perlakuan perpajakan atas leasing (sgu)

advertisement
PROPERTI INVESTASI
&
AKUNTASI AKTIVA TETAP
Properti Investasi:
Menurut SAK-ETAP yg diatur IAI (2009:66-67)
adalah properti dalam bentuk aset berwujud
tanah/bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau keduanya yg dikuasai oleh
pemilik untuk menghasilkan sewa atau untuk
kenaikan nilai atau keduanya tetapi tidak untuk
digunakan dalam produksi atau penyedia
barang/jasa atau untk tujuan administratif, atau
untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Aset Tetap :
• Menurut SAK-ETAP yg diatur oleh IAI (2009:68)
Adalah aset berwujud yg dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyedian barang atau jasa, untuk
disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif
dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode
• Menurut pajak sesuai Ps 11 UU PPh No. 36 tahun 2008
Adalah harta berwujud yg dpt disusutkan dan terletak
atau berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yg
merupakan objek pajak serta mempunyai manfaat lebih
dari 1 tahun.
Menurut Peratuaran Perpajakan:
Penyusutan Aset Tetap :
• Untk tahun 2000 dan sebelumnya (UU PPh No. 17
tahun 1983) dimulai pada saat tahun pengeluaran.
• Untk tahun 2001 (UU PPh No. 17 tahun 1983) sampai
dengan sekarang (UU PPh No. 36 tahun 2008)
penyusutan dimulai pada saat bulan pengeluaran aset
tetap tsb , kecuali apabila aset yg masih dalam proses
pengerjaan yaitu pada bulan selesainya pengerjaan
aset tsb. Dng persetujuan DJP, WP diperkenankan
melakukan penyusutan mulai bln aset tsb digunakan
untk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan atau pada bulan aset bersangkutan mulai
menghasilkan.
• Menurut Akuntansi maupun pajak, tanah yg
berstatus hak milik, Hak Guna Bangun (HGB), Hak
Guna Usaha (HGU), dan hak pakai untuk pertama
kalinya tidak disusutkan, kecuali nilainya
berkurang dalam pemakaian.
WP baik pribadi maupun badan (PKP atau non-PKP)
yg
membangun sendiri sebuah bangunan dng luas bangunan 300 m2
atau lebih tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan dikenakan
PPN membangun sendiri sesuai dng Pasal 16C UU PPN No. 42 tahun
2009 sebesar 10% X 40% X jumlah biaya yg dikeluarkan dan/atau
yg dibayarkan, tetapi tdk termasuk harga perolehan tanah. Saat
terhutangnya PPN adalah pada saat setiap bulan sejak saat
dimulainya kegiatan membangun sendiri secara fisik, misalnya saat
pengalian fondasi, pemasangan tiang pancang, ataupun kegiatan
fisik lainnya. WP wajib menyetorkan setiap tanggal 15 bulan
berikutnya setelah bulan terjadinya pengelurana atau berakhirnya
masa pajak. Jika WP PKP maka wajib melaporkan dng menggunakan
SPT Masa PPN masa pajak yg sama dng bln pengeluaran , jika WP
non-PKP maka wajib menggunakan SSP lembar ke 3 paling lambat
akhir bulannya setelah berakhir masa pajak . PPN Pasal 16C yg
dibayar atas kegiatan membangun sendiri tidak dapat dikreditkan
dengan pajak Keluaran.
CATATAN:
Sejak tanggal 22 Nopember 2012 sesuai PER23/Pj/2012
kegiatan membangun sendiri
dengan luas bangunan 200 m2 atau lebih
dikenakan PPN membangun sendiri (PPN Pasal
16C) sebesar 10% X 20% X jumlah biaya yg
dikeluarkan.
AKUNTANSI AKTIVA TETAP
Penggolongan Aset yaitu:
• Aset Tetap Berwujud/tangible fixed assets
Aset - aset yg berwujud yg sifatnya permanen yg
digunakan dalam kegiatan perusahaan yang
normal . (permanen menunjukkan bahwa aset tsb
dapat digunakan untuk jangka waktu cukup lama)
Misal: tanah, bangunan, mesin-mesin, kendaraan
dll.
• Aset Tetap Tidak Berwujud/ intangible fixed
assets
Aset - aset yg umurnya lebih dari satu tahun dan
tidak mempunyai bentuk fisik. Misal : patent,hak
cipta, franchise dll.
PSAK No. 16 Revisi Tahun 2007 :
Aset Tetap :
Adalah aset berwujud yg diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dengan dibangun
terlebih dahulu , yg digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dri satu tahun.
Pengakuan Aset Tetap :
Pernyataan SAK No. 16 (Revisi 2007) bertujuan untk mengatur
perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dpt
memahami informasi mengenai investasi entitas di aset tetap, dan
perubahan dalam investasi tsb. Pernyataan tsb tidaklah berlaku untuk
hak penambangan dan reservasi tambang seperti minyak, gas alam
dan sumber daya alam sejenis yg tidak dapat diperbarui. Namun
demikian pernyataan tsb tetap berlaku untk aset yg digunakan untk
mengembangkan aset yg terkait dengan hak penambangan dan
reservasi tambang tsb.
Terhadap biaya yg dikeluarkan untk perolehan aset tetap harus diakui
sebagai aset atau suatu benda berwujud dapat diakui dan
dikelompokkan sebagai aset tetap sesuai ketentuan akuntansi
komersial jika :
- Besarnya kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan
dng aset tsb akan mengalir ke entitas; dan
- biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Pengukuran Biaya Perolehan :
• Pengukuran awal aset tetap harus diukur sebesar
biaya perolehan. Pengertian biaya perolehan
aset adalah setara dengan nilai tunainya dan
diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran aset
tsb ditangguhkan sampai melampaui jangka
waktu kredit normal, maka perbedaan nilai tunai
dengan pembayran total diakui sebagai beban
bunga selama periode. Tetapi dikecualikan bila
dikapitalisasi sesuai dng perlakuan alternatif yg
diizinkan PSAK No. 26 (biaya Pinjamnan).
• Perolehan aset tetap ada bermacam-macam
seperti: pertukaran aset nonmoneter atau
kombinasi aset moneter dan nonmoneter.
• Biaya perolehan suatu aset diukur dng
menggunakan nilai wajar, tetapi dikecualikan
terhadap:
1. Transaksi pertukaran tdk memiliki substansi
komersial; atau
2. Nilai wajar suatu aset yg diterima dan
diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Perolehan Aset Tetap:
• UU PPh No. 36 tahun 2008 Pasal 10 :
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi
jual beli harta yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18
ayat (4) UUD PPh No. 36 tahun 2008 adalah jumlah
yang sesungguhnya dikeluarkan/ diterima. Termasuk
dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yg
dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut,
seperti bea masuk, biaya pengangkutan dan biaya
pemasangan. Jika terdapat hubungan istimewa antara
pembeli dan penjual maka jumlah yang seharusnya
dikeluarkan / diterima.
Pembelian Dalam Negeri:
Contoh:
Tgl 1 januari 2012 PT. S membeli kendaraan operasional seharga Rp
200 juta belum termasuk PPN 10%. Maka jurnal yg dibuat PT. S sbb:
a. Jika PT.S adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Tanggal
01/01/2012
Keterangan
Kendaraan
Pajak Masukan
Kas/Bank
Debet
Kredit
200.000.000
20.000.000
220.000.000
b. Jika PT. S adalag Non – PKP
Tanggal
01/01/2012
Keterangan
Kendaraan
Kas/Bank
Debet
Kredit
220.000.000
Kendaraan = 110% X Rp 200.000.000= Rp 220.000.000
220.000.000
Pembelian Impor dari Luar Negeri:
Contoh:
Tgl 01 Januari 2012 PT. s mengimpor komputer dari Taiwan dng
nilai inpor sebesar Rp 150.000.000 dan PPN sebesar 10 %. Jurnal
yg dibuat oleh PT. S sbb:
a. Jika PT. S adalah PKP yang mempunyai API
Tanggal
01/01/2012
Keterangan
Peralatan Kantor
Pajak Masukan
PPh 22 dibayar dimuka
Kas/Bank
Debet
Kredit
150.000.000
15.000.000
3.750.000
168.750.000
PPN Masukan = 10 % X Rp 150.000.000 = Rp 15.000.000
PPh 22
= 2,5% X Rp 150.000.000 = Rp 3.750.000
b.
Jika PT. S adalah Non - PKP yang mempunyai API
Tanggal
01/01/2012
Komputer
PPh 22
c.
Keterangan
Peralatan Kantor
PPh 22 dibayar dimuka
Kas/ Bank
Debet
Kredit
165.000.000
3.750.000
168.750.000
= 110 % X Rp 150.000.000 = Rp 165.000.000
= 2,5% X Rp 150.000.000 = Rp
3.750.000
Jika PT. S adalah PKP yang tidak mempunyai API
Tanggal
01/01/2012
PPh 22
Keterangan
Peralatan Kantor
Pajak Masukan
PPh 22 dibayar dimuka
Kas/Bank
Debet
Kredit
150.000.000
15.000.000
11.250.000
= 7,5% X Rp 150.000.000 = Rp
176.250.000
11.250.000
d. Jika PT. S adalah PKP yang tidak mempunyai API
Tanggal
01/01/2012
Komputer
PPh 22
Keterangan
Peralatan Kantor
PPh 22 dibayar dimuka
Kas/ Bank
Debet
Kredit
165.000.000
11.250.000
176.250.000
= 110 % X Rp 150.000.000 = Rp 165.000.000
= 7,5% X Rp 150.000.000 = Rp 11.250.000
SEWA :
Menurut Akuntansi
Dalam SAK-ETAP yg diatyr oleh IAI (2009:83-88), klasifikasi sewa
sbb:
A. Sewa pembiayaan (finance lease)
Jika sewa tsb mengalihkan secara substansial seluruh
manfaat dan resiko kepemilikan aset. Ciri-cirinya sbb:
a) Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada
akhir masa sewa;
b) Lessee mempunyai opsi untk membeli aset pada harga yg
cukup rendah dibandingkan dng nilai wajar pada tanggal
opsi mulai dpt dilaksanakan, sehingga pada awal sewa
dpt dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;
c) Masa sewa adalah untk sebagian besar umur ekonomis
aset meskipun hak milik tidak dialihkan yaitu masa sewa
sama atau lebih dari 75 % umur ekonomis aset sewaan.
d) Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum secaea substansial mendekati nilai wajar aset
sewaan yaitu pembayaran sewa minimum sama atau
lebih dari 90 % nilai wajar aset sewaan; dan
e) Aset sewaan bersifat khusus dan di mana hanya lessee yg
dpt menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara
material.
B. Sewa operasi (operating lease)
Jika dalam sewa tsb tidak mengalihkan secara substansial
seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset.
C. Transaksi jual dan sewa-balik (sales and leaseback)
harus diperlakukan sebagai dua transaksi yg
terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi
sewa. Selisih antara harga jual dan nilai buku aset yg
dijual harus diakui sebagai keuntungan atau
kerugian yang ditangguhkan . Amortisasi atas
keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus
dilakukan secara proporsional
dengan beban
penyusutan aset sewaan (apabila termasuk jenis
sewa pembiayaan) atau secara proporsional dengan
beban sewa (apabila termasuk jenis sewa operasi).
Menurut Perpajakan :
Dalam :
• KMK-1169/KMK.01/1991
• SE-29/PJ.42/1992 jo SE-02/PJ.31/1993
• SE-10/PJ.42/1994 jo SE-129/PJ /2010
PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN LEASING (SGU)
Adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara SGU dengan hak opsi maupun
tanpa hak opsi untuk digunakan oleh Lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala
Jenis SGU
Dengan Hak Opsi
Finance Lease
Tanpa Hak Opsi
Operating Lease
Teknis
Pelaksanaan
SGU Langsung
Direct Lease
SGU Sindikasi
Syndicated Lease
Jual & Sewa Kembali
Sale & Lease Back
23
UNSUR-UNSUR LEASING (SGU)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lessor
Badan
Lessee
Badan/OP
Barang Modal
AT Berwujud
Perjanjian SGU
Dgn syarat tertentu
Minimal
harus
memuat
Jenis transaksi SGU;
Identitas masing-masing pihak;
Nama, jenis, tipe dan lokasi penggunaan barang;
Harga perolehan, nilai pembayaran, pembayaran SGU, angsuran pokok, imbalan jasa,
nilai sisa, simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas brg modal;
Masa SGU;
Ketentuan masa SGU yg dipercepat dan kerugian yg harus ditanggung Lessee atas risiko
brg modal;
Opsi bagi Lessee (utk finance lease);
Tanggungjawab atas brg modal.
24
KRITERIA PENGGOLONGAN LEASING
Kriteria
Finance
Lease
1.Jumlah pembayaran selama masa SGU I
+ nilai sisa brg, harus dpt menutup cost
brg + profit Lessor;
2.Masa SGU minimal :
- 2 th utk brg modal Gol. I
- 3 th utk brg modal Gol. II & III
- 7 th utk brg modal Gol. Bangunan;
3.Perjanjian memuat hak opsi bagi Lessee.
Kriteria
Operating
Lease
1.Jumlah pembayaran selama masa SGU I
tidak dpt menutup cost brg + profit
Lessor;
2.Perjanjian tidak memuat hak opsi bagi
Lessee.
UU KUP
25
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS LEASING (SGU)
Finance Lease
Lessor
Lessee
a. Objek PPh adalah Imbalan
Jasa (pembyrn - angs.pokok);
b. Tidak boleh menyusutkan
brg modal;
c. Bila masa SGU lebih pendek,
penghasilan akan dikoreksi;
d. Dapat membentuk cadangan;
e. Kerugian piutang tak tertagih
dibebankan ke cadangan ybs;
f. Dlm hal cadangan > kerugian,
sisanya mrpk penghasilan,
demikian sebaliknya;
g. Angsuran PPh Ps 25 dihitung
dari laporan keuangan tri-wulan
disetahunkan dibagi 12.
h. Jasa pembiayaan SGU dengan
Hak Opsi tidak terutang PPN,
tetapi penyerahan dari Lessor ke
Lesse terutang PPN
a. Selama masa SGU tidak boleh
menyusutkan brg modal,
sampai hak opsi dipakai;
b. Dasar penyusutan setelah
pemakaian hak opsi adalah
nilai sisa brg ybs;
c. Dapat membebankan pembayaran SGU dari pengh bruto;
d. Bila masa SGU lebih pendek,
biaya akan dikoreksi.
e. Lesse tidak memotong PPh
Pasal 23.
UU KUP
26
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS LEASING (SGU)
OperatingLease
Lessor
Lessee
a. Objek PPh adalah seluruh
pembayaran yg diterima;
a. Seluruh pembayaran dpt
dibebankan sbg biaya;
b. Dapat membebankan
biaya penyusutan brg
modal;
b. Tidak boleh membebankan biaya penyusutan
brg modal;
c. Tidak diperkenankan
membentuk cadangan
penghapusan piutang
ragu-ragu.
c. Wajib memotong PPh
Ps. 23 atas pembayaran
kpd Lessor.
UU KUP
27
CONTOH
:
Lessor PT. XYZ meng-SGU-kan mesin golongan
II dengan harga Rp. 200.000.000,- kepada PT.
ABC (Lessee). Jangka waktu leasing 24 bulan
dan nilai sisa barang setelah periode leasing
adalah nihil.
Dalam kontrak SGU tidak
tercantum klausula pilihan bagi lessee untuk
membeli mesin tersebut dengan harga murah
pada akhir periode SGU. Pembayaran
perbulan Rp. 8.000.000,-
PERLAKUAN PAJAKNYA :
Jumlah seluruh pembayaran yang akan
diterima lessor PT.XYZ sebesar Rp. 8.000.000,X 24 bulan
=Rp. 192.000.000,- Jumlah
tersebut lebih kecil dan harga pokok mesin
sebesar Rp. 200.000.000,- Selain itu tidak ada
klausula pilihan bagi penyewa untuk memiliki
mesin tersebut pada akhir periode leasing.
Oleh karena itu SGU ini tergolong SGU tanpa
hak opsi (Operting Lease) atau sewa menyewa
biasa.
PERLAKUAN PAJAKNYA :
Lessor : PT. XYZ
Lesse : PT. ABC
Menerima sewa setiap bulan
Membayar sewa setiap bulan
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000
Memungut PPN 10%
Membayar PPN
Rp. 800.000
Rp. 800.000
Dipotong PPh 23: 6%
Memotong PPh 23: 6%
(Rp. 480.000)
(Rp. 480.000)
Diterima lessee
Dibayar ke Lessor
Rp. 8.320.000
Rp. 8.320.000
Menyusutkan mesin pertahun
sebesar
Rp.50.000.000
CONTOH :
Lessor PT.XYZ meng-SGU-kan mesin golongan II
(masa manfaat 8 tahun) dengan harga pokok Rp.
200.000.000,- kepada PT. ABC (Lessee). Jangka
waktu leasing 36 bulan dan nilai sisa barang
setelah periode leasing adalah nihil. Dalam
kontrak SGU tercantum klausula pilihan bagi
lessee untuk membeli mesin tersebut dengan
harga murah pada akhir periode SGU.
Pembayaran perbulan Rp. 8.000.000,- ,terdiri
dari pelunasan pokok hutang leasing sebesar Rp.
5.555.555,-dan bunga Rp.2.444.445,-
PERLAKUAN PAJAKNYA :
Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor
PT. XYZ sebesar Rp. 8.000.000,- X 36 bulan = Rp.
288.000.000,- . Jumlah tersebut dapat menutupi harga
pokok mesin sebesar Rp. 200.000.000,-dan nilai sisa
barang setelah periode leasing. Selain itu terdapat
klasula pilihan bagi penyewa untuk memiliki mesin
tersebut. Jangka waktu leasing adalah 3 tahun (36
bulan) sedangkan barang termasuk golongan II. Hal ini
memenuhi syarat Finance Lease karena untuk barang
golongan II jangka waktu minimal 3 tahun. Oleh karena
ke-3 syarat terpenuhi maka SGU ini tergolong SGU
dengan hak opsi (Finance Lease).
PERLAKUAN PAJAKNYA :
Lessor PT. XYZ
Mencatat piutang leasing sebesar
Rp. 288.000.000
Menerima pendapatan bunga/bulan
Rp. 2.444.445
Menerima pelunasan pokok/bunga
Rp. 5.555.555
_____________
Jumlah yang diterima
Rp. 8.000.000
Tidak menyusutkan mesin
Mendebetkan biaya penyisihan piutang
Leasing 2,5% dari saldo piutang leasing
(Deductible Expense)
Lessee PT. ABC
Membayar biaya leasing
Rp. 8.000.000
Tidak menyusutkan mesin
Tidak memungut PPh 23
Penyusutan Aset Tetap:
Dalam SAK-ETAP yg diatur oleh IAI (2009:71-73):
a. Metode garis lurus (straight line method)
menghasilakan pembebanan yg tetap selama umur manfaat
aset jika nilai residunya tidak berubah.
b. Metode saldo menurun ( diminishing balance method)
Menghasilkan pembebanan yg menurun selama umur
manfaat aset.
c. Metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production
method)
Menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunan
atau output yg diharapkan dari suatu aset.
Berdasarkan UU PPh No. 36 tahun 2008 :
Pengeluaran untk memperoleh harta berwujud yg mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun harys dibebenakan sebagai
pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan dng mengalokasikan pengeluran tsb selama masa
manfaat harta tsb melalui penyusutan. Dan penggunaan metode
penyusutan tsb harus taat asas.
Metode yg diperbolehkan:
1. Metode garis lurus (straight line method) untuk kelompok
bangunan dan bukan bangunan.
2. Metode saldo menurun ( declining balance method) untuk
kelompok bukan bangunan saja, dan pada akhir masa
manfaat disusustkan sekaligus (closed ended)
* Di dalam perpajakan tdk mengenal nilai sisa karena prinsip
penyusutan dalam pasal 11 UU PPh No. 36 tahun 2008 adalah
mekanisme pengalokasian biaya yg dikeluarkan untk perolehan
aset selama masa manfaat.
Penyusutan aset tetap menurut perpajakan:
• Untuk tahun 2000 dan sebelumnya (UU PPh No. 7
tahun 1983) yaitu dimulai pada saat pengeluaran.
• Untuk tahun 2001 (UU PPh No. 17 tahun 2000)
sampai sekarang (UU PPh No. 36 tahun 2008)
yaitu dimulai pada saat bulan pengeluaran aset
tetap tersebut, kecuali aset yg masih dalam
proses pengerjaan yaitu pada bulan selesainya
pengerjan tersebut. Dengan persetujuan DJP, WP
diperkenankan melakukan penyusutan mulai
bulan aset tsb digunakan untk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan atau pada
bulan aset yg bersangkutan mulai menghasilkan.
PENYUSUTAN
HARTA BERWUJUD
BANGUNAN
METODE
GARIS
LURUS
SELAIN
BANGUNAN
METODE SALDO
MENURUN
Pada Akhir Masa Manfaat
Disusutkan sekaligus
(Closed Ended)
USAHA
TERTENTU
DITETAPKAN
MENTERI
KEUANGAN
Kecuali : Tanah yg berstatus Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha, & Hak Pakai
UU PPh Pasal 11 ayat (1), (2) dan (7)
37
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
Kelompok Harta
Berwujud
I. Bukan bangunan
Kel. 1
Kel. 2
Kel. 3
Kel. 4
II. Bangunan
Permanen
Tidak Permanen
Masa
Manfaat
(Tahun)
Tarif penyusutan
Garis
Saldo
Lurus
Menurun
4
8
16
20
25%
12,5%
6,25%
5%
50%
25%
12,5%
10%
20
10
5%
10%
-
 Daftar harta Bkn Bangunan yg tdk tercantum, digol. Kel. 3
 WP dg permohonan ke DJP melalui Kanwil, dpt menggunakan
masa manfaat yg sebenarnya
UU PPh Pasal 11 ayat (6) dan (7); Per Men Keu 96/PMK.03/2009; PER-55/PJ/2009
38
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK I : 4 THN, 25% (GL) atau 50% (SM)
1. Semua jenis usaha
a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja,
bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari
bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator,
mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer,
printer, scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video
recorder, televisi dan sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang
bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould.
g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile,
telepon seluler dan sejenisnya
Per Men Keu 96/PMK.03/200939
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK I : 4 THN, 25% (GL) atau 50% (SM)
2. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
• Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul,
peternakan, perikanan, garu dan lain-lain
3. Industri makanan dan minuman
• Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller,
pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya
4. Transportasi dan Pergudangan
• Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan
umum
5. Industri semi konduktor
• Flash memory tester, writer machine, biporar test system,
elimination (PE8-1), pose checker
6. Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam
• Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel
Wire Ropes, Mooring Accessories
7. Jasa telekomunikasi selular
• Base Station Controller
Per Men Keu 96/PMK.03/200940
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)
1. Semua jenis usaha
a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari
dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat
pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.
2. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin
bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan
sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau
memproduksi bahan atau barang pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan
Per Men Keu 96/PMK.03/200941
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)
3. Industri makanan dan minuman
a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan
perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan .
b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin
minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang
gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras,
gandum, tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan
bahan-bahan minuman segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan
makanan dan makanan segala jenis
4. Industri mesin
a. Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan
(misalnya mesin jahit, pompa air).
Per Men Keu 96/PMK.03/200942
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)
5. Perkayuan, kehutanan
a.
b.
Mesin dan peralatan penebangan kayu.
Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan
atau barang kehutanan.
6. Konstruksi
Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump truck, crane
buldozer dan sejenisnya.
7. Transportasi dan Pergudangan
a.
b.
Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron, truck
ngangkang, dan sejenisnya;
Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum, batu - batuan, biji
tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal tangki,
kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat
sampai dengan 100 DWT;
Per Men Keu 96/PMK.03/200943
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)
8.
Telekomunikasi
a. Perangkat pesawat telepon;
b. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan penerimaan
radio telegraf dan radio telepon.
9. Industri semi konduktor
Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear
tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating
machine, curing oven, cutting press, dambar cut machine, dicer, die
bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test
handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full automatic
mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser
marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test
system, molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester
manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping
machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire bonder, wire
pull tester.
Per Men Keu 96/PMK.03/200944
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)
10. Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam
Spoolling Machines, Metocean Data Collector.
11. Jasa Telekomunikasi Seluler
Mobile Switching Center, Home Location Register,
Visitor Location Register. Authentication Centre,
Equipment Identity Register, Intelligent Network
Service Control Point, intelligent Network Service
Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver
Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena
Per Men Keu 96/PMK.03/200945
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK III : 16 THN, 6,25% (GL) atau 12,5% (SM)
1. Pertambangan selain minyak dan gas
Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk
mesin-mesin yang mengolah produk pelikan
2. Permintalan, pertenunan dan pencelupan
a.
Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil
(misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan
lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule)
b.
Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing,
texturing, packaging dan sejenisnya
3. Perkayuan
a.
b.
Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu, barang2
dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
Mesin dan peralatan penggergajian kayu
Per Men Keu 96/PMK.03/200946
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK III : 16 THN, 6,25% (GL) atau 12,5% (SM)
4. Industri kimia
a.
Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan produk industri
kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia
(misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan
anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan kimia
organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat,
pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi-wangian, obat
kecantikan dan obat rias, sabun, detergent dan bahan organis
pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk
pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan
sinematografi.
b.
Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya
(misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa,
karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah)
Per Men Keu 96/PMK.03/200947
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK III : 16 THN, 6,25% (GL) atau 12,5% (SM)
5. Industri mesin
a.
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan
berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal)
6. Transportasi dan Pergudangan
a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batubatuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan
kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong kapal, kapal
suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan
sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT s.d. 1.000 DWT.
c. Dok terapung.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yg mempunyai berat >250
DWT.
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala jenis
7. Transportasi dan Pergudangan
Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh
48
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK IV : 20 THN, 5% (GL) atau 10% (SM)
1. Konstruksi
Mesin berat untuk konstruksi
2. Transportasi dan Pergudangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Lokomotif uap dan tender atas rel.
Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan
tenaga listrik dari sumber luar.
Lokomotif atas rel lainnya.
Kereta, gerbong penumpang & barang, tms kontainer khusus dibuat
& diperlengkapi utk ditarik dg satu atau bbrp alat pengangkutan.
Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang-barang tertentu (misal. gandum, batubatuan, biji tambang dsj) termasuk kapal pendingin dan kapal
tangki, kapal penangkap ikan dsj, yg memp. berat >1.000 DWT.
Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal
suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung
dsb, yang mempunyai berat > 1.000 DWT.
Dok-dok terapung
49
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Pertukaran Aset Tetap :
Dalam SAK-ETAP yg diatur oleh IAI (2009:70), jika aset
tetap diperoleh melalui pertukaran dng aset
nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset
nonmoneter maka biaya perolehan diukur pada nilai
wajar, kecuali:
• transaksi pertukaran tdk memiliki substansi
komersial; atau
• Nilai wajar aset yg diterima atau aset yg diserahkan
tidak dapat diukur secara andal, maka biaya perolehan
diukur pada jumlah tercatat aset yg diserahkan.
Menurut Pasal 10 Ayat(2) UU PPh No. 36 tahun 2008, nilai
perolehan atau nilai penjulan dalam hal terjadi tukar menukar
harta adalah jumlah yg seharusnya dikeluarkan atau diterima
berdasarkan harga pasar. Selisih antara harga pasar dengan nilai
sisa buku harta yg dipertukarkan merupakan keuntungan yg
dikenakan pajak.
Contoh :
Tuan A ingin menukarkan mesin yang dimilikinya dengan mobil
yang dimiliki Tuan B. Harga pasar mesin tersebut adalah Rp.
5.000.000,- dengan Nilai Sisa Buku Fiskal (NSBF) sebesar Rp.
1.000.000,- . mobil Tuan B sendiri memiliki harga pasar Rp.
6.000.000,- dengan NSBF sebesar Rp. 3.000.000,- Berapa
keuntungan yang didapat dan transaksi tersebut?
Jawaban :
Selisih lebih harga pasar dan NSBF adalah
keuntungan yang dikenakan pajak.
Keuntungan Tuan A sebesar selisih harga pasar
mobil yang diterima dengan NSBF mesin yang
diserahkan = Rp. 6.000.000,- - Rp 1.000.000,- =
Rp. 5.000.000,- dan keuntungan Tuan B adalah
sebesar selisih harga pasar mesin yang diterima
dengan NSBF mobil yang diserahkan Rp.
5.000.000,- - Rp. 3.000.000,- = Rp. 2.000.000,-
Perbedaan mendasar
antara perlakuan menurut
akuntansi & perpajakan
berkaitan dng aset tetap
No
1.
Uraian
Biaya Perolehan
Akuntansi
Perpajakan
a. Setara hrg tunainya pd tgl a. Untk transaksi yg tdk
pengakuan. Jika pembyr
memp. Hub istimewa
an ditangguhkan lebih
berdasarkan hrg yg
dari wkt kredit normal,
sesungguhnya.
maka sebesar nilai tunai b. Untk transaksi yg memp.
semua pembyr masa akan
Hub istimewa dihit
datang
berdasarkan hrg pasar.
b. Untk pertukaran aset c. Untk transaksi
tukar
menggunakan nilai wajar
menukar
adalah
berdasarkan hrg pasar.
d. Dlm rangka likuidasi,
peleburan, pemekaran,
pemecatan
atau
penggabungan adalah
hrg
pasar
kecuali
ditentukan oleh Mneteri
Keuangan.
e. Revaluasi
adalah
sebesar nilai setelah
revaluasi.
2.
Penentuan masa
manfaat
Tergantung pd justifikasi Sudah diatur dalam PMK.
manajemen
dng
mempertimbangkan
faktor-faktor seperti daya
pakai aset, perkembangan
teknologi,
pembatasan
hukum.
3.
Saat dimulainya
penyusutan
Penyusutan dimulai ketika
aset tersedia untk
digunakan
a. Penyusutan dimulai sejak
bln timbulnya pengeluaran
ats perolehan aset.
b. Penyusutan dimulai sejak
bln selesainya pengerjaan
harta (untk harta yg msh
dlm proses pengerjaan).
c. Dng persetujuan DJP, WP
dpt melakukan penyusutan
mulai pada bln harta tsb
digunakan
untuk
3M
penghasilan atau pd bln
harta yg bersangkutan mulai
menghasilkan
4.
Penghitungan juml bln
sejak dimulainya
penyusutan
Juml bln dpt dibulatkan Juml bln selalu dibulatkan ke
ke atas atau ke bawah. atas, walaupun dibeli di atas
Misalnya pembelian di tgl 15 setiap bulannya.
atas tgl 15 dibulatkan ke
bawah
dan
belum
diakuinya penyusutan.
5.
Metode penyusutan
a. Metode garis lurus
a. Kelompok bangunan hrs
b. Metode saldo
menggunkan metode grs
menurun
lurus
c. Metode juml unit
b. Kelompok
selain
produksi
bangunan
boleh
Entitas
hrs
memilih
menggunakan metode grs
metode penyusutan yg
lurus atau metode saldo
mencerminkan ekspektasi
menurun
asalkan
dlm pola penggunaan
diterapkan secara taat
manfaat ekonomi masa
asas.
depan aset.
6.
Nilai residu
Nilai residu hrs direview Tidak mengakui adanya nilai
minimum setiap akhir
residu
tahun buku.
7
Sistem penyusutan
Penyusutan
secara a. Penyusutan individual
individual, kecuali untk b. Penyusutan
peralatan kecil (small tools),
gabungan/grup
boleh secara golongan
8.
Aset yg boleh disusutkan Semua aset tetap yg dimiliki
entitas, kecuali tanah, dan
aset tetap yg memenuhi
definisi properti investasi
Hanya aset yg dimiliki dan
digunakan
untk
3M
penghasilan yg merupakan
objek pajak tdk final
9.
Pengeluaran yg dapat
memperpanjang umur
masa manfaat
Disusutkan terpisah dari
aset lamanya, seolah-olah
seperti aset dng masa
manfaat baru sehingga
akan menjadi lebih lama
pembebanannya.
Disusutkan sesuai masa
manfaat yg ditinjau ulang,
dlm hal ini jumlah tercatat
aset
tetap
harus
ditambahkan
dng
pengeluaran
biaya
perbaikan tsb.
Sekian
Download