571/Manajemen LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL MANAJEMEN RANTAI PASOKAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI YOGYAKARTA TAHUN KE 1 DARI RENCANA 2 TAHUN TIM PENGUSUL Fajarwati, SE., M.Si., NIDN. 0505067401, Ketua Tim Pengusul Fauziyah, SE., M.Si., NIDN. 0505057102, Anggota Tim Pengusul DIBIAYAI OLEH KOPERTIS WILAYAH V DIY KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, SESUAI SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN NOMOR: TERTANGGAL 25 MARET 2015, NOMOR: SP DIPA - 023.04.1.673453/2015 TANGGAL 14 NOVEMBER 2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA OKTOBER 2015 RINGKASAN Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. UKM memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia karena kontribusinya terhadap gross national product (GNP) dan kerja tenaga kerja. Namun, dari kriteria daya saing secara keseluruhan, UKM di Indonesia menempati peringkat terendah di antara 13 anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Ukuran bisnis dapat mempengaruhi kemampuan UKM untuk mengakses ke sumber daya modal, mengadopsi teknologi, dan kurangnya keterampilan manajerial. Manajemen rantai pasokan adalah salah satu alternatif untuk meningkatkan daya saing UKM. Kolaborasi antara pemasok, perusahaan, dan pelanggan memungkinkan UKM untuk mengelola aliran bahan, produk, dan juga informasi secara efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis model rantai pasokan yang telah diimplementasikan oleh UKM, strategi manajemen rantai pasokan yang digunakan oleh UKM dan meneliti berbagai permasalahan dan faktor yang mendukung kesuksesan implementasinya. Penelitian ini juga mengidentifikasi model manajemen rantai pasokan yang diharapkan oleh UKM, guna menyusun model manajemen rantai pasokan pada UKM yang memiliki keunggulan bersaing. Model ini akan diuji cobakan dan dianalisis faktor yang mendukung keberhasilan dan permasalahan yang timbul. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dalam penetapan kebijakan pemerintah dalam mempersiapkan UKM menghadapi pasar global khususnya Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 akan dihadapi oleh negara-negara di ASEAN, termasuk Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan strategi manajemen rantai pasokan yang digunakan oleh UKM di Yogyakarta dalam menentukan suplier yaitu UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 1 suplier yaitu 69,66%, UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 2 suplier yaitu 18,73%, UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 3 suplier yaitu 6,74%, UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi banyak suplier dengan 4 – 10 suplier yaitu 4,86%. Dalam penyediaan bahan baku produknya, hampir semua UKM membeli sendiri-sendiri bahan bakunya. UKM memperoleh dari pasar, toko maupun warung di sekitar tempat tinggalnya. Model manajemen rantai pasokan untuk UKM yaitu UKM-UKM yang sejenis membentuk koperasi dan akan memperoleh bahan baku langsung dari perusahaan kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor, agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen. Kata Kunci: Model, Manajemen Rantai Pasokan, UKM, Strategi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir penelitian hibah bersaing dengan judul Model Manajemen Rantai Pasokan pada Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta. Penyusunan laporan akhir penelitian hibah bersaing dengan judul Model Manajemen Rantai Pasokan pada Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta ini terwujud atas bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Hilman Latief, PhD selaku Ketua LP3M UMY. 2. Usaha Kecil dan Menengah yang ada di Yogyakarta. 3. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Industri, Koperasi dan UKM DIY. 4. Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Menengah Kabupaten Kulon Progo. 5. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, ESDM Kabupaten Gunungkidul. 6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Kabupaten Sleman. 7. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta. 8. Kementerian RISTEKDIKTI yang telah membiayai penelitian ini. Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan akhir penelitian. Akhirnya kami ucapkan terimakasih. Yogyakarta, 28 Oktober 2015 Tim Peneliti DAFTAR ISI Halaman Sampul ............................................................................................. i Halaman Pengesahan ............................................................................................. ii Ringkasan ............................................................................................. iii Prakata ............................................................................................. iv Daftar Isi ............................................................................................. v Daftar Tabel ............................................................................................. vi Daftar Gambar ............................................................................................. vii Bab 1 Pendahuluan .............................................................................................. 1 Bab 2 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 5 Bab 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 14 Bab 4 Metode Penelitian ......................................................................................... 18 Bab 5 Hasil yang Dicapai ....................................................................................... 26 Bab 6 Kesimpulan dan Saran .................................................................................. 51 Daftar Pustaka DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah UKM di Yogyakarta Tabel 2. Cakupan rantai paokan Tabel 3. Indikator capaian penelitian tahunan Tabel 4. Jenis kelamin responden Tabel 5. Umur responden Tabel 6. Pendidikan responden Tabel 7. Jenis usaha UKM berdasarkan cabang industri Tabel 8. Lama usaha UKM Tabel 9.Omset penjualan per bulan UKM Tabel 10. Jumlah pemasok yang digunakan UKM Tabel 11 Saluran distribusi yang digunakan UKM DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pelaku utama dalam manajemen rantai pasokan Gambar 2. Model manajemen rantai pasokan Gambar 3. Model 1 manajemen rantai pasokan Gambar 4. Model 2 manajemen rantai pasokan Gambar 5. Model 3 manajemen rantai pasokan Gambar 6. Model 4 manajemen rantai pasokan Gambar 7. Model 5 manajemen rantai pasokan Gambar 8. Model manajemen rantai pasokan UKM BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia UKM harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah, oleh karena pertumbuhan UKM setiap tahun mengalami peningkatan. Perkembangan UKM ditunjukkan oleh peningkatan jumlah UKM sebesar 2,4 persen sehingga mencapai 56,5 juta unit usaha pada tahun 2012 dan jumlah tenaga kerja UKM juga meningkat sebesar 5,8 persen menjadi sekitar 107,7 juta orang. Peningkatan jumlah unit usaha dan tenaga kerja terbesar tercatat pada kelompok usaha menengah, yaitu masing-masing 10,7 persen dan 14,7 persen. Tahun 2014 jumlah UKM di Indonesia mencapai 60 juta. Sektor Usaha kecil dan menengah (UKM) banyak memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi di DIY. Sektor ini banyak menciptakan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Jumlah UKM di Yogyakarta dari tahun 2010 sampai tahun 2014 seperti pada tabel 1. Tabel 1 Jumlah UKM di Yogyakarta Tahun Jumlah UKM 2010 182.232 2011 201.975 2012 203.995 2013 205.210 2014 136.844 Sumber: Desperindagkop, 2014 Penelitian yang dilakukan Tambunan (2003) disebutkan bahwa salah satu karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dengan laju pertumbuhan yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara yang dikenal dengan Newly Industrializing Countires (NICs) seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja UKM mereka yang sangat efisien, produktif dan memiliki tingkat daya saing yang tinggi. UKM di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakankebijakan pemerintahannya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor. Hasil kajian yang dilakukan Jaka (2010) diperoleh beberapa masalah yang dihadapi oleh UKM di Kabupaten bantul, Provinsi DIY, antara lain: (1) pemasaran, (2) modal dan pendanaan, (3) inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, (4) pemakaian bahan baku, (5) peralatan produksi, (6) penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, (7) rencana pengembangan usaha, dan (8) kesiapan menghadapi tantangan lingkungan eksternal. Berkaitan dengan berbagai masalah yang dihadapai UKM, maka diperlukan strategi untuk mengatasinya. Untuk mengembangankan UKM tentu saja tidak hanya dibebankan pada UKM sendiri namun harus memperoleh dukungan seluruh stakeholders. Dukungan termaksud diharapkan datang dari asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, dinas/instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi. Di samping itu diperlukan kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan UKM. Permasalahan utama dari UKM adalah kesiapan UKM dalam menghadapi persaingan pada perdagangan bebas. Saat ini, UKM belum mendapat perhatian banyak untuk dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah Indonesia. Kemudian, belum adanya sosialisasi yang memadai mengenai AFTA 2015, SDM yang banyak namun kurang berkualitas serta memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi, kurangnya inovasi dalam menghasilkan produk, terbatasnya modal usaha, tidak adanya tujuan jelas yang akan diraih oleh para pelaku UKM, serta kurangnya keahlian maupun pengetahuan untuk mengembangkan usaha. Sifat konsumtif masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan kurang berkembangnya para pelaku UKM karena kalah bersaing dengan produk asing (Anindya, 2014) Era Globalisasi dan era Teknologi Informasi dan Komunikasi di abad 21 telah berjalan begitu cepat. Indonesia sebagai salah satu negara besar di Asia Tenggara, berada pada letak Geografis yang sangat strategis, berada di antara dua benua, Benua Asia dan Benua Afrika, dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik pintu perdagangan dan tempat persinggahan lintas benua. Sehingga, Indonesia adalah negara yang mengalami dampak dari segala perubahan yang ada di dunia ini. Tidak terkecuali, perjanjian AFTA yang dibuat oleh Persatuan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang inti kerjasama itu adalah “untuk meningkatkan daya saing diantara negara-negara anggota ASEAN (sepuluh negara yaitu: Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Philiphina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja), dengan cara menghapus beban atau biaya tarif. Sehingga diharapkan datangnya investor-investor asing untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi diantara sesama anggota AFTA”. Intinya AFTA yang disepakati berdasarkan KTT ASEAN di Phonm Penh adalah munculnya era Perdagangan Bebas. Tahun 2015, perjanjian AFTA akan diberlakukan. Apakah UKM siap menghadapi Perdagangan bebas dan investasi modal asing nantinya? Sebab negara-negara macan asia semacam : Jepang, Korea, Cina, India dan bahkan negara Australia yang sudah masuk zona Asia bakalan meramaikan era perdagangan bebas ini. Saat ini, UKM harus menghadapi persaingan global untuk dapat tetap bertahan di pasaran. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah manajemen rantai pasokan. Manajemen rantai pasokan merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Konsep tersebut merupakan kunci proses bisnis dalam melakukan integrasi dari pemasok sampai ke pelanggan akhir. Mengelola rantai pasokan memungkinkan organisasi memberikan pelayanan yang cepat dengan produk yang terdeferensiasi dan berkualitas tinggi. Penerapan manajemen rantai pasokan di UKM diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memiliki daya saing. UKM yang memiliki daya saing yang dapat bertahan dan berkembang pada pasar kompetisi global. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teoari a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan Manajemen Rantai Pasokan muncul pada 1980-an sebagai sesuatu yang baru, filsafat integratif untuk mengelola total aliran barang dari pemasok ke pengguna akhir dan berkembang mempertimbangkan integrasi proses bisnis yang luas sepanjang rantai suplai. Menurut Heizer dan Render (2014) manajemen rantai pasokan merupakan Pengintegrasian aktifitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir serta pengiriman kepada pelanggan melalui sistem distribusi. Indrajit dan Djokopranoto (2009) mengungkapkan manajemen rantai pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah menjadi barang jadi. Manajemen Rantai pasokan adalah pengelolaan jaringan dari semua proses bisnis dan kegiatan yang melibatkan pengadaan bahan baku, manufaktur dan manajemen distribusi barang jadi. Manajemen Rantai pasokan juga disebut seni manajemen menyediakan produk yang tepat, tepat waktu, right place pada tempat yang tepat dan tepat harga bagi konsumen. Berdasarkan berbagai definisi manajemen rantai pasokan sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa manajemen rantai pasokan adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain. Cakupan supply chain management akan meliputi hal-hal berikut: Tabel 2 Cakupan Rantai Pasokan Bagian Pengembangan produk Pengadaan Perencanaan & Pengendalian Operasi / Produksi Pengiriman / Distribusi Cakupan kegiatan antara lain Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan Eksekusi produksi, pengendalian kualitas Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi Sumber: I Nyoman Pujawan (2005) b. Pelaku Utama dalam Manajemen Rantai Pasok Pelaku utama dalam manajemen rantai pasokan yaitu: Suplier Manufaktur Distributor Retailer Konsumen Manufaktur Distributor Retailer Konsumen Manufaktur Distributor Retailer Konsumen Gambar 1 Pelaku Utama Dalam Manajemen Rantai Pasokan Supplier adalah sumber yang menyediakan bahan pertama, baik bahan baku, bahan penolong, ataupun bahan mentah. Manufaktur adalah yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, atau melakukan finishing. Distributor adalah penyalur dari pabrikan ke pedagang kecil. Retailer adalah penyalur dari distributor ke konsumen akhir. Konsumen adalah pembeli akhir atau pengguna. c. Strategi Rantai Pasokan Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut: 1) Banyak Pemasok (Many Supplier) Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. 2) Sedikit Pemasok (Few Supplier) Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan para pemasok yang komit. 3) Vertical Integration Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical dapat berupa: a) Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik Baja. b) Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang konsumennya, semula sebagai distributornya. 4) Kairetsu Network Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli dari sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung secara financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. 5) Perusahaan Maya (Virtual Company) Perusahan maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi yang tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung berubah. d. Model Manajemen Rantai Pasokan Menurut James dan Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut diberikan bagan supply chain untuk produk barang: Gambar 2 Model Manajemen Rantai Pasokan Sumber: James dan Fitzsimmons (2006) Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan recycling/remanufacturing yang terhubung dengan tanda panah menggambarkan aliran material dengan saham persediaan antara tiap tahap. Pengiriman informasi ke arah yang berlawanan ditampilkan sebagai garis putus-putus dan termasuk kegiatan yang dilakukan oleh supplier, proses desain produk, dan layanan pelanggan. Tahap pada manufacturing mewakili operasi tradisional yang dimana bahan baku tiba dari pemasok eksternal; material berubah dalam beberapa cara untuk menambah nilai, menciptakan persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti distribusi dan ritel juga menambah suatu nilai terhadap material. e. Usaha Kecil Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah). c. Milik Warga Negara Indonesia. d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. e. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Untuk dapat memacu dan meningkatkan penghasilan maka di perlukan strategi UKM waralaba. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, dimasing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota yang dapat digunakan meningkatkan strategi UKM. Ciri-ciri usaha kecil yaitu: a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah; b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha; d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha; f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Sedangkan ciri-ciri usaha menengah yaitu: a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi. b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan. c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll. d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain. e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan. f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik. Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu: a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah. b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor. c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar proponsi. d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam. e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan. Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah). c. Milik Warga Negara Indonesia. d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. e. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, dimasingmasing Propinsi atau Kabupaten/Kota. 2. Penelitian Terdahulu Widya (2009) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja pengelolaan rantai pasokan Pada PT. Crown Closures Indonesia dan memperoleh hasil untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya, PT. Crown Closures Indonesia melakukan kerjasama dengan beberapa pemasok untuk satu jenis bahan baku, hal ini dilakukan agar terjadinya sportifitas serta menghilangkan monopoli dalam harga dan produk. Berdasarkan penilaian kinerja pemasok menggunakan metode Analitycal Hierarchy proses dan model formulir evaluasi pemasok untuk mengurutkan beberapa pemasok berdasarkan beberapa kriteria, maka diperoleh urutan pemasok bahan baku utama sesuai dengan besarnya bobot yang diperoleh. Penelitian yang dilakukan oleh Regina dan Devie tentang analisa pengaruh supply chain management terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan diperoleh hasil ada hubungan signifikan antara supply chain management terhadap keunggulan bersaing. Penerapan supply chain management pada perusahaan manufaktur di Surabaya yang baik akan mampu meningkatkan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan. Penerapan supply chain management yang baik akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan, baik dari kinerja keuangan maupun operasionalnya. Keunggulan bersaing perusahaan yang meningkat akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan pula. Penelitian yang dilakukan oleh Lisda tentang pengaruh supply chain management terhadap kinerja perusahaan dan keunggulan bersaing studi kasus pada industri kreatif di propinsi Jawa Tengah diperoleh hasil praktek supply chain management berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing. Indikator dari supply chain management meliputi pengembangan produk, strategic supplier partnership, perencanaan dan pengendalian, produksi, distribusi, kualitas informasi, customer relationship dan pembelian. Praktek supply chain management berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Indikator dari kinerja perusahaan meliputi produktivitas, pertumbuhan penjualan, serta pangsa pasar. Keunggulan bersaing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Indikator dari keunggulan bersaing delivery dependability, produk inovatif dan time to market. BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Tahun Pertama Tujuan yang akan dicapai pada akhir tahun pertama adalah sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi UKM yang telah menerapkan manajemen rantai pasokan. 2) Mengeksplorasi manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM. 3) Mengeksplorasi strategi manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM. 4) Mengeksplorasi berbagai permasalahan manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM. 5) Mengeksplorasi faktor yang mendukung suksesnya manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan. b. Tujuan Tahun Kedua Tujuan yang akan dicapai pada akhir tahun kedua adalah: 1) Mengidentifikasi konsep model manajemen rantai pasokan yang diharapkan UKM. 2) Menyusun model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta. 3) Melakukan pilot project implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM. 4) Melakukan implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM. 5) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan impelementasi manajemen rantai pasokan pada UKM. model 6) Menganalisis hambatan dan permasalahan serta faktor yang mendukung suksesnya impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM. 7) Menyusun rekomendasi kebijakan model manajemen rantai pasokan pada UKM kepada pemerintah khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM. 2. Urgensi Penelitian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UKM terbukti mampu bertahan di tengah krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997, dan bahkan sampai sekarang. Pada tahun 2011 UKM menyumbang 56% dari total PDB di Indonesia. Selain itu, UKM juga mampu mengurangi pengangguran di Indonesia karena UKM menyerap banyak tenaga kerja. Melihat peran penting UKM ini tentu bukan menjadi hal yang mengherankan apabila pemerintah seharusnya meningkatkan kinerja sektor UKM tersebut. Pengembangan UKM di Indonesia sangat penting untuk dilakukan, mengingat fungsi sosial ekonomi politiknya yang strategis. Proporsi UKM di Indonesia saat ini sekitar 99,9 % dari seluruh jumlah unit usaha yang ada. Melihat besarnya jumlah pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja, maka UKM layak mendapat perhatian. Berkembangnya UKM akan memperkuat struktur ekonomi domestik karena terserapnya angkatan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat memperbesar tingkat permintaan dan meningkatkan pertumbuhan investasi. Meski memiliki peran yang strategis, mengembangkan UKM bukan hal yang mudah. UKM memiliki permasalahan yang cukup kompleks, mengungkapkan faktor yang menghambat perkembangan UKM antara lain; (1) kurang pengetahuan tentang pasar, (2) bargaining power lemah, (3) minimnya modal, dan (4) rendahnya teknologi (Najib, 2006) . Selain itu UKM juga menghadapi beberapa tantangan eksternal, antara lain; (1) munculnya globalisasi yang berakibat meningkatnya persaingan pasar, (2) lemahnya pengaturan dan penengakan hukum, (3) rendahnya kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk UKM dalam negeri, dan (4) belum meluasnya dukungan infrastruktur yang memadai bagi sentra-sentra produksi UKM. Sementara Dodge dkk (1999) dan Barbara, et al (2000), mengatakan bahwa permasalahan bidang pemasaran, keuangan, dan manajemen sangat berpengaruh terhadap pengembangan UKM. Tambunan (2000), menyatakan bahwa masalah lemahnya manajemen, pemasaran, kekurangan pembiayaan, kekurangan keterampilan, kekurangan bahan baku, serta kelemahan dalam penyerapan tekonologi merupakan faktor penghambat pengembangan UKM. Penelitian yang dilakukan oleh Mall dan Bala (1988), Theng dan Jasmine (1996), menunjukkan bahwa penyebab kegagalan UKM berasal dari faktor-faktor luar perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh manajemen, dan juga faktor dari dalam perusahaan itu sendiri antara lain personalitiy short coming, financial dan operational short coming (Theng dan Jasmine, 1996). Masalah kesulitan pemasaran terus dialami UKM untuk dapat berkembang. Saat ini hampir 99 persen sektor UKM tidak mampu memasarkan hasil produksi secara maksimal. Penyebabnya karena mereka terpaksa melalui jalur distribusi yang panjang lewat pengepul barang, dan apabila melakukan ekspor harus melalui pengusaha kargo. UKM juga mengalami sejumlah permasalahan rantai pasokan yang perlu segera dicarikan solusi bersama. Kendala UKM pengadaan bahan baku menjadi permasalahan utama. Selama ini banyak UKM yang tidak punya sumber bahan baku tetap, baik dari sisi pasokan, jumlah maupun harga. UKM sangat rentan terhadap ketersedian bahan baku. Hal tersedut membuat mereka tidak bisa meramal masa depannya dan tidak memiliki daya saing. Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pihak yang telah melakukan upaya model manajemen rantai pasokan pada UKM serta mengeksplorasi model manajemen rantai pasokan pada UKM yang telah diimplementasikan termasuk didalamnya bisa diidentifikasikan berbagai permasalahan berkenaan dengan model manajemen rantai pasokan pada UKM. Guna memperbaiki model manajemen rantai pasokan pada UKM dalam penelitian ini juga diperlukan identifikasi model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta sebagai dasar dalam menyusun model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta. Dalam menguji dapat terimplementasikannya model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta perlu dilakukan pilot project implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta, dan akan dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta serta dilakukan analisis hambatan dan permasalahan yang muncul dalam impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta. 3. Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan literatur dan riset dengan topik manajemen rantai pasokan. b. Kontribusi lain diharapkan dari temuan penelitian ini adalah memberikan kontribusi bagi UKM dalam mengimplementasikan manajemen rantai pasokan. c. Hasil penelitian ini tentunya dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi kebijakan model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah UKM di Yogyakarta. Sedangkan Subyek dalam penelitian ini adalah pemilik UKM di Yogyakarta. 2. Teknik Sampling Sampel adalah sebagian dari populasi yang hendak diteliti dan dianggap bisa mewakili keseluruan populasi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience sampling. Convenience sampling yaitu pemilihan sampel dengan cara yang dianggap sesuai oleh peneliti. Keuntungannya ialah dapat dilakukan dengan cepat dan murah. Sampel dalam penelitian ini 300 UKM di Yogyakarta dengan alasan sampel yang baik minimal lebih dari 30 orang (Indriantoro dan Supomo, 2002). 3. Jenis Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan . Data penelitian ini diperoleh secara langsung dari responden yang berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner maupun wawancara mengenai manajemen rantai pasokan. Data sekunder ini digunakan untuk menggali manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan pada UKM. Data ini dperoleh dari jawaban beberapa pertanyaan semi tertutup dengan menggunakan seting penelitian yang berbeda tiap pengumpulan. Seting yang digunakan adalah survei melalui Focus Group Discussion, dan diseminasi. dengan wawancara langsung 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survei menggunakan teknik kuesioner dan wawancara langsung melalui Focus Group Discussion, dan diseminasi. Menurut Husein (2002), teknik kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Kuesioner yang disebarkan bersifat tertutup. Dimana dalam kuesioner telah disediakan alternatif-alternatif jawaban. Instrumen berupa lembar daftar pertanyaan manajemen rantai pasokan untuk UKM. 1) Uji Kualitas Penelitian Kualitatif Data yang diperoleh melalui penelitian kualitatif terlebih dahulu harus dilakukan pengecakan data untuk memastikan apakah data yang diperoleh sudah benar-benar dapat dipercaya atau belum. Hal ini juga dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh menjawab rumusan masalah penelitiannya. Uji kualitas penelitian kualitatif dalam penelitian ini yaitu (Tohirin, 2012): 1) Ketekunan atau keajegan pengamatan peneliti. Ketekunan atau keajegan pengamatan yaitu mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. 2) Triangulasi. Uji kualitas penelitian kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan metode triangulasi. Metode triangulasi adalah kegiatan pengumpulan data sekaligus pengujian terhadap kredibilitas data yang dihimpun dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber. Triangulasi data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu dengan melakukan cross check data dari hasil wawancara. 2) Alat Analisis Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif dalam melakukan analisis permasalahan yang ada. Digunakannya pendekatan deskriptif eksploratif karena sifat penelitian yang ingin mengungkapkan fenomena masalah untuk mengembangkan model manajemen rantai pasokan pada UKM yang diharapkan sehingga sesuai dengan hasil yang ingin dicapai. Penelitian ini juga menggunakan model analisis interaktif. Teknik analisis data model interaktif (Miles & Huberman dalam Herdiansyah, 2012) terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data, dan tahapan keempat adalah tahapan penarikan kesimpulan dan/atau tahap verifikasi. Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Pengumpulan data. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Hasil wawancara direkam dengan menggunakan Tablet PC (Personal Computer). Dokumentasi dan catatan peneliti disalin dalam bentuk transkrip. 2) Reduksi data dengan pembuatan koding dan kategori. Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan membaca semua transkrip kemudian di koding yaitu meringkas, menonjolkan, pesan, menangkap esensi dari hasil wawancara yang selanjutnya dikelompokkan ke dalam kategori. Kategori dipilih berdasarkan hasil koding yang memiliki kesamaan tema. 3) Display data. Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas. Display data disajikan dalam bentuk naratif sesuai dengan tujuan penelitian. 4) Kesimpulan atau Verifikasi. Kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model ini. Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif ini yaitu menyimpulkan hasil penelitian dengan membandingkan pertanyaan peneliti dengan hasil penelitian. Penelitian ini berfokus faktor-faktor yang mendukung kesuksesan pelaksanaan model manajemen rantai pasokan pada UKM. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan integration, yaitu meneliti dari lembaga pelaksana dan pemanfaat model manajemen rantai pasokan pada UKM. 3) Disain Penelitian a. Penelitian Tahun Pertama : Evaluasi, Eksplorasi, Identifikasi dan Penyusunan Format Tujuan penelitian yang akan dicapai pada akhir tahun pertama adalah mengidentifikasi UKM yang telah menerapkan manajemen rantai pasokan, mengeksplorasi manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM, mengeksplorasi strategi manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM, mengeksplorasi berbagai permasalahan manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM, mengeksplorasi faktor yang mendukung suksesnya manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan. Untuk itu dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: 1) Melakukan studi referensi untuk mengidentifikasikan lembaga yang menaungi UKM. Subyek penelitian ini adalah Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Dinas ini yang melakukan koordinasi lembaga pemerintah tingkat propinsi yang melakukan melakukan perumusan kebijakan ditingkat propinsi pada bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah serta melakukan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Pada tingkat daerah akan dilakukan studi referensi pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM tingkat kabupaten, karena institusi ini yang melakukan koordinasi lembaga pemerintah tingkat daerah yang melakukan, penyusun program Seksi Usaha Kecil dan Menengah, penyusun petunjuk teknis pembinaan dan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah, pengelolaan data dan informasi usaha mikro, kecil dan menengah, pembinaan dan pengembangan produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan peralatan/teknologi. 2) Melakukan focus group discussion (FGD) pada lembaga yang menanungi UKM di tingkat propinsi maupun kabupaten, guna mengeksplorasi berbagai permasalahan berkenaan dengan model manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan. 3) Melakukan survei untuk mengeksplorasi berbagai permasalahan yang dihadapi UKM terkait dengan model manajemen rantai pasokan pada UKM . Survei ini untuk mengeksplorasi faktor permasalahan dan faktor yang mendukung berhasilnya model manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan. b. Penelitian Tahun Kedua: Pilot Project, Implementasi dan Rekomendasi Tujuan penelitian yang akan dicapai pada akhir tahun kedua adalah melakukan pilot project, implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM, menganalisis hambatan dan permasalahan serta faktor yang mendukung suksesnya impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM, dan menyusun rekomendasi kebijakan model manajemen rantai pasokan pada UKM kepada pemerintah khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM. 1) Melakukan pilot project pelaksanaan model manajemen rantai pasokan pada UKM. Pilot project bertujuan untuk menerapkan factor-faktor yang mendukung kesuksesan model manajemen rantai pasokan pada UKM. Hasil pilot project akan digunakan sebagai dasar dalam mendisain model manajemen rantai pasokan pada UKM. Pada tahap ini juga akan diindentifikasi langkah-langkah dan sistem evaluasi pelaksanaan kegiatan. 2) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pilot project dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang muncul dalam organisasi proses implementasi model manajemen rantai pasokan. Hasil monitoring dan evaluasi dijadikan sebagai dasar proses selanjutnya. 3) Penetapan disain pelaksanaan model manajemen rantai pasokan disampaikan kepada lembaga yang menaungi UKM, didiskusikan, melalui desiminasi, untuk ditetapkan sebagai model manajemen rantai pasokan pada UKM 4) Implementasi Pada tahun kedua dilakukan implementasi pada lembaga yang menjadi obyek penelitian. Implementasi dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada UKM. Tahap implementasi mencakup rantai pasokan pada UKM. 5) Monitoring dan evaluasi implementasi model manajemen Agar implementasi efektif maka dilakukan monitoring dan evaluasi tahap implementasi. Tahap ini diawali dengan penyusunan sistem monitoring dan evaluasi implementasi sebagai perbaikan untuk tahap selanjutnya. Hasil monitoring dan evaluasi digunakan sebagai dasar dalam melakukan penyempurnaan model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta. c. Indikator Capaian Tahunan Indikator Capaian Penelitian setiap tahun dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Indikator Capaian Penelitian Tahunan Tahun ke 1 Kegiatan Penelitian Tahun Indikator Capaian Pertama: Evaluasi, Eksplorasi, Identifikasi dan Penyusunan Format a. Melakukan referensi studi Adanya dokumen dan informasi serta mekanisme lembaga yang menaungi UKM berkaitan dengan model manajemen rantai pasokan b. Melakukan focus group Adanya identifikasi berbagai permasalahan discussion (FGD) berkenaan dengan model manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan c. Melakukan survei Adanya hasil eksplorasi berbagai permasalahan yang dihadapi UKM berkaitan dengan model manajemen rantai pasokan pada UKM 2 Tahun Kedua: Implementasi dan Rekomendasi a. Pilot project b. Monitoring, evaluasi, penyempurnaan c. Penetapan model manajemen rantai Adanya pilot project pelaksanaan model manajemen rantai pasokan. Adanya pengembangan/penyempurnaan kebijakan, prosedur atau praktek model manajemen rantai pasokan. Adanya Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pilot project guna mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang muncul dalam UKM proses implementasi model manajemen rantai pasokan. Adanya model manajemen rantai pasokan pada UKM pasokan pada UKM d. Sosialisasi Adanya Sosialisasi kepada obyek kajian penelitian yaitu penerapan model manajemen rantai pasokan pada UKM e. Implementasi dan Rekomendasi f. Monitoring dan evaluasi Implementasi dilakukan pada UKM yang menjadi obyek penelitian. Implementasi dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada UKM Adanya sistem monitoring dan evaluasi implementasi sebagai bahan perbaikan untuk tahap selanjutnya. Adanya rekomendasi penyempurnaan model manajemen rantai pasokan pada UKM BAB 5 HASIL YANG DICAPAI A. Profil Responden Responden dalam penelitian ini ada 300 UKM yang ada di Yogyakarta. Berdasarkan kuesioner yang disebar hanya 267 kuesioner yang kembali, sehingga respon rate kuesioner yaitu sebesar 89%. Secara terperinci profil responden UKM yang diteliti meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan,jenis usaha, lama usaha, omset per bulan. Profil responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4. Responden paling banyak yaitu laki-laki sebanyak 71%. Sedangkan responden perempuan hanya sebesar 29%. Tabel 4 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Laki-laki 189 71% Perempuan 78 29% Total 267 100% Profil responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5. Responden paling banyak yaitu yang memiliki umur 40 tahun – 49 tahun yaitu sebesar 35%. Tabel 5 Umur Responden Umur Prosentase 16 tahun - 29 tahun 9% 30 tahun – 39 tahun 25% 40 tahun – 49 tahun 35% 50 tahun - 59 tahun 18% 60 tahun - 69 tahun 9% 70 tahun - 79 tahun 2% Total 100% Profil responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 6. Responden paling banyak yaitu yang memiliki pendidikan SMA sebanyak 48%. Sedangkan responden dengan pendidikan terkecil yaitu D3 sebesar 5%. Tabel 6 Pendidikan Responden Pendidikan Jumlah Prosentase SD 43 16% SMP 61 23% SMA 128 48% D3 13 5% S1 22 8% Total 267 100% Profil responden berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada tabel 7. Responden paling banyak yaitu UKM dengan jenis usaha kerajinan sebanyak 50%. Tabel 7 Jenis Usaha UKM Berdasarkan Cabang Industri Jenis Usaha Jumlah Prosentase Pangan 67 25% Sandang dan Kulit 11 4% Mebel 5 2% Bahan Bangunan 50 19% Kerajinan 134 50% Total 267 100% Profil responden berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada tabel 8. Responden paling banyak yaitu UKM dengan lama usaha kurang dari 10 tahun sampai 19 tahun sebanyak 43%. Tabel 8 Lama Usaha UKM Lama Usaha Prosentase 1 tahun - 9 tahun 33% 10 tahun – 19 tahun 43% 20 tahun – 29 tahun 15% 30 tahun – 39 tahun 5% Lebih dari 40 tahun 3% Total 100% Profil responden berdasarkan omset penjualan per bulan dapat dilihat pada tabel 9. Responden paling banyak yaitu UKM dengan omset penjualan per bulan kurang dari 10 juta rupiah sebesar 64%. Tabel 9 Omset Penjualan Per Bulan UKM Omset Penjualan Kurang dari Rp. 10.000.000 Rp. 10.000.000 – Rp. 19.000.000 Rp. 20.000.000 – Rp. 29.000.000 Rp. 30.000.000 – Rp. 39.000.000 Rp. 40.000.000 – Rp. 49.000.000 Rp. 50.000.000 – Rp. 59.000.000 Rp. 70.000.000 – Rp. 79.000.000 Lebih dari Rp. 80.000.000 Total Prosentase 64,0% 20,2% 5,2% 3,0% 4,0% 1,5% 4,0% 3,1% 100% B. Eksplorasi dan Identifikasi UKM yang telah menerapkan manajemen rantai pasokan Manajemen rantai pasokan merupakan seperangkat pendekatan untuk mengefisienkan integrasi suplier, manufaktur, gudang, dan penyimpanan, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, untuk meminimasi biaya dan memberikan kepuasan layanan terhadap konsumen (Simchi dan Levi, 2003 dalam Rahmasari 2011). Berkaitan dengan jumlah suplier yang digunakan UKM dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Jumlah Pemasok / Suplier yang Digunakan UKM Jumlah Pemasok / Suplier Jumlah Prosentase 1 186 69,66% 2 50 18,73% 3 18 6,74% 4 5 1,87% 5 4 1,50% 6 1 0,37% 7 1 0,37% 10 2 0,75% 267 100% Total UKM di Yogyakarta 69,66 hanya menggunakan 1 pemasok / suplier untuk 1 bahan baku. Sedangkan pemasok / suplier yang terbanyak yang digunakan UKM yaitu 10 pemasok. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan dalam manajemen rantai pasokan yaitu melakukan proses produki (manufaktur) dari bahan baku menjadi produk jadi. Rantai selanjutnya dalam manajemen rantai pasokan yaitu melakukan kegiatan pemasaran dengan mendistribusikan atau menyalurkan barang kepada konsumen atau pelanggan. Pemasaran produk yang dilakukan oleh UKM di Yogyakarta melalui berbagai saluran distribusi yang dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11 Saluran Distribusi yang Digunakan UKM Saluran Distribusi Jumlah Prosentase Langsung ke konsumen 156 58,43% Produsen – pengecer – konsumen 38 14,23% Produsen – agen - pengecer – konsumen 27 10,11% Produsen – distributor - pengecer – konsumen 4 1,5% Produsen – distributor – agen - pengecer – konsumen 4 1,5% Langsung ke konsumen Produsen – pengecer – konsumen 23 8,61% Langsung ke konsumen Produsen – distributor - pengecer – konsumen 2 0,75% Langsung ke konsumen Produsen – agen - pengecer – konsumen 4 1,50% Produsen – pengecer – konsumen Produsen – agen - pengecer – konsumen 4 1,50% Produsen – agen - pengecer – konsumen Produsen – distributor - pengecer – konsumen 1 0,37% Langsung ke konsumen Produsen – pengecer – konsumen Produsen – agen - pengecer – konsumen Langsung ke konsumen Produsen – pengecer – konsumen Produsen – distributor - pengecer – konsumen Produsen – agen - pengecer – konsumen Total 3 1,12% 1 0,37% 267 100% Sebesar 58,43% UKM di Yogyakarta dalam memasarkan produknya menggunakan saluran distribusi langsung ke konsumen. Sedangkan prosentase UKM yang menggunakan 2 saluran distribusi terbesar yaitu 8,61% menggunakan saluran distribusi langsung ke konsumen dan produsen – pengecer – konsumen. Berdasarkan hasil identifikasi maka model manajemen rantai pasokan yang sudah diimplementasikan oleh UMK di Yogyakarta yaitu: 1. Model 1 : 1 Suplier – Manufaktur - Konsumen Model manajemen rantai pasokan yang pertama yaitu UKM hanya menggunakan 1 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen. Suplier Manufaktur UKM Konsumen Gambar 3 Model 1 Manajemen Rantai Pasokan 2. Model 2 : 2 Suplier – Manufaktur – Pengecer - Konsumen Model manajemen rantai pasokan yang kedua yaitu UKM menggunakan 2 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke pengecer baru ke konsumen. Suplier Suplier Manufaktur UKM Konsumen Pengecer Gambar 4 Model 2 Manajemen Rantai Pasokan Konsumen 3. Model 3: 3 Suplier – Manufaktur – Agen - Pengecer - Konsumen Model manajemen rantai pasokan yang ketiga yaitu UKM menggunakan 3 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen. Suplier Konsumen Manufaktur UKM Suplier Agen Pengecer Konsumen Suplier Gambar 5 Model 3 Manajemen Rantai Pasokan 4. Model 4: Suplier – Manufaktur - Distributor - Agen - Pengecer - Konsumen Model manajemen rantai pasokan yang keempat yaitu UKM menggunakan 4 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor , agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen. Suplier Suplier Suplier Konsumen Manufaktur UKM Distrib utor Agen Suplier Gambar 6 Model 4 Manajemen Rantai Pasokan Pengecer Konsumen 5. Model 5: Suplier – Manufaktur - Distributor - Agen - Pengecer - Konsumen Model manajemen rantai pasokan yang keempat yaitu UKM menggunakan 5 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor , agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen. Suplier Suplier Konsumen Manufaktur UKM Suplier Distrib utor Agen Pengecer Konsumen Suplier Suplier Gambar 7 Model 5 Manajemen Rantai Pasokan C. Strategi manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM. Menurut Heizer dan Render (2015) terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut: 1. Banyak pemasok (many supplier) 2. Sedikit pemasok (few supplier) 3. Vertical integration yaitu integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada sumber daya dan integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada konsumennya 4. Kairetsu network 5. Perusahaan maya (virtual company) Berdasarkan analisis seperti pada tabel 4.7 dapat diidentifikasi strategi manajemen rantai pasokan yang digunakan oleh UKM di Yogyakarta dalam menentukan suplier yaitu: 1. UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 1 suplier yaitu 69,66%. 2. UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 2 suplier yaitu 18,73%. 3. UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 3 suplier yaitu 6,74%. 4. UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi banyak suplier dengan 4 – 10 suplier yaitu 4,86%. D. Berbagai permasalahan manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM. Karakteristik UKM pada umumnya adalah: 1. Dalam penyediaan bahan baku produknya diperoleh dari pasar, toko maupun warung di sekitar tempat tinggalnya. 2. Pengetahuan pembuatan produk diwariskan dari anggota keluarga ataupun tetangganya. 3. Kolaborasi bergantung pada model/jenis bisnis yang dijalani. 4. Entitas-entitas yang terlibat dalam peningkatan daya saing UKM adalah pemerintah, fasilitator dalam klaster industri, UKM, retailer/distributor/supplier, dan lembaga lainnya terkait pendanaan dan pembinaan. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh UKM untuk dapat bertahan dan bersaing tidak terlepas dari akses UKM ke sumber-sumber terkait dengan usaha bisnisnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hamidin (2012) ada beberapa akses yang harus dimiliki oleh UKM, yaitu: 1. Akses ke sumber dana, pasar, sumber bahan baku, teknologi dan Informasi serta manajemen menjadi hal penting bagi UKM 2. Kolaborasi di antara kluster bisnis dapat meningkatkan daya saing UKM 3. Terbukanya akses ke sumber bahan baku dan pasar menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan produk 4. Pusat komunikasi bisnis menjadi salah satu fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan transaksi dan memperluas jaringannya. 5. Peningkatan pengetahuan merupakan sumber inovasi bagi UKM agar berdaya saing Sedangkan kelemahan yang dihadapi UKM yaitu: 1. Kesulitan pemasaran Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk yang serupa buatan pengusahapengusaha besar dan impor, maupun dipasar ekspor. 2. Keterbatasan finansial UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang. 3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru. 4. Masalah Bahan Baku Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS. 5. Keterbatasan teknologi Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru. Dalam penyediaan bahan baku produknya, hampir semua UKM membeli sendirisendiri bahan bakunya. UKM memperoleh dari pasar, toko maupun warung di sekitar tempat tinggalnya. Berdasarkan Focus Group Discussion yang pelaksanaan pada tanggal 13 Agustus 2015 pada Paguyuban Pengrajin Pasir Semen Sumber Rejeki ditemukan permasalahan pada pembelian bahan baku yaitu: 1. Kondisi awal pada Paguyuban Pengrajin Pasir Semen Sumber Rejeki di Dusun Bantulan yaitu jumlah UKM Pasir Semen yang ada di Dusun Bantulan sebanyak 54 UKM. Setiap UKM per hari membutuhkan rata-rata 5 -15 sak semen. Sehingga total kebutuhan semen per hari adalah kurang lebih 500 sak. 2. Selama ini mereka membeli semen secara individu dari toko bangunan di sekitar lokasi UKM. Harga per sak semen HOLCIM adalah Rp. 55.000,-. Setelah munculnya semen merk BIMA dengan harga Rp. 51.000,- pelaku UKM beralih ke semen BIMA. Sehingga karena para pengrajin beralih ke Semen Bima maka harga semen HOLCIM oleh pemilik toko bangunan harga semen disetarakan menjadi Rp. 51.000,3. Keinginan dari para pelaku UKM Pasir Semen Paguyuban Pengrajin Pasir Semen Sumber Rejeki adalah membeli bahan baku semen langsung dari perusahaan (HOLCIM) sehingga dapat memutus rantai pasokan dan menghemat biaya. Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa jika dapat memutus rantai pasokan sehingga dapat membeli langsung dari HOLCIM, akan sangat menguntungkan pelaku UKM. Oleh karena itu untuk memutus rantai pasokan sehingga kelompok UKM bisa langsung membeli bahan baku ke pabrik maka perlu membentuk koperasi sebagai media pengadaan bahan baku khususnya semen. Karena dengan terbentuknya koperasi maka akan memiliki badan hukum, sehingga akan lebih mudah untuk menjalin kemitraan untuk memperoleh bahan baku langsung dari perusahaan. E. Model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta. Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas-aktivitas yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta mengantarkan barang-barang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien. Sedangkan tujuan dari manajemen rantai pasokan yaitu: 1. Penyerahan / pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen. 2. Mengurangi biaya. 3. Mengurangi waktu. 4. Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi. Agar UKM bisa mengurangi biaya maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mendapatkan bahan baku langsung dari perusahaan sebagai suplier tanpa melalui agen atau pedagang. Oleh karena itu untuk guna menjalin kemitraan dengan perusahaan langsung maka UKM yang sejenis harus membentuk kelompok dengan mendirikan koperasi. Dengan terjalinnya kemitraan dengan perusahaan langsung maka diharapkan rantai untuk memperoleh bahan baku semakin pendek. Sehingga model manajemen rantai pasokan untuk UKM di Yogyakarta yaitu: Suplier Perusahaan Konsumen Manufaktur UKM Konsumen Koperasi Pengecer Distrib utor Agen Pengecer Konsumen Gambar 8 Model Manajemen Rantai Pasokan UKM Model manajemen rantai pasokan untuk UKM yaitu UKM-UKM yang sejenis membentuk koperasi dan akan memperoleh bahan baku langsung dari perusahaan kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor , agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen. F. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM UKM harus dikelola dengan baik, serta mendapatkan bimbingan dari instansi pemerintah yang terkait sehingga dapat memperoleh bahan baku dengan mudah, mengakses pembiayaan dengan mudah, dan tidak mengalami kendala dalam pemasaran. Instansi pemerintah yang terkait dengan pemberdayaan UKM yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM 1. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) a. Visi Visi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: “Menjadi Akselator Terwujudnya Indagkop dan UKM Sebagai Penggerak Peningkatan Daya Saing Untuk Menuju Kemandirian Dan Kesejahteraan Masyarakat”. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah DIY berperan sebagai pemercepat (akselerator) di dalam menggerakkan perekonomian daerah dan meningkatkan daya saing daerah, disamping sebagai perumus kebijakan dilingkup Industri, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menuju kemandirian dan kesejahteraan masyarakat (http://disperindagkop.jogjaprov.go.id). b. Misi Misi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu: 1) Mengoptimalkan peran koperasi dan pelaku usaha kecil menengah dalam mendukung perekonomian masyarakat. Krisis ekonomi sebagaimana terjadi pada tahun 1997 telah membuktikan bahwa Koperasi dan UMKM adalah sektor yang relatif kuat terhadap terpaan krisis tersebut dibanding sektor usaha skala besar. Sektor ini telah mampu menjadi katub pengaman perekonomian nasional. Untuk itu pengembangan Koperasi dan UMKM ini menjadi penting karena bisa menjadi stabilisator jika suatu ketika akan terjadi krisis lainnya. 2) Meningkatkan efektivitas, efisiensi, pedagangan dalam negeri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor perdagangan merupakan sektor pendukung PDRB yang cukup signifikan. Untuk itu pengembangan sektor ini harus terus didorong agar pertumbuhan PDRB yang pada akhirnya merupakan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat 3) Meningkatkan efektifitas, efisiensi dan daya saing perdagangan dalam negeri dan luar negeri. Disperindagkop DIY berupaya untuk dapat mengembangkan usaha sektor indagkop dengan mengembangkan dan memfasilitasi pemasaran yang efektif dan efisien sehingga produk-produk unggulan DIY dapat dikenal dan dipasarkan ditingkat regional maupun global. 4) Meningkatkan efektifitas, efisiensi dan daya saing perdagangan dengan mewujudkan tertib akur. Agar IKM DIY dapat tetap tumbuh dan berkembang diperlukan upaya peningkatan produktifitas dan daya saing yang kompetitif. Untuk itu diperlukanpembinaan menyeluruh mulai dari penggunaan teknologi, pemilihan maupun penyediaan bahan baku sampai dengan tahap akhir suatu pengolahan industri. 5) Meningkatkan produktivitas dan daya saing IKM serta mengembanngkan industri kreatif untuk peningkatan daya saing produk. c. Sasaran dan Kebijakan Selaras dengan kebijakan pembangunan daerah di Provinsi DIY maka kewenangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY adalah pemberdayaan UMKM, dan peningkatan investasi dan ekspor. 1) Sasaran a) Meningkatkan UMKM b) Meningkatkan investasi c) Meningkatkan ekspor d) Meningkatkan pemberdayaan Industri Kecil, Menengah, dan Besar (IKMB) 2) Kebijakan Eksternal a) Meningkatkan citra DIY yang nyaman dan aman serta prospektif untuk investasi. b) Meningkatkan SDM bidang investasi. c) Meningkatkan kualitas materi promosi investasi. d) Mengembangkan promosi investasi, meningkatnya kapasitas kelembagaan daerah dan meningkatnya kinerja SKPD. e) Meningkatkan profesionalisme aparatur. f) Meningkatkan kesejahteraan pegawai. g) Kebijakan Internal h) Reformasi birokrasi. i) Pengembangan regulasi dan fasilitasi penegakan supremasi hukum. j) Peningkatan pengawasan. k) Pengembangan kemampuan aparat. l) Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak. m) Melaksanakan optimalisasi penyelenggaraan pemerintah. n) Memperkuat jejaring kerja dengan stakeholders. o) Keberlanjutan penataan kelembagaan / pegawai. p) Memberikan regulasi dan fasilitasi tertatanya ketatalaksanaan dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah 3) Induk Program Program Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY adalah pemberdayaan UMKM, peningkatan investasi, dan ekspor. Rincian program Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY yaitu: a) Program pengaturan persaingan usaha. b) Program peningkatan pengembangan ekspor. c) Program peningkatan kerjasama perdagangan internasional. d) Program peningkatan kemampuan teknologi industri. e) Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri. f) Program pengembangan industri kecil dan menengah. g) Program pembinaan industri rumah tangga (IRT), industri kecil dan menengah (IKM). h) Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif. i) Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi. 4) Rencana Strategik Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY a) Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. b) Meningkatkan kualitas aparat Indagkop. c) Revitalisasi dan pemanfaatan UPTD dalam pengembangan KUKM. d) Meningkatkan struktur industri perdagangan, koperasi dan UKM. e) Meningkatkan fasilitas sistim perdagangan dalam negeri. f) Meningkatkan daya saing Indagkop dan UKM guna menghadapi pasar dalam dan luar negeri. 5) Satuan Kerja Lingkungan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta a) Sekretaris b) Bidang Industri Logam, Sandang dan Aneka c) Bidang Industri Agro Dan Kimia d) Bidang Perdagangan Luar Negeri e) Bidang Perdagangan Dalam Negeri f) Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah g) Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna h) Balai Pelayanan Bisnis Dan Pengelolaan Intelektual i) Balai Metrologi 6) Program Kegiatan Bidang Koperasi dan UKM a) Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi KUMKM. b) Peningkatan akses terhadap sumber daya produktif. c) Peningkatan daya saing SDM KUMKM. d) Penguatan kelembagaan koperasi. 7) Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Seksi Usaha Kecil Menengah a) Tugas Melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah. b) Fungsi (1) Penyusun program Seksi Usaha Kecil dan Menengah. (2) Penyusun petunjuk teknis pembinaan dan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah. (3) Pengelolaan data dan informasi usaha mikro, kecil dan menengah. (4) Pembinaan dan pengembangan produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan peralatan/teknologi. (5) Pemantauan perkembangan dan fasilitasi penyelesaian permasalahan sengketa usaha mikro, kecil dan menengah. (6) Fasilitasi kemitraan usaha mikro, kecil dan menengah dengan kelembagaan dan pelaku usaha lainnya. (7) Fasilitasi perlindungan usaha mikro, kecil dan menengah. (8) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi Usaha Kecil dan Menengah. 8) Program Seksi Usaha Kecil Menengah a) Pembinaan UKM: pelatihan, bimtek, sosialisasi, seminar, lokakarya, magang / pencangkokan usaha. b) Penyusunan data base UKM: data dari kabupaten / kota se DIY maupun pengelompokkan data menurut jenis produk c) Pemberdayaan UKM melalui promosi, pameran, pasar rakyat, gelar potensi, dan ekspor (lokal, nasional, internasional), kerjasama usaha, mitra usaha dengan BUMN, BUMD, BUM. d) Mengarahkan bantuan fasilitas / perkuatan akses permodalan dan pemasaran, sarana, dan prasarana serta teknologi tepat guna. 9) Program tahun 2015 untuk UKM Program Seksi Usaha Kecil Menengah untuk UKM tahun 2015 yaitu: 1) Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif Kegiatan yang dilakukan yaitu penguatan kapasitas kemitraan UMKM 2) Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM Kegiatan yang dilakukan yaitu menumbuhkan wirausaha baru 3) Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi Kegiatan yang dilakukan yaitu penguatan kapasitas perkoperasian Program seksi perdagangan tahun 2015 yaitu: a) Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan Kegiatan yang dilakukan yaitu perlindungan pasar domestik b) Program peningkatan dan pengembangan ekspor Kegiatan yang dilakukan yaitu kerjasama dan pemasaran produk ekspor c) Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri Kegiatan yang dilakukan yaitu: (1) Pengelilaan dan pelayanan HAKI (2) Pemasaran perdagangan dalam negeri (3) Pembinaan dan pengembangan perdagangan dalam negeri (4) Pelayanan pengembangan bisnis Program seksi industri tahun 2015 yaitu: a) Program pengembangan industri kecil dan menengah Kegiatan yang dilakukan yaitu: (1) Peningkatan produksi IKM Logam Sandang dan Aneka (2) Peningkatan produksi IKM Agro dan Kimia (3) Peningkatan kualitas produk IKM Logam Sandang dan Aneka (4) Peningkatan kualitas produk IKM Agro dan Kimia b) Program pembinaan dan pengembangan industri kreatif Kegiatan yang dilakukan yaitu pengembangan industri kreatif 2. Dinas perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Sleman Program Dinas Perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Sleman yaitu: a) Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif Kegiatan yang dilakukan yaitu: (1) Fasilitasi Kemudahan Formalisasi Badan Usaha Kecil Menengah (2) Fasilitasi Pelayanan Perubahan Anggaran Dasar b) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah Kegiatan yang dilakukan yaitu: (1)Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan (PIK) (2)Pelatihan manajemen pengelolaan koperasi/ KUD c) Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Kecil Mikro dan Menengah Kegiatan yang dilakukan yaitu penyelenggaraan promosi poduk usaha mikro kecil menengah d) Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Kegiatan yang dilakukan yaitu: (1) Sosialisasi Pinsip-Prinsip Pemahaman Perkoperasian (2) Pembinaan, pengawasan, dan penghargaan koperasi berprestasi (3) Fasilitasi Masalah dan Pembubaran Koperasi Bermasalah 3. Dinas perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Bantul Program Dinas perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Bantul untuk UKM tahun 2015 yaitu: a. Program untuk UKM b. Pelatihan kewirausahaan c. Pelatihan manajemen d. Fasilitas perijinan olahan makanan SPIRT, produk halal dan merek e. Fasilitas permodalan melalui program PKBL BUMN model perbankan melalui koperasi f. Promosi dalam bentuk pameran di tingkat lokal, regional, dan nasional 4. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Keccil Menengah Kabupaten Kulon Progo Program Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Keccil Menengah Kabupaten Kulon Progo yaitu: a. Pameran b. Fasilitas HAKI c. Pengembangan sentra d. Pengembangan bisnis e. Magang kerja f. kewirausahaan 5. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Gunungkidul Program Dinas perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Gunungkidul berkaitan dengan UKM tahun 2015 yaitu: a. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM Kegiatan yang diakukan yaitu: 1) Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan 2) Pelatihan manajemen pengelolaan koperasi dan KUD b. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah Kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan 2) Koordinasi pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk UKM dan Koperasi 3) Penyelenggaraan promosi produk UKM c. Progrram meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi Kegiatannya meliputi: 1) Sosialisasi prinsip-prinsip pemahaman perkoperasian 2) Pembinaan pengawasan dan penghargaan koperasi berprestasi d. Progrram perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan e. Progrram peningkatan dan pengembangan ekspor Kegiatannya meliputi: 1) Pengembangan informasi peluang pasar perdagangan luar negeri 2) Membangun jejaring dengan eksportir f. Progrram peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri Kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Fasilitas kemudahan perijinan pengembangan usaha 2) Pengembangan passar dan distribusi barang/produk 3) Peningkatan sistem dan jaringan informasi perdagangan 4) Pembangunan / rehabilitasi pasar tradisional g. Progrram pembinaan pedagang kaki lima dan asongan h. Progrram peningkatan kapasitas IPTEK sistem produksi i. Progrram pengembangan industri kecil menengah (IKM) Kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Fasilitas bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya 2) Pemberian kemudahan izin usaha industri kecil menengah j. Progrram peningkatan kemampuan TI Kegiatan yang dilakukan yaitu pembinaan kemampuan TI k. Pengembangan sentra-sentra industri potensial Kegiatan yang dilakukan yaitu penyediaan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat 6. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta Program Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta untuk UKM yaitu: a. Pelatihan b. Manajerial c. Pemasaran d. Pendampingan Pemberdyaan UKM melalui pendampingan merupakan langkah strategis untuk memajukan UKM agar tumbuh dan berkembang secara baik. Tidak satupun UKM yang tidak mengalami kendala dalam pertumbuhannya. Akan tetapi setiap kendala hendaknya dijadikan tantangan untuk melakukan perbaikan dalam semua aspek manajemen di dalamnya. Maka untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, ada beberapa hal yang perlu dilakukan: 1. Pemerintah melalui Dinas yang terkait dengan pemberdayaan UKM yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan koperasi dan UKM hendaknya menyediakan tenaga pendamping yang handal yang memiliki kapasitas mampu menangani dan menyelesaikan setiap masalah yang muncul pada UKM, serta meningkatkan kapasitas pendamping UKM melalui perlatihan dan bimbingan berkesinambungan. Karena seiring berjalannya waktu, akan semakin beragam pula tingkat kesulitan dan masalah yang akan dihadapi di lapangan. 2. Dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk menyediakan program khusus pemberdayaan UKM dengan menyiapkan anggaran khusus untuk memajukan UMKM, 3. Di setiap daerah, perlu kiranya disediakan sebuah wadah pelayanan yang maksimal untuk membantu UKM agar dapat berkembang lebih baik lagi. Sebuah wadah yang lebih dikenal dengan istilah SENTRA LAYANAN UKM sebagai pusat konsultasi dan pendampingan UKM, yang bertujuan untuk memfasilitasi UKM yang mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya, juga sebagai pusat peningkatan kapasitas dan pemberdayaan UKM secara terpadu. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Strategi manajemen rantai pasokan yang digunakan oleh UKM di Yogyakarta dalam menentukan suplier yaitu: 1) UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 1 suplier yaitu 69,66%. 2) UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 2 suplier yaitu 18,73%. 3) UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 3 suplier yaitu 6,74%. 4) UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi banyak suplier dengan 4 – 10 suplier yaitu 4,86%. b. Model manajemen rantai pasokan yang sudah diimplementasikan oleh UMK di Yogyakarta yaitu: 1) Model 1 : 1 Suplier – Manufaktur - Konsumen 2) Model 2 : 2 Suplier – Manufaktur – Konsumen 3) Model 2 : 2 Suplier – Manufaktur – Pengecer - Konsumen 4) Model 3: 3 Suplier – Manufaktur – Konsumen 5) Model 3: 3 Suplier – Manufaktur – Agen - Pengecer – Konsumen 6) Model 4: 4 Suplier – Manufaktur - Konsumen 7) Model 4: 4 Suplier – Manufaktur - Distributor - Agen - Pengecer – Konsumen 8) Model 5: 5 Suplier – Manufaktur - Konsumen 9) Model 5: 5 Suplier – Manufaktur - Distributor - Agen - Pengecer - Konsumen c. Dalam penyediaan bahan baku produknya, hampir semua UKM membeli sendirisendiri bahan bakunya. UKM memperoleh dari pasar, toko maupun warung di sekitar tempat tinggalnya. d. Model manajemen rantai pasokan untuk UKM yaitu UKM-UKM yang sejenis membentuk koperasi dan akan memperoleh bahan baku langsung dari perusahaan kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor , agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen. e. Guna pemberdayaan UKM Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY memiliki program yaitu: 1) Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif 2) Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM 3) Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi 4) Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan 5) Program peningkatan dan pengembangan ekspor 6) Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri 7) Program pengembangan industri kecil dan menengah 2. Saran a. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM tingkat propinsi maupun kabupaten hendaknya terus mendorong UKM yang sejenis untuk membentuk koperasi b. Sampel UKM yang digunakan sangat kecil yaitu hanya 300 UKM dibandingkan dengan jumlah UKM di Yogyakarta sebanyak 136.844, sehingga untuk penelitian selanjutnya sebaiknya sampelnya lebih banyak lagi. c. Jumlah UKM yang diambil berdasarkan jenis UKM komposisinya tidak seimbang, ada yang banyak sekali tapi juga ada yang sedikit, sehingga dapat berdampak pada analisis data, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya sebaiknya diambil sampel yang seimbang untuk masing-masing jenis usaha. DAFTAR PUSTAKA Abdullah Abidin, Pengembangan Usaha Micro Kecil Dan Menengah (Umkm) Sebagai Kekuatan Strategis Dalam Mempercepat Pembangunan Daerah Anas Mutakin dan Muna Hubeis, 2011., Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Dengan Scor Model 9.0 Studi Kasus Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Penelitian, Jurnal Manajemen dan Organisasi Vol II, No. 3. Desember Anindya Ayu Pranaputrika Kirana, www.kompasiana.com Banun Dyah Probowati dan Yandra Arkeman, 2011., Analisis Rantai Pasokan Komodita Rotan, EmBryo Vol. 8 No. 2 Chopra, Sunil Dan Peter Meindl, 2004., Supply Chain Management: Strategy, Planning And Operations. Second Edition. Prentice Hall Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Coopper, D.R., and Emory, C.W. 1995. Business Research Methods. Fifth Edition, United Stated of America: Richard D.Irwin, Inc. David Simichi Levi, Philip Kaminsky dan Edith Simichi Levi, 2000., Designing and Managing The Supply Chain: Concept, Strtegies and Case Studies.. Singapore: Irwin Mc-GrawHill Inc Donald R.Cooper and Emory, C. William., 1995, Business Research Methods, Richard D.Irwin Inc. Chicago. Edy Suandi Hamid dan Y. Sri Susilo, 2011., Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011, hlm.45-55 Gujarati, D. 1995. Basic Econometrics. Third Edition, Economic Series, Singapore: McGraw-Hill International Editions. Hamidin, Dini, 2012, Framework Kolaborasi Logistik Umkm, Prosiding Konferensi Nasional Sistem Informasi, Bali. Heizer, Jay Dan Barry Render, 2015., Manajemen Operasi. Salemba Empat, Edisi 11, Jakarta Heizer, Jay Dan Barry Render, 2010., Operation Management. Pearson Education Limited, England Herdiansyah, Haris, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, cetakan ketiga, Salemba Humanika, Jakarta Ilham Said, Andi, Et Al., 2006., Produktivitas Dan Efisiensi Dengan Supply Chain Management. Jakarta : Penerbit Ppm Indrajit, Richardus Eko Dan Richardus Djoko, 2002., Konsep Supply Chain, Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia. Indrajit, Richardus Eko Dan Richardus Djoko, 2005., Strategi Manajemen Pembelian Dan Supply Chain, Pendekatan Manajemen Pembelian Terkini Untuk Menghadapi Persaingan Global . Jakarta: Pt. Indonesia. Gramedia, Widiasarana Jaka Sriyana, 2010., Strategi Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm): Studi Kasus Di Kabupaten Bantul, Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif Jogiyanto, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalamanpengalaman, BPFE Yogyakarta. Lisda Rahmasari, Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan dan Keunggulan Bersaing M. Siagian, Yolanda. 2005., Aplikasi Supply Chain Management Dalam Dunia Bisnis. Jakarta : Pt. Gramedia Mudrajad Kuncoro. 2003. Metoda Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, UPP AMP YKPN Yogyakarta. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo., 2002, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE Yogyakarta. Onno W. Purbo, Pola Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah, onno.vlsm.org, Diakses tanggal 29 November 2011 pukul 12.30wib. Pujawan, I Nyoman. 2005., Supply ChainManagement.. Surabaya : Penerbit Widya Guna Purnomo Budi Santoso, Moch. Choiri, Arif Rahman, 2013., Integrasi Supplier Produsen, Dan Pelanggan Pada Ukm Keramik Dinoyo Dengan Cloud Computing, Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.1 Tahun 2013 59-66 Regina Suharto dan Devie, Analisa Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan Setiarso, B. 2005., Strategi Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge-Management) Untuk Meningkatkan Daya Saing Ukm. Seminar Nasional Pesat (Pp. 41-50). Jakarta: Universitas Gunadarma. Soeratno dan Lincolin Arsyad., 2003, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, UPP AMP YKPN Yogyakarta. Sulaeman, Suhendar, 2004, Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Menghadapi Pasar Regional Dan Global, Infokop Nomor 25 Tahun Xx, 2004. Sutirman, 2011, Pemberdayaan Umkm Melalui Pusat Komunikasi Bisnis Berbasis Web (Suatu Gagasan), Http://Tirman.Wordpress.Com/Pusat-Komunikasi-BisnisBerbasis-Web/ Uma Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis Buku 1 & 2, Edisi IV, Salemba Empat – Wiley Tohirin, 2012, Metode Penelitian dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling: Pendekatan Praktis untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh Transkip Hasil Wawancara serta Model Penyajian Data, PT Rajagrafindo Persada, Depok. Widya Anggraeni, 2009., Pengukuran Kinerja Pengelolaan Rantai Pasoka Pada Pt. Crown Closures Indonesia www//Disperindagkop.Jogjaprov.Go.id, Diakses 25 April 2014