AKHMAD ARIF IMAM SANTOSO - UIN Repository

advertisement
PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO,
RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)
Disusun Oleh:
AKHMAD ARIF IMAM SANTOSO
(204081002247)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO,
RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Akhmad Arif Imam Santoso
NIM: 204081002247
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 195706171985031002
Arief Mufraini,Lc., M.Si
NIP. 19770122200312
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 19 Desember 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas
Mahasiswa :
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
: Akhmad Arif Imam Santoso
: 204081002247
: Manajemen
: Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio,
Return On Asset dan Beta Saham Terhadap Return
Saham” (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa
Efek Indonesia)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Desember 2011
1. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si
NIP. 197408102011011001
( ____________________)
Ketua
2. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si
NIP. 19770122200312
(
______ )
Sekretaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 196902032001121003
(
)
Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 23 Desember 2011 telah dilakukan ujian skripsi atas Mahasiswa :
1. Nama
: Akhmad Arif Imam Santoso
2. NIM
: 204081002247
3. Jurusan
: Manajemen
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On
Asset dan Beta Saham Terhadap Return Saham”(Studi Empiris
Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Desember 2011
1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 194906021978031001
( ____________________ )
Ketua
2. Suhendra, S.Ag., MM
NIP. 197112062003121001
(
3. Indo Yama Nasarudin., S.E, MAB
NIP. 197411272001121002
(
4. Prof. Dr.Abdul Hamid, MS
NIP 195706171985031002
( ____________________ )
Pembimbing I
5. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si
NIP. 19770122200312
( ____________________ )
Pembimbing II
______ )
Sekretaris
)
Penguji Ahli
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa : Akhmad Arif Imam Santoso
NIM
: 204081002247
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Desember 2011
Yang Menyatakan,
(Akhmad Arif Imam Santoso)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Akhmad Arif Imam Santoso
Nim
:
204081002247
Universitas
:
Univesitas Islam Negeri Jakarta
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Program studi
:
Manajemen
Jurusan/Konsentrasi
:
Keuangan dan Pasar Modal
Tempat dan Tgl.Lahir
:
Jakarta, 04 Oktober 1985
Alamat
:
Jl. Jaha No 1 Rt 05/Rw 10, Kelurahan Kalisari
Kecamatan Pasar Rebo 13790
Nama Orang Tua (Bapak)
:
Dr.Riza Fahlafi SE, M.Si (Alm)
:
Drs. Nurul Hidayati M.Si
:
1. Lulus Sekolah Dasar Negeri SDN 04 Tahun
1997
(Ibu )
Riwayat Pendidikan
2. Lulus Sekolah Menengah Pertama Tahun
2001
3. Lulus Madrasah Aliyah Negeri 2 Tahun
2004
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Manajemen Universitas Islam Negeri Tahun
2004
v
ABSTRACT
This study has the objective to analyze simultaneously the influence of variable
exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and beta stocks
towards the return stock, to analyze the partial effects between variable exchange
rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and shares of stock return
beta, to analyze the independent variables which are the most dominant influence
the dependent variable. The company used as the object of research is a
registered company that included in IDX LQ 45 category. And the method used is
multiple linear regression analysis. Based on multiple linear regression analysis
is known that the variables that most influence on stock returns is inflation
variable that has the largest beta coefficient in comparison with other
independent variables. Test results (F) concluded that all the independent
variables jointly affect stock returns. Adjusted R Square value is 0.527 which
means 52.7%. Indicates that the exchange rate, inflation, debt to equity ratio,
return on assets and stock beta may affect stock returns. While the rest of 37.3%
influenced by other unknown factors.
Keywords: exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and
stock beta, stock returns
vi
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara
variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham
terhadap return saham, untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara variabel
nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap
return saham, untuk menganalisis variabel independen mana yang paling dominan
mempengaruhi variabel dependen. Perusahaan yang digunakan sebagai objek
penelitian adalah perusahaan yang terdaftar BEI yang masuk kategori LQ 45. Dan
metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan
analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh
terhadap return saham adalah variabel inflasi yang memiliki koefisien beta paling
besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hasil Uji (F) menyimpulkan
bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap return
saham. Nilai Adjusted R Square adalah 0,527 yang berarti 52,7%. Menunjukkan
bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham
dapat mempengaruhi return saham. Sedangkan sisanya sebesar 37,3%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui.
Kata kunci: nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta
saham, return saham
.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT,
Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya kepada
penulis, baik itu nikmat iman, sehat dan waktu serta nikmat kemudahan jalan yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam
penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW, laki-laki
sejati gagah berani yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya
kepada manusia sehingga terhindar dari zaman kejahiliyan. Shalawat dan salam
tidak lupa penulis haturkan pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in,
tabi-tabi’in, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan
kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Manajemen
Pemasaran. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan. Dengan
selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya
untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari
zaman kebodohan.
2. Kedua Orang tuaku (Alm) Dr.Riza Fahlafi S.E, M.Si & Dra. Nurul Hidayati,
M,Si) dan kakak tercinta Mohammad Bahrelfi Belafiff, S.Si, M.Si adiku
tercinta, Nurhardiansyah Ikhromi, S.T terima kasih atas segala dukunganya
dan motivasinya baik dari segi moril maupun materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini.
3. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Dekan FEB yang telah memberikan ilmu
dan waktunya untuk mendidik penulis dan Mahasiswa/i FEB UIN Jakarta.
viii
5. Bapak Prof Dr. Abdul Hamid, MS . selaku dosen pembimbing utama. Terima
kasih atas segala bimbingan, pendapat dan waktu yang diberikan kepada
penulis.
6. Bapak Prof Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pudek I Bid Akademik yang
memberikan support dan kesempatan untuk penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak M. Arif Mufraini, Lc, M.Si. Selaku dosen pembimbing kedua, Terima
kasih atas segala bimbingan, pendapat, dan waktu yang diberikan kepada
penulis.
8. Dosen-Dosen UIN Jakarta FEB Non Reguler yang telah mengajar dan
mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FEB Non Reguler UIN
Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada
penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat
semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman.
Amin.
9. Kesekretariatan FEB Non Reguler UIN Jakarta dan Staf-Staf lain yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu disini, terima kasih atas waktu dan
pertolongannya untuk penulis.
10. Keluarga besar dari Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang tidak bisa disebutkan
satu persatu...Trimakasih doa dan motivasinya.....
11. Untuk Mahasiwa Manajemen dan Akuntansi Non Reguler (Ekstensi) angkatan
tahun 2004 FEB UIN, semangat terus dan terima kasih atas dukungan,
persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
12. Terimakasih untuk
Kekasihku Tercinta Istiana Nurmaulidawanti, SS
terimakasih atas support dan doanya serta kesabarannya untuk bersama
kami…..
13. Temanku Safik Wajdilanam,SE terima kasih sudah meminjamkan Laptop
dalam menyelesaikan KATA PENGANTAR skripsi ini.
14. Kawan-kawanku Asep Lulu Rahman, Anton Gusnawan, Nurul, Nayla,
Fahrurozi Chambali menyelesaikan skripsi semangat selalu dalam meraih gelar
sarjana
ix
15. Kawanku yang sering main ke rumah Atep yuyu, Donih, Sabarudin, Yunus,
Mat Gunawan, Aray Terima kasih atas segala doa dan supportnya.
16. Terimakasih atas doanya untuk Omah Nungky dan Opah Hartono atas
nasehatnya selalu
17. Terima kasih atas motivasinya dan doanya dari mbak Wiena Narulita SE.
18. Terimakasih untuk Omah Winarti yang tetap selalu bersama kami...
19. Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas
motivasinya ya..!!!
Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk
menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis
dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak
terkait.
Jakarta, Desember 2011
Akhmad Arif Imam Santoso
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................ i
Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................ ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .............................................. iv
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v
Abstact ............................................................................................................ vi
Abstrak ........................................................................................................... vii
Kata Pengantar ............................................................................................. viii
Daftar Isi ........................................................................................................ xi
Daftar Tabel ................................................................................................... xiv
Daftar Gambar .............................................................................................. xv
Daftar Lampiran ........................................................................................... xvi
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
1. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
2. Manfaat Penelitian ................................................................ 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10
A. Investasi ..................................................................................... 10
B. Pasar Modal ............................................................................... 11
C. Fundamental ............................................................................... 18
D. Harga Saham .............................................................................. 21
E. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham ............................... 24
F. Return Saham ............................................................................. 28
G. Nilai Tukar ................................................................................. 30
H. Inflasi ......................................................................................... 34
xi
I. Debt To Equity Ratio (DER) ...................................................... 38
J. Return On Asset ......................................................................... 40
K. Beta Saham ................................................................................ 41
L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset
Pricing Model ............................................................................ 44
M. Penelitian Sebelumnya ............................................................... 50
N. Kerangka Pemikiran .................................................................. 52
O. Hipotesis Penelitian ................................................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 56
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 57
D. Metode Analisis Data ................................................................. 58
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58
2. Perhitungan Analisis Regresi ................................................ 62
3. Uji t Parsial ............................................................................ 63
4. Uji F Simultan ....................................................................... 64
5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square) ......................... 65
E. Operasional Variabel ................................................................. 65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 69
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 69
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia ......................................... 69
2. Struktur Pasar Modal Indonesia ............................................ 70
3. Lembaga-Lembaga Yang Terlibat Di Bursa Efek
Indonesia ............................................................................... 71
4. Mekanisme Perdagangan ...................................................... 74
B. Sejarah Objek Penelitian ............................................................ 79
C. Hasil Dan Pembahasan .............................................................. 81
1. Deskriptif Data ...................................................................... 81
2. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................... 88
xii
a. Uji Normalitas Data .......................................................... 88
b. Uji Multikolinieritas ......................................................... 91
c. Uji Autokolerasi ............................................................... 92
d. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 93
3. Uji Signifikansi ..................................................................... 94
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) .......................................... 94
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..................................... 95
c. Koefisien Determinasi (Adj R Square) ............................. 96
4. Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 97
D. Interpretasi ................................................................................. 98
BAB V
Kesimpulan Dan Implikasi .......................................................... 101
A. Kesimpulan ................................................................................ 101
B. Saran Dan Implikasi ................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104
LAMPIRAN ................................................................................................... 106
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu .................................................................... 52
3.1
Pengukuran Uji Autokolerasi ....................................................... 61
4.1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian .................................. 81
4.2
Perhitungan Nilai Tukar ............................................................... 82
4.3
Perhitungan Inflasi ....................................................................... 83
4.4
Perhitungan Debt To Equity Ratio ............................................... 84
4.5
Perhitungan Return On Asset ....................................................... 86
4.6
Perhitungan Beta Saham ............................................................. 81
4.7
Perhitungan Return Saham ........................................................... 88
4.8
Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) ..... 91
4.9
Hasil Pengujian Multikolinieritas ................................................. 92
4.10
Hasil Pengujian Autokolerasi ........................................................ 93
4.11
Hasil Pengujian Uji t ..................................................................... 94
4.12
Hasil Pewngujian Uji F ................................................................. 95
4.13
Hasil Pengujian Adjusted R Square............................................... 96
4.14
Hasil Analisis Regresi ................................................................... 97
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ..................................................................... 53
4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia .................................................... 70
4.2
Uji Normalitas Data (PP-Plot) ...................................................... 89
4.3
Uji Heteroskedastisitas (Scaterplot) ............................................. 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ................................. 106
2
Perhitungan Data Mentah Variabel Penelitian ............................ 107
3
Hasil Perhitungan SPSS .............................................................. 113
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemajuan sektor ekonomi sangatlah dominan ditunjang baik dari segi
sektor Riil dan sektor Non Riil, melihat krisis ekonomi global yang
mengguncang negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa
menarik untuk dicermati bagaimana dampaknya terhadap perekonomian dalam
negeri, khususnya sektor Non riil.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak besar terhadap
perekonomian di Indonesia, terjadinya krisis bermula dari kasus subprime
mortgage yang terjadi di Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan
instrumen kredit untuk sektor properti, kesalahan yang terjadi adalah
pemberian subprime mortgage lebih banyak kepada penduduk yang sebenarnya
tidak layak mendapatkan bantuan kredit perumahan. Dikatakan tidak layak
karena penduduk tersebut tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk
menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka pinjam. Hal ini memicu terjadi
kredit macet di sektor properti. Kemudian kredit macet di sektor ini
menyebabkan kolaps perusahaan-perusahaan besar di Amerika serikat.
Kolapsnya perusahaan pembiayaan ini juga mempengaruhi lembaga
keuangan di Amerika Serikat. Karena perusahaan pembiayaan pada umumnya
meminjam dana jangka pendek dari pihak lain, termasuk lembaga keuangan.
1
Selain itu, dampak kolapsnya lembaga keuangan di Amerika Serikat juga
mempengaruhi lembaga investasi dan investor diberbagai penjuru dunia.
Khususnya bagi lembaga investasi di Indonesia memiliki dampak yang
cukup besar, kuatnya pengaruh sentimen negatif krisis ekonomi global
menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi di akhir
triwulan ketiga yang menurun tajam sebesar 22,0%
menjadi level 1.883,
dibanding posisi IHSG akhir Triwulan kedua-2008.
Krisis keuangan global terbukti memporakporandakan pasar modal dan
valas. IHSG anjlok dari level 2.830 menjadi 1.111 atau turun 60 %. Nilai kurs
rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi cukup dramatis dari Rp 9.076 sampai
hampir menembus level Rp 13.000, atau mengalami depresiasi lebih dari 30
%.(Bank Indonesia dan BEI,2008).
Tekanan yang terjadi pada pasar modal Indonesia menyebabkan
terjadinya penurunan likuiditas di sektor perbankan dan institusi keuangan
nonbank yang disertai berkurangnya transaksi keuangan. Hal ini dikarenakan
banyaknya investor dari institusi keuangan Amerika Serikat yang melepas
kepemilikan saham mereka di pasar modal Indonesia untuk menyelamatkan
perusahaan mereka sendiri yang terkena krisis keuangan.
Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi,
sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan
uangnya. Setiap investor dalam mengambil keputusan investasi akan selalu
dihadapkan pada sejumlah pilihan, apakah ia menginvestasikan dananya dalam
bentuk aset riil atau memilih melakukan investasi dalam bentuk aset finansial.
2
Investor melihat pergerakan yang baik dari suatu nilai saham, beradasarkan
aturan yang jelas dalam setiap penghitungan dan ketetapan yang telah
disepakati bersama.
Untuk penentuan harga saham dapat ditentukan dengan dua metode
analisa yang ada, yaitu analisa fundamental dan pendekatan teknikal.
Pendekatan teknikal menggunakan data pasar untuk menganalisis harga saham
secara keseluruhan ataupun harga individu dari saham tersebut (Jones, 2000).
Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
mendatang melalui dua cara, pertama melakukan estimasi nilai fundamental
yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, kedua menerapkan
hubungan tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Suad husnan,
1996). Karena itu, untuk melakukan evaluasi terhadap harga saham, diperlukan
informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan (Yugo Purnomo,
1998).
Analisa fundamental bertujuan untuk menentukan apakah nilai saham
berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue
bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga wajar atau nilai
intrinsiknya, sehingga layak dibeli. Telah diketahui bahwa analisis fundamental
mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan
data keuangan perusahaan (sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan).
Pendekatan teknikal adalah pendekatan yang menggunakan data pasar
yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga
saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan
3
penawaran saham tertentu maupun secara keseluruhan. Dalam hal ini
perkembangan harga saham lebih mudah kita melihatnya dengan pendekatan
analisis fundamental.
Selain faktor internal perusahaan, kita juga perlu melihat faktor
eksternal yang lainya, seperti kita dapat melihat kondisi Makroekonomi yang
mempengaruhi harga saham suatu perusahaan yang Go Public, misalnya : kurs
valuta asing (Valas), cadangan devisa, inflasi, tingkat suku bunga deposito
(Djoko :54). Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian
(pengujian) pengaruh antara variabel ekonomi makro terhadap perubahan
indeks harga saham.
Indonesia memiliki sistem nilai kurs yang mengalami perubahan setiap
waktu, sebagian besar mata uang berada di antara sistem tetap dan
mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar mata uang dibiarkan mengambang
dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini sama dengan
sistem tetap, dalam pemerintahan sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi
untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya.
Hubungan atau pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap indeks harga saham
itu sendiri sangat berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi indeks harga saham, sehingga indeks sebagai
indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Dalam
perekonomian suatu negara biasanya dilihat berdasarkan kurs mata uang
negara itu sendiri terhadap kurs valas (valuta asing). Apabila kurs menguat,
maka secara tidak langsung indeks harga saham juga akan naik, tetapi bila kurs
4
mata uang melemah, maka indeks harga saham juga akan turun. Naik turunya
harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing
menyebabkan naik turunya permintaan saham di pasar modal oleh investor.
Hubungan antara tingkat suku bunga dengan indeks harga saham,
terjadi di saat apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan. Investor akan
cenderung segera menempatkan uangnya pada deposito berjangka, obligasi
pemerintah yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi serta memiliki
resiko yang kecil dibandingkan menginvestasikan pada saham dengan resiko
yang tinggi. Efek psikologis dan kecenderungan menghindari resiko untuk
memperoleh hasil yang besar sebagai daya tarik investor untuk memilihnya.
Harga saham sulit untuk diprediksi karena dipengaruhi dan sering
berubah meliputi; nilai tukar (kurs), inflasi dan tingkat suku bunga yang
merupakan sebagai indikator kondisi makroekonomi. Dalam hal ini
memberikan penetapan pada variabel makroekonomi yaitu, inflasi, nilai tukar
dan tingkat suku bunga.
Pengujian ini dilakukan terhadap variabel perubahan tersebut, apakah
faktor-faktor makroekonomi (inflasi dan nilai tukar) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham yang terjadi pada keadaan sebelum dan sesudah krisis
ekonomi tahun 2008.
Mempertimbangkan antara penelitian terdahulu tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham, hubungan antara variabel ekonomi makro
(nilai tukar, inflasi dan tingkat suku bunga) terhadap indeks harga saham
dengan menggunakan model OLS (ordinary least square bivariate)
5
sebagaimana yang dinyatakan (Rao,1994) bahwa data ekonomi makro
memiliki sifat nonstationery dan mempunyai hubungan imbal balik (causality).
Model multi faktor mengasumsikan bahwa proses penetuan harga saham
melibatkan beberapa faktor, terdapat beberapa kemungkinan bahwa lebih dari
satu
faktor
penyebab
(pervasive
factor)
dalam
perekonomian
yang
mempengaruhi indeks harga saham (Alexander,Bailey,1999).
Situasi ekonomi mempengaruhi hampir semua perusahaan, sehingga
perubahan dari perekonomian yang diramalkan memiliki dampak yang besar
terhadap harga sebagian saham. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Vera Yuniarti (2004) di Bursa Efek Indonesia menjelaskan adanya faktorfaktor makroekonomi (nilai tukar (kurs); suku bunga; inflasi; EPS; PER dan
frekuensi perdagangan) yang mempengaruhi perubahan harga saham
perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.
Menurut Arseptin Ari Nur Anggraeni (2009) analisa pengaruh inflasi,
nilai tukar dan tingkat suku bunga pada saham perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini
adalah untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh faktor makroekonomi
(Nilai tukar dan Inflasi). Keberadaan faktor makroekonomi sebagai faktor
eksternal suatu perusahaan ini membuat penulis merasa tertarik dalam hal
penelitian yang berkaitan dengan pasar modal serta harga saham yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
6
Penulis mengambil variabel makroekonomi yang diuji dan diteliti oleh
para pendahulu. Oleh karena itu cakupan faktor makroekonomi begitu general
dan luas, untuk itulah mengambil batasan masalah.
Dalam penelitian ini juga diperlukan tujuan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh besar inflasi dan nilai tukar terhadap harga saham di Busa
efek Indonesia atau apakah faktor inflasi dan nilai tukar
yang sangat
berpengaruh besar terhadap harga saham.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini juga sesuai
dengan variabel yang digunakan peneliti-peneliti terdahulu yaitu Rao (1994),
Alexander and Bailey (1999), Vera Yuniarti (2004), Arseptin Ari Nur
Anggraeni (2009). Begitu pula dengan informasi yang penulis dapat,
berdasarkan faktor makroekonomi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia, menjadikan peneliti semakin menambah pengetahuan
dan ilmu di dalam kajian manajemen keuangan dan pasar modal.
Dengan segala upaya dan usaha yang penulis lakukan, tidak terlepas
dari segala kekurangan dan kelemahan. Untuk itu diperlukan saran dan kritik
demi menyempurnakan hasil proposal skripsi ini. Untuk itulah kami ingin
mengajukan penelitian ini untuk memenuhi prasyarat untuk membuat skripsi
dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, SBI, Return On Asset Dan Beta
Saham Terhadap Return Saham”.
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
temuan-temuan
yang
diperoleh
dari
penelitian
sebelumnya, maka penelitian yang kami lakukan untuk mengidentifikasi
masalah:
1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar,
Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return
saham.
2. Apakah ada pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt
to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham.
3. Manakah variabel independen yang paling dominan mempengaruhi return
saham.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka kami selaku
yang akan meneliti bertujuan sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar,
Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap
return saham.
b. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar,
Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap
return saham.
c. Untuk menganalisis variabel independen mana yang paling dominan
mempengaruhi variabel dependen.
8
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Peneliti
Diharapkan menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan manajemen keuangan dan pasar modal khususnya pada kajian
mengenai harga saham, sehingga bukan hanya mengenal secara teori
tetapi juga secara praktek langsung.
2. Bagi Perusahaan
Hal-hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan yang berguna bagi perusahaan melihat keterkaitan
pengaruh harga saham terhadap faktor lain yang mempengaruhinya.
3. Bagi Akademisi
Menjadi acuan peneliti selanjutnya dan diharapkan memperoleh suatu
model yang dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
bidang keuangan dan pasar modal dan digunakan sebagai bahan
pembanding untuk penelitian-penelitian yang lain, serta dapat menambah
pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam mempraktekan berbagai
teori yang pernah diterima selama kuliah terutama yang berhubungan
dengan manajemen keuangan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi dapat didefinisikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah
dana dalam suatu periode mendapatkan pembayaran masa depan yang akan
mengkompensasikan investor untuk ; waktu dimana dana tersebut
dikomitmenkan, tingkat inflasi yang diekspektasikan, ketidakpastian dari
pembayaran dimasa depan. Investasi pada dasarnya merupakan sarana untuk
menempatkan dana dengan ekspektasi akan menghasilkan pendapatan yang
positif dan nilainya yang meningkat.
Dunia investasi khususnya pada sekuritas atau surat berharga pada
saat ini menunjukan perkembangan yang amat pesat. Hal ini disebabkan
antara lain karena minat masyarakat yang semakin besar untuk menanamkan
dana yang dimiliki ke dalam bentuk sekuritas selain ke dalam tabungan atau
deposito berjangka di Bank
Menurut Yuliati (1996); investasi dapat diartikan sebagai cara
penanaman modal baik secara langsung maupun tidak langsung yang
bertujuan untuk mendapatkan manfaat (keuntungan) tertentu sebagai hasil
penanaman modal tersebut.
10
Menurut Reilly (2004) mendefinisikan investasi secara lebih spesifik
yaitu sebagai pengalokasian saat ini atas sejumlah uang selama periode
waktu tertentu untuk memperoleh pembayaran dimasa depan yang akan
memberikan imbalan kepada investor atas ; waktu selama dana
dialokasikan, tingkat inflasi yang diharapkan, ketidakpastian pembayaran
masa depan.
Untuk mengelola investasi yang baik, diperlukan suatu ilmu yang
disebut dengan manajemen investasi. Secara sederhana, manajemen
investasi adalah proses untuk mengelola uang atau dana. Lebih lanjut,
Fabozzi (1995) mengungkapkan bahwa terdapat lima langkah manajemen
investasi :
1. Menentukan tujuan investasi
2. Menetapakan kebijakan investasi
3. Memilih strategi portofolio
4. Memilih asset, mengukur dan mengevaluasi kinerja asset.
B. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal
Menurut Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa pasar modal
adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public aothorities, maupun
perusahaan swasta. “Pasar modal adalah pertemuan antara penawaran
dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu
11
individu-individu atau badan usaha yang kelebihan dana (surplus fund)
melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.
Sebaliknya di tempat ini pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana
menawarkan surat berharga dengan cara listing dahulu pada badan otoritas
dipasar modal yang terdaftar sebagai emiten (Sunariyah, 1997: 3).
Pada undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pengertian
pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Sedangkan menurut David L.Scott (1998), pasar
modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham
preferen dan obligasi diperdagangkan.
Menurut Jogiyanto Hartono (2008:3) Pasar adalah suatu situasi
dimana para pelakunya (penjual dan pembeli) dapat menegosiasikan
pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas. Modal adalah suatu
yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk melaksanakan
kegiatan perusahaan. Sedangkan pasar modal merupakan suatu situasi
dimana para pemjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap
pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas dan komoditas yang
dipertukarkan disini adalah modal”.
Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian
fisik yang terorganisasi dengan efek-efek yang diperdagangkan yang disebut
bursa efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem terorganisasi
12
yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung (Ahmad Rodoni, 2006). Efek adalah setiap
surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya : surat pengakuan
hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi,
tanda bukti hutang, bukti right (right issue) dan waran (warrant).
Pengertian efek adalah suatu sistem yang terorganisir dengan
mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual efek (pihak yang defisit
dana) dengan pihak pembeli efek (pihak yang surplus dana) secara langsung
atau melalui wakil-wakilnya (Agus Sartono, 1996). Melalui pasar modal
masyarakat diperkenankan memiliki saham perusahaan, dengan harapan
untuk ikut menikmati penghasilan perusahaan melalui sarana pembagian
deviden maupun peningkatan harga saham. Keikutsertaan masyarakat
didalam pemilikan modal memberikan dampak yang positif terhadap
pengelolaan perusahaan, yaitu melalui mekanisme pengawasan langsung
oleh masyarakat, sehingga mendorong pihak manajemen perusahaan untuk
mengelola perusahaan secara lebih profesional dan transparan menuju
terciptanya aktifitas usaha yang efisien.
Pasar modal merupakan suatu lembaga yang dalam kegiatan
operasionalnya memberikan kesempatan kepada perusahaan yang telah
berkembang dengan baik untuk menerbitkan surat berharga dalam bentuk
saham, obligasi dan sekuritas sehingga perusahaan tersebut akan
mendapatkan tambahan dana. Diharapkan dengan menerbitkan saham
13
ataupun obligasi dipasar modal, akan dapat menarik investor dalam
menanamkan modalnya kedalam perusahaan.
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi
dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana
dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang
produktif. Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu
negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi
dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi,
karena pasar modal menyediakan fasilitas atau sarana yang mempertemukan
dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang
memerlukan dana.
Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena
pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal
hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas pasar modal, secara
umum faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi
aktifitas pasar modal yang berasal dari kinerja mikroekonomi, yaitu kinerja
yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang mencatatkan diri dipasar
modal tersebut. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
aktifitas pasar modal yang berasal dari kinerja makroekonomi maupun
faktor-faktor lain di luar permasalahan ekonomi, seperti kondisi politik,
keamanan, kebijakan pemerintah dan lain-lain.
14
2. Pasar Modal yang Efisien
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) ingin memastikan
bahwa harus terdapat transparansi dalam pengungkapan berbagai informasi
yang berhubungan dengan fundamental atau kinerja dari emiten.
Transparansi ini dilakukan dengan mewajibkan para emiten untuk secara
periodik melaporkan hasil laporan keuanganya kepada publik. Pasar modal
dikatakan efisien ketika terjadi keadaan dimana harga dari seluruh sekuritas
secara cepat dan menyeluruh merefleksikan seluruh informasi yang tersedia
tentang sekuritas tersebut.
Tandelilin (2001:114) menyatakan bahwa pasar modal yang efisien
adalah sangat erat kaitanya dengan informasi yang berhubungan dengan
kinerja perusahaan karena menyangkut bagaimana pasar dapat merespon
informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga
sekuritas menuju keseimbangan baru. Sedangkan Sharpe (2006) lebih
menekankan pengertian efisiensi pasar pada ketidakmampuan investor
untuk mendapatkan keuntungan yang berlebihan atau imbalan abnormal.
Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersedian
informasinya saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi,
tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan
keputusan
berdasarkan
analisis
dari
informasi
yang
tersedia
(Jogiyanto,2003).
15
Hal yang sama dikemukakan Tandelilin (2001) bahwa efisiensi
dapat diartikan tidak seorang investor dapat mengambil untung dari pasar.
Artinya, jika pasar efisien dan semua informasi dapat diakses secara mudah
dan dengan biaya murah oleh semua pihak di pasar, maka harga yang
terbentuk adalah harga keseimbangan, sehingga tidak seorang investor dapat
memperoleh keuntungan abnormal dengan memanfaatkan informasi yang
dimilikinya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pasar
modal dikatakan efisien bila harga-harga sekuritas telah mencerminkan
semua informasi yang tersedia. Harga-harga dengan cepat menyesuaikan
bila ada informasi baru dan setelah penyesuaian oleh investor, tidak akan
mampu mendapatkan keuntungan abnormal dari setiap tindakannya.
Sehubungan dengan pengukuran pasar yang efisien maka yang perlu
untuk diperhatikan adalah hubungan antara harga sekuritas dengan
informasi yang baru. Keane. S (2008:56) dalam bukunya “The Efficient
Market Hyphothesis an The Implication for Financial Reporting”
menyatakan bahwa harga yang dihasilkan dalam pasar modal merupakan
estimator yang baik. Fama (1998:84) mengklasifikasikan bentuk pasar yang
efisien kedalam tiga bentuk efficiency market hyphotesis yaitu :
a. Efisiensi pasar dalam bentuk lemah (weak form). Pasar dikatakan efisien
dalam bentuk lemah berarti harga-harga dari sekuritas yang terbentuk
sekarang akan secara penuh mencerminkan informasi masa lalu.
16
b. Efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat (semistrong form). Pasar
dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan,
termasuk informasi yang ada dalam laporan keuangan perusahaan
emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada
investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk
mendapatkan keuntungan abnormal dalam jangka waktu yang lama.
c. Efisiensi pasar dalam bentuk kuat. Pasar dikatakan efisiensi
dalam
bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully
reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.
3. Indeks Saham Pada Pasar Modal
Dalam rangka memberikan informasi yang lebih lengkap kepada
publik, Bursa Efek Indonesia telah menyebarkan data pergerakan saham
melalui media cetak maupun media elektronik. Salah satu indeks pergerakan
saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini terdapat lima macam
Indeks saham, yaitu :
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham
yang tercatat (listing) di BEI sebagai komponen perhitungan indeks.
b. Indeks LQ 45, Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tertinggi
dan kapitalisasi pasar terbesar.
c. Indeks Sektoral, menggunakan seluruh saham yang dikelompokan
kedalam masing-masing sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI
diklasifikasikan kedalam sembilan sektor berdasarkan klasifikasi industri
yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange
Industrial Clasification).
17
d. Indeks Individual, indeks harga masing-masing saham terhadap harga
dasarnya.
e. Jakarta Islamic Index (JII), indeks dengan jumlah 30 saham yang masuk
dalam kriteria syariah dan likuid.
C. Fundamental
1. Analisis Fundamental
Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis
untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis
teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai
saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan
undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga
wajar atau nilai intrinsik, sehingga layak dibeli, serta saham dikatakan
overvalue apabila saham yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai
intrinsiknya, sehingga menguntungkan untuk dijual. Pendekatan teknikal
menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume
perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk
berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun
secara keseluruhan.
Suad Husnan (1998) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah
salah satu jenis yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan
keuangan dan indikator fundamental lainya, seperti pertumbuhan,
pembayaran deviden dan kualitas manajemen perusahaan daripada
memperhatikan perkembangan-perkembangan harga saham tersebut dari
18
hari ke hari. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di
masa datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa datang dan menerapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga.
Ahmad Rodoni (2005) menyatakan bahwa analisis fundamental
adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang
berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh
keuntungan yang meliputi tiga tahap analisis:
a. Ekonomi Makro: analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang
menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan
perusahaan itu sendiri.
b. Industri: analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melihat kaitan
industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing,
standar industri dan pertumbuhan pasar.
c. Perusahaan : analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan
yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan
perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen.
Ahmad Rodoni (2005), di dalam analisis fundamental terdapat dua
pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu :
a. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro
ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan itu sendiri.
19
b. Pendekatan buttom up. Pendekatan yang dimulai dari tingkat mikro
(perusahaan) yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan
pendekatan akhir pada analisis makroekonomi.
Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan:
a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang.
b. Menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham.
Menurut Anatasia, et al (2003:24), analisis fundamental merupakan
suatu analisa mengenai kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang
menerbitkan saham. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan
keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di
pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan para karyawan, sumber
bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain
yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.
Jogiyanto (2005:34), analisis fundamental juga biasa disebut analisis
perusahaan, yang merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk
menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan
perusahaan.
Sedangkan menurut Corrado dan Jordan (2000:46) menyatakan
bahwa analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk
menguji informasi pada laporan akuntansi dan informasi finansial lainya
untuk menghitung nilai ekonomi suatu saham perusahaan.
20
2. Kerangka analisis Fundamental
Investasi dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung
maupun investasi tidak langsung. Investasi aktiva langsung dapat dilakukan
dengan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan. Sedangkan
investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham (surat-surat
berharga) dari perusahaan investasi yang diperdagangkan di pasar modal.
Beberapa penulis memberikan sumbangan pemikiran terhadap model dalam
menganalisis dan menilai saham
dengan istilah yang beragam; Karen
(1971) menyebut dengan istilah a flow diagram of stock price
determination; Husnan (1998) menyebut dengan analisis teknikal;
sedangkan Sharpe, Alexander dan Bailey (1999) menyebut dengan istilah
the big picture. Dari ketiga analisis tersebut, untuk menganalisis dan menilai
perilaku harga saham dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi
ekonomi atau kondisi pasar yang terdiri dari variabel makroekonomi
maupun kondisi spesifik perusahaan.
D. Harga Saham
Harga saham dapat dijadikan indikasi untuk melihat perkembangan atau
perubahan harga saham, dimana perubahan, volume dan frekuensi perdagangan
saham menjadi patokan seberapa besar saham dinilai memiliki kinerja yang
baik. Volume perdagangan merupakan alat ukur aktifitas penawaran dan
permintaan saham di bursa.
21
Semakin tinggi penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar
pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Semakin tinggi volume
perdagangan saham menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh
masyarakat, sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga saham.
Naiknya harga saham dipengaruhi oleh pertimbangan analisis
fundamental dan analisis teknikal, padangan kedua analisis tersebut sebagai
gambaran investor melihatnya sebagai informasi yang berguna didalam
berinvestasi.
Dalam hal ini, investor melihat analisis fundamental adalah suatu
analisis yang dilakukan suatu investor yang memang ingin berinvestasi dalam
jangka panjang dalam suatu invetasi saham, maka melakukan analisis
fundamental ini menjadi pertimbangan mutlak yang harus dilakukan.
Sebaliknya, jika investor hanya ingin sekedar mengetahui kondisi umum
emiten,cukup menganalisis beberapa rasio keuangan saja.
Demikian pula jika investor hanya ingin berinvestasi dalam jangka
pendek (membeli kemudian sesegera mungkin menjualnya), melakukan
pendekatan analisis ; yaitu investor cukup menghitung PER (price earnings
ratio) saja. Dimana PER (price earnings ratio ) adalah untuk menentukan
apakah suatu saham overvalue (mahal) atau under value (murah) dan
menghitung pendapatan per-saham (EPS), dimana melihatnya dengan cara
mencari laba bersih suatu perusahaan, mencari jumlah saham yang beredar
(outstanding stock).
22
Beberapa pendekatan kedua analisis ini dijadikan patokan didalam
mengambil sebuah keputusan (decision making) dalam investasi di pasar bursa
saham, melihat informasi yang diperlukan dalam menginvestasikan modal
dengan tepat dan sesuai dengan harapan serta keinginan investor didalam
mendapat capital gain (keuntungan) yang diharapkan. Sehingga dengan
mengetahui gambaran tersebut, investor dapat dengan mudah dan percaya
didalam menempatkan modal investasinya dengan tepat.
Harga saham di pasar modal (pasar sekunder) setiap saat bisa saja
mengalami perubahan (naik-turun). Beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku perubahan harga saham :
1. Harapan Investor terhadap tingkat pendapatan deviden untuk masa yang
akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden suatu saat stabil, maka
harga saham cenderung stabil. Sebaliknya jika pendapatan dan deviden
berfluktuasi karena siklus perusahaan atau perubahan teknologi maka harga
saham akan cenderung berfluktuasi juga.
2. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan berkaitan
erat dengan peningkatan harga saham. Apabila tingkat pendapatan
perusahaan semakin besar, maka semakin besar pula perubahan harga
sahamnya.
3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian pada masa yang akan datang
selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi
perekonomian saat ini stabil, maka investor optimis terhadap kondisi
perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham cenderung stabil.
23
Pada prinsipnya membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu
fraksi dari kekayaan (asset) dan keuntungan (earnings) perusahaan, serta hakhak yang melekat padanya. Oleh karena itu harga saham banyak ditentukan
terutama oleh reputasi atau kinerja (performance) perusahaan itu sendiri.
E. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
1. Pengertian Harga Saham
Harga saham dapat dijadikan indikasi untuk melihat kecenderungan
harga saham, dimana perubahan volume dan frekuensi perdagangan saham
menjadi patokan seberapa besar saham dinilai memiliki kinerja yang baik.
Volume perdagangan merupakan alat ukur aktifitas penawaran dan
permintaan saham di bursa. Semakin tinggi penawaran dan permintaan
suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di
bursa. Semakin tinggi volume perdagangan saham menunjukan semakin
diminatinya saham tersebut oleh masyarakat, sehingga akan membawa
pengaruh terhadap naiknya harga saham.
Studi empiris yang dilakukan oleh Poon (1994) menerangkan bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara perubahan return saham dan volume
perdagangan saham. Salah satu contoh yaitu perusahaan yang listed di
Chicago Board Option Exchange dari tahun 1982-1985, menunjukan
indikasi
bahwa
terdapat
perubahan
struktural
hubungan
setelah
perdagangan, menemukan bahwa terdapat perubahan return saham
signifikan dan berhubungan positif dengan volume perdagangan.
24
Frekuensi dan volume perdagangan saham sebagai alat ukur
terhadap likuiditas suatu saham. Semakin tinggi frekuensi dan volume
perdagangan suatu saham menunjukan bahwa saham tersebut semakin aktif
diperdagangkan, volume dan frekuensi transaksi penting diketahui oleh
investor untuk melihat apakah efek yang dibeli tersebut merupakan efek
yang aktif diperdagangkan di pasar. Ini penting untuk mengetahui tingkat
likuiditas suatu efek. Karena efek yang likuid mempunyai kecenderungan
harganya naik atau lebih lama bertahan karena disenangi masyarakat
(Marzuki Usman. 1990:174). Ada beberapa pendapat yang dinyatakan para
ahli pasar modal terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
harga saham di Bursa Efek.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga untuk naik secara umum
dan terus-menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut
inflasi,
kecuali
kenaikan
tersebut
meluas
kepada
(atau
mengakibatkan kenaikan)sebagian besar dari harga-harga lain. Boediono
(2001:161). Menurut Bapak Kaum Moneterist, Milton Friedman, Inflasi
yang tinggi dan terus menerus hanya akibat kenaikan uang beredar yang
tinggi, baik berupa uang kartal maupun giral. Inflasi selalu dan setiap saat
merupakan fenomena moneter. Tetapi pergerakan naik dalam tingkat harga
merupakan fenomena moneter hanya jika dalam suatu proses yang terus
menerus. Bertambahnya jumlah uang menyebabkan turunya suku bunga
selama tidak berada dalam kondisi liquidity trap. Untuk mengatasi tingginya
inflasi sangat sederhana yaitu dengan mengurangi tingkat pertumbuhan
yang beredar ke tingkat yang rendah.
25
Menurut pandangan Keynesian, inflasi terjadi karena masyarakat
ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya, sehingga menyebabkan
permintaan efektif
masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan
agregrat) melebihi jumlah barang yang tersedia (penawaran agregrat),
akibatnya terjadi inflationary gap. Keterbatasan penawaran agregrat ini
terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat
dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregrat. Sama
seperti pandangan kaum monetarist, pandangan Keynesian ini lebih banyak
digunakan untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
Karena saham merupakan keikutsertaan dalam suatu perusahaan, maka bila
hal kondisinya sama, seyogyanya secara komparatif saham tidak
berpengaruh terhadap inflasi. Menurut Fama (1981:56) inflasi berpengaruh
negatif terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan berdasarkan
pengamatan dan pengujian yang dilakukan oleh Fama pada tahun 1981.
Wahlroos dan Berglund (1986:75) menemukan bahwa hubungan antara
tingkat inflasi dengan stock return adalah negatif. Inflasi yang semakin
tinggi akan mengindikasikan turunya permintaan uang. Hal ini berpengaruh
terhadap pertumbuhan yang rendah pada kegiatan riil, yang selanjutnya akan
mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan sehingga harga saham
menjadi turun.
Dengan naiknya inflasi, maka nilai aktiva perusahaan juga naik
seperti tanah, pabrik dan saham, sehingga harga-harga produk itu akan
menentukan harga barang jadi (Jhon White,1997:9). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Gundono (1999) inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
26
Nilai tukar (valas) dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang
terhadap nilai mata uang asing (dalam hal ini melihat dollar sebagai suatu
patokan), pergerakan yang terjadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perubahan harga saham dimana sikap para investor yang mengambil
keuntungan jangka pendek (profit taking) terhadap selisih kenaikan harga
yang tergambar dalam pergerakan suatu bursa. Tindakan yang terlalu tamak
dan tak terencana mengakibatkan perubahan yang sangat besar terhadap
harga saham, sehingga kecenderungan sikap investor yang mengambil
tindakan dini dalam menanamkan modal pada pasar saham yang terdaftar
dibursa efek mengakibatkan tatanan kepercayaan publik terhadap suatu
emiten yang dapat mengelola modal investasi yang ada.
Jika emiten memberikan gambaran informasi yang tepat dan akurat,
memberikan kepercayaan yang besar pada investor untuk menanamkan
modalnya secara baik dan benar. Risiko perubahan nilai tukar biasanya
paling berpengaruh pada perusahaan yang sebagian bisnisnya dilakukan
dengan menggunakan mata uang asing, khususnya dollar Amerika.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pengaruh nilai tukar sangat
berpengaruh besar terhadap arus kas perusahaan yang diterima. Oleh karena
itu harga saham berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang (nilai kurs),
karena pergerakan suatu emiten yang bertransaksi dengan menggunakan
mata uang asing (dollar Amerika) sebagai suatu transaksi perdagangan
internasional yang sah.
27
F. Return Saham
Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan
pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah
adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu
ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka
waktu tersebut (Ahmad Rodoni dan OthmanYong, 2002:11). Return adalah
suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan bagi para investor, dan
merupakan suatu harapan bagi investor setelah melakukan investasi. Return
adalah suatu harapan keuntungan di masa yang akan datang tersebut
merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi
yang dilakukan (Tandelilin, 2001:47). Pengembalian suatu investasi adalah
harapan yang diinginkan bagi investor, maka bagi investor return adalah alasan
bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dan bagi investor tingkat resiko
suatu saham sangat dijauhi, karena sangat berpengaruh pada tingkat
pengembalian saham. Maka bagi para investor harus mengetahui faktor apa
saja yang menjadi pengaruh naik turunya suatu return saham, dan harus
memiliki pengetahuan dalam menghindari resiko yang terjadi.
Pada dasarnya return memiliki dua komponen yang dapat menaikan
atau menurunkan, yaitu berdasarkan cash yang diterima dari cash dan
berdasarkan keuntungan atau kerugian dari suatu investasi “ This return will
usually have two component. First, you may receive some cash directly while
you own the investment. This called the income component of your return.
Second, the value of the asset your purchase will often change inthis case. You
28
have a capital gain or capital loss on your investment” (Ross, Westernfield,
Jordan, 2008:382). Pengembalian merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi. Pengembalian terdiri dari :
1. Pengembalian yang terealisasi (realized return) merupakan pengembalian
yang telah terjadi. Pengembalian yang terealisasi dihitung berdasarkan data
historis. Pengembalian yang terealisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukuran kinerja dari perusahaan. Pengembalian historis ini
juga berguna sebagai dasar penentuan pengembalian yang diharapkan
(expected return) dan resiko di masa yang akan datang
2. Pengembalian yang diperoleh (expected return) merupakan pengembalian
yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda
dengan pengembalian yang terealisasi yang sifatnya telah terjadi,
pengembalian yang diharapkan sifatnya belum terjadi.
Resiko (risk) sering dihubungkan dengan penyimpangan dari hasil
yang diterima dengan yang diharapkan. Resiko terdiri dari :
1. Resiko pengembalian yang terealisasi (risk of realized return) merupakan
resiko yang telah terjadi atas pengembalian yang terealisasi.
2. Resiko pengembalian yang diharapkan (risk of expected return)
merupakan resiko yang akan terjadi atas pengembalian yang diharapkan
(Dermawan Sjahrial, 2009:7).
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum
terjadi namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi
29
(Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan
dan dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return)
adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa
mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,
return ekspektasi sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000). Tingkat
keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi selama
beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Tingkat
keuntungan saham yang diterima oleh pemodal dinyatakan sebagai berikut:
Dimana :
Rti: Return Saham
Pti : Harga saham i pada akhir periode
Pti – 1 : Harga saham i pada awal periode
G. Nilai Tukar
1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga
rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah
merupakannilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata
uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar
rupiah terhadap Yen dan lain sebagainya.
30
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktifitas
dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhatihati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata
uang asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap
ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
2. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,
yaitu (Madura, 1993):
a. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomiseperti
inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antarnegara,ekspektasi
pasar dan intervensi Bank Sentral.
b. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa
pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara
penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.
c. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita
politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik
atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau beritaberitasudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
31
3. Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata
uang yangberlaku di perekonomian internasional, yaitu:
a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa
upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di
dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas
moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada
tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan
karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk
mempengaruhi pergerakan kurs.
b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan
suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya
merupakan
mata
uang
negara
partner
dagang
yang
utama
“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut
bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi
32
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi
hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang
menjadi tambatannya.
c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai
mata uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai
tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah
suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang
lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini
dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat
revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai
mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari
sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena
pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.
Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam“keranjang“ umumnya
ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara
tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung
peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang
bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yangberbeda
dengan bobot yang berbeda.
33
e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas
nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual
atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs
biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat
sempit.
H. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan barang-barang naik secara umum dan
dalam jangka waktu yang tertentu (Case dan Fair, 1999). Dalam ilmu
ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat
yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai
mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi
belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmempengaruhi.
Istilah
inflasi
juga
digunakan
untuk
mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua
yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Pada
urnumnya inflasi bermakna "kenaikan yang berterusan dalarn tingkat harga
urnum".
34
2. Timbulnya Inflasi
Timbulnya inflasi dapat dilihat dari :
a. Berdasarkan keparahan inflasi
1) Inflasi ringan, dibawah 10% setahun
2) Inflasi sedang, antara 10% - 30% setahun
3) Inflasi berat, 30% - 100% setahun
4) Hiperinflasi di atas 100% setahun
b. Berdasarkan timbulnya inflasi
1) inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation),
inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara dan gagalnya
pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal.
2) inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi
barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang
c. Berdasarkan sebab-sebab timbulnya inflasi, dapat digolongkan:
1) Tarikan permintaan (demand pull inflation)
Inflasi ini terjadi karena permintaan agregat masyarakat akan berbagai
macam barang terus meningkat, misalnya bertambahnya pengeluaran
pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru dan
bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit
bank.
35
2) Desakan biaya (cost push inflation)
Inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan ongkos produksi, biasanya
diawali dengan kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah,
kenaikan harga bahan modal, berkurangnya jumlah penawaran,
naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah
produksi
3) Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan
inflasi dorongan biaya.
4) Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan adanya
perdagangan antar negara. Misalnya: suatu negara sedang mengalami
inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut dibutuhkan oleh
negara lain dan diimpor, maka harga barang tersebut meningkat.
3. Cara Mengatasi Inflasi
Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari
penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara
teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi
pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:
a. Kebijakan Moneter
Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan
menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan ini meliputi:
36
1) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan
permintaan kredit akan berkurang.
2) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan
cara menjual SBI
3) Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank
umum menjadi berkurang
4) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit
5) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini
pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan
pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp. 1
b. Kebijakan Fiskal
Dapat dilakukan dengan cara:
1) menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang
lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga
dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
3) Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong
gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde
lama.
37
c. Kebijakan Non Moneter
Dapat dilakukan melalui:
1) Menaikan hasil produksi, pemerintah memberikan subsidi kepada
industri untuk lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih
banyak, sehingga harga akan menjadi turun.
2) Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk
tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi.
3) Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga
maksimum bagi barang- barang tertentu.
I. Debt To Equity Ratio (DER)
Debt To Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang
membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat (Ross et al,.2008:66) yang menyatakan bahwa
“debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”. Menurut Horne
dan Wachoviz (2004:145) “Debt to equity is computed by simply dividing the
total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its shareholders equity”.
Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan
total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat Brealey et al. (2001:490) “Debt to equity is long term
debt of the firm dividing equity“. Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio
merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari
pemegang saham.
38
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala
kewajibannya atau juga bisa diartikan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek
maupun jangka panjang pada saat perusahaan dilikuidasi. Para banker dan
kreditur jangka pendek sangat berminat untuk mengetahui kemampuan
perusahaan membayar hutangnya dalam jangka pendek. Sedangkan kreditur
jangka panjang sangat berkepentingan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan membayar hutang jangka pendek dan kemampuan membayar
hutang jangka panjang. Salah satu bagian dari rasio solvabilitas adalah Debt to
Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) adalah bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.
Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar sumber dana
yang berasal dari hutang, sehingga aset yang dimiliki oleh perusahaan sebagian
besar didanai oleh hutang dan semakin besar risiko yang akan dihadapi
perusahaan. Sehingga apabila nilai debt to equity ratio nya tinggi menunjukkan
tingkat hutang yang besar dan hutang yang besar itu akan mengurangi
keinginan para investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut,
sehingga harga saham suatu perusahaan akan bernilai rendah dan berpengaruh
terhadap return saham yang akan diperoleh.
39
Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga
dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Adapun perhitungan
dari DER adalah sebagai berikut :
J. Return On Asset
Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan kreditor,
sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam
melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam
bentuk laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). Return on Assets (ROA)
merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets.
ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih
setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan
(Gitman, 2003).
Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin
efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah
pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif
kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap
perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan
yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan
semakin besar (Ang, 1997). Minat yang besar dari investor berdampak
40
terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain
ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Dari hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa ROA berpengaruh
positif terhadap harga saham. Hasil ini membuktikan bahwa dalam membuat
keputusan investasi saham, investor masih mempertimbangkan ROA. Secara
matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :
K. Beta Saham
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang
diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan
perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Ada
beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu
investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah, risiko suku bunga, risiko
pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai
tukar mata uang dan risiko negara (Tandelilin, 2001).
Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi
modern dikenal juga pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko,
yaitu : risiko nonsistematik dan risiko sistematik. Risiko nonsistematik disebut
juga sebagai risiko spesifik, yaitu risiko yang tidak terkait dengan perubahan
pasar secara keseluruhan. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa
risiko nonsistematik dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi
41
investasi. Risiko sistematik merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan
yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko sistematik tidak dapat
diminimalkan dengan diversifikasi. Perubahan pasar akan mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi (Brigham, 2001). Menurut Jones (2004),
“Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an
investor can construct a diversified portfolio and eliminate part of the total
risk. The diversiviable or non market part. What is left is the diversiviable
portion or the market risk variability in a securities total return that is directly
associated with overall movements in the general market or economy”.
Risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif
terhadap risiko pasar dapat diukur dengan beta saham. Beta suatu sekuritas
adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas
dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta,
semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena
diversifikasi. Untuk menghitung Beta digunakan teknik regresi, yaitu
mengestimasi Beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return
sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel
bebas.
Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat
digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun
secara sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan deviden
suatu perusahaan seperti yang dinyatakan Fuller and Farrell (1987), “key
determinant of security price is expectations concerning the firm’s earning and
42
dividends and their associated risk”. Model yang dikembangkan adalah
pendekatan Gordon yaitu Devidend Discount Model (DDM) yang constant
growth. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas yang didasarkan pada
pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan return yang akan
diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Rumus yang digunakan
untuk mencari risiko sistematik (Beta) adalah sebagai berikut :
Dimana:
Rm = Return market
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan tahun t
IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan tahun t-1
Pit = Harga Saham i tahun t
Pi t-1 = Harga Saham i tahun t-1
Di = Deviden saham i
Ri = Return saham i
43
L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset Pricing Model
1. Pengertian CAPM
CAPM merupakan teori dari William Sharpe yang merupakan
kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini
mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan aktiva
pada equilibrium (Lukas Setia Atmaja, 2001: 47).
Model Penentuan Harga Modal (Capital Asset Pricing ModelCAPM) bertujuan menyediakan pengembalian yang lebih besar untuk risiko
yang lebih besar. Model ini mengasumsikan keinginan investor untuk
menahan
efek
dalam
portofolio
yang
efisien
yang
memberikan
pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu. CAPM menyatakan
bahwa pengembalian yang diharapkan tiap efek berkaitan dengan risikonya.
Risiko diukur sebagai pergerakan sistematis efek bersama pasar yang tidak
dapat dihilangkan melalui diversifikasi portofolio. Implikasi pentingnya
adalah pasar memberikan kompensasi atas risiko sistematis (β), sementara
menahan risiko tidak sistematis (yang dapat dihilangkan melalui
diversifikasi) tidak menghasilkan pengembalian tambahan.
Menurut Weston dan Copeland (1992), Husnan (1996), model
equilibrium meliputi Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage
Pricing Theory (APT). CAPM merupakan model yang dapat digunakan untuk
menentukan harga sekuritas dengan menganalisis hubungan risiko (risk) dan
tingkat return, Van Horn (1992), Weston dan Brigham (1993), dan Fischer dan
Jordan (1995).
44
CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan expected return
dari suatu asset yang berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi
pasar equilibrium. CAPM dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh
William F. Sharpe, Litner dan Mossin. Weston, Besley dan Brigham (1996)
mendefinisikan CAPM sebagai berikut: “A Model based on the proposition that
any stock’s required rate of return is equal to the risk free of return plus a risk
premium, when risk reflect diversification”. (p. 193) CAPM merupakan model
yang memberikan tolak ukur risiko surat berharga tertentu yang konsisten
dengan teori portfolio. Model ini menghitung risiko yang tidak terdiversifikasi
dari suatu portfolio tunggal dan membandingkannya dengan risiko yang
terdiversifikasi dari suatu portfolio yang terdiversifikasi dengan baik.
CAPM didasari oleh teori portfolio yang dikemukakan oleh
Markowitz.Disamping asumsi tersebut, ada 9 asumsi lain dalam CAPM yang
dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada yaitu (Fabozzi, 2003, p. 239)
yaitu :
a. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa
depan yang identik, karena mereka mempunyai harapan atau ekspektasi
yang hampir sama. Semua investor menggunakan sumber informasi seperti
tingkat return, varians return dan matriks korelasi yang sama dalam
kaitannya dengan pembentukan portfolio yang efisien.
b. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu
tahun.
c. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan (lending)
uang pada tingkat risk free rate of return.
45
d. Tidak ada biaya transaksi.
e. Tidak ada pajak pendapatan.
f. Tidak ada inflasi.
g. Semua aktiva bisa diperjualbelikan dalam fraksi yang kecil.
h. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satupun investor yang dapat
mempengaruhi harga suatu sekuritas, semua investor adalah price-taker.
i. Pasar dalam keadan seimbang (equilibrium).
Asumsi-asumsi model CAPM memang terlihat tidak realistis,
misalnya tidak adanya biaya transaksi, inflasi, pajak pendapatan dan hanya satu
periode waktu. Asumsi tersebut sulit ditemui di dalam dunia nyata, akan tetapi
model CAPM merupakan model yang bisa menggambarkan atau memprediksi
realitas di pasar yang bersifat kompleks. Oleh karena itu, CAPM sebagai
sebuah model yang seimbang, bisa membantu menyederhanakan gambaran
hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks.
Jika semua asumsi-asumsi terpenuhi, maka akan terbentuk suatu pasar yang
equilibrium. Dalam kondisi pasar yang equilibrium investor tidak akan bisa
memperoleh abnormal return dari tingkat harga yang terbentuk, termasuk bagi
investor yang mendorong semua investor untuk memilih portfolio pasar, yang
terdiri dari semua asset berisiko yang ada. Portfolio pasar tersebut akan berada
pada garis efficient frontier dan sekaligus merupakan portfolio yang optimal.
Hal yang paling utama dari Capital Assets Pricing Model ini adalah
pernyataan mengenai hubungan antara expected risk premium dari
individual assets dan systematic risk-nya. Jack Treynor, William Sharpe dan
John Lintner pada sekitar tahun 1960-an memformulasikan CAPM sebagai:
46
Ri – Rf = bi*(Rm – Rf)
Yang juga sering dituliskan sebagai:
Ri = Rf + bi*(Rm – Rf)
Formulasi di atas mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang
diharapkan dari suatu saham (Ri) sama dengan tingkat resiko (Rf) ditambah
dengan premi resiko [bi*(Rm-Rf)]. Semakin besar resiko saham (b),
semakin tinggi resiko yang diharapkan dari saham tersebut dan dengan
demikian semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan.
2. Uji Empiris Terhadap CAPM
Lebih dari tiga puluh tahun, teori manajemen keuangan di dominasi
pandangan dari Sharpe (1964) bahwa expected return dari sebuah saham
ditentukan oleh tingkat risikonya. Para ahli keuangan telah mengembangkan
dua pendekatan untuk mengukur dan menentukan besarnya risiko, yaitu Capital
Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Capital
Asset Pricing Model (CAPM) yang diperkenalkan oleh William Sharpe (1964)
dan Litner (1965) merupakan harga suatu asset pada kondisi equilibrium.
Dalam keadaan equilibrium, tingkat return disyaratkan oleh pemodal
untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut (Lilin, 2001)
dalam hal ini risiko yang diperhitungkan adalah risiko sistematis yang diwakili
oleh beta, dan risiko yang tidak sistematis bias diminimumkan dengan cara
diversifikasi. Model ini berlandaskan pada dalil yang sederhana yaitu hubungan
antara risiko dan expected return.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) menjelaskan bahwa expected
return suatu sekuritas adalah jumlah dari risk free rate ditambah dengan risk
47
premium dikalikan dengan beta. Risiko hanya diukur oleh sensitivitas return
sekuritas individual terhadap return indeks pasar (beta). Salah satu asumsi
dalam CAPM adalah bahwa seluruh investor memiliki mindset atau cara
pandang yang sama terhadap investasi khususnya dalam memperkirakan
expected return dari sebuah saham.
Dalam dunia nyata asumsi ini jelas memiliki kelemahan, karena tidak
ada satu proxi yang cukup untuk menangkap semua kemungkinan investasi
karena seringkali perubahan return suatu saham tidak dapat dijelaskan oleh satu
faktor (market indexs) Peran CAPM dalam pengambilan keputusan manajerial
tentu akan dipengaruhi oleh keandalan teori tersebut dalam penerapan empiris.
Pengujian empiris pertama kali terhadap model CAPM diawali oleh Litner
(2001), hasilnya ternyata tidak mendukung CAPM .
Model CAPM ini juga mendapat tantangan dari sebagian manajer
investasi yang menemukan kesulitan untuk mempercayai bahwa risiko saham
sepenuhnya tercermin pada beta. Kelemahan-kelemahan empiris yang terjadi
pada model CAPM mendorong para ahli manajemen keuangan untuk mencari
model alternative yang menerangkan hubungan antara return dengan risiko
saham. Menurut Bower, Bower dan Logue, (1998) hal ini dikarena CAPM
memberikan deskripsi yang sederhana tentang risiko dan expected return, serta
model tersebut dianggap sangat membatasi dan gagal menerangkan secara
sistematis adanya perbedaan expected return yang berkaitan dengan size yield
dan bahkan periode tahun pengujian.
Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai validitas
CAPM. Salah satunya telah diuji secara empiris oleh Fama and
48
MacBeth(1973).
Dari
pengujian
tersebut
diperoleh
hasil
bahwa
ditemukannya hubungan yang positif antara beta (risk) dengan return,
meskipun bersifat lemah. Penelitian lainnya juga dilakukan dengan sampel
yang berbeda namun metodologi yang sama.
Untuk mengetahui ketidak konsistenan hasil uji empiris CAPM
tersebut maka Pettengill et al (1995) melakukan penelitian serupa dan
berhasil menemukan hal-hal yang dapat menjelaskan mengapa terjadi
hubungan yang tidak signifikan atau hubungan yang lemah antara beta dan
return pada penelitian sebelumnya. Menurut Pettengill et al (1995)
diperlukan sebuah penyesuaian statistik dari metodologi yang dilakukan
sebelumnya, karena return yang digunakan dalam penelitian sebelumnya
adalah realized return (return yang sudah terjadi) bukan menggunakan
expected retrun (return yang diharapkan). Oleh karena itu dikembangkanlah
sebuah model conditional relationship antara beta dan return yang dapat
membedakan dua kondisi yang mungkin terjadi yaitu saat market risk
premium positif dan saat market risk premium negative.
Pada periode market risk premium positif (up market) seharusnya
hubungan antara beta dan return adalah positif atau searah. Sedangkan pada
saat market risk negative (down market) seharusnya hubungan antara beta
dan return adalah negative atau berlawanan arah. Penelitian ini
menghasilkan hubungan yang sangat signifikan antara beta dan return,
sehingga ,menjadi dasar bagi penelitian dalam pembuktian CAPM
selanjutnya.
49
M. Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan skripsi
dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian
selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang
berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
1.
Ratna Prihantini
(2009)
2.
Intan Italia
(2008)
3.
Agung Sugiarto
(2011)
Judul
Variabel
Metodologi
Hasil Penelitian
Penelitian
Analisis
Inflasi, Nilai
Regresi
inflasi, nilai tukar dan Debt to
Pengaruh
Tukar, ROA,
Linier
Equity Ratio (DER)
Inflasi, Nilai
DER DAN
Berganda
berpengaruh negatif dan
Tukar, ROA,
CR, Return
signifikan terhadap Return
DER DAN CR
Saham
Saham.
Terhadap Return
Sedangkan Return On Asset
Saham
(ROA) dan Current Ratio (CR)
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return
Saham pada industri real estate
and property.
Analisis
EVA, DER,
Regresi
secara silmutan EVA, DER,
Pengaruh EVA, NPM, PER,
Linier
NPM, PER dan ROA,
DER, NPM,
ROA, Return
Berganda
berpengaruh signifikan
PER DAN ROA Saham
terhadap Return Saham. Dan
Terhadap Return
secara parsial Economic Value
Saham
Added (EVA) dan Debt to
Equity Ratio (DER)
berpengaruh signifikan,
sedangkan sisanya tidak
berpengaruh terhadap Return
Saham.
Analisa
Beta, Size
Regresi
beta mempunyai dampak yang
Pengaruh Beta,
Perusahaan,
Linier
positif terhadap stock return
Size Perusahaan, DER Dan PBV Berganda
tetapi tidak signifikan, besar
DER Dan PBV
Ratio Return
kecilnya perusahaan dan rasio
Ratio Terhadap
Saham
PBV mempunyai dampak
Return Saham
positif dan signifikan,
sedangkan rasio DER
mempunyai dampak negative
dan signifikan terhadap stock
return.
50
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
Judul
Variabel
Metodologi
Penelitian
Regresi
Linier
Berganda
4.
Dheny Wahyu
Fuadi (2009)
Analisis pengaruh
suku bunga,
volume
perdagangan dan
kurs terhadap
return saham
sector Properti
yang listed di BEI
suku bunga,
volume
perdagangan
dan kurs, return
saham
5.
L.M.C.S. Menike
(2006)
The Effect of
Macroeconomic
Variables on
Stock Prices in
Emerging Sri
Lankan Stock
Market
money supply,
exchange rate,
inflation rate
and interest
rate
multivariate
regression
6.
Suyanto (2007)
Analisis Pengaruh
Nilai Tukar Uang,
Suku Bunga Dan
Inflasi Terhadap
Return Saham
Sektor Properti
Yang Tercatat Di
Bursa Efek
Jakarta Tahun
2001-2005
Nilai Tukar
Uang, Suku
Bunga Dan
Inflasi, Return
Saham
Regresi
Linier
Berganda
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel suku bunga
berpengaruh negative dan
signifikan terhadap return
saham, sedangkan volume
perdagangan menunjukkan hasil
positif namun tidak signifikan
terhadap return saham dan kurs
menunjukkan pengaruh yang
negative dan signifikan terhadap
return saham
The negative effect of Treasury
bill rate implies that whenever
the interest rate on Treasury
securities rise, investors tend
to switch out of stocks causing
stock prices to fall. However,
lagged money
Nilai tukar uang berpengaruh
negatif terhadap return saham.
Suku bunga berpengaruh negatif
terhadap return saham. Inflasi
berpengaruh positif terhadap
return saham.
51
N. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, terdapat 5 (lima) variabel independen yang terdiri
dari Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Beta Saham
diduga berpengaruh terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Analisis pengaruh variabel independen terhadap dependen menggunakan
regresi linier berganda yang akan menghasilkan suatu kesimpulan. Berdasarkan
uraian di atas,
hubungan masing-masing variabel independen
yang
berpengaruh terhadap dependen dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Perusahaan Manufaktur
Variabel independen :
Nilai Tukar, Inflasi, DER,
ROA, Beta Saham
Variabel dependent :
Return Saham
Metode regresi berganda
Uji asumsi klasik
Metode regresi berganda
Uji signifikan
Uji t
Uji f
Koefisien determinan
Kesimpulan Dan Saran
52
O. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian ditunjukan sebagai berikut:
a. H0 : bi = 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan
Beta Saham tidak mempunyai pengaruh secara simultan yang
signifikan terhadap return saham
H1 : bi ≠ 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan
Beta Saham mempunyai pengaruh secara simultan yang
signifikan terhadap return saham
b. H0 : bi = 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan
Beta Saham tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap
return saham
H1 : bi ≠ 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan
Beta Saham terdapat pengaruh secara parsial terhadap return
saham.
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berbagai metode pengumpulan data digunakan, ialah satu metode
pengumpulan data dalam menyusun dan mengumpulkan data-data yang
diperlukan adalah melalui studi kepustakaan. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan pemahaman konsep serta landasan teori yang lebih mendalam
tentang penelitian yang akan dilakukan. Studi kepustakaan dilakukan dengan
mempelajari, mengkaji serta menelaah literature yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan diteliti.
Setelah melakukan studi kepustakaan, riset lapangan dilakukan dengan
melakukan data-data sekunder yang tersedia melalui internet maupun media
cetak. Data yang digunakan dalam penelitian antara lain diambil melalui
perpustakaan BEI yaitu Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) untuk data
indeks LQ 45 bulanan dan IHSG bulanan,sedangkan untuk data inflasi, tingkat
suku bunga SBI diambil melalui situs Bank Indonesia (www.bi.go.id),
sedangkan untuk data kurs dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
didapatkan melalui situs oanda (www.oanda.com).
Selanjutnya untuk data lainya diambil dari berbagai situs antara lain
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
serta Bloomberg (www.bloomberg.com) maupun dari situs yahoo finance
(www.finance.yahoo.com).
54
1. Sumber Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder atau data
harga indeks LQ 45 bulanan, yang diperoleh dari perpustakaan BEI yaitu
Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), Situs Bank Indonesia,serta data yang
didapatkan dari situs Badan Pusat Statistik, selain itu didapatkan dari
sumber-sumber dari berbagai buku teks, surat kabar, serta jurnal untuk
melihat kerangka teoritis serta penelitian sebelumnya.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian skripsi ini menggunakan data sekunder perusahaan
go publik LQ 45 yang listed diBursa Efek Indonesia. Indeks LQ 45 adalah
indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan yang telah terpilih melalui
criteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham yang memiliki
liquiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ
45 memiliki kriteria dan seleksi utama yang telah ditentukan.
3. Periode Pengamatan
Penelitian ini dilakukan pada jangka waktu antara Januari 2007
sampai Desember 2010, pada kurun waktu tersebut diharapkan pada masa
krisis finansial global (subprime mortgage) pada pertengahan tahun 2008
diharapkan keadaan pasar modal dunia dapat pulih dan bergairah kembali
setelah dihempaskan gelombang krisis finansial global. Jumlah data tersebut
dianggap telah mencukupi karena telah melebihi jumlah titik minimum
untuk melakukan analisis regresi.
55
4. Metode Sampling
Sampling adalah teknik untuk mengambil sampel data dari suatu
populasi, karena data yang diambil hanya sebagian, sehingga dari sebagian
data tersebut dapat ditarik kesimpulan yang merefleksikan populasi
sebenarnya. Asnawi dan Wijaya (2005:45) membagi teknik pengambilan
sampel menjadi dua bagian, yang pertama adalah probability sampling
dimana elemen dari populasi memiliki kesempatan yang diketahui untuk
dipilih menjadi sampel, selanjutnya yang kedua adalah nonprobability
sampling dimana elemen dari populasi tidak memiliki peluang untuk dipilih
sebagai sampel.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah semua individu atau unit-unit yang menjadi objek
penelitian, sedangkan sebagian individu atau unit-unit yang diambil dari
populasi disebut sampel. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan
mengapa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel saja, yaitu:
1. Terbatasnya dana yang tersedia.
2. Terbatasnya waktu dan tenaga dalam penelitian
3. Penelitian yang dapat dilakukan dapat mengakibatkan barang yang diteliti
menjadi cacat atau rusak.
4. Individu atau unit-unit dalam populasi sifatnya homogen.
5. Ukuran populasinya sangat besar dan tak terhingga.
56
Karena sampel ini hanya merupakan sebagian dari populasi, maka
hendaklah sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasinya atau
pengambilan sampel harus representatif (Zainal Mustofa,1998:36). Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sudah Go Public di Bursa Efek
Indonesia dan termasuk dalam indeks LQ 45.
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam
indeks LQ 45 yang eksis sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010,
Dipilihnya perusahaan dalam indeks LQ 45 karena perusahaan tersebut
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di
pasar reguler.
2. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar.
3. Tercatat di BEI minimal 30 hari bursa.
4. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi
industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasar.
5. Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor yang lain.
6. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan
tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, buku Indonesian
Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange (JSX) statistic,
Laporan Bursa Efek Indonesia, Jurnal-jurnal, Surat Kabar Harian, dan
Literatur-Literatur lainnya yang berhubungan dengan objek yang sedang
diteliti.
57
Data yang diperlukan dari penelitian ini terdiri dari :
1) Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh
perusahaan yang menjadi objek penelitian.
2) Laporan Harga Saham Penutupan Tahunan Indeks LQ45 untuk periode
2007 sampai 2010.
3) Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan untuk periode 2007
sampai 2010.
4) Buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari tahun 2007
sampai 2010.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah
dengan melakukan uji statistik regresi dan korelasi untuk melihat ada tidaknya
pengaruh signifikansi terhadap kedua variabel independen, yaitu inflasi, nilai
tukar, SBI, Return On Asset, beta saham terhadap variabel dependen yaitu
return saham. Langkah - langkah dalam menganalisis penelitian ini adalah :
1. Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi yang menghasilkan estimator tidak bias, harus
memenuhi asumsi klasik diantaranya: tidak terjadi multikolonieritas, tidak
ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan normalitas. Untuk
mengidentifikasikan pemenuhan asumsi klasik, maka penelitian ini akan
melakukan uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji autokorelas, dan uji
heteroskedastisitas secara multivariate. Berikut ini pengujian asumsi klasik:
58
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2007:74), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi variabel dependen (terkait) dan
variabel independen (bebas) keduanya mempunyai kontribusi normal
atau kah tidak. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik.
1) Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
2) Uji statistik
Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji
statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik
sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness
dari residual.
b. Uji Multikoliniaritas
Uji
tentang
multikolinearitas
ini
dimaksudkan
untuk
membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara
variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen)
lainnya (Sudarmanto, 2005:33). Dalam analisis regresi ganda, maka akan
terdapat dua atau lebih variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi
variabel tergantungnya (dependen). Pendugaan tersebut akan dapat
dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang
linear (multikolinearitas) di antara variabel - variabel independen.
59
Adanya hubungan yang linear antar variabel independen akan
menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing – masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena itu kita
harus benar – benar dapat menyatakan, bahwa tidak terjadi adanya
hubungan linear di antara variabel – variabel independen tersebut.
Cara
yang
digunakan
untuk
mendeteksi
terjadinya
multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan uji Variance
Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinearitas adalah (Ghozali, 2007:75)
1) Mempunyai nilai VIF < 10,
2) Mempunyai angka tolerance > 0.10
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi
dapat
didefinisikan
sebagai
korelasi
antara
serangkaian anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data time
series) atau ruang (data cross section). Uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel dependen pada tahun amatan dipengaruhi
oleh variabel dependen sebelum tahun amatan. Model regresi yang baik
adalah model yang bebas dari autokerelasi. Untuk mengetahui apakah
dalam model persamaan regresi terdapat autokorelasi, maka dilakukan uji
Durbin - Watson (uji D-W) dengan ketentuan (Jogiyanto, 2003:134).
60
Uji durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat
satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara
variabel independen hipotesis yang akan diuji adalah (Imam Ghozali,
2007:) :
Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
Tabel 3.1
Pengukuran Uji Autokorelasi
Hipotesis nol
Tdk ada autokorelasi positif
Tdk ada autokorelasi positif
Keputusan
Tolak
Jika
0 < d < dl
No desicien dl ≤ d ≤ du
Tdk ada korelasi negatif
Tolak
Tdk ada korelasi negatif
No deeisen
4 dl d 4
4 – da ≤ d ≤ 4 - dl
Tdk ada autokorelasi positf atau Tdk ditolak Du < d < 4 - du
negatif
Sumber: Imam Ghozali, 2005
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000).
61
Jika regresi tidak lolos uji heteroskedastisitas maka variance dari standar
error akan bias, akibatnya uji t = b/Se (b) tidak dapat dipercaya sehingga
tidak bisa diambil kesimpulan. Apabila asumsi tidak terjadinya
heteroskedastisitas ini tidak dipenuhi, maka penaksir menjadi tidak lagi
efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati, 1978). Ada
beberapa teknik yang dapat dipakai untuk mendeteksi ada tidaknya
masalah heteroskedastisitas, yaitu (Gujarati, 1978) : dengan melihat
residual plot persamaan regresi, uji Glesjer, uji Park, uji Rank Spearman,
uji Goldfeld-Quandt, uji Breuce Pagan.
Dalam penelitian ini, uji yang akan digunakan untuk mendeteksi
gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat residual plot persamaan
regresi, yang dilakukan dengan melihat (Santoso 2000) :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Perhitungan Analisis Regresi
Berdasarkan data hasil perhitungan terhadap nilai tukar, inflasi, debt
to equity ratio Return On Asset dan beta saham dan pengaruhnya terhadap
harga saham, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara ke lima
variabel tersebut. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui
program Exel dan SPSS. Mengingat jumlah data yang banyak, maka penulis
62
menggunakan komputer, sehingga hasil yang diperoleh lebih valid daripada
dihitung secara manual. Pengujian terhadap analisis regresi dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel independen dapat mempengaruhi variabel
dependen.
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + εi
Y
: Return Saham
a
: konstanta
X1
: Nilai Tukar
X2
: Inflasi
X3
: Debt To Equity Ratio
X4
: Return On Asset
X5
: Beta Saham
εi
: Standar error
3. Uji t (Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a) Perumusan Hipotesis
Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
63
b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan :
1) Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
2) Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.
d) Pengambilan keputusan.
4. Uji F (Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel
dependen. Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a) Pengujian Hipotesis
Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan :
1) Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
2) Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.
d) Pengambilan keputusan
64
5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel independent menjelaskan variable yang dilihat melalui Adjusted R
Square karena variabel independennya lebih dari dua.
E. Operasional Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang memiliki
karakteristik dimana besar kecilnya variabel dipengaruhi oleh banyak faktor.
Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tergantung pada perubahan satu
atau lebih faktor. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang dapat
berdiri sendiri tanpa tergantung atau dipengaruhi oleh faktor lain.
a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return saham
Perusahaan yang terdaftar pada perusahaan LQ 45 periode tahunan.
Di mana :
R
: Tingkat Keuntungan / Pengembalian
Pt
: Harga Saham Tahun Tersebut
Pt-1 : Harga Saham Tahun Sebelumnya
65
b. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah:
1) Nilai Tukar Rupiah/US$
Nilai tukar Rupiah/US$ menunjukkan nilai dari mata uang dolar
AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US$
1 = Rp 9.000,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan
rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.000,-. Data yang diambil
adalah Nilai tukar Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2007 - Desember
2010.
2) Inflasi
Tingkat inflasi diperoleh dari indeks harga konsumen berdasarkan
perhitungan inflasi tahunan. Dengan sumber data yang dikeluarkan Bank
Indonesia atau berasal dari situs bank Indonesia (www.bi.go.id).
3) Debt To Equity Ratio
Debt To Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang
membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Ross et al, 2003:66) yang
menyatakan bahwa “debt to equity ratio is dividing total debt with total
equity”. Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to equity is
computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current
liabilities) by its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan
perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan
dari modal pemegang saham.
66
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brealey et al.
(2001:490) “Debt to equity is long term debt of the firm dividing equity“.
Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang
membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham.
Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat
dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Adapun perhitungan
dari DER adalah sebagai berikut:
4) Return On Asset (ROA)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan
beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rasio
keuangan aspek profitabilitas ini dapat diukur dengan formulasi return on
asset
Earning After Tax
Return On Asset =
Total Aktiva
67
5) Beta Saham
Variabel beta digunakan untuk menggambarkan risiko sistematik
yang dimasukkan dalam model analisis. Semakin tinggi tingkat beta, maka
semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena
diversifikasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Pasar Modal Di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan,
bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan
II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa
efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah.
69
2. Struktur Pasar Modal Indonesia
Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
Menteri Keuangan
BAPEPAM
Bursa Efek
Perusahaan Efek
 Penjamin
Emisi Efek
 Perantara
Pedagang Efek
 Manajer
Investasi
 Penasehat
Investasi
Lembaga Keuangan Dan
Penjamin
Lembaga Penyimpanan Dan
Penyelesaian
Lembaga
Profesi
Penunjang
Penunjang
 Biro Adm
Efek
 Custodian
 Wali Amanat
 Penanggung
 Akuntan
 Konsultan
Hukum
 Penilai
 Notaris
Pemodal
 Domestik
 Asing
Emiten
 Perusahaan
Publik
 Reksa Dana
Sumber:www.idx.co.id
70
3. Lembaga-Lembaga Yang Terlibat Di Bursa Efek Indonesia
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa
Efek Indonesia melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak
mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang
kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek
Indonesia adalah :
a. Perusahaan yang go publik (Emiten)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah
melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan
dana guna membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk
beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek,
manager investasi atau penasehat investasi.
c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan
Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan
penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta
penitipan harta untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksa dana
Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi,
investasi kembali (reinvestasi).
71
e. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat
atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah
yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak
kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak
yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang
obligasi atau sertifikat kredit. Penaggung (gurator) adalah pihak yang
menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau
sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.
Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan
penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara
investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran perdana
(IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua
daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
f. Profesi Penunjang
Terdiri
dari
akuntan
publik,
notaris,
perusahaan
penilai
(appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang
memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan
(auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran
laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang
berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad
Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatab notaris.
72
Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran
dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain.
Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani
laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang
disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan
hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama
konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari
segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan
lain-lain.
g. Pemodal (Investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga
pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat
diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien
dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para pemodal dan
masyarakat.
2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing, settlement
dan lembaga-lembaga penyimpanan reksa dana, perusahaan sekuritas
dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para
profesional.
73
3) Untuk memberikan rekomendasi tentangt pasar modal kepada Menteri
Keuangan.
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena
kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan
mulai oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten.
4. Mekanisme Perdagangan
a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia
Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai
perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal
Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumeninstrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei
1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah
menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu
Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan
administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai
empat gedung yang sama.
b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka
Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market
atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem
lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak
74
melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang. Perusahaan
pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas perintah atau
permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan pialang melakukan
jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari
investasi portofolio.
Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan
memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di
lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut
disebut
Wakil
Perantara
Perdagangan
Efek
(WPPE).
Dengan
menggunakan Jakarta Automated Trading (JATS), order-order tersebut
diolah
oleh
komputer
yang
akan
melakukan
matcing
dengan
mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan
demikian sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia adalah sistem
lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama jam bursa.
Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang harus
dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa.
Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau remote
trading access untuk Jakarta Automated Trading System (JATS)
sehingga seluruh perusahaan pialang
bisa langsung melakukan
perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta.
75
1) Penyelesaian Transaksi
Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan
transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi
dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus
diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan
PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa ke lima
(T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk transasksi
obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan transaksi.
Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right dilakukan melalui
PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI).
2) Sistem Otomasi Perdagangan
Otomasi sistem perdagangan atau Jakarta Automated Trading
System (JATS) dimulai tanggal 22 Mei 1995. awalnya, Bursa Efek
Jakarta menyediakan 444 unit trader work sistem di lantai
perdagangan bursa. Pada bulan Mei 2000, Bursa Efek Indonesia
melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai 5 gedung
bursa, perluasan ini dilakuakn untuk sementara. Terminal-terminal
yang dinamakan Trader Work System atau booth dihubungkan dengan
mesin utama perdagangkan (Trading Engine) melalui jakarta Stock
Exchange Network.
76
Pada tahap poertama, implementasi Jakarta Automated
Trading System (JATS) lebih dipusatkan pada sistem konversi dari
manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan implementasi
Jakarta Automated Trading System (JATS)
terdiri dari beberapa
tahap, antara lain :
a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang
terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing and
guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia.
b) Berkenaan
dengan
peningkatan
transaksi,
perluasan
lantai
perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk
mengantisipasi
kebutuhan
anggota
bursa
terhadap
fasilitas
perdagangan pada pertengahan tahun 2000.
c) Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa dapat secara
langsung mengakses Jakarta Automated Trading System (JATS)
dari kantornya, kantor pusat maupun kantor cabang.
3) Biaya Transaksi
Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan
membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan
kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi
setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual).
Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi sebesar
0,04 % dari total nilai transaksi di bursa.
77
Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya sebagai
berikut :
a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari
kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya
tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya 0,015
% untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT. Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI).
b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya transaksi.
c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari nilai
transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring di PT.
Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya
penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia, dan
sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan untuk
Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %.
d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama sekali,
wajib membayar biaya administratif kepada bursa sebesar Rp
250.000 per bulan (untuk anggota aktif).
Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum
termasuk Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak transaksi
penjualan saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai
transaksi penjualan (khusus untuk saham).
78
B. Sejarah Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan LQ-45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki
likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6
bulan. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan
melewati seleksi utama sebagai berikut :
1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir.
2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12
bulan terakhir)
3. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi
dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan
yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup
besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang
masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45
terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah
memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.
79
2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian
Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang
terdaftar pada bursa efek Jakarta yang masuk dalam kategori perusahaan
LQ-45, yang eksis dari tahun 2007 – 2010, berdasarkan perusahaan yang
menjadi objek yang eksis 2007 – 2010 ditemukan sebanyak 19 perusahaan
yang menjadsi objek penelitian yang akan dijadikan penelitian, adapun
daftar perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
NO EMITEN
1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
BNBR
5
BRPT
6
BUMI
7
INCO
8
INDF
9
INTP
10
ISAT
11
KLBF
12
LSIP
13
MEDC
14
PTBA
15
SMGR
16
TLKM
17
TINS
18
UNVR
19
UNTR
Sumber: Data Diolah
Nama Perusahaan
PT. Astra Agro Lestari, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Astra Internasional
PT. Bakrie dan Brother, Tbk
PT. Barito Pacific, Tbk
PT. Bumi Resources, Tbk
PT. International Nickel Indonesia, Tbk
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk
PT. Indosat (Persero), Tbk
PT. Kalbe Farma, Tbk
PT. PP London Sumatera, Tbk
PT. Medco Energi International, Tbk
PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
PT. Semen Gresik (Persero), Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
PT. Timah (Persero), Tbk
PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. United Tractors, Tbk
80
C. Hasil Dan Pembahasan
1. Deskriptif Data
Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan
Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan
data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel
deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model
analisis Regresi Berganda, yaitu variabel return Saham sebagai variabel
terikat, variabel Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset
dan Beta Saham sebagai variabel bebas.
a. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar (valas) dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata
uang terhadap nilai mata uang asing (dalam hal ini melihat dollar sebagai
suatu patokan), pergerakan yang terjadi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perubahan harga saham dimana sikap para investor yang
mengambil keuntungan jangka pendek (profit taking) terhadap selisih
kenaikan harga yang tergambar dalam pergerakan suatu bursa. Sehingga
dapat disimpulkan, bahwa pengaruh nilai tukar sangat berpengaruh besar
terhadap Harga Saham perusahaan. Oleh karena itu harga saham
berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang (nilai kurs), karena
pergerakan suatu emiten yang bertransaksi dengan menggunakan mata
uang asing (dollar Amerika) sebagai suatu transaksi perdagangan
internasional yang sah.
81
Tabel 4.2
Perhitungan Nilai Tukar
NO
EMITEN
1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
BNBR
5
BRPT
6
BUMI
7
INCO
8
INDF
9
INTP
10
ISAT
11
KLBF
12
LSIP
13
MEDC
14
PTBA
15
SMGR
16
TLKM
17
TINS
18
UNVR
19
UNTR
Sumber: Data Diolah
2007
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
2008
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
2009
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
2010
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,040
b. Inflasi
Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis
(Boediono, dalam Setiawan: 2006), pertama demand pull inflation, yaitu
inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan permintaan
agregat dari masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di
pasar barang. Jenis yang kedua, adalah cost push inflation, yaitu inflasi
yang disebabkan karena meningkatnya harga-harga faktor produksi
sehingga menaikkan harga komoditi di pasar komoditi.
Maulidah (2004), pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang
cenderung naik maka hal ini menyebabkan meningkatkan biaya produksi
yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan
82
harga jual produk meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produk
yang dijual, akibatnya laba menurun. Dengan menurunnya kinerja
keuangan perusahaan, menyebabkan deviden yang dibagikan kepada
pemegang
saham
berkurang,
sehingga
investor
enggan
untuk
mempertahankan kepemilikannya atas saham perusahaan.
Tabel 4.3
Perhitungan Inflasi
NO
EMITEN
AALI
1
ANTM
2
ASII
3
BNBR
4
BRPT
5
BUMI
6
INCO
7
INDF
8
INTP
9
ISAT
10
KLBF
11
LSIP
12
MEDC
13
PTBA
14
15
SMGR
16
TLKM
17
TINS
UNVR
18
19
UNTR
Sumber: Data Diolah
2007
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
2008
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
2009
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
2010
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
83
c. Debt To Equity Ratio
DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah
pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan
pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER
dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total
hutang dengan total ekuitas pemilik.
Tabel 4.4
Perhitungan Debt To Equity Ratio
EMITEN
NO
1
AALI
ANTM
2
ASII
3
BNBR
4
BRPT
5
BUMI
6
INCO
7
INDF
8
INTP
9
ISAT
10
KLBF
11
LSIP
12
MEDC
13
PTBA
14
15
SMGR
16
TLKM
17
TINS
UNVR
18
19
UNTR
Sumber: Data Diolah
2007
0.28
0.37
1.17
1.48
0.57
1.26
0.36
2.62
0.44
1.72
0.33
0.70
2.85
0.40
0.27
1.16
0.50
0.98
1.26
2008
0.23
0.26
1.21
1.86
1.22
2.02
0.21
3.11
0.33
1.95
0.38
0.54
1.68
0.51
0.30
1.38
0.51
1.10
1.05
2009
0.24
0.27
1.02
2.38
1.17
2.39
0.19
2.68
0.20
2.04
0.45
0.41
1.66
0.38
0.26
1.28
0.50
0.92
0.74
2010
0.19
0.28
1.10
1.69
1.20
4.06
0.30
1.34
0.17
1.94
0.23
0.22
1.86
0.36
0.29
0.98
0.40
1.15
0.84
84
d. Return On Asset
Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan
kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi
perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha
perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After
Tax (NIAT). Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba
bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets. ROA mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak
dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan (Gitman,
2003).
Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan
semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba
bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA
menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan
meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan
menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang diminati oleh
banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar
(Ang, 1997). Minat yang besar dari investor berdampak terhadap
kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain
ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
85
Tabel 4.5
Perhitungan Return On Asset
NO
EMITEN
1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
BNBR
5
BRPT
6
BUMI
7
INCO
8
INDF
9
INTP
10
ISAT
11
KLBF
12
LSIP
13
MEDCO
14
PTBA
15
SMGR
16
TLKM
17
TINS
18
UNVR
19
UNTR
Sumber: Data Diolah
2007
54.44
60.66
16.74
4.28
0.28
30.32
88.83
6.99
2.03
6.47
22.55
21.20
5.20
26.94
30.07
31.19
52.73
52.90
15.75
2008
60.58
18.84
19.03
(61.37)
(26.21)
19.41
25.14
6.57
3.31
4.50
20.65
26.96
25.24
41.78
33.85
22.26
36.46
53.01
16.86
2009
182.58
7.89
18.44
(4.88)
6.92
6.99
11.61
10.06
28.59
4.06
22.69
20.78
2.48
46.57
35.94
22.91
11.31
56.76
22.31
2010
193.17
18.46
18.64
(26.78)
0.38
11.39
26.54
11.49
27.68
2.05
25.18
24.85
9.47
29.80
30.35
21.47
19.17
52.16
17.04
e. Beta Saham
CAPM merupakan teori dari William Sharpe yang merupakan
kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini
mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan
aktiva pada equilibrium (Lukas Setia Atmaja, 2001: 47). Model ini
mengasumsikan keinginan investor untuk menahan efek dalam
portofolio yang efisien yang memberikan pengembalian maksimal pada
tingkat risiko tertentu. Risiko diukur sebagai pergerakan sistematis efek
bersama pasar yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi
portofolio.
86
Tabel 4.6
Perhitungan Beta Saham
NO
EMITEN
1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
BNBR
5
BRPT
6
BUMI
7
INCO
8
INDF
9
INTP
10
ISAT
11
KLBF
12
LSIP
13
MEDCO
14
PTBA
15
SMGR
16
TLKM
17
TINS
18
UNVR
19
UNTR
Sumber: Data Diolah
2007
183.36
96.46
108.99
129.32
514.55
867.12
319.14
67.85
60.87
38.63
4.37
89.73
64.66
365.21
(43.83)
(3.92)
839.30
(1.18)
97.50
2008
1.24
(1.94)
1.18
1.54
1.47
1.57
1.79
1.22
0.89
0.71
1.29
1.37
1.22
0.86
(1.20)
0.69
1.76
(0.11)
1.15
2009
(0.92)
2.27
(2.39)
0.02
(0.76)
(1.44)
(0.27)
(3.19)
(1.92)
1.36
(2.33)
(1.73)
0.61
(1.19)
0.78
0.52
(0.21)
0.45
(2.75)
2010
0.38
0.65
(2.60)
3.13
2.32
(0.30)
(0.92)
(1.19)
0.29
0.45
(9.20)
(2.37)
(1.22)
1.48
1.50
1.54
(1.20)
(2.04)
(2.34)
f. Return Saham
Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari
kekayaan pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan
dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam
satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang
berlaku
dalam
jangka
waktu
tersebut
(Ahmad
Rodoni
dan
OthmanYong, 2002:11).
87
Tabel 4.7
Perhitungan Return Saham
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
EMITEN
AALI
ANTM
ASII
BNBR
BRPT
BUMI
INCO
INDF
INTP
ISAT
KLBF
LSIP
MEDCO
PTBA
SMGR
TLKM
TINS
UNVR
UNTR
2007
1.2222
0.6574
0.7389
0.8710
3.3750
5.6667
2.1048
0.4714
0.4261
0.2815
0.0588
0.6136
0.4507
2.4043
(0.2545)
0.0050
5.4859
0.0227
0.6641
2008
(0.6500)
1.2547
(0.6136)
(0.8276)
(0.7857)
(0.8483)
(0.9799)
(0.6388)
(0.4390)
(0.3353)
(0.6825)
(0.7254)
(0.6369)
(0.4250)
0.8084
(0.3202)
(0.9624)
0.1556
(0.5963)
2009
1.3214
(0.7820)
2.2891
0.7000
1.2167
1.6648
0.8912
2.8172
1.9783
(0.1783)
2.2500
1.8547
0.3102
1.5000
0.1987
0.3696
0.8519
0.4167
2.5227
2010
0.1516
0.1136
0.5720
(0.2353)
(0.1203)
0.2474
0.3356
0.3732
0.1642
0.1429
1.5000
0.5389
0.3776
(0.0029)
(0.0055)
(0.0106)
0.3750
0.4932
0.5355
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005:
110-112).
88
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Gambar 4.2
Uji Normalitas Data
Sumber : Data Diolah
Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti
pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada
penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut
layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu return saham
berdasarkan masukan variabel independen yaitu nilai tukar, inflasi, debt
to equity ratio, Return On Asset dan beta saham.
89
2) Analisis Statistik
Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya.
Tabel 4.8
Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas)
Nilai
Tukar
N
Normal
Parametersa
Mean
Std.
Deviation
Most Extreme
Absolute
Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
76
38.5000
Inflasi
Debt to
Return On
Equity ratio
Asset
76
.0668
76
38.5000
76
38.5000
21.41043 .02185
22.08061
22.08303
.069
.069
-.068
.600
.865
.067
.067
-.062
.588
.601
.171
.171
-.171
1.494
.073
.300
.300
-.208
2.616
.723
Beta
Saham
Return
Saham
76
76
49.8701 38.5000
158.0104 22.0830
1
3
.416
.062
.416
.062
-.341
-.062
3.626
.543
.930
.930
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan uji kolmogorof-Smirnov di atas, terlihat nilai
Asymp.Sig memiliki nilai > 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa data
pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi
tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu
return saham berdasarkan masukan variabel independen yaitu nilai
tukar, inflasi, debt to equity ratio, Return On Asset dan beta saham.
Maka data penelitian layak digunakan sebagai penelitian.
90
b. Uji Multikolinieritas
Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus
terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan
korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di
bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
Nilai Tukar
.193
5.178
Inflasi
.198
5.046
Debt to Equity ratio
.648
1.543
Return On Asset
.642
1.558
Beta Saham
.837
1.194
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data Diolah
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi
gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu
dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai
10
maka
data
di
atas
dapat
dipastikan
tidak
terjadi
gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih
besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya
multikolinearitas.
91
c. Uji Autokolerasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi
autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson
(DW).
Pada tabel 4.7 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,099
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5%, jumlah sample (n) 76 dan jumlah variabel independen
(k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,245 dan 4 – du = 4 –
1,245 = 2.755. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.245 < 2,099 <
2,755 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif
maupun negatif.
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Autokolerasi
Model
R
1
.748a
R Square
.559
Adjusted R
Square
.527
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
15.18289
2.099
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset,
Nilai Tukar
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data Diolah
92
d. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak
equal
terhadap
variabel
independen.
Konsekuensi
adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh
tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya
heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter
plot diagram.
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan
demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada
gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
93
3. Uji Signifikansi
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang terdiri dari dari nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on
asset dan beta saham terhadap return Saham di Bursa Efek Indonesia
secara parsial.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Uji t
Unstandardized
Coefficients
Model
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
1 (Constant)
85.565
9.280
Nilai Tukar
.578
.186
-1054.183
Inflasi
Debt to Equity ratio
Beta
t
Sig.
9.220
.000
.561
3.103
.003
180.237
-1.043
-5.849
.000
-.064
.099
-.064
-.651
.517
Return On Asset
.035
.099
.035
.350
.728
Beta Saham
.044
.012
.313
3.606
.001
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data diolah
Variabel nilai tukar, dengan nilai thitung sebesar 3,103 > 2,00 atau
nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti nilai tukar berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap return saham.
Variabel inflasi, dengan nilai thitung sebesar -5,423 < 2,00 atau
nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan
H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti inflasi berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap return saham.
94
Variabel debt to equity ratio, dengan nilai thitung sebesar -0,651 <
2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,517 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti debt to equity
ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham.
Variabel return on asset, dengan nilai t hitung sebesar 0,351 <
2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,728 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti return on
asset tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham.
Variabel beta saham, dengan nilai thitung sebesar 3,606 > 2,00 atau
nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti beta saham berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap return saham.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
yang terdiri dari nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset
dan beta saham terhadap return Saham secara simultan atau serentak.
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Uji F
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
20438.097
5
Residual
16136.403
70
Total
36574.500
75
F
4087.619 17.732
Sig.
.000a
230.520
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset,
Nilai Tukar
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data Diolah
95
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat
nilai Fhitung sebesar 17,732 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari
pada tabel F, diperoleh nilai Ftabel 2,35. Dengan kondisi dimana Fhitung
lebih besar daripada Ftabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha
(0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti variabel-variabel independen berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap return saham.
c. Koefisien Determinasi (Adj.R Square)
Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien
2
2
determinasi (Adj.R ). Dari koefisien determinasi (Adj.R ) dapat
diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda
menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikatnya.
Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai
2
(Adj.R ) = 0,527 yaitu persentase pengaruh variabel nilai tukar, inflasi,
debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return
saham sebesar 52,7%.
Tabel 4.13
Hasil Pengujian Adj R Square
Model
R
1
.748a
R Square
.559
Adjusted R
Square
.527
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
15.18289
2.099
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset,
Nilai Tukar
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data Diolah
96
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh nilai tukar, inflasi,
debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham
di BEI dalam kategori LQ 45 pada tahun 2007 - 2010 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.14
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
85.565
9.280
Nilai Tukar
.578
.186
.561
-1054.183
180.237
-1.043
Inflasi
Debt to Equity ratio
-.064
.099
-.064
Return On Asset
.035
.099
.035
Beta Saham
.044
.012
.313
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Data diolah
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset
dan beta saham sebagai berikut:
Y = 85,565 + 0,578 x1 - 1054,183 x2 + 0,044 x5 + ei
Keterangan :
Y
= Return Saham
a
= konstanta
x1
= Nilai Tukar
x2
= Inflasi
x5
= Beta Saham
ei
= error term
97
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 85,565 menunjukkan
bahwa jika variabel nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset
dan beta saham bernilai nol maka nilai return saham adalah 85,565 satuan.
Sedangkan variabel nilai tukar sebesar 0,578 menunjukkan bahwa jika
variabel nilai tukar meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return
saham
sebesar
0,578
satuan.
Variabel
Inflasi
sebesar
-1054,184
menunjukkan bahwa jika variabel inflasi meningkat 1 satuan maka akan
meningkatkan return saham sebesar -1054,184 satuan dengan catatan
variabel lain dianggap konstan. Variabel beta saham sebesar 0,044
menunjukkan bahwa jika variabel beta saham meningkat 1 satuan maka
akan meningkatkan return saham sebesar 0,044 satuan.
D. Interpretasi
Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang berpengaruh dan
signifikan mempengaruhi return saham adalah variabel nilai tukar, inflasi dan
beta saham dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ratna Prihantini (2009). Dengan judul
penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER DAN CR
Terhadap Return Saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi,
nilai tukar dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return Saham. Sedangkan Return On Asset (ROA) dan Current
Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada
industri real estate and property.
98
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel debt to equity ratio tidak
berpengaruh secara parsial terhadap return saham. Hasil sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Intan Italia (2008), dengan judul penelitian
Analisis Pengaruh EVA, DER, NPM, PER DAN ROA Terhadap Return
Saham. Analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian membuktikan bahwa secara silmutan EVA, DER, NPM, PER
dan ROA, berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Dan secara parsial
Economic Value Added (EVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
signifikan, sedangkan sisanya tidak berpengaruh terhadap Return Saham.
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel beta saham memiliki
pengaruh terhadap return saham, hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Agung Sugiarto (2011). Analisis yang digunakan menggunakan analisis
regresi linier berganda. Berdasarkan analisis regresi, beta mempunyai dampak
yang positif terhadap stock return tetapi tidak signifikan, besar kecilnya
perusahaan dan rasio PBV mempunyai dampak positif dan signifikan,
sedangkan rasio DER mempunyai dampak negative dan signifikan terhadap
stock return.
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel nilai tukar memiliki
pengaruh terhadap return saham. Hasil sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ratna Prihantini (2009), dalam penelitianya yang berjudul
Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER DAN CR Terhadap Return
Saham. Analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, nilai tukar dan Debt to
99
Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
Return
Saham. Sedangkan Return On Asset (ROA) dan Current Ratio (CR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada industri real
estate and property.
100
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil uji regresi menyatakan bahwa seluruh variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham
2. Hasil Uji regresi secara parsial ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh
dan signifikan terhadap return saham adalah nilai tukar, inflasi dan beta
saham sedangkan debt to equity ratio, return on asset dan beta saham tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
3. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap return saham adalah
inflasi. Dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien beta yang paling
besar antara variabel independent lainya. Dengan nilai 1,043 adalah nilai
paling besar dengan variabel independen lainya.
4. Nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adj.R Square) sebesar
0,527. Hal ini berarti 52,7 % dari return saham dapat dijelaskan oleh
variabel independen (nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset
dan beta saham). Dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk
dalam penelitian ini sebesar 41,3%.
101
B. Saran Dan Implikasi
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian
ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang
perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya,
beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi, adapun
sarannya sebagai berikut :
1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar
yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.
2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data.
3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi harga saham sehingga
dapat menjadi luas penelitian
4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang.
Implikasi :
return Saham dalam suatu investasi sangat diperlukan sebagai
informasi dari seorrang investor, maka perlu adanya suatu alat analisis untuk
mengetahui return saham selanjutnya, maka perlu adanya penelitian yang dapat
mempengaruhi return saham, karena pentingnya return saham dalam
memprediksi keuntungan investasi. Adapun penelitian ini akan bermanfaat
bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:
102
1. Implikasi Bagi Investor
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat
hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor
harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu dalam
melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara
matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan
investasi
yang
dilakukannya,
sehingga
menghasilkan
keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahanperubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi.
2. Implikasi Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang
berhubungan dengan investasi.
3. Implikasi Bagi Akademis
Penilaian analisis Pengaruh nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio,
return on asset dan beta saham dapat dijadikan tambahan pengetahuan
bagi penelitian selanjutnya.
103
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rodoni dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Jakarta :
Mitra Wacana Media, 2010.
Almas, Hijriah, “Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Properti Di Bursa Efek Jakarta”, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan, 2007
Annissa, Yunita Uli, “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko
Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri
Barang Konsumsi DI BEI”, Universitas Gunadarma: Jakarta, 2009
Arsyad Lincoln.”Peramalan Bisnis”, Edisi 1 BPFE-Yogyakarta,1997
Arseptin, Ari Nur Anggraeni, “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Dan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Perbankan”, Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah: Surakarta,
2009
Bayu, Cahyosusilo, “Pengaruh Kurs Dollar, Inflasi Dan Suku Bunga Terhadap
Harga Saham Di BEI”, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah:
Surakarta, 2008
Bodie, Keane, Marcus, “Investment”, Edisi 6 Salemba Empat, Jakarta 2008
Donna Menina, Della Maryanne, “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi,
Volume Perdagangan Saham, Inflasi Dan Beta Saham Terhadap Harga
Saham”, Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro: Semarang, 2009
Fahlafi, Riza, “Cointegration And Backward Looking Approach Pada Determinasi
Perilaku Harga Saham Sebelum Dan Sesudah Krisis Ekonomi Di
Indonesia”, Buletin Ekonomi, Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan
Ekonomi Pembangunan Vol 5 No.2,Agustus 2007, Fakultas Ekonomi
UPN “VETERAN”, Yogyakarta
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”. Badan
Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2005
Hartono, “SPSS 16”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Sklripsi”. Cetakan 1, FEIS Press, Jakarta,
2007
104
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi 1 UPP
AMPYKPN- Yogyakarta, 1993
L.M.C.S. Menike, “The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Prices in
Emerging Sri Lankan Stock Market”, Department of Accountancy &
Finance Sabaragamuwa University, Belihuloya, 2006
Santoso, Singgih. ”SPSS Statistik Parametrik”. Cetakan Pertama, Jakarata, PT.
Elexmedia Komputindo, 2000
Jogiyanto H.M, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi 2 BPFEYogyakarta, 2000
Kuncoro, Mudrajad, Phd, “Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Perekonomian
Rakyat”, Jurnal DIALOG Kebijakan Publik, KEMENKOMINFO, 2009
Njo, Anastasia, “Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Properti Di BEJ”, Universitas Kristen Petra, 2003
Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal”. Edisi
Pertama, Jakarta : CSES Press, 2005.
Riyanto, Bambang, Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:BPFE.
2001
Tandelilin, Eduardus, ”Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio”, PT.BPFE,
Yogyakarta, 2001.
105
Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
EMITEN
AALI
ANTM
ASII
BNBR
BRPT
BUMI
INCO
INDF
INTP
ISAT
KLBF
LSIP
MEDC
PTBA
SMGR
TLKM
TINS
UNVR
UNTR
Nama Perusahaan
PT. Astra Agro Lestari, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Astra Internasional
PT. Bakrie dan Brother, Tbk
PT. Barito Pacific, Tbk
PT. Bumi Resources, Tbk
PT. International Nickel Indonesia, Tbk
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk
PT. Indosat (Persero), Tbk
PT. Kalbe Farma, Tbk
PT. PP London Sumatera, Tbk
PT. Medco Energi International, Tbk
PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
PT. Semen Gresik (Persero), Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
PT. Timah (Persero), Tbk
PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. United Tractors, Tbk
106
Lampiran 2: Data Mentah Perhitungan Variabel
Perhitungan Nilai Tukar
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
EMITEN
AALI
ANTM
ASII
BNBR
BRPT
BUMI
INCO
INDF
INTP
ISAT
KLBF
LSIP
MEDC
PTBA
SMGR
TLKM
TINS
UNVR
UNTR
2007
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
9,165
2008
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
9,395
2009
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
9,090
2010
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,039
9,040
107
Perhitungan Inflasi
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
EMITEN
AALI
ANTM
ASII
BNBR
BRPT
BUMI
INCO
INDF
INTP
ISAT
KLBF
LSIP
MEDC
PTBA
SMGR
TLKM
TINS
UNVR
UNTR
2007
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
2008
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
10.31%
2009
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
4.90%
2010
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
5.13%
108
Perhitungan Debt To Equity Ratio
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
EMITEN 2007
0.28
AALI
0.37
ANTM
1.17
ASII
1.48
BNBR
0.57
BRPT
1.26
BUMI
0.36
INCO
2.62
INDF
0.44
INTP
1.72
ISAT
0.33
KLBF
0.70
LSIP
2.85
MEDC
0.40
PTBA
0.27
SMGR
1.16
TLKM
0.50
TINS
0.98
UNVR
1.26
UNTR
2008
0.23
0.26
1.21
1.86
1.22
2.02
0.21
3.11
0.33
1.95
0.38
0.54
1.68
0.51
0.30
1.38
0.51
1.10
1.05
2009
0.24
0.27
1.02
2.38
1.17
2.39
0.19
2.68
0.20
2.04
0.45
0.41
1.66
0.38
0.26
1.28
0.50
0.92
0.74
2010
0.19
0.28
1.10
1.69
1.20
4.06
0.30
1.34
0.17
1.94
0.23
0.22
1.86
0.36
0.29
0.98
0.40
1.15
0.84
109
Perhitungan Return On Asset
EMITEN
AALI
ANTM
ASII
BNBR
BRPT
BUMI
INCO
INDF
INTP
ISAT
KLBF
LSIP
MEDCO
PTBA
SMGR
TLKM
TINS
UNVR
UNTR
2007
54.44
60.66
16.74
4.28
0.28
30.32
88.83
6.99
2.03
6.47
22.55
21.20
5.20
26.94
30.07
31.19
52.73
52.90
15.75
2008
60.58
18.84
19.03
(61.37)
(26.21)
19.41
25.14
6.57
3.31
4.50
20.65
26.96
25.24
41.78
33.85
22.26
36.46
53.01
16.86
2009
182.58
7.89
18.44
(4.88)
6.92
6.99
11.61
10.06
28.59
4.06
22.69
20.78
2.48
46.57
35.94
22.91
11.31
56.76
22.31
2010
193.17
18.46
18.64
(26.78)
0.38
11.39
26.54
11.49
27.68
2.05
25.18
24.85
9.47
29.80
30.35
21.47
19.17
52.16
17.04
110
Perhitungan Beta Saham
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
EMITEN 2007
183.36
AALI
96.46
ANTM
108.99
ASII
129.32
BNBR
514.55
BRPT
867.12
BUMI
319.14
INCO
67.85
INDF
60.87
INTP
38.63
ISAT
4.37
KLBF
89.73
LSIP
64.66
MEDCO
365.21
PTBA
(43.83)
SMGR
(3.92)
TLKM
839.30
TINS
(1.18)
UNVR
97.50
UNTR
2008
1.24
(1.94)
1.18
1.54
1.47
1.57
1.79
1.22
0.89
0.71
1.29
1.37
1.22
0.86
(1.20)
0.69
1.76
(0.11)
1.15
2009
(0.92)
2.27
(2.39)
0.02
(0.76)
(1.44)
(0.27)
(3.19)
(1.92)
1.36
(2.33)
(1.73)
0.61
(1.19)
0.78
0.52
(0.21)
0.45
(2.75)
2010
0.38
0.65
(2.60)
3.13
2.32
(0.30)
(0.92)
(1.19)
0.29
0.45
(9.20)
(2.37)
(1.22)
1.48
1.50
1.54
(1.20)
(2.04)
(2.34)
111
Perhitungan Return Saham
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
EMITEN
AALI
ANTM
ASII
BNBR
BRPT
BUMI
INCO
INDF
INTP
ISAT
KLBF
LSIP
MEDCO
PTBA
SMGR
TLKM
TINS
UNVR
UNTR
2007
1.2222
0.6574
0.7389
0.8710
3.3750
5.6667
2.1048
0.4714
0.4261
0.2815
0.0588
0.6136
0.4507
2.4043
(0.2545)
0.0050
5.4859
0.0227
0.6641
2008
(0.6500)
1.2547
(0.6136)
(0.8276)
(0.7857)
(0.8483)
(0.9799)
(0.6388)
(0.4390)
(0.3353)
(0.6825)
(0.7254)
(0.6369)
(0.4250)
0.8084
(0.3202)
(0.9624)
0.1556
(0.5963)
2009
1.3214
(0.7820)
2.2891
0.7000
1.2167
1.6648
0.8912
2.8172
1.9783
(0.1783)
2.2500
1.8547
0.3102
1.5000
0.1987
0.3696
0.8519
0.4167
2.5227
2010
0.1516
0.1136
0.5720
(0.2353)
(0.1203)
0.2474
0.3356
0.3732
0.1642
0.1429
1.5000
0.5389
0.3776
(0.0029)
(0.0055)
(0.0106)
0.3750
0.4932
0.5355
112
Lampiran 3: Hasil Perhitungan SPSS
Descriptive Statistics
Mean
Return Saham
Nilai Tukar
Inflasi
Debt to Equity ratio
Return On Asset
Beta Saham
Std. Deviation
38.5000
38.5000
.0668
38.5000
38.5000
49.8701
N
22.08303
21.41043
.02185
22.08061
22.08303
158.01041
76
76
76
76
76
76
Correlations
Return
Saham
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Debt to
Equity ratio
Inflasi
Return On
Asset
Beta
Saham
Return Saham
1.000
-.316
-.565
-.101
.106
.437
Nilai Tukar
-.316
1.000
.880
.103
.044
.146
Inflasi
-.565
.880
1.000
.075
.033
-.036
Debt to Equity ratio
-.101
.103
.075
1.000
-.574
.010
Return On Asset
.106
.044
.033
-.574
1.000
.139
Beta Saham
.437
.146
-.036
.010
.139
1.000
.
.003
.000
.192
.182
.000
Return Saham
N
Nilai
Tukar
Nilai Tukar
.003
.
.000
.188
.352
.104
Inflasi
.000
.000
.
.260
.389
.377
Debt to Equity ratio
.192
.188
.260
.
.000
.465
Return On Asset
.182
.352
.389
.000
.
.116
Beta Saham
.000
.104
.377
.465
.116
.
Return Saham
76
76
76
76
76
76
Nilai Tukar
76
76
76
76
76
76
Inflasi
76
76
76
76
76
76
Debt to Equity ratio
76
76
76
76
76
76
Return On Asset
76
76
76
76
76
76
Beta Saham
76
76
76
76
76
76
Model Summaryb
Model
R
1
.748a
R Square
.559
Adjusted R
Square
.527
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
15.18289
2.099
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset,
Nilai Tukar
b. Dependent Variable: Return Saham
113
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
20438.097
5
4087.619
Residual
16136.403
70
230.520
Total
36574.500
75
F
Sig.
17.732
.000a
a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar
b. Dependent Variable: Return Saham
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Nilai Tukar
Standardized
Coefficients
Std. Error
85.565
Beta
Collinearity Statistics
t
9.280
Sig.
9.220
.000
Tolerance
VIF
.578
.186
.561
3.103
.003
.193
5.178
-1054.183
180.237
-1.043
-5.849
.000
.198
5.046
-.064
.099
-.064
-.651
.517
.648
1.543
Return On Asset
.035
.099
.035
.350
.728
.642
1.558
Beta Saham
.044
.012
.313
3.606
.001
.837
1.194
Inflasi
Debt to Equity ratio
a. Dependent Variable: Return Saham
Charts
114
115
Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas)
Nilai
Tukar
N
Normal
Parametersa
Mean
Std.
Deviation
Most Extreme
Absolute
Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
76
38.5000
Inflasi
Debt to
Return On
Equity ratio
Asset
76
.0668
76
38.5000
76
38.5000
21.41043 .02185
22.08061
22.08303
.069
.069
-.068
.600
.865
.067
.067
-.062
.588
.601
.171
.171
-.171
1.494
.073
.300
.300
-.208
2.616
.723
Beta
Saham
Return
Saham
76
76
49.8701 38.5000
158.0104 22.0830
1
3
.416
.062
.416
.062
-.341
-.062
3.626
.543
.930
.930
a. Test distribution is Normal.
116
Download