IDENTITAS ANAK DALAM FILM ANGEL’S CRY(Analisis Semiotik pada Film Angel’s Cry) Oleh: Gunawan Ardianto ( 01220143 ) Communication Science Dibuat: 2008­03­31 , dengan 2 file(s). Keywords: Identitas anak, Film, Analisis Semiotik Perkembangan film Indonesia di masa kini cenderung diisi oleh cerita­cerita yang menampilkan kisah bertemakan kehidupan remaja dan horror. Sebuah film berjudul Angel’s Cry justru menampilkan sebuah kisah tentang anak­anak yang harus kehilangan orangtuanya karena bom Bali yang terjadi pada tahun 2002 dan mengedepankan kehidupan anak­anak yang penuh perjuangan dalam menjalani kerasnya hidup. Film karya sutradara Teddy Setyadi ini menjadi salah satu film bertemakan kehidupan anak­anak yang mengusung nilai­nilai sosial. Bingkai kehidupan anak dianggap sebagai sesuatu yang menarik untuk diangkat dan ditayangkan dalam film agar menjadi wacana baru dalam masyarakat dan juga akan memberikan cara pandang tersendiri tentang identitas anak dalam gambaran kehidupannya sebagai bentuk realitas sosial. Berpijak dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang ditentukan dari penelitian ini adalah untuk memahami makna identitas anak yang digambarkan dalam film Angel's Cry. Film adalah salah satu jenis media komunikasi massa yang mampu merefleksikan realitas kehidupan masyarakat karena dapat menggambarkan berbagai dimensi kehidupan sosio­kultural masyarakat, termasuk tentang identitas terhadap kelompok tertentu. Secara etimologis, identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri khas. Sedangkan konsep identitas dalam ilmu psikologi umumnya merujuk pada suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi serta keyakinan yang akan tetap sama selama seluruh jalan perkembangan hidup seseorang kendatipun terjadi segala macam perubahan. Dalam teks film, ideologi sudah tentu bekerja bukan hanya pada aspek isi, tetapi juga pada aspek bentuk. Karena ideologi beroperasi tidak melalui ekspresi­ ekspresi langsung, maka ia tidak pernah tampak seperti sebuah pernyataan langsung. Dengan kata lain, ideologi bersembunyi di dalam struktur naratif, kode­kode, konvensi, serta citra­citra (images) yang dibangun melalui bahasa filmis. Semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek­obyek, peristiwa­peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Semiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotik Charles Sanders Peirce dan Roland Barthes. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik dari Peirce yang memperhatikan elemen tanda yaitu, indeks, ikon, simbol dan semiotik dari Barthes, dimana tanda dimaknai secara denotatif dan konotatif tanpa mengesampingkan mitos yang ada untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang umum dan relatif menyeluruh mencakup permasalahan yang diteliti. Analisis paradigmatik Levi­Strauss digunakan untuk menggambarkan karakter antara orangtua dan anak berdasarkan prinsip oposisi biner. Jenis penelitian ini adalah penelitian interpretatif kualitatif. Unit analisis penelitian ini adalah film Angel's Cry yang tersaji dalam format audio­visual, dengan total durasi 95 menit 5 detik. Data primer dalam penelitian ini berupa film Angel's Cry yang didokumentasikan dalam bentuk VCD (Video Compact Disc). Sedangkan data­data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, penelitian­penelitian sejenis terdahulu dan web site. Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam analisis semiotik film Angel's Cry dalam menggambarkan identitas anak melalui semiotik Peirce dan Barthes, adalah sebagai berikut: Anak­anak adalah individu yang lemah dan relatif tidak berdaya serta tergantung pada orang lain, memiliki kecenderungan bersifat agresif dan berperilaku antisosial, serta memiliki kecenderungan berkelompok. Sedangkan melalui analisis paradigmatik Levi Strauss, karakter anak dalam film digambarkan sebagai sosok yang dikontrol, diatur, dan lemah. Ideologi yang terdapat dalam film ini pun ditandai dengan adanya ketidakberpihakan terhadap anak­anak. Secara keseluruhan, film ini cenderung memberikan akibat yang merugikan terhadap identitas anak karena menampilkan sisi lemah dari anak­anak. Anak digambarkan memiliki posisi yang tidak berdaya dan rentan mengalami dominasi kekuasaan orangtua dalam berbagai situasi dan seringkali menjadi korban dari hierarki masyarakat yang tidak adil, diperlakukan sebagai pihak yang selalu dikalahkan. Hal ini menunjukkan adanya kelemahan pada anak­anak sehingga menjadikan mereka sebagai korban dari lingkungan sosial yang seharusnya melindungi mereka agar tumbuh menjadi generasi penerus bangsa di masa mendatang. Indonesia film development nowadays tend to be fill with stories which performing youth life and horror theme. A film called Angel’s Cry precisely perform a story about children who lost their parents because of Bali Blast which occurred in the year of 2002 and put forward the life of children which full of struggling to facing hardness life. A film by Teddy Setyadi also become one of movie using child’s theme which presenting social values. The frame of child’s life considered as a new interesting topic to appointed and presented an a film so it will be a new discourse in society and also giving a different view about child’s identity inside their life as a social reality form. Based on the background, so the problem which fixed from this research is to understand the meaning about child’s identity which performed in Angel’s Cry film. Film is one of a mass communication kind which able to reflecting the reality of life society because it can describe a lot of sosio­cultural life dimension in society, including a group identity. In etymology, identity means distinctive features. While identity concept in psychologically means to a consciousness for personal unity and continuity also a conviction which remained same as long as a way of human life development although changes happened. A film is considered able to presenting identity or certain image. On a film text, ideology is working not only inside the content, but also in a form. Because ideology operates not through a direct expression, so it can’ be seen as a direct statement. In other word, ideology is hiding inside the narrative structure, codes, convension, and images which constructed through film language. Semiotic can defined as a science which study carefully a whole of objects, moments, and all cultures as a sign. Semiotic which used in this research are Charles Sanders Peirce’s semiotic and Roland Barthes’ semiotic. The research methodology is qualitative which use semiotic methods analysis from Peirce which concerned signs element which are, index, icon, symbol and semiotic from Barthes, where signs is given with denotative and connotative meaning without put myth existence aside to get general definition or description and relatively comprehensive about the researched problem. This research unit analysis is Angel’s Cry film which in audio visual format, with total duration 95 minutes 5 second. But in this research, researcher only took some scene and shot which relevan with research theme. Main data is Angel’s Cry film which documented in VCD form. Whereas the secondary data from library research, same research and from website. Based on the fixed problem in semiotic analysis of Angel’s Cry film for describing child’s identity through semiotic analysis from Peirce and Barthes, as following: child is a fragile person and relatively unable also depends on other people, having ability to act aggressively and anti­ social, having inclined to make groups. Whereas through Strauss’ semiotic analysis, child character in film performed as a controlled, regulated, and fragile person. The ideology which stays in this film is marked with not take side to child’s identity. On the whole, this film inclined of giving negative view and inflicted a loss upon child’s identity because it’s performing the child’s weakness. Child is describe always powerless and susceptible having a domination by parents under circumstances and often to be the victim from unfair society hierarchy and being treated as a defeated side. This things can show that weakness is exist on children so it can make them as a victim from their social circle that should protect them so they can be a next youth generation who continuing the nation existence.