PENGARUH TERAPI YOGHURT SUSU KAMBING TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI KELENJAR PANKREAS DAN KADAR MALONDIALDEHIDE (MDA) PADA HEWAN MODEL TIKUS (Rattus norvegicus) AUTOIMMUNE THYROIDITIS (AITD) HASIL SUPPLEMENTASI NaI (Natrium Iodida) EFFECT OF GOAT MILK YOGURT THERAPY TOWARDPANCREATIC GLANDS HISTOPHATOLOGY AND MDA LEVELS IN AUTOIMMUNE THYROIDITIS (AITD) RATS (Rattus norvegicus) MODEL BYNatrium Iodida SUPPLEMENTATION Bayu Noviaji Trijiwandoko, Agung Pramana Warih Marhendra, Dyah Ayu Oktavianie Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRAK Autoimmune thyroiditis (AITD) merupakan penyakit autoimun yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pada kelenjar tiroid. Iodin merupakan salah satu faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab autoimun pada kelenjar tiroid. Yoghurt susu kambing diketahui mengandung peptida bioaktif yang memiliki efek sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan imunomodulator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi yoghurt susu kambing terhadap adanya penurunan kadar malondialdehide (MDA) dan perbaikan gambaran histopatologi pankreas tikus (Rattus norvegicus). Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus (Rattus norvegicus) betina, umur 8-12 minggu, berat badan 100-150 gram. Hewan model AITD dibagi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol (A), kelompok perlakuan (B) suplementasi NaI 0,05% (m/v), dan kelompok terapi yoghurt susu kambing (C) dosis 109cfu/ml. Induksi AITD dilakukan dengan supplementasi NaI 0,05% (m/v) selama 5 minggu melalui air minum. Terapi yoghurt susu kambing dilakukan dengan dosis 109 cfu/ml sebanyak 1 ml selama 4 minggu secara per oral. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah gambaran histopatologi kelenjar pankreas dengan pewarnaan HE dan kadar MDA pankreas diukur dengan metode Tiobarbituric Acid (TBA). Kadar MDA dianalisis secara statistik kuantitatif dan gambaran histopatologi diamati secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terapi yoghurt susu kambing mampu menurunkan kadar MDA sebesar 51% pada kelompok terapi dibandingkan dengan kelompok AITD. Gambaran histopatologi menunjukkan adanya perbaikan kerusakan pankreas yang berupa perbaikan atrofi pulau Langerhans dan pengurangan jumlah sel nekrosis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah yoghurt susu kambing mampu menurunkan kadar MDA dan mampu memperbaiki kerusakan pankreas pada tikus model AITD. Kata kunci: AITD, Natrium iodida (NaI), yoghurt susu kambing, malondialdehide (MDA), histopatologi Pankreas 1 ABSTRACT Autoimmune thyroiditis (AITD) is an autoimmune disease that can causes disruption to the function of the thyroid gland. Iodine is one of environment factor which contribute as causal agent of autoimmune causal in thyroid gland. Goat's milk yogurt has been known containing bioactive peptide that has an effect asantioxidant, anti-inflammatory, and immunomodulator. This study was aimed to determine the therapy effect of goat's milk yogurt for the decreasing the malondialdehyde (MDA) levels and the repairing of pancreatic histopathology on rat. This study used female rats, age 8-12 weeks, weight of 100-150 grams. Animal models of AITD divided into three groups: control group (A), treatment group (B) of 0.05% (m/v) NaI supplementation, and goat milk yogurt therapy group (C) dose of 109 cfu/ml. Induction of AITD was performed with 0.05% (m/v) NaI supplementation for 5 weeks through the drinking water. Goat milk yogurt therapy was done with a dose of 109 cfu/ml as 1 ml for 4 weeks in per oral. The variables observed in this study was the histopathology of the pancreas gland with HE staining and pancreatic MDA levels that were measured by Thiobarbituric Acid (TBA) method. MDA levels were analyzed quantitatively and histopathology were analyzed qualitatively. The results showed the goat's milk yogurt therapy could reduce MDA levels to 51% in therapy group compared with AITD group. Histopathology showed repairement of pancreatic damage in the form of atrophy of the islets of Langerhans’s and the a reduction in the amount of necrosis cells. The conclusion of this study was the goat's milk yogurt could reduce MDA levels and able to repair the damaging of pancreas in rat models of AITD. Keywords: AITD, sodium iodide (NaI), goat milk yogurt, malondialdehyde (MDA), histopathology Pancreas 2 maupun daerah dengan asupan iodin yang cukup. Menurut Morohoshi et al., (2011) dan Nan et al., (2013) melaporkan bahwa pemberian iodin secara berlebih dalam bentuk natrium iodida (NaI) memicu reaksi autoreaktivitas protein-protein tiroid yang menyebabkan autoimunitas pada kelenjar tiroid. Upaya pengobatan AITD hingga sekarang belum didapatkan hasil yang maksimal, pengobatanya yaitu iodine radioactive, imunosupresan dan hormon triyoditironin (T3) atau Tiroksin (T4). Efek samping dari pengobatan merupakan salah satu penyebab pasien tidak ingin melakukan pengobatan. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian untuk menemukan pengobatan alternatif. Yoghurt yang dihasilkan dari susu kambing memiliki pH dan nilai gizi yang lebih tinggi dari pada susu sapi dan susu hewan lain (Haenlin et al., 2004). Yoghurt dapat mempengaruhi perubahan sistem imun di saluran cerna dan sistemik yang berhubungan dengan alergi dan inflamasi (Reid et al., 2003). Sediaan sel mikroba mengandung peptida dengan aktivitas imunomodulator. Peptida pada yoghurt memiliki efek terhadap sistem imun yaitu dapat menginduksi aktivitas sistem imun seluler dan menghambat aktivitas inflamasi serta menghambat respon imun yang berlebihan (Grajek et al., 2005). Yoghurt akan menginduksi sistem imun seluler dengan melepaskan mediator inflamasi yang berfungsi sebagai penghambat proses inflamasi berupa sitokin TGF-β dan IL-10 yang disekresikan sel T-regulator (Chiba et al., 2009). Hal ini disebabkan dalam yoghurt terdapat peptida yang berperan sebagai imunomodulator. Namun, masih sedikit dilaporkan penggunaan yoghurt untuk terapi penyakit AITD, bahkan belum ada penelitian yang melaporkan pengunaan Pendahuluan Autoimmune thyroiditis (AITD) merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan disfungsi kelenjar tiroid (Burek dan Talor, 2009). Gejala AITD adalah terjadinya inflamasi yang menyebabkan abnormalitas produksi hormon tiroid, infiltrasi limfositik pada kelenjar tiroid, terjadi peningkatan akumulasi serum antibodi antitiroid, dan perubahan struktur sel/jaringan tiroid (Johan, 2002). Penyebab AITD antara lain disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan (Nagayama et al., 2007; Mashjur, 2010). Infeksi virus atau bakteri bahkan asupan iodin yang tinggi merupakan faktor lingkungan penyebab AITD. Patogenesis dari penyakit ini melibatkan suatu proses autoimun dengan sensitisasi limfosit tubuh sendiri terhadap antigen tiroid tiroglobulin (Tg), peroksidase tiroid (TPO) (Ganong dan Mcphee, 2010). Autoimmune thyroiditis (AITD) memiliki dua bentuk yaitu grave disease/ hyperthyroidism dan hashimoto thyroiditis / hypothyroidism (Swain, 2005; Agrawal, 2010). Autoimmune thyroiditis (AITD) adalah penyakit autoimun yang paling sering muncul dan mempengaruhi 10% populasi manusia di dunia (Tozzoli, et al., 2008). Begitu juga di Indonesia, Depkes RI tahun 2003 menyatakan bahwa 11% orang Indonesia menderita penyakit thyroiditis dimana 4448% diantaranya merupakan hypothyroid autoimmune. Iodin merupakan salah satu faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab autoimun pada kelenjar tiroid (Eisenbarh, 2011). Menurut Werner dan Ingbar’s, (2000) pemberian iodin dapat memicu respon imun dan disfungsi tiroid baik yang berada pada daerah endemik 3 yoghurt dari susu kambing dalam pengobatan AITD. Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi yoghurt susu kambing sebagai terapi AITD berdasarkan perbaikan kerusakan pankreas dan perubahan kadar malondialdehide (MDA) sebagai hasil peroksidasi lipid pada tikus model AITD hasil suplementasi NaI. tikus kelompok AITD (B) dan kelompok terapi (C). Preparasi dan Penentuan Dosis Yoghurt Susu Kambing Yoghurt diberikan dengan dosis 109 cfu/ml sebanyak 1 ml selama empat minggu. Dosis yoghurt didapatkan dengan cara penghitungan coloni forming unit (cfu) BAL melalui metode penanaman koloni bakteri pada media MRSA dengan teknik pour plate. Hasil optimasi menunjukkan probiotik dapat tumbuh setelah mengalami pengenceran ke-9, dengan nilai perhitungan 8 x 109 cfu/ml (Neha et al., 2012). Materi dan Metode Penelitian Perlakuan Hewan Coba Hewan coba dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol (A), kelompok AITD tikus dengan perlakuan supplementasi 0,05% NaI melalui air minum selama 5 minggu (B) dan kelompok AITD yang diterapi yoghurt 109 cfu/ml sebanyak 1 ml/tikus selama 4 minggu. Hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) betina, strain Wistar dengan umur 8-12 minggu dan berat badan 100-150 gram yang didapat dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) Universitas Gadjah Mada. Penggunaan hewan coba sudah mendapatkan Sertifikat Laik Etik dari Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya dengan No: 141-KEP-UB. Pengukuran Kadar MDA dan Pengamatan Gambaran Histopatologi Kelenjar Pankreas Pengukuran rata-rata kadar MDA dilakukan sesuai dengan metode yang digunakan Aulanni’am et al., (2012) yaitu dengan metode TBA. Preparat hispatologi jaringan pankreas diamati secara visual menggunakan mikroskop Olympus BX51 dengan perbesaran lemah (100x) dilanjutkan perbesaran kuat 400x kemudian ditampilkan pada display untuk melihat atrofi dan kematian sel Langerhans pankreas. Preparasi Dosis Supplementasi NaI Analisa Data Dosis NaI yang digunakan ditentukan berdasarkan penelitian m sebelumnya yaitu 0,05% ( /v) NaI melalui air minum selama 5 minggu (Yu, 2001; Nagayama, 2007; dan Morohoshi, 2011). Larutan NaI 0,05% diperoleh dengan melarutkan 0,05 gram NaI dalam 100 ml akuades. Supplementasi dilakukan pada Analisa data yang digunakan secara kualitatif untuk gambaran histopatologi jaringan pankreas yang akan dianalisis serta disajikan secara deskriptif dan data kuantitatif berupa hasil penghitungan kadar malondialdehide (MDA) dianalisis dengan one-way ANOVA dengan taraf kepercayaan sebesar 95% (α=0,05) 4 kemudian apabila signifikan dilanjutkan uji Tukey (Beda Nyata Jujur) dengan menggunakan SPSS 16 for Windows (Kusriningrum, 2008). Pengaruh terapi yoghurt susu kambing sebagai terapi AITD dapat dilihat berdasarkan perubahan kadar MDA. Hewan model AITD dibuat dengan supplementasi NaI 0,05%. Kerusakan sel pada penelitian ini diamati dengan peningkatan kadar MDA. Malondialdehide merupakan hasil dari peroksidasi lipid akibat rusaknya membran sel oleh radikal bebas. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kadar MDA pada masingmasing kelompok perlakuan (Tabel 5.1). Hasil dan Pembahasan Pengaruh Terapi Yoghurt Susu Kambing Terhadap Kadar Malondialdehide (MDA) Pankreas pada Tikus (Rattus norvegicus) Tabel 5.1. Kadar MDA pankreas tikus Rata-rata Kadar MDA (µg/mL) Kelompok Perlakuan % Kadar MDA Peningkatan terhadap Kelompok Kontrol Penurunan terhadap Kelompok AITD Tikus kontrol (A) 3,55 ± 0,215a - - Tikus AITD (B) 7,56 ± 0,455b Tikus terapi (C) 3,7 ± 0,160a 112% - 51% Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Kadar MDA kelompok tikus kontrol negatif (3,55± 0,215) menunjukkan nilai kadar MDA yang paling rendah. Adanya kadar MDA pada tikus kontrolnegatif disebabkan oleh radikal bebas yang dihasilkan secara normal oleh tubuh. Radikal bebas dapat berada di dalam tubuh karena adanya hasil samping dari pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan, dan terpapar polusi (asap kendaraan, asap rokok, makanan, logam berat, dan radiasi matahari) (Halliwell dan Gutteridge, 2000; Kikuzaki et al., 2002). Radikal bebastersebut akan mampu bereaksi dengan komponen membran sel pankreas seperti fosfolipid, asam lemak tidak jenuh, dan protein yang dapat menyebabkanterjadinya reaksi peroksidasi lipid dengan membentuk malondialdehide (MDA). Nilai rata-rata kadar MDA pada kelompok AITD (B) (7,56± 0,455) memiliki nilai kadar MDA yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kadar MDA kelompok terapi (3,7± 0,160) dan kelompok kontrol (3,55± 0,215). Hasil analisa statistik menggunakan ANOVA dan Tukey Test menunjukkan bahwa induksi NaI 0,05% pada kelompok AITD memiliki pengaruh yang nyataterhadap kadar MDA pankreas yang 5 ditunjukkan dengan perbedaan notasi (Tabel 5.1). Kadar MDA pada kelompok AITD terjadi peningkatan sebesar 112% terhadap kelompok kontrol negatif, hal tersebut disebabkan oleh ion iodida (I-) yang merupakan hasil metabolit NaI akan dioksidasi oleh thyroid peroksidase (TPO) yang menghasilkan asam hipoidat dan radikal bebas. Radikal bebas tersebut mengakibatkan stress oksidatif serta kerusakan tirosit yang akan menyebabkan peningkatan peroksidasi lipid, kemudian dapat menyebabkan peningkatan kadar MDA pada tikus AITD (B).Peningkatan nilai kadar MDA setelah di supplementasi NaI 0,05% disebabkan oleh terjadinya peningkatan peroksidasi lipid yang secara tidak langsung menunjukkan tingginya kadar radikal bebas akibat kondisi hiperinsulinemia, melalui mekanisme aktivasi NADPH oksidase menghasilkan radikal bebas selanjutnya NADPH oksidase membentuk superoksida (O2-) yang merupakan radikal bebas reaktif (Coelotto et al, 2004).Peningkatan radikal bebas (ROS) dapat mengakibatkan kondisi stress oksidatif yang menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh radikal bebas oksigen terjadi pada seluruh membran biologis yaitu dengan cara menyerang protein, lemak, asam nukleat dan gliko-conjugat (Sharma et al., 2003). Radikal bebas tidak memiliki pasangan elektron akan bebas di dalam tubuh dan akan berusaha mencapai kestabilan dengan cara menyerang molekul terdekat untuk mendapatkan pasangan elektron, kemudian akan merusak bentuk molekul. Akibat dari aktivitas radikal bebas dapat menyebabkan sel-sel makromolekul rusak. Sel makromolekul yang paling rentan diserang oleh radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh seperti asam lemak tak jenuh panjang (Poly Unsaturated Fatty Acid atau PUFA). Grotto et al., (2009) mengatakan bahwa target radikal bebas adalah ikatan ganda karbon-karbon dari PUFA. Ikatan ganda ini akan melemahkan ikatan karbon hidrogen dan memudahkan pemindahan hidrogen oleh radikal bebas, kemudian radikal bebas akan memisahkan atom hidrogen yang akan membentuk radikal lipid, yang akan mengalami penggabungan dengan O2 menghasilkan radikal peroksil. Radikal peroksil mampu bereaksi dengan PUFA yang lainnya dengan memindahkan satu elektron yang menghasilkan lipid hidroperoksida. Lipid hidroperoksida menghasilkan produk seperti MDA. Terapi yoghurt susu kambing memberikan pengaruh yang nyata mendekati nilai kelompok kontrol negatif terhadap kadar MDA pada pankreas ditandai dengan notasi yang sama, dimana terjadi penurunan kadar MDA sebesar 51% dibandingkan kelompok AITD. Kadar MDA kelompok terapi yoghurt susu kambing (C) mengalami penurunan sebesar 51% (3,7± 0,160) terhadap kelompok AITD memiliki perbedaan yang nyata dengan kadar MDA kelompok AITD (7,56± 0,455) (Tabel 5.1), hal ini menunjukkan bahwa terapi yoghurt susu kambing dengan dosis 109cfu/ml memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar MDA pada kelompok terapi, dikarenakan yoghurt susu kambing yang digunakan sebagai terapi mengandung antioksidan berupa: vitamin C, vitamin E, dan carotenoid, dimana akan mampu menghambat kadar radikal bebas pada kondisi hiperinsulinemia, sehingga penanda stress oksidatif seperti MDA juga akan turun. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies oksigen reaktif, spesies nitrogen reaktif dan radikal bebas. Antioksidan memiliki struktur molekul 6 yang dapat memberikan elektronnya (donor elektron) kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai (Halliwell dan Gutteridge, 2000). Gambaran Histopatologi Pankreas pada Tikus (Rattus norvegicus) hasil Terapi Yoghurt Susu Kambing terapi yoghurt susu kambing (C). Perbandingan perbedaan kondisi yang jelas dapat diamati pada daerah pulau Langerhans pankreas (Gambar 5.1). Hasil pengamatan dari preparat histopatologi pankreas dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE) menunjukkan bahwa perbandingan kondisi organ pankreas pada tikus kontrol (A), AITD supplementasi NaI 0,05% (B) dan memiliki gambaran yang berbeda tikus SL A SL B b PL a SL SL SL PL C SL PL SL Gambar 5.1 Histopatologi jaringan pankreas tikus hasil pewarnaan HE (400x) Keterangan: A (Kelompok kontrol): PL normal, B (Kelompok AITD Supplementasi NaI 0,05%): terjadi atrofi SL dan nekrosis, dan C (Kelompok Terapi Yoghurt Susu Kambing): terjadi perbaikan atrofi SL dan pengurangan jumlah sel mengalami nekrosis. Insert menunjukkan gambaran Sel Langerhans yang diperbesar. PL= Pulau Langerhans, SL= Sel Langerhans, a= piknosis, b= kariolisis. Tikus kontrol (A) memiliki gambaran histopatologi pankreas yang normal dimana ketika diamati terlihat struktur sel-sel Langerhans terdistribusi 7 homogen di seluruh bagian (Gambar 5.1). Pada topografi tikus sebaran sel-sel β berada pada pulau Langerhans berada di medula, sedangkan sel-sel lainnya seperti sel α, sel δ, dan sel PP tersebar di bagian korteks pulau membentuk mantel. Tidak terdapat kerusakan sel maupun perubahan struktur dari pulau Langerhans tikus kontrol (Gambar 5.1). Gambaran histopatologi tikus AITD (B) dengan supplementasi NaI 0,05% menunjukkan pulau Langerhans yang terlihat derajat kerusakan yang tinggi, dimana sel-sel Langerhans tidak terdistribusi secara homogen (Gambar 5.1). Terjadi penurunan volume pulau Langerhans, dimana struktur dan batas pulau Langerhans menyatu dengan sel-sel acinar disekitarnya yang disebabkan karena adanya atrofi sel Langerhans. Penurunan fungsi dari suatu sel merupakan salah satu faktor penyebab dari atrofi pada sel dimana menyebabkan ukuran sel menjadi lebih kecil (shrinkage), hal ini menunjukkan bahwa adanya kematian sel akibat stress oksidatif yang ditimbulkan oleh radikal bebas (ROS). Radikal bebas (ROS) merusak sel-sel pankreas dan menyebabkan penurunan jumlah dan ukuran sel dalam pulau Langerhans, selain itu, pada kelompok AITD (B) juga tampak adanya degenerasi berupa perubahan inti sel yang terlihat piknosis dan kariolisis (Gambar 5.1). Degenerasi sel menyebabkan struktur dan bentuk Langerhans pankreas terlihat irregular, serta sel-sel Langerhans juga tidak terdistribusi secara homogen. Kariolisis merupakan suatu tahapan dari proses kematian sel, adanya kariolisis ini dapat terjadi akibat stress oksidatif yang ditimbulkan oleh radikal bebas (ROS) disebabkan oleh kondisi hiperinsulinemia pada kondisi AITD hasil induksi NaI (Ceolotto et al., 2004). Kondisi hiperinsulinemia menyebabkan pelepasan radikal bebas melalui mekanisme aktivasi NADPH oksidase (Ceolotto et al, 2004). Kondisi hiperinsulinemia disebabkan oleh hipersekresi insulin akibat adanya resistensi insulin (Kasuga, 2006). Radikal bebas yang dihasilkan oleh mitokondria pada saat kondisi hiperglikemia dan hiperinsulinemia mampu bereaksi dengan asam lemak dan mampu menginduksi terjadinya peroksidasi lipid sebagai akibat dari stress oksidatif. Salah satu produk aldehida yang dihasilkan dari proses peroksidasi lipid tersebut yaitu MDA. Menurut Sharma et al., (2003) MDA dapat merusak sel karena produk tersebut mampu menaikkan permeabilitas vaskular, kemotaksis leukosit, dan mengubah sintesis prostaglandin serta pelepasan histamin yang menimbulkan inflamasi. Peroksidasi lipid dapat menimbulkan gangguan pada membran plasma dan organel sel sedangkan radikal bebas mampu bereaksi dengan protein yang nantinya menginduksi terjadinya oksidasi dan mengakibatkan berkurangnya aktivitas enzimatik. Gangguan pada membran plasma dan organel sel serta berkurangnya aktivitas enzimatik suatu sel dapat memicu penurunan fungsi sel, yang dapat menyebabkan atrofi. Tahap lanjutan dari sel-sel yang mengalami atrofi adalah menghilangnya fungsi sel baik dalam memenuhi kebutuhan metabolisme maupun mempertahankan kehidupannya, sehingga nantinya akan mengalami kematian sel (nekrosis), hal ini sesuai dengan penelitian Rudolfo et al., (2008), kerusakan sel pada jaringan pankreas ditimbulkan akibat radikal bebas yang dibentuk secara berlebihan pada kondisi hiperglikemia dan hiperinsulinemia yang menyebabkan kerusakan struktur dan 8 morfologi pulau Langerhans maupun selsel disekitarnya. Gambaran histopatologi pankreas pada kelompok terapi yoghurt susu kambing (C) mengalami perbaikan pada sel-sel pulau Langerhans, dimana derajat kerusakan terlihat berkurang dan sel-sel Langerhans dapat diperbaiki terdistribusi secara homogen. Terlihat perbaikan atrofi dan kematian sel pada sel-sel Langerhans berkurang kemudian oleh tubuh kerusakan jaringan dapat diperbaiki dengan cara regenerasi sel yang terlihat pada gambaran histopatologi tikus kontrol (A), hal ini disebabkan karena di dalam yoghurt susu kambing mengandung peptida bioaktif yang berfungsi sebagai imunomodulator dalam perbaikan jaringan (Padaga dkk, 2009). Probiotik akan menginduksi mekanisme regulasi respon imun melalui aktivasi sel T regulator, diikuti dengan pelepasan sejumlah mediator anti inflamasi berupa IL-10 dan TGF-β. Melalui mediator anti inflamasi tersebut, akan memodulasi aktivitas sel T dengan cara mengembalikan fungsi sel TRegulator sehingga respon imun yang menyerang autoreaktivitas sel-sel tiroid akan diturunkan dan menghambat kerusakan jaringan. Proses turunnya respon imun pada sel tiroid dalam kondisi autoimun dapat menurunkan proses destruksi jaringan dan adanya peptida bioaktif pada yoghurt susu kambing akan menekan autoimun sehingga hormon T4 akan stabil, hal ini menandakan peptida bioaktif yang berfungsi sebagai imunomodulator dapat memperbaiki kerusakan jaringan dengan cara mengembalikan fungsi sel T regulator seperti semula yang akhirnya dapat menghambat kerusakan jaringan dan kemudian tubuh akan memperbaiki kerusakan jaringan dengan cara regenerasi sel. Hasil perubahan gambaran histopatologi pada kelompok AITD supplementasi NaI 0,05% (B) sesuai dengan perubahan kadar MDA. Pengukuran kadar MDA pada kondisi AITD menunjukkan nilai rata-rata kadar MDA yang berbeda nyata dengan kadar MDA tikus kelompok normal dan kelompok terapi. Hasil perubahan gambaran histopatologi pada kelompok terapi yoghurt susu kambing (C) juga sesuai dengan pengukuran kadar MDA, dimana pada pengukuran kadar MDA kelompok terapi berbeda nyata dengan kelompok AITD. Berdasarkan hasil penelitian diatas, yoghurt susu kambing dapat menurunkan kadar MDA dan memperbaiki kerusakan jaringan melalui gambaran histopatologi pankreas. Kesimpulan 1. Terapi yoghurt susu kambing dapat memperbaiki atrofi dan kematian sel Langerhans pankreas terlihat pada gambaran histopatologi pankreas pada tikus model AITD hasil suplementasi NaI 0,05%. 2. Terapi yoghut susu kambing dapat menurunkan kadar MDA sebesar 51% pada tikus model AITD hasil suplementasi NaI 0,05%. Saran 1. Diperlukan penelitian lanjutan tentang peran yoghurt untuk mencegah AITD. 2. Perlu diukur kadar glukosa darah, karena berkaitan dengan metabolisme Pankreas. 9 Chiba Y., S, Kun., N, Saturo., W, Mariko. 2009. Well-controlled proinflammatory cytokines responses of Peyer patch cells to proboitic lactobacillus casei. Immunology, 130 : 352-362 Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada staf Laboratorium Biokimia, Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas MIPA, dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner PKH UB, Universitas Brawijaya atas dukungan, bantuan dan kerjasama yang luar biasa untuk penyelesaian penelitian ini. Depkes RI. 2003. Survei Angka Prevalensi Penyakit Kelenjar Gondok di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Daftar Pustaka Agrawal NK. 2010. Thyroiditis. Associate Professor and Head Department of Endocrinology and Metabolism, Institute of Medical Sciences, Banaras Hindu University, Varanasi INDIA Eisenbarth S. George. 2011. Immunoendocrinology Scientific and Clinical Aspect. University of Colorado Health Sciences Center. Grajek W. A., Olejnik., dan A, Sip. 2005. Probiotics, Prebiotic, and Antioxidant as Functional Food. Biotechnology 52 (3) : 665-671 Aulanni’am, Ana Rosdiana and Rahmah N. L. 2012. The Potency of Sargassum duplicatum Bory Extract on Inflamatory Bowel Disease Therapy in Rattus Norvegicus. Journal of life Sciences 6 : 144-154 Grotto D., G.R, Barcelos., J, Valentini., L.M, An-tunes, J.P Angeli, S.C, Garcia. 2009. Low Level of Methilmercury Induce Dna Damage in Rats: Protective Effects Of Selenium. Arch Toxicol. 83 : 249-5. Burek C.L., and M. V, Talor. 2009. Environmental Trigger of Autoimmune Thyroiditis. Autoimmunity, 33 : 183-189 Ceolotto, G.M, Bevilacqua., I, Papparella., E, Baritono., L, Franco., C, Corvaja., M, Mazzoni., A, Semplicini., and A, Avogaro. 2004. Insulin Generates Free Radicals by an NAD(P)H, Phosphatidylinositol 3-Kinase Dependent Mechanism in Human Skin Fibroblasts Ex Vivo. American Diabetes Association. Diabetes, Vol. 53. Harriwell B. John, M. C. Gutteridge. 2000. Free Radical and Antioxidant in The Year. A Historical Look to the Future. Vol 899 Johan S. 2002. Penyakit Autoimunne. Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran. RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia. Kasuga, M. 2006. Insulin resistance and pancreatic β cell failure. The 10 Journal of Clinical Investigation. 116:1756–1760 (2006). of Parmacy, Moga, Punjab, India. ISNN 2230-8407 Kikuzaki H., Hisamoto, M., Hirose, K., Akiyami, K. and Taniguchi, H. 2002. Antioxidant properties of ferulic acid its related compound. Journal Agriculture and Food Chemistry 50: 2161-2168 Padaga MC., Sawitri ME. dan Murwani S. 2009. Potensi Protein Spesifik Susu Kambing sebagai Imunomodulator And Imugen: Upaya Pengembangan Pangan Nutrasetika: Laporan Penelitian Masjhur J.S. 2010.Penyakit Tiroid Autoimun. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung : Indonesia Reid G, Jass J. Sebulsky MT. Mc Cosmick J K. 2003. Potensial use of probiotic in clinical practice. Clin microbial. Rev 16: 658-672 Morohoshi Kazuki,. and Y. Katsumi, N. Yoshinori, H. Saeko, O. Hiroshi, T. Yurie, I. Sadayoshi, M. Kouki. 2011. Effect of Synthetic Retinoid Am80 on Iodine-Induced Autoimmune thyroiditis in Nonobese Diabetic Mice. Cellular Immunology270 :1-4 Rudolfo G.M., D. Alberto, Chavez, C. Anthony, T.E.J.C. Alvarenga, B. Raul,Z. Penghou, C. Zhi, D. Edward, H. Gene, A. Majluf., T.P. Ce., H. Glenn, A.D. Ralph, F. Franco. 2008. Effect of Obesity and lipotoxicity of Pancreatic Islet of Langerhans Amyloidosis in the baboon, a new model of type 2 diabetes mellitus. American Diabetes. Abstract number 1711P. Nagayama Yuji., H. Ichiro, S. Ohki, N. Mami, A. Norio . 2007. CD4+CD25+ Naturally Occuring regulatory T Cells and Nt Lymphopenia Play Role in the Pathogenesis of Iodine-Induced Autoimmune Thyroiditis in NOD.H2h4 mice. Autoimmunity29 : 195-202 Sharma, A., S. Bansal, and R.K. Nagpal. 2003. Lipid Peroksidation in Bronchial Asthma. Indian Journal of Pediatrics.70(9): 715-717. Swain M., S. Truptirekha, M.K. Binoy. 2005. Autoimmune Thyroid Disorder - An Update. Clinical Biochemistry .vol 20 (1) : 9-17 Nan Hao. E. K. O’Shea. Bogdan A. Budnik. G. Jeremy. 2013. Tunable Signal Processing Through Modular Control of Transcription factor Transcription Tozzoli R.B., O. Ram, M. Villalta, D. Bizzaro, N. Sherer, and Y. Shoenfeld. 2008. ‘Infection and Autoimmune Thyroid Disease : Parallel Detection of Antibodies Against Pathogens with Proteomic Neha A. Kamaljit S. Bilandi Ajay. Tarun B. 2012. Probiotic: As Effective Treatment Disease. Department of Quality Assurance L.S.F College 11 Technology’. Autoimmune Reviews 8. pp 112-115. Werner and Ingbar’s. 2000. Thyroid Afundamental and Clinical test. Edisi 8 Sidney Yu Shiguang., M. Brad, Y. Hideo, BM. Helen. 2001. Characteristics of Inflammatory Cells in Spontaneus Autoimmune Thyroiditis of NOD.H-2h4 Mice . Autoimmunity16 : 37-46 12