BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bawang Merah Tanaman bawang merah dikenal hampir di setiap daerah di wilayah tanah air. Kalangan Internasional menyebutnya shallot. Bawang merah memiliki nama latin Allium cepa var. ascalonicum atau Allium ascalonicum. Bawang merah merupakan tanaman satu marga dengan tanaman bawang daun, bawang putih dan bawang bombay yang termasuk dalam famili Liliaceae (Rukmana, 1994). Di dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan kedalam Divisi Spermatophyta, Sub Divisi Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Ordo Liliales/Liliflorae, Keluarga Liliaceae, Genus Allium dan Spesies Allium ascalonicum atau Allium cepa var. ascalonicum (Rahayu dkk., 1998). Gambar 1. Bawang Merah Sumber: daunbuah.com Universitas Sumatera Utara Bawang merah adalah bumbu masakan yang memiliki sifat obat yang baik. Sifat dan manfaat dari bawang merah telah menjadi bagian tak terpisahkan dari diet dan makanan digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bawang merah telah membantu menyembuhkan hampir semua penyakit, mula dari flu, penyakit jantung, diabetes dan penyakit lainnya. Bawang merah adalah makanan yang dikonsumsi sejak zaman prasejarah dan meskipun tidak diketahui persis di mana budidaya tanaman ini dimulai (Anonymous, 2016). Berikut adalah tabel kandungan gizi yang terdapat dalam bawang merah. Tabel 3. Kandungan Gizi dalam Bawang Merah Nilai Gizi Per 100 G (3.5 Oz) Energi Karbohidrat Gula Diet Serat Lemak Jenuh Monounsaturated Polyunsaturated Protein Air Vitamin A equiv Thiamine (Vitamin B1) Riboflavin (Vitamin B2) Niacin (Vitamin B3) Vitamin B6 Folat (Vitamin B9) Vitamin B12 Vitamin C Vitamin E Vitamin K Kalsium Besi Magnesium Fosfor Kalium Sodium Seng Sumber: USDA Nutrient Database (2016) 166kJ (40 kcal) 9.34 g 4.24 g 1.7 g 0.1 g 0.042 g 0.013 g 0.017 g 1.1 g 89.11 g 0 mg (0 %) 0.046 mg (4%) 0.027 mg (2%) 0.116 mg (1%) 0.12 mg (9%) 19 mg (5%) 0 mg (0%) 7.4 mg (12%) 0.02 mg 0.4 mg 23 mg 0.21 mg 0.129 mg 29 mg 146 mg 4 mg 0.17 mg Universitas Sumatera Utara Bawang merah banyak dibudidayakan di dataran rendah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah. Tanaman ini juga tidak menyukai tempat yang tergenang air (Rahayu dan Berlian, 1998). Bawang merah dapat dibudidayakan dengan syarat pertumbuhan antara lain : tanah subur, banyak mengandung humus, tidak tergenang air, aerasi (pertukaran udara dalam tanah) baik, pH antara 5,5 – 6,5. Jika pH terlalu rendah (kurang dari 5,5) maka garamgaram Alumunium (Al) yang terlarut akan bersifat racun terhadap bawang merah yang menyebabkan tanaman tumbuh kerdil. Demikian juga dengan pH yang lebih besar dari 6,5 maka unsur mikro Mangan (Mn) tidak dapat digunakan, sehingga umbi kecil-kecil dan hasil produksi rendah. Selain itu, tanaman bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi yaitu pada ketinggian kurang lebih 1.100 meter diatas permukaan laut (dpl). Walaupun demikian, ketinggian tempat yang paling ideal untuk menghasilkan produk yang optimal adalah antara 0-800 meter dpl. Selain itu, untuk menghasilkan produksi bawang merah terbaik di dataran rendah harus didukung dengan keadaan iklim yang meliputi suhu udara o o 25 C-32 C dan beriklim kering. Tanaman ini sangat menyukai areal yang terbuka dan mendapat sinar matahari kurang lebih 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup (long day plan). Tiupan angin yang sepoi-sepoi juga akan berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis, sehingga akan meningkatkan produksi umbi (Rukmana, 1994). 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sudah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4. Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kurniawan, dkk (2014) dengan judul Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Komoditas Cabai Merah Besar Di Kabupaten Jember, yang mana harga komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember cenderung fluktuatif sehingga dibutuhkan pengelolaan manajemen rantai pasokan agar lebih efisien. Analisis efisiensi dari penelitian Kurniawan (2014) hanya menggunakan analisis deskriptif analitik, sedangkan dalam penelitian ini dihitung dari data kuisioner tertutup dan diukur dengan menggunakan metode Analisis Margin Pemasaran. Pengukuran rantai pasok yang efisien dengan menggunakan AHP juga telah dilakukan oleh Yuniar (2012), perbedaannya adalah, dalam penelitian yang dilakukan Yuniar hanya ingin mengetahui mekanisme rantai pasoknya saja, sedangkan penelitian ini menganalisis alur distribusi dan melihat bagaimana alternatif skenario supply chain bawang merah yang efisien. Tabel 4. Penelitian Terdahulu tentang Supply Chain Management Komoditas Pertanian Nama dan Tahun Penulisan Dewa K, dkk (2012) Judul Penelitian Rantai Pasok Beras di Indonesia (Kasus Provinsi Jabar, Kalbar dan Kalsel) Variabel dan Metode yang Digunakan - Analisis Deskriptif - Granger Causality Hasil Penelitian - Harga beras di Pasar Induk Jakarta mempunyai hubungan yang sangat erat dengan harga gabah di Provinsi Jabar, Kalbar dan Kalsel dengan harga beras di Bandung, Pontianak dan Banjarmasin. - Ada dua faktor yang memperkuat integrasi pasar, yaitu pasar beras baik antar provinsi maupun antarpulau berjalan lancar, karena beras merupakan kebutuhan pokok. Yang kedua adalah adanya intervensi pemerintah dalam pemasaran gabah dan beras Universitas Sumatera Utara Tabel 4. (Lanjutan) Nama dan Tahun Penulisan Rachmat, (2012) dkk Saptana (2012) Judul Penelitian Variabel dan Metode yang Digunakan Rantai Pasok Kentang - Analisis Deskriptif (Studi Kasus di Kabupaten Garut, Jawa Barat) Manajemen Rantai - Analisis Deskriptif Pasok (Supply Chain Management) pada Komoditas Cabai Merah Besar di Jawa Tengah Hasil Penelitian melalui peran bulog. - Dari analisis granger causality ditemukan bahwa harga gabah di tiga provinsi contoh berpengaruh nyata terhadap harga beras di kota provinsi masing-masing, tetapi harga beras di masing-masing kota provinsi tidak secara nyata memengaruhi harga gabah di provinsi masing-masing. Hal ini menandakan adanya transmisi harga yang tidak simetri antara harga beras dan gabah. - SCM di kentang di kabupaten Garut belum berjalan dengan baik karena: (1) ketersedian benih kentang belum dapat memenuhi kebutuhan petani; (2) kondisi jalan usahatani hanya dapat dilalui kendaraan roda 2; (3) Kemampuan modal petani kecil; (4) Tanaman kentang rentan serangan OPT; (5) Kurangnya data dan informasi tentang kemampuan produksi dari daerah sentra produksi. - Penerapan SCM merupakan upaya membangun jejaring pelaku usaha dalam suatu sistem yang terpadu yaitu: (a) proses budi daya untuk menghasilkan produksi; (b) mentrasformasikan hasil produksi bahan menjadi produk bermutu melalui penanganan panen dan pascapanen yang baik, dan (c) pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi yang baik. - Pola kelembagaan kemitraan usaha pada komoditas cabai merah yaitu: (a) pola dagang umum dengan berbagai variasinya; (b) kemitraan usaha pola inti plasma; (c) kelembagaan kemitraan usaha contrat farming Universitas Sumatera Utara Tabel 4. (Lanjutan) Nama dan Tahun Penulisan Yuniar (2012) Judul Penelitian Variabel dan Metode yang Digunakan Hasil Penelitian dengan berbagai variasinya - Pada kajian aspek distribusi dan pemasaran cabai merah besar dapat disimpulkan bahwa belum sepenuhnya efisien karena masih tingginya biaya distribusi atau pemasaran, struktur pasar yang cenderung oligopsonistik. Analisis Manajemen - Analisis Deskriptif - Mekanisme rantai pasok Rantai Pasok Melon di - Analitycal melon ada dua pola Kabupaten Hierarchy Process distribusi yaitu pola rantai Karanganyar pasok Sky Rocket dengan tujuan pasar tradisional dan pola rantai pasok Rock Melon dengan tujuan pasar modern dan ekspor - Untuk manajemen rantai pasok melon supaya efisien, alternatif skenario yang terpilih adalah memfasilitasi sarana dan prasarana untuk petani. Kurniawan, dkk (2014) Analisis Rantai - Analisis Deskriptif - Aliran produk dapat Pasokan (Supply - Analisis Margin dibedakan menjadi aliran Chain) Komoditas Pemasaran produk berupa buah cabai Cabai Merah Besar di merah besar dan aliran Kabupaten Jember produk berupa produk olahan cabai merah besar dalam bentuk bumbu bali kemasan; - Aliran Informasi terbagi menjadi aliran informasi secara horizontal dan aliran informasi secara vertikal; - Aliran keuangan dibedakan menjadi 12 macam aliran, dimana sistem transaksi pembayaran sangat mempengaruhi kinerja dari setiap mata rantai; - Rantai pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember adalah efisien jika dilihat dari: a) Nilai share keuntungan lebih besar bila Universitas Sumatera Utara Nama dan Tahun Penulisan Judul Penelitian Variabel dan Metode yang Digunakan Tabel 4. (Lanjutan) Hasil Penelitian dibandingkan dengan share biaya (ski > sbi) dan; b) Nilai share bagian harga setiap mata rantai dinilai adil atau proporsional sesuai dengan fungsi yang dilakukan; - Masih terdapat saluran distribusi yang belum efisien bila dilihat dari nilai pangsa produsennya (PS) yang kurang dari 70%. Negi dan Anand (2014) Supply Chain - Analisis Deskriptif Efficiency:An Insight from Fruits and Vegetables Sector in India - Pada rantai pasokan sektor buah dan sayur di India menunjukkan bahwa rantai pasokan sangat tidak efisien yang menyebabkan kerugian dan pemborosan besar serta pendapatan yang sedikit bagi para pemangku kepentingan rantai pasok. Sektor buah dan sayur di India merupakan sektor yang sangat berkembang dan memberikan peluang besar bagi para pemangku kepentingan dan pengusaha melalui penyediaan infrastruktur rantai pasok dan unit pengolahan makanan. - Ekonomi India didasarkan pada pertanian dan ada potensi besar untuk melayani pasar domestik atau global melalui berbagai penambahan nilai, pengembangan rantai pasokan yang cerdas dan cerdas akan memainkan peran penting dalam mengurangi kerugian dan masa berlakunya, peningkatan pada petani. Meningkatkan pendapatan petani bisa didapatkan dengan usaha dari ekspor, menghasilkan peluang kerja bagi masyarakat setempat, dan meningkatkan taraf hidup para petani yang mengarah pada Universitas Sumatera Utara Nama dan Tahun Penulisan Judul Penelitian Tabel 4. (Lanjutan) Saptana, (2012) dkk Variabel dan Metode yang Digunakan Manajemen Rantai - Analisis Deskriptif Pasok (Supply Chain Management) Komoditas Melon dan Semangka Hasil Penelitian pengembangan ekonomi dan membantu India untuk tampil sebagai pemimpin global di Sektor Pangan. - Manajemen rantai pasok melalui integrasi atau koordinasi vertical adalah yang paling baik dalam kemampuannya meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, akses terhadap pasar, serta dalam rangka peningkatan daya saing produk melon dan semangka, tetapi diperlukan komitmen yang tinggi, keterbukaan, dan keterpaduan di antara pihak-pihak yang bermitra. - Implikasi kebijakan penting dari penelitian ini adalah: (1) perancangan dan pelaksanaan pengembangan manajemen rantai pasok melon dan semangka harus didasarkan atas keseimbangan supply dan demand, segmen tujuan pasarnya, serta dilakukan secara terpadu; (2) meningkatkan posisi tawar petani dalam manajemen rantai pasok melon dan semangka melalui konsolidasi dan penguatan kelompok tani; (3) perluasan tujuan pasar (lokal, regional, ekspor) dan perluasan segmen pasar (pasar tradisional, pasar modern dan konsumen institusional). 2.3 Teori 2.3.1 Teori Supply Chain Management Disadari atau tidak, supply chain atau yang biasa disebut rantai pasok selalu ada di dunia bisnis manapun. Terlepas apakah rantai pasok tersebut dikelola Universitas Sumatera Utara atau tidak. Walaupun suatu organisasi tidak secara aktif menjalankan konsep rantai pasok, namun sebagai fenomena bisnis, rantai pasok tersebut akan tetap ada. Pada hakekatnya rantai pasokan adalah jaringan organisasi yang menyambung hubungan hulu (upstream supplier) dan ke hilir (downstream customer) dalam proses dan kegiatan yang berbeda, yang menghasilkan nilai yang terwujud dalam barang atau jasa di tangan pelanggan terakhir (ultimate customer). Menurut Porter (2004), terdapat 3 macam komponen rantai pasokan, yaitu: 1. Rantai Pasokan Hulu/Upstream Supply Chain Di dalam upstream supply chain, meliputi aktivitas dari antar suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurnya dan aktivitas penyalur dengan penyalur (supplier). Dalam upstream supply chain, yang diutamakan adalah pengadaan. 2. Manajemen Internal Rantai Pasokan/Internal Supply Chain Management Bagian dari internal supply chain meliputi aktivitas manufaktur yang didistribusikan kepada distributor. Dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajamen produksi pabrikasi dan pengendalian persediaan. 3. Segmen Rantai Pasokan Hilir/Downstream Supply Chain Management Segment Downstream (arah muara) supply chain meliputi aktivitas distributor kepada retail atau pengiriman produk ke pelanggan akhir. Yang menjadi Universitas Sumatera Utara perhatian dalam downstream supply chain adalah distribusi, pergudangan, transportasi dan after sales service. Berdasarkan komponen supply chain yang telah dijelaskan, maka harus diperhatikan masing-masing aliran pasokan produk dari hulu ke hilir. Menurut Anatan dan Ellitan (2008), rantai pasokan dikelola oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu rantai nilai yang dilatarbelakangi oleh dua alasan penting. Pertama, perusahaan berusaha untuk mendekatkan diri dengan konsumen, memberikan kepastian adanya tautan dengan pasar. Dalam hal ini yang dimaksud adalah adanya kepastian supply ketika permintaan pasar melonjak, sehingga konsumen tidak merasa dirugikan. Kedua, semua perusahaan yang terkoordinir dalam suatu rantai pasokan merumuskan tujuan bersama sebagai pedoman dalam aktivitas bisnis mereka. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ketika aktor rantai pasokan saling bekerja sama untuk pemenuhan bisnis mereka, sehingga para aktor saling membutuhkan dan terwujudnya simbiosis mutualisme. Sementara Chopra and Meindl (2001), menyebutkan supply chain berisi semua tahapan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya meliputi perusahaan dan pemasok tetapi juga dengan sarana transportasi, gudang, retailer dan konsumen itu sendiri. Fungsi-fungsi yang terlibat didukung oleh perkembangan produk baru, pemasaran, operasional dan distribusi, keuangan dan pelayanan konsumen. Dalam supply chain memiliki sifat yang dinamis dan meliputi aliran yang konstan mengenai informasi lain kepada konsumen yang selanjutnya konsumen mentransfer dana ke perusahaan untuk memperoleh produk yang diinginkan. Apabila perusahaan kekurangan pasokan maka mereka akan melakukan Universitas Sumatera Utara pemesanan ulang dengan menghubungi pemasok. Perusahaan akan mengirimkan dana pemasok setelah barang diterima. Dengan begitu terdapat aliran informasi, bahan baku dan dana dalam setiap tahapan supply chain. Berdasarkan teori diatas ditekankan bahwa supply chain management menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat kerjasama. Jadi, manajemen rantai pasokan tidak hanya berorientasi pada urusan internal perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan mitra bisnis. Diperlukan adanya kolaborasi antar perusahaan pada rantai pasokan karena perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu rantai pasokan pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama, maka mereka harus bekerja sama untuk membuat produk yang lebih murah, mengirimkannya tepat waktu serta dengan kualitas yang baik. Hanya dengan kerjasama antar elemen-elemen pada rantai pasokan maka tujuan tersebut akan dapat tercapai dengan baik. Dalam menjalankan kerjasama tersebut, tentunya semangat kerjasama juga didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya sebuah rantai pasokan tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Sebuah perusahaan yang sehat dan efisien tidak akan berarti apabila pemasoknya tidak mampu menghasilkan bahan baku yang berkualitas atau tidak mampu mengirimkan barang tepat waktu (Said, 2006). Menurut Krawjeski dan Ritzman (2004) tujuan dasar supply chain management adalah untuk mengendalikan persediaan dengan manajemen arus material. Persediaan adalah jumlah material dari pemasok yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan atau mendukung proses produksi barang dan Universitas Sumatera Utara jasa. Perusahaan dapat mengambil pendekatan supply chain management yang efisien untuk mengkoordinasikan aliran material untuk meminimalkan persediaan dan memaksimalkan produktivitas perusahaan. Perusahaan saat itu lebih meyakini karena material itu menjadi satu alasan mengapa supply chain management merupakan kunci competitive weapon. Berdasarkan penjelasan di atas, maka prinsip dasar supply chain management menurut Said (2006) meliputi 5 hal, yaitu: 1. Prinsip Integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian supply chain management berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan. 2. Prinsip Jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras. 3. Prinsip Ujung ke Ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen paling hilir. 4. Prinsip Saling Tergantung. Setiap elemen dalam supply chain management menyadari bahwa mencapai manfaat bersaing diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan. 5. Prinsip Komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi landasan utama dalam jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan material. Menurut Pujawan (2010), komponen dalam supply chain management terbagi dalam tiga aliran utama, yaitu: 1. Komponen produk berisi aliran barang dari supplier (pemasok) ke konsumen. Universitas Sumatera Utara 2. Komponen informasi berisi pengiriman pesanan dan peninjauan status pengiriman. 3. Komponen keuangan (financial) terdiri dari batas kredit, pembayaran dan jadwal pembayaran, ketepatan pengiriman dan identitas pemilik. Model supply chain dan 3 macam aliran yang dikelola perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2. Finansial : term pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman Supplier Tier 2 Supplier Tier 1 Manufacturer Distributor Ritel/ Toko Finansial : pembayaran Material : retur, repair Informasi: order, ramalan Gambar 2. Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola Perusahaan (Pujawan, 2010) Berdasarkan model supply chain menurut Pujawan (2010), suatu supply chain terdapat 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, ke pengecer lalu ke ritel, kemudian ke pemakai akhir. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Supply chain management produk pertanian mewakili manajemen keseluruhan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan pasca Universitas Sumatera Utara panen, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Jadi, sistem manajemen rantai pasok dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan (Marimin dan Magfiroh, 2010). Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok perusahaan karena: (1) produk pertanian bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan, dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit untuk ditangani (Marimin dan Magfiroh, 2010). Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks daripada rantai pasok pada umumnya. Selain lebih kompleks, manajemen rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis (Yuniar, 2012). Kegiatan manajemen rantai pasok merupakan bagian kegiatan dari rantai nilai (value chain) sehingga perbaikan manajemen rantai pasok akan berimplikasi positif pada rantai nilai tambah. Rantai nilai yang efektif akan memicu keunggulan nilai (value advantage) dan keunggulan produksi (productivity advantage) yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif. 2.3.2 Struktur Supply Chain Universitas Sumatera Utara Menurut Hero (2011), struktur rantai pasok dalam menilai kesanggupan supplier dalam pasar untuk memenuhi konsumen tersebut dibedakan berdasarkan lima unsur, yaitu: 1. Pasar Akhir (End Markets) Pasar akhir adalah masyarakat, bukan tempat. Pasar akhir menentukan karakteristik termasuk harga, kualitas, kuantitas dan waktu suatu barang atau jasa yang dihasilkan. Pembeli pasar akhir adalah suara berpengaruh dan insentif bagi perubahan. Mereka sumber penting informasi permintaan, yang menyebarluaskan pembelajaran, dan dalam kasus tertentu bersedia berinvestasi dalam perusahaan berurutan lebih bawah pada rantai nilai. Pendekatan rantai nilai mengkaji semua peluang terkini dan berpotensial di semua pasar, mempertimbangkan kecenderungan, calon pesaing dan faktor-faktor dinamis lainnya. 2. Usaha dan Lingkungan Penunjang Usaha dan Lingkungan Penunjang meliputi norma, kebiasaan, undangundang, peraturan, kebijakan, perdagangan internasional dan prasarana umum (jalan, listrik, dan lain-lain) serta layanan umum (pendidikan, kesehatan) untuk menunjang atau menghambat pergerakan suatu produk atau jasa di rantai nilainya. Lingkungan kebijakan nasional dan peraturan penting demi fungsi pasar dan perusahaan. Kinerja buruk pemerintah setempat, penegakan hukum serta rezim peraturan yang lemah meningkatkan biaya dan risiko transaksi, membatasi investasi dalam hubungan dan peningkatan mutu. 3. Hubungan Vertikal Universitas Sumatera Utara Hubungan antar perusahaan di seluruh tingkatan rantai nilai penting untuk memindahkan produk atau jasa ke pasar akhir. Transaksi efisien antara perusahaan terkait secara vertikal dalam rantai nilai meningkatkan daya saing keseluruhan dari industri tersebut. Hubungan vertikal juga mempermudah penyerahan manfaat dan layanan terkait, pengalihan keterampilan dan informasi antar perusahaan baik ke atas dan bawah dalam urutan rantai nilai. Hubungan vertikal menguntungkan antar perusahaan terkait dapat meningkatkan akses Usaha Menengah Kecil (UMK) terhadap pasar, keterampilan baru dan berbagai layanan, dan mengurangi risiko pasar dengan menjamin penjualan di masa mendatang. 4. Hubungan Horizontal Ada tegangan yang diperlukan antara kerjasama dan persaingan antar perusahaan yang menjalankan fungsi serupa dalam suatu rantai nilai. Hubungan antar perusahaan baik formal maupun informal mengurangi biaya transaksi bagi pembeli yang berurusan dengan pemasok kecil. Dengan menunjang pembelian bahan baku dalam jumlah besar, memungkinkan terpenuhinya pesanan besar, hubungan horizontal membantu perusahaan kecil untuk menghasilkan pendapatan besar. Asosiasi industri memungkinkan penciptaan standar-standar industri dan pelaksanaan strategi pemasaran. 5. Pasar Pendukung (Supporting Markets) Jasa pendukung adalah kunci peningkatan tingkat perusahaan. Jasa tersebut meliputi jasa keuangan; jasa lintas sektor seperti konsultasi bisnis, nasehat hukum dan telekomunikasi; serta jasa khusus bagi sektor, misalnya, jasa perlengkapan irigasi atau jasa perancangan kerajinan tangan. Apabila dibutuhkan untuk waktu yang lama, jasa tersebut harus disediakan secara komersial atau Universitas Sumatera Utara melalui pasar. Pada satu sisi petani telah didorong untuk meningkatkan produksi tetapi ketika produksi berlebih pasar tidak mampu menyerap pasar. Jika dari sistem rantai pasok dan ketersediaan bahan baku dari petani, pengumpul, pedagang, eksportir sampai kepada konsumen dapat terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan standar permintaan yang diminta maka prinsipnya networking siklus ini akan selalu saling berkelanjutan. Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat, dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya serta memuaskan pelanggan. SCM bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi, dan distribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses, serta barang jadi. Ada beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan dalam SCM, yaitu pemasok (supplier), pengolah (manufacturer), pendistribusi (distributor), pengecer (retailer) dan pelanggan (customer) (David et al., 2000 dalam Indrajit dan Djokopranoto, 2005). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), hubungan organisasi dalam rantai pasok adalah sebagai berikut: Rantai 1 adalah supplier. Jaringan bermula dari sini. Supplier merupakan sumber penyedia bahan pertama, mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, dan suku cadang. Jumlah supplier bisa banyak ataupun sedikit. Supplier rantai pasok pertanian terdiri dari produsen dan tengkulak. Produsen bisa menjadi supplier untuk tengkulak Universitas Sumatera Utara atau langsung supplier untuk manufaktur. Rantai 1-2 adalah supplier → manufaktur. Pada rantai pasok pertanian, manufaktur adalah pengolah komoditas produk pertanian yang memberikan nilai tambah untuk komoditas tersebut. Hubungan konsep supplier partnering antara manufaktur dengan supplier mempunyai potensi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Rantai 1-2-3 adalah supplier → manufaktur → distributor. Barang yang sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan. Cara yang umum dilakukan adalah melalu i distributor dan biasanya ditempuh dengan supply chain. Barang yang berasal dari gudang pabrik disalurkan ke gudang distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar kemudian barang tersebut disalurkan kepada pengecer dalam jumlah yang lebih kecil. Rantai 1-2-3-4 adalah supplier → manufaktur → distributor → retail. Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Dalam rantai pasok pertanian, pedagang besar sebagai distributor memasok produk pertaniannya kepada pengecer di pasar tradisional maupun di pasar swalayan. Rantai 1-2-3-4-5 adalah supplier → manufaktur → distributor → retail → pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli. Mata rantai pasok akan berhenti ketika barang tersebut tiba pada pemakai langsung. Universitas Sumatera Utara Struktur rantai pasok produk pertanian menurut Marimin dan Maghfiroh (2011) memiliki keunikan karena tidak selalu mengikuti urutan rantai diatas. Petani dapat langsung menjual hasil pertaniannya langsung ke pasar selaku retail, sehingga telah memutus rantai pelaku tengkulak, manufaktur dan distributor. Manufaktur juga tidak harus memasok produk lewat distributornya ke retail, tapi bisa langsung ke pelanggan. Pelanggan disini biasanya adalah pelanggan besar seperti restoran, rumah sakit, ataupun hotel. Manufaktur juga banyak menggunakan jasa eksportir selaku distributor untuk memasarkan produknya ke pelanggan internasional. Struktur rantai pasok pertanian ditunjukkan pada Gambar 3. Supplier Manufakturer Distributor Retail Pelanggan Gambar 3. Struktur Rantai Pasok Pertanian Sumber: Marimin dan Magfiroh (2010) 2.3.3 Mekanisme Supply Chain Universitas Sumatera Utara Pada hakekatnya, mekanisme rantai pasok produk pertanian secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri. Pada negara berkembang seperti Indonesia, mekanisme rantai pasok produk pertanian dicirikan dengan lemahnya produk pertanian dan komposisi pasar. Adanya kelemahan-kelemahan produk pertanian, misalnya mudah rusak, musiman, jumlah yang banyak dengan nilai yang relatif kecil, tidak seragam, dan lain-lain akan mempengaruhi mekanisme pemasaran, seringkali menyebabkan fluktuasi harga yang akan merugikan pihak petani selaku produsen (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Mekanisme supply chain produk pertanian dapat bersifat tradisional ataupun modern. Mekanisme tradisional adalah petani menjual produknya langsung ke pasar atau lewat tengkulak, dan tengkulak yang akan menjualnya ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Pada rantai pasok modern, petani sebagai produsen dan pemasok pertama produk pertanian membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian atau kontrak dengan manufaktur, eksportir, atau langsung dengan pasar sebagai retail, sehingga petani memiliki posisi tawar yang baik. Perjanjian atau kontrak antara petani dan mitra berdampak baik untuk keduanya. Petani mendapatkan kepastian pembelian hasil panennya dengan harga yang telah disepakati, dan mitra mendapatkan produk pertanian yang memiliki spesifikasi mutu yang telah disepakati juga. Mekanisme ini tidak hanya memacu petani untuk terus meningkatkan mutu hasil pertaniannya, tapi juga memacu para pelaku rantai pasok yang lain seperti manufaktur, distributor, dan retail untuk menjamin kualitas produk yang diinginkan oleh pasar, sehingga produk dapat diterima oleh konsumen lokal maupun mancanegara (Marimin dan Maghfiroh, 2010). 2.3.4 Kelembagaan Supply Chain Universitas Sumatera Utara Kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Kelembagaan tersebut mencapai satu atau lebih tujuan yang menguntungkan semua pihak yang ada di dalam dan di luar kelembagaan tersebut. Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola interaksi antarpelaku, serta dampaknya bagi pengembangan usaha suatu komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok tersebut (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Dalam perkembangannya, bentuk kelembagaan supply chain atau rantai pasok pertanian terdiri dari dua pola, yaitu pola perdagangan umum dan pola kemitraan. Pola perdagangan umum melibatkan berbagai pelaku tataniaga yang umum ditemukan di banyak lokasi, antara lain petani baik secara individu atau kelompok dan pedagang. Pola kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja diantara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Keberhasilan kelembagaan supply chain komoditas pertanian tergantung sejauh mana pihak-pihak yang terlibat mampu menerapkan kunci sukses (key success factor) yang melandasi setiap aktivitas di dalam kelembagaan tersebut. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011) kunci sukses ini terindentifikasi melalui penelusuran yang detail dari setiap aktivitas di dalam rantai pasokan. Kunci sukses tersebut adalah: 1. Trust Building Kepercayaan yang terbangun di antara anggota rantai pasokan mampu Universitas Sumatera Utara mendukung kelancaran aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran pada transaksi penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar. 2. Koordinasi dan Kerjasama Koordinasi di antara anggota rantai pasokan sangat penting guna mewujudkan kelancaran rantai pasokan, ketepatan pasokan mulai dari produsen hingga retail dan tercapainya tujuan rantai pasokan. 3. Kemudahan Akses Pembiayaan Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk administratif yang tidak rumit akan memudahkan pihak-pihak di dalam rantai pasokan dalam mengembangkan usahanya. Dengan mudahnya akses pembiayaan tersebut, maka diharapkan pengembangan usaha di bidang agribisnis ini dapat berkembang dengan baik. 4. Dukungan Pemerintah Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator sangat penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan struktur rantai pasokan yang mapan. Distribusi informasi pasar yang disediakan oleh pemerintah, kebijakan-kebijakan yang mengatur rantai pasok komoditas pertanian, penyediaan infrastruktur yang memadai, pendampingan dan pembinaan oleh PPL serta pengadaan pameran atau ekshibisi produk pertanian dapat meningkatkan daya saing rantai pasokannya. 2.3.5 Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Menurut Pujawan (2010) mengelola supply chain melibatkan banyak pihak didalam maupun diluar sebuah perusahaan serta menangani cakupan Universitas Sumatera Utara kegiatan yang sangat luas. Ditambah lagi dengan berbagai ketidakpastian yang ada disepanjang supply chain serta semakin meningkatnya persaingan di pasar, maka dibutuhkan supply chain management dengan pendekatan dan model pengelolaan yang tepat. Selain itu, berbagai aturan dari pemerintah maupun masyarakat untuk tetap menjaga aspek lingkungan dalam kegiatan supply chain. 1. Kompleksitas struktur supply chain Suatu supply chain biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak pihak didalam maupun diluar perusahaan. Pihak-pihak tersebut seringkali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Konflik yang terjadi merupakan tantangan besar dalam mengelola rantai pasok. Kompleksitas suatu rantai pasok juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zona waktu, dan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. 2. Ketidakpastian Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan suatu rantai pasok. Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang sudah dibuat sehingga perusahaan perlu menciptakan antisipasi pengamanan disepanjang rantai pasok baik berupa persediaan (safety stock), waktu (safety time), ataupun kapasitas produksi maupun transportasi. Ketidakpastian dalam manajemen rantai pasok dapat berasal dari tiga sumber, yaitu: a. Ketidakpastian permintaan Pada setiap alur produk dari hulu hingga ke hilir tidak terhindarkan dengan ketidakpastian baik itu dari toko atau supermarket yang tidak memiliki informasi yang pasti berapa suatu produk akan terjual pada minggu atau hari tertentu. Mereka hanya bisa meramalkan dan kemungkinan ramalan itu benar kecil. Universitas Sumatera Utara Bahkan, semakin ke hulu ketidakpastian permintaan ini biasanya semakin meningkat. Peningkatan ketidakpastian atau variasi permintaan dari hilir ke hulu pada suatu supply chain dinamakan bullwhip effect. b. Arah supplier Ini bisa berupa ketidakpastian lead time pengiriman, harga bahan baku atau komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim. c. Ketidakpastian internal Ketidakpastian internal yang dapat disebabkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu maupun kualitas produk. Work In Process Produk Akhir Ketidakpastian Pasokan Produk Akhir Ketidakpastian Internal Ketidakpastian Permintaan Gambar 4. Ketidakpastian pada Supply Chain Sumber: Pujawan (2010) 2.3.6 Analytical Hierarchy Process Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP) dikembangkan oleh DR. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan jugdement dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1993). AHP merupakan suatu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan, sekaligus alat bantu untuk memahami kondisi suatu sistem dan melakukan prediksi pengambilan keputusan dalam suatu Universitas Sumatera Utara proses. AHP sangat berguna dan penting sekali untuk pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas dari beberapa faktor atau alternatif strategi yang ada dan akan diterapkan. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikontruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria pada level pertama, sub kriteria dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari satu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap satu kriteria) secara intuisif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan. Dr. Thomas kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang mempretasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Universitas Sumatera Utara Saaty (1993) mengurutkan langkah-langkah pemecahan masalah menggunakan AHP, yaitu sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum/goal, faktor, aktor/pelaku, tujuan, dan alternatif-alternatif pada level hirarki paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan. 4. Menghitung nilai pembobot keseluruhan hirarki dan menentukan ranking alternatif dari pembobot yang didapatkan. 5. Memeriksa konsistensi matrik penilaian. 6. Mencari nilai pembobot keseluruhan hirarki dan menentukan rangking alternatif dari pembobot yang didapatkan. Memilih nilai pembobot alternatif paling tinggi dari hasil perkalian tersebut. 2.3.7 Prinsip Kerja Analytical Hierarchy Process (AHP) Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), AHP terbagi dalam beberapa prinsip kerja, yaitu sebagai berikut: 1. Penyusunan Hierarki Penyusunan hierarki dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi elemen pokoknya, elemen pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkis. Hierarkis memiliki lima tingkatan yaitu goal, faktor, aktor, tujuan dan alternatif strategi. Goal (fokus) merupakan sasaran utama yang akan dicapai. Faktor adalah elemen penentu baik internal maupun eksternal untuk mencapai Universitas Sumatera Utara sasaran utama. Aktor adalah pelaku baik organisasi atau perorangan yang terlibat dalam pencapaian sasaran. Tujuan merupakan apa yang ingin dicapai oleh pelaku dan alternatif adalah beberapa skenario dari pelaku dalam pencapaian sasaran. Adapun hierarki AHP diperlihatkan pada Gambar 5. Goal Faktor 1 Faktor 2 Aktor 1 Aktor 2 Aktor 3 Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3 Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Gambar 5. Hierarki Lima Tingkat Analytical Hierarchy Process (AHP) Sumber: Marimin dan Magfiroh (2010) 2. Penetapan Prioritas Matriks perbandingan berpasangan dilakukan untuk menilai kriteria dan alternatif. Matriks merupakan tabel untuk membandingkan elemen satu dengan elemen lain terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Matriks memberikan kerangka menguji konsistensi, membuat segala perbandingan yang mungkin, dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Perbandingan dilakukan berdasarkan penilaian (judgement) dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Matriks Perbandingan Kriteria K1 K2 Goal K1 K2 K3 Sumber: Marimin dan Magfiroh (2010) K3 Dalam matriks ini, bandingkan elemen K1 dalam kolom vertikal dengan elemen K1, K2, K3 dan seterusnya yang terdapat di baris horizontal yang dihubungkan dengan level tepat diatasnya (goal). Lalu ulangi dengan elemen kolom K2 dan seterusnya. Dalam membandingkan antar elemen, tanyakanlah seberapa kuat suatu elemen mempengaruhi goal dibandingkan dengan elemen lain yang sedang dibandingkan. Susunan pertanyaan ini harus mencerminkan tata hubungan yang tepat antara elemen-elemen di suatu level dengan sebuah elemen yang ada di level atasnya. Bila membandingkan suatu elemen dalam matriks dengan elemen itu sendiri, misalnya K1 dengan K1, perbandingan tersebut bernilai 1, maka isilah diagonal matriks tersebut dengan bilangan 1. Selalu bandingkan elemen pertama dari suatu pasangan (elemen di kolom sebelah kiri matriks) dengan elemen yang kedua (elemen di baris puncak) dan taksir nilai numeriknya dari skala. Nilai kebalikannya digunakan untuk perbandingan elemen kedua dengan elemen pertamanya tadi. Nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Setiap level hierarki baik kuantitatif dan kualitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matrik atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Universitas Sumatera Utara 3. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang mempunyai konsisten tinggi sangat diperlukan dalam persoalan pengambilan keputusan agar hasil keputusannya akurat. Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang. Jika lebih dari 10%, maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki. 2.4 Kerangka Pemikiran Bawang merah sebagai salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi pengembangan pasar yang sangat baik perlu didukung dengan daya saing yang baik pada mekanisme penerapan rantai pasoknya. Peningkatan daya saing melalui pendekatan supply chain management penting untuk mengatasi permasalahan yang saat ini terjadi dilapangan. Karena dengan adanya supply chain management yang merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang atau tempat penyimpanan secara efisien sehingga produk yang dihasilkan dapat didistribusikan kepada konsumen berdasarkan kualitas yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat dengan memperkecil biaya yang memuaskan kebutuhan pelanggan/konsumen. Selain itu pada rantai pasok bawang merah terdapat kecenderungan yang tidak terpadu pada aktivitas perdagangannya, kerjasama yang belum sinergis diantara pelaku usaha, rantai pasokan yang tidak efisien sehingga menyebabkan keberlanjutan pasokan yang tidak stabil. Universitas Sumatera Utara Penerapan supply chain management yang tidak lancar dan efisien menyebabkan berbagai permasalahan di sepanjang rantai pasokan. Mulai dari tingginya biaya operasional bagi pelaku rantai pasok, nilai tambah dan resiko tidak tersebar secara adil diantara anggota rantai pasok, tersendatnya pasokan, dan tidak terpenuhinya harapan konsumen. Untuk itu, fenomena rantai pasokan penting untuk dikaji guna mengindentifikasi permasalahan yang terjadi di sepanjang rantai pasokan, sehingga dapat dirumuskan solusi penerapan supply chain management yang terbaik. Dengan menerapkan konsep SCM yang baik, sehingga diharapkan mampu meningkatkan keunggulan kompetitif dan daya saing bagi semua pelaku rantai pasok bawang merah. Framework dalam membangun model rantai pasok yang baik dapat dilakukan melalui (1) Analisis deskriptif kualitatif untuk melihat alur distribusi supply chain yang ada. Pengkajian rantai pasokan pada komoditas bawang merah memerlukan investigasi secara menyeluruh. Teknik pengambilan informasi dilakukan melalui survei secara langsung pada lokasi sentra bawang merah atau pasar induk yang berada di Kota Medan, (2) Mengidentifikasi faktor, aktor atau pelaku, tujuan dan alternatif skenario untuk membentuk manajemen rantai pasok bawang merah yang efisien dianalisis dengan metode AHP dan diolah dengan menggunakan software Expert Choice 11. Sebagai keluarannya, diharapkan inefisiensi-inefisiensi yang masih terjadi dalam rantai pasok dapat dihilangkan dan mengoptimalisasi jaringan rantai pasok serta peningkatan daya saing pelaku rantai pasok. Skema dari kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 6. Universitas Sumatera Utara Harga yang tidak stabil Stok yang tidak tersedia Membetuk Aktor: 1. Pedagang 2. Distributor 3. Pedagang Pengumpul 4. Produsen Kebijakan Pemerintah Akses Informasi & Teknologi Upaya membentuk supply chain bawang merah Fasilitas Sarana dan Prasarana untuk Produsen Analitycal Hierarchy Process Supply Chain Management Bawang Merah yang Efisien Gambar 6. Kerangka Pemikiran Analisis Supply Chain Management Bawang Merah di Kota Medan Keterangan: : Latar belakang penelitian : Faktor yang mempengaruhi penelitian : Alat Analisis : Tujuan Penelitian Universitas Sumatera Utara