BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perekonomian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Saat ini perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan industri
yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi
seluruh lapisan masyarakat. Namun tumbuhnya berbagai macam industri
sayangnya hanya dinikmati para pelaku usaha itu sendiri. Walaupun pemerintah
juga menerima pajak yang lebih tinggi karena tumbuhnya industri tersebut, namun
tidak dapat dipungkiri pelaku usaha itu saja yang mendapatkan manfaat dari
keuntungan perusahaan-perusahaan tersebut. Bila perusahaan ini menjual
sahamnya kepada masyarakat luas maka keuntungan juga akan dibagikan kepada
pemegang saham tersebut, maka masyarakat tersebut selain pemilik perusahaan
tadi jelas dapat merasakan distribusi kemakmuran secara lebih nyata.
Sektor pembangunan yang selama ini masih terhambat oleh dana juga
diharapkan terdorong melalui pasar modal yang ada. Pasar modal yang
merupakan media pengumpulan dana dari masyarakat yang akan disalurkan untuk
sektor pembangunan akan dapat memenuhi salah satu trilogi pembangunan yaitu
pemerataan pembangunan. Pemerataan pembangunan ini dimaksudkan bahwa
masyarakat mampu turut aktif menjadi bagian dalam pembangunan negara ini.
Dana dana dalam masyarakat hendaknya dapat tersalur ke arah pembangunan
yang dimotori pemerintah dan pada akhirnya dapat dinikmati oleh masyarakat lain
pula.
2
Pembangunan nasional ini akan dapat berjalan sesuai rencana jika tersedia
dana yang mencukupi. Untuk meningkatkan pembangunan nasional yang
memerlukan investasi dalam jumlah besar dan pelaksanaan bergantung pada
kemampuan sendiri, maka diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk
mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan dana. Kemampuan pemerintah
dalalm mempersuasif masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal dapat ini
berpengaruh positif terhadap pengalihan penanaman dana pada efek efek luar
negeri
yang merupakan usaha tidak menunjang pembangunan, karena
mengalirnya modal ke luar negeri (capital outflow).
Melalui Keppres No. 52 tahun 1976 pemerintah menyatakan bahwa pasar
modal perlu dikembangkan dengan tujuan utama yaitu pemerataan pendapatan
masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta untuk menghimpun
dana guna membiayai pembangunan. Pemerataan pendapatan diwujudkan melalui
pemilikan saham perusahaan go public. Kemudian kesejahteraan masyarakat
ditingkatkan melalui keuntungan yang diperoleh dari penanaman modal dalam
saham berupa dividen dan capital gain. Dana yang dihimpun akan dikerahkan ke
sektor-sektor produktif. Jadi dalam hal ini masyarakat diberi kesempatan untuk
meningkatkan daya belinya.
Pertumbuhan transaksi saham di bursa saham terus meningkat dari tahun
ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk menanamkan
investasi di pasar modal semakin meningkat. Indikator pertumbuhan pasar modal
dalam periode observasi tahun 1996-2004 menunjukkan perkembangan yang
cukup stabil, antara lain tercermin dari perkembangan Indeks Harga Saham
3
Gabungan (IHSG) yang relatif stabil, dan cenderung meningkat pada akhir
periode observasi (Sumanto, 2006).
Perubahan harga saham itu sendiri dipengaruhi berbagai faktor. Menurut
Boedi, et. al., perubahan harga saham dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu: Gross
Domestic Product (GDP), inflasi, tingkat pengangguran, suku bunga, nilai tukar,
transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Namun tidak semua variabel tersebut
dapat digunakan dalam penelitian, antara lain GDP, tingkat pengangguran,
transaksi berjalan, dan defisit anggaran (lihat Utami dan Rahayu (2003).
Menurut Bhattacharya dan Mukherjee (2000), selama beberapa dekade
belakangan ini, indikator sektor eksternal seperti nilai tukar, cadangan devisa, dan
net ekspor telah diketahui memiliki dampak terhadap harga saham. Berdasarkan
uraian di atas penelitian mengenai “Analisis pengaruh cadangan devisa, nilai
tukar rupiah, dan impor terhadap indeks harga saham gabungan” perlu dilakukan,
sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh antara variabel makroekonomi
yang dipengaruhi asing dengan pasar modal itu sendiri, yang diukur melalui
Indeks Harga Saham Gabungan.
GDP tidak dapat digunakan sebagai variabel penelitian karena penelitian
ini menggunakan deret waktu bulanan sedangkan GDP menggunakan deret waktu
triwulan. Variabel tingkat pengangguran juga tidak dapat digunakan dalam
penelitian karena sudah tercakup dalam variabel inflasi. Transaksi berjalan juga
tidak digunakan karena sudah tercakup di dalam nilai tukar, sebagaimana
diketahui bahwa pergerakan nilai tukar akan terus berlanjut sampai neraca modal
dan neraca berjalan kembali dalam posisi keseimbangan. Sedangkan variabel
4
defisit anggaran tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena defisit
anggaran di Indonesia ditutup dengan utang luar negeri sehingga tidak memiliki
dampak langsung terhadap pasar modal (Utami dan Rahayu, 2003).
1.2
Rumusan Masalah
Pasar modal memainkan peranan yang sangat penting karena mampu
menjadi roda perekonomian dalam negeri. Sehingga perubahan yang terjadi pada
pasar modal, dalam hal ini nilai Indeks Harga Saham Gabungan, menjadi penting
untuk diperhatikan terkait fungsinya untuk menjaga kestabilan ekonomi. Namun
tidak dapat dipungkiri sektor ini menjadi rentan dan sulit untuk dikendalikan
pemerintah karena pengaruh globalisasi ekonomi yang begitu besar.
Ada beberapa pengaruh langsung dari krisis ekonomi global terhadap
perekonomian di Indonesia. Pengaruh yang pertama adalah akibat langsung
terhadap indeks bursa saham Indonesia dimana kepemilikan asing yang masih
mendominasi dengan porsi 64,36 persen sehingga mengakibatkan bursa saham
rentan terhadap perekonomian global (BEI, 2014). Minat investor asing ini secara
signifikan dipengaruhi oleh kestabilan mata uang. Ketika mata uang dalam negeri
stabil akan menjadi daya tarik bagi investor asing tersebut, namun sebaliknya
ketika nilai tukar melemah maka investasi di dalam negeri menjadi tidak menarik
dan menyebabkan pergerakan pada indeks harga saham gabungan.
Pengaruh yang kedua yakni pada bidang ekspor impor, dimana Amerika
Serikat memiliki porsi negara tujuan ekspor sebesar 30 persen dari total ekspor
Indonesia (Depperin, 2008). Apabila perekonomian negara tujuan sedang
5
mengalami resesi akan berpengaruh secara langsung terhadap nilai ekspor ke
negara tersebut, dimana aliran dana yang masuk ke dalam negeri menjadi
menurun, begitu pula sebaliknya.
Krisis ekonomi global juga sangat mempengaruhi aktivitas perekonomian
dalam negeri dan pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat cadangan devisa
sebuah negara, semakin tinggi nilai surplus perdagangannya maka akan menarik
investor untuk menanamkan modalnya di pasar saham dan pada akhirnya
memainkan peran dalam pergerakan harga saham itu sendiri. Indeks harga saham
gabungan di BEI cenderung menunjukan penguatan setelah cadangan devisa
Indonesia mengalami kenaikan sehingga menjadi sentimen positif bagi pasar
modal domestik.
Pada akhir 2007 IHSG mengalami peningkatan dengan mencapai level
2.745,82. Setelah itu mengalami penurunan pada akhir 2008 menjadi 1355,40
(lihat gambar 1.1). Penurunan tersebut disebabkan oleh dampak krisis subprime
mortgage di Amerika Serikat. Namun penurunan ini hanya berlangsung sementara
karena Indonesia termasuk negara yang tidak terkena dampak negatif dari krisis
subprime mortgage jika dibandingkan negara lainnya. Saat itu Indonesia bersama
China masih dapat menikmati angka surplus pertumbuhan ekonomi. Kemudian
IHSG mengalami peningkatan lagi sehingga mencapai 2.534,35 yang diikuti
peningkatan jumlah etimen sebesar 398. Hal ini merefleksikan bahwa pasar modal
Indonesia masih menjadi daya tarik perusahaan untuk mendapatkan kebutuhan
modal bagi setiap perusahaan. Gambar 1.1 memperlihatkan perkembangan IHSG
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2013.
6
Gambar 1.1 Nilai IHSG dari 2008 hingga 2013
Sumber: BEI (2014)
Melalui uraian diatas dapat dilihat bahwa indeks harga saham gabungan
sangat rentan terhadap variabel makroekonomi yang dipengaruhi sektor asing.
Untuk itulah penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh serta respon antara
Indeks Harga Saham Gabungan dengan variabel cadangan devisa, nilai tukar
rupiah, dan impor.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di
atas, maka tujuan penelitian adalah:
1. menganalisis respon dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) terhadap shock cadangan devisa, nilai tukar rupiah, dan impor.
2. menganalisis kontribusi cadangan devisa, nilai tukar rupiah, dan impor
dalam menjelaskan variabilitas IHSG.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis berharap dapat memberikan
manfaat - manfaat sebagai berikut:
1.
bagi
penulis, penelitian ini
pengetahuan
dan
bermanfaat
kemampuan
dalam
untuk meningkatkan
mengidentifikasi
dan
menganalisis pengaruh beberapa variabel makro terhadap pasar
modal.
2.
bagi pihak lain yang berkepentingan, dapat dimanfaatkan sebagai
bahan referensi dan studi perbandingan
3.
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
pemerintah dalam menetapkan suatu kebijakan.
1.5 Batasan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka
masalah yang akan dikaji pada penelitian ini dibatasi pada cadangan devisa, nilai
tukar tupiah terhadap dollar Amerika dan impor terhadap indeks harga saham
gabungan di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2008 sampai dengan
Desember 2013 (data bulanan).
1.6 Sistematika Penelitian
Sistematika penyusunan skripsi ini terdiri dari empat bab. Bab 1 berisi
pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penelitian. Bab 2
menguraikan tinjauan literatur dengan metode analisis yang digunakan. Bab 3
8
merupakan pembahasan dari data dan hasil temuan berdasarkan metode yang
digunakan. Bab 4 merupakan bagian penutup yang mencakup kesimpulan dan
saran.
9
Download