pengaruh terapi yoghurt susu kambing terhadap gambaran

advertisement
PENGARUH TERAPI YOGHURT SUSU KAMBING TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI KELENJAR PANKREAS DAN KADAR
MALONDIALDEHIDE (MDA) PADA HEWAN MODEL TIKUS (Rattus norvegicus)
AUTOIMMUNE THYROIDITIS (AITD) HASIL SUPPLEMENTASI
NaI (Natrium Iodida)
EFFECT OF GOAT MILK YOGURT THERAPY TOWARDPANCREATIC
GLANDS HISTOPHATOLOGY AND MDA LEVELS IN AUTOIMMUNE
THYROIDITIS (AITD) RATS (Rattus norvegicus) MODEL
BYNatrium Iodida SUPPLEMENTATION
Bayu Noviaji Trijiwandoko, Agung Pramana Warih Marhendra, Dyah Ayu Oktavianie
Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
[email protected]
ABSTRAK
Autoimmune thyroiditis (AITD) merupakan penyakit autoimun yang dapat
menyebabkan gangguan fungsi pada kelenjar tiroid. Iodin merupakan salah satu faktor
lingkungan yang berperan sebagai penyebab autoimun pada kelenjar tiroid. Yoghurt susu
kambing diketahui mengandung peptida bioaktif yang memiliki efek sebagai antioksidan,
antiinflamasi, dan imunomodulator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi yoghurt susu kambing terhadap adanya penurunan kadar malondialdehide (MDA)
dan perbaikan gambaran histopatologi pankreas tikus (Rattus norvegicus). Penelitian ini
menggunakan hewan coba tikus (Rattus norvegicus) betina, umur 8-12 minggu, berat badan
100-150 gram. Hewan model AITD dibagi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol (A),
kelompok perlakuan (B) suplementasi NaI 0,05% (m/v), dan kelompok terapi yoghurt susu
kambing (C) dosis 109cfu/ml. Induksi AITD dilakukan dengan supplementasi NaI 0,05%
(m/v) selama 5 minggu melalui air minum. Terapi yoghurt susu kambing dilakukan dengan
dosis 109 cfu/ml sebanyak 1 ml selama 4 minggu secara per oral. Variabel yang diamati
dalam penelitian ini adalah gambaran histopatologi kelenjar pankreas dengan pewarnaan
HE dan kadar MDA pankreas diukur dengan metode Tiobarbituric Acid (TBA). Kadar
MDA dianalisis secara statistik kuantitatif dan gambaran histopatologi diamati secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terapi yoghurt susu kambing mampu
menurunkan kadar MDA sebesar 51% pada kelompok terapi dibandingkan dengan
kelompok AITD. Gambaran histopatologi menunjukkan adanya perbaikan kerusakan
pankreas yang berupa perbaikan atrofi pulau Langerhans dan pengurangan jumlah sel
nekrosis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah yoghurt susu kambing mampu menurunkan
kadar MDA dan mampu memperbaiki kerusakan pankreas pada tikus model AITD.
Kata kunci: AITD, Natrium iodida (NaI), yoghurt susu kambing, malondialdehide (MDA),
histopatologi Pankreas
1
ABSTRACT
Autoimmune thyroiditis (AITD) is an autoimmune disease that can causes disruption
to the function of the thyroid gland. Iodine is one of environment factor which contribute as
causal agent of autoimmune causal in thyroid gland. Goat's milk yogurt has been known
containing bioactive peptide that has an effect asantioxidant, anti-inflammatory, and
immunomodulator. This study was aimed to determine the therapy effect of goat's milk
yogurt for the decreasing the malondialdehyde (MDA) levels and the repairing of
pancreatic histopathology on rat. This study used female rats, age 8-12 weeks, weight of
100-150 grams. Animal models of AITD divided into three groups: control group (A),
treatment group (B) of 0.05% (m/v) NaI supplementation, and goat milk yogurt therapy
group (C) dose of 109 cfu/ml. Induction of AITD was performed with 0.05% (m/v) NaI
supplementation for 5 weeks through the drinking water. Goat milk yogurt therapy was
done with a dose of 109 cfu/ml as 1 ml for 4 weeks in per oral. The variables observed in
this study was the histopathology of the pancreas gland with HE staining and pancreatic
MDA levels that were measured by Thiobarbituric Acid (TBA) method. MDA levels were
analyzed quantitatively and histopathology were analyzed qualitatively. The results showed
the goat's milk yogurt therapy could reduce MDA levels to 51% in therapy group compared
with AITD group. Histopathology showed repairement of pancreatic damage in the form of
atrophy of the islets of Langerhans’s and the a reduction in the amount of necrosis cells.
The conclusion of this study was the goat's milk yogurt could reduce MDA levels and able
to repair the damaging of pancreas in rat models of AITD.
Keywords: AITD, sodium iodide (NaI), goat milk yogurt, malondialdehyde (MDA),
histopathology Pancreas
2
maupun daerah dengan asupan iodin yang
cukup. Menurut Morohoshi et al., (2011)
dan Nan et al., (2013) melaporkan bahwa
pemberian iodin secara berlebih dalam
bentuk natrium iodida (NaI) memicu
reaksi autoreaktivitas protein-protein
tiroid yang menyebabkan autoimunitas
pada kelenjar tiroid.
Upaya pengobatan AITD hingga
sekarang belum didapatkan hasil yang
maksimal, pengobatanya yaitu iodine
radioactive, imunosupresan dan hormon
triyoditironin (T3) atau Tiroksin (T4).
Efek samping dari pengobatan merupakan
salah satu penyebab pasien tidak ingin
melakukan pengobatan. Berdasarkan hal
ini perlu dilakukan penelitian untuk
menemukan pengobatan alternatif.
Yoghurt yang dihasilkan dari susu
kambing memiliki pH dan nilai gizi yang
lebih tinggi dari pada susu sapi dan susu
hewan lain (Haenlin et al., 2004).
Yoghurt dapat mempengaruhi perubahan
sistem imun di saluran cerna dan sistemik
yang berhubungan dengan alergi dan
inflamasi (Reid et al., 2003). Sediaan sel
mikroba mengandung peptida dengan
aktivitas imunomodulator. Peptida pada
yoghurt memiliki efek terhadap sistem
imun yaitu dapat menginduksi aktivitas
sistem imun seluler dan menghambat
aktivitas inflamasi serta menghambat
respon imun yang berlebihan (Grajek et
al., 2005). Yoghurt akan menginduksi
sistem imun seluler dengan melepaskan
mediator inflamasi yang berfungsi
sebagai penghambat proses inflamasi
berupa sitokin TGF-β dan IL-10 yang
disekresikan sel T-regulator (Chiba et al.,
2009). Hal ini disebabkan dalam yoghurt
terdapat peptida yang berperan sebagai
imunomodulator. Namun, masih sedikit
dilaporkan penggunaan yoghurt untuk
terapi penyakit AITD, bahkan belum ada
penelitian yang melaporkan pengunaan
Pendahuluan
Autoimmune thyroiditis (AITD)
merupakan penyakit autoimun yang
menyebabkan disfungsi kelenjar tiroid
(Burek dan Talor, 2009). Gejala AITD
adalah
terjadinya
inflamasi
yang
menyebabkan abnormalitas produksi
hormon tiroid, infiltrasi limfositik pada
kelenjar tiroid, terjadi peningkatan
akumulasi serum antibodi antitiroid, dan
perubahan struktur sel/jaringan tiroid
(Johan, 2002).
Penyebab AITD antara lain
disebabkan oleh faktor genetik dan
lingkungan (Nagayama et al., 2007;
Mashjur, 2010). Infeksi virus atau bakteri
bahkan asupan iodin yang tinggi
merupakan faktor lingkungan penyebab
AITD. Patogenesis dari penyakit ini
melibatkan suatu proses autoimun dengan
sensitisasi limfosit tubuh sendiri terhadap
antigen
tiroid
tiroglobulin
(Tg),
peroksidase tiroid (TPO) (Ganong dan
Mcphee, 2010). Autoimmune thyroiditis
(AITD) memiliki dua bentuk yaitu grave
disease/ hyperthyroidism dan hashimoto
thyroiditis / hypothyroidism (Swain,
2005; Agrawal, 2010). Autoimmune
thyroiditis (AITD) adalah penyakit
autoimun yang paling sering muncul dan
mempengaruhi 10% populasi manusia di
dunia (Tozzoli, et al., 2008). Begitu juga
di Indonesia, Depkes RI tahun 2003
menyatakan bahwa 11% orang Indonesia
menderita penyakit thyroiditis dimana 4448% diantaranya merupakan hypothyroid
autoimmune.
Iodin merupakan salah satu faktor
lingkungan yang berperan sebagai
penyebab autoimun pada kelenjar tiroid
(Eisenbarh, 2011). Menurut Werner dan
Ingbar’s, (2000) pemberian iodin dapat
memicu respon imun dan disfungsi tiroid
baik yang berada pada daerah endemik
3
yoghurt dari susu kambing dalam
pengobatan AITD.
Berdasarkan latar belakang diatas
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
potensi yoghurt susu kambing sebagai
terapi AITD berdasarkan perbaikan
kerusakan pankreas dan perubahan kadar
malondialdehide (MDA) sebagai hasil
peroksidasi lipid pada tikus model AITD
hasil suplementasi NaI.
tikus kelompok AITD (B) dan kelompok
terapi (C).
Preparasi dan Penentuan Dosis Yoghurt
Susu Kambing
Yoghurt diberikan dengan dosis 109
cfu/ml sebanyak 1 ml selama empat
minggu. Dosis yoghurt didapatkan
dengan cara penghitungan coloni forming
unit (cfu) BAL melalui metode
penanaman koloni bakteri pada media
MRSA dengan teknik pour plate. Hasil
optimasi menunjukkan probiotik dapat
tumbuh setelah mengalami pengenceran
ke-9, dengan nilai perhitungan 8 x 109
cfu/ml (Neha et al., 2012).
Materi dan Metode Penelitian
Perlakuan Hewan Coba
Hewan coba dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu kelompok kontrol (A),
kelompok AITD tikus dengan perlakuan
supplementasi 0,05% NaI melalui air
minum selama 5 minggu (B) dan
kelompok AITD yang diterapi yoghurt
109 cfu/ml sebanyak 1 ml/tikus selama 4
minggu.
Hewan coba berupa tikus putih
(Rattus norvegicus) betina, strain Wistar
dengan umur 8-12 minggu dan berat
badan 100-150 gram yang didapat dari
Unit Pengembangan Hewan Percobaan
(UPHP) Universitas Gadjah Mada.
Penggunaan
hewan
coba
sudah
mendapatkan Sertifikat Laik Etik dari
Komisi Etik Penelitian Universitas
Brawijaya dengan No: 141-KEP-UB.
Pengukuran
Kadar
MDA
dan
Pengamatan Gambaran Histopatologi
Kelenjar Pankreas
Pengukuran rata-rata kadar MDA
dilakukan sesuai dengan metode yang
digunakan Aulanni’am et al., (2012) yaitu
dengan metode TBA.
Preparat
hispatologi
jaringan
pankreas
diamati
secara
visual
menggunakan mikroskop Olympus BX51
dengan
perbesaran
lemah
(100x)
dilanjutkan
perbesaran kuat 400x
kemudian ditampilkan pada display untuk
melihat atrofi dan kematian sel
Langerhans pankreas.
Preparasi Dosis Supplementasi NaI
Analisa Data
Dosis
NaI
yang
digunakan
ditentukan
berdasarkan
penelitian
m
sebelumnya yaitu 0,05% ( /v) NaI melalui
air minum selama 5 minggu (Yu, 2001;
Nagayama, 2007; dan Morohoshi, 2011).
Larutan NaI 0,05% diperoleh dengan
melarutkan 0,05 gram NaI dalam 100 ml
akuades. Supplementasi dilakukan pada
Analisa data yang digunakan secara
kualitatif untuk gambaran histopatologi
jaringan pankreas yang akan dianalisis
serta disajikan secara deskriptif dan data
kuantitatif berupa hasil penghitungan
kadar malondialdehide (MDA) dianalisis
dengan one-way ANOVA dengan taraf
kepercayaan sebesar 95% (α=0,05)
4
kemudian apabila signifikan dilanjutkan
uji Tukey (Beda Nyata Jujur) dengan
menggunakan SPSS 16 for Windows
(Kusriningrum, 2008).
Pengaruh terapi yoghurt susu
kambing sebagai terapi AITD dapat
dilihat berdasarkan perubahan kadar
MDA. Hewan model AITD dibuat
dengan supplementasi NaI 0,05%.
Kerusakan sel pada penelitian ini diamati
dengan peningkatan kadar MDA.
Malondialdehide merupakan hasil dari
peroksidasi lipid akibat rusaknya
membran sel oleh radikal bebas. Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
perbedaan kadar MDA pada masingmasing kelompok perlakuan (Tabel 5.1).
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh Terapi Yoghurt Susu
Kambing
Terhadap
Kadar
Malondialdehide (MDA) Pankreas
pada Tikus (Rattus norvegicus)
Tabel 5.1. Kadar MDA pankreas tikus
Rata-rata Kadar
MDA (µg/mL)
Kelompok Perlakuan
% Kadar MDA
Peningkatan
terhadap
Kelompok
Kontrol
Penurunan
terhadap
Kelompok
AITD
Tikus kontrol (A)
3,55 ± 0,215a
-
-
Tikus AITD (B)
7,56 ± 0,455b
Tikus terapi (C)
3,7 ± 0,160a
112%
-
51%
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05).
Kadar MDA kelompok tikus
kontrol
negatif
(3,55±
0,215)
menunjukkan nilai kadar MDA yang
paling rendah. Adanya kadar MDA pada
tikus kontrolnegatif disebabkan oleh
radikal bebas yang dihasilkan secara
normal oleh tubuh. Radikal bebas dapat
berada di dalam tubuh karena adanya
hasil samping dari pembakaran sel yang
berlangsung pada waktu bernafas,
metabolisme
sel,
olahraga
yang
berlebihan, peradangan, dan terpapar
polusi (asap kendaraan, asap rokok,
makanan, logam berat, dan radiasi
matahari) (Halliwell dan Gutteridge,
2000; Kikuzaki et al., 2002). Radikal
bebastersebut akan mampu bereaksi
dengan komponen membran sel pankreas
seperti fosfolipid, asam lemak tidak
jenuh,
dan
protein
yang
dapat
menyebabkanterjadinya
reaksi
peroksidasi lipid dengan membentuk
malondialdehide (MDA).
Nilai rata-rata kadar MDA pada
kelompok AITD (B) (7,56± 0,455)
memiliki nilai kadar MDA yang lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
kadar MDA kelompok terapi (3,7± 0,160)
dan kelompok kontrol (3,55± 0,215).
Hasil analisa statistik menggunakan
ANOVA dan Tukey Test menunjukkan
bahwa induksi NaI 0,05% pada kelompok
AITD
memiliki
pengaruh
yang
nyataterhadap kadar MDA pankreas yang
5
ditunjukkan dengan perbedaan notasi
(Tabel 5.1). Kadar MDA pada kelompok
AITD terjadi peningkatan sebesar 112%
terhadap kelompok kontrol negatif, hal
tersebut disebabkan oleh ion iodida (I-)
yang merupakan hasil metabolit NaI akan
dioksidasi oleh thyroid peroksidase
(TPO) yang menghasilkan asam hipoidat
dan radikal bebas. Radikal bebas tersebut
mengakibatkan stress oksidatif serta
kerusakan tirosit yang akan menyebabkan
peningkatan peroksidasi lipid, kemudian
dapat menyebabkan peningkatan kadar
MDA pada tikus AITD (B).Peningkatan
nilai kadar MDA setelah di supplementasi
NaI 0,05% disebabkan oleh terjadinya
peningkatan peroksidasi lipid yang secara
tidak langsung menunjukkan tingginya
kadar radikal bebas akibat kondisi
hiperinsulinemia, melalui mekanisme
aktivasi NADPH oksidase menghasilkan
radikal bebas selanjutnya NADPH
oksidase membentuk superoksida (O2-)
yang merupakan radikal bebas reaktif
(Coelotto et al, 2004).Peningkatan radikal
bebas (ROS) dapat mengakibatkan
kondisi
stress
oksidatif
yang
menyebabkan
kerusakan
jaringan.
Kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh
radikal bebas oksigen terjadi pada seluruh
membran biologis yaitu dengan cara
menyerang protein, lemak, asam nukleat
dan gliko-conjugat (Sharma et al., 2003).
Radikal bebas tidak memiliki pasangan
elektron akan bebas di dalam tubuh dan
akan berusaha mencapai kestabilan
dengan cara menyerang molekul terdekat
untuk mendapatkan pasangan elektron,
kemudian akan merusak bentuk molekul.
Akibat dari aktivitas radikal bebas dapat
menyebabkan sel-sel makromolekul
rusak. Sel makromolekul yang paling
rentan diserang oleh radikal bebas adalah
asam lemak tak jenuh seperti asam lemak
tak jenuh panjang (Poly Unsaturated
Fatty Acid atau PUFA). Grotto et al.,
(2009) mengatakan bahwa target radikal
bebas adalah ikatan ganda karbon-karbon
dari PUFA. Ikatan ganda ini akan
melemahkan ikatan karbon hidrogen dan
memudahkan pemindahan hidrogen oleh
radikal bebas, kemudian radikal bebas
akan memisahkan atom hidrogen yang
akan membentuk radikal lipid, yang akan
mengalami penggabungan dengan O2
menghasilkan radikal peroksil. Radikal
peroksil mampu bereaksi dengan PUFA
yang lainnya dengan memindahkan satu
elektron yang menghasilkan lipid
hidroperoksida. Lipid hidroperoksida
menghasilkan produk seperti MDA.
Terapi yoghurt susu kambing
memberikan pengaruh yang nyata
mendekati nilai kelompok kontrol negatif
terhadap kadar MDA pada pankreas
ditandai dengan notasi yang sama,
dimana terjadi penurunan kadar MDA
sebesar 51% dibandingkan kelompok
AITD. Kadar MDA kelompok terapi
yoghurt susu kambing (C) mengalami
penurunan sebesar 51% (3,7± 0,160)
terhadap kelompok AITD memiliki
perbedaan yang nyata dengan kadar MDA
kelompok AITD (7,56± 0,455) (Tabel
5.1), hal ini menunjukkan bahwa terapi
yoghurt susu kambing dengan dosis
109cfu/ml memiliki pengaruh terhadap
penurunan kadar MDA pada kelompok
terapi, dikarenakan yoghurt susu kambing
yang
digunakan
sebagai
terapi
mengandung antioksidan berupa: vitamin
C, vitamin E, dan carotenoid, dimana
akan mampu menghambat kadar radikal
bebas pada kondisi hiperinsulinemia,
sehingga penanda stress oksidatif seperti
MDA juga akan turun. Antioksidan
merupakan
senyawa
yang
dapat
menghambat spesies oksigen reaktif,
spesies nitrogen reaktif dan radikal bebas.
Antioksidan memiliki struktur molekul
6
yang dapat memberikan elektronnya
(donor elektron) kepada molekul radikal
bebas tanpa terganggu sama sekali
fungsinya dan dapat memutus reaksi
berantai (Halliwell dan Gutteridge, 2000).
Gambaran Histopatologi Pankreas
pada Tikus (Rattus norvegicus) hasil
Terapi Yoghurt Susu Kambing
terapi yoghurt susu kambing (C).
Perbandingan perbedaan kondisi yang
jelas dapat diamati pada daerah pulau
Langerhans pankreas (Gambar 5.1).
Hasil pengamatan dari preparat
histopatologi pankreas dengan pewarnaan
Hematoxylin-Eosin (HE) menunjukkan
bahwa perbandingan kondisi organ
pankreas pada tikus kontrol (A), AITD
supplementasi NaI 0,05% (B) dan
memiliki gambaran yang berbeda tikus
SL
A
SL
B
b
PL
a
SL
SL
SL
PL
C
SL
PL
SL
Gambar 5.1 Histopatologi jaringan pankreas tikus hasil pewarnaan HE (400x)
Keterangan: A (Kelompok kontrol): PL normal, B (Kelompok AITD Supplementasi
NaI 0,05%): terjadi atrofi SL dan nekrosis, dan C (Kelompok Terapi Yoghurt Susu
Kambing): terjadi perbaikan atrofi SL dan pengurangan jumlah sel mengalami
nekrosis. Insert menunjukkan gambaran Sel Langerhans yang diperbesar. PL= Pulau
Langerhans, SL= Sel Langerhans, a= piknosis, b= kariolisis.
Tikus kontrol (A) memiliki
gambaran histopatologi pankreas yang
normal dimana ketika diamati terlihat
struktur sel-sel Langerhans terdistribusi
7
homogen di seluruh bagian (Gambar 5.1).
Pada topografi tikus sebaran sel-sel β
berada pada pulau Langerhans berada di
medula, sedangkan sel-sel lainnya seperti
sel α, sel δ, dan sel PP tersebar di bagian
korteks pulau membentuk mantel. Tidak
terdapat kerusakan sel maupun perubahan
struktur dari pulau Langerhans tikus
kontrol (Gambar 5.1).
Gambaran histopatologi tikus AITD
(B) dengan supplementasi NaI 0,05%
menunjukkan pulau Langerhans yang
terlihat derajat kerusakan yang tinggi,
dimana
sel-sel
Langerhans
tidak
terdistribusi secara homogen (Gambar
5.1). Terjadi penurunan volume pulau
Langerhans, dimana struktur dan batas
pulau Langerhans menyatu dengan sel-sel
acinar disekitarnya yang disebabkan
karena adanya atrofi sel Langerhans.
Penurunan fungsi dari suatu sel
merupakan salah satu faktor penyebab
dari atrofi pada sel dimana menyebabkan
ukuran sel menjadi lebih kecil
(shrinkage), hal ini menunjukkan bahwa
adanya kematian sel akibat stress
oksidatif yang ditimbulkan oleh radikal
bebas (ROS). Radikal bebas (ROS)
merusak
sel-sel
pankreas
dan
menyebabkan penurunan jumlah dan
ukuran sel dalam pulau Langerhans,
selain itu, pada kelompok AITD (B) juga
tampak adanya degenerasi berupa
perubahan inti sel yang terlihat piknosis
dan kariolisis (Gambar 5.1). Degenerasi
sel menyebabkan struktur dan bentuk
Langerhans pankreas terlihat irregular,
serta sel-sel Langerhans juga tidak
terdistribusi secara homogen. Kariolisis
merupakan suatu tahapan dari proses
kematian sel, adanya kariolisis ini dapat
terjadi akibat stress oksidatif yang
ditimbulkan oleh radikal bebas (ROS)
disebabkan oleh kondisi hiperinsulinemia
pada kondisi AITD hasil induksi NaI
(Ceolotto et al., 2004). Kondisi
hiperinsulinemia menyebabkan pelepasan
radikal bebas melalui mekanisme aktivasi
NADPH oksidase (Ceolotto et al, 2004).
Kondisi hiperinsulinemia disebabkan oleh
hipersekresi insulin akibat adanya
resistensi insulin (Kasuga, 2006). Radikal
bebas yang dihasilkan oleh mitokondria
pada saat kondisi hiperglikemia dan
hiperinsulinemia mampu bereaksi dengan
asam lemak dan mampu menginduksi
terjadinya peroksidasi lipid sebagai akibat
dari stress oksidatif. Salah satu produk
aldehida yang dihasilkan dari proses
peroksidasi lipid tersebut yaitu MDA.
Menurut Sharma et al., (2003) MDA
dapat merusak sel karena produk tersebut
mampu
menaikkan
permeabilitas
vaskular, kemotaksis leukosit, dan
mengubah sintesis prostaglandin serta
pelepasan histamin yang menimbulkan
inflamasi. Peroksidasi lipid dapat
menimbulkan gangguan pada membran
plasma dan organel sel sedangkan radikal
bebas mampu bereaksi dengan protein
yang nantinya menginduksi terjadinya
oksidasi
dan
mengakibatkan
berkurangnya
aktivitas
enzimatik.
Gangguan pada membran plasma dan
organel sel serta berkurangnya aktivitas
enzimatik suatu sel dapat memicu
penurunan fungsi sel, yang dapat
menyebabkan atrofi. Tahap lanjutan dari
sel-sel yang mengalami atrofi adalah
menghilangnya fungsi sel baik dalam
memenuhi
kebutuhan
metabolisme
maupun mempertahankan kehidupannya,
sehingga nantinya akan mengalami
kematian sel (nekrosis), hal ini sesuai
dengan penelitian Rudolfo et al., (2008),
kerusakan sel pada jaringan pankreas
ditimbulkan akibat radikal bebas yang
dibentuk secara berlebihan pada kondisi
hiperglikemia dan hiperinsulinemia yang
menyebabkan kerusakan struktur dan
8
morfologi pulau Langerhans maupun selsel disekitarnya.
Gambaran histopatologi pankreas
pada kelompok terapi yoghurt susu
kambing (C) mengalami perbaikan pada
sel-sel pulau Langerhans, dimana derajat
kerusakan terlihat berkurang dan sel-sel
Langerhans dapat diperbaiki terdistribusi
secara homogen. Terlihat perbaikan atrofi
dan kematian sel pada sel-sel Langerhans
berkurang
kemudian
oleh
tubuh
kerusakan jaringan dapat diperbaiki
dengan cara regenerasi sel yang terlihat
pada gambaran histopatologi tikus kontrol
(A), hal ini disebabkan karena di dalam
yoghurt susu kambing mengandung
peptida bioaktif yang berfungsi sebagai
imunomodulator
dalam
perbaikan
jaringan (Padaga dkk, 2009).
Probiotik
akan
menginduksi
mekanisme regulasi respon imun melalui
aktivasi sel T regulator, diikuti dengan
pelepasan sejumlah mediator anti
inflamasi berupa IL-10 dan TGF-β.
Melalui mediator anti inflamasi tersebut,
akan memodulasi aktivitas sel T dengan
cara mengembalikan fungsi sel TRegulator sehingga respon imun yang
menyerang autoreaktivitas sel-sel tiroid
akan diturunkan dan menghambat
kerusakan jaringan. Proses turunnya
respon imun pada sel tiroid dalam kondisi
autoimun dapat menurunkan proses
destruksi jaringan dan adanya peptida
bioaktif pada yoghurt susu kambing akan
menekan autoimun sehingga hormon T4
akan stabil, hal ini menandakan peptida
bioaktif
yang
berfungsi
sebagai
imunomodulator dapat memperbaiki
kerusakan
jaringan
dengan
cara
mengembalikan fungsi sel T regulator
seperti semula yang akhirnya dapat
menghambat kerusakan jaringan dan
kemudian tubuh akan memperbaiki
kerusakan
jaringan
dengan
cara
regenerasi sel.
Hasil
perubahan
gambaran
histopatologi pada kelompok AITD
supplementasi NaI 0,05% (B) sesuai
dengan
perubahan
kadar
MDA.
Pengukuran kadar MDA pada kondisi
AITD menunjukkan nilai rata-rata kadar
MDA yang berbeda nyata dengan kadar
MDA tikus kelompok normal dan
kelompok terapi. Hasil perubahan
gambaran histopatologi pada kelompok
terapi yoghurt susu kambing (C) juga
sesuai dengan pengukuran kadar MDA,
dimana pada pengukuran kadar MDA
kelompok terapi berbeda nyata dengan
kelompok AITD. Berdasarkan hasil
penelitian diatas, yoghurt susu kambing
dapat menurunkan kadar MDA dan
memperbaiki kerusakan jaringan melalui
gambaran histopatologi pankreas.
Kesimpulan
1. Terapi yoghurt susu kambing
dapat memperbaiki atrofi dan
kematian sel Langerhans pankreas
terlihat
pada
gambaran
histopatologi pankreas pada tikus
model AITD hasil suplementasi
NaI 0,05%.
2. Terapi yoghut susu kambing dapat
menurunkan kadar MDA sebesar
51% pada tikus model AITD
hasil suplementasi NaI 0,05%.
Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan
tentang peran yoghurt untuk
mencegah AITD.
2. Perlu diukur kadar glukosa darah,
karena
berkaitan
dengan
metabolisme Pankreas.
9
Chiba Y., S, Kun., N, Saturo., W, Mariko.
2009.
Well-controlled
proinflammatory
cytokines
responses of Peyer patch cells to
proboitic
lactobacillus
casei.
Immunology, 130 : 352-362
Ucapan Terima Kasih
Terima
kasih
kepada
staf
Laboratorium Biokimia, Laboratorium
Fisiologi Hewan Fakultas MIPA, dan
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Veteriner
PKH
UB,
Universitas
Brawijaya atas dukungan, bantuan dan
kerjasama yang luar biasa untuk
penyelesaian penelitian ini.
Depkes RI. 2003. Survei Angka
Prevalensi Penyakit Kelenjar
Gondok di Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Daftar Pustaka
Agrawal
NK.
2010.
Thyroiditis.
Associate Professor and Head
Department of Endocrinology and
Metabolism, Institute of Medical
Sciences,
Banaras
Hindu
University, Varanasi INDIA
Eisenbarth S. George. 2011.
Immunoendocrinology Scientific
and Clinical Aspect. University of
Colorado Health Sciences Center.
Grajek W. A., Olejnik., dan A, Sip. 2005.
Probiotics,
Prebiotic,
and
Antioxidant as Functional Food.
Biotechnology 52 (3) : 665-671
Aulanni’am, Ana Rosdiana and Rahmah
N. L. 2012. The Potency of
Sargassum
duplicatum
Bory
Extract on Inflamatory Bowel
Disease Therapy in Rattus
Norvegicus. Journal of life
Sciences 6 : 144-154
Grotto D., G.R, Barcelos., J, Valentini.,
L.M, An-tunes, J.P Angeli, S.C,
Garcia. 2009. Low Level of
Methilmercury
Induce
Dna
Damage in Rats: Protective
Effects Of Selenium. Arch
Toxicol. 83 : 249-5.
Burek C.L., and M. V, Talor. 2009.
Environmental
Trigger
of
Autoimmune
Thyroiditis.
Autoimmunity, 33 : 183-189
Ceolotto,
G.M,
Bevilacqua.,
I,
Papparella., E, Baritono., L,
Franco.,
C,
Corvaja.,
M,
Mazzoni., A, Semplicini., and A,
Avogaro. 2004. Insulin Generates
Free Radicals by an NAD(P)H,
Phosphatidylinositol
3-Kinase
Dependent Mechanism in Human
Skin Fibroblasts Ex Vivo.
American Diabetes Association.
Diabetes, Vol. 53.
Harriwell B. John, M. C. Gutteridge.
2000.
Free
Radical
and
Antioxidant in The Year. A
Historical Look to the Future. Vol
899
Johan S. 2002. Penyakit Autoimunne.
Fakultas kedokteran Universitas
Padjajaran. RS Dr. Hasan Sadikin,
Bandung, Indonesia.
Kasuga, M. 2006. Insulin resistance and
pancreatic β cell failure. The
10
Journal of Clinical Investigation.
116:1756–1760 (2006).
of Parmacy, Moga, Punjab, India.
ISNN 2230-8407
Kikuzaki H., Hisamoto, M., Hirose, K.,
Akiyami, K. and Taniguchi, H.
2002. Antioxidant properties of
ferulic acid its related compound.
Journal Agriculture and Food
Chemistry 50: 2161-2168
Padaga MC., Sawitri ME. dan Murwani
S. 2009. Potensi Protein Spesifik
Susu
Kambing
sebagai
Imunomodulator And Imugen:
Upaya Pengembangan Pangan
Nutrasetika: Laporan Penelitian
Masjhur J.S. 2010.Penyakit Tiroid
Autoimun. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran. Bandung :
Indonesia
Reid G, Jass J. Sebulsky MT. Mc
Cosmick J K. 2003. Potensial use
of probiotic in clinical practice.
Clin microbial. Rev 16: 658-672
Morohoshi Kazuki,. and Y. Katsumi, N.
Yoshinori, H. Saeko, O. Hiroshi,
T. Yurie, I. Sadayoshi, M. Kouki.
2011. Effect of Synthetic Retinoid
Am80
on
Iodine-Induced
Autoimmune
thyroiditis
in
Nonobese Diabetic Mice. Cellular
Immunology270 :1-4
Rudolfo G.M., D. Alberto, Chavez, C.
Anthony, T.E.J.C. Alvarenga, B.
Raul,Z. Penghou, C. Zhi, D.
Edward, H. Gene, A. Majluf., T.P.
Ce., H. Glenn, A.D. Ralph, F.
Franco. 2008. Effect of Obesity
and lipotoxicity of Pancreatic Islet
of Langerhans Amyloidosis in the
baboon, a new model of type 2
diabetes
mellitus.
American
Diabetes. Abstract number 1711P.
Nagayama Yuji., H. Ichiro, S. Ohki, N.
Mami, A. Norio . 2007.
CD4+CD25+ Naturally Occuring
regulatory T Cells and Nt
Lymphopenia Play Role in the
Pathogenesis of Iodine-Induced
Autoimmune
Thyroiditis
in
NOD.H2h4 mice. Autoimmunity29
: 195-202
Sharma, A., S. Bansal, and R.K. Nagpal.
2003. Lipid Peroksidation in
Bronchial Asthma. Indian Journal
of Pediatrics.70(9): 715-717.
Swain M., S. Truptirekha, M.K. Binoy.
2005.
Autoimmune
Thyroid
Disorder - An Update. Clinical
Biochemistry .vol 20 (1) : 9-17
Nan Hao. E. K. O’Shea. Bogdan A.
Budnik. G. Jeremy. 2013. Tunable
Signal
Processing
Through
Modular Control of Transcription
factor Transcription
Tozzoli R.B., O. Ram, M. Villalta, D.
Bizzaro, N. Sherer, and Y.
Shoenfeld. 2008. ‘Infection and
Autoimmune Thyroid Disease :
Parallel Detection of Antibodies
Against Pathogens with Proteomic
Neha A. Kamaljit S. Bilandi Ajay. Tarun
B. 2012. Probiotic: As Effective
Treatment Disease. Department of
Quality Assurance L.S.F College
11
Technology’.
Autoimmune
Reviews 8. pp 112-115.
Werner and Ingbar’s. 2000. Thyroid
Afundamental and Clinical test.
Edisi 8 Sidney
Yu Shiguang., M. Brad, Y. Hideo, BM.
Helen. 2001. Characteristics of
Inflammatory Cells in Spontaneus
Autoimmune
Thyroiditis of
NOD.H-2h4
Mice
.
Autoimmunity16 : 37-46
12
Download