DAFTAR ISI - IPB Repository

advertisement
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Metode Analisis
3.1.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan
mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan
memberikan pemaparan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. Fungsi analisis
deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah
diperoleh. Gambaran umum ini menjadi acuan untuk melihat karakteristik data
yang diteliti.
3.1.2 Analisis Rasio Kemandirian Fiskal
Pada teori Pengelolaan Keuangan Daerah di bab sebelumnya telah
dijelaskan bagaimana anggaran keuangan yang dimiliki oleh suatu daerah. Kinerja
pemerintah daerah dapat diukur melalui kinerja keuangannya yang salah satunya
adalah rasio keuangan daerah. Hasil dari analisis rasio keuangan daerah salah
satunya adalah untuk menilai kemandirian fiskal yang dimiliki daerah tersebut,
apakah mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi dengan pemerintah pusat.
Rasio Kemandirian Fiskal ini menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian ditunjukkan oleh besarnya
pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari
sumber lain (pihak ekstern) antara lain: Bagi hasil pajak, Bagi hasil Bukan Pajak
Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, Dana
Darurat dan Dana Pinjaman (Halim, 2007).
Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian Fiskal adalah:
Rasio kemandirian =
Pendapatan Asli Daerah
x 100 %
Sumber Pendapatan dari Pihak Ekstern
(3.1)
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap
sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah dan
demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio
kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah.
Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah menggambarkan
bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.
Tabel 4 Pola Hubungan Tingkat Kemampuan Daerah
Kemampuan Keuangan
Rendah sekali
Rendah
Sedang
Tinggi
Kemandirian (%)
0-25
25-50
50-75
75-100
Pola hubungan
Instruktif
Konsultatif
Partisipatif
Delegatif
Sumber : Halim (2007)
Selain Rasio Kemandirian Fiskal, dalam mengukur kinerja keuangan
daerah menurut Musgrave dan Peggy (1990) dapat menggunakan derajat
desentralisasi fiscal, yaitu kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan. Derajat Desentralisasi
Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
DDF =
PADt
x 100 %
TPDt
(3.2)
Keterangan :
DDF : Derajat Desentralisasi Fiskal (%)
PADt : Total PAD Tahun t (Rupiah)
TPDt : Total Penerimaan Daerah Tahun t (Rupiah)
3.1.3 Analisis Data Panel
Model yang digunakan untuk menganalisis peranan investasi pemerintah
dalam perekonomian kawasan timur Indonesia merupakan pengembangan dari
fungsi produksi Cobb-Douglas. Alasan pemilihan fungsi produksi Cobb-Douglas
berkaitan dengan kelebihannya yaitu: penyelesaiannya relatif mudah (mudah
untuk ditransfer dalam bentuk linier), koefisien hasil estimasi merupakan
elastisitas, dan penjumlahan dari elastisitas tersebut menunjukkan besarnya return
to scale, serta fungsi produksi ini telah banyak digunakan dalam penelitianpenelitian untuk mengestimasi output potensial suatu wilayah (Verbeek, 2001).
Formula umum fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu sebagai berikut:
Yit = Ait Kitα Litβ
(3.3)
Dalam penelitian ini, awal pemikirannya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Aschauer (1989) mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
pengeluaran pemerintah yang ternyata memiliki hubungan yang positif dengan
investasi pemerintah, salah satu bagian penting dalam pengeluaran pemerintah.
Kemudian Aschauer dan Lachler (1998) meneruskan penelitiannya khusus tentang
investasi yang dilakukan oleh pemerintah (public investment) dan hubungannya
dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menghasilkan bahwa ternyata
investasi pemerintah dan swasta mempunyai suatu hubungan, yaitu terjadinya
crowding out.
Penelitian Aschauer dan Lachler (1998) disempurnakan oleh Hatano
(2010), membuktikan bahwa investasi pemerintah dapat berdampak negatif
terhadap investasi swasta dalam jangka pendek dan terjadi crowding out, namun
sebaliknya jika terjadi dalam jangka waktu panjang. Model persamaan Hatano
digunakan sebagai model dasar (baseline model) yaitu
Y it = A IP it α IS it β TK it δ
(3.4)
Dimana: Y adalah output, A adalah total factor productivity, IP adalah investasi
pemerintah, IS adalah investasi swasta, dan TK adalah tenaga kerja. Sedangkan
untuk i adalah indeks provinsi dan t adalah indeks waktu.
Dengan teori pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang maka
suatu daerah akan lebih meningkatkan perekonomiannya jika memiliki
spesialisasi guna memproduksi komoditi yang harganya relatif murah, sehingga
dapat bersaing di pasar domestik dan pasar internasional. Juga dengan
kemampuan daerah tersebut dalam membangun daerahnya, ini didekati dengan
melihat penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah yaitu salah satu
sumbernya adalah melalui penerimaan pajak daerah. Penelitian yang terbaru yaitu
Buckner dan Tuladhar (2010) memasukkan komponen keterbukaan dalam
perdagangan yaitu ekspor dan impor dan penerimaan pajak, menjadi :
Z it   i  Z it 1  t  uit
(3.5)
dimana Z adalah fungsi dari PDB, pengeluaran pemerintah dalam hal ini
merupakan pendekatan investasi pemerintah, penerimaan pajak, investasi swasta,
tenaga kerja dan ekspor.
Modifikasi dari penelitian Bruckner dan Tuladhar (2010) pada persamaan
(3.5) diperlukan mengingat ketersediaan data dari seluruh variabel yang ada dalam
penelitian tersebut tersedia di seluruh provinsi Indonesia khususnya wilayah
timur. Alasan lain adalah adanya penambahan variabel baru yang ingin diteliti.
Maka model empiris yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
(semua variabel dalam bentuk logaritma natural):
Yit = αit + β1 ln PADit + β2 ln IPit + β3 ln ISit + β4 ln TKit + β5 (X-M)it
+ β6 Yit-1+ εit
(3.6)
dimana:
Yit
: pertumbuhan ekonomi provinsi ke-i periode ke-t
Yit-1
: lag pertumbuhan ekonomi provinsi ke-i periode ke-t
PADit
: pendapatan asli provinsi ke-i periode ke-t
IPit
: investasi pemerintah provinsi ke-i periode ke-t
ISit
: investasi swasta provinsi ke-i periode ke-t
(X-M)it
: keterbukaan perdagangan provinsi ke-i periode ke-t
TKit
: tenaga kerja yang ada di provinsi ke-i periode ke-t
εit
: error term
subskrip i
: provinsi di wilayah timur Indonesia (12 provinsi)
subskrip t
: periode/waktu dari tahun 2005-2009
Menyesuaikan dengan tujuan penelitian yang ke tiga yaitu untuk melihat
pengaruh peranan investasi pemerintah yang terbagi menurut jenis yang
dibelanjakan terhadap perekonomian daerah di Kawasan Timur Indonesia, maka
persamaan 3.6 diperluas.
Investasi pemerintah dibagi menurut jenis yang dibelanjakan maka terbagi
atas investasi dengan pembelian peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; serta
irigasi, jalan dan jaringan. Namun dikarenakan investasi yang jelas sangat
berpengaruh terhadap masyarakat adalah investasi pemerintah infrastruktur maka
variabel investasi pemerintah total diganti menjadi investasi infrastruktur.
Sehingga persamaan 3.6 menjadi
Yit = αit + β1 ln PADit + β2 ln IPIit + β3 ln ISit + β4 ln TKit + β5 ln (X-M)it
+ β6 Yit-1 + εit
(3.7)
dimana tambahan variabelnya adalah :
IPIit
: investasi pemerintah yang digunakan untuk infrastruktur di
provinsi ke-i periode ke-t dalam hal ini seperti irigasi, jalan serta
jaringan
Metode estimasi yang dilakukan adalah menggunakan metode analisis data
panel satis terlebih dahulu pada kedua persamaan di atas yaitu persamaan 3.6 dan
3.7 baru kemudian dilakukan dengan menggunakan data panel dinamis. Ditinjau
dari sisi ekonometrik, kedua persamaan di atas berpotensi memiliki permasalahan
endogeneity yaitu yang muncul akibat adanya lag dependent variable yang ikut
dalam persamaan sebagai variabel bebas yang menyebabkan adanya korelasi
antara lag dependent variable tersebut dengan error. Namun permasalahan
endogeneity menurut Verbeek (2001) dapat diatasi dengan menerapkan metode
generalized method of moment (GMM). Penerapan metode GMM dalam analisis
data panel dinamis dapat mengurangi bias pada penggunaan tehnik OLS dan
standard error yang dihasilkan menjadi lebih efisien jika dibandingkan dengan
penggunaan estimasi two stage least square (2SLS).
3.2
Definisi Operasional
Definisi operasional mutlak diperlukan dalam sebuah penelitian. Sebab
definisi suatu konsep mungkin membutuhkan deskripsi bagaimana mengukur
konsepnya, dan kadangkala ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam
mengukur suatu konsep. Hal ini dilakukan sebab tidak semua konsep dapat diukur
dengan jelas. Konsep yang jelas seperti umur, jenis kelamin, dan jumlah anak
dapat diukur secara langsung. Namun konsep keberhasilan pembangunan dan
loyalitas tidak dapat diukur secara langsung, sehingga perlu dibuat sebuah konsep
operasional supaya dapat diukur (Juanda, 2009).
Dari persamaan (3.6) dapat dijelaskan definisi operasional dari masingmasing variabel yaitu sebagai berikut:
1.
Variabel Yit adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar
Harga Konstan 2000 yang merupakan jumlah produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh aktivitas ekonomi yang terjadi di provinsi i pada
periode ke t yang diukur berdasarkan suatu periode tertentu sebagai tahun
dasar sehingga nilainya benar-benar mencerminkan adanya jumlah produksi
yang terbebas dari pengaruh harga. Variabel ini sebagai indikator
pertumbuhan ekonomi yang dimiliki oleh daerah, sampai sejauh mana suatu
daerah
berkembang
atau
meningkatkan
perekonomiannya
dalam
membangun daerah tersebut tanpa adanya pengaruh inflasi.
2.
Variabel Yit-1 adalah PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada provinsi i
pada tahun sebelumnya. Dalam meneliti hubungan investasi pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi, nilai investasi tersebut tidak akan langsung
mempengaruhi perekonomian suatu daerah, maka variabel lag ini
diperlukan.
3.
Variabel PADit adalah pendapatan yang diterima oleh pemerintah provinsi i
pada periode t yang menjadi salah satu sumber pembiayaan pembangunan
yang dilakukan oleh daerah tersebut. Pendapatan ini didapat dari beberapa
kebijakan yang dilakukan serta sumber ekonomi asli yang dimiliki daerah
tersebut, terbagi atas beberapa sumber yaitu dari pajak, retribusi, hasil usaha
kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain.
4.
Variabel IPit adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi i
tahun t, yang didekati pada anggaran pemerintah daerah menggunakan
pengeluaran pembangunan untuk menghasilkan nilai tambah asset baik fisik
maupun non fisik. Pengeluaran pembangunan ini bisa dipecah berdasarkan
sektor (pendidikan, kesehatan, telekomunikasi dan lain-lain) maupun
menurut jenis yang dibelanjakan (tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan serta asset lainnya).
5.
Variabel IPIit adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi i
tahun t, yang didekati pada anggaran pemerintah daerah menggunakan
pengeluaran pembangunan untuk menghasilkan nilai tambah asset baik fisik
maupun non fisik khusus untuk keperluan infrastruktur dasar. Pengeluaran
pembangunan yang dibelanjakan untuk kebutuhan irigasi, jalan dan
telekomunikasi/jaringan.
6.
Variabel ISit adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta dan
masyarakat pada provinsi i tahun t, dengan pendekatan data penanaman
modal yang dilakukan baik dari dalam negeri maupun luar negeri atau pihak
asing yang disalurkan ke daerah/provinsi tertentu di Kawasan Timur
Indonesia.
7.
Variabel (X-M)it adalah tingkat keterbukaan ekonomi provinsi i tahun t yaitu
dengan pendekatan data perdagangan yang dilakukan oleh suatu daerah
terhadap daerah lain (ekspor dan impor). Tingkat keterbukaan ini diperoleh
dari penjumlahan besarnya ekspor dan impor dari PDRB menurut
Penggunaan kemudian hasilnya dibagi dengan total PDRB itu sendiri.
8.
Variabel TKit adalah tenaga kerja yang ada di provinsi i pada tahun t. Yang
dimaksud tenaga kerja disini adalah jumlah penduduk yang berusia 15 tahun
ke atas yang bekerja, yaitu melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan , paling sedikit satu
jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
3.3
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data provinsi di Kawasan Timur Indonesia
yang mencakup kurun waktu 2005-2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder yang diambil dari berbagai publikasi resmi pemerintah
atau studi literature yang diperoleh dari instansi seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementrian Keuangan
(Kemenkeu) khususnya pada Dirjen Keuangan serta instansi terkait lainnya. Untuk
mendukung ketersediaan data lainnya yang lebih lengkap, sumber data juga diakses
melalui publikasi artikel maupun makalah/jurnal ilmiah dari internet.
Data yang bersumber dari BPS adalah data tahunan untuk PDRB menurut
provinsi tahun 2005-2009, yang terbagi atas menurut Lapangan Usaha dan
Penggunaan. Karena pada PDRB menurut Penggunaan, dapat diketahui data
keterbukaan perdagangan yaitu ekspor, impor dan investasi total. Juga data tenaga
kerja yang ada di provinsi, didekati dari data Susenas dan Sakernas. Data sekunder
yang berasal dari BKPM adalah data investasi swasta yang didekati dari realisasi
investasi kegiatan penanaman modal dalam negeri dan asing menurut provinsi.
Sedangkan data sekunder yang dikompilasi dari Kemenkeu adalah data untuk
keuangan daerah yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), investasi
dan konsumsi pemerintah.
3.4
Software Analisis yang Digunakan
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan bantuan
beberapa software untuk melakukan analisis data. Software tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Microsoft Excel 2007
Ms Excel merupakan perangkat lunak berbasis spreadsheet buatan
Microsoft Corp. Software ini digunakan dalam pembuatan tabel, grafik
dan beberapa pengolahan data.
2. EViews 6.0
EViews adalah program komputer yang digunakan untuk mengolah data
statistik dan data ekonometri. Program EViews dibuat oleh Quantitative
Micro Software. Software ini digunakan untuk analisis data panel.
3. Stata ver. 10
Stata merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data
statistik dan ekonometri dengan menggunakan command yang serupa
dengan program DOS namun lebih mudah. Software ini digunakan untuk
analisis data panel yang bersifat dinamis baik FD GMM maupun SYS
GMM.
Download