perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 8 BAB II

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Bank
Menyebut kata bank setiap orang selalu mengaitkannya dengan uang
sehingga selalu ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu
ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak salah karena bank memang
merupakan lembaga keuangan yang bergerak dibidang keuangan.
Berikut merupakan beberapa kutipan tentang definisi bank menurut
Kasmir (2008: 11) dalam buku Manajemen Perbankan :
1. Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai :
Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa lainnya.
2. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak
Menurut Martono (2002:20) dalam buku Bank dan Lembaga
Keuangan Lain memaparkan beberapa pengertian bank yang tidak jauh
berbeda dengan Kasmir, yaitu :
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. ( Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan)
2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak (Undang-Undang No. 10 Tahun 1998)
B.
Jenis Bank
Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 terdapat
beberapa perbedaan jenis perbankan antara lain:
Adapun jenis perbankan menurut Kasmir (2002) dalam Dasar-Dasar
Perbankan dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain:
1. Dilihat dari segi fungsinya
Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri atas Bank Umum, Bank
Pembangunan, Bank Tabungan, Bank Pasar, dan Bank Desa. Namun
setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI Nomor 10 Tahun 1998, jenis
perbankan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsi menjadi Bank
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Umum, sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbungan desa dan Bank
Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut:
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah
dalam memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang
diberikan adalah umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Wilayah operasi bank umum mencakup seluruh
wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial
bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. Dengan demikian,
dewasa ini di Indonesia terdapat tiga macam bank yaitu bank Sentral,
Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan adalah siapa pun yang turut andil
dalam pendirian suatu bank. Kepemilikan bank dapat dilihat dari akte
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
pendirian dan penguasaan saham yang dimilikinya. Berikut merupakan
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya menurut Kasmir (2002)
terdiri atas :
a. Bank Milik Pemerintah
Pada jenis bank ini, akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungannya juga dimiliki oleh
pemerintah. Contoh bank milik pemerintah antara lain:
1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
2) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
3) Bank Tabungan Negara (BTN)
Sedangkan contoh bank pemerintah daerah antara lain adalah:
1) BPD DKI Jakarta,
2) BPD Jawa Barat
3) BPD Jawa Tengah
4) BPD Jawa Timur
5) BPD lainnya.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
swasta nasional. Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan
swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk pihak swasta.
Contoh bank milik swasta nasional antara lain:
1) Bank Muamalat
2) Bank Central Asia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
3) Bank Bumi Putra
4) Bank Danamon
5) Bank Duta
6) Bank Niaga
7) Bank Universal
8) Bank Internasional Indonesia
c. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan hukum
koperasi, contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia
d. Bank Milik Asing
Bank asing ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
Contoh bank asing antara lain:
1) Deutsche Bank
2) American Express Bank
3) Bank of Amerika
4) Bank of Tokyo
5) Bangkok Bank
6) City Bank
7) Europen Asian Bank
8) Hongkong Bank
9) Standard Chartered Bank
10) Chase Manhattan Bank
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
e. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional. Saham bank campuran secara mayoritas
dimiliki oleh warga negara Indonesia.
Contoh bank campuran antara lain :
1) Sumitono Niaga Bank
2) Bank Merincop
3) Bank Sakura Swadarma
4) Bank Finconesia
5) Mitsubishi Buana Bank
6) Inter Pacifik Bank
3. Dilihat dari segi status
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, bank
umum dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam. Pengklasifikasian ini
berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status
ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat
baik dari jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanannya. Status
bank yang dimaksud adalah :
a. Bank Devisa
Bank Devisa adalah bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang
asing secara keseluruhan. Misalnya transfer keluar negeri, inkaso
keluar negeri, traveller cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa
ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Non - Devisa
Bank non – devisa adalah bank yang belum mempunyai
izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga
tidak dapat melaksanakan kegiatan seperti halnya bank devisa. Jadi
bank non-devisa hanya dapat melakukan transaksi dalam batas-batas
negara.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
Dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli, bank terbagi dalam 2 (dua) jenis berikut :
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini
adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini
tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank
di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda. Dalam mencari
keuntungan dan menentukan harga bagi para nasabahnya, bank
konvensional menggunakan metode :
1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan
seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula, harga
untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan
tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan
istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
dari suku bunga pinjaman, dikenal dengan istilah negative
spread. Kondisi ini telah terjadi pada akhir tahun 1998 dan
sepanjang tahun 1999.
2) Untuk
jasa-jasa
bank
lainnya,
pihak
perbankan
dapat
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam
nominal atau prosentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini
dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di
Indonesia. Namun di luar negeri terutama di negara timur tengah,
bank yang berdasarkan prinsip syariah sudah berkembang pesat sejak
lama. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, penentuan harga
produk
sangat
berbeda
dengan
bank
berdasarkan
prinsip
konvensional.
Penentuan harga atau keuntungan pada bank yang berdasarkan
prinsip syariah dilakukan dengan cara:
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah)
4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank syariah juga
dilakukan sesuai Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan
kegiatan bank syariah dasar hukumnya adalah Al Qur’an dan Sunnah
Rasul. Jenis bank ini mengharamkan penetapan harga produknya dengan
bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, bunga adalah
riba.
C.
Fungsi Bank
Menurut Julius (2012:135) dalam buku Bank dan Lembaga
Keuangan Lain menjelaskan adanya beberapa fungsi bank, yang
diantaranya sebagai berikut:
1. Agent of Trust
Fungsi ini menunjukkan bahwa aktivitas intermediasi yang
dilakukan
oleh
dunia
perbankan
dilakukan
berdasarkan
asas
kepercayaan, dalam pengertian bahwa kegiatan pengumpulan dana yang
dilakukan oleh bank tertentu harus didasari rasa percaya dari masyarakat
atau nasabah terhadap kredibilitas dan eksistensi dari masing-masing
bank, karena tanpa rasa percaya masyarakat tidak akan menitipkan
dananya di bank yang bersangkutan.
Kepercayaan itu berkaitan dengan masalah keamanan dana
masyarakat yang ada di setiap bank. Aspek kepercayaan juga berkaitan
dengan kemampuan nasabah untuk membayar kembali pinjaman yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
telah diterimanya, baik cicilan bunga maupun pengembalian pokok
pinjaman.
2. Agent of Development
Fungsi ini sangat berkaitan dengan tangung jawab bank dalam
menunjang kelancaran transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap
pelaku ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi kita ketahui bahwa kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisah. Semua kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan uang
sebagai alat pembayaran, maka dari aspek ini bank berfungsi untuk
menjembatani semua kepentingan pelaku ekonomi dalam transaksi
ekonomi yang dilakukan.
3. Agent of Service
Disamping memberikan pelayanan jasa keuangan sebagaimana
kegiatan intermediasi yang selalu dilakukan, bank juga turut serta dalam
memberikan jasa pelayanan yang lain seperti jasa transfer (payment
order), jasa kontak pengaman (safety box), jasa penagihan atau inkaso
(collection) yang saat ini telah mengalami perubahan dengan nama city
clering.
Sedangkan menurut Martono (2002: 20) fungsi bank umum, adalah
sebagai berikut:
a. Menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
b. Memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari
masyarakat
maupun
berdasarkan
atas
kemampuan
untuk
menciptakan tenaga beli baru.
c. Memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
D.
Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Pengertian syariah menurut Undang-undang No.10 tahun 1998
bank syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Prinsip syariah menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10
tahun 1998 tentang perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan berorientasi pada
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah wa iqtina).
Pengertian Bank Syariah menurut Undang-undang Republik
Indonesia No.10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kapada masyarakat dalam
bentuk
pembiayaan
atau
bentuk-bentuk
lainnya
dalam
rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak yang dalam pelaksanaan
kegiatannya dengan berdasarkan prinsip syariah. Perbedaan Bank
Syariah dan Bank Konvensional
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional dapat dilihat pada
tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Syariah
·
Bank Konvensional
Berdasarkan margin
·
Memakai perangkat bunga
·
Profit
keuntungannya (Bagi
Hasil)
·
·
Profit dan Fallah Oriented
Oriented
(berorientasi
(berorientasi pada syariah
terhadap
Islam yaitu bagi hasil)
melihat hukum syariah Islam)
Hubungan dengan nasabah
·
dalam bentuk hubungan
keuntungan,
tanpa
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitur-kreditur
kemitraan
·
Melakukan investasi yang
·
Investasi yang halal dan haram
·
Tidak terdapat dewan pengawas
halal saja
·
Pengerahan
penyaluran
sesuai
dan
dana
dengan
harus
syariah
syariah
islam dan diawasi dengan
dewan pengawas syariah
Sumber : Antonio (2001), Bank Syariah Dari Teori Dan Praktek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Sedangkan perbedaan antara sistem bagi hasil dan bunga dalam
perbankan syariah dan sistem bunga pada bank konvensional adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.2
Perbedaan Antara Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga
Sistem Bunga
·
Sistem Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada
·
Penentuan besarnya rasio
waktu akad dengan asumsi
atau nisbah bagi hasil dibuat
harus selalu untung
pada waktu akad dengan
pedoman pada kemingkinan
untung rugi
·
·
Besarnya
pesentasi
·
Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah uang
berdasarkan
(modal) yang dipinjamkan
keuntungan yang diperoleh
Pembayaran
bunga
tetap
·
pada
Tergantung
jumlah
keuntungan
seperti yang dijanjikan tanpa
proyek yang dijalankan. Bila
pertimbangan apakah banyak
usaha rugi, kerugian akan
proyek yang dijalankan oleh
ditanggung
pihak nasabah untung/rugi
kedua belah pihak yang
bersama
oleh
telah bersepakat
·
Jumlah
tidak
·
pembayaran
meningkat
bunga
·
sekalipun
Jumlah
pembagian
meningkat
jumlah keuntungan ekonomi
peningkatan
sedang meningkat
pendapatan
Eksistensi bunga diragukan
·
(kalau tidak dikecam) oleh
sesuai
dengan
pada
jumlah
Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil
bebrapa kalangan
Sumber: Antonio (2001), Bank Syariah Dari Teori Dan Praktek
commit to user
laba
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
2. Ciri-ciri Bank Syariah
Bank syariah mempunyai ciri yang berbeda dengan bank
konvensional. Menurut Antonio (2001:29) ciri-ciri ini bersifat universal
dan kualitatif, artinya bank syariah beroperasi dimana harus memenuhi
ciri-ciri berikut:
a. Akad dan aspek legalitas
Dalam bank syariah akad yang dilakukan memiliki konsekuensi
duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan berdasarkan
hukum Islam. Sering kali nasabah berani melanggar kesepakatan atu
perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan
hukum positif belaka, tetapi tidak demikian bila perjanjian tersebut
memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.
b. Lembaga penyelesaian sengketa
Penyelesaian sengketa diselesaikan sesuai tata cara
dan hukum
syariah.Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan
prinsip syariah di Indonesia, yaitu Badan Arbitrase Mauamalah
Indonesia (BAMUI) yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan
Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
c. Bisnis dan usaha yang dibiayai
Bisnis yang dibiayai oleh bank syariah tidak mengandung hal-hal
yang haram.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
d. Lingkungan kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang
sejalan dengan syariah. Misalnya sifat amanah dan shiddiq harus
dilandasi setiap karyawan, sehingga tercipta profesionalisme
berdasarkan Islam.
3. Jenis-Jenis Usaha Bank Syariah
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah menyebutkan bahwa bank syariah dibedakan menjadi
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Jenis usaha
yang dilakukan oleh Bank Umum Syariah (Antonio: 2001), yaitu:
a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang berupa giro,
tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.
b. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah,
akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
d. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam,
akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
f. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bit tamlik atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
g. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
h. Melakukan usaha kartu debit dan atau kartu pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah.
i. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan
prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah dan membeli surat
berharga
berdasarkan
prinsip
syariah
yang
diterbitkan
oleh
pemerintah dan Bank Indonesia.
j. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga
berdasarkan prinsip syariah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
k. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
akad yang berdasarkan prinsip syariah.
l. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan prinsip syariah.
m. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah,
n. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan prinsip syariah.
o. Memberi fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
prinsip syariah.
p. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan
dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Produk-produk Perbankan Syariah
Produk-produk yang ditawarkan pada perbankan syariah antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Pada sisi pengerahan dana masyarakat terdapat produk-produk yaitu:
Giro Wadiah atau titipan amanah, tabungan Mudharabah atau
simpanan bagi hasil, Deposito Mudharabah atau deposito bagi hasil.
b. Pada sisi penyaluran dana kepada masyarakat terdapat produk-produk
yaitu fasilitas pembiayaan bagi hasil (Mudharabah, Musyarakah,
Musyarakah Mutanaqisah, dan lain-lain), fasilitas pembiayaan
pengadaan barang modal (Murabahah, Bai’u Bithaman ‘Ajil, Salam,
Istisna’ dan lain-lain), fasilitas pembiayaan atas dasar sewa beli
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
(Ijarah)
dan
jaminan
gadai,
fasilitas
jasa
perbankan
lainnya(pemberian jaminan (al-kafalah), pengaihan tagihan (alhiwalah), pelayanan khusus (al-ju’alah), pembukuan L/C (alwakalah) dan lain-lain), Fasilitas pembiayaan pinjaman kebajikan
(qardhul hasan).
c. Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah
` Penyaluran dana bank syariah terbagi menjadi beberapa skema yaitu
sebagai berikut (Martawireja & Abdurahim, 2009: 62).
1) Prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a) Jual beli dengan skema murabahah ialah jual beli dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Skema ini dapat digunakan oleh
bank untuk nasabah yang hendak memiliki suatu barang,
sedang nasabah yang bersangkutan tidak memiliki uang pada
saat pembelian.
b) Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang
pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum
barang pesanan diterima.
c) Jual beli dengan skema istishna’ ialah jual beli yang didasarkan
atas penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga
produsen untuk menyediakan barang atau produk atau sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan
harga yang disepakati.
2) Prinsip investasi
Prinsip investasi dalam pembiayaan oleh bank syariah terdiri dari:
a) Investasi dengan skema mudharabah yaitu bank bertindak
sebagai shahibul maal, sedang nasabah yang menerima
pembiayaan bertindak sebagai pengelola dana.
b) Investasi dengan skema musyarakah adalah kerjasama investasi
para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka pada
suatu
usaha
tertentu
dengan
pembagian
keuntungan
berdasarkan dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
3) Prinsip sewa
Prinsip sewa pada penyaluran dana bank syariah terdiri dari:
a) Sewa dengan skema ijarah adalah transaksi sewa-menyewa
antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan.
b) Sewa dengan skema ijarah muntahiya bittamlik ialah transaksi
sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disediakannya
dengan opsi perpindahan hak milik pada saat tertentu sesuai
dengan akad sewa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
d. Prospek Perbankan Syariah
Perbankan syariah mempunyai potensi dan prospek yang
sangat bagus untuk di kembangkan di Indonesia pada saat ini melihat
peluang yang besar untuk di kembangkan. Prospek yang baik ini
setidaknya ditandai oleh lima hal (Basuki: 2003), yaitu :
1) Jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam
merupakan pasar yang potensial bagi pengembangan bank syariah
di Indonesia. Sampai saat ini pasar yang besar itu belum tergarap
secara signifikan.
2) Perkembangan lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan
ekonomi syariah semakin pesat, baik S1,S2,S3 juga D3. Dalam
lima tahun kedepan akan lahir sarjana-sarjana ekonomi islam yang
memiliki paradikma, pengetahuan dan wawasan ekonomi syariah
yang komprehensip, tidak seperti sekarang banyak yang menolak
sistem ekonomi syariah karena belum memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang ekonomi syariah.
3) Fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, bagaimanapun akan
tetap berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi syariah. Paska
fatwa MUI terjadi pertukaran dana masyarakat dari bank
konvensional ke bank syariah secara signifikan yang meningkat
dari bulan-bulan sebelumnya. Menurut data Bank Indonesia dalam
waktu satu bulan pasca fatwa MUI, dana pihak ketiga yang masuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
ke perbankan syariah hampir Rp 1 triliun. Fatwa ini semakin
mendapat dukungan dari para sarjana ekonomi islam.
4) Harapan kita kepada sikap pemerintah cukup besar untuk berpihak
pada kebenaran, keadilan dan kemakmuran rakyat. Kemauan
politik pemerintah untuk mendukung pengembangan perbankan
syariah di Indonesia tinggal menunggu waktu, lama kelamaan
mereka akan sadar juga dan melihat keunggulan bank syariah.
Sejumlah Pemda di daerah telah mendukung dan bergabung
membesarkan bank-bank syariah .
5) Masuknya lembaga-lembaga keuangan Internasional kedalam jasa
keuangan perbankan di Indonesia sesungguhnya merupakan
indicator bahwa usaha perbankan syariah di Indonesia memang
prosfektif dan di percaya oleh para investor dari luar negeri.
E.
Pembiayaan Syariah
1) Pengertian Pembiayaan Syariah
Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan yang
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah
yang mewajibkan nasabah untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan margin keuntungan yang
telah disepakati sebelumnya.
Pembiayaan syariah merupakan pembiayaan yang menggunakan
prinsip syariah, transparasi yang penuh tanggung jawab serta jujur dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
bertransaksi. Pembiayaan syariah menggunakan kerangka positif yang
berlaku namun tetap dalam bingkai syariah.
2) Prinsip Pembiayaan Syariah
Bebarapa prinsip pembiayaan syariah adalah:
a. Universal
Tidak membeda-bedakan kepada berbagai pihak karena adanya suatu
latar belakang suku, agama, ras, dan golongan dalam memberikan
pelayanan.
b. Jelas
Prinsip ini tercermin dari cara penyampaian informasi dalam kontrak
mengenai tanggung jawab dari kondisi pembiayaan yang disepakati
secara bersama.
c. Bersih
Hanya dengan menggunakan tata cara pembiayaan Syariah untuk
menjamin semua transaksi dilakukan dengan cara yang sesuai dengan
syariah islam.
d. Terbuka
Penawaran harga disampaikan secara rinci dan transparan mengenai
harga pokok produk dan margin keuntungan yang diinginkan oleh
lembaga pembiayaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
e. Adil
Melalui pembiayaan syariah, lembaga pembiayaan menempatkan
nasabah pengguna dana dalam hak, kewajiban, keuntungan dan resiko
yang berimbang dengan cara yang adil dan merata.
f. Jujur
Jujur dalam menyampaikan informasi yang ada sesuai dengan kondisi
dan apa adanya.
3) Analisis Pembiayaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis pembiayaan di bank
syari’ah adalah sebagai berikut (Muhammad, 2005:304).
a. Pendekatan analisis pembiayaan
Ada beberapa pendekatan analisis pembiyaan kaitannya dengan
pembiayaan yang akan dilakukan yaitu:
1) Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan
selalu memperhatikan kwantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki
oleh peminjam.
2) Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguhsungguh terkait dengan karakter nasabah.
3) Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya bank menganalisis
kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang
telah diambil.
4) Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya bank memperhatikan
kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
5) Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan
fungsinya sebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur
mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan.
b. Prinsip analisis pembiayaan
Prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu:
1) Character artinya sifat atau karakter, cara hidup, keadaan dan latar
belakang keluarga nasabah untuk mengetahui apakah nantinya
calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya.
2) Capacity artinya kemampuan nasabah untuk manjalankan usaha
dan mengembalikan pinjaman yang diambil. Dalam hal ini
merupakan ukuran dari kemampuan dalam membayar angusran
pembiayaan.
3) Capital artinya kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan
yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba,
struktur permodalan, ratio keuntungan. Dari kondisi tersebut bisa
dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan
beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.
4) Colateral artinya jaminan yang mungkin bisa disita apabila
ternyata calon pelangga benar-benar tidak bisa memenuhi
kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya
bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbanganpertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin
bisa dijadikan jaminan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
5) Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.
4. Tujuan Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan adalah pemenuhan
jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong
dan memperlancar perdagangan, produksi, jasa-jasa, bahkan konsumsi
yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sedangkan tujuan khusus analisis pembiayaan adalah untuk
menilai kelayakan usaha calon peminjam, untuk menekan risiko akibat
tidak terbayarnya pembiayaan dan untuk menghintung kebutuhan
pembiayaan yang layak.
5. Jenis Akad Pembiayaan Syariah
Pengertian akad pembiayaan adalah perjanjian tertulis tentang
fasilitas pembiayaan yang dibuat oleh bank dan nasabah yang memuat
tentang ketentuan, syarat yang disepakati berikut perubahan dan
tambahan sesuai dengan ketentuan syariah dan perundang-undangan
yang berlaku.
a. Jenis Akad Pembiayaan Syariah
Jenis akad pembiayaan syariah adalah sebagai berikut :
1) Alih Utang Piutang (Al Hiwalah), transaksi pengalihan hutang
yang digunakan untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapatkan
ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
2) Gadai (Rahn), jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam
pemberian pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi
kriteria yaitu: milik nasabah sendiri, jelas ukuran dan sifatnya serta
nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar.
3) Al Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
atara peminjam dengan pihak yang meminjamkan dana, dan
mewajibkan peminjam dana melunasi hutangnya setelah jangka
waktu yang ditentukan.
4) Wakalah adalah nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk
mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu misalnya
transfer.
5) Kafalah adalah bank garansi yang digunakan untuk menjamin
pembayaran
suatu
kewajiban
pembayaran.
Bank
dapat
mensyaratkan nasabah untuk mendapatkan sejumlah dana untuk
fasilitas ini.
b. Unsur- unsur Akad
Unsur-unsur akad menurut Hukum Islam terdapat tiga hal pokok,
yaitu :
1) Pertalian antara Ijab dan Qabul
Ijab adalah pernyataan kehendak oleh satu pihak (mujib) untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Qabul adalah pernyataan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
menerima atau menyetujui kehendak mujib tersebut oleh pihak
lainnya.
2) Dibenarkan oleh Syara’
Suatu perikatan yang mengandung riba atau obyek perikatan yang
tidak halal mengakibatkan perikatan yang dilakukan menjadi tidak
sah.
3) Mempunyai akibat hukum terhadap obyeknya
Dilakukannya akad oleh para pihak menimbulkan akibat hukum
terhadap
obyek
hukum
yang
diperjanjikan
dan
memberi
konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para pihak.
commit to user
Download