OPT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG

advertisement
OPT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG
Penggerek Batang jagung (Ostrinia furnacalis Guen )
(Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae)
Bioekologi
Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur
imago/ngengat dewasa 7-11 hari.
Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 3050 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4
hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung
yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada
daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari,
Larva, larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindahpindah, larva muda
makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut
menggerek batang, umur larva 17-30 hari.
Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa
6-9 hari.
Gejala serangan
Larva O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian
tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan,
atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak,
Pengendalian
a). Kultur teknis
-
Waktu tanam yang tepat,
-
Tumpangsari jagung dengan kedelai atan kacang tanah.
-
Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman)
b). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid
tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa
larva dan pupa O. furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan
larva O. furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva
/tanaman.
c). Pengendalian kimiawi
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos,
dan karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
(Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae)
Bioekologi
Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap
belakang berwarna keputihan, aktif malam hari.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2
lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500
butir) tertutup bulu seperti beludru (Gambar).
Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,
bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.
Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah
(tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol
dalam jumlah besar
Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon)
berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang
terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).
Gejala Serangan larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak
berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan
tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun,
umumnya terjadi pada musim kemarau.
Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis,
cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk,
pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora
foetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp.
Pengendalian
a). Kultur teknis
-
Pembakaran tanaman
-
Pengolahan tanah yang intensif.
b). Pengendalian fisik / mekanis
-
Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya
-
Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar
atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2
minggu.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear
Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina,
Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda
Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis geminada,
parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
d). Pengendalian kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon,
khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasil
pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5
% per tanaman contoh.
Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae: Lepidotera)
Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur
imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan .
Larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar .Khususnya pada jagung, masa
perkembangan larva pada suhu 24 sampai 27,2oC adalah 12,8 sampai 21,3 hari. Larva
serangga ini memiliki sifat kanibalisme . Spesies ini mengalami masa pra pupa selama
satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan
kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah.
Pupa, pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadang
pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran
serangga ini yang terdapat pada tanaman.
Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC
sampai 30 hari pada suhu 15oC.
Gejala Serangan
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larva
akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang
mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas
tongkol jagung.
Pengendalian
Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk
mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp yang merupakan
parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda.
Cendwan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus thuringensis
dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). menginfeksi
larva.
Kultur Teknis
Pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat
mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
Kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida Decis
dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan (1-2) hari
hingga rambut jagung berwarna coklat.
Lalat bibit (Atherigona sp, Ordo: Diptera)
Imago, Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana
betina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Serangga dewasa sangat aktif
terbang
dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas
permukaan tanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mmsampai 4,5 mm,
Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin dengan
jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan
selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang,
diletakkan dibawah permukaan daun.
Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya
menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang yang
kemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning
dan akhirnya mati.
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 12
hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat
dengan ukuran panjang 4,1 mm.
Pengendalian
Hayati
Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp. dan parasit larva adalah
Opius sp. dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator
imago.
Kultur Teknis dan Pola Tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama satu sampai dua bulan pada musim hujan
maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi
tanaman dengan tanaman bukan padi, tanam serempak serangan dapat dihindari.
Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1(S1)-C111, MSQ-P1(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galurgalur jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangga hama ini adalah MSQ-K1(S1)C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing)
yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15 g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6 g
b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan
karbosulfan dengan dosis 0,2 kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan
insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik .
Sitophilus zeamais (Motsch) , Coleoptera, Curculionidae
Bioekologi
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, dan
merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga beras, gandum,
kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente, S. zeamais lebih
dominan terdapat pada jagung dan beras. S. zeamais merusak biji jagung dalam
penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih
berada di
pertanaman.
Telur diletakkan satu per satu pada lubang gerekan didalam biji, Keperidian imago
sekitar 300-400 butir telur; stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu 250C
Larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada
suhu 250C dan kelembaban nisbi 70%.
Pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari.
Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum membuat
lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5
bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa makan.
Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 290C, kadar air biji 14% dan
kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar
airnya di atas 15%.
Cara pengendalian
o Pengelolaan tanaman
Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka, sehingga..
Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah menyebabkan tanaman
mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Panen
yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis, Panen yang tertunda dapat
menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan.
o Varietas tanaman
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan asam
aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk.
Penggunaan varietas yang
mempunyai penutupan kelobot yang baik
o Kebersihan dan pengelolaan gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi
sesudah gudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua
struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari area
gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang. Semua
struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak dimana serangga
dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik pada dinding maupun plafon
gudang.
o Persiapan biji jagung yang disimpan
Kadar air biji ≤ 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk.
Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih.
o Pengendalian secara fisik dan mekanis
Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan serangga akan
berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Sortasi dapat
dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat
(utuh).
o Bahan Tanaman
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera,
Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dari Khaya
senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung biji
dari Annona sp. dan Melia sp.
o Pengendalian hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti
Beauveria bassiana
pada konsentrasi 109
konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat
mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard)
mampu menekan kumbang bubuk.
o Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu
berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi
dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran
plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara seperti
penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau
pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh
kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala
kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan Methyl
Bromida (CH3Br).
Penyakit yang disebabkan cendawan
1. Bulai
Gejala
Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai
kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada pagi hari di
sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan
konidium jamur.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas
keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik
terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk
terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya
tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih
terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis
dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu
Malang Jawa Timur.
Cara pengendalian
-
Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang
-
Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai
satu bulan
-
Penanaman jagung secara serempak
-
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
-
Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan
dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih
2. Bercak daun
Gejala
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras
patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9)
Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm, berbentuk
kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat
kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung
yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam.
Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat
gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang,
tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium
berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar.
Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman
di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air
hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.
Penyebab penyakit bercak daun adalah : Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua
ras yaitu ras O dan ras T
Cara pengendalian :
-
Menanam varietas tahan : Bima 1, Srikandi Kuning -1, Sukmaraga dan Palakka
-
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
-
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
3. Hawar daun
Gejala :
Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak
semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut
hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak
muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi
berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak
menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk
miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian
-
Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
-
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
-
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate
4. Karat
Gejala
Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat
pada
permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora
yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam
menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat
dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada
musim penghujan atau musim kemarau.
Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora
Cara pengendalian :
-
Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10
-
Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
-
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil
5. Busuk pelepah
Gejala
Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada
pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu,
bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak
beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.
Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan
tanah dan menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat
mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan
sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang
basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium
dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani
Cara pengendalian :
-
Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit
hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27,
-
Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu
tinggi
-
Lahan mempunyai drainase yang baik
-
Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan
yang sama
-
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
6. Busuk Batang
Gejala
Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut
terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi
berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada
bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan
warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.
Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti
Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme,
Macrophomina
phaseolina,
Pythium
apanidermatum,
Cephalosporium
maydis,
dan
Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan penyebab penyakit busuk batang yang telah
berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada
permukaan tanaman inangnya . Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga.
Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi
dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai
untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan
tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal
dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu penetrasi ke jaringan tanaman.
Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila
ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.
Cara pengendalian
1. Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan dengan menanam
varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur jagung terhadap Fusarium sp. melalui
inokulasi tusuk gigi di dapat 17 varietas/galur yang paling tinggi ketahanannya yaitu
BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923,
Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, dan J1-C3.
2. Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K
rendah, dan drainase yang baik.
3. Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan
dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
7. Busuk tongkol
Penyakit busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara lain :
a. Busuk tongkol Fusarium
Gejala
Permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadangkadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah jambu.
Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat
terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah
Penyakit busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium
moniliforme
b. Busuk tongkol Diplodia
Gejala
Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada kelobot
setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah menjadi coklat,
kisut dan busuk. Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada klobot
infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke
permukaan biji dan menutupi klobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora
dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapang.
Gejala busuk tongkol Dilodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis
c. Busuk tongkol Gibberella
Gejala
Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan dapat menjadi busuk dan klobotnya
saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru hitam tumbuh di
permukaan klobot dan bongkol.
Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum
Cara pengendalian :
-
Pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan
seimbang
-
Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan
bagian batang dibawah tongkol dipatahkan agar ujung tongkol tidak mengarah
keatas
-
Mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padipadian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang
Penyakit yang disebabkan Virus
8. Virus mosaik kerdil jagung
Gejala
Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau
dengan diselingi garis-garis kuning, dilihat secara keseluruhan tanaman tampak berwarna
agak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya daun bagian
bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi
secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis
secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan
hasilnya.
Cara pengendalian :
-
Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber
infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang
-
Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan
yang sama
-
Penggunaan peptisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi
-
Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus
Penggerek Batang jagung (Ostrinia furnacalis Guen )
Pengendalian Hayati
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn.
Noctuidae: Lepidotera)
Lalat Bibit
Sitophilus zeamais (Motsch) ,
Coleoptera,Curculionidae
Gambar 1. Gejala penyakit bulai
a
b
Gambar 2. Gejala bercak daun yang disebabkan ras O (a) dan gejala bercak daun yang
disebabkan ras T
Gambar 3. Gejala hawar daun pada jagung
Gambar 4. Gejala penyakit karat
Download