PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk menunjang produktivitas ternak. Salah satu fraksi dalam pakan yang penting yaitu protein. Murray et al. (2003) menjelaskan bahwa protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi yang tersusun dari asam-asam amino. Protein berfungsi untuk pertumbuhan sel atau jaringan, sebagai protein transport, serta menyusun hormon dan enzim. Wu (2010) menambahkan bahwa protein berperan untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi, dan imunitas di dalam tubuh. Pada umumnya peternak masih kurang memperhatikan pemberian pakan kepada ternak terutama pemberian protein. Selama ini kebanyakan peternak memberikan pakan untuk memberikan rasa kenyang tanpa memperhitungkan kandungan nutriennya terutama kandungan protein. Padahal banyak dari bahan-bahan yang memiliki kualitas nutrien yang tinggi namun belum banyak dimanfaatkan, sebagai contohnya yaitu ampas tahu yang merupakan limbah industri pembuatan tahu. Ampas tahu banyak digunakan untuk pakan ternak ruminansia maupun non ruminasia. Hernaman et al. (2005) menjelaskan bahwa bahan kering ampas tahu sebesar 8,69% yang terdiri atas protein kasar sebesar 18,67%. Tingginya kadar air yang tersimpan dalam ampas tahu membuat penggunaan ampas tahu sebagai bahan pakan tidak dapat 1 berlangsung lama karena mudah busuk atau rusak. Salah satu metode yang digunakan untuk mengawetkan ampas tahu selain dikeringkan yaitu dengan difermentasi. Nilai pH pakan konsentrat fermentasi yang bersifat asam bila diberikan kepada ternak dapat menyebakan nilai pH rumen menurun. Sheehan (2007) menjelaskan bahwa penurunan nilai pH rumen dapat terjadi setelah ternak mengkonsumsi silase. Selain itu penurunan nilai pH rumen juga dapat disebabkan karena pemberian pakan yang banyak mengandung karbohidrat mudah tercerna misalnya pakan konsentrat. Hal tersebut dapat terjadi karena karbohidrat mudah tercerna cepat didegradasi di dalam rumen menghasilkan volatile fatty acid (VFA) yang cenderung menurunkan pH cairan rumen. Padahal kondisi pH rumen yang rendah juga dapat mengganggu aktivitas enzim dan populasi mikrobia rumen (Kohn dan Dunlap, 1998). Nilai pH yang tidak normal akan dinetralkan oleh saliva sebagai buffer alami, tetapi pada kondisi dimana pakan berupa konsentrat yang banyak mengandung karbohidrat non struktural, jumlah sekresi saliva tidak mencukupi kebutuhan sistem buffering untuk menjaga kestabilan pH. Kondisi ini disebabkan karena pakan konsentrat mudah dicerna dan difermentasikan sehingga dalam prosesnya hanya membutuhkan sedikit saliva untuk membasahi pakan (Arora, 1995). Berdasarkan uraian di atas nampaknya perlu dilakukan penambahan buffer untuk menjaga pH rumen tetap stabil sehingga 2 mikrobia rumen tetap stabil. Penggunaan sodium bikarbonat (NaHCO3) sebagai komponen penyangga pH di dalam rumen telah banyak dilakukan seperti Hristov et al. (2001) melaporkan bahwa penambahan NaHCO3 pada pakan mampu meningkatkan jumlah protozoa siliata di dalam rumen dan pada penelitian Santra et al. (2003) menunjukkan bahwa suplementasi NaHCO3 pada ransum konsentrat yang tinggi dapat menaikkan pH rumen, total volatile fatty acid, dan total nitrogen. Ternak ruminansia mendapatkan suplai protein dari protein pakan dan protein mikrobia yang merupakan hasil fermentasi dalam rumen. AFRC (1992) cit. Dewhurst (2000) menjelaskan bahwa 2/3 sampai 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikrobia. Produk akhir fermentasi protein pakan akan digunakan untuk pertumbuhan mikrobia dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikrobia rumen sebagai pasokan utama protein bagi ternak ruminansia. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur aktivitas mikrobia tersebut terutama terhadap sintesis protein mikrobia, namun terdapat beberapa metode in vivo yang membutuhkan ternak dengan kanulasi pada duodenum nya, sehingga jika dilihat dari perhatian terhadap animal walfare, perlu digunakan metode lain. Metode lain yang dipandang lebih praktis dan juga tidak menyalahi animal walfare adalah berdasarkan pengukuran total ekskresi derivat purin yang dieksresikan dalam urin selama 24 jam (Givens et al., 2000). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang estimasi sintesis protein mikrobia 3 rumen berdasarkan ekskresi derivat purin dalam urin kambing Bligon yang diberi pakan fermentasi berbasis ampas tahu dengan penambahan NaHCO3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan buffer NaHCO3 pada pakan fermentasi berbasis ampas tahu sebagai komponen ransum kambing Bligon terhadap sintesis protein mikrobia rumen yang diestimasi melalui ekskresi derivat purin dalam urin. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan peternak dalam menyusun ransum dengan menggunakan pakan fermentasi berbasis ampas tahu sehingga tidak memberikan efek negatif terhadap ternak. 4