Chapter II

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
2.1.
Bank
2.1.1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No. 10 Tahun 1998 Tanggal 10
Nopember 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.1 Dana
atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan
dalam usahanya bank juga memberikan jasa keuangan lainnya.
2.1.2. Fungsi Bank
Bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang kepercayaan, yang dalam
hal ini adalah sebagai media perantara keuangan antara debitur dengan kreditur dana.
Dengan demikian fungsi bank mencakup tiga hal pokok, yaitu2:
1. sebagai pengumpul dana
2. sebagai penjamin kredit antara debitur dan kreditur
3. sebagai penanggung risiko transformasi dan tingkat bunga, dari tingkat suku
bunga rendah ke tingkat suku bunga tinggi.
Dari kedua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dana atau uang yang
1
2
UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Pasal 1, angka 2.
Santoso, Mengenal Dunia Perbankan, Yogyakarta, 1996.
Universitas Sumatera Utara
9
dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam
usahanya bank juga memberikan jasa keuangan lainnya. Dalam hal ini masyarakat
memberikan kepercayaan kepada bank untuk mengelola dana yang mereka tempatkan
untuk mencapai laba yang optimal.3
2.1.3. Jenis-jenis Bank
Jenis-jenis bank menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, jenis bank menurut fungsinya dibedakan sebagai berikut:
a.
Bank Sentral ialah bank yang memperoleh hak untuk mengedarkan uang logam
dan uang kertas.
b.
Bank Umum ialah bank yang dalam usahanya menghimpun dana terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk
lainnya. Didalam usahanya bank umum terutama memberikan kredit berjangka
pendek.
c.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau tabungan pada bank lain.4
Jenis bank menurut kepemilikannya dibedakan sebagai berikut:
a. Bank Pemerintah Pusat, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh
pemerintah pusat. Contohnya: Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BTN.
b. Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki Pemerintah
Daerah. Contohnya: Bank DKI Jakarta, BPD Surabaya, Bank Sumut, BPD Jabar.
3
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Non Bank, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2004, Hal.10.
4
Op.Cit. Hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
10
c. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak swastan
nasional. Contohnya: Bank Internasional Indonesia, Bank Niaga, BCA, Bank
Lippo, Bank Mega.
d. Bank Asing, yaitu Bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak asing, yang
membuka kantor cabang di Indonesia sedangkan kantor pusatnya berada diluar
negri. Contohnya: Citibank, Bank of Tokyo Mitsubishi Ltd, Chase Manhattan,
Bank of America, HSBC, ABN Amro Bank, Deutsche Bank.
e. Bank Campuran, yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki pihak asing dan
sebagian dimiliki pihak swasta nasional. Contoh: Bank Hanvit Indonesia, Bank
UOB Indonesia, Bank Merincorp, ANZ Panin Bank, Bank OCBC Nisp.
Jenis-jenis bank menurut transaksi valuta asing:
a. Bank Devisa, yaitu bank yang menggunakan lebih dari satu ata uang dalam
transaksi perbankan. Contoh: Bank Central Asia, Bank Bukopin, Bank Nagari,
Bank Kesawan, Bank Ekonomi.
b. Bank Non Devisa, yaitu bank yang hanya menggunakan satu mata uang (Rupiah)
dalam transaksi perbankan.
2.2.
Inflasi
2.2.1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan suatu peristiwa penting dalam bidang ekonomi di Negara
manapun hal ini terjadi.
Banyak orang mendefinisikan inflasi dengan berbagai
macam pengolahan kata, namun menuju pada satu hal yaitu kenaikan harga. Definisi
singkat dari inflasi adalah kecendurungan dari harga-harga untuk naik secara umum
Universitas Sumatera Utara
11
dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja belum dapat
dikatakan inflasi, kecuali bila kenaikan barang tersebut diikuti dengan kenaikan harga
sebagian besar barang-barang lainnya.
Misalnya:
kenaikan harga bahan baker
minyak menaikkan harga ongkos kendaraan umum yang kemudian mengakibatkan
kenaikan biaya produksi, dan kenaikan harga barang-barang lainnya.5
2.2.2. Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan pada seberapa
besar inflasi yang di alami, apa penyebab terjadinya inflasi, dan asal terjadinya
inflasi.
Bedasarkan besarnya inflasi yang dialami inflasi dibedakan atas:
1. inflasi ringan, yaitu inflasi kurang dari 10% per tahun.
2. inflasi sedang, yaitu antara 10% s.d 30% pertahun.
3. inflasi berat, yaitu antara 30% s.d 100% pertahun.
4. hiper inflasi yaitu lebih dari 100%.6
Dilihat dari penyebab terjadinya, inflasi dibedakan atas 2 macam, yaitu:
1.
Demand pull inflation
Yaitu inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu besar. Misalnya inflasi yang terjadi pada saat hari raya idul fitri,
natal dan tahun baru.
2.
Cost push inflation
Yaitu inflasi yang timbul karena adanya kenaikan ongkos produksi.7
5
Boediono, Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Teori Ekonomi Moneter, BPFE Yogyakarta, 1982,
Hal. 97
6
Ibid,Hal 98.
Universitas Sumatera Utara
12
Berdasarkan asal terjadinya inflasi, macam inflasi antara lain:
1. inflasi yang berasal dari dalam negri (domestic inflation)
inflasi ini timbul karena adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal, dsb.
2. inflasi yang berasal dari luar negri (imported inflation)
inflasi ini timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri terutama pada
barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri. Kenaikan harga barang impor yang merupakan
salah satu komponen indeks harga konsumen akan meningkatkan biaya
produksi.8
A. Cost push inflation
P4
P3
B. Demand pull inflation
S2
P4
S1
S
P3
D
Z2 Z1
Gambar 2.1
Grafik Inflasi
Keterangan gambar:
Gambar A: adalah grafik inflasi akibat dorongan biaya produksi. Bila ongkos
produksi naik (mis: karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan
7
8
Ibid, Hal 99.
Ibid, Hal 101.
Universitas Sumatera Utara
13
dari luar negri atau karena kenaikan bahan bakar minyak) maka kurva
penawaran masyarakat (aggregate supply) bergeser dari S1 ke S2. dan harga
barang pun naik dari P3 ke P4.
Gambar B: adalah grafik inflasi karena adanya permintaan masyarakat akan
barang-barang
(aggregate
demand)
bertambah.
Misalnya
karena
bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang
atau kenaikan permintaan luar negri akan barang-barang ekspor, atau
bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah maka
kurva aggregate demand begeser dari Z1 ke Z2.
2.2.3. Indikator Inflasi
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alat untuk menghitung inflasi atau
indicator inflasi, antara lain:
1.
Indeks Harga Konsumen/IHK (consumer price index)
IHK adalah angka indeks yang menunjukan tingkat harga barang dan jasa yang
harus di beli konsumen dalam satu periode tertentu
2.
Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB (wholesale price index)
IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada
berbagai
tingkat produksi.
3.
Indeks Harga Implicit (GDP deflator)
GDP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam
perhitungan GDP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GDP riil (atas
dasar harga konstan).
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.4. Pengaruh Inflasi
Tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi tingkat produksi dalam negeri dan
melemahkan posisi barang ekspor. Inflasi mengakibatkan terjadinya kenaikan harga
bahan baku dan kenaikan upah buruh, maka kalkulasi harga pokok akan meninggikan
harga jual produk lokal. Dilain pihak, turunnya daya beli masyarakat terutama yang
berpenghasilan tetap akan mengakibatkan tidak semua barang dan jasa habis terjual.
Inflasi juga mengakibatkan naiknya harga jual produksi barang ekspor, maka
permintaan luar negeri turun.
Penurunan ekspor berpengaruh terhadap neraca
pembayaran.9
2.2.5. Cara-cara Mengatasi Inflasi
Salah satu pendekatan yang dipakai untuk mempelajari cara-cara mengatasi
inflasi adalah asumsi melalui Irving Fisher Equations.
Diasumsikan penyebab
berubahnya nilai uang adalah M (Money), V (Velocity) dan T (Time). M dan V
adalah faktor uang, sedangkan T sebagai faktor barang yang diperdagangkan. Inflasi
disebabkan kenaikan faktor-faktor M dan V tidak diimbangi T.
Untuk mengatasi inflasi adalah dengan cara mengurangi M dan V serta
menaikkan T melalui kebijaksanaan:
1. Kebijaksanaan Moneter
Bank sentral dengan politik moneter adalah untuk menyempitkan pemberian
kredit dari Bank Sentral kepada bank dagang maupun badan kredit lainnya. Bank
sentral dapat mengurangi jumlah uang beredar.
9
Tujuan kebijaksanaan moneter
Harry Waluya, Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1993. Hal.70
Universitas Sumatera Utara
15
terutama untuk stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga, serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
1. Politik Pasar Terbuka (Tight Money Policy)
a. Untuk menarik uang yang beredar, bank sentral melakukan tindakan untuk
menjual surat berharga antara lain yang disebut Sertifikat Bank Indonesia.
b. Bila Bank Sentral membeli surat-surat berharga dari lembaga keuangan
bank, adalah untuk menaikkan cadangan (reservoir) di bank-bank umum,
atau menaikkan likuiditas.
c. Asumsi dalam melakukan kebijaksanaan uang ketat ini antara lain:
kebijaksanaan Tight Money Policy untuk memerangi inflasi, mata uang
dollar Amerika kuat, masyarakat suka menyimpan uang di bank, bankbank umum memperoleh laba dari bunga, masyarakat ingin bebas
membelanjakan uangnya.
2. Politik Diskonto (Menaikkan Tingkat Bunga)
Tindakan bank sentral selaku otoritas moneter untuk mengubah tingkat bunga:
a. Diskonto Naik (tingkat bunga) , maka dapat mengubah kecenderungan
masyarakat untuk menahan sejumlah uang yang beredar untuk disimpan
dibank-bank dagang.
b. Diskonto Naik, maka ongkos pinjaman naik.
Bila bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya
kegiatan yang pembiayaannya berasal dari pinjaman kredit.
Universitas Sumatera Utara
16
3. Politik Perubahan Cadangan Minimal
Tindakan bank sentral untuk mengubah cadangan minimal dengan tujuan
untuk memelihara likuiditas wajib minimal dalam rupiah bagi bank dan
lembaga keuangan non bank sekurang-kuranganya sebesar 8%.
Likuiditas minimal merupakan perbandingan antara jumlah alat likuid pada
satu masa laporan dengan jumlah dana pihak ketiga (masyarakat) pada 2 masa
laporan sebelumnya.
4. Margin requirement (Batas Maksimum Pemberian Kredit)
Bank sentral dapat menetapkan margin requirement (maksimal fasilitas kredit
atau bagian kredit) yang tidak di jamin oleh pemerintah atau lembaga
penjamin kredit, misalnya:
a. 20% dari modal sendiri bank atau lembaga keuangan non bank, untuk
fasilitas yang disediakan bagi 1 kreditur.
b. 50% dari modal sendiri bank atau lembaga keuangan non bank, fasilitas
yang disediakan bagi 1 debitur grup.
5. Moral Suasion
Bank sentral melalui mass media dapat mempengaruhi bank dan lembaga
keuangan non bank serta pihak ketiga, misalnya political will dari pemerintah,
adalah untuk menurunkan tingkat bunga dari 25% menjadi 18% atau 21%.
2. Kebijaksanaan Fiskal
3. Kebijaksanaan Non-Moneter10
10
Ibid, Hal 71
Universitas Sumatera Utara
17
2.3.
Suku Bunga
2.3.1.
Pengertian Suku Bunga
Jika menurut sejarah falsafahnya, perkreditan berasal dari ungkapan jiwa
tolong menolong tanpa pamrih, dalam alam Indonesia asli. Namun seiring dengan
perkembangan jaman ekonomi modern menjuruskan manusia untuk berpikir
berdasarkan pada penghargaan akan uang, waktu dan jasa. Timbullah perhitungan
sewa modal berupa bunga, yang tinggi rendahnya mengikuti dalil ekonomi yaitu
penawaran dan permintaan.
Batas tinggi rendahnya suku bunga bergantung pada sumber pemberi kredit.
Kredit swasta atau liar menghitung suku bunga berdasarkan
kesanggupan masing-masing pihak.
penawaran dan
Suku bunga untuk perkreditan dari sumber
tersebut dipengaruhi lagi oleh iklim peredaran uang dalam masyarakat.11
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya
untuk pemanfaatan uang.12
Suku bunga perkreditan yang dilayani oleh lembaga-lembaga perkreditan
resmi (bank) terikat pada pertimbangan etika sedangkan secara komersial dibatasi
seperlunya, yaitu akuntansi biaya perusahaan.
11
R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Penghayatan, Analisis dan Penuntun,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, Hal 172.
12
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus Ekonomi,Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994, Hal
332.
Universitas Sumatera Utara
18
2.3.2.
Teori Mengenai Suku Bunga
Beberapa teori mengenai suku bunga antara lain:
a.
Loanable Fund Theory
Teori ini merupakan perluasan dari teori Irving Fisher yang
memasukan faktor-faktor kekuasan pemerintah untuk menciptakan uang,
permintaan pemerintah terhadap dana pinjaman yang biasanya kebal terhadap
tingkat suku bunga dan kemungkinan individu dan perusahaan-perushaan
berinvestasi dalam saldo kas.
Teori ini menyatakan bahwa tingkat suku bunga umum ditentukan
oleh interaksi kompleks dari dua faktor.
Yang pertama adalah total
permintaan dana oleh perusahaan, pemerintah, dan rumah tangga (atau
individu-individu) untuk melakukan berbagai macam aktivitas ekonomi
dengan dana tersebut.
Permintaan ini berhubungan negatif dengan suku
bunga (kecuali permintaan pemerintah yang seringkali tidak tergantung pada
tingkat bunga).
Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat bunga adalah
penawaran dana dari perusahaan, pemerintah dan individu, penawaran
berhubungan positif dengan suku bunga jika semua faktor ekonomi yang lain
konstan.
Jika suku bunga meningkat, perusahaan dan individu akan
menabung dan meminjamkan lebih banyak dan bank terdorong untuk
memberikan pinjaman yang lebih banyak.
b.
Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga
Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk
Universitas Sumatera Utara
19
menabung, artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan
lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi guna menabung.
Investasi juga tergantung/merupakan fungsi tingkat bunga.
Makin
tinggi tingkat bunga keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil.
Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya
apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari pada
tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang
merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah
tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan
investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak dorongan
untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat
sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
c.
Analisa Keynes
Menurut Keynes bahwa tingkat bunga itu ditentukan oleh pertemuan antara
kuva preferensi likuiditas (kurva permintaan uang) dan kurva penawaran yang yang
mungkin tidak elastis terhadap bunga.
moneter/pemerintah.
Kalau hal ini ditetapkan oleh penguasa
Dalam analisa Keynes tidak ada faktor-faktor yang
menentukannya karena kurva permintaan uang akan bergerak (naik/turun) bersamaan
dengan perubahan tingkat pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
20
d.
Analisa Hicks
Berdasarkan suatu perumpamaan dengan suatu jumlah uang tertentu, dan
preferensi likuiditas tertentu, tingkat bunga adalah suatu fungsi dari pendapatan uang
(tingkat bunga mungkin terjadi dengan mengetahui jumlah uang yang beredar dengan
fungsi preferensi likuiditas dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda). Tetapi
walaupun demikian, kurva likuiditas sendiri tidak menunjukkan apa-apa kepada kita
dan tidak bisa pula menunjukkan berapa tingkat bunga yang terjadi.13
2.3.3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga
Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka pihak manajemen
bank harus pandai dalam menentukan besarnya komponen suku bunga. Hal ini
disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga
maka akan dapat merugikan bank itu sendiri.
Ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan suku bunga baik suku bunga simpanan maupun pinjaman
yang secara garis besar antara lain:14
1)
Kebutuhan dana
Kebutuhan dana ini dikhususkan pada dana simpanan yaitu berapa besar
kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara
permohonan pinjaman meningkat maka yang dilakukan oleh bank agar dana
tabungan cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
Namun peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga
pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan dibank banyak,
13
Komaruddin, Analisa Moneter dan Manajemen Keuangan, Penerbit Alumni, Bandung, 1981, Hal
120
14
Kasmir, Manajemen Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta, 2000, Hal 82.
Universitas Sumatera Utara
21
sementara permohonan pinjaman kredit sedikit maka bunga simpanan akan
turun karena hal ini merupakan beban.
2)
Target Laba Yang diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba
merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga
pinjaman.
3)
Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan maka semakin
rendah bunga kredit yang dibebankan.
4)
Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan bunga tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan
pemerintah. Tujuannya agar bank dapat bersaing secara sehat.
5)
Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu semakin tinggi bunga karena besarnya
kemungkinan resiko macet dikemudian hari. Sebaliknya suku bunga simpanan,
semakin panjang jangka waktunya semakin rendah suku bunganya, karena
apabila suku bunga simpanan tinggi dengan jangka waktu yang panjang akan
menambah beban biaya bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah oleh
bank.
6)
Reputasi Perusahaan/Peminjam
Reputasi peminjam berkaitan dengan kredit macet. Reputasi ini biasanya dinilai
dari karakter si peminjam ataupun pendapat dari perusahaan lain yang
merupakan mitra dari perusahaan peminjam. Jika reputasi baik maka risiko
Universitas Sumatera Utara
22
kredit macet bisa diminimalisir, namun jika reputasi kurang baik maka berisiko
tinggi terjadinya kredit macet.
7)
Produk Yang Kompetitif
Untuk produk yang kompetitif di pasar biasanya kredit akan diberikan dengan
bunga yang lebih rendah. Karena produk yang kompetitif akan lebih mudah
dipasarkan dari produk yang tidak kompetitif. Sehingga modal akan cepat
kembali. Penjualan yang tinggi akan lebih cepat menghasilkan laba dengan
catatan harga dengan produk sejenis bersaing.
8)
Hubungan Baik
Hubungan baik dengan berbagai pihak oleh peminjam merupakan faktor
penting dalam memohon kredit.
9)
Persaingan
Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara
tingkat persaingan dalam memperubutkan dana simpanan cukup ketat maka
mau tidak mau bank harus memberikan tingkat bunga yang cukup bersaing
dengan bank lainnya.
2.3.4.
Komponen-komponen dalam menentukan bunga kredit
1.
Total Biaya Dana (Cost Of Fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh
dana dari pihak ketiga.
2.
Biaya Operasi
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan
usahanya.
Universitas Sumatera Utara
23
3.
Cadangan Risiko Kredit Macet
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal
ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu
resiko yang tidak terbayar.
4.
Laba Yang Diinginkan
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh bank ditujukan untuk memperoleh
laba yang maksimal. Penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi
besarnya bunga kredit.
5.
Pajak.
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank
yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.
2.3.5.
Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit
Setiap nasabah yang memperoleh fasilitas kredit juga dikenakan beban suku
bunga. Saat ini ada 3 jenis pembebanan suku bunga yang sering dilakukan oleh bank.
Adapun jenis pembebanan suku bunga antara lain:
1. Flate Rate
Flate rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap setiap periode, sehingga
jumlah angsurang setiap periode pun tetap sampai pinjaman tersebut lunas.
2. Sliding Rate
Merupakan pehitungan suku bunga yang dilakukan dengan mengalikan persentase
suku bunga per periode dengan sisa pinajaman, sehingga jumlah suku bunga yang
dibayar debitur semakin menurun akibatnya angsuran yang dibayar pun menurun.
Universitas Sumatera Utara
24
3. Floating Rate
Merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat suku
bunga pada bulan berjalan. Dengan model perhitungan seperti ini suku bunga
dapat naik turun atau tetap setiap periodenya. Sehingga jumlah angsuran yang
dibayarpun disesuaikan denga suku bunga yang berlaku.
2.4.
Pendapatan
Pendapatan bagi seseorang adalah ketika ia mendapatkan sejumlah uang
sebagai balas jasa terhadap apa yang telah ia lakukan. Pendapatan menyebabkan
orang dapat mengkonsumsi berbagai jenis kebutuhan guna memuaskan keinginannya.
Dari pendapatan seseorang juga dapat diukur kemampuan daya belinya.
Bagi suatu Negara juga terdapat pendapatan yang dihasilkan dari produksi
baik berupa barang maupun jasa. Biasanya pendapatan suatu Negara dinamakan
pendapatan nasional. Adapun definisi dari pendapatan nasional ialah nilai seluruh
barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam suatu
tahun tertentu.15
Di negara-negara berkembang, konsep produk domestic bruto adalah konsep
yang paling penting kalau dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya.
Produk domestic bruto dapatlah diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksikan didalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Didalam
kegiatan perekonomian di suatu Negara, produksi barang dan jasa tidak saja
dihasilkan oleh negaranya sendiri tetapi juga warga Negara asing yang menghasilkan
15
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Bina Grafika, Jakarta, 1981, Hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
25
barang dan jasa di Negara itu. Kegiatan perekonomian ini merupakan bahagian yang
penting dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan
nasional, sehingga produk domestic bruto (Gross Domestic Product/GDP) adalah
nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor
produksi milik warga Negara tersebut dan Negara asing.16
Perbedaan antara Produk Domestik Bruto(PDB) dengan Produk Nasional
Bruto (PNB) adalah PDB lebih menitik beratkan pada wilayah.
Artinya semua
barang dan jasa akhir yang dihasilkan di dalalm wilayah Republik Indonesia baik
oleh penduduk Indonesia maupun asing termasuk di dalam PDB sedangkan barang
dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia diluar negri tidak masuk dalam
PDB tetapi masuk ke dalam PNB.17
2.5.
Kredit
2.5.1. Pengertian Kredit
Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah:
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.18
16
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi ke 2, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta,
1998, Hal 33.
17
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, BPFE Yogyakarta, Hal. 65.
18
UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Pasal 1, angka 10.
Universitas Sumatera Utara
26
Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari kata credere yang artinya
adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka
berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya
memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti
kembali.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa arti kata kredit adalah:
suatu
pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan
dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan
suatu kontra prestasi berupa bunga.
2.5.2. Unsur – Unsur Kredit
Di atas dikatakan bahwa kredit diberikan atas dasar kepercayaan, dengan
demikian pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa
prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit
sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama. Berdasarkan hal-hal
di atas maka unsur-unsur dalam kredit adalah
1.
Kepercayaan
: suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi (uang,
jasa atau barang) yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali
di masa tertentu yang akan datang.
2.
Kesepakatan
: kesepakatan ini terjadi antara pemberi dan penerima
kredit, yang dituangkan di dalam suatu perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewjibannya masing-masing. Kesepakatan
pemberian kredit dibuat dalam suatu akad kredit.
Universitas Sumatera Utara
27
3.
Prestasi
:
yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa
barang, jasa atau uang. Dalam perkembangan perkreditan di alam moderen
ini maka yang dimaksudkan dengan prestasi dalam pemberian kredit adalah
uang.
4.
Waktu
:
bahwa antara pemberian prestasi dan pengembaliannya
dibatasi oleh suatu masa/waktu tertentu. Dalam unsur waktu ini terkandung
pengertian tentang nilai agio uang bahwa uang sekarang lebih bernilai dari
uang dimasa yang akan datang.
5.
Degree of risk
: pemberian kredit menimbulkan suatu tingkat resiko,
di masa-masa tenggang adalah masa yang abstrak.
Resiko timbul bagi
pemberi karena uang/jasa/barang yang berupa prestasi telah lepas kepada
orang lain.
6.
Balas jasa
:
akibat dari pemberian kredit, pemberi kredit akan
mengharapkan suatu balas jasa yang berupa keuntungan dalam jumlah
tertentu. Keuntungan atas pemberian kredit disebut bunga (prinsip bank
konvensional). Ada juga balas jasa bentuk lain seperti provisi dan komisi
serta biaya administrasi.
Untuk bank berprinsip syariah balas jasa
ditentukan dengan bagi hasil.
2.5.3. Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuan kredit dapat dilihat dari dua fungsi pokok yang saling berkaitan dari
kredit yaitu:
 Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang didapat dari pungutan bunga.
Universitas Sumatera Utara
28
 Safety, yaitu keamanan dari fasilitas kredit yang diberikan harus benar-benar
terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai tanpa hambatan yang
berarti.
Fungsi kredit di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan
dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:
1)
Kredit dapat meningkatkan Utility (daya guna) dari modal/uang
2)
Kredit dapat meningkatkan Utility (daya guna) dari sesuatu barang
3)
Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
4)
Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
5)
Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi
6)
Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional
7)
Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
2.5.4. Jenis-Jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan
akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat
terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank
kepada masyarakat. Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam
jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan
untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki
berbagai karakteristik tertentu.
Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari
berbagai segi adalah:
1)
Dilihat dari segi Kegunaan
Universitas Sumatera Utara
29
1.
Kredit Investasi
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha
atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya
untuk suatu periode yang relative lebih lama dan biasanya kegunaan
kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
2.
Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya.
2)
Dilihat dari segi Tujuan Kredit
1.
Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi yang menghasilkan barang atau jasa.
2.
Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.
3.
Kredit Perdagangan
Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya
untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari
hasil penjualan barang dagangan tersebut.
3)
Dilihat dari segi Jangka Waktu
1.
Kredit Jangka Pendek
Jangka waktu kredit ini kurang dari 1 tahun atau paling maksimal 1
tahun.
2.
Kredit Jangka Menengah
Universitas Sumatera Utara
30
Jangka waktu kredit berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun.
3.
Kredit Jangka Panjang
Jangka waktu kredit berkisar antara 3 tahun sampai dengan 5 tahun.
4)
Dilihat dari segi Jaminan
1.
Kredit dengan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu.
Jaminan dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya
setiap kredit yang diberikan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan calon debitur.
2.
Kredit Tanpa Jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta
loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang
bersangkutan.
5)
Dilihat dari segi Sektor Usaha
1.
kredit pertanian
2.
kredit peternakan
3.
kredit industri
4.
kredit pertambangan
5.
kredit pendidikan
6.
kredit profesi
7.
kredit perumahan
8.
dan sektor kredit lainnya.
Universitas Sumatera Utara
31
2.5.5. Aspek-aspek Penilaian dalam Pemberian Kredit
Ada beberapa aspek usaha yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian
kredit, yaitu pemasaran, teknis produks, organisasi dan manajemen, financial dan
ekonomi. Karena transaksi kredit dalam industri perbankan sifatnya sangat formal,
maka aspek yuridis harus dipertimbangkan juga dengan cermat.
Aspek-aspek
tersebut umumnya disampaikan oleh debitur melalui penyerahan proposal usaha.
Adapun hal-hal yang perlu dinilai terhadap aspek-aspek diatas antara lain sebagai
berikut:
a. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran terutama mempertimbangkan permintaan efektif dari
produk brang/jasa yang direncanakan oleh calon peminjam (debitur). Permintaan
efektif itu mempertimbangkan jumlah potensial konsumen yang mampu dan ingin
membeli barang/jasa yang direncakan diproduksi/dijual oleh debitur. Tujuan utama
penilaian aspek pemasaran adalah apakah produk yang direncanakan dapat diserap
pasar, sehingga hasil penjualan dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman.
Untuk itu hal-hal yang harus diperhatikan dari aspek pemasaran ini antara lain:
bagaimana potensi pasarnya, bagaimana peluang memperoleh/mempertahankan/
meningkatkan pangsa pasar, bagaimana dengan pesaing potensial.
b. Aspek Teknis Produksi
Aspek teknis berkaitan dengan seluk-beluk produksi. Tekonologi apa yang
digunakan? Berapa skala produksi agar tercapai tingkat efisiensi yang tinggi? Dari
mana sumber bahan baku? Apakah sumber-sumber tersebut mampu menyediakan
bahan baku terus-menerus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan? Jumlah karyawan
Universitas Sumatera Utara
32
yang
dibutuhkan
klasifikasnya
serta
tingkat
produktivitasnya
juga
perlu
dipertimbangkan.
c. Aspek Manajemen
Penilaian aspek manajemen bertujuan untuk mengetahui apakah secara
manajemen kegiatan usaha dapat ditangani dengan efisien? Untuk itu perlu dievaluasi
apakah struktur organisasi dan perencanaan staf sudah sesuai dengan kebutuhan
usaha? Jangan sampai kegiatan usaha yang sangat sederhana, ditangani dengan
organisasi yang kompleks dan membutuhkan staff dalam jumlah yang sangat besar.
Sebaliknya jangan sampai terjadi kegiatan usaha yang berskala besar dan kompleks,
dengan investasi awal yang sangat besar ditangi secara kekeluargaan bahkan
ditangani sendirian (one man show)
d. Aspek Finansial
Tujuan dari analisis aspek financial adalah untuk mengetahui apakah secara
financial kegiatan usaha yang direncanakan layak atau tidak. Dalam analisis financial
dilakukan evaluasi terutama tentang arus kas keluar dan masuk, serta pola-polanya
dihitung dalam nilai sekarang (Present Value). Dari arus keluar masuk itu dapat
disusun beberapa kriteria untuk melihat kelayakan rencana usaha. Beberapa kriteria
untuk melihat kelayakan rencana usaha. Beberapa kriteria yang biasanya digunakan
antara lain:
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pulang pokok (Pay Back
Period), analisis manfaat biaya (Benefit cost analysis), Nilai Sekarang Bersih (Net
Present Value), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return).
e. Aspek Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
33
Kelemahan dari analisis financial adalah diabaikan aspek pengorbanan
ekonomi dari sumber daya yang langka. Seringkali suatu rencana usaha yang sangat
baik secara finasial, tidak selalu baik secara ekonomi. Misalkan proposal usaha
pabrik kimia akan semakin baik secara financial, bila perusahaan tidak membuat
instalasi pengolahan limbah.
Sayangnya secara ekonomi langkah tersebut
menimbulkan biaya ekonomi berupa polusi yang sangat merugikan masyarakat.
Untuk mengetahui apakah alokasi sumber daya yang dilakukan dalam usaha
yang direncanakan benar-benar sudah efisien secara ekonomi, dilakukan analisis
aspek ekonomi, yang dasar perhitungan biayanya adalah biaya ekonomi (opportunity
cost). Sementara manfaat yang dihitung bukanlah manfaat financial tetapi manfaat
ekonomi. Dalam praktik, umumnya pengambilan keputusan pemberian kredit untuk
sector swasta lebih didasarkan pada pertimbangan aspek financial. Sedangkan dasar
pemberian kredit berdasarkan hasil analisis ekonomi, umumnya dilakukan pada
proyek-proyek pemerintah.
f. Aspek Yuridis
Aspek yuridis mencakup status hukum badan usaha, kelengkapan izin usaha,
aspek legal dari barang-barang jaminan, kontrak, dan lain-lain. Aspek yuridis sangat
penting diperhatikan untuk menhidarkan kerugian dimasa mendatang kalau terjadi
sengketa, pelanggaran perjanjian, dan masalah-masalah hukum lainnya.
Kriteria penilaian pemberian kredit dilakukan agar mendapatkan calon debitur
yang benar-benar layak yang diberikan. Kriteria penilaian umum dapat dilakukan
dengan analisis 6C dan 7P.
Penilaian dengan analisis 6C adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
34
1.
Character
Karakter merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orangorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk
membaca waktu atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si
nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat
pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianut, keadaan keluarga, hoby
dan jiwa social. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang
“kemauan” nasabah untuk membayar.
2.
Capital
Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan debitur tidak seluruhnya berasal
dari bank tetapi dibiayai bersama antara bank dan debitur. Oleh arena itu calon
debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam
pembiayaan proyeknya. Perbandingan antara besarnya pembiayaan dari bank
dengan besarnya modal sendiri yang dapat disediakan nasabah disebut dengan
debt to equity ratio.
3.
Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melibihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika
terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
4.
Condition of Economic
Universitas Sumatera Utara
35
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, social dan politik
yang ada sekarang dan prediksi untuk dimasa yang akan datang.
5.
Capacity to Create Source of Funding
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar kembali kreditnya. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah
dalam mengelola bisnis usahanya sehingga dapat menghasilkan dana yang bisa
dibayarkan untuk kreditnya.
6.
Constraints
Constraints merupakan factor hambatan atau rintangan berupa factor-faktor
social psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang
menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.19
Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P
kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut:
1.
Personality
Yatu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari.
Penilaian mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
2.
Party
Yaitu mengkalasifikasikan nasabah ke dalam klasifikaasi tertentu atau golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
Nasabah yang
19
Juli Irmayanto, dkk, Bank & Lembaga Keuangan, Penerbit Universitas Trisakti Jakarta, 2002,
Hal. 77
Universitas Sumatera Utara
36
digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang
berbeda dari bank.
3.
Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis
kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacammacam sesuai kebutuhan.
4.
Prospect
Yaitu menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang, menguntungkan atau
tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
5.
Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin
banyak sumber penghasilan debitu maka akan semakin baik.
6.
Profitability
Merupakan suatu ukuran untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba.
7.
Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan
jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.
Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau
orang atau jaminan asuransi
Universitas Sumatera Utara
Download