z 7 :& 4 $ 4 " ,' Dalam 8 3 " " 8 kitab 7 , bab ( ! 'E ?#" 1$ (> 2 3 F 5 8 ! ! # $ AR '#@ : : * / ? # $ -. 4 *& 2 3 * I D3 , bab 8 ! \6 4& 2 3 E / 1 3 E / ( ")> - 8 " ) " ( ! 2' ( " " G ;A 1 >%& 2 ;& E / 1S@& :E > - ?23 ! , no. hadis. 03:' , -. ' h / # 2 , 4 - R 'E ?#" 1$ (> 2 3 ? #E H ? 2 3 +:8 1 3 # $ A 1$ (>? 2 ;& + , * FK > ? 1 C& <J K? * 13 1 " " g. Dalam &23 4 > IE A $ # $ pA 7 2 , 1;& +, > #E H -.* > 4 <pA PL b Z& 2 3 4 ' 2' R 6 f. Dalam " " " ( ! " ( ! kitab 7 ' AY 2 , A 1 ;& 7 L <X !. < < # 1 ;& E / G? #E H 2 ;& +:8 1 ;& # $ A 1$ (>? 2 ;& + , ? J 0 , b#> J " + , no. hadis. : /' "( ' "# " )> " " 8 8 2' ) = ! " ! " " " " " " ( ! +' + , - < kitab # $ 7 :@ * ? , bab < 8 ! + , ! , no. hadis. 13$' s % 8# K? IA :" ? 1 ;& E / G? #E H 2 3 +:8 1 3 1$ (>? + , -. 4 pA , bab < 8 ! * / : * ;! & 1 @:> B3 ! , no. hadis. $ > 4 h? E FK 8 -D ) ) " ) %:12' /' 0 6" & #B, *& + , -. -. 8# K? 2 , 0" 2 ,# 8? PQ& > #E H 4& 2 3 E / F 1 3 2 3 E / G? 4D$ (> #E H &? 2 3 k#: 4"? 2 3 FK 8 P "3 & 2 3 O H O H & 1" 3 PL * I T . > <#H &? 2 3 E / < , 8# K? <+ */8L 2 3 # $ A 7 @ ? " * 2 ;& + , 23+ 23 7 \E 7 # $ 1 = BD & 2 3 < > 4 0 " " kitab 23 ? 2 , * 2323 7 h. Dalam F " ( " " !D > Il: + , q D > *H - GAMBAR I SKEMA SANAD HADIS RIWAYAT AL-BUKHARI TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS (PERAWAN) ( 1 ) * 20 '/ 0 . -! 0 ! ) +, % % 3 ' 0 " # &' ( % ' ( % 4 ! $ GAMBAR II SKEMA SANAD HADIS RIWAYAT MUSLIM TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS (PERAWAN) ( " 56 '0 9! " # + :9 < ! ' ( :; % ; ' ' '/ 0 . ' ' 89 ) * 7 7 7 6 GAMBAR III SKEMA SANAD HADIS RIWAYAT AHMAD TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS (PERAWAN) ( " 56 4 ! ! >0 '0 9! % 3' A B ) * % 3 %* = -! -! -( @ < $ $ 89 )' 0 ! % ! -! ? ' 4 ! ! ' 4/ GAMBAR IV SKEMA SANAD HADIS RIWAYAT NASA’I TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS (PERAWAN) #"$% &" ! ( $' GAMBAR V, VI, VII, VIII SKEMA SANAD HADIS RIWAYAT TIRMIDZI, IBNU MAJAH, ABU DAUD, DARIMI TENTANG ANJURAN MENIKAHI GADIS (PERAWAN) /& ! " " '! #! $ $ ., ! + ,$ ) *! # '( - ( %&