BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
17
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1
Analisis SWOT
Menurut Robbins dan Coulter (1999, p294), analisis SWOT merupakan suatu
penilaian terhadap sumber daya internal dan kemampuan organisasi tersebut dan
peluang-peluang di lingkungan luarnya. Analisis ini meliputi kekuatan-kekuatan
(strengths) dan kelemahan-kelemahan (weaknesses) organisasi tersebut serta peluangpeluang (opportunities) dan ancaman-ancaman (threat) dari lingkungan, yang
dikumpulkan untuk mengidentifikasi suatu celah strategis yang dapat dimanfaatkan
oleh organisasi tersebut. Dalam analisa SWOT terdapat dua hal yang perlu dianalisa
yaitu analisa sumber daya internal organisasi dan analisa lingkungan eksternal
organisasi.
Yang termasuk dalam analisa sumber daya internal organisasi adalah penilaian
terhadap hal-hal yang ada di dalam organisasi, misalnya keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki para karyawan organisasi, sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi, apakah organisasi telah berhasil melakukan inovasi produk baru,
bagaimana arus tunai organisasi, bagaimana para konsumen merasakan organisasi itu,
mutu produk dan jasanya dan sebagainya.
18
Analisis sumber daya intenal organisasi akan membawa kepada penilaian yang
jelas tentang sumber daya internal organisasi tersebut (seperti ,modal, keahlian teknis,
angkatan kerja yang terampil, para manajer yang berpengalaman dan sebagainya).
Analisis
itu
juga
mengungkapkan
kemampuan
organisasi
tersebut
dalam
melaksanakan berbagai kegiatan fungsional (seperti pemasaran, produksi dan
pabrikasi, riset dan pengembangan, keuangan dan akuntansi, sistem informasi,
pengelolaan sumber daya manusia dan sebagainya).
Dengan melakukan analisis sumber daya internal organisasi, maka kita akan dapat
menganalisis kekuatan dan kelemahan dari organisasi. Kekuatan (strength) suatu
organisasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dengan baik
oleh organisasi tersebut atau setiap sumber daya yang dimilikinya, sedangkan
kelemahan (weakness) suatu organisasi adalah kegiatan-kegiatan yang tidak dapat
dilakukan dengan baik oleh organisasi tersebut atau sumber daya yang dibutuhkan
tapi tidak dimilikinya.
Menganalisa lingkungan eksternal juga sangat penting untuk dilakukan karena
lingungan suatu organisasi sebagian besar membatasi pilihan-pilihan yang tersedia
bagi manajemen. Sebuah strategi yang berhasil merupakan strategi yang sangat sesuai
dengan lingkungan. Yang dapat diketahui dari sebuah analisis lingkungan adalah halhal seperti apa yang dilakukan oleh pesaing, undang-undang apa yang akan berlaku
yang dapat mempengaruhi organisasi, dan seperti apa pasokan tenaga kerja dimana
organisasi beroperasi dan sebagainya. Dengan melakukan analisis lingkungan
eksternal, manajemen akan memiliki pemahaman yang tepat terhadap apa yang
19
sedang berlangsung di lingkungannya dan menyadari trend penting yang mungkin
akan mempengaruhi operasi-operasinya.
Dengan melakukan analisis lingkungan eksternal kita dapat menganalisis peluangpeluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihadapi. Peluang
(opportunities) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang bernilai positif, sedangkan
ancaman (threat) merupakan faktor-faktor lingkungan luar yang bernilai negatif.
Lingkungan yang sama dapat merupakan peluang bagi suatu organisasi dan dapat
menjadi ancaman bagi orang lain dalam industri yang sama oleh sebab perbedaan
sumber daya manajemen mereka.
2.1.2
Matriks Analisis SWOT
Matrik analisis SWOT digunakan untuk memformulasikan strategi berdasarkan
analisis yang diperoleh dari penerapan model SWOT, dimana dalam menggunakan
matrik ini terdapat beberapa tahapan, yaitu antara lain:
1. Menentukan faktor-faktor strategis Internal (IFAS)
2. Menentukan faktor-faktor strategis eksternal (EFAS)
Dalam mengisi tabel yang berisi faktor strategis internal dan eksternal terdapat
beberapa ketentuan, yaitu:
a. Kolom 1 berisi faktor-faktor internal dan eksternal yaitu kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman.
20
b. Beri bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 100% (sangat
penting) sampai dengan 0% (tidak penting).
c. Kemudian pada kolom 3 tentukan rating untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (di bawah ratarata), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan.
Pemberian nilai rating untuk faktor peluang dan kekuatan bersifat positif,
maksudnya apabila peluang dan kekuatan yang semakin besar diberi rating
+4, dan jika peluang atau kekuatannya kecil diberi rating +1. Pemberian rating
untuk ancaman dan kelemahan adalah kebalikannya, maksudnya apabila nilai
ancaman dan kelemahannya sangat besar maka ratingnya -4 dan jika nilai
ancaman atau kelemahannya sedikit maka ratingnya -1.
d. Langkah selanjutnya adalah mengalikan bobot dengan rating yang telah
ditentukan, dan hasilnya merupakan skor pembobotan untuk masing-masing
faktor.
e. Selanjutnya skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan. Total skor ini digunakan untuk mengetahui
posisi kuadran yang mana perusahaan berada.
3. Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik analisis SWOT seperti
yang terlihat pada grafik 2.1.
.
21
BERBAGAI PELUANG (O)
Mendukung
strategi turnaround
(WO)
Mendukung
strategi
agresif
(SO)
3 1
4 2
KELEMAHAN
INTERNAL (W)
Mendukung
strategi
defensif
(WT)
KEKUATAN
INTERNAL
(S)
Mendukung
strategi
diversifikasi
(ST)
BERBAGAI ANCAMAN (T)
Gambar 2.1 Model Matriks Analisis SWOT
Sumber : Rangkuti, F. 2004, p19
Pada grafik 2.1 di atas terdapat empat kuadran yang menunjukkan empat kondisi
perusahaan dan strategi yang tepat untuk ditempuh perusahaan. masing-masing
kuadran akan dijelaskan di bawah ini sebagai berikut :
1. Kuadran 1
Apabila perusahaan terletak pada kuadran ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan, sebaba perusahaan tersebut mempunyai peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada, dengan kekuatan yang
dimilikinya. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agrasif (growth oriented strategy).
22
2. Kuadran 2
Apabila peruahaan terletak pada kuadran ini, artinya meskipun menghadapi
ancaman dari pihak eksternal, perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi
internal yang dapat digunakannya. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar)
3. Kuadran 3
Apabila perusahaan berada pada kuadran ini, berarti perusahaan menghadapi
peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak perusahaan menghadapi
beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip
dengan question marks pada matrik BCG. Fokus srategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut
peluang pasar yang lebih baik.
4. Kuadran 4
Apabila perusahaann berada pada kuadran ini, berarti perusahaann berada pada
situasi yang sangat tidak menguntungkan, sebab perusahaan tersebut menghadapi
berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal. Strategi yang harus
diterapkan perusahaan adalah strategi yang bersifat defensif.
23
2.1.3
Boston Consulting Group Matrix (BCG Matrix)
BCG matrix yang juga dikenal dengan matriks porfolio koporasi pertama kali
dikembangkan oleh The Boston Consulting Group yang memperkenalkan ide bahwa
setiap unit bisnis organisasi dapat dievaluasi dan diplot pada matriks 2 x 2 untuk
mengidentifikasi hal apa yang memberikan kemungkinan tinggi dan hal apa yang
menghabiskan sumber daya organisasi. (Robbins dan Coulter, 1999, p237) Matriks
Tinggi
BCG dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.
Question
Marks
Antisipasi
tingkat
Pertumbuhan
Stars
Dogs
Rendah
Cash Cows
Tinggi
Rendah
Pangsa Pasar
Gambar 2.2 Matriks BCG
Sumber : Robbins,S.P. dan Coulter,M. 1999, p237
Sumbu
horisontal
menggambarkan
pangsa
pasar
dan
sumbu
vertikal
menggambarkan tingkat pertumbuhan pasar. Pangsa pasar yang tinggi berarti bahwa
sebuah bisnis adalah pemimpin dalam industrinya sedangkan pertumbuhan pasar
24
yang tinggi berarti sekurang-kurangnya 10 % pertumbuhan tahunan dalam penjualan
(setelah disesuaikan dengan inflasi).
Matriks BCG merumuskan empat kelompok bisnis, yaitu antara lain :
•
Cash cows
Kelompok bisnis ini menggambarkan posisi dimana perusahaan menguasai
pangsa pasar relatif tinggi bila dibandingkan dengan pangsa pasar keseluruhan
sedangkan tingkat pertumbuhan pasar tahunannya relatif rendah. Pada posisi ini,
pendapatan dan aliran kas perusahaan sangat stabil, sehingga dapat menghasilkan
cukup banyak uang tunai yang dikarenakan pangsa pasar yang tinggi, namun
harapan pertumbuhan mereka di masa depan terbatas. Pada posisi ini, perusahaan
perlu untuk mereapkan strategi bertahan atau mempertahankan posisi dengan
melakukan investasi dan inovasi secukupnya.
•
Stars
Kelompok bisnis ini menggambarkan posisi dimana perusahaan menguasai
pangsa pasar relatif tinggi terhadap pangsa pasar keseluruhan dan juga
mempunyai tingkat pertumbuhan pasar tahunan yang relatif tinggi pula. Pada
posisi ini perusahaan memperoleh pendapatan yang stabil dan meningkat. Strategi
yang cocok untuk diterapkan perusahaan pada posisi ini adalah melakukan
investasi untuk pertumbuhan dan untuk mempertahankan pangsa pasar relatif
yang dikuasai perusahaan.
25
•
Question Marks
Kelompok bisnis ini menggambarkan posisi dimana perusahaan menguasai
pangsa pasar relatif rendah terhadap pangsa pasar keseluruhan namun tingkat
pertumbuhan pasar tahunan dimana perusahan berada relatif tinggi, sehingga
perusahaan masih mempunyai kesempatan untuk memperluas pangsa pasarnya.
Pada posisi ini perusahaan memperoleh tingkat pendapatan yang rendah dan tidak
stabil namun masih terus bertumbuh. Strategi yang dapat ditempuh perusahaan
yang berada pada posisi ini adalah dengan melakukan investasi dan inovasi untuk
meningkatkan pangsa pasar relatif perusahaan.
•
Dogs
Kelompok bisnis ini menggambarkan posisi dimana perusahaan menguasai
pangsa pasar relatif rendah terhadap pangsa pasar keseluruhan dan juga
mempunyai tingkat pertumbuhan pasar tahunan yang relatif rendah. Perusahaan
yang ada pada posisi ini memperoleh pendapatan yang rendah dan tidak stabil
serta aliran kas yang bernilai negatif. Pada posisi ini perusahaan sulit untuk
meningkatkan pendapatannya dan sulit untuk meningkatkan pangsa pasar yang
dikuasainya karena pertumbuhan pasar yang rendah. Apabila terus dipertahankan
perusahan mungkin hanya akan mendapat sedikit keuntungan yang kurang berarti
atau bahkasn memperoleh kerugian. Strategi yang cocok untuk perusahaan yang
berada
pada
posisi
menginvestasikannya
ini
adalah
dengan
menjual
perusahaan
dan
26
2.1.4
Analisis Industri Porter
Pemainpemain baru
Ancamanancaman pemain
baru
Kekuatan tawar
menawar
pemasok
Pemasok
Pesaingpesaing
industri
Kekuatan tawar
menawar
pembeli
Persaingan
yang ada
sekarang
Pembeli
Ancaman-ancaman
produk pengganti
Produk
Pengganti
Diagram 2.1 Kekuatan-kekuatan yang Ada Dalam industri
Sumber : Porter, M.E. 1980, p5
Di setiap industri, lima kekuatan kompetitif mendiktekan peraturan persaingan.
Bersama-sama, kelima kekuatan yang ada menentukan profitabilitas industri sebab
kekuatan-kekuatan itu secara langsung mempengaruhi harga yang dapat dibebankan
oleh masing-masing perusahaan, struktur biaya mereka, dan persyaratan-persyaratan
penanaman modal mereka. Para manajer menilai daya tarik sebuah industri
menggunakan kelima faktor ini, yaitu antara lain :
1. Ancaman pemain baru dan hambatan-hambatan untuk masuk
Faktor-faktor seperti skala ekonomi, loyalitas merek dan persyaratan-persayaratan
permodalan menentukan seberapa mudah atau seberapa sulit bagi pesaing baru
untuk memasuki sebuah industri.
27
2. Ancaman Produk pengganti
Faktor-faktor seperti biaya-biaya perpindahan dan loyalitas pembeli menentukan
kadar sejauh mana pelanggan-pelanggan cenderung untuk membeli suatu produk
pengganti.
3. Kekuatan tawar-menawar para pembeli
Faktor-faktor seperti jumlah para pembeli di pasar itu, informasi pembeli dan
tersedianya produk subtitusi menentukan jumlah pengaruh yang dimiliki oleh
para pembeli dalam sebuah industri.
4. Kekuatan tawar-menawar para pemasok
Faktor-faktor seperti derajat konsentrasi pemasok dan tersedianya masukanmasukan pengganti menentukan jumlah kekuatan yang dimiliki para pemasok
terhadap perusahaan-perusahaan di dalam industri tersebut.
5. Pesaing yang ada sekarang
Faktor-faktor seperti pertumbuhan industri, permintaan yang meningkat atau
menurun dan perbedaan produk menentukan seberapa hebat akan terjadi
persaingan di antara perusahaan-perusahaan di industri itu.
(Robbins, S.P. and Couter, M. 1999, p241)
28
2.1.5
Analisis Peluang Pemasaran
Dalam pemasaran, sasaran suatu perusahaan membedakan segmen-segmen pasar
utama, membidik satu atau dua segmen itu dan mengembangkan produk dan program
pemasaran yang dirancang khusus bagi setiap segmen, sehingga mereka dapat
memusatkan perhatian pada pembeli yang paling mungkin dapat mereka puaskan.
Dalam melakukan pemasaran sasasaran
tersebut, pemasar diharuskan untuk
melakukan tiga langkah utama yaitu segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran dan
penetapan posisi di pasar.
2.1.5.1 Segmentasi Pasar
Sebuah pasar terdiri dari banyak pembeli yang masing-masing berbeda dalam
banyak hal, sehingga pasar dapat disegmentasi dengan berbagai cara. Sebuah
segmentasi pasar menunjukkan usaha untuk meningkatkan ketepatan penetapan
sasaran dari suatu perusahaan. Menurut Kotler (1997, p227-234), dalam sebuah
segmentasi terdapat empat variabel segmentasi utama yang dapat digunakan secara
tersendiri atau gabungan yaitu antara lain:
1. Segmentasi geografis
Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis
yang berbeda seperti negara, negara bagian, wilayah, propinsi, kota atau
lingkungan. Perusahaan dapat memutuskan untuk beroperasi dalam satu wilayah
29
geografis atau beroperasi dalam dalam seluruh wilayah tapi memberikan
perhatian pada variasi lokal dalam kebutuhan dan preferensi geografis.
2. Segmentasi demografis
Dalam segmentasi demografis, pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok
berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, jenis
kelamin,
penghasilan,
pekerjaan,
pendidikan,
agama,
ras,
generasi,
kewarganegaraan dan kelas sosial.
3. Segmentasi psikografis
Dalam segmentasi psikografis, pembeli dibagi menjadi kelompok yang berbeda
berdasarkan gaya hidup dan kepribadian. Orang-orang dalam kelompok
demografis yang sama dapat menunjukkan gambaran psikografis yang berbeda.
•
Gaya Hidup
Orang-orang menunjukkan jauh lebih banyak gaya hidup daripada yang
ditunjukkan oleh ketujuh kelas sosial. Minat produk orang-orang dipengaruhi
oleh gaya hidup mereka dan barang yang mereka konsumsi menunjukkan
gaya hidup mereka.
•
Kepribadian
Pemasar telah menggunakan variabel kepribadian untuk melakukan
segmentasi pasar. Mereka melengkapi produk mereka dengan kepribadian
merek yang berhubungan dengan kepribadian konsumen.
30
•
Nilai
Pemasar melakukan segmentasi berdasarkan nilai-nilai inti, yakni sistem
kepercayaaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Nilai inti berada
jauh di lubuk hati dibandingkan perilaku dan sikap, dan menentukan pilihan
dan keinginan orang selama jangka panjang.
4. Segmentasi perilaku
Dalam segmentasi perilaku, pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok
berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian. Banyak pemasar yakin bahwa
variabel perilaku-kejadian, manfaat, status pemakai, tingkat pemakaian dan sikap
merupakan titik awal terbaik dalam membetuk segmen pasar.
•
Kejadian
Pembeli dapat dibedakan menurut kejadian saat mereka mengembangkan
kebutuhan membeli suatu produk, atau memakai suatu produk. Segmentasi
menurut kejadian dapat membantu perusahaan memperbesar pemakaian
produknya, sebuah perusahaan dapat mempertimbangkan kejadian-kejadian
penting dalam hidup untuk melihat apakah semuanya disertai oleh kebutuhan
tertentu.
•
Manfaat
Merupakan bentuk segmentasi yang kuat yang melibatkan pengklasifikasian
pembeli menurut manfaat berbeda yang mereka cari dari suatu produk.
31
•
Status Pemakai
Pasar dapat disegmentasi menjadi kelompok non-pemakai, bekas pemakai,
pemakai potensial, pemakai pertama kali dan pemakai tetap dari suatu produk.
Posisi perusahaan dalam pasar akan dipengaruhi oleh fokusnya, entah itu
terletak pada usaha menarik pemakai potensial atau menarik pemakai saat ini.
•
Tingkat pemakaian
Pasar dapat disegmentasi menjadi kelompok pemakai produk yang ringan,
sedang dan berat. Pemakai berat sering merupakan persentase kecil dari pasar
tetapi merupakan persentase tinggi dalam konsumsi total. Pemasar biasanya
lebih suka menarik satu pemakai berat daripada beberapa pemakai ringan dan
mereka mengubah-ubah usaha promosi supaya sesuai dengan sasaran itu.
•
Status Kesetiaan
Suatu pasar dapat disegmentasi menurut pola kesetiaan konsumen. Konsumen
dapat setia pada merek, toko, dan entitas lain. Dengan mempelajari konsumen
yang sangat setia, perusahaan dapat mengidentifikasi kekuatan produknya.
Dengan mempelajari konsumen yang kesetiaannya terbagi, perusahaan dapat
mengetahui merek mana yang paling bersaing dengan mereknya. Dengan
memperhatikan konsumen yang menjauhi mereknya, perusahaan dapat
mengetahui kelemahan pemasarannya dan berusaha untuk memperbaikinya.
32
•
Tahap Kesiapan Pembeli
Pasar terdiri dari orang-orang dengan tahap kesiapan yang berbeda-beda untuk
membeli suatu produk. Beberapa orang tidak menyadari keberadaan suatu
produk, beberapa orang menyadarinya, beberapa orang memiliki informasi
tentang produk, beberapa orang tertarik, dan beberapa orang menginginkan
produk ini dan beberapa orang bermaksud membelinya. Jumlah relatifnya
membuat perbedaan yang besar dalam merancang program pemasaran.
2.1.5.2 Penetapan Pasar Sasaran (Target)
Setelah
mengevaluasi
segmen-segmen
yang
berbeda,
perusahaan
harus
mempertimbangkan segmen mana dan berapa banyak segmen yang akan dilayani dan
memutuskan segmen mana yang akan dijadikan target atau sasaran. Menurut Kotler
(1997, p239), ada lima pola pemilihan pasar sasaran yang dapat dipertimbangkan
perusahaan, yaitu antara lain:
1. Konsentrasi Segmen Tunggal
Bila perusahaan memilih sebuah segmen tunggal, perusahaan ini bisa menjadi
pemimpin segmen tersebut dan juga mengetahui kebutuhan segmennya dan
meraih pasar yang kuat, menikmati operasi ekonomis melalui spesialisasi produk,
distribusi, dan promosi. Namun, pemasaran yang terkonsentrasi mempunyai
resiko di atas normal yaitu ketika seorang pesaing menyerang segmen itu.
33
2. Spesialisasi Selektif
Dalam hal ini perusahaan memilih sejumlah segmen, setiap segmen itu menarik
dan berpotensi menghasilkan uang, strategi multi-segmen ini memiliki
keuntungan pendiversifikasian resiko perusahaan.
3. Spesialisasi Produk
Di sini, perusahaan berkonsentrasi berusaha menghasilkan produk tertentu untuk
dijual ke beberapa segmen. Melalui strategi spesialisasi produk, perusahaan
membangun reputasi kuat dibidang tertentu. Yang merugikan jika produk itu
kalah oleh teknologi yang canggih.
4. Spesialisasi Pasar
Dalam hal ini, perusahaan berusaha untuk melayani berbagai kebutuhan dari suatu
kelompok pelanggan tertentu. Perusahaan mendapat reputasi kuat karena
mengkhususkan diri melayani kelompok pelanggan itu dan menjadi saluran
pemasaran produk baru yang mungkin digunakan oleh kelompok pelanggan.
5. Cakupan Seluruh Pasar
•
Pemasaran yang tidak Terdiferensiasi
Perusahaan mengabaikan perbedaan segmen pasar dan meraih seluruh pasar
dengan 1 tawaran, ia memusatkan diri pada kebutuhan pembeli yang dasar, ia
menggantungkan diri dari distribusi, banyaknya pembeli, dan pemasaran ini
diangga rekan bagi standarisasi dan produksi massal di pengusaha
manufaktur.
34
•
Pemasaran Terdiferensiasi
Perusahaan beroperasi di beberapa segmen pasar dan merancang program
yang berbeda untuk masing-masing segmen. Pemasaran yang terdiferensiasi
biasanya menciptakan banyak penjualan total dibanding pemasaran tidak
terdiferensiasi, tapi pemasaran ini menyebabkan biaya yang tinggi.
2.1.5.3 Positioning
Positioning (penentuan posisi) merupakan tindakan merancang penawaran dan
citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan
berbeda dalam benak pelanggan sasarannya (Kotler, P. 1997, p262). Oleh karena itu
positioning
menentukan
bagaimana
suatu
produk
yang
dipasarkan
ingin
dipersepsikan oleh masyarakat. Positioning ini dillakukan dengan memberitahukan
pasar mengenai perbedaan atau keunikan produk yang dipasarkan berdasarkan
karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
2.1.6
Balanced Scorecard
2.1.6.1 Pengertian
Balanced scorecard merupakan suatu pendekatan pada manajemen strategis yang
dikembangkan pada awal tahun 1990 oleh Drs. Robert Kaplan (Harvard Business
School) dan David Norton (Institue sebuah badan riset ICPMG). Balanced scorecard
35
lebih dari sebuah sistem pengukuran kerja taktis ataupun operasional, balanced
scorecard merupakan sebuah sistem manajemen strategis yang digunakan untuk
mengelola suatu strategi jangka panjang.
Dalam melakukan pengukuran kinerjanya, banyak perusahaan yang hanya
menggunakan ukuran finansial sebagai tolak ukur, namun pada dasarnya ukuran
finansial tersebut hanya menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu sehingga tidak
memadai untuk menuntun dan mengevaluasi perjalanan yang harus dilalui perusahaan
dalam menciptakan nilai masa depan melalui investasi yang ditanamkan pada
pelanggan, pemasok, pekrja, proses, teknologi dan inovasi.
Oleh sebab itu dikembangkanlah balanced scorecard yang mana pendekatan ini
melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja di masa lalu dengan ukuran
pendorong (drivers) kinerja masa depan. Balanced scorecard mencakup aktivitasaktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh partisipan perusahaan yang memiliki
kemampuan dan motivasi tinggi. Melalui perspektif finansial, balanced scorecard
memperhatikan kinerja jangka pendek dan juga dengan jelas mengungkapkan faktorfaktor yang menjadi pendorong tercapainya kinerja finansial dan kompetitif jangka
panjang yang superior.
Sebagai sebuah sistem manajemen balanced scorecard menekankan bahwa
semua ukuran baik finansial maupun nonfinansial harus menjadi bagian sistem
informasi untuk para pekerja di semua tingkatan perusahaan sehingga para pekerja
harus memahami konsekuensi finansial atas keputusan dan tindakan yang mereka
36
ambil, dan juga memahami faktor-faktor yang mendorong keberhasilan finansial
jangka panjang.
Perusahaan menggunakan fokus balanced scorecard
untuk menghasilkan
berbagai proses manajemen, yaitu antara lain :
a. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.
b. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis.
c. Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif
strategis.
d. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategi.
(Kaplan,R.S. dan Norton, D.P. 2000, p9)
Balanced scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan kedalam tujuan
dan ukuran yang tersusun kedalam empat buah perspektif, yaitu perspektif finansial
(financial perspective), perspektif pelanggan (customer perspective), perspektif
proses bisnis internal (internal bussines procces perspective) dan yang terakhir
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective). Tujuan
dan ukuran dalam balanced scorecard ini diturunkan dari suatu proses atas ke bawah
yang digerakkan oleh misi dan strategi perusahaan. Scorecard memberikan kerangka
kerja dan bahasa untuk mengkomunikasikan strategi, scorecard juga menggunakan
pengukuran untuk memberi informasi kepada para pekerja tentang faktor yang
mendorong keberhasilan saat ini dan yang akan datang.
Balanced scorecard sebagai kerangka kerja untuk penerjemahan strategi ke dalam
kerangka operasional dapat dilihat pada diagram 2.2 berikut ini.
37
“Untuk
mewujudkan visi
kita, bagaimana
kita memelihara
kemampuan kita
untuk berubah dan
meningkatkan
diri?”
ju
U an
ku
Sa ran
sa
In r an
i si
at
if
“Untuk
Proses Bisnis Internal
menyenangkan para
pemegang saham
dan pelanggan kita
proses bisnis apa
yang harus kita
kuasai dengan
baik?”
Tu
VISI dan
STRATEGI
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Tu
ju
U an
ku
Sa r an
sa
In ra n
is
ia
tif
ju
U an
ku
Sa ran
sa
In r an
is
ia
tif
Pelanggan
Tu
“Untuk
mewujudkan
visi kita, apa
yang harus kita
perlihatkan
kepada para
pelanggan
kita?”
Finansial
Tu
j
U ua n
ku
Sa ran
sa
I n ran
i si
at
if
“Untuk
berhasil secara
finansial, apa
yang harus kita
perlihatkan
kepada para
pemegang
saham kita?”
Diagram 2.2 Balanced Scorecard Sebagai Kerangka Kerja
Sumber : Kaplan, R.S dan Norton, D.P. 2000, p8)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard seharusnya
digunakan sebagai sistem komunikasi, informasi dan pembelajaran, bukan sebagai
sistem pengendalian. Dengan membuat balanced scorecard secara benar, maka akan
terkandung kesatuan tujuan karena semua ukuran diarahkan kepada pencapaian
strategi yang terpadu.
2.1.6.2 Perspektif balanced scorecard
Dalam balanced scorecard terdapat empat perspektif yang akan menjadi kerangka
dari balanced scorecard, dimana empat perspektif tersebut akan memberikan
keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, yaitu antara hasil
38
yang diinginkan dan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut, dan juga antara
ukuran objektif yang keras dengan ukuran subjektif yang lebih lunak.
2.1.6.2.1 Perspektif Finansial
Dalam balanced scorecard, tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran dari
semua perspektif lainnya. Setiap ukuran yang ada harus mempunyai hubungan sebab
akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan
finansial menggambarkan tujuan jangka panjang perusahaan yaitu pengembalian
modal investasi yang tinggi.
Strategi perusahaan yang akan dijelaskan didalam scorecard dimulai dari tujuan
finansial jangka panjang, lalu setelah itu dikaitkan dengan berbagai urutan tindakan
yang harus diambil sehubungan dengan proses finansial, pelanggan, proses internal
dan para pekerja serta sistem untuk menghasilkan kinerja ekonomis jangka panjang
yang diinginkan perusahaan. Pada saat pengembangan perpektif finansial balanced
scorecard dilakukan, para manajer harus menentukan ukuran finansial yang sesuai
untuk strategi mereka.
Tujuan dan ukuran finansial mempunyai dua peran, yaitu menentukan kinerja
finansial yang diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran
perspektif scorecard lainnya. Ukuran finansial sangatlah penting untuk digunakan
dalam melakukan pengukuran kinerja sebab ukuran finansial dapat memberikan
ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja
39
finansial dapat memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, penerapan dan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba
perusahaan.
Menurut Robert Kaplan dan David Norton terdapat tiga tahapan dalam siklus
hidup perusahaan, yaitu antara lain :
•
Bertumbuh (growth)
Perusahaan yang sedang bertumbuh berada pada awal siklus hidup perusahaan,
mereka menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi pertumbuhan.
Perusahaan dalam tahap pertumbuhan mungkin beroperasi dengan arus kas yang
negatif dan pengembalian modal investasi yang rendah. Investasi yang dibuat
untuk masa depan mungkin mengkonsumsi uang kas yang lebih banyak dari yang
dapat dihasilkan saat ini oleh produk, jasa dan pelanggan perusahaan yang masih
terbatas.
Tujuan finansial pada tahap pertumbuhan akan menekankan pada pertumbuhan
penjualan di pasar baru, pertumbuhan penjualan kepada pelanggan baru dan
pertumbuhan penjualan yang dihasilkan dari produk dan jasa baru, kemudian
mempertahankan tingkat pengeluaran yang memadai untuk pengembangan
produk dan proses, sistem, kapabilitas pekerja dan penetapan saluran pemasaran,
penjualan dan distribusi baru.
40
•
Bertahan (sustain)
Sebagian besar unit bisnis dalam sebuah perusahaan mungkinberada pada
tahap bertahan, situasi dimana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi
penanaman investasi dan investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan
pengembalian modal yang cukup tinggi. Unit bisnis seperti ini diharapkan dapat
mempertahankan pangsa pasr yang dimiliki dan secara bertahap bertumbuh tahun
demi tahun.
Tujuan finansial dalam tahap bertahan akan bertumpu pada ukuran finansial
tradisional seperti ROCE (Return on Capital Employed), laba operasi dan marjin
kotor. Proyek investasi dalam kategori ini akan dievaluasi dengan memakai
discounted cash flows dan analisa penganggaran model standar sedangkan
sebagian perusahaan akan menggunakan ukuran finansial baru seperti nilai
tambah ekonomis dan nilai pemegang saham. Semua ukuran tersebut menyatakan
tujuan finansial klasik yaitu menghasilkan tingkat pengembalian modal investasi
yang tinggi.
•
Menuai (Harvest)
Kebanyakan unit bisnis di tahap bertahan akan menetapkan tujuan finansial
yang terkait dengan profitabilitas. Tujuan tersebut dapat dinyatakan dengan
menggunakan ukuran yang terkait dengan laba akuntansi seperti laba operasi dan
marjin kotor. Ukuran ini menganggap investasi modal di dalam unit bisnis sudah
tetap (given) dna meminta para manajer untuk memaksimalkan pendapatan yang
41
dihasilkan dari investasi modal. Yang menjadi sasaran pada tahap ini adalah
untuk memaksimalkan pengembalian kas kepada perusahaan dari seluruh
investasi yang telah ditanamkan di waktu yang lalu.
2.1.6.2.2 Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, dilakukan identifikasi terhadap pelanggan dan
segmen pasar, dimana segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi
komponen penghasilan tujuan finansial perusahaan. Setelah berbagai segmen pasar
teridentifikasi, selanjutnya perusahaan harus memilih segmen pasar mana yang akan
dimasuki. Dengan perspektif pelanggan ini, memungkinkan perusahaan untuk
menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan penting yaitu kepuasan, loyalitas, retensi,
akuisisi dan profitabilitas, dengan pelanggan dan segmen pasar sasaran.
Apabila perusahaan tidak memahami kebutuhan pelanggannya, maka para pesaing
akan dapat dengan mudah menyerang dengan melakukan penawaran produk atau jasa
yang lebih baik dan yang sesuai dengan preferensi pelanggan. Oleh karena itu
perusahaan harus dapat menciptakan produk atau jasa yang bernilai bagi pelanggan.
Yang menjadi kunci dalam pengembangan tujuan dan ukuran perspektif
pelanggan dalam balanced scorecard adalah pada saat dilakukan identifikasi terhadap
proporsi nilai (value proposition) yang akan diberikan kepada segmen sasaran yang
menjadi kunci. Dengan demikian, perspektif pelanggan scorecard menerjemahkan
42
misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan yang spesifik yang berkenaan dengan
pelanggan dan segmen untuk dikomunikasikan ke seluruh perusahaan.
Setelah menentukan segmen pasar sasaran, perusahaan dapat menetapkan tujuan
dan ukuran untuk segmen sasaran tersebut, dimana terdapat kelompok ukuran
pelanggan utama yang umumnya sama untuk semua jenis perusahaan. Ukuran-ukuran
tersebut dapat dilihat pada diagram 2.3 berikut ini.
PANGSA
PASAR
AKUISISI
PELANGGAN
PROFITABILITAS
PELANGGAN
RETENSI
PELANGGAN
KEPUASAN
PELANGGAN
Diagram 2.3 Ukuran Utama Perspektif Pelanggan
Sumber : Kaplan, R.S. dan Norton, D.P, 2000, p60
Kelompok pengukuran pelanggan utama antara lain :
•
Pangsa pasar
Pangsa pasar menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit
bisnis di pasar tertentu, seperti dalam bentuk jumlah pelanggan, uang yang
dibelanjakan atau volume satuan yang terjadi. Pengukuran pangsa pasar dapat
dilakukan apabila kelompok pelanggan sasaran atau segmen pasar sudah
ditentukan.
•
Retensi pelanggan
Cara yang disukai untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar
dalam segmen pelanggan sasaran diawali dengan mempertahankan pelanggan
43
yang ada di segmen tersebut yang disebut dengan retensi pelanggan. Perusahaan
yang dapat dengan segera melakukan identifikasi seluruh pelanggan akan dapat
mengukur retensi pelanggan dari periode ke periode.
•
Akuisisi pelanggan
Ukuran akuisisi pelanggan mengukur, dalam bentuk yang absolut dan relatif,
kekuatan unit bisnis menarik dan memenangkan pelanggan atau bisnis baru.
Akuisisi pelanggan dapat diukur dengan banyaknya jumlah pelanggan baru atau
jumlah penjualan kepada pelanggan baru di segmen yang ada.
•
Kepuasan pelanggan
Retensi dan akuisisi pelanggan ditentukan oleh usaha perusahaan untuk dapat
memuaskan berbagai kebutuhan pelanggan. Ukuran kepuasan pelanggan
memberikan umpan balik mengenai seberapa baik perusahaan melaksanakan
bisnis. Dengan sekedar memenuhi kepuasan pelanggan tidaklah cukup untuk
mendapatkan loyalitas, retensi atau profitabilitas yang tinggi, hanya jika
pelanggan menilai pengalaman pembeliannya sebagai pengalaman yang amat
memuaskan barulah perusahaan dapat mengharapkan para pelanggan melakukan
pembelian ulang.
•
Profitabilitas pelanggan
Kepuasan pelanggan dan pangsa pasar yang besar hanyalah sebuah alat uintuk
mencapai pengembalian finansial yang lebih tinggi, perusahaan mungkin berharap
untuk dapat mengukur tidak hanya besaran bisnis yang dilakukan dengan
44
pelanggan, tetapi juga profitabilitas dari bisnis ini, terutama dalam segmen
pelanggan sasaran. Pada dasarnya perusahaan menginginkan pelanggan yang
lebih dari sekedar terpuaskan dan senang, yaitu pelanggan yang dapat
memberikan keuntungan. Sebuah ukuran finanasial seperti profitabilitas
pelanggan, membantu perusahaan untuk tetap menjadi perusahaan yang berfokus
pada pelanggan.
Selanjutnya selain pengukuran yang ada di kelompok utama, penting untuk
dilakukannya pengukuran terhadap proposisi nilai pelanggan (customer value
proposition). Dimana proposisi nilai pelanggan menyatakan atribut yang diberikan
perusahaan kepada produk dan jasanya untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan
pelanggan dalam segmen pasar sasaran. Serangkaian atribut yang membentuk
proposisi nilai untuk semua industri yang menjadi sumber penyusunan scorecard
dapat dilihat pada diagram 2.4 berikut ini.
45
“Offer products and service that are consistent, timely and low cost”
Best total
cost
Product
leader
Lowest-cost
supplier
Consistenly
high quality
Speedy
purchase
Appropriate
selection
“Products and services that expand existing performance boundaries into the highly
desirable”
High-performance
products : speed, size,
accuracy, weight
First to
market
Penetrate new
market segment
“Provide the best total solution to our cost”
Complete
customer
solutions
System
lock-in
Quality of
solution
provided
Number of
products/service
per customer
Customer
retention
Customer
lifetime
profitability
“High switching cost to end-user customer”
“Add value to complementors”
Offer broad
selection &
convenient
access
Provide
large
customers
base
Provide
widely used
standard
Provide
innovation on
a stable
platform
Offer easy-to
use platform
& standard
Diagram 2.4 Value Proposition
Sumber : Kaplan, R.S. dan Norton, D.P. 2004, p41
2.1.6.2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif ini, dilakukan identifikasi berbagai proses internal yang sangat
penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham. Proses ini
memungkinkan unit bisnis untuk memberikan proposisi nilai yang akan menarik
perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar sasaran, serta
memenuhi harapan keuntungan finansial yang tinggi para pemegang saham.
46
Terdapat dua perbedaan ukuran kinerja yang mendasar antara pendekatan
tradisional dengan pendekatan balanced scorecard yang diungkap perspektif proses
bisnis internal. Perbedaan yang pertama terletak pada pendekatan tradisional yang
berusaha memantau dan meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini. Pendekatan ini
mungkin melampaui ukuran kinerja finansial dalam hal pemanfaatan alat ukur yang
berdasar pada mutu dan waktu, namun semua ukuran itu masih berfokus pada
peningkatan proses bisnis saat ini. Sedangkan pendekatan scorecard pada umumnya
akan mengidentifikasi berbagai proses baru yang harus dikuasai dengan baik oleh
sebuah perusahaan agar dapat msemenuhi berbagai tujuan pelanggan dan finansial.
Perbedaan yang kedua, pendekatan balanced scorecard memadukan berbagai
proses inovasi ke dalam perspektif proses bisnis internal, sedangkan pada sistem
pengukuran kinerja tradisional hanya berfokus pada proses penyampaian produk dan
jasa perusahaan saat ini.
Dalam proses bisnis terdapat rangkaian proses tertentu untuk menciptakan nilai
bagi pelanggan dan memberikan hasil finansial yang baik yang diklasifikasikan
menjadi tiga proses bisnis utama, yang dapat dilihat pada diagram 2.5 berikut ini.
Proses Inovasi
Kebutuhan
Pelanggan
Diidentifikasi
Kenali
Pasar
Ciptakan
Produk/
Jasa
Proses Operasi
Bangun
Produk/
Jasa
Proses Layanan
Purna Jual
Luncurkan
Produk/
Jasa
Layani
Pelanggan
Diagram 2.5 Model Rantai Nilai Generik
Sumber : Kaplan, R.S dan Norton, D.P. 2000, p84
Kebutuhan
Pelanggan
Terpuaskan
47
•
Proses Inovasi
Proses inovasi merupakan gelombang panjang penciptaan nilai dimana
perusahaan pertama kali menemukan dan mengembangkan pasar baru, pelanggan
baru, serta kebutuhan yang sedang berkembang dan yang
tersembunyi dari
pelanggan yang ada saat ini.
Proses inovasi terdiri atas dua komponen. Pada komponen pertama dilakukan
penelitian pasar untuk mengenali ukuran pasar, bentuk preferensi pelanggan dan
tingkat harga produk dan jasa sasaran. Pada saat perusahaan melaksanakan proses
internal dan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tertentu, sangatlah penting
memiliki informasi yang akurat dan dapat diandalkan mengenai ukuran pasar dan
preferensi pelanggan.
Komponen kedua dalam proses inovasi ini adalah penciptaan/pengembangan
suatu produk atau jasa, dimana dalam tahap ini diperlukan informasi mengenai
pasar dan pelanggan untuk dapat melakukan perancangan dan pengembangan
produk/jasa.
Pengukuran yang dapat digunakan dalam proses inovasi ini adalah ukuran
untuk penelitian dasar dan terapan seperti persentase penjualan produk baru,
persentase penjualan produk proprietary, serta ukuran pengembangan produk
seperti break even time (BET), dan sebagainya.
48
•
Proses Operasi
Proses operasi merupakan gelombang pendek penciptaan nilai di dalam
perusahaan, yang dimulai dengan diterimanya pesanan pelanggan dan diakhiri
dengan penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan. Proses ini menitik
beratkan pada penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan yang ada secara
efisien, konsisten dan tepat waktu.
Pengukuran utama yang dilakukan dalam proses operasi ini meliputi
pengukuran mutu, lama siklus dan biaya proses operasi, dan selain pengukuran
tersebut dapat dilakukan pengukuran karakteristik tmabahan dari proses, produk
dan jasa, yang dapat berupa pengukuran fleksibilitas dan karakteristik khusus
produk dan jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan.
•
Proses Layanan Purna Jual
Layanan purna jual ini mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan,
penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan, serta proses pembayaran
seperti administrasi kartu kredit dan sebagainya. Perusahaan yang berupaya untuk
memenuhi harapan pelanggan sasaran dapat mengukur kinerja proses layanan
purna jual dengan menyertakan beberapa dari ukuran waktu, mutu dan biaya,
seperti yang digunakan dalam proses operasi.
49
2.1.6.2.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tujuan di dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini adalah
menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga
perspektif lainnya dapat dicapai. Tujuan dalam perspektif ini merupakan faktor
pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif scorecard yang
pertama.
Kaplan dan Norton (2000, p116) mengungkapkan bahwa terdapat tiga kategori
utama untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu antara lain :
•
Kapabilitas pekerja
Yang dimaksud dengan kapabiltas pekerja adalah kemampuan pekerja dalam
melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar, pekerja harus mendapatkan
pelatihan yang cukup agar mempunyai pengetahuan yang benar-benar memadai.
Gagasan untuk meningkatkan proses dan kinerja untuk pelanggan harus datang
dari pekerja lini depan yang paling dekat dengan proses internal dan pelanggan
perusahaan. Dalam melakukan pengukuran terhadap pekerja, terdapat tiga ukuran
utama yang mempengaruhi kapabilitas yang ditunjukkan pekerja, yaitu
pengukuran kepuasan pekerja, retensi pekerja dan produktivitas pekerja.
Tujuan kepuasan pekerja menyatakan bahwa moral pekerja dan kepuasan
kerja secara keseluruhan saat ini sangat penting bagi perusahaan, sebab pekerja
yang puas merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya
tanggap, mutu dan layanan pelanggan.
50
Kemudian tujuan dari retensi pekerja adalah untuk mempertahankan selama
mungkin para pekerja yang diminati perusahaan, sebab perusahaan membuat
investasi jangka panjang dalam diri pekerja sehingga setiap kali ada pekerja yang
berhenti bukan atas keinginan perusahaan merupakan suatu kerugian.
Pengukuran yang terakhir adalah produktivitas pekerja, dimana produktivitas
pekerja adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral
dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal dan kepuasan pelanggan. Tujuannya
adalah untuk membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para pekerja dengan
jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut.
•
Kapabilitas sistem informasi
Agar para pekerja dapat bekerja dengan efektif dalam lingkungan yang
kompetitif dewasa ini, diperlukan banyaknya informasi, yaitu mengenai
pelanggan, proses internal dan konsekuensi finansial keputusan perusahaan. Para
pekerja garis depan memerlukan informasi-informasi yang akurat dan tepat pada
waktunya mengenai setiap hubungan yang ada antara perusahaan dengan
pelanggan. Para pekerja garis depan juga seharusnya diberikan informasi
mengenai segmen di mana pelanggan berada sehingga dapat ditentukan besarnya
upaya yang harus dijalankan untuk memuaskan pelanggan dalam hubungan atau
transaksinya dengan perusahaan saat ini dan juga untuk mempelajari dan
berusahan memuaskan kebutuhan pelanggan yang sedang muncul.
51
Para pekerja yang ada di bagian operasi membutuhkan umpan balik yang
cepat, tepat dan akurat mengenai produk atau jusa yang dihasilkan. Dengan
umpan balik tersebut diharapkan para pekerja dapat mempertahankan program
perbaikan
yang
sistematis
mengeliminasi
kekeliruan-kekeliruan
dan
menghapuskan biaya, waktu dan sisa produksi yang berlebihan dari sistem
produksi.
Sistem informasi yang baik adalah suatu persyaratan bagi pekerja untuk dapat
meningkatkan secara berkesinambungan, melalui proyek perancangan atau
rekayasa ulang. Ukuran ketersediaan informasi strategis dapat berupa persentase
berbagai proses yang mempunyai umpan balik mutu, lama siklus dan biaya serta
persentase para pekerja garis depan yang memiliki akses informasi on-line
mengenai pelanggan.
•
Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan
Untuk dapat mencapai keberhasilan, pekerja garis depan di suatu perusahaan
tidak cukup hanya dilengkapi dengan akses kepada informasi yang luas, mereka
juga harus termotivasi untuk bertindak bagi kepentingan terbaik perusahaan dan
diberikan kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan.
Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan ini terfokus pada iklim perusahaan yang
dapat mendorong timbulnya motivasi dan inisiatif pekerja.
52
2.1.7 Kaitan Balanced Scorecard dan Strategi
Dalam membangun/merancang balanced scorecard yang pada dasarnya
menerjemahkan strategi ke dalam berbagai ukuran, terdapat tiga prinsip yang
memungkinkan balanced scorecard
dikaitkan dengan strategi yang ditempuh
perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Hubungan Sebab Akibat
Sebuah srategi merupakan sekumpulan hipotesis mengenai hubungan sebab dan
akibat. Hubungan sebab akibat ini dapat dinyatakan dengan suatu urutan pernyataan
jika dan maka (if-then). Setiap ukuran yang dipilih untuk balanced scorecard harus
menjadi unsur suatu rantai hubungan sebab akibat yang mengkomunikasikan arti
strategi unit bisnis kepada seluruh perusahaan.
Sebuah scorecard yang disusun dengan benar, seharusnya akan mampu untuk
menjelaskan srategi unit bisnis dengan menggunakan hubungan sebab akibat. Sistem
pengukuran harus membuat hubungan (hipotesis) di antara tujuan-tujuan dan ukuran
di dalam berbagai perspektif menjadi eksplisit sehingga dapat dikelola dan divalidasi.
Sistem pengukuran harus mengidentifikasi dan membuat eksplisit urutan hipotesis
tentang hubungan sebab akibat antara ukuran hasil dengan faktor pendorong
kinerjanya.
53
2. Hasil dan faktor pendorong kinerja
Semua balanced scorecard
menggunakan ukuran generik tertentu, ukuran
generik ini cenderung menjadi ukuran utama hasil, yang mencerminkan tujuan
bersama berbagai strategi dan sruktur yang serupa di semua industri dan perusahaan.
Ukuran-ukuran hasil generik ini cenderung menjadi lag indicator seperti
profitabilitas, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, retensi pelanggan dan keahlian
pekerja.
Faktor pendorong kinerja, lead indicator adalah faktor-faktor khusus yang
terdapat pada unit bisnis tertentu. Faktor pendorong kinerja mencerminkan keunikan
dari strategi unti bisnis, misalnya faktor pendorong finansial dari profitabilitas,
segmen pasar yang dipilih unit bisnis, serta tujuan proses internal, pembelajaran dan
pertumbuhan tertentu yang akan memberikan proporsi nilai kepada pelanggan dan
segmen pasar sasaran.
Sebuah balanced scorecard yang baik harus memiliki bauran ukuran hasil dan
faktor pendorong kinerja, sebab ukuran hasil tanpa faktor pendorong kinerja tidak
akan mengkomunikasikan bagaimana hasil tersebut dicapai. Ukuran tersebut tidak
memberikan indikasi mengenai apakah strategi perusahaan sudah berhasil
dilaksanakan atau belum. Sedangkan faktor pendorong kinerja tanpa ukuran hasil
akan menyebabkan gagalnya perusahaan dalam mengungkapkan apakah peningkatan
operasional tersebut telah diterjemahkan ke dalam bisnis dengan pelanggan saat ini
dan pelanggan baru yang telah diperluas dan kepada peningkatan kinerja finansial.
54
3. Keterkaitan dengan masalah finansial
Sebuah balanced scorecard harus tetap menitikberatkan kepada hasil, terutama
yang bersifat finansial seperti return on capital employed (ROCE) atau nilai tambah
ekonomis. Kegagalan dapat terjadi dalam pengaitan program seperti manajemen mutu
total, penurunan waktu siklus, rekayasa ulang dan pemberdayaan pekerja dengan
hasil yang secara langsung mempengaruhi pelanggan dan yang menghasilkan kinerja
finansial yang handal pada masa yang akan datang. Hal tersebut disebabkan karena
program peningkatan kinerja secara keliru telah dianggap sebagai tujuan akhir.
Program-program itu tidak dikaitkan kepada sasaran-sasaran spesifik untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan dan juga kepada kinerja finansial. Akibatnya
adalah bahwa perusahaan-perusahaan itu akhirnya menjadi kecewa karena programprogram perubahan mereka kurang memberikan hasil yang nyata.
55
2.2 Kerangka Pemikiran
Balanced scorecard menerjemahkan strategi menjadi aksi, oleh karena itu
metodologi balanced scorecard
menghasilkan suatu rencana strategis yang
komprehensif, koheren, seimbang, terukur dan dengan demikian dapat dilaksanakan.
Visi, misi, goal dan strategi akan diterjemahkan secara komprehensif, koheren,
measureable dan balanced menjadi inisiatif-inisiatif strategis sehingga balanced
scorecard menghasilkan total road map perusahaan, yaitu peta menyeluruh yang
menunjukkan kemana perusahaan akan dibawa. Oleh karena perancangan balanced
scorecard perusahaan merupakan sebuah road map yang relatif besar dan sangat
kompleks, maka perancangan hanya dilakukan untuk satu unit bisnis yang ada di
perusahaan yaitu unit bisnis produksi.
Langkah pertama dalam melakukan perancangan balanced scorecard di unit
bisnis produksi adalah melakukan pengumpulan data internal dan eksternal yang
berhubungan dengan perusahaan, kemudian langkah selanjutnya adalah menentukan
strategi yang harus ditempuh perusahaan. Stategi tersebut ditentukan berdasarkan
kondisi dan posisi perusahaan saat ini, karena itu dilakukan analisa posisi perusahaan
dengan menggunakan Analisis SWOT dan Boston Consulting Group (BCG)
growth/share matrix. Setelah didapatkan strategi yang harus ditempuh perusahaan,
langkah selanjutnya adalah menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan ke
dalam berbagai tujuan strategis perusahaan sesuai keempat perspektif balanced
scorecard yang seimbang yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
56
Untuk setiap tujuan strategis yang ada, ditentukan juga ukuran-ukuran sebagai
indikatornya yaitu lag indicator dan faktor pendorong kinerja (lead indicator). Untuk
mendapatkan
ukuran-ukuran
hasil
perusahaan
secara
kuantitatif
dilakukan
pengamatan dan wawancara kepada pihak management puncak di perusahaan dan
juga dilakukan penyebaran kuesioner kepada karyawan dan pelanggan PT. Maha
Keramindo Perkasa.
Setelah mendapatkan ukuran hasil yang diukur saat ini di PT. Maha Keramindo
Perkasa, selanjutnya dilakukan penentuan target strategis yang ingin dicapai
perusahaan di masa yang akan datang. Penentuan target ini dilakukan dengan
mengadakan wawancara pihak manajemen produksi dan target yang ditentukan
haruslah sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan serta harus mempunyai
kemungkinan untuk dapat dicapai.
Langkah terakhir dalam perancangan balanced scorecard unit bisnis produksi ini
adalah pemberian inisiatif-inisiatif strategis untuk dapat mencapai target yang telah
ditentukan di setiap perspektif yang ada. Inisiatif-inisiatif tersebut harus dapat
diimplementasikan di dalam perusahaan dan antara inisiatif yang satu dengan yang
lain tidak boleh saling bertentangan agar inisiatif yang ada di setiap perspektif dapat
diimplementasikan dan dilaksanakan.
Download