BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Penelitian Terdahulu
Pertama, Eppstian Syah As’ari, Tesis ”Evaluasi Strategi Komunikasi
Pemasaran dalam Merintis Bisnis Undangan Pernikahan On line Kartun
(Studi Kasus:Undangan Pernikahan Online Vidiyan.com)” Universitas
Indonesia-2012. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi komunikasi
pemasaran yang digunakan sebuah bisnis on line murni dalam merintis bisnisnya.
Dengan kasus pada bisnis undangan pernikahan on line kartun Vidiyan.com, sebuah
rintisan bisnis on line murni berskala mikro. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang digunakan Vidiyan.com dalam
merintis bisnisnya, beserta alasan dan evaluasi terhadap strategi tersebut.
Dalam merintis bisnis, sebelum mengetahui strategi apa yang digunakan,
harus ditetapkan dahulu tujuan yang akan dicapai dalam melaksanakan strategi ini.
Dan tujuan tersebut dituangkan dalam segmenting, targetting, dan positioning.
Kemudian untuk menggapai tujuan tersebut disusunlah strategi dalam product,
place, price dan promotion yang dikenal dengan bauran pemasaran (marketing
mix). Dan total bauran promosi (promotion mix) juga disebut bauran komunikasi
komunikasi pemasaran (marketing communication mix) terdiri dari campuran
spesifik periklanan, public relation, personal selling, promosi penjualan , dan alatalat direct marketing yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai
17
18
pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan dengan pelanggan.
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan evaluasi proses studi
kasus. Penelitian menunjukan bahwa word of mouth merupakan sarana komunikasi
pemasaran yang efektif. Public relations dengan sarana on line menggunakan blog
yang terintegrasi dengan media sosial lainnya seperti facebook dan twitter yang
efektif. Hal ini berhubungan dengan teori new wave marketing yaitu conversation
dan connet.
Kedua, Yogi Prima Muda, Tesis “strategi komunikasi pemasaran Jasa
Perhotelan Bintang Empat Dalam Menghadapi Persaingan Bisnis 2012 ( Studi
Kasus pada PT. Tauzia Hotel Management dalam Mengelola Harris Hotel
Tebet).” Universitas Mercu Buana-2013. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui strategi komunikasi pemasaran jasa perhotelan bintang empat PT.
Tauzia Hotel Management yang mengelola Harris Hotel Tebet dalam menghadapi
persaingan bisnis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tahapan strategi
komunikasi pemasaran yang diterapkan PT. Tauzia Hotel Management dalam
mengelola Harris Hotel.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian studi kasus tunggal holistic. Analisis data dilakukan dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan
yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen
resmi,gambar foto dan sebagainya. Hasil penelitian terhadap strategi komunikasi
pemasaran PT. Tauzia Hotel Management dalam mengelola Harris Hotel Tebet di
dalam persaingan industri jasa perhotelan, sudah cukup baik. Dalam
19
implementasinya elemen-elemen strategi pemasaran yang difokuskan yaitu
product, pricing, promotion, dan distribution ( 3P+D).
Adapun strategi komunikasi pemasaran dengan penekanan pada bentukbentuk komunikasi pemasaran Advertising, Personal Selling, Direct Marketing,
Sales Promotion, public relations, dan sponshorship sudah dilakukan management
Hariis Hotel tebet dengan baik, dengan kegiatan personal selling sebagai kekuatan
pemasarannya. Walaupun masih ada yang harus ditingkatkan dalam strategi
promosinya dalam menghadapi persaingan bisnis khususnya jasa perhotelan.
Menelaah strategi PT. Tauzia Hotel Management, khususnya strategi komunikasi
pemasaran yang dalam pelayanan jasa.
Dalam penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi
kasus-deskriptif analistik, dan teori yang digunakan dalam pendekatan kasus ini
antara lain komunikasi pemasaran, dan Bauran Pemasaran. Dari studi lapangan data
yang diperoleh melaui wawancara, di analisa sejauh mana keberhasilan strategi
yang digunakan terhadap Kampanye Ayo ke Bank. Hasil penelitian menunjukan
bahwa permata bank belum memastikan tipe komunikasi pemasaran mereka selama
kampanye program kampanyenya. Hasil lapangan menunjukan bahwa kampanye
itu menggunakan bauran komunikasi pemasaran, tetapi selama kampanye mereka
juga menggunakan komunikasi pemasaran komersil. Artinya program edukasi
mereka bukanlah kegiatan sosial semata, tetapi juga mengandung unsur promosi.
Ketiga, Rasetya, FX. Rudy, Tesis “Studi Evaluasi Strategi Komunikasi
Pemasaran Sekolah dalam Penerimaan Siswa Baru ( Dalam Kasus Pada SMA
Santa Maria Surabaya )” Universitas Airlangga-2012. Pokok bahasan dalam
20
penelitian ni adalah mengkaji strategi komunikasi pemasaran sekolah yang
dilakukan oleh marketing komunikasi (Markom) SMA Santa Maria Surabaya
dalam penerimaan siswa baru (PSB). Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui model strategi komunikasi pemasaran SMA Santa Maria dalam
penerimaan siswa baru.
Sebuah studi deskriptif kualitatif yang menggambarkan model strategi
komunikasi pemasaran sekolah dan untuk mengetahui latar belakangnya serta
memahami kelebihan dan kelemahan dari model strategi yang telah diaktivasinya.
Dalam analisisnya, peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan model
komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communications strategy
model) dari George E. Belch dan Michael A. Belch.
Hasil analisis menunjukkan bahwa model dan format dari Belch ini pada
dasarnya telah diterapkan dalam keseluruhan aktivasi pemasaran sekolah di SMA
Santa Maria Surabaya. Namun, communication tools yang diimplementasikannya
masih minim kreativitas dan belum terpadu. Dalam aktivasinya, Markom SMA
Santa Maria Surabaya belum memaksimalkan communication tools yang ada
seperti dalam model strategi Belch. Oleh karena itu, agar dampak strategi
komunikasi pemasaran sekolah dapat terlihat meningkat secara signifikan, maka
berbagai teknik dan taktik harus dikemas secara lebih kreatif agar target market
yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai secara lebih maksimal.
Keempat, Safiani A. Faaroek, Tesis ”Strategi Marketing Public Relation
dalam merekrut Mahasiswa Baru ( Studi Kasus Universitas Esa Unggul
Jakarta ). Universitas Mercu Buana-2012. Fokus penelitian ini terletak pada
21
bagaimana penerapan konsep dan strategi marketing public relations yang
dilakukan Universitas Esa Unggul. Serta alasan-alasan strategi itu diterapkan dalam
merekrut mahasiswa baru, sehingga mereka tertarik untuk masuk di Universitas Esa
unggul. Fokus penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi marketing public
relation Universitas Esa Unggul dalam merekrut mahasiswa baru. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis strategi marketing public
relations Universitas Esa Unggul.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus deskriptif. Dimana data dikumpulkan melalui wawancara, analisis dokumen,
untuk kemudian dianalisis. Terhadap temuan-temuan diperoleh dalam penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan strategi marketing yang dilakukan melalui push
strategy ( strategi mendorong), Pull strategy (strategi menarik ), Pass strategy
(strategi mempengaruhi) terbukti efektif.
Selain itu kunjungan ke sekolah secara langsung sekaligus memperkenalkan
program-program unggulan yang dimiliki Universitas Esa Unggul ternyata banyak
diminati siswa di sekolah menengah atas. Untuk melihat efektifitas strategi
marketing public relations dapat diukur dengan peningkatan jumlah mahasiswa
baru dari tahun ketahun. Sebagai saran, dalam hal publikasi dengan media massa
masih terbatas pada publikasi mengenai program unggulan sebaiknya mulai
diterapkan juga untuk publikasi mengenai fasilitas pendukungnyang dapat
menunjang kegiatan perkuliahan. Karena dengan begitu khalayak dapat lebih
mengetahui keunggulan universitas Esa unggul sehingga akan berpengaruh baik
pada peningkatan jumlah mahasiswa baru. Melalui wawancara, analisis dokumen,
22
untuk kemudian dianalisis, Hasil penelitiannya adalah dalam rangka merekrut dan
meningkatkan citra Universitas, pihak public relation Universitas Esa Unggul
Jakarta menerepkan 3 ( tiga ) Strategi Marketing Public Relations, dimana strategi
tersebut meliputi Push, Pull dan Pash Startegy. Tujuan dari penetapan strategi
tersebut adalah agar semua kegiatan pemasaran dapat berjalan dengan baik sesuai
tujuan perusahaan. Selain itu juga, kegiatan strategi Marketing Public Relation
dilengkapi dengan rumusan PENCILS ( Publication, News, Even, Inform and
Image, Community Involvment, Lobbying and Negotiation, dan Social
Responsibility, semua kegiatan termasuk dalam ketiga strategi Marketing Public
Relation, walaupun semuanya tidak berdampak langsung pada peningkatan jumlah
pelanggan.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui studi kasus,
yang digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian dengan menjabarkan secara
terperinci mengenai strategi Marketing Public Relation Universitas Esa Unggul.
Studi kasus yang digunakan adalah tipe desain kasus tunggal terjalin karena
penelitian ini menunjuk pada satu kasus dengan unit analisis lebih dari satu yaitu,
dengan kasus penerapan strategi MPR dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
dari penerapan strateginya sebagai unit analisis. Bidang penelitian mengarah pada
departemen Pemasaran dan HUmas (Marketing Public Relation Department),
Penelitian ini tidak mengaplikasikan IMC kedalam Marketing Public Relations.
Namun, Dalam hal publikasi dengan media massa terbatas mengenai publikasi
program unggulan, sebaiknya mulai diterapkan juga mengenai publikasi fasilitas
pendukung yang menunjang kegiatan perkuliahan. Karena dengan begitu khalayak
23
akan dapat memahami secara keseluruhan keunggulan universitas esa unggul dala
peningkatan jumlah mahasiswa baru.
Kelima, Arief Mulyawan, Jurnal “Strategi Komunikasi Pemasaran
Trans Studio Bandung Dalam Menumbuhkan Minat Konsumen Untuk
Berkunjung”. Universitas Padjadjaran-2012. Dengan subjudul studi deskriptif
mengenai
perencanaan,
pelaksanaan,
pengevaluasian
strategi
komunikasi
pemasaran trans studio bandung dalam menumbuhkan minat konsumen untuk
berkunjung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi
pemasaran Trans Studio Bandung dalam upaya menumbuhkan minat konsumen
untuk mengunjungi wahana bermain indoor tebesar di dunia. Penelitian ini
mendeskripsikan bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian
pihak transtudio bandung untuk menumbuhkan minat masyarakat sekitar
mengunjungi wahana bermain indoor terbesar yang terletak di daerahnya sendiri.
Penelitian kali ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perencanaan Trans Studio Bandung
dalam melaksanakan strategi komunikasi pemasarannya dilaksanakan dengan
memanfaatkan media-media yang sudah tersedia di dalam TransCorp. Pelaksanaan
strategi komunikasi pemasaran Trans Sudio Bandung dilaksanakan oleh divisi
advertising & promotion dengan cara turun langsung kelapangan membagikan
brosur, pemasangan spanduk di tempat-tempat
kerjasama
pihak-pihak
yang
di
anggap
yang strategis dan megajak
dapat
saling
menguntungkan.
Pengevaluasian dilaksanakan jika strategi yang dilaksanakan kurang evektif untuk
24
di lakukan dan memberikan gagasan baru yang lebih kreatif.
Penelitian ini
berkesimpulan bahwa wahana bermain keluarga Trans Studio Bandung ini strategi
komunikasi pemasarannya belum cukup efektif di terapkan di kota Bandung, terapi
sangat efektif dilaksanakan untuk menarik minat konsumen yang berada di luar
kota.
Berdasarkan dari hasil kelima penelitian di atas, dalam penggunaan konsep
dari komunikasi pemasaran, belum memiliki strategi khusus dan menganalisis
secara mendalam mengenai strategi pemasaran jasa khususnya nya jasa pendidikan.
Karena Penulis meneliti penerapan strategi komunikasi pemasaran dalam jasa
pendidikan yaitu sekolah yang berbasis pondok pesantren. Pada penelitian ini,
berusaha menganalisis strategi komunikasi pemasaran sekolah dengan penyusunan
strategi komunikasi pemasaran teori Kotler & Keller (2007:224) yang menjelaskan
ada delapan tahapan dalam mengembangkan komunikasi pemasaran yaitu :
Mengidentifikasi khalayak sasaran, Menentukan Tujuan Komuniksi Pemasaran,
Merancang Pesan, Menyeleksi Saluran Komunikasi, Menetapkan Anggaran
Komunikasi Pemasaran, Memutuskan Bauran Komunikasi Pemasaran, Mengukur
Hasil Komunikasi Pemasaran, Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh proses
komunikasi.
25
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu
No
1
Nama,
judul,Perguruan
Eppstian
Tinggi,Syah
Tahun
As’ari,
Penelitian
Tesis :
2
”Evaluasi Strategi
Komunikasi
Pemasaran dalam
Merintis Bisnis
Undangan Pernikahan
On line Kartun (Studi
Kasus:Undangan
Pernikahan Online
Vidiyan.com)”
Universitas Indonesia
Tahun : 2012
Yogi Prima Muda
3
Tesis :
strategi komunikasi
pemasaran Jasa
Perhotelan Bintang
Empat Dalam
Menghadapi
Persaingan Bisnis
2012
( Studi Kasus pada
PT. Tauzia Hotel
Management dalam
Mengelola Harris
Hotel Tebet).
Universitas Mercu
Buana
Tahun : 2013
Rasetya, FX. Rudy
Tesis :
Studi Evaluasi
Strategi Komunikasi
Pemasaran Sekolah
dalam Penerimaan
Siswa Baru ( Dalam
Kasus Pada SMA
Santa Maria
Surabaya )
Universitas
Airlangga
Tahun :2012
Pendekatan
dan Metode
Penelitian
Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan
Bauran komunikasi
pemasaran yang
digunakan : periklanan,
promotion, publicity,
dan word of mouth
(WOM ). Dari keempat
bauran strategi
komunikasi pemasaran
Vidyan.com, WOM
adalah yang paling
afektif.
Peneliti menggunakan
Marketing mix (7P) dan
paradigma konstruktivis
Penelitian ini
dilakukan
dengan
pendekatan
kualitatif dengan
metode
penelitian studi
kasus tunggal
holistic dengan
paradigma
konstruktivis
bentuk-bentuk
komunikasi pemasaran
Advertising, Personal
Selling, Direct
Marketing, Sales
Promotion, public
relations, dan
sponshorship sudah
dilakukan management
Hariis Hotel tebet
dengan baik, dengan
kegiatan personal
selling sebagai kekuatan
pemasarannya.
Peneliti tidak
menggunakan
pelayanan dalam teori
marketing mix 7P tapi
menggunakan proses
Penelitian kali
ini akan
menggunakan
metode
penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif
Hasil analisis
menunjukkan bahwa
model dan format dari
Belch ini pada dasarnya
telah diterapkan dalam
keseluruhan aktivasi
pemasaran sekolah di
SMA Santa Maria
Surabaya. Namun,
communication tools
yang
diimplementasikannya
masih minim kreativitas
dan belum terpadu.
Dalam aktivasinya,
Markom SMA Santa
dilakukan
dengan metode
kualitatif
menggunakan
evaluasi proses
studi kasus yaitu
studi kasus
intrinsik, dengan
paradigma
postivisme
Peneliti menggunakan
studi kasus
26
Maria Surabaya belum
memaksimalkan
communication tools
yang ada seperti dalam
model strategi Belch.
4
Safiani A. Faaroek
Tesis :
Strategi Marketing
Public Relation dalam
merekrut Mahasiswa
BaruUniversitas
Mercu Buana Tahun:
2012
5
Arief Mulyawan,
Jurnal:
“Strategi
Komunikasi
Pemasaran Trans
Studio Bandung
Dalam
Menumbuhkan Minat
Konsumen Untuk
Berkunjung”.
Universitas
Padjadjaran
Tahun :2012.
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif dengan
metode studi
kasus deskriptif.
dalam rangka merektut
dan meningkatkan citra
Universitas, pihak
public relation
Universitas Esa Unggul
Jakarta menerepkan 3 (
tiga ) Strategi Marketing
Public Relation, dimana
strategi tersebut
meliputi Push, Pull dan
Pash Startegy
Penelitian tidak
membahas strategi IMC
dan bentuk –bentuk
komunikasi pemasaran
lainnya
Kualitatif
Deskriptif
Dengan
paradigma
konstruktivis
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa
perencanaan Trans
Studio Bandung
dilaksanakan dengan
memanfaatkan mediamedia yang sudah
tersedia di dalam
TransCorp. Pelaksanaan
nya membagikan brosur,
pemasangan spanduk di
tempat-tempat yang
strategis Pengevaluasian
memberikan gagasan
baru yang lebih kreatif.
Penelitian hanya
berfokus kepada
strategi tidak pada
peminatan
27
2.1.2. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran merupakan suatu alat atau media yang sangat
penting dalam mengenalkan produk yang dihasilkan perusahan kepada konsumen.
Melalui komunikasi pemasaran konsumen akan menyadari atas keberadaan suatu
produk yang yang ditawarkan. Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi
merupa kan hubungan yang erat.
Berikut ini adalah pengertian Komunikasi Pemasaran menurut beberapa
ahli, yaitu : Menurut laswell dalam Liliweri (1991:7) yang mendefinisikan bahwa
pengertian komunikasi adalah “who says what which channel to whom with what
effect. Sedangkan menurut Kotler (2004:5) pengertian pemasaran adalah proses
pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Komunikasi
pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi / membujuk dan mengingatkan pasar sasaran atau perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan, menurut Tjiptono, (1995:219).
Menurut kotler dan keller (2006:204) komunikasi pemasaran adalah :
“Sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk
menginformasikan, mebujuk,dan mengingatkan konsumen-langsung atau
tidak langsung-tentang produk dan merek yang mereka jual. Dalam
pengertian tertentu,komunikasi pemasaran menggambarkan “suara”
merek dan merupakan sarana yang dapat digunakan untuk membangun
dialog dan membangun hubungan dengan konsumen.”
Menurut Fill (1999:12-13) Komunikasi pemasaran merupakan promosi dari
organisasi mengenai apa yang ditawarkan dan memberi makna tentang tindakan
dalam proses pemasaran yang berdampak pada benak konsumen. Sedangkan
28
menurut pendapat Shimp (2001:4) menyatakan, komunikasi pemasaran adalah
aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya
pemasaran. Menurut Soemanegara, (2006:4) definisi lain yang diberikan untuk
komunikasi pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang menggunakan teknikteknik komunikasi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada orang
banyak dengan harapan agar tujuan perusahaan tercapai, yaitu terjadinya
peningkatan pendapatan (laba) sebagai hasil penambahan penggunaan jasa atau
pembelian produk yang ditawarkan . Dari definisi di atas menunjukkan bahwa
komunikasi pemasaran
merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam
memperkenalkan suatu produk atau merek sehingga konsumen dapat menyadari
akan keberadaan produk atau merek yang ditawarkan tersebut.
Model komunikasi pemasaran yang biasa dikembangkan pada umumnya
tidak jauh berbeda. Model komunikasi pemasaran meliputi sender (source) yaitu
pihak yang mengirim pesan pemasaran kepada konsumen, dimana pemasar
menentukan bagaimana pesan itu di susun agar bisa dipahami dan direspons secara
positif oleh penerima (konsumen). Pada proses tersebut ditentukan pula jenis
komunikasi apa yang akan digunakan (iklan, personal selling, promosi penjualan,
public relations atau dengan direct marketing). Keseluruhan proses dari
perancangan pesan sampai penentuan jenis promosi yang akan dipakai disebut
proses encoding yaitu proses menerjemahkan tujuan-tujuan komunikasi ke dalam
bentuk-bentuk pesan yang akan dikirimkan kepada penerima.
Proses selanjutnya yaitu menyampaikan pesan melalui media. Jika pesan
dirancang dalam bentuk iklan, maka pesan harus disampaikan dalam bentuk media
29
cetak atau media elektronik. Pesan yang disampaikan dalam media cetak akan
berbeda bentuk dan strukturnya dengan pesan yang disampaikan dalam media
elektronik. Pesan dalam media cetak biasanya beripat detail dan menjelaskan
karakteristik produk secara lengkap. Sedangkan pesan yang akan disampaikan
dalam media elektronik seperti radio dan televisi tidak boleh secara detail
menerangkan produk karena akan sangat memakan biaya. Proses menyampaikan
pesan melalui media ini disebut proses transmisi.
Proses decoding yaitu proses memberikan respon dan menginterpretasikan
pesan yang diterima. Dimana proses decoding ini akan dilanjutkan dengan tindakan
konsumen sebagai penerima pesan. Jika pesan yang sampai diterima secara positif,
maka hal ini akan memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku konsumen.
Sikap positif konsumen terhadap suatu produk akan mendorong konsumen untuk
melakukan tindakan pembelian (kemampuan daya beli). Sedangkan sikap negatif
terhadap produk akan menghalangi konsumen untuk melakukan tindakan
pembelian.
Proses terakhir yaitu umpan balik (feedback) atas pesan yang dikirimkan.
Pemasar mengevaluasi apakan pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan,
artinya mendapat respon dan tindakan yang positif dari konsumen, atau sebaliknya.
Secara keseluruhan tahapan proses komunikasi pemasaran di atas digambarkan
dalam gambar berikut ini.
30
Gambar 2.1
Model Komunikasi Pemasaran
Umpan balik
Sumber
Encoding
Pemasaran
Agency iklan,
tenaga
penjualan, iklan,
personal selling,
sales promotion,
public relation,
direct marketing
Transmisi
Decoding
Tindakan
Radio,
TV, surat
kabar,
majalah,
brosur
Respons
dan
interpretasi
oleh
penerima
Perilaku
konsumen
Sumber : Sutisna (2001:270)
2.1.3. Komunikasi Pemasaran Terpadu
Seiring dengan perkembangan zaman, kini komunikasi pemasaran lebih
dikenal
dengan
komunikasi
pemasaran
terpadu
(Integrated
Marketing
Communication). Asosiasi biro iklan amerika (American Association of Advertising
Agencies ) dalam Morisson (2007:7), mendifinisikan komunikasi pemasaran
terpadu sebagai berikut :
“A concept of marketing communication planning that recognizes the added
value of comprehensive disciplines for example, general advertising, direct
response,sales promotion, and public relations and combines these disciplines
to provide clarity, consistency, and maximum communications impact
31
Shim (2003:24) mendefinisikan IMC adalah proses pengembangan dan
implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan
dan calon pelanggan secara berkelanjutan . Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau
memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya.
IMC menganggap seluruh seluruh sumber yang dapat menghubungkan pelanggan
atau calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan,
adalah jalur potensial untuk menyampaikan pesan dimasa datang. Dari definisi IMC
dapat diketahui bahwa ada 5 ciri utama IMC menurut Shimp, yaitu :
1) Mempengaruhi perilaku
2) Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan
3) Berusaha menciptakan sinergi
4) Menjalin hubungan
Pada perkembangan kedepan hal ini dianggap menjadi penting untuk
menuai kesuksesan dalam pemasaran, seperti dikumukakan Don Schultz, seorang
pencipta integrated marketing communication (IMC) yang mengemukakan bahwa
“Integrasi amat masuk akal bagi mereka yang merencanakan sukses di pasar abad
21. Pemasar komunikator dan perusahaan-perusahaan yang memiliki marek tidak
ada lagi mempunyai pilihan lain”. menurut Shimp, (2003:24)
Menurut Schultz dan Schultz dalam Estaswara (2008 : 61) Komunikasi
pemasaran terpadu adalah suatu proses strategis dalam bisnis yang digunakan untuk
mengevaluasi pengoordinasian, pengukuran, persuasi program komunikasi merek
sepanjang waktu dengan konsumen, pelanggan, prospek, dan sasaran lain,
khalayaki nternal dan eksternal yang relevan. Sedangkan menurut Estaswara (2008
32
:224) komunikasi pemasaran terpadu adalah proses dan konsep manajemen pesan
untuk menyelaraskan persepsi tentang nilai merekmelalui interaksi dengan semua
significant audience perusahaan dalam jangka panjang dengan mengordinasikan
secara sinergis semua elemenkomunikasi guna mendukung efisiensi dan efektivitas
kinerja bisnis dan pemasaran dalam mencapai tujuannya.
Namun saat ini landscape media sudah bergeser secara dramastis dengan
munculnya media-media segmented, terutama yang berbasis teknologi tinggi
(internet dan mobile phone). Sedangkan strategi ”encouragement” adalah strategi
dimana kita berusaha menjadikan konsumen kita menjadi brand ambassador ( self
advertising) dan brand advisor/defender. Dengan konsep komunikasi pemasaran
terpadu ini, perusahaan secara hati-hati memadukan dan mengkoordinasikan
berbagai elemen saluran komunikasinya yaitu iklan di media massa, penjualan
perorangan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung,
kemasan, dan lain-lain untuk menyampaikan pesan yang jelas, konsisten,dan saling
mendukung mengenai organisasi dan produknya, menurut Philip Kotler dan Gary
Armstrong, (1998 : 97)
2.1.4. Pemasaran Jasa
Menurut Kotler (2004: 476) merumuskan jasa sebagai berikut adalah setiap
tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak yang lain
secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.
Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk fisik.
Sedangkan Berry, seperti dikutip oleh Ziethmal dan Bitner (2000:2) mendefinisikan
33
jasa itu sebagai deeds (tindakan, prosedur, aktivitas) proses-proses dan kerja untuk
yang intangible.
Sementara itu dalam rumusan yang agak mirip dengan Kotler (2004), Payne
(1993), dalam Peter et al (2000:3), merumuskan jasa sebagai aktivitas ekonomi
yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau manfaat) intangible yang berkaitan
dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan pelanggan atau dengan
barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan
dalam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga
tidak mempunyai kaitan dengan produk fisik.
Zeithmal dan Bitner (2000:5) memberi solusi, dengan cara merangkum
semua definisi jasa diatas, yang menurut mereka, jasa itu mencakup semua aktivitas
ekonomi yang keluarannya bukanlah produk atau kontruksi fisik, yang secara
umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama dan nilai
tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, secara prinsip, intangible
bagi pembeli pertama). Sedangkan menurut Gilbert (2003:7) menyatakan bahwa
jasa memiliki tiga karakteristik yang membedakannya dari barang, yaitu tidak
tampak secara fisik (intangible) tidak tahan lama (perishability), dan dapat berubah
setiap saat (variability).
Engel (2004:10) mengkategorikan jasa menjadi dua yaitu :
1) Visible service, yaitu jasa yang dilihat langsung oleh pelanggan, yakni
jasa yang dapat disediakan oleh personil yang langsung bertatap muka
dengan pelanggan. Misalnya restoran, jasa dokter, perawat memberikan
layanan kepada pasien.
2) Invisible service, yaitu jasa yang tidak dapat dilihat dan dirasakan
langsung oleh pelanggan, tapi menunjang sistem visible service,
misalnya karyawan bagian akuntansi, petugas gizi rumah sakit, koki
restoran, dan lain-lain.
34
Terdapat tiga karakteristik utama dari produk jasa yang membedakannya dengan
produk “retail” (Engel, 2004:16), yaitu :
a) Relative intangibility of service, di mana pelanggan tidak mendapatkan
“sesuatu barang” dari hasil sebuah jasa, sehingga hasil dari jasa lebih
berupa pengalaman dan bukan kepemilikan.
b) Simultaneous of service production and consumption, yaitu adanya
tenggang waktu antara produksi dan pelanggan, di mana untuk produk
manufaktur ada tenggang waktu antara diproduksinya suatu barang dan
dikonsumsi, sedangkan untuk jasa antara produksi dan pelanggan terjadi
pada saat yang bersamaan.
c) Customer participation, artinya jasa tidak akan ada tanpa adanya
partisipasi pelanggan untuk, menciptakan suatu jasa.
Oleh karena itu dari definisi di atas, maka jasa bisa dikarakteristikan
sebagai berikut, menurut Gilbert (2003:15):
a. Lebih bersifat tidak berwujud daripada berwujud (more intangible than
tangible).
b. Produksi dan konsumsi bersamaan waktu (simulataneouns production
and cunsumtion).
c. Kurang memiliki standar dan keseragaman (less standardized and
uniform).
Menurut Lupiyoadi (2006:5) menyatakan bahwa pemasaran jasa adalah
setiap tindakan yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang
secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.
Sedangkan menurut Umar (2003:76) pemasaran jasa adalah pemasaran yang
bersifat intangible dan immaterial dan dilakukan pada saat konsumen berhadapan
dengan produsen.
Menurut Jarwono (2008) dalam Wijaya (2008:49–51) menjelaskan
pengertian pemasaran jasa sebagai suatu konsep pemasaran yang mendefinisikan
bahwa organisasi harus lebih peduli terhadap apa yang dirasakan konsumen
35
dibanding apa yang dipikirkan konsumen tentang produk atau jasa yang mereka
tawarkan. Pada pemasaran jasa, lebih penting mengetahui bagaimana cara
menawarkan produk atau jasa daripada apa yang ditawarkan produk atau jasa. Jadi,
pemasaran jasa bertujuan untuk menciptakan memorable experience bagi
konsumen.
2.1.5. Pemasaran Jasa Pendidikan
Menurut Alma (2009:30) menyatakan bahwa Lembaga pendidikan adalah
termasuk ke dalam non profit organization. Sedangkan istilah komersial sudah jelas
berhubungan dengan kegiatan mencari laba. Kita mengenal juga dalam bentuk
konsep negatif yaitu “dikomersialkan”, segala sesuatu dikomersialkan, ada uang
ada layanan, pokoknya segala kegiatan harus mendatangkan keuntungan dalam
bentuk uang. Seperti diketahui bahwa lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan
yang melayani konsumen berupa murid, siswa, mahasiswa dan juga masyarakat
umum yang dikenal sebagai “stakeholder”. Lembaga pendidikan pada hakekatnya
bertujuan memberi layanan. Pihak yang dilayani ingin memperoleh kepuasan dari
layanan tersebut, karena mereka sudah membayar cukup mahal kepada lembaga
pendidikan.
Layanan ini dapat dilihat dalam berbagai bidang, mulai dari layanan dalam
bentuk fisik bangunan, sampai layanan berbagai fasilitas dan guru bermutu.
Konsumen akan menuntut dan menggugat layanan yang kurang memuaskan.
Mareka akan memperhatikan, keadaaan bangunan ruang belajar, atap yang bocor,
bangunan yang membahayakan keselamatan siswa, retak-retak, bisa roboh
36
sewaktu-waktu, kebersihan halaman, kebersihan kelas, tersedianya WC, kamar
mandi yang bersih dan airnya lancar, keamanan sekitar, lampu penerangan.
Kemudian tersedia berbagai fasilitas, papan tulis, kapur, spidol, dan fasilitas berupa
teknologi pendidikan, serta guru yang disiplin, berwibawa, menguasai materi
pelajaran, mau menambah pengetahuannya, mampu membeli dan membaca surat
kabar, memiliki televisi dan rajin mendengar informasi mutakhir dan sebagainya.
Semuanya akan bermuara kepada sasaran memuaskan konsumen. Inilah tujuan
hakiki dari marketing lembaga pendidikan.
Menurut Alma (2009:30) Marketing Jasa pendidikan adalah kegiatan
lembaga pendidikan memberi layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada
konsumen dengan cara memuaskan. Sedangkan menurut Kotler dan Fox (1995)
dalam buku Wijaya (2012: 75): menyatakan bahwa “Pemasaran jasa pendidikan
akan menawarkan jasa pendidikan dengan bauran pemasaran yang terdiri atas tujuh
alat pemasaran jasa pendidikan, yang juga di kenal dengan istilah 7P, yaitu product
(produk), price (harga), place (tempat – meliputi lokasi dan sistem penyampaian
jasa), promotion (promosi), process (proses), physical facilities (fasilitas fisik), dan
people (orang)”.
Berkaitan dengan marketing mix pada jasa pendidikan, Koes (Alma dan
Hurriyati, 2008:303-325) menjelaskan konsep 7P yang terdiri atas 4P tradisional
dan 3P yang dikembangkan antara lain :
1) Product, merupakan program pendidikan yang ditawarkan kepada para
siswa. Keputusan yang paling mendasar bagi suatu pendidikan adalah
menentukan program-program dan jasa layanan apa yang akan ditawarkan.
37
2) Price, berkaitan dengan konteks jasa pendidikan merupakan seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh siswa untuk mendapatkan jasa pendidikan yang
ditawarkan oleh suatu jasa pendidikan. Penetapan harga (SPP, biaya
pembangunan, biaya laboratorium, dan lain-lain), adalah elemen harga
jasa pendidikan, pemberian beasiswa, prosedur pembayaran dan syarat
cicilan.
3) Place, merupakan tempat jasa pendidikan yang akan mempengaruhi
preferensi calon pelanggan dalam menentukan pilihannya. Lokasi perlu
mempertimbangkan lingkungan dimana lokasi itu berada. Dekat dengan
pusat kota atau perumahan, kondisi lahan parkir, lingkungan belajar yang
kondusif dan transportasi. Selain lokasi secara fisik, jasa pendidikan juga
dapat dijangkau secara virtual melalui internet.
4) Promotion, melalui periklanan (iklan TV, radio, spot dan billboard),
promosi penjualan melakukan kontak langsung dengan calon siswa / wali
murid, melakukan kegiatan hubungan masyarakat, dan sebagainya.
Menurut Alma (2007:79) menambahkan bahwa “Promosi adalah suatu
bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan mengingatkan
pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan”.
5) People, adalah semua orang atau perilaku yang terlibat dalam proses
penyampaian jasa kepada konsumen serta mempengaruhi persepsi
38
konsumen, seperti para sumber daya penyedia jasa, pelanggan dan para
pelanggan lain yang terkait dengan jasa tersebut. Sumber daya manusia
dalam jasa pendidikan, dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu
administrator, guru dan karyawan.
6) Physical Evidence, yang merupakan sarana dan prasarana merupakan
suatu lingkungan dimana siswa dapat berinteraksi dan terdapat komponen
tangible (berwujud) yang mendukung kinerja atau komunikasi dari jasa
pendidikan, seperti gaya bangunan, fasilitas penunjang (kelengkapan
sarana pendidikan, peribadatan, olahraga dan keamanan).
7) Process, atau manajemen layanan yang merupakan suatu prosedur,
mekanisme dan serangkaian kegiatan untuk menyampaikan jasa dari
produsen kepada konsumen. Proses ini sangat berkaitan dengan sumber
daya manusia yang akan menyampaikan jasa kepada konsumen. Proses
atau manajemen layanan merupakan serangkaian kegiatan yang dialami
siswa selama dalam pendidikan seperti proses belajar mengajar, ujian dan
lainnya.
Konsep “7n1” Trustworthy Excellent Service yang dikemukakan Joewono
(2008) dalam Wijaya (2008:49 –51) dapat diaplikasikan dalam rangka memberikan
layanan pendidikan berkualitas, yaitu :
1) Memahami
Guru harus memahami kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi siswa
sehingga menjadi dasar awal dalam pemberian layanan pendidikan
berkualitas.
39
2) Menyambut
Guru
harus
menunjukkan
perhatian
kepada
siswa
dengan
cara
menyambutnya melalui sapaan, anggukan, jabat tangan, atau cara lainnya
sehingga membangun simpati awal siswa serta memberi kesan bahwa guru
menghargai siswanya.
3) Guru harus tanggap kalau ada kebutuhan layanan siswa yang perlu direspon.
4) Menyelesaikan Masalah
Guru
harus
memberikan
layanan
pendidikan
berkualitas
seperti
menyelesaikan masalah pendidikan, sehingga ketika muncul masalah
pendidikan, masalah pendidikan tersebut dapat mudah diselesaikan.
5) Merekonstruksi
Layanan pendidikan harus dilakukan sebagai bagian dari proses
rekonstruksi menuju terbentuknya hubungan baik antara sekolah dengan
siswanya.
6) Mengedukasi
Guru yang “memberi” bukan “menggurui” menjadi inspirasi untuk
memberikan informasi, termasuk ketika siswa komplain atas kegagalan
layanan pendidikan.
7) Mewakili
Makna “mewakili” siswa berarti guru menjadi ambassador siswa di dalam
proses pengambilan keputusan di sekolah, khususnya yang terkait dengan
siswa.
8) Menghargai
40
Guru yang menghargai siswa merupakan faktor penggerak kehidupan
sekolah menuju keunggulan bersaing sekolah yang berkelanjutan di masa
depan.
Dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang berkualitas, guru harus
dapat
memahami,
menyambut,
menanggapi,
menyelesaikan
masalah,
merekonstruksi, mengedukasi, mewakili, serta menghargai konsumennya (siswa).
Menurut Kotler dan Fox dalam wijaya (2012:16) mendefinisikan tujuan utama
pemasaran jasa pendidikan yaitu :
1) Untuk memenuhi misi sekolah dengan tingkat keberhasilan yang besar.
2) Meningkatkan kepuasan pelanggan jasa pendidikan.
3) Meningkatkan ketertarikan terhadap sumber daya pendidikan
4) Meningkatkan efisiensi pada aktivitas pemasaran jasa pendidikan
Jadi, aktivitas pemasaran jasa pendidikan lebih dari aktivitas penjualan,
periklanan, dan promosi untuk menciptakan permintaan jasa pendidikan.
2.1.6. Strategi
Menurut Sagala (2007:137) menyatakan bahwa Strategi adalah sebuah
rencana yang komprehensif dalam mengintegrasikan segala resources dan
capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan
kompetisi. Dalam membahas perkataan strategik sulit untuk dibantah bahwa
penggunaannya diawali dari dan popular di lingkungan militer, menurut Akdon,
(2006:3). Namun pada akhirnya strategi bekembang untuk semua organisasi
termasuk keperluan ekonomi, social budaya dan agama. Strategi ini digunakan
41
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi strategi pada hakekatnya adalah
suatu perencanaan (planning) dan mengatur (Management) untuk mencapai tujuan
tertentu dalam praktek operasionalnya. Menurut, Rusyadi Ruslan, (200:31).
Selanjutnya Quinn (1999:10) mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau
rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan
rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Strategi
diformulasikan
dengan baik
akan
membantu
penyusunan dan
pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang
unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan
internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta
kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.
Dari pendapat para ahli di atas, maka strategi dapat diartikan sebagai suatu
rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Rencana ini meliputi : tujuan, kebijakan, dan tindakan yang harus
dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan
menenangkan persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memilki
keunggulan kompetitif.
Sedangkan Kotler (2003:191), menandaskan bahwa strategi adalah perekat
yang bertujuan untuk membantu dan memberikan nilai proposisi yang konsisten
dan membangun citra yang berbeda kepada sasaran pasar, Kotler mengutip Bruce
Henderson yang mengingatkan bahwa jika suatu bisnis tidak mempunyai
keunggulan yang khas dibandingkan dengan rival-rivalnya maka bisnis itu tidak
memiliki alasan untuk tetap berdiri. Pandangan Kotler mengartikan bahwa
42
perusahaan khususnya yang memposisikan dirinya sebagai pemasar harus meramu
strategi yang jitu guna membedakannya dengan para pesaing.
Sedangkan Effendi (1992:29) dalam bukunya”Dinamika Komunikasi”
berpendapat bahwa strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai tujuaan. Namun untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.
2.1.7. Strategi Komunikasi Pemasaran
Strategi Komunikasi Pemasaran menurut Alifahmi (2005:101-106) adalah
perencanaan secara cermat mengenai kegiatan pemasaran sebagai usaha untuk
menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasarannya mengenai
keberadaan produk di pasar agar tercapai tujuan-tujuan yang dinginkan. Strategi
komunikasi pemasaran bertujuan agar konsumen yang menjadi sasaran penjualan
mengetahui bahwa produk mereka ada di pasaran. Suatu strategi komunikasi
pemasaran dapat dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan dapat
dipahami oleh khalayak sasaran dan membuat khalayak sasaran melakukan sesuatu
sesuai dengan isi yang disampaikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kotler
& Keller (2007:224) bahwa dalam mengembangkan komunikasi pemasaran perlu
dilakukan langkah-langkah berikut ini :
2.1.7.1. Mengidentifikasi audiense sasaran
43
Menurut Kasali (1998:388) menyatakan bahwa dalam mengidentifikasi
khalayak sasaran diperlukan tiga hal; Pertama, segmentasi pasar (Segmenting)
adalah suatu strategi untuk memahami struktur dasar dengan cara mengelompokkan
pembeli aktual maupun potensial yang berbeda, yang mungkin membutuhkan
produk atau bauran pemasaran tersendiri. Kedua, ditentukan pasar sasaran
(targeting) guna memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dilayani. Ketiga,
setelah ditentukan pasar sasaran maka langkah selanjutnya adalah penentuan posisi
pasar (positioning), yaitu membentuk dan mengkomunikasikan manfaat utama
yang membedakan produk dalam pasar.
1.1.7.1. Segmenting
Menurut Kotler & Armstrong (2008:172), Segmentasi Pasar (Market
Segmentation) didefinisikan sebagai pembagian pasar menjadi kelompokkelompok yang lebih kecil berdasarkan kebutuhan, karateristik, atau sifat yang
membutuhkan produk dan strategi pemasaran masing-masing secara berbeda
satu sama lain. Beberapa tipe segmentasi pasar menurut Kotler & Armstrong
(2008:173-179) adalah:
a. Segmentasi geografik
Segemntasi geografis membutuhkan pembagian pasar menjadi unit
geografis yang berbeda seperti negara, wilayah, negara bagian, daerah,
kota,atau bahkan lingkungan sekitar. Suatu perusahaan mungkin
memutuskan untuk beroperasi disatu atau beberapa wilayah geografis, atau
44
beroperasi di seluruh wilayah tetapimemberi perhatian pada perbedaan
geografis dalam kebutuhan dan keinginan.
b. Segmentasi Demografis
Dalam segmentasi demografis, pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok
berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga,
siklus kehidupan keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, agama,
ras, generasi kewarganegaraan, dan kelas sosial. Variabel-variabel
demografis adalah dasar yang paling populer untuk membedakan
kelompok-kelompok pelanggan.
c. Segmentasi Psychographic
Segmentasi psikografis membagi pembeli menjadi kelompok berbeda
berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian. Orangorang dalam kelompok demografis yang sama bisa memiliki komposisi
psikografis yang sangat berbeda.
d. Segmentasi Tingkah Laku
Segmentasi perilaku membagi pembeli menjadi kelompok berdasarkan
pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respons terhadap sebuah produk.
Banyak pemasar percaya bahwa variabel perilaku adalah titik awal terbaik
untuk membangun segmen pasar.
1.1.7.2. Targetting
Definisi Targeting menurut Keegan & Green (2008:220), adalah proses
pengevaluasian segmentasi dan pemfokusan strategi pemasaran pada sebuah
45
negara, propinsi, atau sekelompok orang yang memiliki potensi untuk
memberikan respon. Sedangkan definisi target pasar (target market) menurut
Kotler & Armstrong (2008:183), adalah sekelompok pembeli (buyers) yang
memiliki kebutuhan atau karakteristik yang sama yang menjadi tujuan dari
promosi perusahaan. Dari kedua definisi tersebut targeting merupakan
sebuah proses yang sangat penting karena akan menentukan siapa yang akan
membeli produk dari perusahaan.
1.1.7.3. Positioning
Definisi Positioning menurut Kotler & Keller (2006:288), adalah suatu usaha
perusahaan untuk memberikan gambaran (image) di dalam pikiran konsumen
ketika melihat atau mendengar tentang produk atau Brand dari perusahaan
tersebut. Tujuan akhir dari Positioning ini adalah terbentuknya suatu proporsi
nilai (value) sebuah produk pada seorang konsumen yang menciptakan suatu
alasan meyakinkan
mengapa mereka harus membeli produk tersebut.
Positioning merupakan tolak ukur dari suksesnya kegiatan dan program
komunikasi pemasaran, saat pesan dari adversting, promotion, dan public
relation
disampaikan secara kumulatif dan simultan, menurut Kasali
(1999:527) definisi dari positioning adalah :
“Positioning adalah strategi komunikasi untuk memasuki jendela konsumen
agar produk /merek /nama anda mengandung arti tertentu yang dalam berbagai
segi mencerminkan keunggulan terhadap berbagai produk/merek/nama lain
dalam bentuk hubungan asosiatif.”
Gambar 2.2. Segmentasi, Penentuan Sasaran, Positioning.
Segmentasi Pasar
Penentuan Pasar Sasaran
Positioning
46
1. Mengidentifikasi
variabel segmentasi
dan segmentasi pasar.
3. Mengevaluasi daya
tarik masing-masing
segmen.
2. Mengembangkan
bentuk segmen yang
menguntungkan
4. Memilih segmen
sasaran
5. Mengidentifikasi
konsep positioning
yang memungkinkan
bagi masing-masing
segmen sasaran.
6. Memilih,
mengembangkan dan
mengkomunikasikan
konsep positioning
yang dipilih
Sumber : Fandy Tjiptono, (2008:69)
2.1.7.2. Menentukan Tujuan Komunikasi Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2001:116) menyatakan bahwa Apabila
khalayak sasaran sudah diketahui, maka komunikator pemasaran harus menentukan
tanggapan apa yang dikehendaki dari target sasaran tersebut. Bentuk tersebut secara
panjang lebar akan dijelaskan melalui model tanggapan hirarki. Penentuan tujuan
komunikasi pemasaran adalah hal yang fundamental sebelum pelaksanaannya. Hal
ini bertujuan untuk slalu menjaga komunikasi pelaksanaan komunikasi pemasaran
agar selalu di dalam satu koridor dengan tujuan awal. Dalam hal komunikasi
pemasaran, komunikasi bertujuan untuk membangkitkan keinginan untuk membeli
produk. Tetapi pembelian adalah hasil dari proses panjang pambuatan konsumen.
Komunikator pemasaran perlu mengetahui di posisi mana audiense sasaran berada
dan sampai ke tahap mana audiense perlu di gerakkan.
Menurut
Soemanagara
(2008:63)
menyatakan
bahwa
komunikasi
pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahapan perubahan yang ditujukan
47
kepada konsumen. Yaitu knowledge change (perubahan pengetahuan), attitude
change (perubahan sikap), dan behaviour change ( perubahan perilaku).
1) Tahap knowledge change (perubahan pengetahuan), pesan komunikasi baik
verbal maupun non verbal diarahkan kepada pembombastisan informasi
tentang produk mulai dari brand (merek), fungsi dan kegunaan, kemasan, dan
figur penggunaan produk. Dalam perubahan ini konsumen mengetahui
adanya keberadaan sebuah produk atayu jasa,untuk apa produk atau jasa
tersebut. Dengan demikian pesan yang disampaikan tidak menunjukan
informasi penting dari suatu produk atau jasa. Tahap perubahan sikap dapat
digambarkan sebagai berikut :
2) Tahap attitude change (perubahan sikap), komunikasi ditujukan untuk
memperkuat keududukan brand (merek) dengan menggunakan strategi pesan
seperti kelebihan suatu produk atau jasa, dan citra lembaga.
Menurut
Schiffman dan Kanuk dalam Soemanagara, (2008:63) menyebutkan bahwa :
Tahapan perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen yaitu Cognition
(pengetahuan), Affection (perasaan), dan Conation (perilaku), jika ketiga
komponen ini menunjukan adanya kecenderungan terhadap perubahan
(kognitif, afektif, konatif) maka memungkinkan sekali akan terjadi sebuah
perubahan sikap.
Gambar 2.3 : Hubungan antar Tiga komponen sikap
Komponen Kognitif
Kepercayaan terhadap merek
Komponen Afektif
Evaluasi merek
48
Komponen Konatif
Maksud Untuk Membeli
Sumber: Sutisna (2002: 100)
Perubahan sikap ini ditentukan oleh tiga unsur yang disebut sebagai
tricomponent attitude changes yang menunjukkan bahwa tahapan perubahan
sikap ditentukan oleh tiga komponen yaitu Cognition (pengetahuan),
Affection (perasaan), dan Conation (perilaku). Jika ketiga komponen ini
menunjukkan adanya kecenderungan terhadap sebuah perubahan (kognitif,
affektif, dan konatif) maka memungkinkan sekali akan terjadi sebuah
perubahan sikap.
3)
Pada tahap behaviour change (perubahan perilaku), pesan ditujukan untuik
menunjukkan alasan-alasan (reason) kepan suatu produk atau jasa lainnya.
Lebih jelasnya tahap ini ditujukan agar konsumen tidak beralih pada produk
atau jasa lain dan terbiasa untuk menggunakaknya.
Menurut smith (2005:11) juga menambahkan bahwa Tujuan komunikasi
dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni reputation management goal,
yang
berhubungan
dengan
identitas
dan
persepsi
organisasi,
relationship management goal yang berkaitan dengan hubungan organisasi dengan
para publiknya dan task management goal yang berhubungan dengan cara
melakukan sesuatu tugas. Sedangkan sasaran atau objective adalah pernyataan yang
muncul dari tujuan organisasi. Sasaran harus dinyatakan dengan jelas dan dapat
49
diukur, memusatkan pada publik dan dampak, dan dinyatakan waktu untuk
pencapaian sasaran.
2.1.7.3. Merancang Pesan
Setelah mendefinisi respon audiens yang diharapkan, komunikator beralih
ke pengembangan pesan yang efektif. Menurut Kotler dan Susanto ( 2001-782)
menyatakan bahwa dalam membentuk pesan yang konsisten, komunikator
pemasaran harus merancang apa yang akan dikatakan (isi pesan) dan bagaimana
mengatakan isi pesan tersebut (struktur dan format pesan). Sedangkan menurut
Saladin dan Oesman (2002:123) dalam merancang bentuk pesan, ada empat hal
yang perlu diperhatikan, yaitu : apa yang harus dikatakan (isi pesan), bagaimana
mengatakan secara simbolik (format pesan), siapa yangseharusnya yang
mengatakannya (sumber pesan), dan bagaimana mengatakan secara logis (struktur
pesan).
1) Isi Pesan
Komunikator memperhatikan apa yang akan dikatakan kepada audiens
sasaran agar menghasilkan tanggapan yang diharapkan, iklan yang baik
biasanya
berfokus
pada
penjualan
inti,
disarankan
iklan
harus
diperingkatkan berdasarkan peringkat. Diinginkan (desirable), tingkat
keekslusifannya (exlusifness) dan tingkat keterpercayaannya (belie
viability).
2) Sumber Pesan
Pesan yang disampaikan oleh sumber yang menarik atau terkenal akan lebih
efektif jika mereka dapat melambangkan atribut produk yang utama, tetapi
50
yang sama pentingnya adalah kredibilitas mode iklan tersebut karena pesan
yang disampaikan oleh sumber yang sangat terpercaya akan berdampak
lebih meyakinkan.
3) Format Pesan
Komunikator harus mengembangkan suatu format yang tepat unik pesanya,
komunikator dengan teliti memilih jata-kata dan kualitas suara.
4) Struktur Pesan
Pengiklanan harus menentukan bagaimana iklan tersebut akan disajikan
kepada audiens, apakah akan disajikan sepihak, yang menunjukan
keunggulan saja (one side presentation) atau akan disajikan secara dua
pihak, yang mengatakan kekurangan dan kelebihannya (two side argument).
2.1.7.4. Menyeleksi Saluran Komunikasi
Menurut Kotler diterjemahkan Benyamin Molan (2004:614) saluran
komunikasi terdiri atas dua jenis, yaitu:
1) Saluran Komunikasi Personal
Saluran komunikasi personal mencakup dua orang atau lebih yang
berkomunikasi
secara
langsung
satu
sama
lain.
Mereka
dapat
berkomunikasi dengan cara tatap muka, satu orang dengan banyak
(audiens), melalui telepon, atau melalui surat. Saluran komunikasi personal
memperoleh efektivitasnya melalui peluang untuk mengindividualkan
penyajian dan umpan baliknya. Saluran komunikasi personal dapat berupa:
a. Advocate channels, seperti tenaga penjualan dalam sebuah perusahaan
b. Expert channels, seperti para ahli dalam bidang-bidang tertentu
51
c. Social channels, seperti tetangga, anggota keluarga, teman, dan rekan
sejawat
2) Saluran Komunikasi Nonpersonal
Saluran komunikasi nonpersonal menyampaikan pesan tanpa melakukan
kontak atau interaksi pribadi. Tetapi dilakukan melalui media, atmosfer, dan
acara. Tetapi dilakukan melalui media. Media terdiri dari media cetak
(Koran, majalah, direct mail), media siaran (radio, televise), media
elektronik (kaset audio, video, CD-ROM, halaman web) dan media display
(baliho, papan iklan, poster, sign). Kebanyakan pesan non-personal berasal
dari media yang harus dibayar perusahaan (paid media).
2.1.7.5. Menetapkan Anggaran Komunikasi Pemasaran
Menurut Kotler & Armstrong (2008:125-127) menyatakan bahwa salah satu
keputusan tersulit yang dihadapi oleh perusahaan adalah berpa banyak biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan komunikasi pemasaran. Dalam memutuskan besarnya
anggaran komunikasi pemasaran total, terdapat empat metode umum yang dapat
digunakan. yaitu:
a) Metode sesuai dengan kemampuan (afford able method) :metode yang
menetapkan anggaran promosi pada level yang dianggap oleh manajemen
mampu dikeluarkanoleh perusahaan.
52
b) Metode presentasi dari perjualan (percentage of sales budgeting method):
metode yang menetapkan anggaran promosi pada presentase tertentu dari
perjualan sekarang atau yang diperkirakan.
c) Metode manyamai pesaing (abjektive and task method): metode yang
menyamakan anggaran promosi perusahaan dengan anggaran pesaing.
d) Metode tujuan dan tugas (abjektive and task method): Metode yang
menggunakan di mana perusahaan menetapkan anggaran promosi
berdasarkan apa yang ingin dicapai.
Menetapkan anggaran komunikasi pemasaran total, perusahaan ini harus
memutuskan pembagian anggaran tersebuat ke alat-alat promosi yang utama yaitu
periklanan,bpenjualan pribadi, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan
pemasaran langsung (direct marketing). Konsep IMC mengganjurkan bahwa
persahaan harus mengkombinasikan ala-alat promosi secara seksama keadaan
sebuah bauran komunikasi pemasaran yang terkoordinasi dengan baik.
2.1.7.6. Memutuskan Bauran Komunikasi Pemasaran
Setelah melakukan perencanaan komunikasi pemasaran yang matang dan
strategis, kemudian perusahaan mengkomunikasikan konsep pemasaran kepada
konsumen secara kolektif yang disebut bauran komunikasi pemasaran (marketing
communication mix). Menurut J. Stanton dalam Swastha (1984:238) Bauran
Promosi adalah : “Kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variebel
periklanan, personal selling dan alat promosi yang lain, yang semuanya
direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan”. Sedangkan menurut
53
Gitosudarmo (2000 : 237), Bauran Promosi adalah : “Kegiatan yang ditujukan
untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk
yang ditawarkan oleh Perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi
senang lalu membeli produk tersebut”.
Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara
perusahaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi
konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan barang/jasa sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat
promosi. Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2008:120-123) bahwa Alat – alat
Promosi tersebut disebut dengan Bauran Promosi (Promotion Mix), yang terdiri
dari :
2.1.7.6.1. Periklanan (Advertising)
Periklanan (Advertising), merupakan salah satu bentuk dari komunikasi
impersonal (impersonal communication) yang digunakan oleh perusahaan barang
dan jasa. Sedangkan menurut Belch & Belch (2012:18) agar pesan dapat
dikomunikasikan dengan baik, maka pesan harus mengarah pada audiens yang
tepat, menarik perhatian, mudah dimengerti, dan relevan. Menurut Kotler dan
Armstrong (2008:117) menambahkan bahwa Tujuan iklan adalah memberikan
informasi, membujuk, pengingat, pemantapan dan merupakan komunikasi spesifik
yang dicapai dengan pemirsa sasaran tertentu selama periode waktu tertentu.
Clow & Baack (2009:242) juga menambahkan bahwa marketer perlu
memahami keuntungan dan kekurangan kombinasi tiap media promosi yang akan
digunakan untuk mensukseskan campaign iklan. Berikut ini karakteristik dari
54
beberapa jenis media promosi dengan perbandingan masing-masing kekuatan dan
kelemahan media, antara lain:
Tabel 2.2.
Karakteristik Media
Kennedy & Soemanagara (2009:100)
No.
Jenis
Media
1
Televisi
2
3
Radio
Surat
Kabar
Kekuatan
Kelemahan
 Jangkauannya luas
 Ada efek suara dan gambar
bergerak
 Dapat dilihat dan didengar
kembali jika ada pengulangan
siaran
 Daya rangsang sangat tinggi
 Sewa slot iklan mahal
 Pesan disampaikan dapat dalam
bentuk ulasan
 Hanya ada suara
 Daya rangsang tinggi
 Dapat didengar jika siaran
diputar kembali
 Sewa slot iklan murah
 Jangkauan terbatas
 Dapat dibaca dimana saja
 Jangkauan terbatas
 Dapat dibaca berulang-ulang
 Daya rangsang rendah
 Setelah habis dibaca cenderung
dibuang
4
Majalah
 Dapat dibaca berulang-ulang
 Jangkauan terbatas
 Memiliki sifat life-cylce yang
tinggi.
 Daya rangsang rendah
 Dibeli jika ada berita yang
menarik perhatian
 Kualitas visual cukup tinggi
karena mutu kertas lebih baik dari
surat kabar
5
Brosur
 Informasi yang diberikan sangat
spesifik
 Ruang pesan ditentukan atau
dibatasi oleh kemampuan biaya
 Langsung ditujukan pada personal
 Biaya murah
6
Banner,
Poster
 Daya jangkau dan capaian cukup
besar
 Biaya produksi murah
7
Billboard,  Daya jangkau dan raihan yang
cukup besar
Neonbox
 Daya rangsang cukup tinggi
 Daya rangsang rendah
 Informasi yang ditampilkan
terbatas
 Biaya produksi, perawatan,
perizinan dan pajak tinggi
 Informasi yang ditampilkan
terbatas
55
2.1.7.6.2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi Penjualan (Sales Promotion), adalah semua kegiatan yang
dimaksud untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai pada
penjualan akhirnya. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:204),
“promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian
atau penjualan produk dan jasa”. Menurut Belch and Belch (2007:587) juga
menambahkan bahwa promosi penjualan hanya bagian dari promosi. Promosi
membantu membuat semua kegiatan pemasaran lain lebih efektif dan efisien, tetapi
promosi penjualan hanya untuk aktifitas penjualan. Promosi Penjualan dapat
dilakukan dengan bantuan alat-alat, seperti display, pameran, kupon sampel gratis,
penjualan premi promosi. Dan kegiatan ini adalah penghubung antara Iklan dan
penjualan pribadi.
Tujuan promosi penjualan menurut Alma (2011:188) adalah menarik
pembeli baru, memberi hadiah atau penghargaan kepada konsumen-konsumen atau
langganan lama, meningkatkan daya pembelian ulang dari konsumen lama,
menghindari konsumen lari ke merek lain, mempopulerkan produk atau merek,
meningkatkan loyalitas, meningkatkan volume penjualan jangka pendek dalam
rangka memperluas”market share” jangka panjang.
2.1.7.6.3. Public Relations
56
Hubungan Masyarakat (Public Relations), merupakan kiat pemasaran,
dimana perusahaan tidak harus berhubungan dengan pelanggan, pemasok dan
penyalur, tetapi juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang
lebih besar. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:168) “hubungan
masyarakat (public relations) adalah membangun hubungan baik dengan berbagai
masyarakat perusahaan dengan memperoleh publisitas yang diinginkan,
membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menghadapi rumor,
cerita, dan kejadian tak menyenangkan. Menurut Tjiptono (2008:556) juga
menambahkan bahwa
public relations merupakan fungsi
manajemen
yang
mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi Kebijakan dan prosedur organisasi
demi kepentingan publik dan melaksanakan program aksi dan komunikasi untuk
membentuk pemahaman dan akseptansi publik.
Aktivitas utama staff public relations (PR) menurut Sulaksana (2005:123)
antara lain :
a. Sponsorship adalah dukungan finansial kepada suatu organisasi, orang, atau
aktivitas yang dipertukarkan dengan publisitas merek dan suatu hubungan.
Sponsorship dapat membedakan sekaligus meningkatkan nilai suatu merek.
Beberapa pedoman yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam
memilih sponsorship: target khalayak, penguatan citra merek, dapat
diperpanjang, keterlibatan merek, biaya yang efektif dan sponsor lainnya.
57
b. Event marketing atau biasa disebut special event adalah situasi yang
signifikan atau peristiwa promosional yang mempunyai fokus utama untuk
menangkap perhatian dan melibatkan customer dalam event tersebut.
Perusahaan dan organisasi-organisasi non-profit menggunakan events
dengan beberapa alasan, yaitu: untuk melibatkan sasaran khalayak, untuk
mengasosiasikan sebuah brand dengan aktivitas, gaya hidup atau orangorang tertentu, untuk meraih sasaran khalayak yang sulit dijangkau, untuk
meningkatkan brand awareness dan untuk menyediakan platform yang baik
bagi brand publicity.
2.1.7.6.4. Penjualan pribadi (Personal Selling)
Penjualan Perorangan (Personal Selling), adalah interaksi antar
individu, saling bertemu untuk menciptakan, memperbaiki dan menguasai
dan mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan
dengan pihak lain. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:182)
“penjualan personal adalah presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan
dengan tujuan melakukan penjualan dan membangun hubungan dengan
pelanggan”.
Menurut Tjiptono (2008:556)
menambahkan bahwa personal
selling menekankan aspek penjualan melalui proses komunikasi person-toperson. Peranan personal selling cenderung bervariasi antar perusahaan,
bergantung pada sejumlah faktor, seperti karakteristik produk atau jasa yang
dipasarkan, ukuran organisasi, dan tipe industri. Sedangkan dalam
58
prusahaan yang memproduksi produk konsumen tidak tahan lama dan
berharga murah, peranan personal selling cenderung minim. Menurut Alma
( 2007:185) juga menambahkan bahwa Penjualan pribadi melibatkan
komunikasi interpersonal antara pembeli dan penjual untuk memenuhi
kebutuhan pembeli untuk kepentingan kedua belah pihak”.
Menurut Kotler & Keller (2012:514) menambahkan, mengatakan
bahwa “personal selling is the most effective tool at certain stages of the
buying proceses, particulary in building up buyer preference, conviction, and
action”.
Dari definisi di atas, Kotler menyimpulkan bahwa personal selling
merupakan alat yang paling efektif pada tahap pembelian, khususnya dalam
membangun pilihan pembeli, keyakinan dan tindakan.
Personal selling terbagi menjadi beberapa tahapan membantu
berbagai fungsi dari sales person dalam menanggapi kebutuhan pelanggan,
yang ditampilkan pada gambar 2.4 berikut ini:
59
Prospecting
and qualifying
Preapproach
Presentation
and
demonstration
Overcoming
objections
Closing
Follow-up
and
maintenance
Gambar 2.4 – Proses Personal Selling
Kotler & Keller (2012:583)
Beberapa tahapan dari personal selling menurut Kotler (Benyamin Molan,
2009:272-273), yaitu sebagai berikut:
1) Prospecting and Qualifying (Mencari calon pelanggan/memprospek dan
mengkualifikasikannya)
Langkah pertama dalam penjualan adalah mengidentifikasi pelanggan dan
mengkualifikasi. Semakin banyak perusahaan yang bertanggung-jawab
untuk mencari dan mengkualifikasikan petunjuk sehingga wiraniaga dapat
60
menggunakan waktu mereka yang tidak banyak untuk mengkualifikasikan
dengan menghubungi calon pelanggan lewat surat atau telepon untuk
menilai tingkat minat dan kasisitas uang mereka.
2) Preapproach (Pendekatan pendahuluan)
Wiraniaga harus belajar sebanyak mungkin calon pembelinya. Wiraniaga
harus menetapkan tujuan kunjungan, mengkualifikasi calon pelanggan,
mengumpulkan informasi, melakukan penjualan segera. Tugas lain adalah
memilih pendekatan kontak terbaik, apakah kunjungan pribadi, telepon
atau surat. Pada akhirnya, wiraniaga harus merencanakan keseluruhan
strategi penjualan untuk pelanggan.
3) Presentation and Demonstration (Presentasi dan peragaan)
Wiraniaga menyampaikan “kisah” produk kepada pembeli menggunakan
pendekatan fitur, keunggulan (advantage), manfaat (benefit), dan nilai
(value) (FABV). Fitur menggambarkan karakteristik fisik penawaran
pasar, seperti kecepatan pemrosesan chip atau kapasitas memori.
Keunggulan menjelaskan mengapa fitur itu memberikan keuntungan
kepada pelanggan. Manfaat menggambarkan manfaat ekonomi, teknik
layanan dan sosial yang dihantarkan oleh penawaran.
4) Overcoming Objections (Mengatasi keberatan)
Pelanggan biasanya mengajukan keberatan. Resistensi psikologis meliputi
resistensi terhadap interferensi, preferensi terhadap sumber pasukan atau
61
merek yang sekarang digunakan, apatis, tidak bersedia melupakan sesuatu,
hubungan tidak menyenangkan diciptakan oleh wiraniaga. Untuk
menangani keberatan ini, wiraniaga mempertahankan pendekatan positif,
meminta pembeli mengklarifikasi keberatan, mengajikan pertanyaan
dengan cara dimana pembeli menjawab keberatannya sendiri, menyangkal
keakuratan hal yang menjadi keberatan tersebut, atau mengubah menjadi
alasan untuk membeli.
5) Closing (Penutupan)
Tanda penutupan dari pembeli meliputi tindakan fisik, pernyataan atau
komentar dan pertanyaan. Wiraniaga dapat menanyakan pesan,
merekapitulasi, poin-poin yang disepakati, menawarkan untuk membantu
menulis pesanan, bertanya apakah menginginkan produk A atau produk B,
membuat pembeli mengambil pilihan kecil seperti warna atau ukuran, atau
menunjukkan kerugian apa yang dapat dialami pembeli jika tidak
melakukan pemesanan sekarang. Wiraniaga dapat menawarkan insentif
khusus untuk menutup, seperti harga khusus, kuantitas ekstra, atau
cinderamata.
6) Follow-up and Maintenance (Tindak lanjut dan pemeliharaan)
Tindak lanjut dan pemeliharaan diperlukan untuk memastikan kepuasan
pelanggan dan terluangnya kerjasama. Segera setelah menutup penjualan,
wiraniaga harus menyatukan semua data yang diperlukan tentang waktu
pengiriman, syarat pembelian, dan masalah penting bagi pelanggan.
Wiraniaga harus menjadwalkan kunjungan dan tindak lanjut setelah
62
pengiriman untuk memastikan pemasangan, instruksi, dan layanan yang
tepat dan mendeteksi semua masalah, memastikan minat wiraniaga kepada
pembeli,
dan
mengurangi
disonansi
kognitif.
Wiraniaga
harus
mengembangkan rencana pemeliharaan dan pertumbuhan bagi pelanggan.
2.1.7.6.5. Word of Mouth (WOM)
Informasi dari mulut ke mulut (Word Of Mouth), dimana pelanggan
tersebut akan berbicara kepada pelanggan lain yang berpotensial tentang
pengalamannya dalam menerima barang/jasa tersebut. Menurut Smith
(1996:19) Word of Mouth adalah komunikasi personal yang dianggap penting
efektif dalam memberikan informasi tentang suatu produk. WOM juga efektif
untuk mempengaruhi seseorang karena informasi dari individu lainnya
biasanya dianggap tidak biasa. Khalayak cenderung lebih mempercayai
informasi produk yang mereka dengar dari kenalannya dibandingkan dengan
informasi yang dipasang di media.
Sedangkan menurut Lupiyoadi (2006:238), word of mouth adalah suatu
bentuk promosi yang berupa rekomendasi dari mulut ke mulut tentang
kebaikan dalam suatu produk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa word of
mouth merupakan komunikasi yang dilakukan oleh konsumen yang telah
melakukan pembelian dan menceritakan pengalamanya tentang produk atau
jasa tersebut kepada orang lain sehingga secara tidak langsung konsumen
tersebut telah melakukan promosi yang dapat menarik minat konsumen lain
yang medengarkan pembicaraan tersebut.
63
Menurut Andy (2009:31), menyebutkan bahwa ada 5 elemen-elemen
yang dibutuhkan untuk word of mouth agar dapat menyebar yaitu :
1) Talkers yaitu yang pertama dalam elemen ini adalah kita harus tahu siapa
pembicaraan dalam hal ini pembicara adalah konsumen kita yang telah
mengkonsumsi produk atau jasa yang telah kita berikan, terkadang orang
lain cenderung dalam memilih atau memutuskan suatu produk tergantung
kepada konsumen yang telah berpengalaman menggunakan produk atau
jasa
tersebut
atau
biasa
disebut
dengan
referral
pihak
yang
merekomendasikan suatu produk atau jasa.
2) Topics yaitu adanya suatu word of mouth karena tercipta suatu pesan atau
perihal yang membuat mereka berbicara mengenai produk atau jasa, seperti
halnya pelayanan yang diberikan, karena produk kita mempunyai
keunggulan tersendiri, tentang perusahaan kita,lokasi yang strategis.
3) Tools yaitu setelah kita mengetahui pesan atau perihal yang membuat
mereka berbicara mengenai produk atau jasa tersebut dibutuhkan suatu alat
untuk membantu agar pesan tersebut dapat berjalan, seperti website game
yang diciptakan untuk orang-orang bermain, contoh produk gratis,
postcards, brosur, spanduk, melalui iklan diradio apa saja alat yang bisa
membuat orang mudah membicarakan atau menularkan produk anda kepada
temannya.
4) Taking Part atau partisipasi perusahaan yaitu suatu partisipasi perusahaan
seperti halnya dalam menanggapi respon pertanyaan-pertanyaan mengenai
produk atau jasa tersebut dari para calon konsumen dengan menjelaskan
64
secara lebih jelas dan terperinci mengenai produk atau jasa tersebut,
melakukan follow up ke calon konsumen sehingga mereka melakukan suatu
proses pengambilan keputusan.
5) Tracking atau pengawasan akan hasil WOM marketing perusahaan setelah
suatu alat tersebut berguna dalam proses word of mouth dan perusahaan
ataupun cepat tanggap dalam merespon calon konsumen, perlu pula
pengawasan akan word of mouth yang telah ada tersebut yaitu dengan
melihat hasil seperti dalam kotak saran sehingga terdapat informasi
banyaknya word of mouth positif atau word of mouth negatif dari para
konsumen.
Komunikasi word of mouth tak bisa terjadi tanpa proses, dimulai dari
sumber sampai tujuan. Setiap saluran memiliki kepentingan yang tidak boleh
diabaikan. Menurut Sutisna (2002:191) proses komunikasi word of mouth
dimulai dari informasi yang disampaikan melalui media masa, kemudian
diinformasikan atau ditangkap oleh pemimpin opini yang mempunyai
pengikut dan berpengaruh. Informasi yang ditangkap oleh pemimpin opini
kepada pengikutnya melalui komunikasi dari mulut ke mulut. Bahkan secara
lebih luas model itu juga memasukan penjaga informasi (gatekeeper)sebagai
pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Model komunikasi
word of mouth yang lebih luas digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.5 : Model Komunikasi Word of mouth
Gate Keeper
Media Massa
Pengikut
65
Pemimpin Opini
Sutisna (2002 : 192), perilaku konsumen & komunikasi Pemasaran
2.1.7.7. Mengukur Hasil komunikasi Pemasaran
Mengukur hasil komunikasi pemasaran berarti mengukur dampak atau
umpan balik yang dihasilkan oleh audiens sasaran terhadap produk yang ditawarkan
sebagai akibat dari kegiatan promosi yang dilakukan. Dampak yang diukur meliputi
pengetahuan audiens sasaran terhadap produk sampai menghitung seberapa besar
tingkat penjualan produk. Setiap bauran promosi yang digunakan memiliki cara
yang berbeda dalam mengukur efektifitasnya, berikut ini menjelaskan tentang
bagaimana mengukur hasil promosi yang telah dilakukan.
a.
Personal selling
Pengukuran afektivitas Personal Selling dilakukan untuk mengetahui
kinerjanya dalam meningkatkan penjualan. Evaluasinya meliputi
perbandingan penjualan sekarang dan penjualan yang lalu, evaluasi
kepuasan pelanggan dan evaluasi kualitas wiraniaga itu sendiri. Karena
komunikasi pribadi memperoleh efektivitasnya melalui presentasi dan
umpan balik yang bersifat perorangan. Kotler and Keller (2008:220).
b. Periklanan
Pengukurannya dilakukan untuk mengetahui dampak potensial atau
pengaruh komunikasi iklan terhadap kesadaran, pengetahuan dan
66
preferensi audiens sasaran, serta untuk mengetahui pengaruh iklan
terhadap penjualan iklan tersebut. Kotler and Keller (2008:262)
c. Humas
Mengetahui banyaknya paparan yang disampaikan media merupakan
cara termudah untuk mengukur efektifitas publisitas, walaupun
hasilnya kurang memuaskan karena tidak dapat mengetahui berapa
banyak orang yang mengetahui, berapa banyak orang yang membaca,
menyimak dan tertarik terhadap jumlah paparan tersebut. Namun
demikian, sesuai dengan sasarannya publisitas lebih menekankan pada
jangkauan paparan tersebut. Kotler and Keller (2008:280)
d. Promosi Penjualan
Dalam pengukuran hasil promosi penjualan menggunakan 3 (tiga)
metode, yaitu:
1. Metode data penjualan menggunakan alat pemindai, metode ini
bertujuan untuk dapat menganalisis jenis orang yang memanfaatkan
promosi tersebut, untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap
produk yang mereka beli.
2. Metode survei lapangan, dilakukan untuk mempelajari berapa
banyak pelanggan atau konsumen yang ingat terhadap promosi
tersebut, apa yang mereka pikirkan, berapa banyak yang mengambil
kesempatan ketika promosi dilakukan dan bagaimana promosi
mempengaruhi prilaku dalam pemilihan merek.
3. Metode pengalaman dilakukan untuk memudahkan pengaruh yang
67
dihasilkan dari atribut promosi penjualan yang dilakukan. Kotler and
Keller (2008 272-273).
e. Pemasaran langsung Pemasaran langsung dapat diukur tingkat
efektifitasnya dengan cara:
1. Menjumlahkan biaya kampanye yang direncanakan kemudian
dikurangi dengan barang dagangan yang dikembalikan oleh
pelanggan dan piutang yang tak tertagih.
2. Menganalisa kegiatan pemasaran langsung terdahulu dengan teliti
sehingga hasil analisa yang diperoleh dapat dijadikan pedoman
untuk meningkatkan kinerja pemasaran langsung.
3. Memperkirakan nilai seumur hidup pelanggan yaitu laba yang
diharapkan dapat dihasilkan oleh semua pembelian pelanggan
dimasa yang akan datang51. Dari definisi diatas pemasaran langsung
dapat diukur tingkat efektifitasnya dengan cara menjumlahkan biaya
kampanye,
menganalisa
kegiatan
pemasaran
langsung,
memperkirakan nilai seumur hidup pelanggan.
Sedangkan Menurut Uyung (2003:50) mengatakan bahwa Keberhasilan sebuah
strategi komunikasi pemasaran dapat diukur dengan seberapa besar penjualan
sebuah produk atau penghasilan dari pemanfaatan jasa oleh konsumen.
2.1.7.8. Mengelola dan Mengkoordinasikan Proses Komunikasi Pemasaran
Dalam merencanakan komunikasi pemasaran, hal yang harus dilakukan adalah
68
melakukan kaji ulang terhadap rencana pemasaran serta tujuan yang hendak dicapai.
Sebelumnya perusahaan juga harus mengetahui dimana posisinya saat ini, kemana arah
yang hendak dituju dan apa rencana perusahaan. Semua informasi itu harus sudah ada
dalam perencanaan pemasaran (promotional plan) yang memberikan suatu kerangka kerja
untuk merancang, melaksanakan, dan mengawasi program komunikasi pemasaran,
menurut Uyung (2003:50)
Sedangkan menurut Lupioyadi (2009:124) Karena jangkauan komunikasi
yang luas dari alat dan pesan komunikasi yang tersedia untuk mencapai audiens
target, maka alat dan pesan komunikasi perlu dikordinasikan. Karena jika tidak,
pesan-pesan itu akan menjadi lesu pada saat produk tersedia, pesan kurang
konsisten atau tidak efektif lagi. Untuk itu, perusahaan-perusahaan mengarah pada
penerapan konsep komunikasi pemasaran yang terkordinasi.
2.2. Kerangka pemikiran
Strategi Komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah dalam mempromosikan SMK Manba’ul Ulum melalui beberapa
tahapan dengan mengikuti Teori Mengembangkan komunikasi pemasaran Kotler
& Keller (2007:224) yaitu :
Pertama, Mengidentifikasi audiense
sasaran, dalam mengidentifikasi
khalayak sasaran diperlukan yaitu segmentasi pasar (Segmenting) ditentukan pasar
sasaran (targeting) setelah ditentukan pasar sasaran maka langkah selanjutnya
adalah penentuan posisi pasar (positioning). Kedua, menentukan Tujuan
Komuniksi Pemasaran, Tujuan yang ingin dicapai oleh Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah dalam komunikasi pemasaran adalah untuk mendapatkan siswa baru
69
SMK Manba’ul Ulum.
Kedua, Merancang Pesan, dalam membentuk pesan yang konsisten, Pondok
Pesantren Asshiddiqiyah merancang apa yang akan dikatakan (isi pesan) dan
bagaimana mengatakan isi pesan tersebut (struktur dan format pesan). Ketiga,
menyeleksi Saluran Komunikasi, saluran komunikasi yang digunkakan perusahaan
dalam mempromosikan suatu produk, yaitu saluran komunikasi personal dan
saluran komunikasi non personal. Keempat, menetapkan Anggaran Komunikasi
Pemasaran sesuai dengan kemampuan (afford able method). Kelima, memutuskan
Bauran Komunikasi Pemasaran, yaitu : Iklan, Promosi Penjualan, Hubungan
masyarakat, Penjualan pribadi. Ketujuh, mengukur Hasil Komunikasi Pemasaran
yaitu umpan balik yang dihasilkan oleh audiens sasaran terhadap produk yang
ditawarkan sebagai akibat dari kegiatan promosi yang dilakukan. Kedelapan,
Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh proses komunikasi, dengan melakukan
koordinasi Pimpinan Pondok Pesantren Asshiddiiqiyah Tangerang dengan Panitia
Penerimaan Siswa Baru serta Kepala Sekolah SMK Manba’ul Ulum Pondok
Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang.
70
Gambar 2.6 : Model Kerangka Pemikiran
PONDOK PESANTREN
ASSHIDDIQIYAH II TANGERANG
Strategi Komunikasi Pemasaran
SMK Manba’ul Ulum
Mengidentifikasi Audiense
Sasaran
Menentukan Tujuan
Komunikasi Pemasaran
Merancang Pesan
Menyeleksi Saluran
Komunikasi
Menetapkan Anggaran
Memutuskan
Bauran Komunikasi Pemasaran
Advertising
Personal
Selling
Sales
promotion
Get new student of
SMK Manba’ul Ulum
Mengukur Hasil
Komunikasi Pemasaran
Mengkoordinasikan
Proses Komunikasi
Public
Relation
Word of
Mouth
Download