(A) Osmolaritas

advertisement
Pharmacy Practices in IV Admixture
in the Hospitals Setting:
Praktek Aseptik Dispensing di Rumah Sakit
Kuliah Tamu Program Pasca Sarjana S2 Magister Farmasi Klinis
Universitas Surabaya
2014
By: Robby Purnamasidhi, M.Farm-Klin., Apt. & Team
Outlines
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pendahuluan
Cairan Tubuh
Terapi Obat Parenteral dan Risikonya
Osmolaritas
Aplikasi Pelayanan Pharmacy IV Therapy di
Rumah Sakit
Referensi
PENDAHULUAN
Sebagian besar perawatan di rumah sakit
terutama di rawat inap mendapatkan
pengobatan secara parenteral (iv, im, sc,
infus iv, dll).
Tujuan pemberian sediaan parenteral :
Mengganti cairan & elektrolit yg hilang.
• Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.
• Terutama untuk pengobatan
•
DASAR HUKUM
Berdasarkan SK Menkes no.436/MenKes/SK/VI/1993 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis, Jangkauan pelayanan farmasi klinis yang
dilakukan yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
5
Melakukan konseling
Monitoring efek samping obat
Pencampuran obat suntik secara aseptis
Menganalisis efektivitas biaya
Penentuan kadar obat dalam darah
Penanganan obat sitostatika
Penyiapan total parenteral nutrisi
Pemantauan penggunaan obat
Pengkajian penggunaan obat
CAIRAN TUBUH
KOMPOSISI CAIRAN TUBUH
Cairan tubuh terdiri dari:
a. Solvent (air)
b. Solutes/zat yang terlarut, secara umum
diklasifikasikan menjadi 2:
 Elektrolit
Asam, basa, garam
 Non-elektrolit
Protein, glukosa, lipid, kreatinin dan urea
TOTAL BODY WATER (TBW)
Persentase berat air dibanding BB total
 Bervariasi, dipengaruhi beberapa faktor:

 Jenis
kelamin, terkait:
1. Masa otot: kandungan air tinggi
2. Jaringan lemak: bebas air
 TBW orang gemuk < orang kurus
 TBW pria > wanita
Wanita: higher body fat, smaller amount of skeletal
muscle
 Usia (makin bertambah usia, persentase lemak tubuh
meningkat)
VARIASI TOTAL BODY WATER
FUNGSI CAIRAN
1
• Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
2
• Media transport (nutrisi dan elektrolit)
3
• Mempertahankan volume darah
4
• Untuk metabolisme di dalam sel
5
• Pelarut (hormon, vitamin dll)
6
• Mempermudah eliminasi
TIPE CAIRAN
TIPE CAIRAN
Ada 3 tipe utama cairan:
Cairan isotonik
Cairan hipotonik
Cairan hipertonik
15
Cairan Isotonik
mempunyai osmolaritas yang hampir
sama seperti serum.
 berada dalam kompartemen intravaskuler.
 sangat membantu pada pasien hipotensi
atau hipovolemik, namun juga bisa
berbahaya  resiko overload cairan,
terutama pada pasien dengan gagal jantung
kongestif dan hipertensi.

16
17
18
Cairan Hipotonik
mempunyai osmolaritas yang lebih rendah
daripada serum (yang artinya konsentrasi ion
natrium yang lebih rendah daripada serum).
 mengencerkan serum, yang menurunkan
osmolaritas serum.
 Air kemudian ditarik dari kompartemen vaskular
ke dalam kompartemen cairan interstisial. Saat
cairan interstisial diencerkan, osmolaritasnya
menurun, dimana air masuk ke dalam sel.

19
Cairan Hipotonik (lanjutan)
Cairan hipotonik dapat berguna ketika selsel mengalami dehidrasi, seperti pada pasien
cuci darah pada terapi diuretik.
 Dapat digunakan untuk kondisi
hiperglikemik seperti diabetes ketoasidosis,
di mana serum glukosa yang tinggi keluar
dari sel dan masuk ke dalam kompartemen
vaskuler dan interstisial.

20
Cairan Hipotonik (lanjutan)
Cairan
hipotonik bisa berbahaya untuk
digunakan karena perpindahan cairan yang
mendadak dari ruang intravaskuler ke dalam
sel.
Hal ini dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan tekanan intrakranial
meningkat pada beberapa pasien.
21
22
23
Cairan Hipertonik
Hypertonic mempunyai osmolaritas cairan yang
lebih tinggi daripada serum.
 menarik cairan dan elektrolit dari kompartemen
intraseluler dan interstisial ke dalam kompartemen
intravaskuler dan dapat membantu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin dan
mengurangi edema.
 jarang digunakan dan harus diperhatikan
penggunaannya. Cairan hipertonik dapat menjadi
berbahaya dalam kasus dehidrasi sel.

24
25
26
OSMOSIS
KELOMPOK UTAMA
CAIRAN
28
KELOMPOK CAIRAN
Ada 2 kelompok utama cairan:
Kristaloid
Koloid
29
KRISTALOID
Cairan
kristaloid merupakan cairan isotonic dan
merupakan pengganti volume cairan yang efektif
untuk periode waktu yang singkat.
Namun, baik air dan elektrolit dalam larutan
dapat dengan bebas melewati membran
semipermeabel dari dinding pembuluh (tetapi
tidak membran sel) ke dalam ruang interstisial dan
akan mencapai keseimbangan dalam dua atau tiga
jam.
Cairan kristaloid cocok untuk pasien yang
membutuhkan penggantian cairan.
30
KRISTALOID (lanjutan)
Saat
menggunakan kristaloid isotonic untuk
pengganti cairan dalam mendukung tekanan darah
dari kehilangan darah, harus diingat bahwa:
 3 mL larutan kristaloid isotonik dibutuhkan untuk
mengganti 1 mL darah pasien.
Hal ini dikarenakan sekitar dua pertiga larutan
kristaloid yang diinfus akan meninggalkan ruang
vaskuler sekitar satu jam.
31
KRISTALOID (lanjutan)
Umumnya,
aturan umum yang baik adalah bahwa
awal penggantian kristaloid tidak boleh melebihi 3
liter sebelum seluruh darah digantikan.
Penggunaan kristaloid yang terus menerus akan
menyebabkan resiko dimana cairan yang bocor ke
ruang interstisial menyebabkan edema, terutama di
paru-paru (edema paru). Contohnya adalah Cairan
Ringer Laktat, Normal Saline.
32
KOLOID
Koloid
mengandung molekul (biasanya protein) yang
terlalu besar untuk melewati membran kapiler dan
karena itu tetap berada di kompartemen vaskuler.
Molekul protein yang besar menyebabkan
osmolaritas tinggi pada larutan koloid  akibatnya,
mereka menarik cairan dari kompartemen intraseluler
dan interstisial ke dalam kompartemen vaskuler.
bekerja dengan baik dalam mengurangi edema
(seperti edema paru atau otak) selama perluasan
kompartemen vaskular.
33
KOLOID (lanjutan)
 Koloid dapat menghasilkan perubahan
cairan yang dramatis dan menempatkan
pasien dalam bahaya besar, jika diberikan
dalam kondisi yang tidak terkontrol. Contoh:
albumin dan steroid.
34
35
36
TERAPI OBAT
PARENTERAL DAN
RISIKONYA
37
Definisi Pemberian Obat secara
Parenteral
Merupakan rute pemberian obat yang
dilakukan dengan cara
menginjeksi/menyuntik di bawah/melalui
satu atau lebih lapisan kulit atau membran
mukosa.
Contoh: intravena (infus, injeksi),
intramuskular, sub kutan, dll.
38
39
Lokasi Injeksi parenteral
subkutan
intramusculer
intravena
40
41
42
43
KOMPLIKASI TERAPI
INTRAVENA
44
Komplikasi Terapi Intravena
Berdasarkan lokasinya, dibedakan menjadi:
Komplikasi Lokal
 Pada atau dekat tempat insertion
atau sebagai akibat kegagalan mekanisme.
Komplikasi Sistemik
 terjadi dalam sistem pembuluh
darah, jauh dari site intravena. Dapat
menjadi serius dan berbahaya.
45
46
Komplikasi Terapi Intravena
47
Komplikasi Lokal
Komplikasi Sistemik
Hematoma
Thrombosis
Phlebitis
Thrombophlebitis
Infiltrasi
Ekstravasasi
Venous Spasm
Local Infection
Infeksi Septikemia
Embolisme Udara
Fluid Overload/ Pulmonary
Edema
Speed Shock
Catheter Embolism
KOMPLIKASI LOKAL
48
1. Hematoma
 Suatu bentukan akibat dari infiltrasi darah dari jaringan
ke venipuncture site.
Penyebab:
Pecahnya vena selama tindakan venipuncture yang tidak
berhasil.
Penghentian iv canulla/jarum tanpa tekanan yang cukup.
Penggunaan torniquet yang terlalu ketat diatas tempat
venipuncture site yang sebelumnya.
49
Hematoma (lanjutan)
Sign & Symptoms
Perubahan warna kulit
Bengkak dan rasa tidak nyaman pada site
Ketidakmampuan untuk memasukkan canulla ke dalam
pembuluh darah selama penyisipan (insertion)
50
51
2. Thrombosis
Trauma pada sel-sel endotel dari dinding vena yang
menyebabkan sel darah merah menempel pada dinding
vena membentuk gumpalan atau thrombosis.
 Kecepatan tetesan melambat, line tidak dapat di-flush
dengan mudah, terasa terhambat.
52
Thrombosis (lanjutan)
Sign & Symptoms
Demam dan rasa tidak enak badan (malaise)
Kecepatan infus yang melambat/ berhenti
Tidak dapat dilakukan flush
53
54
55
56
57
58
3. Phlebitis
Peradangan pada vena, dimana sel-sel endothelial pada
dinding pembuluh darah manjadi iritasi, yang
memungkinkan platelet untuk menempel dan
mempengaruhi vena untuk timbul peradangan (inflamasi)
yang disebabkan oleh flebitis.
peka kalau disentuh dan dapat menjadi menyakitkan.
59
Penyebab Phlebitis
1. Mekanis
Kateter yang terlalu besar daripada ukuran vena
Pemasangan kateter yang tidak tepat
2. Kimia
 Vena menjadi radang karena teriritasi atau karena
obat/larutan yang vessicant
Obat/larutan yang mengiritasi
Pencampuranpelarutan yang tidak tepat
Infus yang terlalu cepat
Adanya partikel
60
Penyebab Phlebitis (lanjutan)
Larutan intravena yang semakin bersifat terlalu asam/basa
 risiko semakin besar (pH di luar 5,5-8,5 dapat
mencederai jaringan)
Bahan tambahan (additives) spt potassium
Jenis bahan/kandungan
Kecepatan infus yang semakin lambat, risiko teriritasi lebih
rendah
61
Phlebitis (lanjutan)
Sign & Symptoms
Kemerahan pada site
Pada site, hangat bila disentuh dan tampak pembengkakan
lokal
Pembuluh darah tampak jelas
Kecepatan infus lambat
Temperatur basal meningkat 1oC/lebih
62
63
Phlebitis Score
64
4. Thrombophlebitis
 Thrombosis dan Peradangan
Dapat menyebabkan bekuan darah
Berhubungan dengan:
Penggunaan vena di tungkai bawah
Penggunaan larutan infus yang hipertonis/ sangat asam
Penyebab hampir sama dengan penyebab phlebitis dan
ekstravasasi
65
Thrombophlebitis (lanjutan)
Sign & Symptom
Kecepatan aliran infus (flow rate) lambat
Edema pada tungkai
Nyeri dan pembuluh darah tampak jelas
Hangat bila disentuh
Tampak seperti garis merah di atas venipucture site
Denyut nadi arteri berkurang
Bintik-bintik dan cyanosis pada bagian extremitas
66
67
68
69
5. Infiltrasi
 Pemberian yang tidak hati-hati dari
larutan non vesicant ke dalam jaringan
 Pemindahan (tercabutnya, bergesernya)
kateter dari vena
 Penyebab kedua morbiditas terapi
intravena setelah phlebitis
70
Infiltrasi (lanjutan)
Berhubungan dengan:
Tusukan ke dinding pembuluh darah distal selama akses
Tusukan ke dinding pembuluh darah dengan gesekan
mekanis
Pemindahan kateter dari pembuluh darah intima
Keamanan yang kurang
Kecepatan pemberian yang tinggi
71
Infiltrasi (lanjutan)
Sign & Symptoms
Terasa sejuk di kulit sekitar site
Kulit tegang
Edema
Tidak adanya darah yang kembali
Kecepatan infus melambat
72
73
74
6. Ekstravasasi
 Pemberian yang tidak hati-hati dari larutan yang bersifat
vesicant ke dalam jaringan
(Vesicant merupakan cairan atau obat yang dapat
menyebabkan pelepuhan, kemudian terjadi pengelupasan
jaringan yang terjadi karena nekrosis jaringan.
Berhubungan dengan:
Tusukan pada dinding pembuluh distal
Gesekan mekanis
Pemindahan (tercabutnya, bergesernya) kateter
75
Contoh Vesicants
Nama Obat
Phenergan
Dilantin
KCL konsentrasi pekat
Calcium Gluconate
Ampothericin B
Dopamin
Nipride
Dextrose 10%, 20%,
50%
Sodium Bicarbonate
76
pH
4 - 5,5
12
5 - 7,8
6,2
5,7 – 8
2,5 – 5
3,5 – 5
3,5 - 6,5
7 - 8,5
Ekstravasasi (lanjutan)
Sign & Symptoms
Keluhan nyeri dan rasa terbakar
Pembengkakan proximal atau distal sampai ke site iv
Pembengkakan pada bagian yang tergantung pada lengan
Skin tightness pada venipuncture site
Kulit terasa dingin dan pucat
Infus melambat atau berhenti
Perban basah atau berair
77
Obat-obat yang berisiko menyebabkan
kerusakan jaringan
78
79
80
Ekstravasasi karena Phenergan
Intra arterial
81
Ekstravasasi karena Dilantin
82
83
84
Obat-obat yang biasanya menimbulkan
rasa nyeri pada saat diinjeksikan
85
Obat
Penyebab Rasa Nyeri
Eritromisin
Iritasi kimiawi
Infus Kalium Klorida
Natrium Bikarbonat 8,4%
Hiperosmolar, iritasi
kimiawi
pH, Hiperosmolar
Larutan Glukosa >10%
Hiperosmolar, pH
Tetrasiklin
Iritasi kimiawi, pH
Fenitoin
pH
Larutan Injeksi yang Osmolaritasnya
sangat tinggi
Injeksi Intravena
Glukosa 10 %
Glukosa 20 %
Glukosa 50 %
Kalsium Glukonat 10 %
Kalsium Klorida 5
mmol/10 ml
Diazepam
Kotrimoksazol 480 mg/5
ml
86
Osmolaritas
(mOsm/L)
535
1.110
2.775
670
1.500
7.775
541
Larutan Injeksi yang Osmolaritasnya
sangat tinggi (lanjutan)
Injeksi Intravena
Manitol 10 %
Manitol 20 %
Magnesium Sulfat 50 %
Kalium Klorida 20
mmol/10 ml
Natrium Bicarbonat 4,2 %
Natrium Bicarbonat 8,4 %
Osmolaritas
(mOsm/L)
550
1.100
4.060
4.000
1.004
2.008
87
Daftar Injeksi dengan pH tinggi
atau pH rendah
Injeksi
88
pH
Aciclovir
11
Allopurinol
10,8-11,8
Aminofilin
8,8-10
Amiodaron
3,5-4,5
Atrakurium
3,5
Atropin
3-6,5
Azatioprin
10-12
Buprenorfin
3,5-5,5
Klonazepam
3,5-4,5
Daftar Injeksi dengan pH tinggi
atau pH rendah (lanjutan)
Injeksi
Ko-Trimoksazol
Dobutamin
Dopamin
Droperidol
Epinefrin
Ergometrin
Fentanil
Furosemid
Gentamisin
pH
9-10,5
3,5-4,5
2,5-4,5
2,7-4,7
2,5-3,6
2,7-3,5
3,3-6,3
8,7-9,3
3-5
89
Daftar Injeksi dengan pH tinggi
atau pH rendah (lanjutan)
Injeksi
Glukagon
Glukosa (tergantung
konsentrasinya)
Gliseril Trinitrat
Haloperidol
Lignokain
Metildopa
Metoklopramid
Midazolam
Morfin
pH
2,5-3
3,5-6,5
3,5-6,5
3-3,8
3,5-6
3-4,2
3-5
3
2,3-4,5
90
Daftar Injeksi dengan pH tinggi
atau pH rendah (lanjutan)
Injeksi
Norepinefrin
Omeprazole
Ondansetron
Fenobarbital
Fenitoin Na
Propranolol
Salbutamol
Terbutalin
Tetrasiklin
pH
3-4,5
9-10
3,4-3,8
9-10,5
12
3
3,5
3-5
1,8
91
Daftar Injeksi dengan pH tinggi
atau pH rendah (lanjutan)
Injeksi
pH
Tiamin
2,5-4,5
Vankomisin
2,8-4,5
Protamin Sulfat
2,5-3,5
Natrium Nitroprusid
3,5-6
Pankuranium
3,8-4,2
Methilen biru
3-4,5
Hiosin butilbromida
3,7-5,5
Dan masih banyak yang lainnya….
92
7. Venous Spasm
 Kontraksi yang tanpa sengaja secara tiba-tiba dari vena
atau arteri yang mengakibatkan penghentian sementara
aliran darah melalui pembuluh darah.
93
Sign & Symptoms
Nyeri yang tajam di iv site yang menjalar ke lengan, yang
disebabkan oleh aliran cairan secara akut yang mengiritasi
dinding vena
Memperlambat infus
94
8. Local Infection
Kontaminasi mikroorganisme pada canulla atau infusate
Thrombus menjadi terinfeksi
95
Sign & Symptoms
Kemerahan dan bengkak pada iv site, kemungkinan
mengeluarkan eksudat yang bernanah
Peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit)
Peningkatan suhu tubuh
96
KOMPLIKASI
SISTEMIK
97
1. Infeksi Septikemia
 Suatu proses penyakit demam sebagai akibat adanya
mikroorganisme atau produk beracun yang dihasilkan
mikroorganisme tersebut ke dalam sistem peredaran darah
98
Infeksi Septikemia (lanjutan)
Sign & Symptoms
Demam yang fluktuatif
Tremor
Keringat dingin
Mual dan muntah
Diare
Nyeri abdominal
Takikardi
Peningkatan respirasi atau hiperventilasi
Perubahan status mental
Hipotensi
99
2. Embolisme Udara
 Sumbatan yang disebabkan oleh udara yang masuk ke
vena
 udara yang masuk ke vena sentral, yang dengan cepat
terjebak dalam darah dan mengikuti aliran darah
 Dapat menjadi fatal jika terinfus lebih dari 20 mL
 Pencegahan adalah kunci terpenting
100
Embolisme Udara (lanjutan)
Sign & Symptoms
Palpitasi dan weakness
Pulmonary: dyspnea, cyanosis, tachypnea, expiratory,
wheezes (berbunyi saat nafas), batuk, edema paru
Cardiovaskuler: murmur, lemah,takikardi, nyeri dada,
hipotensi, distensi vena jugularis
Neurologi: perubahan status mental, depresi, koma, cemas,
dan kejang
101
102
3. Fluid Overload/ Pulmonary
Edema
 disebabkan karena menginfus larutan kristaloid isotonik
atau hipertonik secara cepat dengan jumlah yang
berlebihan
 kegagalan untuk memantau infus IV atau infus cairan
apapun yang terlalu cepat pada pasien dengan
cardiopulmonary dan penyakit ginjal
103
Fluid Overload/ Pulmonary
Edema (lanjutan)
Sign & Symptoms
Gelisah (Restlesness)
Headache
Takikardi
Peningkatan berat badan dalam periode waktu yang
singkat
Batuk
Edema
Hipertensi
Perbedaan yang jauh antara intake dan output
Vena pada leher menggelembung
104
105
4. Speed Shock
 terjadi ketika bahan asing (biasanya obat) dengan cepat
dimasukkan ke dalam sirkulasi
 Bila obat diberikan terlalu cepat, dapat menyebabkan
berbagai komplikasi antara lain: hipotensi, kolaps,
bradikardi, dan kesulitan pernafasan (respiratory
difficulties).
106
Speed Shock (lanjutan)
Sign & Symptoms
Pusing
Sakit kepala
Rasa sesak pada bagian dada
Hipotensi
Denyut nadi yang tidak teratur
Shock
107
5. Catheter Embolism
 Bagian dari kateter rusak dan berjalan mengikuti sistem
vaskular
108
Catheter Embolism (lanjutan)
Sign & Symptoms
Rasa nyeri tiba-tiba dan tajam pada iv site
Blood return minimal
Kateter kasar dan tidak rata pada saat kateter ditarik
Cyanosis
Nyeri dada
Takikardi
Hipotensi
109
110
OSMOLARITY
OSMOTIC ACTIVITY
Aktivitas Osmotik  dimana suatu larutan,
biasanya dengan kandungan mineral yang rendah
berpindah melewati membran semipermeabel 
bertujuan untuk melarutkan konsentrasi larutan di
bagian lain, yang biasanya mengandung
kandungan mineral/konduktivitas yang lebih
tinggi.
Osmoles dan milliosmoles  untuk
mendeskripsikan konsentrasi partikel yang
terkandung dalam suatu larutan.
CONTOH OSMOLARITY VS
OSMOLALITY
OSMOLARITY
Osmolaritas merupakan jumlah
milliosmol/liter (mOsm/L) dari suatu larutan.
Merupakan konsentrasi suatu larutan
osmotik.  perhitungan umum yang
digunakan dalam setting klinis untuk
aktivitas osmotik.
Contoh: Osmolaritas plasma dan cairan
tubuh yang lain: 270 – 300 mOsm/L
TIPE CAIRAN
IV fluid solutions 270-300 mOsm/L 
Isotonic [eg: 0.9% Sodium Chloride (308
mOsm), D5W (260 mOsm), Ringer Lactate (275
mOsm)]
IV fluid solutions < 270 mOsm/L 
Hypotonic [eg: 0,45% Saline (154 mOsm),
D2.5% in Water (126 mOsm), 0,33% Saline (103
mOsm)]
IV fluid solutions > 300 mOsm/L 
Hypertonic [eg: D5 ½ NS (406 mOsm),
D5NS (560 mOsm), D5RL (575 mOsm), albumin,
TPN, produk asam amino, antibiotik]
Cairan Hipotonik
Cairan Hipotonik akan menyebabkan air
berpindah ke dalam sel dan menyebabkan
sel menjadi bengkak dan kemungkinan
pecah.
Apabila osmolaritas suatu larutan yang
dihitung sangat hipotonik, dengan kata lain
< 154 mOsmol/L  tidak boleh diberikan
melalui rute iv, karena dapat menyebabkan
sel darah merah membengkak dan pecah.
Cairan Hipertonik
Cairan Hipertonik menyebabkan air dalam
sel bergerak keluar menuju kompartemen
cairan ekstraseluler dan menyebabkan sel
menjadi mengkerut.
Apabila osmolaritas suatu larutan yang
dihitung sangat hipertonik, dengan kata lain
> 600 mOsmol/L  harus diberikan melalui
central venous catheter. Namun dalam
kondisi emergency klinis, dapat digunakan
vena perifer yang besar.
Central Venous System
Peripheral System
PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
Mol
Mol = berat molekul (massa atom ion)
NaCl = Na+ dan ClNa = 23; Cl = 35,5
1 mol NaCl mengandung 58,5 gram
NaCl.
1 mol KCl mengandung 74,5 gram KCl.
1 mol = 1000 milimol
Molaritas dan Molalitas


Molaritas
Berat molekul solute dalam 1000 ml solvent
(mol/L).
Molalitas
Berat molekul solute dalam 1000 kg solvent
(mol/kg).
NaCl
1 Molaritas = 58,5 gram NaCl dalam 1000 ml air
(pelarut).
1 Molalitas = 58,5 gram NaCl dalam 1000 kg
(pelarut).
Osmol, Osmolaritas, Osmolalitas



Osmol
Konsentrasi osmotik partikel aktif dalam larutan (jumlah ion
yang terdisosiasi).
NaCl = 2 osmol (Na+ dan Cl-)
Glukose dan albumin tidak terdisosiasi ( 1 osmol).
Osmolaritas
Konsentrasi suatu larutan dalam 1 liter pelarut.
Osmolaritas = molar x jumlah ion yang terdisosiasi (osmol/L).
Osmolalitas
Konsentrasi suatu larutan dalam 1 kg pelarut.
Osmolalitas = molal x jumlah ion yang terdisosiasi (osmol/kg).
Cairan Infus
Jenis Infus
Sediaan
Osmolaritas
NaCl 0,9%
500 ml
308 mOsm/L
NaCl 0,45%
500 ml
153 mOsm/L
Ringer Laktat
500 ml
278 mOsm/L
Dektrose 5%
500 ml
270 mOsm/L
Dekstrose 10%
500 ml
555 mOsm/L
D 2,5 ½ NS
500 ml
280 mOsm/L
D 5 ½ NS
500 ml
406 mOsm/L
D 10 1/5 NS
500 ml
616,5 mOsm/L
Asering
500 ml
273,4 mOsm/L
KAEN 3B
500 ml
290 mOsm/L
Cairan Khusus
Jenis Cairan
Sediaan
Osmolaritas
KCl
25 ml
2000 mOsm/ml
NaCl 3%
500 ml
1026 mOsm/L
Na bicarbonate 8,4%
25 ml
2000 mOsm/ml
MgSO4 20%
25 ml
1623 mOsm/L
MgSO4 40%
25 ml
3246 mOsm/L
Manitol 20%
250 ml, 500 ml
1098 mOsm/L
Total Parenteral Nutrition
Jenis TPN
Sediaan
Osmolaritas
Aminofusin L 600
500 ml
110 mOsm/L
Aminosteril infant 6%
100 ml
531 mOsm/L
Aminovel 600
500 ml
1160 mOsm/L
Aminoleban
500 ml
768 mOsm/L
HAES Steril 6%
500 ml
308 mOsm/L
Lipofundin 20%
1000 ml
380 mOsm/L
Tetraspan 6%
500 ml
296 mOsm/L
Nutriflex Lipid Peri
1250 ml
920 mOsm/L
FimaHES 200
500 ml
280 mOsm/L
Cara Perhitungan Osmolaritas

NaCl (58,5 gram), jumlah ion terdisosiasi (2)
NaCl 0,9% = 0,9 gram/100 ml
= 9 gram/1000 ml (9 g/L)
Osmolaritas = 9/58,5 x 1000 x 2
= 308 mOsm/L
NaCl 3% = 3 gram/100 ml
= 30 g/L
Osmolaritas = 30/58,5 x 1000x 2
= 1026 mOsm/L
Prinsip Perhitungan Osmolaritas Beberapa
Cairan (Osmolarity of admixture)
Osmolaritas dari beberapa cairan dapat
dihitung dengan menjumlahkan molaritas
dari beberapa cairan tersebut.
Jika diketahui jumlah volume dari cairan
tersebut maka perlu dilakukan perhitungan
jumlah total volume sebagai nilai pembagi
dari total perhitungan osmolaritas dari
seluruh cairan yang sudah diketahui.
PERHITUNGAN OSMOLARITAS
CONTOH PERHITUNGAN
Contoh Perhitungan
IV infusion
component
Volume (L)
(A)
NaCl 0,9%
0,06
KCl
0,04
Osmolaritas
(Osm/L) (B)
Total
Osmolaritas dari campuran
= ? mOsm/L
tersebut
AxB
Contoh Perhitungan
IV infusion
component
Volume (L)
(A)
Osmolaritas
(Osm/L) (B)
AxB
NaCl 0,9%
0,06
0,308
0,01848
KCl
0,04
2
0,08
Total
0,1
0,09848
= 0,9848 (Osm/L)/0,1 (L) x
Osmolaritas dari campuran
1000
tersebut
= 984,8 mOsm/L
Contoh Perhitungan
IV infusion
component
Volume (L)
(A)
NaCl 0,9%
0,5
Osmolaritas
(Osm/L) (B)
AxB
KCl
0,025
Total
Osmolaritas dari campuran
tersebut
= ? mOsm/L
Contoh Perhitungan
IV infusion
component
Volume (L)
(A)
Osmolaritas
(Osm/L) (B)
AxB
NaCl 0,9%
0,5
0,308
0,154
0,025
2
0,05
KCl
Total
0,525
Osmolaritas dari campuran
tersebut
0,204
= 0,204/0,525 x 1000
= 388 mOsm/L
APLIKASI PELAYANAN
IV THERAPY DI RUMAH SAKIT
Aplikasi di Rumah Sakit
1.
2.
3.
4.
5.
Informasi stabilititas, kompatibilitas, pemilihan
cairan pada kondisi tertentu, cara pemberian.
Drug Compatibility/Incompatibility 
rekomendasi pemilihan terapi cairan
Osmolaritas cairan
Pemantauan risiko komplikasi intravena
Infection Control (Hand Hygiene, Aseptic
Dispensing)
Assesment dan merencanakan
regimen untuk menghindari
pencampuran obat yang
seharusnya diadministrasikan
secara terpisah.
Pengecekan kompatibilitas
menggunakan literatur,
database
sumber informasi dan
pelayanan.
REFERENSI
Erstad BL. Osmolarity and Osmolality:
narrowing the terminology gap.
Pharmacotherapy 2003;23(9):1085-1086
Phillips LD. IV therapy notes: nurses
pharmacology therapy guide. 2005. F.A
Davis Company. Philadelphia PA.
Lawrence A. Trissel. Handbook of Injectable
Drugs. 16 th Edition. 2011.
REFERENSI
Steve M. Intravenous therapy. 2003. Availabe
at
http://www.touchbriefings.com/pdf/14/ACF7977.PDF
144
CHECK IT FIRST….
THANK YOU……
Download
Study collections