8 BAB II KEMAMPUAN BERTANYA DAN BERKOMUNIKASI SISWA

advertisement
8
BAB II
KEMAMPUAN BERTANYA DAN BERKOMUNIKASI SISWA MELALUI
METODE FIELD TRIP PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN
A. Kemampuan Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya karena
bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan
kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk : (1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (2)
mengecek pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon pada siswa; (4)
mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa; (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki
guru; (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan (8)
untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pada aktivitas belajar, bertanya
dapat diterapkan antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, antara
siswa dengan orang lain yang didatangkan ke dalam kelas, (Sagala 2001: 88). Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bertanya sangat banyak manfaatnya.
Peran guru seharusnya mengajak belajar anak untuk bisa berpikir salah satunya
dengan merangsang anak untuk bisa bertanya dan ciri orang yang sedang belajar
yaitu bertanya karena dengan bertanya bisa menjadi ciri orang tersebut berpikir.
Berpikir secara umum diangap sebagai proses kognitif, tindakan mental untuk
memperoleh pengetahuan. Berpikir juga didefinisikan sebagai suatu proses untuk
mencapai sesuatu yang menuntut kita sebagai makhluk hidup untuk menjadi
dewasa.
9
Dengan demikian berpikir merupakan potensi dasar yang patut dikembangkan
sedini mungkin mulai dengan melatih menggunakan akal sehat sejak manusia
berhubungan dengan lingkungan. Berpikir dapat dilatihkan kepada siswa dengan
mengembangkan keterampilan bertanya selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, (Arifin, et.al. 2000: 146).
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa,
bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Pertanyaan yang meminta
penjelasan tentang pembahasan menunjukkan bahwa siswa ingin mengetahui
dengan jelas tentang hal itu. Pertanyaan tentang mengapa dan bagaimana dapat
menunjukkan penanya berpikir. Pertanyaan tentang latar belakang hipotesis
menunjukkan penanya sudah memiliki gagasan atau perkiraan untuk menguji atau
memeriksanya. Dengan demikian jelasnya bahwa bertanya tidak sekedar bertanya
tetapi melibatkan pikiran (Rustaman 2005: 81).
Bertanya merupakan aspek penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena
dalam suatu kegiatan belajar mengajar yang menuntut siswa aktif sering
melibatkan pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari siswa (Arifin, et.al. 2000:
148). Menurut Nasution dalam (Kusmawati, 2010: 7) menyatakan bahwa
pentingnya pertanyaan dalam kegiatan belajar mengajar bukanlah memompakan
pengetahuan tetapi makin banyak siswa berpikir dan bertanya maka semakin besar
kemungkinan mereka belajar.
Kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan berbeda-beda. Berdasarkan
hasil penelitian Mujidin (Kusmawati, 2010: 7) menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan bertanya siswa yaitu (1)
10
kebiasaan siswa belajar di sekolah; (2) ketersediaan waktu berpikir ketika
pembelajaran; (3) adanya kelompok kecil; (4) perhatian dan motivasi siswa; dan
(5) peranan guru ketika pembelajaran. Sedangkan menurut Abimanyu
(Kusmawati, 2010: 7) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang
berani dalam memunculkan kemampuan bertanya, antara lain (1) guru lebih
berperan dalam pembelajaran; (2) kehidupan keluarga dan masyarakat yang tidak
membiasakan siswa untuk bertanya; (3) adanya perasaan sungkan untuk bertanya
baik terhadap guru maupun siswa; (4) siswa kurang menguasai materi yang
dijadikan bekal untuk bertanya; dan (5) siswa merasa takut ditertawakan dan
disalahkan jika bertanya. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan indikator dalam
mengkaji pertanyaan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Ditinjau dari segi luas-sempitnya alternatif jawaban benar, bentuk pertanyaan
dibagi menjadi dua yaitu pertanyaan tertutup (konvergen) dan pertanyaan terbuka
(divergen), (Arifin, et.al. 2000: 149). Pertanyaan tertutup hanya memerlukan satu
atau beberapa jawaban terbatas atau tertentu dan biasanya langsung tertuju pada
suatu kesimpulan. Bentuk pertanyaan ini lebih tepat digunakan untuk menggali
apa yang diingat oleh siswa atau pemahaman mengenai fakta-fakta. Sedangkan
pertanyaan terbuka memerlukan sejumlah jawaban atau beberapa kemungkinan
jawaban benar yang lebih luas dan tidak terbatas seperti pada pertanyaan tertutup.
Bentuk pertanyaan terbuka dapat menuntut siswa untuk memberikan berbagai
alternatif jawaban mengenai fakta, konsep ataupun prinsip yang mungkin,
menyatakan alasan-alasan dari suatu pendapat, menerapkan prinsip, konsep
11
ataupun hukum pada situasi baru, meramalkan atau merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, dan menarik kesimpulan (Arifin, et.al. 2000: 149).
Selain itu, untuk mengkaji pertanyaan siswa perlu dilihat dari segi kualitas.
Segi kualitas pertanyaan siswa dapat dilihat dari dimensi proses kognitif
berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001: 31)
yaitu pertanyaan menghafal (remember), pertanyaan memahami (understand),
pertanyaan mengaplikasikan (applying), pertanyaan menganalisis (analyzing),
pertanyaan mengevaluasi (evaluate), dan pertanyaan mencipta (create). Berikut
adalah uraian mengenai jenjang pertanyaan berdasarkan dimensi proses kognitif
taksonomi Bloom yang direvisi menurut Anderson & Krathwohl dalam Suratmi
(2009: 16-22).
1. Pertanyaan Menghafal (Remember) adalah pertanyaan yang mencari
kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Menghafal
merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya.
Agar
“menghafal” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas menghafal
hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan
bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat
(recalling).
a. Mengenali (Recognizing) yaitu mencakup proses kognitif untuk menarik
kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang
identik atau sama dengan informasi yang baru.
12
b. Mengingat (Recalling) yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang apabila ada petunjuk (tanda) untuk
melakukan hal tersebut.
2. Pertanyaan Memahami (Understand) adalah pertanyaan yang mengkonstruk
makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,
mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada
dalam pemikiran siswa. Kategori “memahami” mencakup tujuh proses
kognitif yaitu menafsirkan (interpreting), mengklasifikasikan (classifying),
meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan
(comparing), dan menjelaskan (explaining).
a. Menafsirkan (Interpreting) yaitu mengubah suatu informasi dari satu
bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari katakata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke angka, atau
sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau
membuat parafrase. Informasi yang disajikan dalam tes haruslah “baru”
sehingga dengan mengingat saja siswa tidak akan bisa mengklarifikasi
(clarifying), memparafrase (paraphrasing), dan menyajikan kembali
(representing).
b. Memberikan Contoh (Exemplifying) yaitu memberikan contoh dari suatu
konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut
kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya
menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh.
13
c. Mengklasifikasikan (Classifying) adalah mengenali bahwa sesuatu
(benda atau fenomena) termasuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam
kemampuan mengklasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki
suatu benda atau fenomena.
d. Meringkas (Summarizing) adalah membuat suatu pernyataan yang
mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah
tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi
dan meringkasnya.
e. Menarik Inferensi (Inferring) merupakan suatu pola dari sederetan
contoh atau fakta. Agar dapat melakukan inferensi, siswa harus terlebih
dahulu dapat menarik abstraksi suatu konsep/prinsip berdasarkan sejumlah
contoh yang ada.
f. Membandingkan (Comparing) adalah mendeteksi persamaan dan
perbedaan yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi. Membandingkan
mencakup juga menemukan kaitan antara unsur-unsur satu objek atau
keadaan dengan unsur yang dimiliki objek atau keadaan lain.
g. Menjelaskan (Explaining) adalah mengkonstruk dan menggunakan
model sebab-akibat dalam suatu sistem. Termasuk dalam “menjelaskan”
adalah menggunakan model tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi
apabila salah satu bagian sistem tersebut diubah.
3. Pertanyaan Mengaplikasikan (Applying) adalah pertanyaan yang mencakup
penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan
14
tugas. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan
(executing) dan mengimplementasikan (implementing).
a.
Menjalankan (Executing) berarti melaksanakan suatu prosedur rutin
yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah
tertentu dan juga dalam urutan tertentu. Apabila langkah-langkah tersebut
benar, maka hasilnya sudah tertentu pula. Istilah lain untuk menjalankan
adalah melakukan (carrying out).
b. Mengimplementasikan
(Implementing)
berarti
memilih
dan
menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
Karena diperlukan kemampuan memilih, siswa dituntut untuk memiliki
pemahaman tentang permasalahan yang akan dipecahkannya dan juga
prosedur-prosedur yang mungkin digunakannya. Apabila prosedur yang
tersedia
ternyata
tidak
tepat
benar,
siswa
dituntut
untuk
bisa
memodifikasinya sesuai keadaan yang dihadapi. Istilah lain untuk
mengimplementasikan adalah menggunakan (using).
4. Pertanyaan Menganalisis (Analyzing) yaitu pertanyaan yang menguraikan
suatu permasalahan atau objek ke dalam unsur-unsurnya dan menentukan
saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga
macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis yaitu membedakan
(differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat
(attributing).
a. Membedakan (Differentiating) berarti membedakan bagian-bagian yang
menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi, dan penting
15
tidaknya. Oleh karena itu, “membedakan” berbeda dari membandingkan
(comparing).
Membedakan
menuntut
adanya
kemampuan
untuk
menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu pendapat terkait dengan
struktur yang lebih besar. Misalnya, apabila seseorang diminta
membedakan antara apel dan jeruk, faktor warna, bentuk, dan ukuran
bukanlah ciri yang esensial. Namun apabila yang diminta adalah
membandingkan hal-hal tersebut bisa dijadikan pembeda. Istilah lain untuk
“membedakan” adalah memilih (selecting), membedakan (distinguishing),
dan memfokuskan (focusing).
b. Mengorganisir (Organizing) berarti mengidentifikasi unsur-unsur suatu
keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama
lain untuk membentuk suatu struktur yang padu. Istilah lain untuk
mengorganisir adalah membuat struktur (structing), mengintegrasikan
(integrating), menemukan koherensi (finding coherence), dan membuat
kerangka (outlining).
c. Menemukan Pesan Tersirat (Attributing) berarti menemukan sudut
pandang dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi. Berbeda dengan
kemampuan menginterpretasi atau memahami (pada keduanya dituntut
kemampuan untuk memahami suatu pesan). Pada attributing seseorang
dimintai untuk menemukan maksud mengapa penulis menulis demikian.
5. Pertanyaan Mengevaluasi (Evaluate) yaitu pertanyaan yang membuat suatu
pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam
16
proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini yaitu memeriksa (checking)
dan mengkritik (critiquing).
a. Memeriksa (Checking) yaitu menguji konsistensi atau kekurangan suatu
karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat
produk tersebut). Istilah lain untuk “memeriksa” adalah menguji (testing),
mendeteksi (detecting), memonitor (monitoring), dan mengkoordinasikan
(coordinating).
b. Mengkritik (Critiquing) yaitu menilai suatu karya baik kelebihan maupun
kekurangannya,
berdasarkan
kriteria
eksternal.
Dalam
mengkritik
seseorang melihat sisi negatif dan sisi positif hal yang dinilai dan membuat
pertimbangan berdasarkan hal tersebut. Istilah lain untuk mengkritik
adalah menilai (judging).
6. Pertanyaan Mencipta (Create) adalah pertanyaan yang menggabungkan
beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. ”Mencipta” mencakup
kemampuan
untuk
menghasilkan
sesuatu
yang
baru
dengan
cara
mengorganisir beberapa unsur atau bagian menjadi suatu pola atau struktur
yang sebelumnya tidak tampak. Terdapat tiga macam proses kognitif yang
tergolong dalam kategori ini, yaitu menghasilkan (generating), merencanakan
(planning), dan memproduksi (producing).
a. Menghasilkan (Generating) berarti menguraikan suatu masalah sehingga
dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada
pemecahan masalah tersebut. Pemecahan masalah disini sifatnya terbuka
17
sehingga masalah yang sama bisa dipecahkan dengan berbagai cara. Istilah
lain untuk menghasilkan adalah merumuskan dugaan (hypothesizing).
b. Merencanakan (Planning) berarti merancang suatu metode atau strategi
untuk
memecahkan
masalah.
Merencanakan
bukanlah
sekedar
menjalankan suatu prosedur. Dalam merencanakan diperlukan kemampuan
untuk menguraikan masalah, tujuan atau hal-hal yang harus dilakukan.
Istilah lain untuk merencanakan adalah merancang (designing).
c. Memproduksi (Producing) berarti menjalankan suatu rencana untuk
memecahkan
masalah.
Istilah
lain
untuk
memproduksi
adalah
mengkonstruk (constructing).
Berikut ini disajikan tabel dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi
Bloom yang direvisi menurut Anderson & Krathwohl dalam Suratmi (2009: 23).
Tabel 2.1 Dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi
Kate
gori
Kog
nitif
C1
C2
Kate
gori
Kog
nitif
Jenjang
Pertanyaan
Menghafal
(Remember)
Memahami
(Understand)
Jenjang
Pertanyaan
Kemampuan
merespon yang
dituntut
Mengingat kembali
informasi berupa fakta,
hasil observasi, dalil
yang pernah dipelajari
Cakupan proses
kognitif
Kata-kata
kunci
Mengenali
(recognizing) dan
mengingat
(recalling).
Apa, siapa,
kapan, dimana,
berapa,
definisikan
Mengorganisasi suatu
informasi secara
mental;
1. mendeskripsikan
dengan kata-kata
Menafsirkan
(interpreting),
memberikan
contoh
(exemplifying),
Mengapa, beri
contoh,
jelaskan,
bandingkan,
sebutkan,
Kemampuan
merespon yang
dituntut
2. sendiri
3. menyatakan ide-ide
Cakupan proses
kognitif
Kata-kata
kunci
mengklasifikasikan uraikan,
(classifying),
kemukakan
18
meringkas
(summarizing),
menarik inferensi
(inferring),
membandingkan
(comparing), dan
menjelaskan
(explaining).
Mengaplikasikan suatu Menjalankan
aturan, teori, hukum
(executing) dan
Menerapkan atau prinsip dalam
mengimplementasi
C3
(Apply)
situasi tertentu untuk
kan
memecahkan suatu
(implementing).
masalah
1. mengidentifikasi
Membedakan
motif, alasan, atau
(differentiating),
penyebab kejadian
mengorganisir
yang spesifik
(organizing), dan
2. mencari bukti-bukti menemukan pesan
Menganalisis
C4
atau yang
tersirat
(Analyze)
menunjang suatu
(attributing).
kesimpulan atau
generalisasi
3. menarik kesimpulan
atau generalisasi
1. membuat penilaian Memeriksa
baik tidaknya suatu (checking) dan
ide atau gagasan,
mengkritik
Mengevaluasi
pemecahan masalah (critiquing).
C5
(Evaluate)
atau karya seni
2. mengemukakan
pendapat terhadap
suatu isu
1. menghasilkan
Menghasilkan
jawaban baru
(generating),
Mencipta
2. merencanakan suatu merencanakan
C6
(Create)
bentuk baru
(planning), dan
memproduksi
(producing).
B. Keterampilan Komunikasi
C2
Memahami
(Understand)
pokok suatu hal
dengan kata-kata
sendiri
4. membuat
perbandingan
menerjemahkan bahan
informasi
dengan kalimat
lain, ceritakan
dengan katakata sendiri.
Organisasikan,
buktikan,
prediksikan apa
yang terjadi
jika
Identifikasi,
bedakan,
bandingkan,
kontraskan, apa
hubungan
antara,
bagaimana
kesimpulannya
Manakah yang
lebih tepat,
pertimbangan
apakah
Merumuskan
hipotesis,
membuat
rancangan
kegiatan
Sekarang ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu
yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya
berkomunikasi. Seperti yang diutarakan oleh (Cangara, 2002 : 8) menyatakan
19
bahwa komunikasi telah memperpendek jarak, menghemat biaya, menembus
ruang dan waktu. Komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran, perasaan
dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun kontakkontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha
memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat
cakrawala seseorang menjadi makin luas.
Pada hakikatnya komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy, 2003).
Canggara (2002: 3) menyatakan bahwa dalam ruang lingkup yang lebih terinci,
ialah komunikasi yang menggambarkan dengan cara bagaimana seseorang
menyampaikan sesuatu lewat bahasa atau simbol-simbol tertentu kepada orang
lain dan pesan tersebut pesan dimengerti oleh penerima pesan. Cherry dalam
stuart (Cangara, 2002: 18) menyatakan bahwa Istilah komunikasi berpangkal pada
perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata
dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi.
Komunikasi memiliki makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi,
gelombang suara, tanda diantara tempat, sistem atau organnisme. Kata
komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, pesan, atau pengaruh. Menurut
istilah psikologi, komunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian energi dari
alat-alat indra ke otak, peristiwa penerimaan dan pengelolaan informasi, proses
20
saling mempengaruhi antara berbagai sistem dalam diri organisme dan diantara
organisme. Rakhmat (Pratiwi: 2007).
Ada juga yang menyatakan bahwa komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi dapat diartikan pula bahwa
komunikasi ialah menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel atau diagram
juga termasuk berkomunikasi. Selain itu termasuk ke dalam berkomunikasi juga
adalah menjelaskan hasil percobaan, misalnya mempertelakan atau memberikan
tahap-tahap perkembangan, termasuk menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis dan jelas, (Rustaman, 2005: 86).
Dalam komunikasi, terdapat tiga komponen yang penting, yaitu pesan,
komunikator, dan komunikan. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan
sehingga terpola suatu interaksi dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk dapat
mencapai interaksi yang baik dalam kegiatan belajar mengajar, diperlukan adanya
suatu komunikasi yang baik antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa
lainnya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Menurut Indrawati (Pratiwi: 2007) keterampilan berkomunikasi merupakan
salah satu keterampilan proses yang harus dimiliki oleh seseorang, karena dengan
keterampilan ini, seseorang dapat mengungkapkan gagasannya, temuannya
bahkan perasaannya kepada orang lain. Bila siswa saling berinteraksi dalam
kegiatan belajar mengajar, maka akan tercipta suatu komunikasi yang mengarah
ke proses belajar, saling mempengaruhi dan penyesuaian diri. Kemampuan
21
berbicara merupakan salah satu kemampuan dalam taksonomi ranah tujuan
psikomotorik menurut Kibler, Barket & Miles (Pratiwi: 2007)
Kemampuan
ini
merupakan
kemampuan
yang
berhubungan
dengan
komunikasi secara lisan. Untuk kemampuan berbicara, siswa harus mampu
menunjukkan kemahirannya memilih dan menggunakan kata atau kalimat
sehingga informasi, yang didapatkan bisa dikomunikasikannya dan dapat diterima
secara mudah oleh pedengarnya. Tidak setiap siswa memiliki keahlian untuk
mendengarkan dan berbicara Lie (Pratiwi: 2007). Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu cara agar siswa dapat memunculkan potensi komunikasi untuk
mendengarkan dan berbicara.
Komunikasi harus dilakukan secara efektif dan jelas agar tidak terjadi
kesalahan dalam menerima dan menanggapinya. Komunikasi yang efektif, jelas,
tepat dan tidak samar-samar menggunakan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam komunikasi, hendaknya dilatih agar siswa nantinya terbiasa dan
memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut; (1)
Komunikasi verbal yang terdiri dari komunikasi lisan dan komunikasi tulisan, (2)
Komunikasi inverbal yang terdiri dari komunikasi kial, komunikasi gambar, (3)
Komunikasi tatap muka, (4) Komunikasi bermedia, (Effendy, 2003: 53).
Effendy (2003: 55) menyatakan bahwa tujuan komunikasi ialah mengubah
sikap, mengubah opini, mengubah perilaku, dan mengubah masyarakat,
sedangkan fungsi komunikasi itu sendiri yaitu menginformasikan, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi.
Soemiati, et.al. (2011: 8) menyatakan bahwa komunikasi kelompok adalah
suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu
22
berinteraksi dalam kelompok kecil, dan bukan deskripsi mengenai bagaimana
seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah nasehat tentang caracara bagaimana yang harus ditempuh. Sebab, bagaimanapun juga, dari sudut
pandang komunikasi kelompok sudah dapat dibayangkan bahwa dalam jangka
panjang, pemusatan perhatian pada deskriptif dan analisa, mungkin akan berguna
dalam meningkatkan proses diskusi kelompok daripada seperangkat aturan yang
paling baik sekalipun.
Ada delapan variabel telah dipilih untuk diselidiki pada saat diskusi kelas yang
akhirnya bisa membedakan kelompok satu dan lainnya memiliki kemampuan
komunikasi yang baik ataupun tidaknya yaitu sebagai berikut; (1) Kejelasan, suatu
pernyataan dikatakan jelas apabila seorang yang mendengar atau membacanya
merasa yakin bahwa dia mengerti maksud yang ingin disampaikan si pembuat
pesan; (2) Pendapat, suatu pernyataan dikatakan mengandung pendapat, apabila
mengungkapkan suatu perasaan, keyakinan atau penilaian dasar faktual ini
biasanya tidak nampak dalam pernyataan itu sendiri; (3) Kepentingan, suatu
pernyataan dikatakan mengungkapkan kepentingan si pembuat pesan, apabila
mengandung beberapa petunjuk tentang perhatian dan keterlibatannya dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sedang dibahas; (4) Jumlah informasi, suatu
pernyataan dikatakan bersifat informatif apabila berisi fakta-fakta, statistik, dan
pendapat dari sumber-sumber terpercaya yang mempunyai kaitan langsung
dengan beberapa aspek dari pertanyaan yang sedang dibahas; (5) Daya provokasi,
suatu pernyataan dikatakan bersifat provokatif apabila mencerminkan keinginan
atau kesediaan dari si pembuat provokasi untuk mendorong orang lain memberi
23
tanggapan terbuka padanya, yaitu seolah-olah mengundang atau menerima
tanggapan; (6) Orientasi, suatu pernyataan dikatakan memberi orientasi apabila
mencerminkan usaha si pembuatan pesan untuk merangsang tercapainya tujuan
kelompok dengan cara menggunakan fakta, memberi saran yang bermanfaat, atau
mencoba memecahkan konflik; (7) Objektitivitas, suatu pernyataan dikatakan
objektif apabila mencerminkan kebebasan si pembuat pesan yang secara sadar
berusaha mendesak atau mempengaruhi seorang atau orang-orang lain untuk
menerima pendapatnya; (8) Panjangnya, panjang pernyataan hanyalah jumlah
kata-kata dalam pernyataan, (Soemiati, et.al. 2011: 30).
C. Field Trip
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan.
Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya
individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu
dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Dapat
juga terjadi, individu menyebabkan terjadinya perubahan pada lingkungan, baik
positif atau bersifat negatif. Hal ini menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan
merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar, (Hamalik 2001:
194).
Field trip dapat diartikan pula belajar di luar kelas yang dimana belajar
langsung pada objek yang ingin kita ketahui sehingga kegiatan field trip dapat
diartikan dengan istilah karyawisata, observasi lapangan, widyawisata, studi tour
dan istilah lainnya. Semua istilah ini memiliki maksud yang sama. Senada dengan
24
hal ini, Sudirman (Fawziyah, 2008: 16) menyatakan bahwa maksud dari kegiatankegiatan ini adalah membawa siswa keluar kelas dalam rangka mempelajari
sumber-sumber belajar diluar kelas dalam kaitannya dengan materi pelajaran
sekolah. Namun terkadang, diidentikan dengan kunjungan ke suatu tempat yang
jauh dan membutuhkan biaya besar serta terkesan sebagai rekreasi atau piknik.
Sebenarnya kegiatan field trip bukanlah piknik akan tetapi memindahkan kelas
untuk sementara keluar dengan menggunakan sumber-sumber belajar dari
lingkunganya. Selain itu, dengan membawa siswa untuk belajar di luar kelas
untuk mempelajari bahan-bahan langsung dari alam sudah dapat dikategorikan
sebagai kegiatan field trip Pravita (Fawziyah, 2008: 16). Jadi kegiatan field trip
tidak harus selalu dengan biaya yang mahal.
Menurut Senada yang diungkapkan oleh Nasution (Fawziyah, 2008: 16) bahwa
field trip memiliki beberapa nilai, diantarannya memberikan pengalaman
langsung, membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada,
memberi motivasi kepada siswa untuk menyelidiki sebab terjadinya sesuatu,
menanamkan kesadaran akan masalah yang terdapat dalam masyarakat,
memberikan pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat dan
mengembangkan hubungan sosial.
Menurut Sagala (2003: 214) karya wisata ialah pesiar (ekskursi) yang
dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu
dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Dengan karya wisata
sebagai metode belajar mengajar, anak didik dibawah bimbingan guru
mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar dan menambah
25
wawasan yang lebih luas. Berbeda halnya dengan tamasya dimana manusia
terutama pergi untuk mencari liburan, dengan karya wisata manusia diikat oleh
tujuan dan tugas belajar dan nantinya pun akan memperoleh perubahan antara
hasil akhir dari tamasya dan karya wisata, kalaulah karya wisata hasil akhirnya
berupa ilmu atau pengetahuan baru sedangkan tamansya yang didapatkan
kesenangan hati dan kepuasan batin semata.
Kendatipun karya wisata menurut Rusyan (Sagala 2003: 214) menyatakan
bahwa banyak sekali karya wisata yang memiliki non akademis, tetapi tujuan
umum pendidikan dapat dicapai, terutama mengenai wawasan dan pengalaman
tentang dunia luar seperti kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, musium,
peternakan yang sistematis ataupun tempat-tempat yang mendukung pembelajaran
yang akhirnya siswa mendapatkan pengalaman dan tujuan pembelajaran yang
dikehendaki dapat tercapai.
Penggunaan metode pembelajaran karya wisata anak dapat memperoleh ilmu
yang banyak dan pengalaman baru, pernyataan tersebut didukung oleh (Hamalik
2001: 168) yang menyatakan bahwa cara ini dapat membangkitkan motivasi
belajar oleh karena itu, dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung
dan bermakna baginya. Selain dari itu, karena objek yang akan dikunjungi adalah
objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterkaitan ruangan kelas
besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada,
sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan.
Kegiatan field trip terbagi ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap kegiatan field trip
dapat berlangsung dengan lancar, perlu merumuskan dan menjelaskan tujuan
26
kegiatan, meminta siswa mempelajari hal-hal yang terkait dengan kegiatan,
menyediakan pertanyaan yang dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan field
trip dan menyiapkan segala keperluan kegiatan field trip.
Selanjutnya saat pelaksanaan kegiatan field trip perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap kelengkapan atau keperluan kegiatan field trip, memelihara ketertiban,
selalu melaksanakan kegiatan field trip dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Sebagai tindak lanjut kegiatan field trip siswa perlu diberi
kesempatan menceritakan pengalamannya, menanyakan kepada siswa apakah
mereka menemukan fakta baru menyelidiki, apakah kegiatan field trip telah
mencapai tujuan, mengidentifikasi kekurangan, kesalahan, kesulitan yang dialami
(evaluasi), siswa membuat laporan, mengumpulkan barang hasil kegiatan field trip
dan meminta siswa untuk membuat pernyataan tertulis (opini).
Menurut Sagala (2003: 215) menyatakan bahwa kegiatan field trip memiliki
kelebihan antara lain anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang
beraneka ragam dari dekat, anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman
baru dan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan, anak didik dapat
menjelaskan masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat,
mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung, anak didik dapat
memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan
ceramah yang diberikan on the spot dan anak didik dapat mempelajari sesuatu
secara integral dan komprehensif. Sedangkan kelemahan dari kegiatan field trip
ini diantaranya memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak, jika field
trip sering dilakukan akan mengganggu kelancaran rencana pelajaran, apalagi jika
27
tempat-tempat yang dikunjungi jauh dari sekolah, kadang-kadang mendapatkan
kesulitan dalam bidang pengangkutan, jika tempat yang dikunjungi itu sulit
diamati, akibatnya siswa menjadi binggung dan tidak akan mencapai tujuan yang
diharapkan. Misalnya untuk mempelajari proses kimia yang dikerjakan oleh mesin
yang diamati, memerlukan pengawasan yang ketat, memerlukan biaya yang relatif
tinggi.
Adapun cara mengatasi kelemahan dari kegiatan field trip ini antara lain perlu
merumuskan tujuan-tujuan yang jelas dan tegas, membuat rumusan tujuan yang
jelas dan kokrit, perlu menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan sewaktu dan
sesudah pelaksanaan field trip, perlu membuat rencana penilaian pengalamanpengalaman dan hasil field trip, dan perlu menentukan rencana selanjutnya
sebagai kelanjutan pengalaman hasil field trip (Sagala 2003: 215).
D. Pencemaran atau Kerusakan Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah masuknya makhluh hidup, zat, energi, atau
komponen lain ke dalam lingkungan manusia atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga mutu kualitas lingkungan turun
sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya, Undang-undang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 dalam (Adhi, Diana, 2009).
Pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi pencemaran tanah, air, udara,
dan suara.
28
Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam air akibat adanya kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya. Indikator atau tanda bahwa air telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda pencemaran yang dapat diamati secara fisik, kimia,
maupun biologi. Secara fisik atau visual, air sudah tercemar jika ada perubahan
warna, rasa, dan bau. Secara kimia terdeteksi dari adanya perubahan suhu, pH,
konduktivitas (kandungan ion positif dan negatif), kandungan oksigen terlarut
yang berkurang, turbiditas (kandungan partikel), kandungan bahan kimia, dan
lain-lain. Data tersebut diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat.
Sedangkan secara biologi dapat dianalisa dengan melihat adanya bakteri patogen
dan respon terhadap bioindikator yang dapat berupa invertebrata air, alga atau
hewan akuatik lainnya melalui uji hayati di laboratorium (Surtikanti, 2009: 88).
Pencemaran air dapat diakibatkan oleh adanya buangan dari limbah domestik
(sampah, detergen, dan bahan organik), limbah industri dan pabrik, limbah
pertanian, limbah radioaktif, limbah hasil pertambangan, dan limbah B3
(Surtikanti, 2009: 88). Limbah-limbah tersebut akan menyebabkan banjir, bau tak
sedap, dan menurunnya kadar oksigen air yang membahayakan kehidupan
organisme air. Selain itu, zat-zat kimia, logam berat (Cu, Hg, dan Pb) serta air
panas juga dapat mengganggu kehidupan organisme air secara langsung
(Susilowarno, 2007: 299).
Pencemaran air dapat menyebabkan fenomena-fenomena khusus dikarenakan
oleh kekhususan zat pencemar dan tempat terjadinya. Fenomena tersebut salah
29
satunya adalah eutrofikasi. Pembuangan sampah organik ke dalam perairan akan
mengakibatkan
peristiwa
pembusukan
yang
akan
menghasilkan
nitrat.
Pengggunaan pupuk berlebihan mengakibatkan sisa pupuk yang berupa nitrat
tidak terserap dan mengalir ke perairan sehingga terjadi kelimpahan nitrat di
perairan yang disebut Eutrofikasi. Eutrofikasi mengakibatkan adanya peledakan
pertumbuhan tanaman air (blooming) seperti eceng gondok atau ganggang.
Keadaan itu mengakibatkan cahaya matahari tidak dapat menembus perairan
sehingga tumbuhan yang berada di bawahnya tidak dapat berfotosintesis dan
produksi oksigen air (oksigen terlarut/DO) menjadi menurun. Berkurangnya kadar
oksigen dalam air mengakibatkan organisme air tidak dapat hidup. Matinya
organisme air seperti ganggang dan ikan akan mengendap di dasar perairan
sehingga mengakibatkan dasar perairan menjadi dangkal (Susilowarno, 2007:
300).
Download