PENDAHULUAN Latar Belakang Keputusan Menteri Kelautan dan

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: KEP.10/MEN/2002
tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, wilayah
pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang saling berinteraksi, dimana kearah laut 12 mil dari garis pantai untuk
propinsi dan segitiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk
kabupaten/kota dan kearah darat batas administrasi kabupaten/kota.
Soegiarto dalam Wahyudin (2008) lebih mempertegas definisi daerah
pesisir yaitu daerah pertemuan antara darat dan laut kearah darat meliputi daerah
daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan kearah laut
meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi
di darat seperti sendimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dari kedua definisi tersebut memberikan gambaran kompleks tentang
korelasi antara aktivitas ekonomi dan ekologi yang terjadi di wilayah pesisir.
Aktivitas ekonomi seperti perikanan, pariwisata, pemukiman, perhubungan,
industri, dan sebagainya memberikan pengaruh besar berupa tekanan yang sangat
berpengaruh terhadap keberlanjutan ekologi wilayah pesisir ekosistem mangrove.
Tekanan yang sangat besar ini apabila tanpa pengelolaan dan pemberdayaan yang
sesuai dengan garis kebijakan yang ditetapkan akan menurunkan kualitas dan
kuantitas sumber daya yang terdapat di wilayah pesisir.
Universitas Sumatera Utara
Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang lebih dari satu dasawarsa
terakhir telah menjadi sebuah daerah yang berkembang dengan pesat. Hal ini
ditandai oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai
aspek perkotaannya. Daerah yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan tingkat
pertumbuhan sebesar 6,18% pada tahun 2006. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan
juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat.Kota Medan merupakan
ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan berpotensi menjadi salah satu
simpul distribusi barang dan jasa nasional ditunjang oleh sumber daya yang
memadai dan prospek yang dimiliki Provinsi Sumatera Utara (Andriat, 2008).
Menurut Supriharyono (2000) dalam Andriat (2008) terdapat hubungan
antar sektor di kawasan pesisir. Sebagai contoh adalah pengembangan lahan
pesisir untuk tambak akan berhubungan dengan pengembangan industri lainnya
yang mendukung seperti industri makanan hewan dan industri kimia. Adanya
fasilitas pelabuhan akan merangsang pertumbuhan wilayah perkotaan. Sedangkan
di sektor pariwisata, hotel-hotel membutuhkan struktur barang dan jasa, prasarana
jalan, listrik, suplai air dan sebagainya.
Meskipun pemanfaatan sumber daya pesisir di satu sisi berdampak pada
kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan seperti
penangkapan ikan secara tradisional, budidaya tambak, penambangan terumbu
karang, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, pemanfaatan sumber daya alam
secara terus menerus dan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap
kelangsungan ekosistem pesisir seperti penurunan daya dukung lingkungan,
penurunan mutu lingkungan pesisir pesisir, penyusutan keanekaragaman flora dan
fauna pesisir, serta perusakan dan pencemaran lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contohnya hutan mangrove merupakan jalur hijau daerah pesisir
pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi. Berdasarkan hasil
identifikasi tahun 1997-2000 luas potensial habitat mangrove di Indonesia + 8,6
juta ha yang terdiri 3,8 juta ha dalam kawasan hutan dan 4,8 juta ha diluar kawasan
. Pada saat ini 1,7 juta ha atau 44,73 % dari hutan mangrove yang berada dalam
kawasan hutan dan 4,2 juta ha atau 87,50 % dari hutan mangrove yang berada di
luar kawasan hutan dalam kondisi rusak (Permenhut, 2004).
Dari tahun ke tahun luas mangrove di kota Medan dan Kabupaten Deli
Serdang berkurang akibat aktifitas ekonomi. Untuk mengurangi dampak negatif
diperlukan perencanaan dan pengembangan aspek ekologis kawasan untuk
keberlanjutan sistem kehidupan. Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan datadata penunjang seperti peta tutupan lahan. Peta tutupan lahan adalah peta yang
memberikan informasi mengenai objek-objek yang tampak dipermukaan bumi.
Pemanfaatan ilmu penginderaan jauh dengan citra satelit dengan tahun yang
berbeda dapat memberikan informasi berupa tabulasi ataupun visualisasi
perubahan tutupan lahan pada kawasan tersebut. Hasil akhir analisis citra satelit
diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan penutupan lahan pesisir kota
Medan dan Kabupaten Deli Serdang sehingga dapat dijadikan data penunjang
dalam pengembangan dan perencaan aspek ekologis pesisir agar terwujud
keseimbangan dalam atau antar ekosistem.
Berkurangnya sumberdaya alam di daratan memungkinkan manusia untuk
berusaha memanfaatkan sumberdaya di wilayah pesisir. Pengeksploitasian
sumberdaya pesisir menyebabkan terjadinya penurunan ekosistem pesisir menjadi
tidak terkontrol. Hal ini mengakibatkan kerusakan ekosistem pantai.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan wilayah pesisir terutama mencakup perubahan penggunaan
lahan maupun garis pantainya, dapat di ketahui melalui citra penginderaan jauh
yang berupa terutama hasil pemotretan Citra Satelit. Hasil analisis data
penginderaan jauh selanjutnya diolah dengan sistem informasi geografis agar
dapat digunakan dalam menganalisis kondisi lingkungan pantai.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan perubahan tutupan lahan di
daerah pesisir Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dengan
menggunakan citra Landat ETM 7 tahun 2002, 2006 dan 2009.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
pihak-pihak yang membutuhkan dasar pengambilan keputusan dan perencanaan
pengelolaan kawasan pesisir di Kota Medan Kabupaten Deli Serdang terutama
bagi instansi dan stakeholder terkait.
Universitas Sumatera Utara
Download