KINERJA BIDAN DESA PADA BERBAGAI

advertisement
KINERJA BIDAN DESA PADA BERBAGAI TINGKATAN DESA SIAGA AKTIF
DI KABUPATEN PEKALONGAN
Rini Kristiyanti
Jusuf S Effendi
Farid
Program Studi Magister Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Alamat : Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Padjadjaran,
Fakultas Kedokteran,Program Pascasarjana
Jl.Eijkman no 38, Bandung 40132
email : [email protected]
LEMBAR PERNYATAAN
Bersama ini saya menyatakan bahwa artikel ilmiah dengan judul:
KINERJA BIDAN DESA PADA BERBAGAI TINGKATAN DESA SIAGA AKTIF
DI KABUPATEN PEKALONGAN
THE MIDWIFE WORK PERFORMANCE ON THE LEVELS OF ACTIVE ALERT VILLAGE
IN PEKALONGAN REGENCY
Telah dikoreksi dan disetujui oleh penulis pembantu untuk dimuat pada
Jurnal Forum Kesehatan
Penulis
Tanda tangan
Rini Kristiyanti, M.Keb.
.................................................................
Prof. Jusuf S. Effendi, dr. SpOG (K)
.................................................................
Dr. Farid, dr, Ir, SpOG (K), MKes., MHKes.
.................................................................
Kinerja Bidan Desa Pada Berbagai Tingkatan Desa Siaga Aktif
di Kabupaten Pekalongan
Penulis 1
Rini Kristiyanti, M.Keb.
Stikes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Jl. Raya Pekajangan no. 87 Pekajangan Pekalongan 51172
Mobile: 08156559546
email: [email protected]
Penulis 2
Prof. Jusuf S. Effendi, dr. SpOG (K)
Program Studi Magister Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung
Jl. Eijkman no. 38
Mobile: 0811209262
email:
Penulis 3
Dr. Farid, dr, Ir, SpOG (K), MKes., MHKes.
Program Studi Magister Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung
Jl. Eijkman no. 38
Mobile: 0811208159
email: [email protected]
ABSTRAK
KINERJA BIDAN DESA PADA BERBAGAI TINGKATAN DESA SIAGA AKTIF
DI KABUPATEN PEKALONGAN
Rini Kristiyanti,1 Jusuf S. Effendi,2 Farid3
Program Studi Magister Kebidanan, Pascasarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
Setidaknya terdapat tiga pihak yang harus dilibatkan sebagai sasaran pengembangan
program desa siaga, salah satunya adalah bidan. Semakin tinggi tingkatan desa siaga
aktif, akan semakin memudahkan bidan dalam menjalankan tugasnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kinerja bidan desa pada tingkatan desa siaga aktif pratama,
madya, purnama, dan mandiri.
Penelitian dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan pada 80 orang bidan desa
di Kabupaten Pekalongan pada bulan Mei-Juli 2013. Analisis bivariabel menggunakan uji
Chi Kuadrat dan analisis multivariabel menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna kinerja bidan
desa pada tingkatan desa siaga aktif pratama, madya, purnama, dan mandiri (p> 0,05).
Analisis regresi logistik didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja
bidan desa adalah masa kerja, dengan POR 8,250 (IK 95%: 2,121-32,090). Hal ini berarti
bidan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun memiliki risiko 8,250 kali untuk memiliki
kinerja kurang dibandingkan dengan masa kerja > 5 tahun. Simpulan hasil penelitian
tidak terdapat perbedaan kinerja bidan pada desa siaga aktif pratama, madya, purnama,
dan mandiri. Masa kerja lebih dari 5 tahun menghasilkan kinerja bidan desa yang paling
baik.
Kata kunci: kinerja bidan desa, tingkatan desa siaga aktif pratama, madya, purnama,
mandiri
ABSTRACT
THE MIDWIFE WORK PERFORMANCE ON THE LEVELS OF ACTIVE ALERT
VILLAGE IN PEKALONGAN REGENCY
Rini Kristiyanti,1 Jusuf S. Effendi,2 Farid3
Program Studi Magister Kebidanan, Pascasarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
There are at least 3 parties that must be involved as the development goals, one of
which is midwife to drive the programs of active alert village. The higher the levels of the
active alert village, the simpler the duties that the midwives have to run. This study aims
to analyze the differences among village midwife’s work performance on active alert
village which includes pratama (main), madya (intermediate), purnama (full), and
mandiri (independent) active alert village.
This study is cross sectional approach towards 80 midwives of active alert village in
Pekalongan Regency during May-July 2013. Bivariate analysis performed using Chi
square test and multivariable analysis with logistic regression.
The results show no significant difference in the midwife work performance on the
levels of the pratama, madya, purnama, and mandiri active alert village (p > 0.05).
Logistic regression analysis found that the most influential factor in the midwife work
performance is the work period with Prevalence Odds Ratio 8.250 (IK 95%: 2.121 to
32.090). This mean that the midwife with work period less than 5 year have a risk 8.250
times to have less performance than over 5 years. The conclusion of the study result no
difference in the midwife performance on pratama, madya, purnama, and mandiri active
alert village. The work period of over than 5 years results the best performance among
village midwives.
Keywords: village midwife performance, pratama, madya, purnama, and mandiri active
alert village
PENDAHULUAN
Pada tahun 2006, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah mengeluarkan
Kepmenkes nomor 564/ Menkes/ SK/ VIII/ 2006 mengenai desa siaga, yang kemudian
diperbarui dengan Kepmenkes RI nomor 1529/ Menkes/ SK/ X/ 2010 untuk akselerasi
pencapaian target desa siaga aktif pada tahun 2015. Desa siaga merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, penyakit menular dan
penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat 4 tingkatan/ kategori desa siaga aktif,
yaitu: desa siaga aktif pratama, desa siaga aktif madya, desa siaga aktif purnama, dan
desa siaga aktif mandiri.1,2,3
Setelah 6 tahun pelaksanaan program desa siaga, ternyata program tersebut belum
banyak memberikan dampak positif terutama dalam bidang kesehatan masyarakat.
Sampai dengan tahun 2009, tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1%) dari 75.410 desa
dan kelurahan yang ada di Indonesia telah memulai upaya mewujudkan Desa Siaga dan
Kelurahan Siaga. Namun demikian, banyak diantaranya yang belum berhasil
menciptakan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga yang sesungguhnya, yang disebut sebagai
Desa Siaga atau Kelurahan Siaga aktif.1
Untuk menggerakkan program Desa Siaga, terdapat setidaknya tiga pihak yang harus
dilibatkan sebagai sasaran pengembangan. Pertama, pihak-pihak yang memiliki pengaruh
terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga, atau dapat menciptakan iklim yang
kondusif bagi perubahan perilaku. Kedua, semua individu dan keluarga di desa atau
kelurahan, dan ketiga, pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan seperti
kebijakan, peraturan perundangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain.2
Peran bidan dalam program desa siaga adalah sebagai pembimbing dan pelaksana
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan serta sebagai pelaksana
pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Hal ini
menunjukkan bahwa peran bidan sangat penting dalam keberhasilan program desa siaga.
Sesuai dengan kewenangan bidan di komunitas, diharapkan bidan dapat mengupayakan
kesehatan ibu dan bayi, serta mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan
memberikan asuhan kebidanan.4
Mejia dalam Satyawan (2003) menyebutkan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi kinerja antara lain sosial ekonomi, demografi, geografi (lingkungan
kerja), aseptabilitas, aksesibilitas, beban kerja, dam organisasi. Faktor-faktor kinerja yang
dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pencapaian kinerja seseorang, diantaranya adalah
produktivitas, kepuasan, prestasi kerja, dan disiplin kerja.5-9
Salah satu tolok ukur keberhasilan desa siaga adalah kinerja provider (bidan desa).
Kinerja bidan dapat diukur dari pencapaian sasaran dan target KIA. Hal ini didasarkan
pada sasaran utama pelayanan kebidanan salah satunya adalah kesehatan ibu dan anak
(KIA), yaitu meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi,
dan balita.9
Masalah utama kesehatan di Jawa Tengah adalah masih tingginya angka kematian
ibu dan bayi; masih ditemuinya kasus gizi buruk di berbagai wilayah; tingginya berbagai
penyakit menular seperti demam berdarah, malaria, tuberculosis paru, HIV/ AIDS;
meningkatnya kejadian penyakit tidak menular; serta munculnya penyakit baru seperti
SARS dan flu burung, serta meningkatnya penyakit tidak menular. AKI Jawa Tengah
pada tahun 2008 adalah 114,42/ 100.000 kelahiran hidup, masih lebih rendah
dibandingkan target nasional yaitu 102/ 100.000 kelahiran hidup.10
Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu daerah di wilayah propinsi Jawa Tengah
yang telah melaksanakan program desa siaga. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten
Pekalongan tahun 2011, dari 26 Puskesmas wilayah kerja, terdapat 285 desa/ kelurahan,
yang seluruhnya telah masuk dalam kategori desa siaga aktif, dengan tingkatan 131
(45,26%) desa siaga aktif pratama, 126 (44,56%) desa siaga aktif madya, 27 (10,18%)
desa siaga aktif purnama, dan 1 desa siaga aktif mandiri.11
Dari 285 desa/ kelurahan di Kabupaten Pekalongan, masing-masing telah terdapat
tenaga bidan, namun menurut masyarakat masih belum efektif, karena masih terdapat
bidan yang tidak membuka pelayanan kesehatan 24 jam, dan banyak bidan yang tidak
tinggal di desa. Hal ini menyebabkan akses masyarakat untuk mendapat pelayanan
kesehatan belum terpenuhi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada perbedaan kinerja bidan desa
pada desa siaga aktif pratama, madya, purnama, dan mandiri.
METODE
Penelitian observasional yang bersifat analitik komparatif dengan pendekatan
cross sectional ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di 5 wilayah kerja
puskesmas Kabupaten Pekalongan, yaitu Siwalan, Bojong 1, Kedungwuni 1, Wonokerto,
dan Karanganyar. Subjek penelitian ini adalah bidan yang bertugas di desa siaga dan
memenuhi kriteria inklusi.
Pada penelitian ini terdapat empat variabel bebas (produktivitas kerja, kepuasan
kerja, prestasi kerja, dan disiplin kerja), satu variabel terikat yaitu tingkatan desa siaga
aktif, dan 3 variabel perancu (usia, masa kerja, dan imbalan uang). Analisis bivariat
menggunakan uji statistik chi kuadrat, Untuk menganalisis perbedaan antara tingkatan
desa siaga aktif serta faktor-faktor perancu lainnya terhadap kinerja bidan desa desa,
digunakan uji regresi logistik. Kemaknaan hasil uji ditentukan berdasarkan nilai P < 0,05.
HASIL
Subjek penelitian ini adalah bidan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas
Siwalan, Wonokerto, Kedungwuni 1, Wiradesa, Bojong 1, dan Karanganyar berjumlah 80
orang. Karakteristik subjek penelitian didapatkan dari hasil pendataan subjek penelitian
yang meliputi usia, masa kerja, dan imblan uang. Adapaun karakteristik subjek penelitian
dapat dijelaskan pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik
Usia
1. < 25 th
2. 25-35 th
3. > 35 th
Masa kerja
1. < 3 th
2. 3-5 th
3. > 5 th
Imbalan uang
1. ≤ 2 jt
2. > 2 jt
Produktivitas
1. Tercapai
2. Tidak tercapai
Kepuasan kerja
1. Puas
2. Kurang puas
Prestasi kerja
1. Baik
2. Kurang baik
Disiplin kerja
1. Baik
2. Kurang baik
Jumlah (n= 80)
Persentase (%)
14
45
21
17,5
56,25
26,25
23
37
20
28,75
46,25
25
23
57
28,75
71,25
51
29
63,75
36,25
49
31
61,25
38,75
44
36
55
45
54
26
67,5
32,5
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 80 responden, didapatkan sebagian besar responden
berusia 25-35 tahun, masa kerja 3-5 tahun, imbalan uang lebih dari 2 juta per bulan,
produktivitas tercapai, kepuasan kerja puas, prestasi kerja baik, dan disiplin kerja baik.
Untuk mengetahui adanya perbedaan antara kinerja bidan pada tingkatan desa siaga
aktif pratama, madya, purnama, dan mandiri dilakukan pengujian bivariabel dengan uji
chi kuadrat. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2 Perbedaan kinerja bidan berdasarkan tingkatan desa pratama, madya, dan
purnama/ mandiri
Kinerja
Kinerja baik
Kinerja kurang
Tingkatan desa siaga aktif
Pratama
Madya
Purnama/
Mandiri
8 (20,5%)
5 (14,7%)
1 (14,3%)
31(79,5%)
29 (85,3%)
6 (85,7%)
Total
14 (12,5%)
66 (87,5%)
Ket: * berdasarkan uji Chi Kuadrat
Perbandingan Pratama vs Madya nilai p= 0,518; Pratama vs Purnama/ Mandiri nilai p= 0,583 (uji Exact Fisher)
Nilai p*
0,787
Tabel 2 menunjukkan hasil uji analisis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat,
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kinerja bidan desa
berdasarkan tingkatan desa siaga aktif (dengan nilai p> 0,05), dan hasil analisis antara
kinerja bidan desa siaga aktif pratama dan madya juga didapatkan hasil tidak berbeda
dengan nilai p> 0,05.
Oleh karena itu dilakukan analisis hubungan variabel perancu dengan kinerja bidan
desa. Adapaun hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Hubungan variabel perancu terhadap kinerja bidan desa
Variabel Perancu
1. Usia
< 25 tahun
25-35 Tahun
> 35 tahun
2. Masa kerja
< 3 tahun
3-5 Tahun
>5 tahun
3. Imbalan uang
≤ 2 jt
>2jt
Kinerja
Baik
Kurang
Nilai p
0,001
0 (0%)
5 (35,7%)
9 (64,3%)
14 (21,2%)
40 (60,6%)
12 (18,2%)
0 (0%)
4 (28,6%)
10 (71,4%)
23 (34,8%)
33 (50%)
10 (15,2%)
0 (0%)
14 (100%)
23 (34,8%)
43 (65,2%)
< 0,001
0,005
Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel perancu usia, masa kerja, dan imbalan uang
memiliki hubungan yang bermakna dengan kinerja bidan desa siaga aktif. Oleh karena itu
kemudian dilakukan analisis multivariabel terhadap tingkatan desa siaga aktif, variabel
perancu, dan kinerja bidan desa dengan menggunakan uji Regresi Logistik. Adapun
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4 Analisis multivariabel tingkatan desa siaga aktif, variabel perancu, dengan
kinerja bidan desa
Variabel
Masa kerja
< 3 th
3-5 th
Konstanta
Koef B
SE
Nilai p
POR (IK 95%)
21,203
2,110
0,000
8380,814
0,693
0,000
0,998
0,002
1,000
8,250 (2,121-32,090)
1,000
Ket: nilai p untuk usia= 0,987; nilai p tingkatan desa siaga= 0,473
Tabel 4 menunjukkan hasil bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja
bidan desa adalah masa kerja, dengan POR 8,250 (IK 95%: 2,121-32,090). Hal ini berarti
bidan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun memiliki risiko 8,250 kali untuk memiliki
kinerja kurang dibandingkan dengan masa kerja > 5 tahun.
HASIL
Pada penelitian ini kinerja terbagi dalam 4 unsur, yaitu produktivitas, kepuasan kerja,
prestasi kerja, dan disiplin kerja, dan dibandingkan berdasarkan 4 tingkatan desa siaga
aktif, yaitu desa siaga aktif pratama, madya, purnama, dan mandiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tercapai tampak dari cakupan
PWS-KIA pada masing-masing desa, dimana produktivitas tercapai sebagian besar pada
desa siaga aktif pratama. Hal ini menunjukkan produktivitas bidan tidak memiliki
hubungan bermakna dengan tingkatan desa siaga aktif. Banyak faktor yang
mempengaruhi tercapainya cakupan PWS-KIA, antara lain keaktifan ibu dalam
melaksanakan kujungan antenatal dan pemilihan penolong dalam persalinan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Puskesmas masing-masing,
dimana perhitungan antara target dan cakupan hanya melihat jumlah atau angka saja,
tidak berdasarkan identitas klien, sehingga didapatkan data yang kurang sesuai.
Kepuasan bidan memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkatan desa siaga aktif,
dimana kepuasan kerja bidan sebagian besar pada bidan yang bertugas didesa siaga aktif
purnama/ mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkatan desa siaga aktif
maka kepuasan bidan desa akan semakin meningkat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko, dimana kepuasan kerja sangat tergantung
kepada kebutuhan sesorang pegawai dan tuntutan yang menjadi beban orang tersebut,
sehingga untuk mencapai suatu kepuasan kerja dibutuhkan penyesuaian antara kebutuhan
dengan tuntutan yang dihadapi. Adanya kepuasan kerja akan berdampak pada terciptanya
iklim kerja yang kondusif dan baik dengan tingkat produktivitas tinggi.12
Prestasi baik sebagian besar pada bidan desa siaga aktif purnama/ mandiri, dan
terdapat hubungan yang bermakna antara prestasi kerja dengan tingkatan desa siaga aktif,
hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkatan desa siaga aktif maka semakin baik
prestasi kerja bidan desa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Umar, bahwa hasil penilaian prestasi kerja pegawai
dapat memperbaiki kuputusan-keputusan pegawai dan memberikan umpan balik kepada
pegawai tentang pelaksanaan kerja mereka. Sistem-sistem penilaian harus mempunyai
hubungan dengan pekerjaan, praktis, memiliki standar-standar, menggunakan ukuran, dan
dapat diandalkan.13
Disiplin kerja bidan desa memiliki hubungan bermakna dengan tingkatan desa siaga
aktif, dengan sebagian besar yang memiliki disiplin kerja baik bertugas di desa siaga aktif
madya. Hal ini menunjukkan semakin baik tingkatan desa siaga aktif, maka semakin baik
disiplin kerja bidan desa.
Hal ini senada dengan pendapat Amstrong, bahwa disiplin merupakan suatu proses
yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
tujuan organisasi secara objektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan
organisasi.14
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi kuadrat menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan bermakna antara kinerja bidan desa yang bertugas di desa siaga aktif
pratama, madya, purnama, dan mandiri, yang berarti semakin tinggi tingkatan desa siaga
aktif tidak selalu meningkatkan kinerja bidan yang bertugas di desa tersebut. Hasil ini
tidak sesuai dengan hipotesis yang ditegakkan. Ada beberapa kemungkinan, mengapa
hasil tersebut tidak bermakna.
Pertama dilihat dari besarnya subjek penelitianm dimana perbandingan antara desa
siaga aktif pratama, madya, purnama, dan mandiri tidak seimbang, sehingga pada saat
pengolahan data, hasilnya tidak bermakna.
Kedua, dilihat dari program desa siaga aktif, bidan bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keberhasilan program tersebut, akan tetapi ada pihak-pihak lain yang
harus dilibatkan. Setidaknya 3 pihak yang harus dilibatkan, antara lain pihak-pihak yang
memiliki pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga, atau dapat
menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku, kedua adalah semua individu
dan keluarga di desa atau kelurahan, dan ketiga adalah pihak-pihak yang diharapkan
dapat memberikan dukungan, seperti kebijakan, peraturan perundangan, dana, tenaga,
sarana, dan lain-lain.2 Penelitian ini juga menunjukkan perlu dilakukan penilaian ulang
tingkatan desa siaga aktif di Kabupaten Pekalongan dengan menggunakan kriteria yang
terdapat dalam Kepmenkes 1529 tahun 2010, agar hasil lebih akurat, sedangkan data
yang didapatkan adalah data tahun 2011 dimana Dinas Kesehatan masih menggunakan
kriteria desa siaga tahun 2006.
Hasil uji analisis bivariat antara variabel perancu (usia, masa kerja, dan imbalan uang)
menunjukkan hasil yang bermakna terhadap kinerja bidan desa (nilai p < 0,05), sehingga
dilakukan uji analisis multivariabel dengan menggunakan uji regresi logistik, dimana
hasil analisis tersebut menunjukkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja
bidan desa yaitu masa kerja dengan POR 8,250 (IK 95%: 2,121-32,090), hal ini berarti
bidan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun berpeluang 8,250 kali untuk memiliki
kinerja kurang dibandingkan dengan masa kerja lebih dari 5 tahun..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja bidan desa maka akan
semakin meningkatkan kinerja bidan tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
Robbins yang menyatakan bahwa masa kerja seseorang mencerminkan pengalaman
seseorang dalam bekerja. Semakin lama seseorang bekerja, akan semakin terlatih dan
terampil dalam melaksanakan pekerjaan. Lama kerja biasanya dikaitkan dengan waktu
mulai bekerja dengan umur saat ini. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang
sama maka akan semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan
pekerjaannya.15
Masa kerja berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan selama
menjalankan tugas. Karyawan yang berpengalaman dipandang lebih mampu dalam
melaksanakan tugas. Makin lama kerja seseorang, kecakapan mereka akan lebih baik
karena sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.16
Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah 1.) Sebaran desa siaga tidak seimbang
yaitu lebih banyak pada tingkatan desa siaga aktif pratama, sehingga dimungkinkan
terjadinya bias, 2.) Penilaian kinerja lebih banyak menggunakan kuesioner, sehingga
simpulan yang dikemukakan hanya berdasar data yang terkumpul melalui instrumen
secara tertulis dengan pilihan jawaban yang telah disediakan, 3.) Data mengenai kepuasan
kerja, prestasi kerja, dan disiplin kerja diukur hanya berdasarkan penilaian diri sendiri
(self rating scale), sehingga adanya kemungkinan responden mengukur kinerja mereka
lebih rendah atau lebih tinggi dari keadaan sebenarnya, dan 4.) Penelitian dengan
pendekatan cross sectional tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat, tetapi
menunjukkan keterkaitan saja, bukan kausalitas.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Jusuf S. Effendi, dr. SpOG (K),
dan Dr. Farid, dr, Ir, SpOG (K), MKes., MHKes. Selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran serta arahan sejak awal penulisan
hingga terselesaikannya artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kepmenkes 1529 tahun 2010. Pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif.
2. Depkes RI. Pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga. Jakarta; 2006.
3. Kemenkes RI. Pusat Promosi Kesehatan. Suplemen desa dan kelurahan siaga aktif.
2011.
4. Depkes RI. Kurikulum dan modul pelatihan bidan poskesdes dalam pengembangan
desa siaga. Jakarta; 2008.
5. Sitohang. Manajemen sumber daya manusia. PT Pradnya paramitha, cetakan
pertama. Jakarta; 2007.
6. Wibowo. Manajemen kinerja. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta; 2007.
7. Amstrong M. a hand book on personel management practice. London hogan page. 4th
edition. 1991.
8. Prawirosentono S. Analisis kinerja organisasi. PT Rineka cipta. Bandung; 1999.
9. Nawalah H. at all. Desa siaga: upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
melalui peran bidan di desa. The Indonesian Journal of Public Health vol. 8, no. 3
Maret 2012. Universitas Airlangga. Surabaya. hal: 91-98.
10. Http://m.suaramerdeka.com. Kesadaran persalinan di sarana kesehatan rendah, AKI
Jateng masih tinggi. Diakses 23 Desember 2010.
11. Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Data strata desa siaga. 2011.
12. Handoko HT. Manajemen personalia dan sumber daya manusia. BPFE edisi kedua.
Yogyakarta; 2001.
13. Umar H. Sumber daya manusia dalam organisasi. Gramedia pustaka utama, cetakan
ke-7. Jakarta; 2005.
14. Amstrong M. a hand book on personel management practice. London hogan page. 4th
edition. 1991.
15. Robbins SP. Perilaku organisasi. Edisi lengkap. Alih bahasa Benyamin Molan. PT
Indeks kelompok gramedia. Jakarta; 2003: 213-29.
16. Mangkunegara AAAP. Evaluasi kinerja sumber daya manusia. PT Refika aditama.
Bandung; 2006.
Download