aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil

advertisement
AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL
TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN
PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS
FAHMI FAHRIZAL
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aktivitas Pendaratan
dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan
Kabupaten Ciamis adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing
dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya ilmiah yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
Fahmi Fahrizal
C44070050
ABSTRAK
FAHMI FAHRIZAL, C44070050. Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil
Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis.
Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE dan DINARWAN.
Aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis didukung dengan adanya
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di 5 kecamatan. Aktivitas
kepelabuhanan perikanan yang terdapat di PPI tersebut diantaranya adalah
aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan. Kedua aktivitas tersebut
memerlukan fasilitas yang memadai dan penanganan yang cermat karena ikan
merupakan komoditas perishable. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi aktual kepelabuhanan perikanan serta aktivitas pendaratan dan pemasaran
hasil tangkapan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode survei, sedangkan analisis data yang digunakan adalah
analisis data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi
kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis saat ini
masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas kepelabuhanan perikanan
di 5 lokasi tersebut masih sangat minim. Semua PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis memanfaatkan tepi pantai atau muara sungai sebagai tempat pendaratan
alami. PPI Batu Karas merupakan PPI dengan jumlah pendaratan dan volume
pendaratan hasil tangkapan paling banyak dibandingkan dengan PPI lainnya.
Hasil tangkapan yang didaratkan di hampir semua PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis dipasarkan melalui aktivitas pelelangan ikan kecuali di PPI Pangandaran.
Hasil tangkapan tersebut dipasarkan untuk konsumsi masyarakat lokal di sekitar
PPI, Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis. Jenis ikan ekonomis penting
yaitu udang, lobster dan layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan. Rasio
NP/P dan indeks relatif nilai produksi yang diperoleh PPI Kalipucang pada tahun
2010 lebih besar dari PPI lainnya. Hal ini disebabkan karena hasil tangkapan yang
didaratkan dan dipasarkan di PPI ini bersifat homogen, yaitu hanya terdiri dari
udang lobster yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.
Kata Kunci: hasil tangkapan, Kabupaten Ciamis, pemasaran, pendaratan, PPI
ABSTRACT
FAHMI FAHRIZAL, C44070050. The Activity of Landing and Marketing of Fish
Catches in Fishing Landing Bases at Ciamis Regency. Supervised by ANWAR
BEY PANE and DINARWAN.
Marine fisheries activities at Ciamis Regency is supported by the fishing landing
bases (PPI) spread out over 5 sub-district. Some of the activities in these PPI are
landing and marketing of fish catches. Both of these activities require adequate
facilities and careful handling because fish is a perishable commodity. The
purpose of this research are to know the actual condition of the fishing ports, the
activity of landing and marketing of fish catches in 5 locations of PPI at Ciamis
Regency. This research used the survey method and descriptive data analysis. The
results showed that fishing port facilities in 5 locations of PPI at Ciamis Regency
is still very lacking. All of PPI at Ciamis Regency uses beach and estuary of the
river as a place for landing of the fish catches. PPI Batu Karas has the most of
number and volume of landing fish catches than the others. The fishes landed on
all of PPI at Ciamis Regency are marketed through the fish-trading activity,
except at PPI Pangandaran. The fishes are marketed for consumption of local
communities around the PPI, inside and outside of the Ciamis Regency. Some
types of fish that has high economic value such as shrimp, lobster and hairtails are
exported to Japan, China and South Korea. NP/P ratio and relative value of
production index gained PPI Kalipucang in 2010 is bigger than the others. This is
because the fish were landed at this PPI are homogeneous, consisting only of
lobster that has high economic value.
Keywords : Ciamis Regency, fish catches, fishing landing base (PPI), landing,
marketing
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL
TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN
PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS
FAHMI FAHRIZAL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di
Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis
Nama
: Fahmi Fahrizal
NRP
: C44070050
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA
NIP : 19541014 198003 1 003
Dr. Ir. Dinarwan, MS.
NIP : 19630823 198803 1 002
Diketahui
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc
NIP : 19621223 198703 1 001
Tanggal ujian : 12 Juni 2012
Tanggal lulus :
PRAKATA
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah
“Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan
Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis”. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA dan Dr. Ir. Dinarwan, MS. sebagai dosen
pembimbing atas arahan dan saran yang telah diberikan;
2. Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA sebagai dosen penguji tamu;
3. Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan;
4. Kepala dan seluruh staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis,
UPTD PPI Pangandaran, UPTD PPI Parigi, KUD Minapari PPI Parigi, dan
KUD Minarasa PPI Batu Karas atas bantuan yang telah diberikan selama
proses penelitian;
5. Ayah, ibu (alm), kakak, serta seluruh keluarga atas segala kasih sayang,
dukungan dan motivasi yang telah diberikan;
6. Teman-teman PSP angkatan 44, serta pihak lain yang tidak bisa disebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu disempurnakan, sehingga
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2012
Fahmi Fahrizal
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 26
Februari 1989 dari pasangan Bapak Cucu Sukiman dan Ibu
Totoh Nurhayati (alm). Penulis adalah anak ketiga dari tiga
bersaudara.
Penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 1 Tasikmalaya pada tahun 2007. Pada tahun yang
sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Teater Air Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor dan pada tahun 2008
menjadi juara 2 lomba teater dalam acara Art Tetranology 2008 yang
diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian
(BEM FATETA), Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penulis juga menjadi
asisten praktikum mata kuliah Metodologi Penelitian dan Analisis Hasil
Tangkapan Dasar pada tahun ajaran 2010 – 2011.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan
menyusun skripsi dengan judul “Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil
Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................
x
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviii
1
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
2
Latar Belakang................................................................................
Permasalahan..................................................................................
Tujuan.............................................................................................
Manfaat...........................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan Perikanan.......................................................................
2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan.......
2.1.2 Fasilitas pelabuhan perikanan...............................................
2.2 Aktivitas Pendaratan Hasil Tangkapan...........................................
2.3 Aktivitas Pemasaran Hasil Tangkapan...........................................
3
Waktu dan Tempat..........................................................................
Alat dan Bahan...............................................................................
Metode Penelitian...........................................................................
Analisis Data..................................................................................
14
14
14
17
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Daerah..................................................................
4.1.1 Geografi, topografi dan iklim................................................
4.1.2 Kependudukan, pendidikan dan ketenagakerjaan.................
4.1.3 Sarana dan prasarana umum.................................................
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap...............................................
4.2.1 Musim dan daerah penangkapan ikan...................................
4.2.2 Volume dan nilai produksi....................................................
4.2.3 Unit penangkapan ikan..........................................................
5
4
4
8
10
11
METODOLOGI
3.1
3.2
3.3
3.4
4
1
2
3
3
20
20
21
23
26
26
27
30
KONDISI KEPELABUHANAN PERIKANAN DI KABUPATEN
CIAMIS
5.1 PPI Pangandaran.............................................................................
5.1.1 Volume dan nilai produksi....................................................
5.1.2 Unit penangkapan ikan..........................................................
5.1.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan........................................
5.2 PPI Parigi........................................................................................
5.2.1 Volume dan nilai produksi....................................................
5.2.2 Unit penangkapan ikan.........................................................
35
35
38
43
48
48
51
x
5.3
5.4
5.5
5.6
6
5.2.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan.......................................
PPI Batu Karas...............................................................................
5.3.1 Volume dan nilai produksi...................................................
5.3.2 Unit penangkapan ikan.........................................................
5.3.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan.......................................
PPI Cimerak....................................................................................
5.4.1 Volume dan nilai produksi...................................................
5.4.2 Unit penangkapan ikan.........................................................
5.4.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan.......................................
PPI Kalipucang...............................................................................
5.5.1 Volume dan nilai produksi...................................................
5.5.2 Unit penangkapan ikan.........................................................
5.5.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan.......................................
Kajian Kondisi Kapelabuhanan Perikanan di Kabupaten Ciamis...
5.6.1 Volume dan nilai produksi...................................................
5.6.2 Unit penangkapan ikan.........................................................
5.6.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan.......................................
AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL
TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN
IKAN KABUPATEN CIAMIS
6.1 PPI Pangandaran.............................................................................
6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan...................................
6.1.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan...................................
6.2 PPI Parigi........................................................................................
6.2.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan...................................
6.2.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan...................................
6.3 PPI Batu Karas................................................................................
6.3.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan...................................
6.3.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan...................................
6.4 PPI Cimerak....................................................................................
6.4.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan...................................
6.4.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan...................................
6.5 PPI Kalipucang...............................................................................
6.5.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan...................................
6.5.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan...................................
6.6 Kajian Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di
Kabupaten Ciamis...........................................................................
6.6.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan...................................
6.6.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan...................................
7
55
60
60
64
68
71
71
73
78
79
79
81
85
86
86
89
95
99
99
102
104
104
105
108
108
109
111
111
112
113
113
114
115
115
118
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan..................................................................................... 124
7.2 Saran............................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
126
LAMPIRAN................................................................................................
129
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Rincian jumlah responden pada setiap PPI sampel di Kabupaten
Ciamis tahun 2011.................................................................................... 16
2
Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di
Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010...................................................... 28
3
Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis
tahun 2001 – 2010.................................................................................... 30
4
Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis
tahun 2001 – 2010.................................................................................... 32
5
Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 –
2010.......................................................................................................... 33
6
Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010............................................................... 35
7
Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI
Pangandaran tahun 2010........................................................................... 38
8
Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran
tahun 2001 – 2010.................................................................................... 39
9
Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran
tahun 2001 – 2010.................................................................................... 40
10 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun 2001 – 2010 42
11 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi
tahun 2001 – 2010.................................................................................... 48
12 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI
Parigi tahun 2010...................................................................................... 50
13 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi tahun
2001 – 2010.............................................................................................. 51
14 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi tahun
2001 – 2010.............................................................................................. 52
15 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi tahun 2001 – 2010............ 54
16 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Batu Karas tahun 2001 – 2010................................................................. 61
17 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI
Batu Karas tahun 2010............................................................................
63
18 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu Karas
tahun 2001 – 2010.................................................................................... 64
xii
19 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas
tahun 2001 – 2010.................................................................................
66
20 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas tahun 2001 – 2010
67
21 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Cimerak tahun 2001 – 2010..................................................................
71
22 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI
Cimerak tahun 2010..............................................................................
73
23 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Cimerak
tahun 2001 – 2010.................................................................................
74
24 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun
2001 – 2010...........................................................................................
75
25 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak tahun 2001 – 2010.....
77
26 Perkembangan volume dan nilai produksi di PPI Kalipucang tahun
2001 – 2010...........................................................................................
79
27 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Kalipucang
tahun 2001 – 2010.................................................................................
82
28 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang
tahun 2001 – 2010.................................................................................
83
29 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Kalipucang tahun 2001 – 2010
84
30 Perkembangan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI
di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010..............................................
92
31 Keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan yang tersedia di 5
lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2011.........................................
96
32 Perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di 5
lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010............................. 120
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Peta lokasi penelitian pangkalan-pangkalan pendaratan ikan di
Kabupaten Ciamis tahun 2011................................................................
14
2
Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010......................................................................
29
3
Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010......................................................................
29
4
Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di
Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010....................................................
31
5
Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010......................................................................
32
6
Kurva perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun
2001 – 2010............................................................................................
34
7
Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010.............................................................
36
8
Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010.............................................................
37
9
Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010.............................................................
39
10 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010.............................................................
41
11 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun
2001 – 2010............................................................................................
42
12 Turap di PPI Pangandaran tahun 2011 ..................................................
43
13 Lampu mercusuar di PPI Pangandaran tahun 2011................................
44
14 Gedung TPI PPI Pangandaran tahun 2011.............................................
45
15 Gedung kantor PPI Pangandaran tahun 2011.........................................
46
16 Gedung kantor KUD Minasari tahun 2011............................................
47
17 Gedung kantor syahbandar PPI Pangandaran tahun 2011......................
47
18 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi
tahun 2001 – 2010..................................................................................
49
19 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi
tahun 2001 – 2010..................................................................................
49
20 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI
Parigi tahun 2001 – 2010........................................................................
52
xiv
21 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi
tahun 2001 – 2010.................................................................................
53
22 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi tahun 2001 –
2010.......................................................................................................
54
23 Kolam pelabuhan di PPI Parigi tahun 2011..........................................
55
24 Turap di PPI Parigi tahun 2011.............................................................
55
25 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi tahun 2011..............................
56
26 Fasilitas air bersih di PPI Parigi tahun 2011.........................................
57
27 Gudang penyimpanan mesin dan alat tangkap di PPI Parigi tahun
2011.......................................................................................................
57
28 Gedung kantor PPI Parigi tahun 2011...................................................
58
29 Gedung kantor syahbandar PPI Parigi tahun 2011................................
59
30 Gedung kantor KUD Minapari, waserda, dan sekretariat rukun
nelayan PPI Parigi tahun 2011..............................................................
59
31 Kios penjualan ikan di PPI Parigi tahun 2011.......................................
60
32 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu
Karas tahun 2001 – 2010.......................................................................
61
33 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu
Karas tahun 2001 – 2010.......................................................................
62
34 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu
Karas tahun 2001 – 2010.......................................................................
65
35 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu
Karas tahun 2001 – 2010.......................................................................
66
36 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas tahun
2001 – 2010...........................................................................................
67
37 Gedung TPI dan fasilitas air bersih di PPI Batu Karas tahun 2011......
69
38 Gedung sekretariat rukun nelayan PPI Batu Karas tahun 2011............
70
39 Fasilitas MCK di PPI Batu Karas tahun 2011.......................................
70
40 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI
Cimerak tahun 2001 – 2010..................................................................
72
41 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak
tahun 2001 – 2010.................................................................................
72
42 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI
Cimerak tahun 2001 – 2010..................................................................
74
43 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak
tahun 2001 – 2010.................................................................................
76
xv
44 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak tahun 2001 –
2010.......................................................................................................
77
45 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010..............................................................
80
46 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010..............................................................
81
47 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010..............................................................
82
48 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010..............................................................
84
49 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Kalipucang tahun
2001 – 2010...........................................................................................
85
50 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010.......................................
87
51 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010.......................................
88
52 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010.......................................
90
53 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010.......................................
91
54 Kurva perkembangan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010.......................................
93
55 Kurva perkembangan jumlah nelayan di 5 lokasi PPI di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 –2010......................................................................
94
56 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011
99
57 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI
Pangandaran tahun 2011......................................................................
100
58 Pengangkutan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011..........
101
59 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011........ 103
60 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan
di PPI Pangandaran Tahun 2011........................................................... 104
61 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Parigi
tahun 2011............................................................................................ 105
62 Peletakan ikan di atas lantai TPI di PPI Parigi tahun 2011................... 106
63 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2011................... 107
64 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan
di PPI Parigi Tahun 2011...................................................................... 108
xvi
65 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Batu
Karas tahun 2011..................................................................................
108
66 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas tahun 2011.....................
110
67 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2011............... 113
68 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2011.......... 114
69 Kurva perkembangan rasio NP/P di 5 lokasi PPI di Kabupaten
Ciamis tahun 2006 – 2010..................................................................... 121
70 Kurva perkembangan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi PPI
di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010.............................................. 122
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1
Contoh perhitungan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI
Kabupaten Ciamis tahun 2010................................................................... 130
2
Contoh perhitungan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi (I) di 5
lokasi PPI Kabupaten Ciamis tahun 2010.................................................. 132
xviii
1
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kabupaten Camis merupakan salah satu kabupaten yang terletak di selatan
Jawa Barat, memiliki wilayah pesisir dan laut dengan panjang garis pantai
sepanjang 91 km dengan luas laut mencapai 67.340 ha yang meliputi 6
kecamatan. Sejumlah alat tangkap seperti gillnet, trammel net, pukat pantai, jaring
dogol, pancing rawai dan bagan beroperasi di perairan Kabupaten Ciamis (DKP
Kabupaten Ciamis, 2011).
Aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis didukung dengan adanya
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di 5 kecamatan, yaitu
Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak dan Kalipucang. Selain itu, terdapat
restoran seafood, hotel dan industri pengolahan ikan yang memanfaatkan produksi
hasil tangkapan ikan di Kabupaten Ciamis.
Aktivitas yang terdapat di suatu Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan
Ikan (PP/PPI) diantaranya adalah aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil
tangkapan. Kedua aktivitas tersebut memerlukan fasilitas yang memadai dan
penanganan yang tepat karena ikan merupakan komoditas perishable atau mudah
membusuk. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, keberadaan fasilitas
kepelabuhanan perikanan yang terkait dengan aktivitas pendaratan hasil
tangkapan di beberapa lokasi PPI di Kabupaten Ciamis masih sangat minim.
Sebagai contoh di PPI Pangandaran Kecamatan Pangandaran dan PPI Batu Karas
Kecamatan Cijulang, nelayan menggunakan tepi pantai sebagai tempat untuk
berlabuh dan mendaratkan hasil tangkapan karena tidak adanya kolam pelabuhan
dan dermaga. Selain itu, proses penanganan hasil tangkapan di PPI tersebut masih
sangat kurang.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan merupakan suatu proses yang pertama
kali dilakukan setelah kapal kembali dari operasi penangkapan ikan dan bertambat
di dermaga pendaratan di suatu pelabuhan perikanan. Dalam proses pendaratan
hasil tangkapan, diperlukan pembongkaran cepat dan penanganan yang tepat agar
kualitas hasil tangkapan dapat terjaga. Penyeleksian hasil tangkapan juga harus
dilakukan secara cermat agar terseleksi dengan baik menurut spesies, ukuran dan
2
kualitas ikan tersebut. Hal ini disebabkan harga jual akan berbeda menurut
spesies, ukuran dan atau kualitas.
Ikan yang telah didaratkan selanjutnya dipasarkan dan sebaiknya melalui
pelelangan ikan. Lubis (2012) menjelaskan, pelabuhan perikanan sebagai pusat
ekonomi perikanan merupakan satu komponen penting dalam sistem perikanan
tangkap yang perlu dimanfaatkan, diorganisir dan dikelola sebaik-baiknya.
Pemasaran hasil tangkapan melalui aktivitas pelelangan merupakan salah satu
aktivitas terpenting di suatu pelabuhan perikanan, sehingga perlu dikelola secara
optimal. Aktivitas lelang ini berpengaruh terhadap harga ikan yang dijual
sehingga akan menentukan berapa besaran pendapatan nelayan (nelayan pemilik
dan nelayan buruh). Pelelangan ikan merupakan satu-satunya mekanisme
pemasaran ikan yang bertujuan untuk mendapatkan harga yang layak bagi nelayan
dan pedagang. Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti, pemasaran hasil
tangkapan di PPI Pangandaran tidak melalui aktivitas pelelangan ikan.
Hal-hal diatas mengindikasikan bahwa di PPI-PPI Kabupaten Ciamis masih
memiliki permasalahan-permasalahan terkait dengan pendaratan dan pemasaran
hasil tangkapan. Oleh karena itu, penelitian “Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran
Hasil Tangkapan di Pangkalan-Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Ciamis”
penting untuk dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan masukan kepada semua pihak yang terkait dalam aktivitas
pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang terdapat di
Kabupaten Ciamis.
1.2
Permasalahan
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah :
1) Belum diketahuinya kondisi aktual kepelabuhanan perikanan mengenai
jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, unit
penangkapan ikan serta keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5
lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis.
2) Belum diketahuinya kondisi aktual aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil
tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis.
3
1.3
Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1) Mengetahui kondisi aktual kepelabuhanan perikanan mengenai jumlah
volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, unit penangkapan ikan
serta keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada
di Kabupaten Ciamis.
2) Mengetahui kondisi aktual aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil
tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis.
1.4
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1) Memberikan informasi mengenai kondisi aktual kepelabuhanan perikanan
mengenai jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, unit
penangkapan ikan serta keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5
lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis.
2) Memberikan informasi mengenai aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil
tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis.
3) Memberikan informasi kepada nelayan, pedagang dan semua pihak yang
terkait dalam aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi
PPI yang ada di Kabupaten Ciamis mengenai proses penanganan ikan
selama ikan didaratkan sampai dengan ikan didistribusikan atau dipasarkan
ke konsumen.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pelabuhan Perikanan
2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan
Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah
daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan
ikan dan dilengkapi berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan
didistribusikan (Lubis, 2012).
Selanjutnya Lubis menjelaskan, pelabuhan perikanan di Indonesia
diklasifikasikan secara administratif menjadi 4 tipe berdasarkan pada jenis
perikanan yang beroperasi (tradisional, semi industri atau industri). Tipe
perikanan ini akan mencirikan ukuran kapal, daerah penangkapan, jumlah hasil
tangkapan dan daerah distribusinya. Selain itu, pengklasifikasian pelabuhan
perikanan juga didasarkan pada daya tampung kolam pelabuhan, produksi hasil
tangkapan yang didaratkan dan daerah tujuan pemasarannya. Berdasarkan UU No.
31 Tahun 2006 tentang perikanan, maka pelabuhan perikanan diklasifikasikan
sebagai berikut :
1)
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS/Tipe A), dengan kriteria :
(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut
teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan laut lepas.
(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 60 GT.
(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3 m.
(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan
sekaligus.
(5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor.
(6) Terdapat industri perikanan.
2)
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN/Tipe B), dengan kriteria :
(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut
teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
5
(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 30 GT.
(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3 m.
(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan
sekaligus.
(5) Terdapat industri perikanan.
3)
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP/Tipe C), dengan kriteria :
(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan kedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial.
(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan sekurangkurangnya 10 GT.
(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 2 m.
(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan
sekaligus.
4)
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI/Tipe D), dengan kriteria :
(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan pedalaman dan perairan kepulauan.
(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 3 GT.
(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam
minus 2 m.
(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan
sekaligus.
Lubis menyatakan, bila ditinjau dari fungsinya, pelabuhan perikanan
mempunyai fungsi yang berbeda dengan jenis pelabuhan lainnya karena
pelabuhan perikanan dikhususkan untuk aktivitas di bidang perikanan tangkap.
Terdapat 2 jenis pengelompokan fungsi pelabuhan perikanan, ditinjau dari
6
pendekatan kepentingan dan aktivitasnya. Namun kedua jenis kelompok tersebut
pada dasarnya mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Fungsi pelabuhan
perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah sebagai berikut :
1)
Fungsi maritim
Pelabuhan
perikanan
mempunyai
aktivitas-aktivitas
yang
bersifat
kemaritiman. Pelabuhan menjadi suatu kontak bagi nelayan atau pemilik kapal,
antara laut dan daratan untuk semua aktivitasnya. Dengan adanya fungsi ini maka
dapat diberikan contoh bahwa pada tipe pelabuhan perikanan besar atau samudera,
dicirikan kemaritimannya melalui penyediaan fasilitas-fasilitas antara lain berupa
kolam pelabuhan yang besar dan cukup dalam agar kapal besar dapat bergerak
leluasa, dermaga yang cukup panjang agar kapal-kapal dapat bersandar tanpa
antrean sehingga kapal dapat membongkar ikannya dengan cepat, serta adanya
rambu-rambu navigasi agar kapal-kapal aman untuk masuk dan keluar pelabuhan.
2)
Fungsi pemasaran
Fungsi pemasaran timbul karena pelabuhan perikanan menjadi tempat awal
untuk mempersiapkan pemasaran produksi perikanan dengan melakukan transaksi
pelelangan ikan. Proses pemasaran ini berawal dari ikan-ikan yang telah
didaratkan dibawa ke gedung pelelangan ikan untuk dicatat jumlah dan jenisnya.
Setelah itu, ikan disortir dan diletakkan pada keranjang atau basket plastik,
selanjutnya dilaksanakan pelelangan dan dicatat transaksinya.
3)
Fungsi jasa
Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan
sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokkan menjadi :
(1) Jasa-jasa yang melayani pendaratan ikan, antara lain : penyediaan alatalat
pengangkut
ikan,
keranjang-keranjang
dan
buruh
untuk
membongkar ikan.
(2) Jasa-jasa yang melayani kapal-kapal penangkapan ikan, antara lain :
penyediaan bahan bakar, air bersih dan es.
(3) Jasa-jasa yang melayani mutu ikan, antara lain : fasilitas cold storage,
cool room, pabrik es dan penyediaan air bersih.
(4) Jasa-jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain : jasa
pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan,
7
syahbandar dan douane/beacukai yang masing-masing berfungsi untuk
memeriksa surat-surat kapal, jumlah serta jenis barang yang dibawa.
(5) Jasa-jasa pemeliharaan kapal, antara lain : fasilitas docking, slipways
dan bengkel untuk memelihara kondisi badan kapal, mesin serta
peralatannya agar tetap dalam kondisi baik sehingga siap kembali
melaut.
Selain fungsi pelabuhan berdasarkan kepentingannya, terdapat juga fungsi
pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya, yaitu sebagai pusat kegiatan
perikanan baik ditijau dari aspek pendaratan atau pembongkaran, pengolahan dan
pemasaran ikan, maupun pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Fungsi-fungsi
tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Lubis, 2012) :
1)
Fungsi pendaratan dan pembongkaran
Pelabuhan perikanan merupakan tempat pemusatan armada penangkap ikan
untuk mendaratkan hasil tangkapan, tempat berlabuh yang aman, menjamin
kelancaran pembongkaran ikan dan penyediaan bahan perbekalan.
2)
Fungsi pengolahan
Pelabuhan perikanan juga sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu
serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian pascatangkap. Fungsi
pengolahan ini merupakan salah satu fungsi yang penting terutama pada saat
musim ikan, yaitu untuk menampung produksi perikanan yang tidak habis terjual
dalam bentuk segar atau untuk memenuhi fungsi industri di pelabuhan melalui
pengembangan industri pengolahan ikan.
3)
Fungsi pemasaran ikan
Pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai tempat untuk menciptakan
mekanisme pasar yang menguntungkan, baik bagi nelayan maupun bagi
pedagang. Dengan demikian sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke
konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah
kegiatan awal dari sistem pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk
mendapatkan harga yang layak, khususnya bagi nelayan.
4)
Fungsi pembinaan terhadap masyarakat nelayan
Fungsi ini menunjukkan bahwa pelabuhan perikanan dapat dijadikan
sebagai lapangan kerja bagi penduduk di sekitarnya dan sebagai tempat
8
pembinaan masyarakat perikanan seperti nelayan, pedagang, pengolah dan buruh
agar mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik. Melalui pembinaan ini, para
pelaku atau pengguna di pelabuhan tersebut diharapkan dapat menguasai
kegiatannya lebih baik lagi sehingga masing-masing pengguna memperoleh
manfaat dan keuntungan yang optimal.
2.1.2 Fasilitas pelabuhan perikanan
Di dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Kapasitas dan jenis fasilitas yang ada
umumnya akan menentukan skala atau tipe dari suatu pelabuhan perikanan yang
berkaitan pula dengan skala usaha perikanannya. Fasilitas-fasilitas tersebut
selanjutnya akan berkembang sesuai dengan kemajuan usaha perikanan.
Berkembangnya fasilitas tersebut dapat diartikan bertambahnya fasilitas baru dan
atau bertambahnya kapasitas dari fasilitas yang telah ada. Dengan kata lain, jenis
dan kapasitas fasilitas yang ada bertambah sesuai dengan kebutuhan operasional
pelabuhan. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, fasilitas pelabuhan
perikanan dikelompokkan menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan
fasilitas penunjang (Lubis, 2012).
1)
Fasilitas pokok
Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar yang
diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk
menjamin keamanan dan kelancaran kapal, baik sewaktu berlayar keluar masuk
pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok
tersebut terdiri dari :
(1) Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat
labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan, serta tempat
mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut.
(2) Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapalkapal yang akan bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan menurut
fungsinya terbagi menjadi dua, yaitu alur pelayaran yang merupakan pintu
masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga (navigational channels); dan
kolam putar, yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal (turning basin).
9
(3) Alat bantu navigasi adalah alat bantu yang berfungsi untuk memberikan
peringatan atau tanda-tanda bahaya terhadap bahaya yang tersembunyi
misalnya batu karang di suatu perairan; memberikan petunjuk agar kapal
dapat berlayar dengan aman di sepanjang pantai, sungai dan perairan
lainnya; dan memberikan petunjuk pada waktu kapal akan keluar masuk
pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkar.
(4) Breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan
kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar
pantai terhadap pengaruh gelombang laut.
2)
Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional yang dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang
berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat
menunjang aktivitas pelabuhan perikanan. Fasilitas-fasilitas fungsional ini
dikelompokkan antara lain untuk :
(1) Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu :
- Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
- Fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan, seperti tempat
penjemuran ikan dan gedung pengolahan;
- Pabrik es dan gudang es;
- Refrigerasi/fasilitas pendingin, seperti cool room dan cold storage; dan
- Gedung-gedung pemasaran.
(2) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat penangkapan ikan,
yaitu :
- Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan;
- Ruangan mesin;
- Tempat penjemuran alat penangkapan ikan;
- Bengkel : fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal;
- Slipways : tempat untuk memperbaiki bagian lunas kapal;
- Gudang jaring : tempat untuk penyimpanan jaring; dan
- Vessel lift : fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke
lapangan perbaikan kapal.
10
(3) Fasilitas perbekalan : tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar.
(4) Fasilitas komunikasi : stasiun jaringan telepon, radio SSB
3)
Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung akan
meningkatkan peranan pelabuhan sehingga para pengguna mendapatkan
kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan. Fasilitas penunjang di suatu
pelabuhan perikanan terdiri dari :
(1) Fasilitas kesejahteraan : fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), poliklinik,
tempat tinggal (perumahan nelayan), kantin/warung, mushola.
(2) Fasilitas administrasi : kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor
syahbandar, kantor beacukai.
2.2
Aktivitas Pendaratan Hasil Tangkapan
Aktivitas pendaratan ikan merupakan suatu proses yang pertama kali
dilakukan setelah kapal bertambat di dermaga pelabuhan dan setelah
menyelesaikan perizinan bongkar (Nurjanah, 2000 vide Handani, 2008). Menurut
Pane (2009), aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi : 1). Pembongkaran
hasil tangkapan dari palkah ke dek; 2). Penurunan hasil tangkapan dari dek ke
dermaga; dan 3). Pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI.
Pembongkaran hasil tangkapan merupakan proses mengeluarkan hasil
tangkapan dengan menggunakan alat bantu atau tanpa menggunakan alat bantu
dari dalam palkah kapal ke atas dek kapal yang selanjutnya dilakukan penyortiran
kemudian diangkut menuju tempat lain (dermaga, TPI dan atau konsumen). Cara
pembongkaran ikan dalam palkah dilakukan bermacam-macam, ada yang
menggunakan alat bantu berupa peti, kantong-kantong yang terbuat dari jaring,
sekop atau ganco (Ilyas, 1983 vide Ginting, 2011).
Pane (2009) menjelaskan bahwa pada tahap ini, ikan belum mengalami
penyeleksian (penyortiran) berdasarkan mutu, berat, ukuran dan jenis ikan. Ikan
yang dikeluarkan dari palkah ke dek masih bercampur satu sama lainnya. Namun
ikan yang ada di dalam palkah biasanya telah mendapat perlakuan yaitu dengan
pemberian es. Bahkan ada yang sengaja menambahkan es dengan jumlah tertentu
11
ke dalam palkah sebelum melakukan bongkar. Tujuannya adalah agar suhu ikan
dibuat serendah mungkin pada saat pembongkaran hasil tangkapan.
Selanjutnya Pane mengungkapkan bahwa setelah ikan berada di atas dek,
ikan mulai mengalami penyortiran. Nelayan melakukan penyortiran terhadap ikan
hasil tangkapan yang ada di dek berupa pemisahan mutu, panjang dan jenis ikan.
Belum ada pemisahan (penyortiran) berdasarkan berat ikan. Setelah semua ikan
selesai dibongkar dan dipisahkan dalam keranjang-keranjang (basket) atau wadah
lainnya, maka mulai dilakukan pemindahan hasil tangkapan dari dek ke dermaga.
Ikan yang akan dipindah dari dek ke darmaga biasanya telah mengalami
penyeleksian terlebih dahulu seperti penyeleksian menurut jenis, berat dan mutu;
walaupun seleksi ukuran, berat dan mutu masih bersifat relatif “berat kira-kira dan
mutu kira-kira”. Ikan yang akan diturunkan atau dipindahkan dari dek ke dermaga
biasanya selain telah mengalami penyeleksian, juga telah mengalami penanganan
berupa pemberian es pada permukaan ikan. Pemberian es ini bertujuan untuk tetap
menjaga suhu ikan agar tetap berada pada suhu rendah (Pane, 2009). Tahapan
yang dilakukan selanjutnya adalah pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke
TPI. Menurut Djulaeti (1994) vide Ginting (2011), alat bantu yang digunakan
dalam pengangkutan hasil tangkapan adalah dapat berupa gerobak dorong, tong
plastik (blong), keranjang plastik (basket / traise).
Menurut Fauzi (2009), PPI Pangandaran sampai saat ini belum mempunyai
kolam khusus pelabuhan. Nelayan masih memanfaatkan daerah alami, yaitu Teluk
Pananjung sebagai tempat untuk mendaratkan hasil tangkapannya, baik itu
nelayan pantai timur maupun nelayan pantai barat. Nelayan Pangandaran
mendaratkan perahunya dengan cara mengikatkan tali tambang yang ujungnya
diikatkan pada tiang.
2.3
Aktivitas Pemasaran Hasil Tangkapan
Ditinjau dari fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan aktivitasnya, salah
satu fungsi pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme
pasar yang menguntungkan, baik bagi nelayan maupun bagi pedagang. Dengan
demikian sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus
diorganisir secara baik dan teratur (Lubis, 2012).
12
Lubis menjelaskan, pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari sistem
pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak,
khususnya bagi nelayan. Di TPI tersebut terjadi pertemuan antara penjual
(nelayan atau pemilik kapal) dan pembeli (pedagang atau agen perusahaan
perikanan). Letak dan pembagian ruang di gedung pelelangan harus direncanakan
supaya aliran produk (flow of product) berjalan dengan cepat. Hal ini yang
mempertimbangkan bahwa produk perikanan merupakan produk yang secara
cepat mengalami penurunan mutu apabila penanganannya tidak baik dan
terganggunya aliran produk ini. Ruangan yang ada pada gedung pelelangan adalah
sebagai berikut :
1) Ruang sortir adalah tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan ikan
basah ke dalam peti, keranjang atau wadah lainnya.
2) Ruang pelelangan adalah tempat menimbang, memperagakan dan melelang
ikan.
3) Ruang pengepakan adalah tempat untuk memasukkan ikan ke dalam wadah
pengiriman, diberi es, garam dan lain-lain kemudian selanjutnya ikan basah
siap untuk dikirim.
4) Ruang administrasi pelelangan adalah ruang yang terdiri dari loket
pembayaran, ruang pencatatan dan pengolahan data, serta gudang peralatan
lelang.
Pada saat proses pelelangan, ikan tidak boleh diletakkan begitu saja di atas
lantai, dilangkahi atau diinjak. Ikan ditempatkan dalam wadah yang bersih dan
diberi es. Selain itu, memindahkan wadah yang berisi ikan sebaiknya diangkat,
tidak diseret di atas lantai. Bangunan TPI harus memenuhi persyaratan kebersihan
karena kebersihan sangat berpengaruh terhadap mutu ikan. Lantai TPI harus
memiliki kemiringan yang cukup agar air tidak menggenang dan dapat mengalir
keluar (Indrianto, 2006).
Ikan
yang
telah
dilelang
kemudian
diangkut
untuk
selanjutnya
didistribusikan hingga sampai ke konsumen. Indrianto (2006) menjelaskan,
selama proses pendistribusian dilakukan, suhu ikan dipertahankan dengan cara
memberinya es selama di perjalanan. Sebelum pendistribusian, ikan dimasukkan
ke dalam styrofoam tertutup untuk mempertahankan suhunya agar tetap dingin.
13
Transportasi jarak jauh sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menjaga
kualitas ikan. Sistem pemasaran rantai dingin (cold chain system) meliputi
penggunaan metode pengesan, pendinginan, dan pembekuan pada hasil perikanan
selama proses pengangkutan, penyimpanan dan penjualan sehingga mutunya
dapat dipertahankan.
Menurut Rahardiansyah (2003), pemasaran hasil tangkapan di Kawasan
Teluk Parigi Kabupaten Ciamis sudah cukup baik. Sarana pendukung utama
utama bagi proses pemasaran hasil tangkapan adalah TPI yang terdapat di PPI
Pangandaran, PPI Parigi dan PPI Batu Karas. Ketiga TPI tersebut telah melakukan
kegiatannya dengan cukup baik, apalagi setelah keluarnya PERDA yang
mengharuskan nelayan menjual hasil tangkapannya melalui TPI. Pada hari-hari
tertentu seperti hari libur dan hari-hari besar nasional, harga ikan di TPI PPI
Pangandaran lebih tinggi dibandingkan dengan harga ikan di TPI PPI lainnya. Hal
ini disebabkan karena TPI PPI Pangandaran berada di kawasan pariwisata pantai
Pangandaran.
14
3 METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September 2011 bertempat di 5
lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, yaitu PPI Pangandaran, PPI Parigi, PPI
Batu Karas, PPI Cimerak dan PPI Kalipucang.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian pangkalan-pangkalan pendaratan ikan di
Kabupaten Ciamis tahun 2011
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa kuisioner, sedangkan bahan
yang digunakan pada penelitian ini adalah data hasil kuisioner, data pengamatan
lapangan dan data sekunder dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kebupaten
Ciamis.
3.3
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei.
Pada penelitian ini diteliti mengenai kondisi kepelabuhanan perikanan, aktivitas
15
pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang tersebar di
Kabupaten Ciamis, meliputi :
1)
Kondisi kepelabuhanan perikanan
Objek yang diteliti pada kondisi kepelabuhanan perikanan meliputi :
(1) Jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di masingmasing PPI.
(2) Jumlah unit penangkapan ikan di masing-masing PPI.
(3) Fasilitas kepelabuhanan perikanan di masing-masing PPI terkait
keberadaan
fasilitas
(ada/tidak),
kondisi
fasilitas
(baik/rusak),
pemanfaatan fasilitas (dimanfaatkan/tidak dimanfaatkan).
2)
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan
Objek yang diteliti pada aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi :
(1) Tahapan/proses pendaratan hasil tangkapan di masing-masing PPI.
(2) Pelaku dan tugas masing-masing pelaku dalam proses pendaratan hasil
tangkapan.
(3) Fasilitas atau alat yang digunakan dalam proses pendaratan hasil
tangkapan.
(4) Penanganan hasil tangkapan pada proses pendaratan hasil tangkapan.
(5) Banyaknya pendaratan per hari dan volume hasil tangkapan yang
didaratkan.
(6) Jenis hasil tangkapan yang didaratkan.
3)
Aktivitas pemasaran hasil tangkapan
Objek yang diteliti pada aktivitas pemasaran hasil tangkapan meliputi :
(1) Daerah pemasaran hasil tangkapan di masing-masing PPI.
(2) Rantai pemasaran hasil tangkapan di masing-masing PPI.
(3) Jenis ikan yang dipasarkan di masing-masing PPI.
(4) Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan.
(5) Proses penanganan yang dilakukan dalam pemasaran hasil tangkapan.
Untuk itu dilakukan identifikasi dan pengumpulan data melalui :
1)
Pengamatan di lapangan terkait fasilitas kepelabuhanan perikanan, aktivitas
pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis. Pada penelitian ini, pengamatan lapangan hanya
16
dilakukan di 3 lokasi PPI saja, yaitu PPI Pangandaran, PPI Parigi dan PPI
Batu Karas. Hal ini disebabkan karena kendala yang dialami peneliti selama
berada di lapangan yaitu lokasi PPI yang jauh, kondisi jalan yang rusak dan
sulitnya mendapatkan alat transportasi untuk menjangkau 2 lokasi PPI
lainnya serta keterbatasan dana dalam melakukan penelitian. Data terkait
fasilitas kepelabuhanan perikanan, aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil
tangkapan di PPI Cimerak dan PPI Kalipucang diperoleh dari hasil
wawancara terhadap pengelola Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) PPI
Parigi yang membawahi PPI Cimerak dan UPTD PPI Pangandaran yang
membawahi PPI Kalipucang serta data sekunder dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Ciamis.
2)
Wawancara dilakukan terhadap responden yang terkait dengan aktivitas
pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis,
pengelola TPI, nelayan dan pedagang ikan. Pengambilan responden
dilakukan dengan cara purposive sampling. Rincian jumlah responden yang
diambil pada penelitian di masing-masing PPI dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rincian jumlah responden yang diambil pada penelitian pada setiap PPI
sampel di Kabupaten Ciamis tahun 2011
Jenis Responden
1. Pihak PPI
3
2. Nelayan
5
3. Pedagang ikan
5
Jumlah
3)
Jumlah (orang)
13
Pengumpulan data sekunder berupa data Ciamis dalam angka dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, laporan tahunan statistik perikanan
tangkap Kabupaten Ciamis dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Ciamis.
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
data utama dan data tambahan :
17
1)
Data utama, yaitu :
(1) Kondisi aktual kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis, mengenai jumlah volume produksi dan nilai
produksi hasil tangkapan, unit penangkapan ikan dan fasilitas
kepelabuhanan perikanan.
(2) Kondisi aktual aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI
yang ada di Kabupaten Ciamis, meliputi proses/tahapan pendaratan
hasil tangkapan yang dilakukan, pelaku yang terlibat dan tugas dari
masing pelaku, fasilitas/alat yang digunakan, penanganan ikan pada
proses pendaratan hasil tangkapan dan jenis hasil tangkapan yang
didaratkan.
(3) Kondisi aktual aktivitas pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang
ada di Kabupaten Ciamis, meliputi daerah pemasaran hasil tangkapan,
rantai pemasaran hasil tangkapan, jenis ikan yang dipasarkan, alat
transportasi yang digunakan dan penanganan yang dilakukan dalam
pemasaran hasil tangkapan.
2)
Data tambahan, yaitu :
(1) Keadaan umum Kabupaten Ciamis, meliputi letak geografis, jenis
topografi, iklim, kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan, sarana
dan prasarana umum seperti transportasi, listrik, air bersih dan
telekomunikasi.
(2) Keadaan umum perikanan tangkap Kabupaten Ciamis, meliputi musim
dan daerah penangkapan ikan, produksi dan nilai produksi serta unit
penangkapan ikan.
3.4
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif melalui tabulasi,
penghitungan
rata-rata
dan
analisis
grafik
untuk
mengetahui
kondisi
kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis yaitu
perkembangan jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan serta
perkembangan jumlah unit penangkapan ikan.
18
Analisis kondisi aktual fasilitas kepelabuhanan perikanan di 5 lokasi PPI
yang ada di Kabupaten Ciamis dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan
melihat keberadaan fasilitas (ada/tidak), kondisi fasilitas (baik/rusak) dan
pemanfaatan fasilitas (dimanfaatkan/tidak dimanfaatkan). Analisis deskriptif
kualitatif juga dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual aktivitas pendaratan
dan pemasaran hasil tangkapan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis, meliputi :
1)
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan :
(1) Tahapan/proses pendaratan hasil tangkapan di masing-masing PPI.
(2) Pelaku dan tugas masing-masing pelaku dalam proses pendaratan hasil
tangkapan.
(3) Fasilitas atau alat yang digunakan dalam proses pendaratan hasil
tangkapan.
(4) Penanganan hasil tangkapan pada proses pendaratan hasil tangkapan.
(5) Banyaknya pendaratan per hari dan volume hasil tangkapan yang
didaratkan.
(6) Jenis hasil tangkapan yang didaratkan.
2)
Aktivitas pemasaran hasil tangkapan :
(1) Daerah pemasaran hasil tangkapan di masing-masing PPI.
(2) Rantai pemasaran hasil tangkapan di masing-masing PPI.
(3) Jenis ikan yang dipasarkan di masing-masing PPI.
(4) Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan.
(5) Proses penanganan yang dilakukan dalam pemasaran hasil tangkapan.
Untuk mengetahui harga jual ikan serta kualitas pemasaran hasil tangkapan
di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 digunakan
pendekatan dengan menggunakan rasio nilai produksi/produksi (NP/P) dan indeks
relatif nilai produks i. Menurut Pane (2010) vide Ginting (2011), rasio NP/P adalah
perbandingan nilai produksi terhadap jumlah produksi pada waktu tertentu rasio
ini merupakan suatu indikator bagi harga jual ikan hasil tangkapan yang
didaratkan di suatu pelabuhan perikanan pada waktu tertentu dan bukan
merupakan harga riil ikan yang dijual pada saat transaksi antara penjual dan
pembeli.
19
Indeks relatif nilai produksi (I) adalah indeks yang menggambarkan kualitas
pemasaran hasil tangkapan. Indeks relatif nilai produksi dapat dicari dengan
rumus (Lubis, 2003 vide Indrianto, 2006) :
Keterangan : I : Indeks relatif nilai produksi;
Np : Nilai produks i di PP/PPI (Rp)
Nt : Nilai produksi di tingkat kabupaten (Rp)
Qp : Volume produksi di PP/PPI (ton)
Qt : Volume produksi di tingkat kabupaten (ton)
Jika nilai I = 1 : maka nilai relatif produks i ikan di PP/PPI sama dengan nilai
relatif produksi ikan di tingkat kabupaten, yang berarti bahwa
kualitas pemasaran ikan di PP/PPI sama dengan kualitas
pemasaran ikan di tingkat kabupaten;
I > 1 : maka nilai relatif produks i ikan di PP/PPI lebih besar daripada
nilai relatif produksi ikan di tingkat kabupaten, yang berarti
bahwa kualitas pemasaran ikan di PP/PPI lebih baik
dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat
kabupaten;
I < 1 : maka nilai relatif produks i ikan di PP/PPI lebih kecil daripada
nilai relatif produksi ikan di tingkat kabupaten, yang berarti
bahwa kualitas pemasaran ikan di PP/PPI kurang baik
dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat
kabupaten.
20
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1
Keadaan Umum Daerah
4.1.1 Geografi, topografi dan iklim
Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108o20’ sampai dengan
108o40’ Bujur Timur (BT) dan 7o40’20’’ sampai dengan 7o41’20’’ Lintang
Selatan (LS). Wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka
dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, sebelah Timur berbatasan dengan Kota
Banjar dan Provinsi Jawa Tengah serta sebelah Selatan berbatasan dengan
Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan
mencapai 244.479 ha (BPS Kabupaten Ciamis, 2010).
Selanjutnya BPS Kabupaten Ciamis (2010) menyatakan bahwa wilayah
Kabupaten Ciamis memiliki bentuk topografi yang terbagi ke dalam 3 kategori,
yaitu :
1) Wilayah Utara merupakan pegunungan
dan perbukitan dengan ketinggian
antara 500 – 1.100 m di atas permukaan laut yang di dalamnya banyak terdapat
sumber mata air.
2) Wilayah Tengah merupakan persawahan dan daratan dengan ketinggian antara
25 – 500 m di atas permukaan laut yang di dalamnya selain banyak terdapat
persawahan juga terdapat perkampungan penduduk.
3) Wilayah Selatan merupakan daerah pantai dengan ketinggian antara 0 – 25 m
di atas permukaan laut.
Wilayah selatan Kabupaten Ciamis berbatasan langsung dengan Semudera
Indonesia yang berada di 6 kecamatan dengan garis pantai mencapai 91 km yang
terbentang dari Kecamatan Kalipucang sampai dengan Kecamatan Cimerak.
Dengan adanya garis pantai tersebut maka Kabupaten Ciamis memiliki wilayah
laut seluas 67.340 ha (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
Letak geografis Kabupaten Ciamis yang berbatasan langsung dengan
Samudera Indonesia dan bentuk topografi berupa pantai, wilayah Selatan
Kabupaten Ciamis sangat potensial untuk pengembangan perikanan tangkap. Hal
ini didukung dengan sebagian besar penduduknya yang bekerja sebagai nelayan
21
dan beroperasinya berbagai jenis alat penangkapan ikan di wilayah selatan
Kabupaten Ciamis.
Dengan letak geografis yang dimilikinya, Kabupaten Ciamis secara umum
beriklim tropis yang terdiri dari 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau dengan kelembaban udara antara 60 % - 90 %. Musim hujan terjadi pada
bulan Oktober sampai dengan Maret bersamaan dengan bertiupnya angin barat
atau barat laut, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan
September selama periode angin tenggara. Keadaan curah hujan sebagian wilayah
Kabupaten Ciamis menurut klasifikasi Schmidt – Ferguson umumnya beriklim
tipe C (agak basah), beberapa wilayah memiliki tipe iklim B, D, dan E. Keadaan
suhu udara berkisar antara 20oC - 30oC dengan kelembaban udara antara 80 % 90 %. Curah hujan rata-rata sebesar 114 ml per bulan dan curah hujan tertinggi
mencapai 227 ml per bulan dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 31
hari/tahun sampai dengan 175 hari/tahun (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
Di wilayah Selatan keadaan iklim sangat dipengaruhi oleh kondisi laut, hal
ini disebabkan karena letak wilayahnya yang berbatasan langsung dengan
Samudera Indonesia. Pada saat musim barat angin bertiup dari arah laut dengan
kekuatan yang cukup besar dan menimbulkan gelombang laut yang cukup besar.
Pada saat musim timur angin bertiup dari arah tenggara dengan kekuatan sedang
dan tidak menimbulkan gelombang laut yang cukup besar (BPS Kabupaten
Ciamis, 2010).
Kondisi
iklim
wilayah
Kabupaten
Ciamis
yang
beriklim
tropis
mengakibatkan matahari dapat menyinari wilayah ini hampir sepanjang tahun
sehingga sangat mendukung aktivitas penduduk, salah satunya adalah kegiatan
perikanan tangkap yang didukung oleh letak geografis wilayah selatan Kabupaten
Ciamis sebagaimana telah dikemukakan di atas. Nelayan di Kabupaten Ciamis
dapat melakukan kegiatan perikanan tangkap terutama pada musim timur saat
gelombang laut dan angin tidak terlalu besar.
4.1.2 Kependudukan, pendidikan dan ketenagakerjaan
Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 berjumlah 1.616.778
orang dengan sex ratio 98%, artinya setiap 100 orang penduduk berjenis kelamin
22
perempuan terdapat 98 orang laki-laki. Jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2010
mengalami peningkatan sejumlah 5,04% (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
Pendidikan dan lapangan pekerjaan merupakan aspek penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Di Kabupaten Ciamis terdapat
Sekolah Dasar (SD) sederajat sebanyak 1.264 unit dengan jumlah guru sebanyak
10.246 orang dan murid sebanyak 173.507 orang. Sekolah Menengah Pertama
(SMP) sederajat sebanyak 254 unit dengan jumlah guru sebanyak 3.665 orang dan
murid sebanyak 76.515 orang. Sekolah Menangah Atas (SMA) sederajat sebanyak
126 unit dengan jumlah guru sebanyak 2.692 orang dan murid sebanyak 3.440
orang. Perguruan Tinggi sebanyak 5 unit dengan jumlah dosen sebanyak 496
orang dan mahasiswa sebanyak 11.175 orang (BPS Kabupaten Ciamis, 2010).
Tidak terdapat informasi adanya sekolah kejuruan atau perguruan tinggi bidang
perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis. Adanya sekolah kejuruan atau perguruan
tinggi bidang perikanan tangkap akan sangat mendukung pengembangan
perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis.
Selanjutnya BPS Kabupaten Ciamis (2010) manyatakan bahwa jumlah
penduduk usia kerja (usia 15 – 64 tahun) di Kabupaten Ciamis adalah sebanyak
1.163.945 orang. Pasar tenaga kerja Kabupaten Ciamis ditandai dengan tingginya
persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya mencapai 94,1% dan
dengan tingkat pengangguran sebesar 5,9%. Berdasarkan perbandingan menurut 3
sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor manufaktur. Sektor
pertanian yang termasuk di dalamnya subsektor perikanan mempunyai jumlah
pekerja paling banyak yaitu sebesar 42,9%, sektor jasa sebesar 38,8% dan sektor
manufaktur sebesar 18,3% .
Subsektor perikanan di Kabupaten Ciamis memiliki jumlah tenaga aktif
sebanyak 97.224 orang atau sekitar 8,4% dari seluruh penduduk usia kerja, yang
terdiri dari (DKP Kabupaten Ciamis, 2011) :
1) Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis berjumlah 93 orang
yang terdiri dari 56 orang tenaga struktural dan 37 orang tenaga honorer.
2) Jumlah Rumah Tangga Kelautan dan Perikanan berjumlah 97.131 orang yang
terdiri dari 89.436 orang pembudidaya ikan kolam air tenang, 65 orang
23
pembudidaya ikan kolam air deras, 1.562 orang pembudidaya ikan mina padi,
156 orang pembudidaya tambak, 35 orang pembudidaya jaring apung, 1.952
orang nelayan di perairan umum, 3.826 orang nelayan di laut, 62 orang
pedagang ikan (bakul) dan 37 orang pengolah.
Berdasarkan pengamatan peneliti, keadaan perikanan tangkap di Kabupaten
Ciamis belum begitu berkembang. Hal ini diindikasikan oleh armada
penangkapan ikan yang didominasi oleh perahu motor tempel (subsubbab 4.2.3).
Kurang berkembangnya perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis diduga
kurangnya dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas. Hal ini diindikasikan
dengan tidak terdapatnya sarana pendidikan atau pelatihan bidang perikanan
tangkap di Kabupaten Ciamis. Hal ini juga diduga menyebabkan berbagai jabatan
struktural di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis belum mempunyai
basis pendidikan perikanan, khususnya perikanan tangkap. Selain itu, tidak
terdapatnya
pelatihan
keterampilan
bidang
perikanan
tangkap
diduga
menyebabkan keahlian yang dimiliki oleh nelayan terbatas dan pada umumnya
diperoleh secara turun-temurun.
4.1.3 Sarana dan prasarana umum
1) Transportasi
Transportasi yang digunakan masyarakat di Kabupaten Ciamis meliputi
transportasi darat, air (sungai) dan udara. Jalan sebagai prasarana transportasi
memiliki peran penting khususnya dalam transportasi darat. Panjang jalan di
seluruh wilayah Kabupaten Ciamis adalah sepanjang 4.809,54 km dengan rincian
yaitu Jalan Nasional sepanjang 106,58 km (2,2%), Jalan Provinsi sepanjang
109,99 km (2,3%), Jalan Kabupaten sepanjang 772,30 km (16,1%) dan Jalan Desa
sepanjang 3.820,67 km (79,4%). Menurut kondisinya, jalan yang ada di
Kabupetan Ciamis secara umum dalam kondisi baik kecuali di lokasi tertentu.
Kondisi jalan di Kabupaten Ciamis secara rinci terdiri dari jalan dengan kondisi
baik sepanjang 4.324,11 km (89,9%), kondisi sedang sepanjang 130,95 km
(2,7%), kondisi rusak sepanjang 197,39 km (4,1%) dan kondisi rusak berat
sepanjang 157,09 km (3,3%) (BPS Kabupaten Ciamis, 2010).
24
Prasarana transportasi jalan yang baik di atas perlu didukung oleh sarana
transportasi atau kendaraan bermotor yang memadai agar aktivitas perekonomian
masyarakat dapat berkembang, termasuk aktivitas perikanan tangkap di
Kabupaten Ciamis. BPS Kabupaten Ciamis (2010) menjelaskan bahwa jumlah
kendaraan bermotor yang terdaftar di Kepolisian Resort Kabupaten Ciamis pada
tahun 2009 berjumlah 238.716 unit yang terdiri dari mobil penumpang sebanyak
12.251 unit (5,2%), mobil barang sebanyak 13.943 unit (5,8%), bus sebanyak
3.621 unit (1,5%) dan sepeda motor sebanyak 208.901 unit (87,5%). Pada tahun
2010 jumlah kendaraan di Kabupaten Ciamis diperkirakan bertambah sebesar
32,3% menjadi 315.829 unit dengan rincian mobil penumpang sebanyak 14.741
unit (4,7%), mobil barang sebanyak 20.451 unit (6,5%), bus sebanyak 7.031 unit
(2,2%) dan sepeda motor 273.606 unit (86,6%).
Keberadaan prasarana dan sarana transportasi di Kabupaten Ciamis di atas
sangat mendukung untuk kegiatan perikanan tangkap di daerah ini, khususnya
dalam distribusi dan pemasaran hasil tangkapan ikan. Hal ini dapat dilihat dari
lebih banyaknya kondisi jalan dengan kondisi baik dan jumlah kendaraan yang
terdapat di Kabupaten Ciamis.
2) Listrik
Kebutuhan listrik di Kabupaten Ciamis dilayani oleh PT. PLN (Persero).
Pada tahun 2009, jumlah listrik yang dikelola oleh PT. PLN (Persero) adalah
sebesar 380.424.775 kwh sedangkan jumlah listrik yang terjual sebesar
331.974.165 kwh (87,3%), dan pada tahun 2010 jumlah listrik yang dikelola
diperkirakan meningkat 6,6% menjadi 405.428.229 kwh dan jumlah listrik yang
terjual meningkat 8,1% menjadi 358.863.751 kwh (88,5%) (Anonymous, 2010).
Selanjutnya BPS Kabupaten Ciamis (2010) menjelaskan jumlah penggunaan
listrik tertinggi adalah pelanggan rumah tangga sebesar 279.899.625 kwh (84,4%),
sedangkan jumlah penggunaan listrik terendah adalah instansi pemerintah sebesar
2.021.556 kwh (0,6%). Jumlah penggunaan listrik menurut kategori pelanggan
lainnya adalah perhotelan sebesar 29.276.818 kwh (8,8%), pelanggan sosial
sebesar 11.352.283 kwh (3,4%), industri sebesar 4.012.875 kwh (1,2%) dan
penerangan jalan umum sebesar 5.411.008 kwh (1,6%).
25
Menurut pengamatan peneliti, listrik di Kabupaten Ciamis telah mencapai
wilayah pantai selatan Kabupaten Ciamis. Hal ini diindikasikan oleh banyaknya
rumah tangga dan hotel di wilayah pantai yang telah menggunakan listrik.
Keberadaan listrik di wilayah pantai sangat penting untuk mendukung kegiatan
perikanan tangkap seperti untuk mendukung penerangan dan berbagai aktivitas di
pelabuhan perikanan seperti industri pengolahan ikan, pembuatan es, ramburambu navigasi dan penerangan jalan.
3) Air bersih
Kebutuhan air bersih di Kabupaten Ciamis sebagian besar menggunakan
sumur yang terdapat di rumah tangga dengan menggunakan bantuan pompa air.
Namun ada juga yang memanfaatkan fasilitas air bersih dari Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM). Jumlah pelanggan PDAM di Kabupaten Ciamis masih
terbatas, diperkirakan baru sekitar 3,8% dari seluruh jumlah keluarga di
Kabupaten Ciamis. Pelanggan PDAM di Kabupaten Ciamis setiap tahunnya terus
meningkat. Pada tahun 2009 jumlah pelanggan PDAM di Kabupaten Ciamis
adalah sebanyak 19.434 pelanggan dengan jumlah konsumsi air sebanyak
3.627.607 m3. Jumlah ini diperkirakan meningkat 5,2% pada tahun 2010 dengan
jumlah pelanggan sebanyak 20.444 pelanggan dengan jumlah konsumsi air
meningkat 2,7% menjadi 3.725.691 m3 (BPS Kabupaten Ciamis, 2010).
Menurut pengamatan peneliti, sebagian besar masyarakat pesisir Kabupaten
Ciamis menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Kualitas
sumur di wilayah pantai ini cukup baik sehingga dapat digunakan masyarakat
untuk mandi, mencuci, memasak dan kebutuhan lainnya. Keberadaan air bersih di
wilayah pantai sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di
daerah ini seperti penggunaan air bersih untuk berbagai aktivitas di pelabuhan
perikanan, penyediaan air untuk kebutuhan nelayan dalam melaut, pencucian hasil
tangkapan, industri pengolahan ikan, bahan baku industri pembuatan es untuk
menjaga kualitas hasil tangkapan ikan dan lain-lain.
26
4) Telekomunikasi
Sarana telekomunikasi yang dapat diakses oleh masyarakat Kabupaten
Ciamis adalah telepon yang disediakan oleh PT. Telkom. Pada tahun 2009 jumlah
pelanggan jasa telekomunikasi PT. Telkom adalah sebanyak 24.340 pelanggan,
jumlah ini diperkirakan menurun -6,4% pada tahun 2010 dengan jumlah
pelanggan sebanyak 22.774 pelanggan (Anonymous, 2010). Diduga penurunan
jumlah pelanggan PT. Telkom dikarenakan oleh semakin banyaknya penggunaan
handphone oleh masyarakat di Kabupaten Ciamis. Hal ini diakibatkan semakin
terjangkaunya harga handphone.
BPS Kabupaten Ciamis (2010) menjelaskan selain menggunakan jasa
telekomunikasi yang disediakan oleh PT. Telkom, masyarakat Kabupaten Ciamis
menggunakan jasa pos yang disediakan oleh PT. Pos Indonesia untuk kebutuhan
surat-menyurat, mengirim barang dan mengirim uang (wesel pos). Pada tahun
2009 jumlah surat yang dikirim oleh PT. Pos Indonesia Kabupaten Ciamis adalah
sebanyak 71.919 buah, jumlah ini diperkirakan menurun -20,3% pada tahun 2010
dengan jumlah surat yang dikirim sebanyak 57.336 buah .
Keberadaan sarana telekomunikasi di Kabupaten Ciamis sangat penting
untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap diantaranya komunikasi antar
pelaku usaha perikanan tangkap dan kemudahan mengakses informasi terkait
perikanan tangkap bagi Dinas Kelautan dan Perikanan.
4.2
Keadaan Umum Perikanan Tangkap
4.2.1 Musim dan daerah penangkapan ikan
Musim penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh 2 (dua)
musim, yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi pada
bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim timur yang berlangsung pada bulan
Mei – Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan-bulan tertentu yang
terdapat di musim barat yang berlangsung pada bulan November – April (DKP
Kabupaten Ciamis, 2011).
Kondisi armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis yang didominasi
oleh perahu motor tempel sehingga kegiatan penangkapan ikan sangat
dipengaruhi oleh musim timur dan musim barat. Kegiatan penangkapan ikan
27
sebagian besar dilakukan pada musim timur. Pada musim barat nelayan hanya
menangkap ikan dalam jumlah yang sedikit bahkan pada waktu-waktu tertentu
tidak mendapatkan ikan sama sekali, hal ini disebabkan gelombang dan angin
yang besar sehingga nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan, bahkan tidak sedikit nelayan yang memilih untuk tidak melaut.
Kondisi serupa seperti yang dialami oleh nelayan di Kabupaten Ciamis di
atas juga dialami oleh nelayan yang menggunakan perahu motor tempel di
Pandansimo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga berbatasan
dengan Samudera Indonesia. Pane et al (2002) menjelaskan, pada waktu-waktu
tertentu di musim barat, nelayan tidak melakukan aktivitas melaut atau
menangkap ikan. Bahkan selama 3 – 4 bulan dalam setahun terutama pada saat
musim barat nelayan sama sekali tidak melaut. Pada periode waktu tersebut,
nelayan beralih profesi manjadi pengumpul dan penjual pasir di muara sungai
Kulon Progo.
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), nelayan di Kabupaten Ciamis
biasa menangkap ikan di perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi, Karapyak,
Nusakambangan dan Cilacap. Jarak yang ditempuh nelayan dari fishing base ke
fishing ground berkisar antara 1 – 5 mil dengan waktu tempuh antara 40 – 60
menit. Nelayan menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman,
kebiasaan nelayan, tanda-tanda yang terdapat di alam serta informasi dari nelayan
lainnya.
Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Ciamis sangat
beragam seperti udang jerbung, lobster, manyung, bawal hitam, bawal putih,
kakap merah, kakap putih, kembung, tongkol, tenggiri, layur, cucut, pari dan lainlain (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
4.2.2 Volume dan nilai produksi
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), volume produksi hasil tangkapan
Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 adalah sebesar 441,77 ton dengan nilai
produksi senilai Rp 24.036.717.614,00. Perkembangan jumlah volume produksi
dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 2.
28
Tabel 2 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Volume
(ton)
Nilai (Rp)
2.529,80 24.036.717.614,00
2.168,20 20.398.056.640,00
2.599,61 21.590.704.390,00
1.871,04 18.749.273.800,00
1.205,68 11.933.037.000,00
1.605,62 16.664.982.880,00
1.665,52 21.508.369.145,00
1.997,11 29.455.193.290,00
1.231,88 19.125.676.043,00
441,77* 7.415.710.065,00
Rata-rata
Kisaran
Pertumbuhan (%)
Volume
Nilai
-14,3
-15,1
19,9
5,8
-28,0
-13,2
-35,6
-36,4
33,2
39,7
3,7
29,1
19,9
36,9
-38,3
-35,1
-64,1
-61,2
-11,5
-5,5
-61,2
–
39,7
-64,1 – 33,2
Keterangan : * = Angka sementara
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Rasio NP/P
(Rp per kg)
9.501,43
9.407,83
8.305,36
10.020,78
9.897,35
10.379,16
12.913,91
14.748,91
15.525,60
16.786,36
-
Perkembangan kurva volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis
pada tahun 2001 – 2010 cenderung menurun (Gambar 2). Pertumbuhan volume
produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 33,2%, sedangkan
pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar
-64,1%. Rata-rata pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten
Ciamis pada tahun 2001 – 2010 adalah -11,5% dengan kisaran -64,1% – 33,2%.
Pertumbuhan volume produksi terbesar yang terjadi pada tahun 2006 di atas
mengindikasikan bahwa bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2006 di wilayah
selatan Kabupaten Ciamis tidak membuat pertumbuhan produksi hasil tangkapan
menurun. Padahal pada tahun 2005 terjadi pertumbuhan yang negatif (-35,6%).
Dengan demikian berdasarkan data di atas, pertumbuhan volume produksi hasil
tangkapan pada tahun 2006 seharusnya jauh lebih besar dari 33,2%.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pertumbuhan volume produksi
hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis cenderung menurun, hal ini disebabkan
karena berkurangnya jumlah trip nelayan karena besarnya gelombang dan angin
sehingga nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan (subsubbab 4.2.1). Pada
tahun 2010 jumlah trip nelayan di Kabupaten Ciamis adalah sebanyak 379.146
trip atau mengalami penurunan sebesar -15,7% dibandingkan jumlah trip pada
29
tahun 2009 (449.928 trip; DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Selain itu, banyaknya
pendaratan hasil tangkapan yang tidak tercatat di PPI Pangandaran (subsubbab
5.1.1) mengakibatkan jumlah volume produksi hasil tangkapan yang tercatat di
Kabupaten Ciamis tahun 2010 menurun sebesar -64,1%.
Volume Produksi (ton)
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 2 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010
Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis pada
tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 3). Rata-rata pertumbuhan nilai
produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis pada periode tersebut adalah
sebesar -5,5% dengan kisaran -61,2% – 39,7%. Pertumbuhan nilai produksi
tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 39,7%, sedangkan pertumbuhan
nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -61,2%.
Nilai Produksi (Rp x 109)
30
25
20
15
10
5
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 3 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010
30
4.2.3 Unit penangkapan ikan
1) Armada penangkapan ikan
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis armada penangkapan ikan
yang terdapat di Kabupaten Ciamis terdiri dari perahu tanpa motor, perahu motor
tempel, dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010
adalah sebanyak 1.897 unit, yang terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 33 unit
(1,7%), perahu motor tempel sebanyak 1.863 unit (98,2%) dan kapal motor
sebanyak 1 unit (0,1%). Perahu motor tempel merupakan jenis armada yang
dominan digunakan oleh nelayan, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perikanan
tangkap di Kabupaten Ciamis masih tradisional.
Tabel 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis
tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jenis Armada (unit)
KM
PMT
PTM
4
1.142
38
4
1.244
38
4
1.510
30
4
1.548
122
4
1.548
122
4
962
114
4
2.071
114
4
1.863
33
4
1.863
33
1
1.863
33
Rata-rata
Kisaran
Jumlah (unit)
1.184
1.286
1.544
1.674
1.674
1.080
2.189
1.900
1.900
1.897
Pertumbuhan (%)
8,6
20,1
8,4
0,0
-35,5
102,7
-13,2
0,0
-0,2
10,1
-35,5 – 102,7
Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu
Tanpa Motor
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Perkembangan kurva jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten
Ciamis pada kurun waktu tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif dengan ratarata pertumbuhan per tahun sebesar 10,1% dan kisaran pertumbuhan per tahun
sebesar -35,5% – 102,7% (Tabel 3 dan Gambar 4). Pertumbuhan jumlah armada
penangkapan ikan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -35,5%, hal ini
disebabkan oleh bencana tsunami yang terjadi di wilayah Selatan Kabupaten
Ciamis khususnya di Kecamatan Pangandaran sehingga menyebabkan rusaknya
31
armada penangkapan ikan. Pertumbuhan armada penangkapan ikan tertinggi
terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 102,7%, hal ini disebabkan oleh adanya
bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT sebanyak 1.000 unit ke wilayah
Kabupaten Ciamis dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu
upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami tahun 2006. Penurunan
jumlah armada penangkapan ikan juga terjadi pada tahun 2010 yaitu
berkurangnya kapal motor sebanyak -75%. Berdasarkan hasil wawancara dengan
nelayan, hal ini disebabkan biaya operasional yang tinggi sehingga nelayan
memilih untuk menjual kapal motornya ke nelayan Cilacap.
2500
Jumlah (unit)
2000
1500
1000
500
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 4 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010
2) Alat penangkapan ikan
Jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 adalah
sebanyak 3.415 unit yang didominasi oleh alat tangkap gillnet (gillnet
monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 2.395 unit (70,1%). Alat
tangkap lain yang terdapat di Kabupaten Ciamis adalah pancing rawai sebanyak
469 unit (13,7%), trammel net sebanyak 303 unit (8,9%), dogol sebanyak 201 unit
(5,9%), pukat pantai sebanyak 27 unit (0,8%) dan bagan sebanyak 20 unit (0,6%)
(DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
32
Tabel 4 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun
2001 – 2010
Tahun
Jenis Alat Tangkap (unit)
Pukat
Trammel
Gillnet
Dogol
Pantai
net
31
1.686
195
661
2001
Pancing
Rawai
551
2002
551
31
1.686
195
2003
253
53
1.309
2004
242
22
2005
242
2006
153
2007
Bagan
Jumlah
(unit)
Pertumbuhan
(%)
-
3.124
-
661
13
3.137
0,4
141
203
36
1.995
-36,4
1.359
160
219
36
2.038
2,2
22
1.359
160
219
36
2.038
0,0
32
926
97
144
16
1.368
-32,9
205
43
2.806
110
276
20
3.460
152,9
2008
469
27
2.395
201
303
20
3.415
-1,3
2009
469
27
2.395
201
303
20
3.415
0,0
2010
469
27
2.395
201
303
20
3.415
0,0
Rata-rata
9,4
Kisaran
-36,4 – 152,9
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun
2001 – 2010 cenderung meningkat setelah mengalami penurunan pada tahun 2001
– 2003. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 – 2010 adalah
sebesar 9,4% dengan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -36,4% – 152,9%
(Tabel 4 dan Gambar 5).
4000
Jumlah (unit)
3000
2000
1000
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 5 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010
33
Pertumbuhan jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu
sebesar -36,4%. Penurunan jumlah alat tangkap juga terjadi pada tahun 2006 yaitu
sebesar -32,9%, hal ini disebabkan karena bencana tsunami yang terjadi di
wilayah Selatan Kabupaten Ciamis sehingga mengakibatkan banyaknya alat
tangkap yang rusak dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan jumlah
alat tangkap terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 152,9%. Hal ini
merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk
menstabilkan kembali kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis dengan
memberikan bantuan berupa alat tangkap gillnet kepada nelayan.
3) Nelayan
Jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 adalah sebanyak
3.826 orang (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Rata-rata pertumbuhan per tahun
jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2001 – 2010 adalah 1,4%
dengan kisaran -21,3% – 18,6% (Tabel 5).
Tabel 5 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah (orang)
3.531
3.876
4.598
4.709
4.709
4.619
4.619
4.860
4.860
3.826
Rata-rata
Kisaran
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Pertumbuhan (%)
9,8
18,6
2,4
0,0
-1,9
0,0
5,2
0,0
-21,3
1,4
-21,3 – 18,6
Pada periode tahun 2001 – 2004, perkembangan jumlah nelayan cenderung
meningkat dengan nilai peningkatan yang relatif tidak terlalu besar (Gambar 6).
Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar
18,6%. Namun pada periode tahun 2004 – 2010 pertumbuhan jumlah nelayan
34
cenderung mengalami penurunan dengan nilai yang relatif tidak terlalu besar.
Pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar
-21,3%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, bertambah atau
berkurangnya jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis disebabkan karena banyaknya
nelayan yang beralih profesi seperti menjadi pedagang, pemandu wisata dan
tukang ojek. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang
dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil
tangkapan sedang menurun atau pada saat nelayan tidak mempunyai modal
melaut, nelayan dapat dengan mudah beralih profesi seperti menjadi pedagang,
tukang ojek, pemandu wisata atau pekerjaan lainnya.
5.000
Jumlah (orang)
4.000
3.000
2.000
1.000
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 6 Kurva perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun
2001 – 2010
Hampir seluruh nelayan yang terdapat di Kabupaten Ciamis merupakan
nelayan asli yang bersifat menetap. Jika ditinjau dari klasifikasi nelayan
berdasarkan waktu yang digunakan untuk menangkap ikan, sebagian besar
nelayan di Kabupaten Ciamis merupakan nelayan penuh. Disamping nelayan
penuh juga terdapat nelayan sambilan utama, hal ini dapat dilihat pada saat
produksi hasil tangkapan sedang menurun atau pada saat nelayan tidak
mempunyai modal untuk melaut, nelayan beralih profesi menjadi pedagang,
tukang ojek, pemandu wisata atau pekerjaan lainnya.
35
5 KONDISI KEPELABUHANAN PERIKANAN
DI KABUPATEN CIAMIS
5.1
PPI Pangandaran
5.1.1 Volume dan nilai produksi
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil
tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebesar 42,63 ton dengan
nilai produksi senilai Rp 954.503.800,00. Perkembangan jumlah volume produksi
dan nilai produksi dapat dilihat Tabel 6.
Tabel 6 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Volume
(ton)
Nilai (Rp)
1.209,63 9.614.172.120,00
975,69 9.179.125.488,00
782,80 6.749.074.985,00
875,00 8.607.356.000,00
577,60 5.158.743.600,00
471,50 5.661.834.900,00
547,42 7.731.140.820,00
590,80 10.759.627.380,00
215,50 4.831.965.944,00
42,63*
934.503.800,00
Rata-rata
Kisaran
Pertumbuhan (%)
Volume
Nilai
-19,3
-19,8
11,8
-34,0
-18,4
16,1
7,9
-63,5
-80,2
-22,2
-80,2 – 16,1
Keterangan : * = Angka sementara
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-4,5
-26,5
27,5
-40,1
9,8
36,5
39,2
-55,1
-80,7
-10,4
-80,7 – 39,2
Rasio NP/P
(Rp per kg)
7.948,03
9.407,83
8.621,71
9.836,98
8.931,34
12.008,13
14.122,87
18.211,96
22.422,12
21.921,27
-
Perkembangan kurva jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran pada tahun 2001 – 2010 cenderung mengalami penurunan
(Gambar 7). Penurunan volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran
telah terjadi sebelum bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2006, hal ini
diduga disebabkan karena terus berkurangnya jumlah alat tangkap pada periode
tahun 2001 – 2006. Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun
2010 yaitu sebesar -80,2%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, hal ini
disebabkan karena berkurangnya jumlah trip nelayan karena besarnya gelombang
36
dan angin sehingga nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan. Selain itu,
menurunnya volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun
2010 disebabkan karena banyaknya pendaratan yang tidak tercatat oleh petugas
karena tidak beroprasinya tempat pelelangan ikan sejak tahun 2009 dan pengurus
KUD Minasari yang di non-aktifkan karena terlibat kasus korupsi dalam
pengadaan bantuan perahu motor tempel pasca tsunami. Pertumbuhan volume
produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 16,1%, kenaikan jumlah
volume produksi ini diduga karena adanya bantuan dari Departemen Kelautan dan
Perikanan berupa perahu motor tempel, alat tangkap dan rumpon sebagai upaya
pemulihan setelah bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2006. Rata-rata
pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun
2001 – 2010 adalah sebesar -22,2% dengan kisaran -80,2% – 16,1% (Tabel 6).
1.400
1.200
Produksi (ton)
1.000
800
600
400
200
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 7 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010
Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada
periode tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 8). Rata-rata
pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada periode
tahun 2001 – 2010 adalah sebesar -10,4% dengan kisaran -80,7% – 39,2%.
Pertumbuhan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 39,2%,
sedangkan pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu
37
sebesar -80,7%. Tidak beroperasinya tempat pelelangan ikan menyebabkan
nelayan menjual hasil tangkapannya langsung kepada pedagang ikan (bakul)
dengan harga yang lebih rendah jika dibandingkan nelayan menjual hasil
tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan, yaitu lebih murah Rp 3.000,00 –
Rp 7.000,00 per kg. Nelayan mengungkapkan bahwa dengan tidak adanya
pelelangan ikan, mereka tidak memperoleh informasi yang benar mengenai harga
ikan yang dimilikinya.
12
Nilai Produksi (Rp x 109)
10
8
6
4
2
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 8 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan dominan menurut
volume di PPI Pangandaran pada tahun 2010 antara lain layur sebesar 9,74 ton
(22,85%), bawal hitam sebesar 5,57 ton (13,07%), tenggiri sebesar 4,04 ton
(9,48%) dan ikan rucah sebesar 5,76 ton (13,51%). Jenis ikan dominan menurut
harga (nilai produksi) antara lain udang lobster senilai Rp 206.473.750,00
(22,09%), bawal hitam senilai Rp 186.096.350,00 (19,91%), layur senilai Rp
145.818.500,00 (15,60%) dan tenggiri senilai Rp 127.706.850,00 (13,67%).
Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI Pangandaran
pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 7.
38
Tabel 7 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI
Pangandaran tahun 2010
Jenis Ikan
1. Udang Jerbung
2. Udang Lobster
3. Manyung
4. Selar
5. Ikan Kuwe
6. Tetengek
7. Bawal Hitam
8. Bawal Putih
9. Kakap Putih
10. Ikan Terbang
11. Peperek/Petek
12. Kakap Merah
13. Kembung
14. Tenggiri
15. Kerapu
16. Layur
17. Cucut
18. Pari
19. Ikan Rucah
Jumlah
Volume
(ton)
0,02
1,36
2,11
0,68
2,68
0,10
5,57
0,04
0,77
0,18
2,53
2,97
1,80
4,04
0,96
9,74
0,36
0,96
5,76
42,63
Nilai (Rp)
1.488.000,00
206.473.750,00
22.704.600,00
3.400.000,00
29.578.900,00
1.446.850,00
186.096.350,00
1.593.000,00
13.517.250,00
2.611.800,00
51.600.500,00
54.398.300,00
14.960.700,00
127.706.850,00
30.554.100,00
145.818.500,00
5.315.000,00
6.472.200,00
28.767.150,00
934.503.800,00
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Persentase (%)
Volume
Nilai
0,05
3,19
4,95
1,60
6,29
0,23
13,07
0,09
1,81
0,42
5,93
6,97
4,22
9,48
2,25
22,85
0,84
2,25
13,51
100,00
0,16
22,09
2,43
0,36
3,17
0,15
19,91
0,17
1,45
0,28
5,52
5,82
1,60
13,67
3,27
15,60
0,57
0,69
3,08
100,00
Rasio NP/P
(Rp per kg)
74.400,00
151.818,93
10.760,47
5.000,00
11.036,90
14.468,50
33.410,48
39.825,00
17.554,87
14.510,00
20.395,45
18.315,93
8.311,50
31.610,61
31.827,19
14.971,10
14.763,89
6.741,88
4.994,30
-
5.1.2 Unit penangkapan ikan
1) Armada penangkapan ikan
Armada penangkapan ikan yang terdapat di PPI Pangandaran terdiri dari
perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal motor. Jumlah armada
penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.089 unit, yang terdiri dari
perahu tanpa motor sebanyak 22 unit (2,0%), perahu motor tempel sebanyak
1.066 unit (97,9%), dan kapal motor sebanyak 1 unit (0,1%) (DKP Kabupaten
Ciamis, 2011).
Perkembangan kurva jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran
tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 9) dengan rata-rata pertumbuhan
per tahun sebesar 12,5% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -43,7% –
136,3% (Tabel 8). Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terendah
39
terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -43,7%, hal ini disebabkan oleh bencana
tsunami menyebabkan rusaknya armada penangkapan ikan. Pertumbuhan armada
penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 136,3%, hal ini
diakibatkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT dari
Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah
terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006.
Tabel 8 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran
tahun 2001 – 2010
Jenis Armada (unit)
KM
PMT
PTM
4
694
4
756
4
946
4
946
4
946
4
531
4
1.260
4
1.066
22
4
1.066
22
1
1.066
22
Rata-rata
Kisaran
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah (unit)
Pertumbuhan (%)
698
760
950
950
950
535
1.264
1.092
1.092
1.089
8,9
25,0
0,0
0,0
-43,7
136,3
-13,6
0,0
-0,3
12,5
-43,7 – 136,3
Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu
Tanpa Motor
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
1.400
Jumlah (unit)
1.200
1.000
800
600
400
200
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 9 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010
40
2) Alat penangkapan ikan
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah alat penangkapan ikan di
PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.797 unit yang terdiri dari
gillnet (gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 1.221 unit
(67,9%), pancing rawai sebanyak 201 unit (11,2%), dogol sebanyak 198 unit
(10,7%), trammel net sebanyak 147 unit (8,2%), bagan sebanyak 20 unit (1,1%)
dan pukat pantai sebanyak 15 unit (0,8%).
Tabel 9 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun
2001 – 2010
Tahun
Jenis Alat Tangkap (unit)
Pukat
Trammel
Gillnet
Dogol
Pantai
net
22
1.086
195
270
2001
Pancing
Rawai
183
2002
183
22
1.086
195
2003
84
37
843
141
2004
85
12
737
2005
85
12
2006
50
2007
Jumlah
(unit)
Bagan
Pertumbuhan
(%)
-
1.756
-
270
13
1.769
0,7%
83
36
1.224
-30,8%
158
94
36
1.122
-8,3%
737
158
94
36
1.122
0,0%
14
475
97
52
16
704
-37,3%
85
14
1.648
97
52
20
1.916
172,2%
2008
201
15
1.221
193
147
20
1.797
-6,2%
2009
201
15
1.221
193
147
20
1.797
0,0%
2010
201
15
1.221
193
147
20
1.797
0,0%
Rata-rata
10,0%
Kisaran
-37,3 – 172,2
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Pangandaran pada
periode tahun 2001 – 2010 cenderung meningkat setelah mengalami penurunan
pada tahun 2001 – 2006 (Gambar 10). Pertumbuhan jumlah alat tangkap terendah
terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -37,3%, hal ini disebabkan karena bencana
tsunami yang menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak dan hilang
terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan jumlah alat tangkap tertinggi terjadi
pada tahun 2007 yaitu sebesar 172,2%, hal ini disebabkan karena adanya bantuan
berupa alat tangkap gillnet dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah
satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Ratarata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 – 2010 adalah sebesar 10,0%
dengan kisaran -37,3% – 172,2% (Tabel 9).
41
2.500
Jumlah (unit)
2.000
1.500
1.000
500
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 10 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI
Pangandaran tahun 2001 – 2010
3) Nelayan
Jumlah nelayan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.935
orang (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Rata-rata pertumbuhan per tahun jumlah
nelayan di PPI Pangandaran pada periode tahun 2001 – 2010 adalah sebesar
-0,2% dengan kisaran -27,4% – 19,7% (Tabel 10). Pada tahun 2001 – 2004,
pertumbuhan jumlah nelayan cenderung meningkat dengan nilai peningkatan yang
relatif tidak terlalu besar (Gambar 11). Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi
terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 19,7%. Namun pada tahun 2004 – 2010
pertumbuhan jumlah nelayan cenderung mengalami penurunan dengan nilai yang
relatif tidak terlalu besar. Pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada
tahun 2010 yaitu sebesar -27,4%.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
nelayan,
bertambah
atau
berkurangnya jumlah nelayan di PPI Pangandaran disebabkan karena nelayan
yang beralih profesi seperti menjadi pedagang, pemandu wisata dan tukang ojek
ataupun sebaliknya. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan
seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika
produksi hasil tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah beralih
42
profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek, pemandu wisata atau pekerjaan
lainnya.
Tabel 10 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah (orang)
2.116
2.304
2.757
2.833
2.833
2.769
2.769
2.665
2.665
1.935
Rata-rata
Kisaran
Pertumbuhan (%)
8,9
19,7
2,8
0,0
-2,3
0,0
-3,8
0,0
-27,4
-0,2
-27,4 – 19,7
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
3.000
Jumlah (orang)
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 11 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun
2001 – 2010
43
5.1.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan
1)
Fasilitas pokok
Fasilitas pokok adalah fasilitas utama yang diperlukan dalam melakukan
aktivitas di pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok berfungsi untuk menjamin
kelancaran kapal atau perahu ketika berlayar, keluar masuk maupun tambat labuh
di area pelabuhan perikanan (Lubis, 2012). Menurut DKP Kabupaten Ciamis
(2011), fasilitas pokok yang terdapat di PPI Pangandaran terdiri dari :
(1) Turap
Turap adalah bangunan yang berfungsi sebagai dinding penahan tergerusnya
tanah di pinggir pantai akibat abrasi. Turap di PPI Pangandaran dibuat dari
tumpukan batu dan susunan beton berbentuk silinder; memiliki panjang 1 km atau
sepanjang pantai timur Pangandaran. Selain turap terdapat tumpukan batu yang
berfungsi sebagai groin untuk pemutar arus (Gambar 11). PPI Pangandaran tidak
memiliki dermaga dan kolam pelabuhan sebagai tempat untuk tambat labuh
perahu atau kapal penangkap ikan. Nelayan menggunakan pantai barat dan pantai
timur sebagai tempat tambat labuh perahu dengan cara mengaitkan tali tambang
ke tumpukan batu groin.
Gambar 12 Turap di PPI Pangandaran tahun 2011
(2) Lampu mercusuar
Mercusuar adalah bangunan berbentuk menara yang mempunyai lampu di
puncak menara sebagai alat bantu navigasi ketika nelayan melaut pada malam
44
hari. Menara mercusuar di PPI Pangandaran terdapat di pantai barat dan pantai
timur Pangandaran dengan tinggi 13 m. Mercusuar tersebut dalam kondisi baik
dan dimanfaatkan.
Gambar 13 Lampu mercusuar di PPI Pangandaran tahun 2011
2)
Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan
nilai guna dari pelabuhan perikanan sehingga dapat menunjang aktivitas di
pelabuhan perikanan tersebut (Lubis, 2012). Menurut DKP Kabupaten Ciamis
(2011), fasilitas fungsional yang terdapat di PPI Pangandaran terdiri dari :
(1) Tempat pelelangan ikan
Gedung TPI Pangandaran didirikan pada tahun 1973 oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis
yang bertujuan untuk mengembangkan pemasaran hasil tangkapan dari aktivitas
perikanan tangkap di Pangandaran khususnya dalam pengaturan tataniaga.
Gedung TPI PPI Pangandaran memiliki luas 299 m2. Pengelolaan TPI
Pangandaran diserahkan kepada Koperasi Unit Desa (KUD) Minasari yang
bertindak sebagai penyelenggara pelelangan ikan dan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Ciamis sebagai penanggung jawabnya (UPTD PPI
Pangandaran, 2005).
Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Pangandaran berasal dari
retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005
45
dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang retribusi.
Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3% dibebankan
kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran mempunyai 2 TPI, yaitu TPI
lama dan TPI baru. TPI lama terletak di pantai timur Pangandaran yang letaknya
berdekatan dengan tempat pendaratan ikan, sedangkan TPI baru terletak di PPI
Pangandaran baru yang berjarak 3 km dari tempat pendaratan ikan. Tidak ada
aktivitas pelelangan ikan di kedua TPI tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
dengan nelayan dan penduduk sekitar PPI Pangandaran, hal ini disebabkan karena
dinon-aktifkannya pengurus KUD Minasari karena terlibat dalam kasus korupsi
dalam pengadaan bantuan perahu motor tempel pasca tsunami.
a. Gedung TPI lama
b. Gedung TPI baru
Gambar 14 Gedung TPI PPI Pangandaran tahun 2011
(2) Fasilitas air bersih
Kebutuhan air bersih di PPI Pangandaran disediakan oleh KUD Minasari.
Fasilitas air bersih ini terletak di belakang gedung TPI lama dengan menggunakan
sumur pompa dan bak air berukuran 3 x 0,5 x 1 m.
(3) Fasilitas perbaikan alat tangkap dan mesin
Fasilitas perbaikan alat tangkap dan mesin PPI Pangandaran terletak di
pantai timur yang berdekatan dengan tempat pendaratan ikan. Fasilitas ini berupa
bangunan berukuran 3 x 3 m. Nelayan menggunakan fasilitas ini untuk
memperbaiki maupun untuk menyimpan alat tangkap dan mesin perahu.
46
3)
Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang atau fasilitas tambahan merupakan fasilitas yang secara
tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan perikanan dan menberikan
kenyamanan kepada para pelaku dalam menjalankan aktivitas di pelabuhan
perikanan (Lubis, 2012). Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas
penunjang yang terdapat di PPI Pangandaran terdiri dari :
(1) Gedung kantor pelabuhan
Gedung kantor PPI Pangandaran terletak di PPI Pangandaran baru yang
berjarak 3 km dari tempat pendaratan ikan. Pangkalan Pendaratan Ikan
Pangandaran saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pangkalan
Pendaratan Ikan wilayah Kabupaten Ciamis di bawah pengawasan Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Ciamis. UPTD PPI Pangandaran ini juga membawahi
PPI Kalipucang.
Gambar 15 Gedung kantor PPI Pangandaran tahun 2011
(2) KUD Minasari
Gedung KUD Minasari terletak di depan gedung TPI lama yang terletak di
pantai timur Pangandaran. KUD Minasari didirikan pada tanggal 2 Januari 1962
dengan nama KPL (Koperasi Perikanan Laut). Dalam perkembangannya, KUD
Minasari telah mengalami tiga kali perubahan nama. Dalam pelaksanaannya,
KUD Minasari diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis,
koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain sebagai penyelenggara
47
pelelangan ikan, KUD Minasari juga membantu nelayan dalam pelayanan usaha
simpan pinjam (UPTD PPI Pangandaran, 2005).
Gambar 16 Gedung kantor KUD Minasari tahun 2011
(3) Syahbandar
Gedung kantor syahbandar PPI Pangandaran terletak di samping gedung
TPI lama. Syahbandar ini bertugas dalam pendataan jumlah kapal atau perahu
yang ada di PPI Pangandaran.
Gambar 17 Gedung kantor Syahbandar PPI Pangandaran tahun 2011
(4) Waserda
Waserda terletak di pantai timur Pangandaran menyediakan bahan dan alat
perikanan seperti bahan bakar minyak (BBM), pelumas, suku cadang mesin,
jaring dan kebutuhan melaut lainnya. Waserda ini dikelola secara perorangan oleh
masyarakat yang tinggal di sekitar PPI Pangandaran.
48
5.2
PPI Parigi
5.2.1 Volume dan nilai produksi
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil
tangkapan di PPI Parigi pada tahun 2010 adalah sebesar 135,14 ton dengan nilai
produksi senilai Rp 2.517.299.040,00. Perkembangan volume produksi dan nilai
produksi dapat dilihat pada Tabel 11.
Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada tahun
2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 18). Pertumbuhan volume produksi
tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 82,5%. Bencana tsunami yang
terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 tidak membuat
volume produksi hasil tangkapan menurun, hal ini disebabkan karena kerusakan
yang terjadi di PPI Parigi tidak terlalu parah seperti yang terjadi di PPI
Pangandaran. Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2010
yaitu sebesar -65,2%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, hal ini
disebabkan karena berkurangnya jumlah trip nelayan karena besarnya gelombang
dan angin sehingga nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan. Rata-rata
pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada tahun 2001 –
2010 adalah sebesar -3,7% dengan kisaran -65,2% – 82,5% (Tabel 11).
Tabel 11 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi
tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Volume
(ton)
Nilai (Rp)
556,56 4.997.984.860,00
515,28 4.468.740.302,00
778,27 6.097.214.919,00
411,63 3.937.347.498,00
251,38 2.597.822.154,00
458,89 4.402.888.476,00
409,45 5.144.453.070,00
528,04 7.404.997.950,00
388,45 5.779.556.724,00
135,14 2.517.299.040,00
Rata-rata
Kisaran
Pertumbuhan (%)
Volume
Nilai
-7,4
51,0
-47,1
-38,9
82,5
-10,8
29,0
-26,4
-65,2
-3,7
-65,2 – 82,5
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-10,6
36,4
-35,4
-34,0
69,5
16,8
43,9
-22,0
-56,4
0,9
-56,4 – 69,5
Rasio NP/P
(Rp per kg)
8980,20
8672,41
7834,36
9565,29
10334,07
9594,73
12564,30
14023,55
14878,51
18627,34
-
49
900
Produksi (ton)
750
600
450
300
150
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 18 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi
tahun 2001 – 2010
Perkembangan kurva nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada
periode tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 19). Rata-rata
pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada periode tersebut
adalah sebesar -0,9% dengan kisaran -54,6% – 69,5%. Pertumbuhan nilai
produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 69,5%, sedangkan
pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar
-54,6%.
Nilai Produksi (Rp x 109)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 19 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Parigi
tahun 2001 – 2010
50
Tabel 12 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI
Parigi tahun 2010
Jenis Ikan
Volume
(ton)
Nilai (Rp)
Persentase (%)
Volume
Nilai
Rasio NP/P
(Rp per kg)
1. Udang Dogol
0,01
134.300,00
0,01
0,01
13.430,00
2. Udang Jerbung
2,48
152.481.300,00
1,84
6,06
61.484,40
3. Udang Krosok
0,10
1.961.000,00
0,07
0,08
19.610,00
4. Udang Lobster
2,22
534.438.170,00
1,64
21,23
240.737,91
5. Udang Lainnya
0,49
10.257.530,00
0,36
0,41
20.933,73
6. Manyung
2,06
19.338.370,00
1,52
0,77
9.387,56
7. Tetengek
2,90
51.226.960,00
2,15
2,03
17.664,47
8. Bawal Hitam
0,35
9.421.350,00
0,26
0,37
26.918,14
9. Bawal Putih
1,55
108.183.300,00
1,15
4,30
69.795,68
10. Kakap Putih
0,78
10.706.100,00
0,58
0,43
13.725,77
11. Ikan Terbang
1,92
22.497.900,00
1,42
0,89
11.717,66
12. Peperek/Petek
1,75
40.188.120,00
1,29
1,60
22.964,64
13. Kakap Merah
2,43
64.255.580,00
1,80
2,55
26.442,63
14. Belanak
0,28
3.813.100,00
0,21
0,15
13.618,21
15. Kurau
0,16
3.215.600,00
0,12
0,13
20.097,50
16. Gulamah
32,66
285.787.470,00
24,17
11,35
8.750,38
17. Kembung
5,96
89.427.650,00
4,41
3,55
15.004,64
18. Tenggiri
15,55
452.247.910,00
11,51
17,97
29.083,47
19. Tongkol
5,24
102.021.810,00
3,88
4,05
19.469,81
20. Kerapu
1,58
49.922.580,00
1,17
1,98
31.596,57
21. Layur
25,77
345.016.770,00
19,07
13,71
13.388,31
22. Cucut
1,51
19.030.330,00
1,12
0,76
12.602,87
23. Pari
2,23
16.714.430,00
1,65
0,66
7.495,26
24. Rajungan
0,82
16.547.910,00
0,61
0,66
20.180,38
18,01
4,31
4.456,18
100,00
100,00
25. Ikan Rucah
24,34
108.463.500,00
Jumlah
135,14 2.517.299.040,00
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan dominan menurut
volume di PPI Parigi pada tahun 2010 antara lain gulamah sebesar 32,66 ton
(24,17%), layur sebesar 25,77 ton (19,07%), tenggiri sebesar 15,55 ton (11,51%)
dan ikan rucah sebesar 24,34 ton (18,01%). Jenis ikan dominan menurut harga
(nilai produksi) antara lain udang lobster senilai Rp 534.438.170,00 (21,23%),
tenggiri senilai Rp 452.247.910,00 (17,97%), layur senilai Rp 345.016.770,00
(13,71%) dan gulamah senilai Rp 285.787.470,00 (11,35%) (Tabel 12)
51
5.2.2 Unit penangkapan ikan
1) Armada penangkapan ikan
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), armada penangkapan ikan yang
terdapat di PPI Parigi terdiri dari perahu tanpa motor dan perahu motor tempel.
Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah sebanyak 281 unit,
yang terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 11 unit (3,9%) dan perahu motor
tempel sebanyak 270 unit (96,1%).
Tabel 13 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi tahun
2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jenis Armada (unit)
KM
PMT
PTM
182
198
240
270
270
204
288
270
270
270
Rata-rata
Kisaran
38
38
30
11
11
11
Jumlah
Pertumbuhan (%)
(unit)
220
236
7,3
270
14,4
270
0,0
270
0,0
204
-24,4
288
41,2
281
-2,4
281
0,0
281
0,0
4,0
-24,4 – 41,2
Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu
Tanpa Motor
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi pada tahun
2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 20) dengan rata-rata pertumbuhan per
tahun sebesar 4,0% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -24,4% – 41,2%
(Tabel 13). Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan terendah terjadi pada
tahun 2006 yaitu sebesar -24,4%, hal ini disebabkan oleh bencana tsunami
menyebabkan rusaknya armada penangkapan ikan. Pertumbuhan armada
penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 41,2%, hal ini
disebabkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT dari
Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah
terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006.
52
350
Jumlah (unit)
300
250
200
150
100
50
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 20 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Parigi
tahun 2001 – 2010
2) Alat penangkapan ikan
Jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi pada tahun 2010 adalah
sebanyak 519 unit yang terdiri dari gillnet (gillnet monofilament dan gillnet
multifilament) sebanyak 380 unit (73,2%), trammel net sebanyak 121 unit
(23,3%), pancing rawai sebanyak 9 unit (1,7%), dogol sebanyak 8 unit (1,5%),
dan pukat pantai sebanyak 1 unit (0,2%) (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
Tabel 14 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi tahun
2001 – 2010
Tahun
Jenis Alat Tangkap (unit)
Pukat
Gillnet
Dogol
Pantai
2
231
-
2001
Pancing
Rawai
17
2002
17
2
231
-
2003
8
12
179
2004
18
2
2005
18
2006
Trammel
net
378
Jumlah
(unit)
Pertumbuhan
(%)
628
-
378
628
0,0
-
116
315
-49,8
218
-
120
358
13,7
2
218
2
120
360
0,6
15
-
153
-
87
255
-29,2
2007
18
7
407
12
166
610
139,2
2008
9
1
380
8
121
519
-14,9
2009
9
1
380
8
121
519
0,0
2010
9
1
380
8
121
519
0,0
Rata-rata
Kisaran
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
6,6
-49,8 – 139,2
53
Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi pada periode
tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 21). Pertumbuhan jumlah alat
tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -49,8%. Penurunan jumlah
alat tangkap juga terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -29,2%, hal ini disebabkan
karena bencana tsunami yang menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak
dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan jumlah alat tangkap
tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 139,2%, hal ini disebabkan karena
adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari Departemen Kelautan dan
Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami
pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 –
2010 adalah sebesar 6,6% dengan kisaran -49,8% – 139,2% (Tabel 14).
700
Jumlah (unit)
600
500
400
300
200
100
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 21 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI
Parigi tahun 2001 – 2010
3) Nelayan
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah nelayan di PPI Parigi pada
tahun 2010 adalah sebanyak 690 orang. Perkembangan jumlah nelayan di PPI
Parigi pada tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 22) dengan rata-rata
pertumbuhan per tahun sebesar 2,0% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar 24,1% – 18,2% (Tabel 15). Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada
tahun 2003 yaitu sebesar 18,2%. Pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi
54
pada tahun 2008 sebesar yaitu -24,1%. Berdasarkan hasil wawancara, bertambah
ataupun berkurangnya jumlah nelayan di PPI Parigi pada umumnya disebabkan
karena banyaknya nelayan yang beralih profesi seperti menjadi pedagang dan
tukang ojek. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang
dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil
tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah beralih profesi seperti
menjadi pedagang, tukang ojek atau pekerjaan lainnya.
Tabel 15 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah (orang)
615
677
800
818
818
804
804
610
610
690
Rata-rata
Kisaran
Pertumbuhan (%)
10,1
18,2
2,3
0,0
-1,7
0,0
-24,1
0,0
13,1
2,0
-24,1 – 18,2
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
900
Jumlah (orang)
750
600
450
300
150
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 22 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Parigi tahun 2001 - 2010
55
5.2.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan
1)
Fasilitas pokok
Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Parigi terdiri dari (DKP Kabupaten
Ciamis, 2011) :
(1) Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan yang terdapat di PPI Parigi merupakan kolam pelabuhan
alami dengan memanfaatkan Sungai Cialit sebagai tempat untuk tambat labuh
perahu nelayan. Kedalaman kolam pelabuhan ini adalah 50 – 100 cm karena telah
mengalami pendangkalan akibat lumpur yang terbawa oleh aliran sungai.
Gambar 23 Kolam pelabuhan di PPI Parigi tahun 2011
(2) Turap
Turap di PPI Parigi berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak terjadi abrasi
yang dapat menyebabkan pendangkalan kolam pelabuhan. Turap tersebut terbuat
dari beton, memiliki panjang 650 m dan tinggi 1 m.
Gambar 24 Turap di PPI Parigi tahun 2011
56
(3) Lampu mercusuar
Lampu mercusuar di PPI Parigi terletak di muara Sungai Cialit. Lampu
mercusuar ini memiliki tinggi 10 m dengan kondisi baik dan dimanfaatkan
sebagai alat bantu navigasi ketika nelayan melakukan aktivitas menangkap ikan
pada malam hari.
2)
Fasilitas fungsional
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas fungsional yang terdapat
di PPI Parigi terdiri dari :
(1) Tempat pelelangan ikan
Gedung TPI PPI Parigi mempunyai luas 216 m2 dan terletak berseberangan
dengan gedung kantor KUD Minapari yang bertindak sebagai penyelenggara
pelelangan ikan. Kondisi gedung TPI ini masih cukup baik. Aktivitas pelelangan
ikan dilakukan setiap hari, kecuali hari Jum’at karena pada hari tersebut nelayan
tidak melakukan aktivitas menangkap ikan. Sumber pendapatan yang diperoleh
TPI PPI Parigi berasal dari retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat No. 5 Tahun 2005 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun
2006 tentang retribusi. Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan
rincian 3% dibebankan kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada
nelayan.
Gambar 25 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi tahun 2011
57
(2) Fasilitas air bersih
Sumber air bersih di PPI Parigi berasal dari sumur yang terletak
berseberangan dengan gedung TPI. Kondisi air sumur ini cukup bersih. Sumur ini
menggunakan pompa listrik dan ditampung dalam tangki (torn) plastik dengan
kapasitas 1000 liter yang disambungkan dengan pipa dan kran sehingga
memudahkan ketika digunakan untuk berbagai aktivitas di PPI Parigi.
Gambar 26 Fasilitas air bersih di PPI Parigi tahun 2011
(3) Gudang penyimpanan mesin dan alat tangkap
Gudang penyimpanan mesin dan alat tangkap di PPI Parigi terdiri dari 14
ruang penyimpanan dan terletak bersebelahan dengan gedung sekretariat rukun
nelayan PPI Parigi. Ruang penyimpanan ini selain digunakan oleh nelayan asli
yang tinggal di sekitar PPI Parigi juga sering digunakan oleh nelayan dari luar
daerah yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Parigi.
Gambar 27 Gudang penyimpanan mesin dan alat tangkap di PPI Parigi
tahun 2011
58
3)
Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Parigi terdiri dari (DKP Kabupaten
Ciamis, 2011) :
(1) Gedung kantor pelabuhan
Gedung kantor PPI Parigi terletak bersebelahan dengan gedung kantor KUD
Minapari. Pangkalan Pendaratan Ikan Parigi saat ini menjadi UPTD Pangkalan
Pendaratan Ikan wilayah Kabupaten Ciamis di bawah pengawasan Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Ciamis. UPTD PPI Parigi ini juga membawahi PPI Batu
Karas dan PPI Cimerak.
Gambar 28 Gedung kantor PPI Parigi tahun 2011
(2) KUD Minapari
Koperasi Unit Desa (KUD) Minapari merupakan lembaga yang bertindak
sebagai penyelenggara aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi. Dalam
pelaksanaannya, KUD Minapari diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Ciamis, koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain
sebagai penyelenggara pelelangan ikan, KUD Minapari juga membantu nelayan
dalam pelayanan usaha simpan pinjam.
(3) Syahbandar
Gedung kantor syahbandar PPI Parigi terletak beseberangan dengan gedung
TPI PPI Parigi. Syahbandar ini bertugas dalam pendataan jumlah kapal atau
perahu yang ada di PPI Parigi.
59
Gambar 29 Gedung kantor Syahbandar PPI Parigi tahun 2011
(4) Sekretariat rukun nelayan
Sekretariat rukun nelayan merupakan tempat untuk berkumpulnya nelayan
untuk melakukan musyawarah dan digunakan untuk menyampaikan informasi
maupun penyuluhan yang berkaitan dengan kegiatan nelayan oleh Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Ciamis maupun petugas PPI Parigi. Gedung ini terletak
bersebelahan dengan kantor KUD Minapari dan waserda.
Gambar 30 Gedung kantor KUD Minapari, waserda, dan sekretariat
rukun nelayan PPI Parigi tahun 2011
(5) Waserda
Waserda PPI Parigi merupakan salah satu unit usaha perniagaan KUD
Minapari yang menyediakan berbagai keperluan melaut seperti bahan bakar
minyak (BBM), pelumas, suku cadang mesin, jaring dan kebutuhan melaut
lainnya. Waserda ini terletak bersebelahan dengan gedung kantor KUD Minapari.
60
(6) Perumahan nelayan
Jumlah rumah yang terdapat di kompleks perumahan nelayan PPI Parigi
adalah sebanyak 105 unit dan berukuran 5 x 7 m. Perumahan nelayan ini
mayoritas dihuni oleh nelayan asli Parigi.
(7) Kios penjualan ikan
Kios penjualan ikan PPI Parigi terletak bersebelahan dengan gedung TPI
PPI Parigi. Kios ini menjual berbagai jenis macam ikan segar maupun olahan.
Konsumen dapat membeli ikan segar dan meminta ikan tersebut untuk diolah
seperti digoreng atau dibakar. Kios ini biasanya ramai terutama pada akhir pekan
atau hari libur karena banyak wisatawan yang datang untuk mengkonsumsi ikan
segar.
a. Kios ikan segar
b. Kios ikan olahan
Gambar 31 Kios penjualan ikan di PPI Parigi tahun 2011
(8) MCK
Letak MCK ini berseberangan dengan gedung TPI PPI Parigi. Air yang
digunakan berasal dari sumur dengan kondisi air yang cukup baik. Kondisi MCK
ini masih cukup baik. MCK ini tidak memiliki lampu sebagai penerangan ketika
digunakan pada malam hari.
5.3
PPI Batu Karas
5.3.1 Volume dan nilai produksi
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil
tangkapan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebesar 221,73 ton dengan
61
nilai produksi senilai Rp 2.978.944.030,00. Perkembangan jumlah volume
produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Batu Karas tahun 2001 – 2010
Volume
(ton)
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Pertumbuhan (%)
Volume
Nilai
Nilai (Rp)
631,19 7.261.803.815,00
563,73 5.099.514.160,00
838,63 6.354.144.301,00
486,47 4.687.318.450,00
326,50 2.869.895.398,00
539,81 4.622.958.239,00
618,19 6.080.167.945,00
741,77 7.764.470.065,00
539,87 5.936.922.547,00
221,73 2.978.944.030,00
Rata-rata
Kisaran
-10,7
48,8
-42,0
-32,9
65,3
14,5
20,0
-27,2
-58,9
-2,6
-58,9 – 65,3
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-29,8
24,6
-26,2
-38,8
61,1
31,5
27,7
-23,5
-49,8
-2,6
-49,8 – 61,1
Rasio NP/P
(Rp per kg)
11.504,94
9.045,99
7.576,78
9.635,36
8.789,93
8.564,06
9.835,44
10.467,48
10.996,95
13.435,01
-
900
Produksi (ton)
750
600
450
300
150
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 32 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI
Batu Karas tahun 2001 – 2010
Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada
periode tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 32). Rata-rata
pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada periode
tahun tersebut adalah sebesar -2,6% dengan kisaran -58,9% – 65,3%.
62
Pertumbuhan volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar
65,3%. Bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis pada
tahun 2006 tidak membuat volume produksi hasil tangkapan menurun, hal ini
disebabkan karena kerusakan yang terjadi di PPI Batu Karas tidak terlalu parah
dan tidak memakan banyak korban jiwa seperti yang terjadi di PPI Pangandaran.
Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar
-58,9%. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, hal ini disebabkan karena
berkurangnya jumlah trip nelayan karena besarnya gelombang dan angin sehingga
nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan.
Nilai Produksi (Rp x 109)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 33 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu
Karas tahun 2001 – 2010
Perkembangan kurva nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada
tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 33). Pertumbuhan nilai produksi
tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 61,1%, sedangkan pertumbuhan
nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar -49,8%. Rata-rata
pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada tahun 2001 –
2010 adalah sebesar -2,6% dengan kisaran -49,8% – 61,1%.
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan dominan menurut
volume di PPI Batu Karas pada tahun 2010 antara lain tongkol sebesar 50,25 ton
(22,66%), kembung sebesar 22,72 ton (10,25%), manyung sebesar 20,03 ton
(9,03%) dan ikan rucah sebesar 42,29 ton (19,07%). Jenis ikan dominan menurut
harga (nilai produksi) antara lain tongkol senilai Rp 517.458.700,00 (17,37%),
63
kembung senilai Rp 236.361.670,00 (7,93%), manyung senilai Rp 230.881.420,00
(7,75%), bawal putih senilai Rp 221.060.105,00 (7,42%) dan ikan rucah senilai
Rp 297.277.595,00 (9,98%). Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut
jenis ikan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI
Batu Karas tahun 2010
Jenis Ikan
Volume
(ton)
Nilai (Rp)
Persentase (%)
Volume
Nilai
Rasio NP/P
(Rp per kg)
1. Udang Dogol
0,13
5.740.400,00
0,06
0,19
44.156,92
2. Udang Jerbung
0,16
11.133.150,00
0,07
0,37
69.582,19
3. Udang Lobster
0,48
87.894.515,00
0,22
2,95
183.113,57
20,03
230.881.420,00
9,03
7,75
11.526,78
5. Ekor Kuning
9,35
146.873.585,00
4,22
4,93
15.708,40
6. Selar
9,17
28.246.520,00
4,14
0,95
3.080,32
7. Ikan Kuwe
0,31
6.862.490,00
0,14
0,23
22.137,06
8. Layang
1,16
3.539.850,00
0,52
0,12
3.051,59
9. Tetengek
2,47
29.084.865,00
1,11
0,98
11.775,25
10. Bawal Hitam
0,48
14.004.260,00
0,22
0,47
29.175,54
11. Bawal Putih
3,22
221.060.105,00
1,45
7,42
68.652,21
12. Kakap Putih
5,35
109.821.750,00
2,41
3,69
20.527,43
13. Julung-Julung
0,82
8.582.480,00
0,37
0,29
10.466,44
14. Ikan Terbang
1,28
16.057.070,00
0,58
0,54
12.544,59
15. Peperek/Petek
5,75
122.754.215,00
2,59
4,12
21.348,56
16. Kakap Merah
8,56
204.350.900,00
3,86
6,86
23.872,77
17. Belanak
0,39
5.468.010,00
0,18
0,18
14.020,54
18. Gulamah
0,82
13.935.100,00
0,37
0,47
16.994,02
19. Cakalang
0,06
753.880,00
0,03
0,03
12.564,67
20. Kembung
22,72
236.361.670,00
10,25
7,93
10.403,24
21. Tenggiri
6,59
204.289.920,00
2,97
6,86
30.999,99
22. Tongkol
50,25
517.458.700,00
22,66
17,37
10.297,69
23. Kerapu
5,51
194.747.360,00
2,49
6,54
35.344,35
4. Manyung
24. Layur
6,60
80.656.800,00
2,98
2,71
12.220,73
25. Cucut
2,00
20.518.310,00
0,90
0,69
10.259,16
10,30
46.614.025,00
4,65
1,56
4.525,63
27. Rajungan
5,27
108.321.290,00
2,38
3,64
20.554,32
28. Cumi-Cumi
0,21
5.653.795,00
0,09
0,19
26.922,83
19,07
9,98
7.029,50
100,00
100,00
26. Pari
29. Ikan Rucah
42,29
297.277.595,00
Jumlah
221,73 2.978.944.030,00
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-
64
5.3.2 Unit penangkapan ikan
1) Armada penangkapan ikan
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), armada penangkapan ikan yang
terdapat di PPI Batu Karas hanya terdiri dari perahu motor tempel. Jumlah armada
penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah sebanyak 281 unit.
Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu Karas pada
tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 34) dengan rata-rata
pertumbuhan per tahun sebesar 9,0% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar 37,5% – 96,6% (Tabel 18). Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan
terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -37,5%, hal ini disebabkan oleh
bencana tsunami menyebabkan rusaknya armada penangkapan ikan. Pertumbuhan
armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 96,6%,
hal ini disebabkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT dari
Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah
terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006.
Tabel 18 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu Karas
tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jenis Armada (unit)
KM
PMT
PTM
193
210
255
255
255
148
320
281
281
281
Rata-rata
Kisaran
30
30
30
30
-
Jumlah
(unit)
193
210
255
285
285
178
350
281
281
281
Pertumbuhan
(%)
8,8
21,4
11,8
0,0
-37,5
96,6
-19,7
0,0
0,0
9,0
-37,5 – 96,6
Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu
Tanpa Motor
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
65
400
350
Jumlah (unit)
300
250
200
150
100
50
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 34 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Batu
Karas tahun 2001 – 2010
2) Alat penangkapan ikan
Jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah
sebanyak 522 unit yang terdiri dari gillnet (gillnet monofilament dan gillnet
multifilament) sebanyak 380 unit (72,8%), pancing rawai sebanyak 96 unit
(18,4%), trammel net sebanyak 35 unit (6,7%), dan pukat pantai sebanyak 11 unit
(2,1%) (Anonymous, 2011).
Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas periode
tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 35). Pertumbuhan jumlah alat
tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -36,6%. Penurunan jumlah
alat tangkap juga terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -32,1%, hal ini disebabkan
karena bencana tsunami yang menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak
dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan jumlah alat tangkap
tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 187,4%, hal ini disebabkan karena
adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari Departemen Kelautan dan
Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami
pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun adalah
sebesar 12,3% dengan kisaran -36,6% – 187,4% (Tabel 19).
66
Tabel 19 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu Karas
tahun 2001 – 2010
Tahun
Jenis Alat Tangkap (unit)
Pukat
Gillnet
Dogol
Pantai
7
254
-
2001
Pancing
Rawai
203
2002
203
7
254
-
2003
93
4
197
2004
77
18
2005
77
18
2006
54
2007
Trammel
net
-
Jumlah
(unit)
Pertumbuhan
(%)
464
-
-
464
0,0
-
-
294
-36,6
220
-
-
315
7,1
220
-
-
315
0,0
18
142
-
-
214
-32,1
61
22
482
1
49
615
187,4
2008
96
11
380
-
35
522
-15,1
2009
96
11
380
-
35
522
0,0
2010
96
11
380
-
35
522
0,0
Rata-rata
12,3
Kisaran
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-36,6 – 187,4
700
600
Jumlah (unit)
500
400
300
200
100
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 35 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Batu
Karas tahun 2001 – 2010
3) Nelayan
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah nelayan di PPI Batu Karas
pada tahun 2010 adalah sebanyak 554 orang. Perkembangan jumlah nelayan di
PPI Batu Karas pada tahun 2001 - 2010 cenderung menurun (Gambar 36) dengan
67
rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,4% dan kisaran -26,3% – 16,2% (Tabel
20). Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar
16,2%, sedangkan pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2010
sebesar yaitu -26,3%. Berdasarkan hasil wawancara, pertumbuhan jumlah nelayan
di PPI Batu Karas disebabkan karena penduduk yang tadinya berprofesi sebagai
pedagang dan tukang ojek beralih profesi menjadi nelayan ataupun sebaliknya.
Tabel 20 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah (orang)
523
586
681
694
694
684
684
752
752
554
Rata-rata
Kisaran
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Pertumbuhan (%)
12,0
16,2
1,9
0,0
-1,4
0,0
9,9
0,0
-26,3
1,4
-26,3 – 16,2
800
700
Jumlah (orang)
600
500
400
300
200
100
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 36 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Batu Karas tahun
2001 – 2010
68
5.3.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan
1)
Fasilitas pokok
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas pokok yang terdapat di
PPI Batu Karas hanya berupa lampu mercusuar yang berfungsi sebagai alat bantu
navigasi ketika nelayan melaut pada malam hari. Mercusuar di PPI Batu Karas
memiliki tinggi 13 m. Mercusuar tersebut dalam kondisi baik dan dimanfaatkan.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Karas tidak memiliki dermaga dan
kolam pelabuhan sebagai tempat pendaratan ikan maupun tambat labuh perahu
nelayan. Nelayan di PPI Batu Karas menggunakan tepi pantai sebagai tempat
untuk mendaratkan hasil tangkapan serta tambat labuh perahu atau kapal
penangkap ikan.
2)
Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional yang terdapat di PPI Batu Karas terdiri dari (DKP
Kabupaten Ciamis, 2011) :
(1) Tempat pelelangan ikan
Gedung TPI PPI Batu Karas mempunyai luas 206 m2 dan terletak
bersebelahan dengan gedung kantor KUD Minarasa yang bertindak sebagai
penyelenggara pelelangan ikan di PPI Batu Karas. Kondisi gedung TPI PPI Batu
Karas saat ini masih cukup baik. Aktivitas pelelangan ikan dilakukan setiap hari,
kecuali hari Jum’at karena pada hari tersebut nelayan tidak melakukan aktivitas
menangkap ikan. Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Batu Karas berasal
dari retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun
2005 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang retribusi.
Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3% dibebankan
kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan.
(2) Fasilitas air bersih
Sumber air bersih di PPI Batu Karas berasal dari sumur yang terletak di
belakang gedung TPI. Kondisi air sumur ini cukup bersih. Sumur ini
menggunakan pompa listrik sehingga dapat disalurkan ke kran yang terdapat di
69
gedung TPI dan MCK. Air bersih tersebut digunakan untuk mencuci hasil
tangkapan, membersihkan lantai TPI, dan MCK.
a. Gedung TPI
b. Fasilitas air bersih
Gambar 37 Gedung TPI dan fasilitas air bersih di PPI Batu Karas tahun 2011
3)
Fasilitas penunjang
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas penunjang yang terdapat
di PPI Batu Karas terdiri dari :
(1) KUD Minarasa
Koperasi Unit Desa (KUD) Minarasa merupakan lembaga yang bertindak
sebagai penyelenggara aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas. Dalam
pelaksanaannya, KUD Minapari diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Ciamis, koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain
sebagai penyelenggara pelelangan ikan, KUD Minarasa juga membantu nelayan
dalam pelayanan usaha simpan pinjam.
Gedung kantor KUD Minarasa terdiri dari ruang administrasi dan ruang
rapat. Ruang administrasi berada satu gedung dengan TPI, sedangkan ruang rapat
terletak bersebelahan dengan TPI. Kondisi ruang rapat di PPI Batu Karas sudah
mulai rusak terutama pada bagian pintu dan jendela.
(2) Sekretariat rukun nelayan
Sekretariat rukun nelayan merupakan tempat untuk berkumpulnya nelayan
untuk melakukan musyawarah dan digunakan untuk menyampaikan informasi
maupun penyuluhan yang berkaitan dengan kegiatan nelayan oleh Dinas Kelautan
70
dan Perikanan Kabupaten Ciamis. Gedung ini terletak bersebelahan dengan
mushola, kondisinya saat ini masih cukup baik dan dimanfaatkan.
Gambar 38 Gedung sekretariat rukun nelayan PPI Batu Karas tahun 2011
(3) Mushola
Mushola PPI Batu Karas terletak bersebelahan dengan gedung sekretariat
rukun nelayan. Mushola ini berukuran 3 x 3 m dan memiliki kondisi yang cukup
baik. Saat ini mushola tersebut jarang digunakan karena nelayan, pedagang ikan,
dan pengurus KUD Minarasa sebagian besar memilih untuk menggunakan mesjid
yang letaknya tidak jauh dari PPI Batu Karas.
(4) MCK
Fasilitas MCK di PPI Batu Karas terletak di belakang gedung TPI. Air yang
digunakan berasal dari sumur dengan kondisi air yang cukup baik. Kondisi MCK
ini masih cukup baik dan bersih. Terdapat 2 buah MCK yang memiliki ukuran 2 x
1,5 m.
Gambar 39 Fasilitas MCK di PPI Batu Karas tahun 2011
71
5.4
PPI Cimerak
5.4.1 Volume dan nilai produksi
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil
tangkapan di PPI Cimerak pada tahun 2010 adalah sebesar 42,63 ton dengan nilai
produksi senilai Rp 934.503.800,00. Perkembangan jumlah volume produksi dan
nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Cimerak tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Volume
(ton)
Nilai (Rp)
117,25 1.783.167.543,00
99,49 1.538.288.350,00
183,01 2.232.658.041,00
86,71 1.404.756.209,00
42,12 1.213.498.158,00
126,36 1.891.475.556,00
81,06 2.441.837.860,00
99,29 3.040.134.500,00
85,65 2.499.151.209,00
42,08
969.681.595,00
Rata-rata
Kisaran
Pertumbuhan (%)
Volume
Nilai
-15,1
84,0
-52,6
-51,4
200,0
-35,9
22,5
-13,7
-50,9
9,6
-52,6 – 200,0
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-13,7
45,1
-37,1
-13,6
55,9
29,1
24,5
-17,8
-61,2
1,2
-61,2 – 55,9
Rasio NP/P
(Rp per kg)
15.208,87
15.462,26
12.199,48
16.199,77
28.810,83
14.968,67
30.123,83
30.618,74
29.178,65
23.043,76
-
Perkembangan kurva volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada
tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 40). Pertumbuhan volume
produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 200,0%. Bencana tsunami
yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 tidak membuat
volume produksi hasil tangkapan menurun, hal ini disebabkan karena kerusakan
yang terjadi di PPI Cimerak tidak terlalu parah dan tidak memakan banyak korban
jiwa seperti yang terjadi di PPI Pangandaran. Pertumbuhan volume produksi
terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar -52,6%. Rata-rata pertumbuhan
volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada tahun 2001 – 2010 adalah
sebesar 9,6% dengan kisaran -52,6% – 200,0%.
72
200
Produksi (ton)
160
120
80
40
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 40 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI
Cimerak tahun 2001 – 2010
Nilai produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada periode tahun 2001 –
2010 cenderung fluktuatif (Gambar 41) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun
sebesar 1,2% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -61,2% – 55,9%.
Pertumbuhan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 55,9%,
sedangkan pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu
sebesar -61,2%.
Nilai Produksi (Rp x 109)
4
3
2
1
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 41 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak
tahun 2001 – 2010
73
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan dominan menurut
volume di PPI Cimerak pada tahun 2010 antara lain tongkol (27,90%), kakap
putih (13,07%), kuwe (6,37%) dan ikan rucah (29,13%). Jenis ikan dominan
menurut harga (nilai produksi) antara lain lobster (27,05%), tongkol (23,17%),
kakap putih (9,17%), dan ikan rucah (16,37%). Volume dan nilai produksi
menurut jenis ikan di PPI Cimerak pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan di PPI
Cimerak tahun 2010
Jenis Ikan
Volume
(ton)
Nilai (Rp)
Persentase (%)
Volume
Nilai
Rasio NP/P
(Rp per kg)
1. Udang Lobster
1,05
259.582.900,00
2,50
27,05
247.221,81
2. Manyung
2,32
25.024.720,00
5,51
2,61
10.786,52
3. Ekor Kuning
0,06
885.200,00
0,14
0,09
14.753,33
4. Selar
0,29
809.990,00
0,69
0,08
2.793,07
5. Ikan Kuwe
2,68
44.931.010,00
6,37
4,68
16.765,30
6. Bawal Hitam
0,74
41.546.140,00
1,76
4,33
56.143,43
7. Kakap Putih
4,05
87.971.390,00
9,62
9,17
21.721,33
8. Julung-Julung
0,65
7.026.280,00
1,54
0,73
10.809,66
9. Peperek/Petek
2,32
46.883.970,00
5,51
4,89
20.208,61
10. Kakap Merah
0,65
14.263.870,00
1,54
1,49
21.944,42
11. Kurau
0,04
600.460,00
0,10
0,06
15.011,50
12. Cakalang
0,01
321.500,00
0,02
0,03
32.150,00
13. Kembung
0,48
5.435.120,00
1,14
0,57
11.323,17
14. Tenggiri
0,22
7.911.170,00
0,52
0,82
35.959,86
15. Tongkol
11,74
222.351.550,00
27,90
23,17
18.939,66
16. Kerapu
0,63
19.345.395,00
1,50
2,02
30.706,98
17. Layur
0,37
3.853.760,00
0,88
0,40
10.415,57
18. Cucut
0,36
7.238.900,00
0,86
0,75
20.108,06
19. Pari
20. Ikan Rucah
1,16
6.560.370,00
2,76
0,68
5.655,49
12,26
157.137.900,00
29,13
16,37
12.817,12
100,00
100,00
Jumlah
42,08 959.681.595,00
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-
5.4.2 Unit penangkapan ikan
1) Armada penangkapan ikan
Armada penangkapan ikan yang terdapat di PPI Cimerak hanya terdiri dari
perahu motor tempel. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah
74
sebanyak 109 unit (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Perkembangan jumlah armada
penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun
2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jenis Armada (unit)
KM
PMT
PTM
33
35
43
53
92
53
92
26
84
126
84
109
109
109
Rata-rata
Kisaran
Jumlah (unit)
Pertumbuhan (%)
33
35
43
145
145
110
210
109
109
109
6,1
22,9
237,2
0,0
-24,1
90,9
-48,1
0,0
0,0
31,6
-48,1 – 237,2
Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu
Tanpa Motor
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
250
Jumlah (unit)
200
150
100
50
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 42 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI
Cimerak tahun 2001 – 2010
75
Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Cimerak pada tahun
2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 42) dengan rata-rata pertumbuhan per
tahun sebesar 31,6% dan kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -48,1% – 237,2%
(Tabel 23). Pertumbuhan armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun
2004 yaitu sebesar 237,2%. Hal ini disebabkan karena beroperasinya armada
perahu tanpa motor di PPI Cimerak. Pertumbuhan armada penangkapan terendah
terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar -48,1%. Hal ini diduga karena banyak
nelayan yang menjual armada perahu tanpa motor miliknya. Hal ini diindikasikan
dengan menurunnya jumlah armada jenis perahu tanpa motor pada tahun tersebut.
2) Alat penangkapan ikan
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah alat penangkapan ikan di
PPI Cimerak pada tahun 2010 adalah sebanyak 321 unit yang terdiri dari gillnet
(gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 218 unit (67,9%) dan
pancing rawai sebanyak 103 unit (32,1%). Perkembangan jumlah alat
penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak tahun
2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jenis Alat Tangkap (unit)
Pancing Rawai
Gillnet
Trammel net
102
48
102
48
47
37
48
131
48
131
24
106
31
131
4
103
218
103
218
103
218
Rata-rata
Kisaran
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Jumlah
(unit)
150
150
84
179
179
130
166
321
321
321
Pertumbuhan
(%)
0,0
-44,0
113,1
0,0
-27,4
27,7
93,4
0,0
0,0
18,1
-44,0 – 113,1
Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak pada periode
tahun 2001 – 2010 cenderung meningkat (Gambar 43). Pertumbuhan jumlah alat
76
tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -44,0%, hal ini disebabkan
karena berkurangnya jenis alat tangkap pancing rawai. Pertumbuhan jumlah alat
tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 113,1%, hal ini disebabkan
kerana bertambahnya jumlah alat tangkap gillnet di PPI ini. Pada tahun 2003 –
2004 ini terjadi perubahan jenis alat tangkap yang paling banyak digunakan di PPI
Cimerak. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan karena pada periode
tersebut hasil tangkapan alat tangkap gillnet lebih baik dari hasil tangkapan
pancing rawai. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 – 2010
adalah sebesar 18,1% dengan kisaran -44,0% – 113,1% (Tabel 24).
400
350
Jumlah (unit)
300
250
200
150
100
50
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 43 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Cimerak
tahun 2001 – 2010
3) Nelayan
Perkembangan kurva jumlah nelayan yang terdapat di PPI Cimerak pada
tahun 2010 adalah sebanyak 279 orang (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak pada tahun 2001 - 2010 cenderung
fluktuatif (Gambar 44) dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 11,5%
dengan kisaran -39,2% – 114,5% (Tabel 25).
77
Tabel 25 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak Tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah (orang)
164
186
213
215
215
214
214
459
459
279
Rata-rata
Kisaran
Pertumbuhan (%)
13,4
14,5
0,9
0,0
-0,5
0,0
114,5
0,0
-39,2
11,5
-39,2 – 114,5
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar
114,5%, sedangkan pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun
2010 sebesar yaitu -39,2%. Sama seperti di PPI lainnya, bertambah atau
berkurangnya jumlah nelayan di PPI Cimerak disebabkan karena penduduk yang
tadinya berprofesi sebagai pedagang dan tukang ojek beralih profesi menjadi
nelayan, maupun sebaliknya. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus
menyebabkan seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya,
ketika produksi hasil tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah
beralih profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek atau pekerjaan lainnya.
500
Jumlah (orang)
400
300
200
100
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 44 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Cimerak tahun
2001 - 2010
78
5.4.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan
1)
Fasilitas pokok
Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Cimerak hanya berupa lampu
mercusuar (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Lampus mercusuar di PPI Cimerak
tersebut memiliki tinggi 13 m dan dalam kondisi baik serta dimanfaatkan oleh
para nelayan.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cimerak tidak memiliki dermaga dan
kolam pelabuhan sebagai tempat pendaratan ikan maupun tambat labuh perahu
nelayan. Nelayan di PPI Cimerak menggunakan tepi pantai sebagai tempat untuk
mendaratkan hasil tangkapan serta tambat labuh perahu atau kapal penangkap
ikan.
2)
Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional yang terdapat di PPI Cimerak terdiri dari (DKP
Kabupaten Ciamis, 2011) :
(1) Tempat pelelangan ikan
Gedung TPI PPI Cimerak dibangun di atas tanah seluas 1.400 m2. Aktivitas
pelelangan ikan di PPI Cimerak dikelola oleh KUD Mina Bahari dan dilakukan
setiap hari kecuali hari Jum’at karena pada hari tersebut nelayan tidak melakukan
aktivitas menangkap ikan. Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Cimerak
berasal dari retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5
Tahun 2005 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang
retribusi. Besarnya retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3%
dibebankan kapada pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan.
(2) Fasilitas air bersih
Sumber air bersih di PPI Cimerak berasal dari sumur dan menggunakan
pompa listrik sehingga dapat disalurkan ke kran yang terdapat di gedung TPI dan
MCK. Air tersebut digunakan untuk mencuci hasil tangkapan, membersihkan
lantai TPI dan MCK.
79
3)
Fasilitas penunjang
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas penunjang yang terdapat
di PPI Cimerak hanya terdiri dari gedung kantor KUD Mina Bahari. KUD Mina
Bahari merupakan lembaga yang bertindak sebagai penyelenggara aktivitas
pelelangan ikan di PPI Cimerak. Dalam pelaksanaannya, KUD Mina Bahari
diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, koperasi serta
instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain sebagai penyelenggara pelelangan
ikan, KUD Mina Bahari juga membantu nelayan dalam pelayanan usaha simpan
pinjam.
5.5
PPI Kalipucang
5.5.1 Volume dan nilai produksi
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah volume produksi hasil
tangkapan di PPI Kalipucang pada tahun 2010 adalah sebesar 0,19 ton dengan
nilai produksi senilai Rp 25.281.600,00. Perkembangan jumlah volume produksi
dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Volume
(ton)
Nilai (Rp)
15,18 142.799.567,00
14,01 112.388.339,00
16,90 157.612.142,00
11,23 112.495.642,00
8,08
93.077.688,00
9,06
85.825.706,00
9,40 110.769.450,00
37,21 485.963.395,00
2,42
78.079.620,00
0,19
25.281.600,00
Rata-rata
Kisaran
Pertumbuhan (%)
Volume
Nilai
-7,7
20,6
-33,6
-28,0
12,2
3,7
295,9
-93,5
-92,1
8,6
-93,5 – 295,9
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
-21,3
40,2
-28,6
-17,3
-7,8
29,1
338,7
-83,9
-67,6
20,2
-83,9 – 338,7
Rasio NP/P
(Rp per kg)
9.407,83
8.022,47
9.327,56
10.020,78
11.522,29
9.471,02
11.783,98
13.060,02
32.264,31
133.061,05
-
Perkembangan jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang
pada periode tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 45). Rata-rata
80
pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang pada periode
tersebut adalah sebesar 8,6% dengan kisaran -93,5% – 295,9%. Pertumbuhan
volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 295,9%.
Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan karena nelayan memperluas
jangkauan fishing ground sampai ke lokasi rumpon yang dipasang oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Ciamis sebagai salah satu upaya untuk memulihkan
kegiatan perikanan tangkap setelah bencana tsunami yang terjadi pada tahun
2006. Pertumbuhan volume produksi terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu
sebesar -93,5%. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan karena besarnya
biaya operasional untuk sampai ke lokasi rumpon sehingga nelayan menangkap
ikan di lokasi yang lebih dekat dengan fishing base. Pada tahun 2010, jumlah
volume produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang kembali menurun sebesar
-92,1%. Hal ini disebabkan karena jenis ikan yang didaratkan pada tahun tersebut
hanya terdiri dari udang lobster. Salah satu penyebab menurunnya jumlah volume
produksi hasil tangkapan ini disebabkan karena tidak beroperasinya alat tangkap
pancing rawai karena nelayan tidak mempunyai modal untuk melaut.
40
35
Produksi (ton)
30
25
20
15
10
5
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 45 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010
Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang pada tahun
2001 – 2010 cenderung fluktuatif (Gambar 46). Pertumbuhan nilai produksi
81
tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 338,7%, sedangkan pertumbuhan
nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar -83,9,6%. Rata-rata
pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Kalipucang pada tahun 2001 –
2010 adalah sebesar 20,2% dengan kisaran -83,9% – 338,7%.
Nilai Produksi (Rp x 106)
500
400
300
200
100
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 46 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010
5.5.2 Unit penangkapan ikan
1) Armada penangkapan ikan
Armada penangkapan ikan yang terdapat di PPI Kalipucang hanya terdiri
dari perahu motor tempel. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010
adalah sebanyak 137 unit (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
Perkembangan kurva jumlah armada penangkapan ikan di PPI Kalipucang
pada periode tahun 2001 – 2010 cenderung meningkat (Gambar 47). Rata-rata
pertumbuhan per tahun pada periode tahun 2001 – 2010 adalah sebesar 16,8% dan
kisaran pertumbuhan per tahun sebesar -1,9% – 77,9% (Tabel 27). Pertumbuhan
armada penangkapan ikan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 77,9%,
hal ini disebabkan karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT dari
Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah
terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Pertumbuhan jumlah armada
penangkapan ikan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar -1,9%.
82
Tabel 27 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Kalipucang
tahun 2001 – 2010
Jenis Armada (unit)
KM
PMT
PTM
41
44
54
54
54
53
77
137
137
137
Rata-rata
Kisaran
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
-
Jumlah
(unit)
41
44
54
54
54
53
77
137
137
137
Pertumbuhan
(%)
7,3
22,7
0,0
0,0
-1,9
45,3
77,9
0,0
0,0
16,8
-1,9 – 77,9
Keterangan : 1.KM = Kapal Motor; 2.PMT = Perahu Motor Tempel; 3.PTM = Perahu
Tanpa Motor
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
150
Jumlah (unit)
120
90
60
30
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 47 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010
2) Alat penangkapan ikan
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jumlah alat penangkapan ikan di
PPI Kalipucang pada tahun 2010 adalah sebanyak 256 unit yang terdiri dari gillnet
83
(gillnet monofilament dan gillnet multifilament) sebanyak 196 unit (76,6%) dan
pancing rawai sebanyak 60 unit (23,4%).
Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang pada
periode tahun 2001 – 2010 cenderung meningkat (Gambar 48). Pertumbuhan
jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -38,6%.
Penurunan jumlah alat juga terjadi pada tahun 2006 yang disebabkan bencana
tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis, hanya saja penurunan
jumlah alat tangkap tersebut tidak terlalu besar, yaitu sebesar -6,9%. Pertumbuhan
jumlah alat tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 128,4%, hal ini
disebabkan karena adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari Departemen
Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya
bencana tsunami pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode
tahun 2001 – 2010 adalah sebesar 15,8% dan kisaran sebesar -36,8% – 128,4%
(Tabel 28).
Tabel 28 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI Kalipucang tahun
2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jenis Alat Tangkap (unit)
Pancing
Trammel
Gillnet
Rawai
net
46
68
13
46
68
13
21
53
4
14
53
5
14
53
5
10
52
5
10
138
5
60
196
60
196
60
196
Rata-rata
Kisaran
Jumlah (unit)
Pertumbuhan (%)
127
127
78
72
72
67
153
256
256
256
0,0
-38,6
-7,7
0,0
-6,9
128,4
67,3
0,0
0,0
15,8
-38,6 – 128,4
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
84
300
Jumlah (unit)
250
200
150
100
50
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 48 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPI
Kalipucang tahun 2001 – 2010
3) Nelayan
Jumlah nelayan yang terdapat di PPI Kalipucang pada tahun 2010 adalah
sebanyak 368 orang (DKP Kabupaten Ciamis, 2011). Perkembangan jumlah
nelayan di PPI
pada tahun 2001 - 2010 cenderung meningkat (Gambar 49)
dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 20,0% dan kisaran -1,6% –
152,7% (Tabel 29).
Tabel 29 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Kalipucang tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah (orang)
113
123
147
149
149
148
148
374
374
368
Rata-rata
Kisaran
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Pertumbuhan (%)
8,8
19,5
1,4
0,0
-0,7
0,0
152,7
0,0
-1,6
20,0
-1,6 – 152,7
85
400
350
Jumlah (orang)
300
250
200
150
100
50
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 49 Kurva perkembangan jumlah nelayan di PPI Kalipucang tahun
2001 – 2010
Pertumbuhan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar
152,7%, sedangkan pertumbuhan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun
2010 sebesar yaitu -1,6%. Berdasarkan hasil wawancara, bertambah atau
berkurangnya jumlah nelayan di PPI Kalipucang disebabkan karena penduduk
yang tadinya berprofesi sebagai pedagang dan tukang ojek beralih profesi menjadi
nelayan, maupun sebaliknya. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus
menyebabkan seseorang dengan mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya,
ketika produksi hasil tangkapan sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah
beralih profesi seperti menjadi pedagang, tukang ojek atau pekerjaan lainnya.
5.5.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan
1)
Fasilitas pokok
Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Kalipucang sebagaimana juga di PPI
Batu Karas dan PPI Cimerak hanya berupa dari lampu mercusuar. Mercusuar di
PPI Kalipucang memiliki tinggi 10 m (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
PPI Kalipucang tidak memiliki dermaga dan kolam pelabuhan sebagai
tempat pendaratan ikan maupun tambat labuh perahu nelayan. Nelayan
menggunakan tepi Sungai Citanduy sebagai tempat untuk mendaratkan maupun
tempat tambat labuh perahu mereka.
86
2)
Fasilitas fungsional
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), fasilitas fungsional yang terdapat
di PPI Kalipucang hanya terdiri dari gedung TPI yang memiliki ukuran 96 m2.
Aktivitas pelelangan ikan di PPI Kalipucang dikelola oleh KUD Mina Galuh.
Sumber pendapatan yang diperoleh TPI PPI Kalipucang berasal dari retribusi
sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005 dan
Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 13 Tahun 2006 tentang retribusi. Besarnya
retribusi lelang adalah sebesar 5% dengan rincian 3% dibebankan kapada
pedagang ikan (bakul) dan 2% dibebankan kepada nelayan.
3)
Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Kalipucang hanya terdiri dari
gedung kantor KUD Mina Galuh yang merupakan lembaga yang bertindak
sebagai penyelenggara aktivitas pelelangan ikan di PPI Kalipucang. Dalam
pelaksanaannya, KUD Mina Galuh diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Ciamis, koperasi serta instansi terkait di Kabupaten Ciamis. Selain
sebagai penyelenggara pelelangan ikan, KUD Mina Galuh juga membantu
nelayan dalam pelayanan usaha simpan pinjam (DKP Kabupaten Ciamis, 2011).
5.6
Kajian Kondisi Kepelabuhanan Perikanan di Kabupaten Ciamis
5.6.1 Volume dan nilai produksi
Jumlah volume produksi hasil tangkapan ikan di Kabupaten Ciamis pada
tahun 2010 didominasi oleh PPI Batu Karas yaitu sebesar 221,73 ton (50,19%)
dan PPI Parigi sebesar 135,14 ton (30,59%). Jumlah volume produksi hasil
tangkapan paling rendah terdapat di PPI Kalipucang yaitu sebesar 0,19 ton
(0,04%).
Perkembangan volume produksi hasil tangkapan selama periode tahun
2001 – 2010 di Kabupaten Ciamis memperlihatkan bahwa PPI Pangandaran
mendominasi sejak tahun 2001 hingga tahun 2005 (Gambar 50). Setelah bencana
tsunami yang terjadi tahun 2006, volume produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran belum pulih sepenuhnya. Hal ini dapat dilihat dari volume produksi
hasil tangkapan pada periode tahun 2007 – 2010 di PPI ini yang terus menurun
87
(Gambar 6 subsubbab 5.1.1). Pada periode yang sama yaitu tahun 2007 – 2010,
jumlah volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis didominasi oleh
PPI Batu Karas.
Bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten Ciamis pada
tahun 2006 tidak membuat volume produksi hasil tangkapan di PPI-PPI yang ada
di Kabupaten ini menurun. Penurunan volume produksi hasil tangkapan atau
pertumbuhan negatif pada tahun 2006 hanya terjadi di PPI Pangandaran. Hal ini
disebabkan karena PPI Pangandaran mengalami kerusakan yang paling parah jika
dibandingkan dengan PPI lainnya.
1.400
Produksi (ton)
1.200
1.000
800
600
400
200
0
2001
2002
2003
2004
PPI Pangandaran
PPI Cimerak
2005
2006
2007
Tahun
PPI Parigi
PPI Kalipucang
2008
2009
2010
PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 50 Kurva perkembangan volume produksi hasil tangkapan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010
Untuk mengatasi volume produksi hasil tangkapan yang terus menurun
khususnya di PPI Pangandaran, pada akhir tahun 2006 Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Ciamis atas bantuan pemerintah Provinsi Jawa Barat
memasang rumpon sebanyak 30 unit. Akan tetapi keberadaan rumpon tersebut
belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga belum mampu meningkatkan
jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI yang ada di Kabupaten Ciamis,
khususnya
PPI
Pangandaran.
Fauzi
(2009)
menjelaskan,
permasalahan
pemanfaatan rumpon di PPI Pangandaran ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan pengalaman nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap di
88
sekitar rumpon sehingga menyebabkan banyaknya alat tangkap yang rusak karena
tersangkut di rumpon. Akibatnya, nelayan yang marah dan merasa dirugikan
karena alat tangkapnya yang rusak karena tersangkut rumpon kemudian merusak
rumpon tersebut.
Pemasangan rumpon di perairan Kabupaten Ciamis seharusnya dapat
meningkatkan jumlah volume produksi hasil tangkapan nelayan di 5 lokasi PPI
yang ada di Kabupaten Ciamis. Menurut Martasuganda (2008) vide Jungjunan
(2009), tujuan pemasangan rumpon di suatu perairan adalah untuk memikat ikan
yang beruaya agar tertarik untuk mendatangi, berkumpul atau terkonsentrasi di
sekitar rumpon sehingga mempermudah nelayan untuk menangkapnya dan daerah
sekitar rumpon menjadi daerah penangkapan ikan (fishing ground) bagi nelayan.
Nilai Produksi (Rp x 109)
12
10
8
6
4
2
0
2001
2002
2003
PPI Pangandaran
PPI Cimerak
2004
2005
2006
2007
Tahun
PPI Parigi
PPI Kalipucang
2008
2009
2010
PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 51 Kurva perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010
Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan selama periode tahun 2001 –
2010 memperlihatkan bahwa PPI Pangandaran mendominasi dari tahun 2001
hingga tahun 2008 (Gambar 51). Diduga letaknya yang strategis dan dekat dengan
lokasi wisata bahari mengakibatkan harga ikan di PPI Pangandaran lebih tinggi
dibandingkan dengan PPI lainnya. Pada periode tahun 2009 – 2010, nilai produksi
hasil tangkapan PPI Pangandaran berada di bawah PPI Parigi dan PPI Batu Karas.
Hal ini selain disebabkan oleh menurunnya jumlah produksi hasil tangkapan di
89
PPI Pangandaran, juga disebabkan karena tidak beroperasinya tempat pelelangan
ikan sehingga nelayan menjual hasil tangkapannya langsung kepada bakul atau
tengkulak dengan harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan nelayan
menjual hasil tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan. Tidak adanya
aktivitas pelelangan ikan menyebabkan nelayan tidak mengetahui secara pasti
berapa harga ikan yang dimilikinya.
Kondisi serupa seperti yang terjadi di PPI Pangandaran juga terjadi di PPN
Palabuhanratu dimana tidak terdapatnya aktivitas pelelangan ikan di PPN ini.
Hamzah (2010) menjelaskan, akibat tidak berjalannya pelelangan ikan di PPN
Palabuhanratu menyebabkan pemasaran hasil tangkapan terpusat di bakul
(pedagang ikan) dengan sistem ijon. Sistem ijon merupakan sistem yang sangat
merugikan nelayan. Biasanya bakul atau tengkulak memberikan pinjaman terlebih
dahulu kepada nelayan sebagai modal melaut. Setelah mendapatkan ikan, maka
bakul atau tengkulak tersebut yang berhak menjual ikan dan yang menentukan
harga beli dari nelayan adalah bakul atau tengkulak tersebut. Dalam sistem ini
nelayan tidak mengetahui secara pasti harga ikan yang dimilikinya.
5.6.2 Unit penangkapan ikan
1) Armada penangkapan ikan
Jenis armada penangkapan ikan yang terdapat di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis didominasi oleh perahu motor tempel dengan jumlah armada
terbanyak berada di PPI Pangandaran (Gambar 52). Dengan jenis armada tersebut
membuat jangkauan lokasi fishing ground menjadi lebih terbatas bila
dibandingkan dengan kapal motor, hal ini dapat mempengaruhi jumlah produksi
hasil tangkapan di 5 lokasi PPI tersebut.
Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di hampir seluruh PPI
yang ada di Kabupaten Ciamis pada tahun 2001 – 2010 cenderung fluktuatif,
hanya PPI Kalipucang saja yang perkembangan jumlah armada penangkapan ikan
pada periode tersebut cenderung meningkat. Hampir di seluruh PPI pertumbuhan
jumlah armada penangkapan ikan terendah terjadi pada tahun 2006 yang
disebabkan karena bencana tsunami yang terjadi di wilayah selatan Kabupaten
Ciamis. Kerusakan terparah terjadi di PPI Pangandaran sehingga menyebabkan
90
jumlah armada penangkapan ikan menurun sebesar -43,7% pada tahun tersebut.
Kerusakan yang terjadi di 4 lokasi PPI lainnya tidak terlalu parah sehingga
aktivitas penangkapan ikan tetap berjalan seperti biasanya. Pertumbuhan jumlah
armada penangkapan ikan terbesar terjadi pada tahun 2007, hal ini disebabkan
karena adanya bantuan perahu motor tempel ukuran 1 GT sebanyak 1.000 unit ke
wilayah Kabupaten Ciamis dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai
salah satu upaya pemulihan setelah terjadinya bencana tsunami tahun 2006.
1.400
Jumlah (unit)
1.200
1.000
800
600
400
200
0
2001
2002
2003
2004
PPI Pangandaran
PPI Cimerak
2005
2006
2007
Tahun
PPI Parigi
PPI Kalipucang
2008
2009
2010
PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 52 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010
Untuk mengatasi keterbatasan dalam menjangkau fishing ground yang lebih
jauh, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis berupaya untuk mengganti
armada jenis perahu motor tempel dengan kapal motor. Akan tetapi usaha tersebut
belum berhasil karena nelayan belum siap untuk melakukan operasi penangkapan
ikan dengan menggunakan kapal motor karena masih kurangnya keterampilan dan
pengalaman nelayan dalam mengoperasikan kapal motor. Selain itu, nelayan
masih menganggap bahwa dengan menggunakan kapal motor akan menghabiskan
banyak biaya dan belum tentu mendapatkan hasil yang lebih baik (Azam, 2009).
Pendapat nelayan di atas tidak sepenuhnya benar. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa contoh baik usaha perikanan tuna yang terdapat di PPS Nizam Zachman
Jakarta maupun jenis usaha perikanan tangkap lainnya yang terdapat di PPN
Palabuhanratu, PPI Muara Angke dan PP/PPI lainnya yang menggunakan armada
91
penangkapan ikan jenis kapal motor sampai saat ini masih beroperasi dengan baik.
Untuk mengatasi anggapan sebagian nelayan Kabupaten Ciamis diatas diperlukan
sosialisasi dan pelatihan dalam mengoperasikan kapal motor termasuk
penggunaan alat bantu penangkapan seperti fish finder dan GPS. Penggunaan
kapal motor yang diiringi dengan penggunaan alat bantu seperti fish finder dan
GPS diharapkan dapat meningkatkan jumlah hasil tangkapan nelayan.
2) Alat penangkapan ikan
Jenis alat penangkapan ikan yang terdapat di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis didominasi oleh alat tangkap gillnet, pancing rawai dan
trammel net dengan jumlah alat tangkap terbanyak berada di PPI Pangandaran
(Gambar 53). PPI Pangandaran merupakan satu-satunya PPI yang memiliki alat
tangkap bagan. Alat tangkap bagan di PPI Pangandaran ini berupa bagan tancap
sehingga bersifat menetap. Selain digunakan untuk menangkap ikan, pemilik
bagan menyewakan bagan miliknya kepada wisatawan Pangandaran yang ingin
memancing.
2.000
Jumlah (unit)
1.600
1.200
800
400
0
2001
2002
2003
2004
PPI Pangandaran
PPI Cimerak
2005
2006
2007
Tahun
PPI Parigi
PPI Kalipucang
2008
2009
2010
PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 53 Kurva perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI
di Kabupaten Ciamis tahun 2001 – 2010
Jumlah alat penangkapan ikan di PPI Parigi dan PPI Batu Karas pada tahun
2001 – 2010 cenderung fluktuatif, sedangkan jumlah alat penangkapan ikan di PPI
Pangandaran, PPI Cimerak dan PPI Kalipucang pada periode tersebut cenderung
92
meningkat. Pertumbuhan terendah di PPI Pangandaran terjadi pada tahun 2006,
hal ini disebabkan karena bencana tsunami yang menyebabkan banyaknya alat
tangkap yang rusak dan hilang terbawa gelombang tsunami. Pertumbuhan
terendah di 4 lokasi PPI lainnya terjadi pada tahun 2003. Pertumbuhan tertinggi
jumlah alat tangkap di PPI Cimerak terjadi pada tahun 2004, sedangkan
pertumbuhan tertinggi alat tangkap di 4 lokasi PPI lainnya terjadi pada tahun
2007. Hal ini disebabkan karena adanya bantuan berupa alat tangkap gillnet dari
Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu upaya pemulihan setelah
terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006. Pertumbuhan jumlah alat tangkap di
5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada tahun 2008 – 2010 cenderung
stagnan. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pendataan di 5 PPI tersebut
masih sangat kurang.
Tabel 30 Perkembangan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi PPI
di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
PPI
Pangandaran
0,670
0,286
0,329
0,120
0,024
Produktivitas Alat Penangkapan Ikan (ton/unit)
PPI
PPI Parigi
PPI Cimerak
Batu Karas
1,800
2,522
0,972
0,671
1,005
0,488
1,017
1,421
0,309
0,748
1,034
0,267
0,260
0,425
0,131
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011), diolah kembali
PPI
Kalipucang
0,135
0,061
0,145
0,009
0,001
Pada Tabel 30 dan Gambar 54 dapat dilihat bahwa produktivitas alat
penangkapan ikan di seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis cenderung
menurun. Produktivitas alat penangkapan ikan tertinggi terdapat di PPI Batu
Karas. Hal ini disebabkan walaupun PPI Batu Karas memiliki jumlah alat
penangkapan ikan yang tidak terlalu banyak (Tabel 19 subsubbab 5.3.2), namun
PPI ini mempunyai jumlah volume produksi hasil tangkapan paling banyak
dibandingkan PPI lainnya. Kondisi tersebut sangat bertolak dengan PPI
Pangandaran
yang
memiliki
jumlah
alat
penangkapan
ikan
terbanyak
dibandingkan PPI lainnya, tetapi produktivitas alat penangkapan ikan di PPI ini
lebih rendah dibandingkan PPI lainnya. Dengan jumlah alat penangkapan ikan
93
yang dimilikinya, seharusnya jumlah volume produksi hasil tangkapan PPI
Produktivitas Alat Penangkapan Ikan
(ton/unit)
Pangandaran adalah terbesar dibandingkan PPI lainnya.
2,60
1,95
1,30
0,65
0,00
2006
2007
PPI Pangandaran
PPI Cimerak
2008
Tahun
PPI Parigi
PPI Kalipucang
2009
2010
PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011), diolah kembali
Gambar 54 Kurva perkembangan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jenis alat tangkap dominan di 5
lokasi PPI yang ada di Kabupeten Ciamis adalah gillnet, pancing rawai dan
trammel net. Bantuan rumpon yang diberikan pemerintah Kabupaten Ciamis
untuk meningkatkan jumlah produksi hasil tangkapan belum maksimal yang
disebabkan karena jaring milik nelayan yang tersangkut rumpon. Menurut
Baskoro dan Imron (2006) vide Fauzi (2009), alat tangkap yang efektif untuk
dioperasikan di sekitar rumpon adalah pancing ulur (hand line), huhate (pole and
line) dan mini purse seine. Hal ini menunjukkan terjadi ketidaksesuaian antara
rumpon dengan alat tangkap yang dioperasikan di sekitarnya.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan penyuluhan dari Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Ciamis kepada nelayan tentang fungsi, manfaat serta
pelatihan dalam mengoperasikan alat tangkap yang efektif untuk digunakan di
sekitar rumpon.
3) Nelayan
Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran merupakan PPI di Kabupaten
Ciamis yang memiliki jumlah nelayan terbanyak dibandingkan dengan PPI
94
lainnya (Gambar 55). Perkembangan jumlah nelayan di PPI Pangandaran dan PPI
Batu Karas pada tahun 2001 – 2010 cenderung menurun, PPI Parigi dan PPI
Cimerak cenderung fluktuatif, sedangkan PPI Kalipucang perkembangan jumlah
nelayan pada periode tersebut cenderung meningkat.
3.000
Jumlah (orang)
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
2001
2002
2003
2004
PPI Pangandaran
PPI Cimerak
2005
2006
2007
Tahun
PPI Parigi
PPI Kalipucang
2008
2009
2010
PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 55 Kurva perkembangan jumlah nelayan di 5 lokasi PPI di Kabupaten
Ciamis tahun 2001 – 2010
Bertambah atau berkurangnya jumlah nelayan di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis pada umumnya disebabkan oleh penduduk yang beralih
profesi. Tidak adanya syarat dan keahlian khusus menyebabkan seseorang dengan
mudah menjadi nelayan. Begitu juga sebaliknya, ketika produksi hasil tangkapan
sedang menurun, nelayan dapat dengan mudah beralih profesi seperti menjadi
pedagang, tukang ojek, pemandu wisata ataupun pekerjaan lainnya.
Menurut Pane et al. (2005), nelayan seharusnya memiliki pendidikan dan
keterampilan yang memadai. Sebagai contoh di pelabuhan-pelabuhan perikanan
yang ada di Prancis, nelayan harus memiliki sertifikat untuk bisa menjadi nelayan
atau bekerja di bidang lainnya yang berkaitan dengan perikanan tangkap.
Hampir seluruh nelayan yang terdapat di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis merupakan nelayan asli yang bersifat menetap. Jika ditinjau
dari klasifikasi nelayan berdasarkan waktu yang digunakan untuk menangkap ikan,
sebagian besar nelayan di Kabupaten Ciamis merupakan nelayan penuh.
Disamping nelayan penuh juga terdapat nelayan sambilan utama, hal ini dapat
95
dilihat pada saat produksi hasil tangkapan sedang menurun atau pada saat nelayan
tidak mempunyai modal untuk melaut, nelayan beralih profesi menjadi pedagang,
tukang ojek, pemandu wisata atau pekerjaan lainnya.
5.6.3 Fasilitas kepelabuhanan perikanan
Fasilitas kepelabuhanan perikanan yang ada di 5 lokasi PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis saat ini masih belum lengkap. Fasilitas kepelabuhanan
perikanan yang terdapat di Kabupaten Ciamis antara lain kolam pelabuhan, alur
pelayaran, turap, alat bantu navigasi, TPI, air bersih, bengkel, gudang, kantor
pelabuhan, kantor KUD, syahbandar, perumahan nelayan, sekretariat rukun
nelayan,
waserda,
kios penjualan
ikan,
mushola dan
MCK.
Fasilitas
kepelabuhanan perikanan yang belum ada antara lain dermaga, breakwater, pabrik
es dan tempat pengolahan ikan. Kelengkapan fasilitas yang terdapat di masingmasing PPI dapat dilihat pada Tabel 31.
Dermaga dan breakwater merupakan fasilitas pokok yang tidak dimiliki
oleh seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Aktivitas tambat labuh perahu
yang dilakukan di tepi pantai dan muara sungai sebagai dermaga alami diduga
menyebabkan kedua fasilitas ini tidak begitu diperlukan. Fasilitas pendaratan
seperti kolam pelabuhan dan dermaga merupakan fasilitas yang sangat penting
yang harus dimiliki oleh suatu pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan
ikan untuk memudahkan proses pendaratan hasil tangkapan. Namun fasilitas
tersebut tidak dimiliki oleh sebagian besar PPI yang ada di Kabupaten Ciamis.
Proses pendaratan ikan yang dilakukan di tepi pantai atau muara sungai
menyebabkan aktivitas tersebut hanya dapat dilakukan oleh armada jenis perahu
motor tempel maupun perahu tanpa motor, sedangkan untuk kapal motor proses
pendaratan dilakukan di tengah laut kemudian hasil tangkapan diangkut dengan
perahu motor tempel untuk dibawa ke daratan. Hal ini tentu sangat menyulitkan
dan memakan waktu lebih banyak jika dibandingkan proses pendaratan ikan yang
dilakukan di kolam pelabuhan dan dermaga. Fasilitas pokok yang dimiliki oleh
seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis adalah lampu mercusuar, keberadaan
lampu mercusuar sangat penting sebagai alat bantu navigasi ketika nelayan
menangkap ikan pada malam hari.
96
Tabel 31 Keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan yang tersedia di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2011
Jenis Fasilitas
1. Fasilitas Pokok
a. Breakwater
b. Turap
c. Kolam Pelabuhan
d. Dermaga
e. Alat Bantu Navigasi
2. Fasilitas Fungsional
a. TPI
b. Air Bersih
c. Pabrik Es
d. SPBU / SPDN
e. Perbaikan Alat Tangkap
f. Gudang
3. Fasilitas Penunjang
a. Kantor Pelabuhan
b. Kantor KUD
c. Syahbandar
d. Perumahan Nelayan
e. Sekretariat HNSI
f. Waserda
g. Kios Penjualan Ikan
h. Mushola
i. MCK
1
2
PPI *
3
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
-
v
v
v
v
v
-
v
v
-
v
-
v
v
v
v
-
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
-
v
-
4
5
Keterangan * :
1. PPI Pangandaran
3. PPI Batu Karas
5. PPI Kalipucang
2. PPI Parigi
4. PPI Cimerak
V = fasilitas tersedia
- = fasilitas tidak tersedia
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011) dan hasil pengamatan; diolah kembali
Tempat pelelangan ikan merupakan tempat terjadinya interaksi antara
penjual (nelayan) dan pembeli (pedagang ikan). Semua PPI yang ada di
Kabupaten Ciamis mempunyai gedung TPI masing-masing sebagai tempat untuk
menjual atau melelang hasil tangkapan nelayan. Menurut Ginting (2011), salah
satu tujuan dibangunnya TPI adalah untuk mengupayakan stabilitas dan
peningkatan harga ikan melalui aktivitas pelelangan ikan yang dapat menciptakan
keseimbangan harga jual bagi nelayan dan bakul.
97
Tempat pelelangan ikan sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemasaran
hasil tangkapan karena kegiatan pelelangan ikan merupakan awal dari pemasaran
hasil tangkapan, oleh karena itu masalah sanitasi harus menjadi perhatian khusus
karena akan mempengaruhi kualitas hasil tangkapan. Gedung TPI yang baik harus
memenuhi persyaratan seperti mempunyai persediaan air bersih, mempunyai
wadah atau keranjang atau basket serta tidak terdapat genangan air di lantai TPI
(Rahardiansyah, 2003). Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi TPI di semua PPI
yang ada di Kabupaten Ciamis belum memperhatikan masalah sanitasi. Hal ini
dapat dilihat dari kotornya lantai TPI dan terdapat genangan air, selain itu
keranjang atau basket yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan tidak
terjaga kebersihannya.
Instalasi air bersih merupakan salah satu fasilitas yang terkait dengan
produksi hasil tangkapan yang didaratkan. Keberadaan fasilitas ini sangat vital
selain digunakan untuk kebutuhan hidup orang banyak, air bersih juga dibutuhkan
untuk membersihkan hasil tangkapan, baik yang akan maupun yang telah dilelang
agar tidak terkontaminasi dengan darah ikan lainnya maupun kotoran sehingga
mutu ikan tersebut tetap terjaga (Ginting, 2011). Fasilitas air bersih ini terdapat di
hampir seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis, hanya PPI Kalipucang saja
yang tidak memiliki fasilitas tersebut. Kebutuhan air bersih di semua PPI yang
ada di Kabupaten Ciamis berasal dari sumur yang terdapat di masing-masing
lokasi PPI. Sumur tersebut menggunakan pompa listrik sehingga memudahkan
untuk disalurkan dan digunakan untuk berbagai aktivitas di masing-masing PPI.
Keberadaan pabrik es sangat diperlukan untuk menjaga kualitas hasil
tangkapan, baik ketika masih dalam palkah maupun dalam pemasaran hasil
tangkapan. Semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis tidak memiliki pabrik es
sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan es, masing-masing PPI hanya mengandalkan
waserda dan kios-kios yang terdapat di sekitar lokasi PPI. Kebutuhan es tersebut
disediakan oleh CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran.
Selain menjual es, waserda dan kios-kios tersebut juga menjual kebutuhan BBM
karena tidak terdapatnya SPBU/SPDN di masing-masing PPI.
Pangkalan Pendaratan Ikan Parigi merupakan PPI yang memiliki fasilitas
paling lengkap dibandingkan dengan PPI lainnya di Kabupaten Ciamis. Menurut
98
Rahardiansyah (2003), PPI Parigi mempunyai kemungkinan paling besar untuk
dikembangkan karena didukung oleh SK Bupati Nomor 523.42/Sk-20b-Huk/1995
tentang penetapan PPI Parigi sebagai UPTD Pangkalan Pendaratan Ikan wilayah
Kabupaten Ciamis. Selain itu, pengembangan PPI Parigi tidak dipermasahkan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis karena berdiri di luar
kawasan wisata bahari.
Di sisi lain, PPI Pangandaran memiliki unit penangkapan ikan yang lebih
banyak dibandingkan PPI lainnya dan PPI Batu Karas memiliki jumlah produksi
hasil tangkapan paling tinggi dibandingkan PPI lainnya. Namun pengembangan
kedua PPI ini dipermasahkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis karena berdiri di dalam kawasan wisata bahari. Untuk mengatasi masalah
perbedaan kepentingan antara sektor perikanan tangkap dan pariwisata di
Pangandaran,
pada tahun 2004
Pemerintah
Daerah
Kabupaten Ciamis
memutuskan untuk membangun PPI baru yang jaraknya sekitar 3 km dari lokasi
PPI lama. Namun karena keterbatasan dana, pembangunan PPI baru tersebut
belum selesai sampai saat ini.
Keputusan untuk memindahkan lokasi PPI Pangandaran ke lokasi yang baru
sangat disayangkan karena telah terjadi keterkaitan antara aktivitas kepelabuhanan
perikanan dan wisata bahari berupa hasil tangkapan yang didaratkan dan dijual di
PPI Pangandaran selanjutnya didistribusikan ke restoran dan hotel (Hermawan,
2009). Menurut Pane (1996) vide Hidayati (1997), aktivitas perikanan di kawasan
pariwisata Pangandaran bisa menjadi atraksi wisata yang dapat membantu untuk
mengembangkan pariwisata di kawasan tersebut. Aktivitas perikanan seperti
operasi penangkapan ikan dengan menggunakan pukat pantai dan aktivitas
pelelangan ikan dapat menarik perhatian wisatawan. Operasi penangkapan ikan
dengan menggunakan pukat pantai bila dikemas sedemikian rupa bisa menjadi
tontonan wisatawan karena selain operasinya dilakukan di pinggir pantai,
wisatawan bisa langsung mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu, tempat
pelelangan ikan dikunjungi oleh wisatawan yang bermaksud untuk melihat atau
bahkan membeli berbagai jenis ikan yang dilelang disana.
99
6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL
TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN
PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS
6.1
PPI Pangandaran
6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan
Sebagaimana telah dikemukakan dalam subbab 2.2, aktivitas pendaratan
hasil tangkapan meliputi pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek,
penurunan hasil tangkapan dari dek ke dermaga dan pengangkutan dari dermaga
ke TPI. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada umumnya
hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai dan
pengangkutan hasil tangkapan dari tepi pantai ke TPI, tidak dilakukan
pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang
digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan.
Pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek hanya dilakukan oleh armada
jenis kapal motor. Ikan hasil tangkapan nelayan disimpan di dalam blong plastik,
ember plastik atau keranjang bambu dan telah disortir berdasarkan jenis ikan
ketika nelayan masih berada di laut.
Gambar 56 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran dilakukan di 2
tempat, yaitu di pantai timur dan pantai barat Pangandaran (Gambar 56). Aktivitas
pendaratan hasil tangkapan dilakukan pada pukul 04.00 – 10.00 WIB. Banyaknya
pendaratan di PPI Pangandaran berjumlah sekitar 20 – 40 pendaratan per hari
dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 100 – 200 kg per hari pada
100
musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini
dapat mencapai sekitar 80 – 100 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan
yang didaratkan sebanyak 1,5 – 2 ton per hari.
Proses pendaratan hasil tangkapan armada perahu motor tempel di PPI
Pangandaran dimulai ketika perahu nelayan merapat ke pinggir pantai. Proses
pendaratan hasil tangkapan dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan. Wadah ikan
berupa tong (blong) plastik, ember plastik atau keranjang bambu diangkut dari
perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan
nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke pantai. Setelah
pengangkutan selesai, perahu nelayan diangkat ke pantai oleh nelayan yang
berjumlah 6 – 9 orang dengan cara meminta bantuan kapada nelayan lain yang
berada di sekitar pantai, sedangkan di pantai timur perahu nelayan tetap dibiarkan
berada di dalam air dan diikatkan ke batu groin agar tidak terbawa arus
gelombang (Gambar 57).
Armada penangkapan ikan
jenis kapal
motor mendaratkan
hasil
tangkapannya di pantai timur Pangandaran. Karena kapal motor tidak dapat
merapat ke pantai, pembongkaran hasil tangkapan dilakukan di tengah laut.
Pengangkutan hasil tangkapan ke pantai dilakukan dengan menggunakan bantuan
berupa 1 – 2 unit perahu motor tempel. Selanjutnya proses pendaratan hasil
tangkapan yang dilakukan sama dengan armada jenis perahu motor tempel.
(a) Pantai Barat Pangandaran
(b) Pantai Timur Pangandaran
Gambar 57 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI
Pangandaran tahun 2011
Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di pantai barat mengangkut
hasil tangkapannya ke pantai timur yang berjarak sekitar 300 m dengan
101
menggunakan blong plastik, keranjang plastik atau keranjang bambu. Untuk
memudahkan pengangkutan, nelayan menggunakan gerobak dorong atau bambu
berukuran 1,5 m sehingga dapat diangkut oleh 2 orang nelayan. Nelayan yang
mendaratkan hasil tangkapan di pantai timur tetap membiarkan hasil
tangkapannya di tepi pantai sambil menunggu pedagang ikan atau bakul yang
datang untuk membeli ikan.
Gambar 58 Pengangkutan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011
Berdasarkan pengamatan peneliti, proses penurunan dan pengangkutan hasil
tangkapan di PPI Pangandaran belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini
dapat dilihat dari blong maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor
karena tidak dibersihkan sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang
menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan.
Menurut Clucas dan Ward (1996) vide Lubis et al. (2010), prinsip yang
perlu diperhatikan selama penanganan ikan mulai saat pembongkaran sampai
pengangkutan ke TPI atau ke hinterland adalah pengontrolan suhu ikan selama
penanganan agar selalu dingin, penanganan dilakukan dengan cepat, memperkecil
sentuhan fisik secara langsung dengan ikan, menghindari sengatan langsung sinar
matahari pada tubuh ikan dan memperkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan.
Berbagai jenis ikan didaratkan di PPI Pangandaran, beberapa diantaranya
adalah jenis ikan ekonomis penting yaitu udang lobster, bawal, kakap, tenggiri,
kerapu dan layur. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis
penting yang didaratkan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebesar
25,46 ton atau 59,72% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI
Pangandaran pada tahun tersebut.
102
6.1.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan
Aktivitas pemasaran ikan di PPI Pangandaran dimulai ketika nelayan telah
selesai mendaratkan hasil tangkapannya. Transaksi antara nelayan dengan bakul
(pedagang ikan), pengumpul dan atau tengkulak bertempat di tepi pantai timur
PPI Pangandaran, hal ini disebabkan karena tidak beroperasinya TPI sebagai
tempat pemasaran ikan.
Hasil tangkapan nelayan ditimbang terlebih dahulu oleh bakul. Timbangan
tersebut dibawa sendiri oleh bakul yang akan membeli ikan. Namun tidak sedikit
bakul yang tidak membawa timbangan sehingga berat ikan tersebut hanya
berdasarkan pada perkiraan (taksiran). Jika terdapat lebih dari satu orang bakul
yang akan membeli ikan pada nelayan yang sama, maka terjadi tawar menawar
antara bakul dan nelayan, bakul yang menawar dengan harga tertinggi berhak
untuk membeli ikan tersebut. Selain menjual hasil tangkapannya kepada bakul,
nelayan menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak. Hal ini disebabkan karena
tengkulak tersebut telah memberikan pinjaman modal melaut kepada nelayan
sehingga nelayan tersebut harus menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak
untuk melunasi utangnya.
Tidak beroperasinya TPI di PPI Pangandaran dinilai sangat merugikan
nelayan. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan menjual hasil tangkapannya
langsung kepada bakul dan tengkulak dengan harga yang lebih rendah jika
dibandingkan nelayan menjual hasil tangkapannya melalui aktivitas pelelangan
ikan, yaitu lebih murah Rp 3.000,00 – Rp 7.000,00 per kg. Hal ini disebabkan
karena nelayan tidak mengetahui secara pasti berapa harga ikan yang dimilikinya.
Selain itu, keberadaan tengkulak menyebabkan nelayan semakin terjerat dengan
utang kepada tengkulak karena harus membayar utang dengan bunganya.
Tengkulak, dalam memberikan pinjaman kepada nelayan, bisa aktif
menawarkan pinjaman dan atau sebaliknya nelayan yang aktif mencari pinjaman
kepada tengkulak. Dengan memberikan pinjaman, tengkulak berharap dapat
mengikat peminjam sehingga selanjutnya peminjam akan selalu bergantung dan
meminjam uang kepadanya, khususnya peminjam yang memiliki usaha produksi
seperti nelayan pemilik unit penangkapan ikan. Bila nelayan pemilik sudah
terikat, selanjutnya nelayan pemilik yang aktif mencari pinjaman kepada
103
tengkulak. Dengan demikian, penawaran pinjaman dari pihak tengkulak
merupakan langkah awal dalam mengikat nelayan pemilik. Pinjaman yang
diberikan tengkulak kepada nelayan pemilik umumnya tanpa membutuhkan
jaminan. Kemudahan tanpa jaminan ini yang menjadi salah satu daya tarik utama
bagi nelayan untuk meminjam uang kepada tengkulak daripada ke bank (Lubis
et al, 2011).
Selanjutnya Lubis et al menjelaskan, uang ijon yang yang dipinjamkan
kepada nelayan pemilik diberikan sebelum nelayan melaut sebenarnya merupakan
uang muka operasional melaut atau uang pengikat nelayan. Bila nelayan pemilik
telah terikat pengijon (tengkulak) dan tidak mampu mengembalikan pinjamanpinjamannya, maka nelayan pemilik diwajibkan menyerahkan hasil tangkapannya
kepada pengijon. Pengijon selanjutnya menjual hasil tangkapan tersebut kepada
pedagang ikan lainnya.
Eksportir
Nelayan
Pengumpul
Luar Negeri
Pengolah
Luar
Daerah/Kota
Pasar
Ikan
Bakul/
Tengkulak
Keterangan :
Pengecer
Konsumen
Hotel/Restoran
= Alur pemasaran ikan basah
= Alur pemasaran ikan olahan
Gambar 59 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011
Gambar 59 di atas memperlihatkan alur pemasaran di PPI Pangandaran.
Hasil tangkapan nelayan di PPI Pangandaran sebagian besar dipasarkan untuk
konsumsi oleh masyarakat lokal sekitar PPI Pangandaran seperti pasar ikan,
industri pengolahan ikan, restoran seafood dan hotel. Selain dikonsumsi oleh
masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui pengumpul ke
Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Banjar, Tasikmalaya dan
104
Bandung. Jenis ikan ekonomis penting yaitu udang, lobster dan layur diekspor ke
Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma.
Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI
Pangandaran, bakul ataupun pedagang ikan menggunakan kendaraan roda dua
seperti sepeda dan sepeda motor (Gambar 60.a dan 60.b). Ikan yang akan
dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam, ember plastik atau keranjang
bambu yang telah diberi es. Berdasarkan pengamatan peneliti, tempat yang
digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan tersebut dalam keadaan kotor
karena tidak dibersihkan sebelumnya. Untuk pemasaran ke luar kota, alat
transportasi yang digunakan berupa mobil pick up terbuka (Gambar 60.c). Ikan
yang akan dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau kotak fiber yang telah
diberi es.
a) Sepeda
b) Sepeda motor
c) Mobil pick up
Gambar 60 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan
di PPI Pangandaran tahun 2011
6.2
PPI Parigi
6.2.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi dimulai ketika perahu
nelayan merapat ke pinggir sungai. Proses pendaratan hasil tangkapan yang
dilakukan di PPI Parigi hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi
sungai dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi sungai ke TPI. Proses
pendaratan ini dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan dan berlangsung selama 20 –
30 menit. Blong, ember atau keranjang plastik yang berisi ikan hasil tangkapan
nelayan diangkut dari perahu ke daratan oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah
1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke
daratan.
Setelah
pengangkutan
selesai,
perahu
nelayan
diikat
dengan
105
menggunakan tali yang telah diikatkan pada batu atau besi pemberat yang
berfungsi sebagai jangkar. Hasil tangkapan yang telah didaratkan kemudian
diangkut ke TPI yang berjarak 200 m oleh 2 orang dengan menggunakan bambu
berukuran 1,5 m atau gerobak dorong.
Gambar 61 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Parigi
tahun 2011
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi dilakukan pada pukul
06.00 – 11.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Parigi berjumlah sekitar 30 –
50 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebesar 150 –
300 kg pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya
pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 70 – 90 pendaratan per hari dengan
jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 2 – 3 ton per hari. Menurut DKP
Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI
Parigi pada tahun 2010 adalah sebesar 52,70 ton atau 39% dari jumlah volume
produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada tahun tersebut.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi belum memperhatikan
aspek kebersihan. Berdasarkan pengamatan peneliti, wadah ikan seperti blong,
ember maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak
dibersihkan sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es
untuk menjaga kualitas hasil tangkapan.
6.2.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan
Pelelangan ikan merupakan awal dari aktivitas pemasaran hasil tangkapan di
PPI Parigi. Nelayan yang telah mendaratkan hasil tangkapannya kemudian
106
menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Proses
pelelangan ikan di PPI Parigi dipimpin oleh seorang juru lelang, juru catat dan
juru timbang.
Aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi dilakukan tanpa menggunakan
pengeras suara. Juru lelang akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap
jenis ikan per tumpukan. Harga penawaran awal disesuaikan dengan harga lelang
pada pelelangan terakhir atau hari sebelumnya. Proses pelelangan ikan berakhir
setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi dari calon pembeli. Pemenang
lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang dibeli ditambah dengan biaya
retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir TPI; dan mendapatkan
karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI akan membayarkan
sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya retribusi sebesar 2% dari
total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat karcis sebagai tanda terima
uang.
Menurut Pane (2010), harga jual ikan yang disajikan dalam pelelangan ikan
di TPI adalah “harga yang bersaing” karena sifatnya yang terbuka dihadapan para
pembeli dan penjual. Oleh karenanya, adanya pelelangan ikan di TPI akan
menguntungkan bagi pihak pedagang/pengolah/pembeli. Selain itu, sistem
pelelangan juga akan meningkatkan “daya saing transaksi” antara penjual dan
pembeli dan antara sesama pembeli.
Gambar 62 Peletakan ikan di atas lantai TPI di PPI Parigi tahun 2011
Berdasarkan pengamatan di lapangan, aktivitas pelelangan ikan di PPI
Parigi tidak memperhatikan aspek kebersihan. Ikan yang dilelang diletakan di atas
lantai tanpa alas (Gambar 62). Peletakan ikan di atas lantai TPI dapat
mengakibatkan timbulnya genangan darah dan lendir ikan serta ceceran air sisa
107
pencucian ikan tidak hanya mencemari lantai TPI namun juga ikan yang diletakan
di atas lantai tersebut sehingga mempercepat penurunan kualitas ikan. Selain itu
keranjang maupun ember plastik yang digunakan untuk mengangkut hasil
tangkapan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya.
Eksportir
TPI
Nelayan
Pelelangan
Ikan
Pengumpul
Luar Negeri
Luar
Daerah/Kota
Pengolah
Pasar
Ikan
Pengecer
Bakul/
Pedagang
Keterangan :
Konsumen
Hotel/Restoran
= Alur pemasaran ikan basah
= Alur pemasaran ikan olahan
Gambar 63 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2011
Gambar 63 diatas memperlihatkan alur pemasaran hasil tangkapan di PPI
Parigi. Sebagian besar ikan hasil tangkapan nelayan di PPI Parigi dipasarkan
melalui pasar ikan dan industri pengolahan ikan untuk konsumsi masyarakat lokal
di sekitar PPI Parigi; dan dipasarkan ke Kecamatan Pangandaran untuk memenuhi
permintaan pariwisata seperti restoran seafood dan hotel. Selain untuk dikonsumsi
oleh masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui
pengumpul ke Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Tasikmalaya
dan Bandung. Berbagai jenis hasil tangkapan ekonomis yaitu udang, lobster dan
layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan
CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran.
Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Parigi
adalah dengan menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda motor
(Gambar 64.a dan 64.b). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak
styrofoam, ember plastik atau keranjang bambu yang telah diberi es. Untuk
pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up
108
(Gambar 64.c). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau
kotak fiber yang telah diberi es.
a) Sepeda
b) Sepeda motor
c) Mobil pick up
Gambar 64 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan
di PPI Parigi tahun 2011
6.3
PPI Batu Karas
6.3.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas dilakukan pada
pukul 04.00 – 11.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Batu Karas berjumlah
sekitar 40 – 60 pendaratan per hari dengan volume ikan yang didaratkan sebanyak
200 – 300 kg per hari pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak
banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 90 – 120 pendaratan per
hari dengan volume ikan yang didaratkan sebanyak 2 – 4 ton per hari.
Gambar 65 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Batu Karas
tahun 2011
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas dilakukan di pinggir
pantai. Aktivitas pendaratan ini dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan dan
berlangsung selama 30 – 40 menit. Wadah berisi ikan seperti blong plastik atau
109
keranjang plastik diangkut dari perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang
berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan
mesin ke pantai. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan diangkat ke pantai
oleh nelayan yang berjumlah 6 – 8 orang dengan cara meminta bantuan kapada
nelayan lain yang berada di sekitar pantai. Hasil tangkapan yang telah didaratkan
kemudian diangkut ke TPI yang berjarak sekitar 100 – 300 m dengan
menggunakan blong plastik, keranjang plastik atau keranjang rotan. Untuk
memudahkan pengangkutan, nelayan menggunakan gerobak dorong atau bambu
berukuran 1,5 m sehingga dapat diangkut oleh 2 orang nelayan.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas belum
memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari blong maupun
keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan
sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk
menjaga kualitas hasil tangkapan.
Menurut Poernomo vide Nikijuluw (2007) vide Lubis et al. (2010), satusatunya cara untuk mempertahankan kesegaran mutu hasil tangkapan adalah
dengan menurunkan suhu serendah mungkin, biasanya mendekati suhu cair es
yaitu 0oC. Dengan demikian mendinginkan ikan mendekati titik beku air atau
sekitar 0oC segera setelah ikan ditangkap atau dipanen merupakan tahap pertama
penanganan hasil tangkapan yang tidak dapat diabaikan. Suhu ini harus
dipertahankan selama hasil tangkapan dalam rantai distribusi, pengolahan dan
konsumsi.
Berbagai jenis ikan didaratkan di PPI Batu Karas, beberapa diantaranya
adalah jenis ikan dengan nilai ekonomis penting yaitu udang lobster, bawal,
kakap, tenggiri, kerapu dan layur. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis
ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah
sebesar 36,96 ton atau 16,67% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di
PPI Batu Karas pada tahun tersebut.
6.3.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan
Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Batu Karas dipasarkan melalui
aktivitas pelelangan ikan di TPI. Nelayan yang telah mendaratkan hasil
110
tangkapannya kemudian menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat
oleh petugas TPI. Proses pelelangan ikan di PPI Batu Karas dipimpin oleh
seorang juru lelang, juru catat dan juru timbang yang berasal dari KUD Minarasa.
Ikan yang akan dilelang diletakkan di atas lantai tanpa alas, hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas belum
memperhatikan aspek kebersihan, hal ini dapat dilihat dari ikan yang dilelang
diletakkan begitu saja di atas lantai tanpa alas. Selain itu masih terdapat banyak
genangan air, potongan ikan, lendir maupun darah ikan di lantai TPI. Selain
mencemari lantai TPI, hal ini dapat mengakibatkan penurunan pada kualitas ikan.
Gambar 66 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas tahun 2011
Pada saat aktivitas pelelangan ikan berlangsung, juru lelang akan
menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan, harga
penawaran awal tersebut merupakan harga lelang pada pelelangan terakhir atau
hari sebelumnya. Proses pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan
mencapai harga tertinggi dari calon pembeli. Pemenang lelang membayar
sejumlah uang atas ikan yang dibeli ditambah dengan biaya retribusi sebesar 3%
dari total pembayaran kepada kasir TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti
pembayaran. Selanjutnya pihak TPI akan membayarkan sejumlah uang kepada
nelayan yang telah dipotong biaya retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang
dijual; dan nelayan mendapat karcis sebagai tanda terima uang.
Hasil tangkapan nelayan di PPI Batu Karas sebagian besar dipasarkan untuk
konsumsi oleh masyarakat lokal sekitar PPI Batu Karas melalui pasar ikan,
industri pengolahan ikan, restoran seafood dan hotel. Selain untuk dikonsumsi
111
oleh masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui
pengumpul ke Kecamatan Pangandaran untuk memenuhi permintaan pariwisata
melalui restoran seafood dan hotel; Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis
yaitu Banjar, Tasikmalaya dan Bandung. Jenis ikan ekonomis penting yaitu
udang, lobster dan layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT.
ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran
(Gambar 63 subsubbab 6.2.2).
Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Batu
Karas, bakul maupun pedagang ikan menggunakan sepeda motor. Ikan yang akan
dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam atau ember plastik yang telah
diberi es. Untuk pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa
mobil pick up dan truk terbuka. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam
kotak fiber yang telah diberi es.
Menurut Pane (2008), ikan yang berada di dalam kotak styrofoam terlindung
di dalamnya, namun sebagai akibat bahan basket ini mudah rusak (pecah), maka
daya tampung basket ini terbatas sekitar 20 kg. Namun basket ini mampu
melindungi ikan di dalamnya terhadap tetesan cairan lendir, darah dan atau tetesan
es yang ada di atasnya karena basket ini tidak memiliki lubang baik di bagian atas
maupun di bagian bawahnya.
6.4
PPI Cimerak
6.4.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Cimerak hanya meliputi
penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai dan pengangkutan hasil
tangkapan dari tepi pantai ke TPI. Sama seperti di lokasi PPI lainnya, tidak
dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu
yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Cimerak dilakukan pada pukul
05.00 – 10.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Cimerak berjumlah sekitar 20 –
30 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 100
– 150 kg per hari pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak
banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 60 – 80 pendaratan per
112
hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 1 – 2 ton per hari.
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang
didaratkan di PPI Cimerak pada tahun 2010 adalah sebesar 7,72 ton atau 18,35%
dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada tahun tersebut.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Cimerak dilakukan di pinggir
pantai seperti yang dilakukan oleh nelayan di PPI Pangandaran dan PPI Batu
Karas. Proses pendaratan ini dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan dan berlangsung
selama 20 – 30 menit. Wadah yang berisi ikan hasil tangkapan nelayan diangkut
dari perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang,
sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke pantai. Setelah
pengangkutan selesai, perahu nelayan diangkat ke pantai oleh nelayan yang
berjumlah 6 – 8 orang dengan cara meminta bantuan kepada nelayan lain yang
berada di sekitar pantai. Hasil tangkapan yang telah didaratkan kemudian
diangkut ke TPI dengan menggunakan blong plastik atau keranjang plastik. Untuk
memudahkan pengangkutan, nelayan menggunakan bambu berukuran 1,5 m
sehingga dapat diangkut oleh 2 orang nelayan.
6.4.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan
Ikan hasil tangkapan yang telah didaratkan dipasarkan melalui aktivitas
pelelangan ikan di TPI. Pada saat proses pelelangan ikan berlangsung, juru lelang
akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan.
Proses pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi
dari calon pembeli. Pemenang lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang
dibeli ditambah dengan retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir
TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI
akan membayarkan sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya
retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat
karcis sebagai tanda terima uang.
Hasil tangkapan nelayan di PPI ini sebagian besar dipasarkan melalui pasar
ikan dan industri pengolahan ikan untuk konsumsi oleh masyarakat lokal sekitar
PPI Cimerak itu. Selain untuk konsumsi masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan
tersebut dipasarkan melalui pengumpul ke Desa Batu Karas, Kecamatan Cijulang
113
untuk memenuhi permintaan pariwisata seperti restoran seafood dan hotel
(Gambar 67).
Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Cimerak
adalah dengan menggunakan sepeda motor. Ikan yang akan dipasarkan disimpan
di dalam kotak styrofoam atau ember plastik yang telah diberi es. Untuk
pemasaran ke luar Kecamatan Cimerak, alat transportasi yang digunakan berupa
mobil pick up. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak fiber yang
telah diberi es.
Pelelangan
Ikan
TPI
Keterangan :
= Alur pemasaran ikan basah
= Alur pemasaran ikan olahan
Gambar 67 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2011
6.5
PPI Kalipucang
6.5.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Kalipucang dilakukan pada pagi
hari pukul 07.00 – 10.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Kalipucang
berjumlah sekitar 5 – 10 pendaratan per hari pada musim paceklik, sedangkan
pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 30 –
40 pendaratan per hari.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Kalipucang dilakukan di
pinggir sungai. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Kalipucang hanya
meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi sungai dan pengangkutan
hasil tangkapan dari tepi sungai ke TPI, tidak dilakukan pembongkaran hasil
114
tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak
memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Kalipucang dilakukan oleh 2 –
3 orang nelayan dan berlangsung selama 20 – 30 menit. Keranjang atau ember
plastik yang berisi ikan hasil tangkapan nelayan diangkut dari perahu ke daratan
oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya
mengangkut alat tangkap dan mesin ke daratan. Setelah pengangkutan selesai,
perahu nelayan diikat dengan menggunakan tali yang telah diikatkan pada tiang
yang terbuat dari bambu ataupun besi. Hasil tangkapan yang telah didaratkan
kemudian diangkut ke TPI oleh 1 – 2 orang nelayan.
6.5.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan
Pelelangan ikan merupakan awal dari aktivitas pemasaran hasil tangkapan di
PPI Kalipucang. Nelayan yang telah mendaratkan hasil tangkapannya kemudian
menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Proses
pelelangan ikan di PPI Kalipucang dipimpin oleh seorang juru lelang, juru catat
dan juru timbang.
TPI
Pengumpul
Nelayan
Pelelangan
Ikan
Hotel/Restoran
Konsumen
Bakul/
Pedagang
Gambar 68 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2011
Pada saat aktivitas pelelangan ikan berlangsung, juru lelang akan
menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan. Proses
pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi dari
calon pembeli Pemenang lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang dibeli
ditambah dengan biaya retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir
115
TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI
akan membayarkan sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya
retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat
karcis sebagai tanda terima uang.
Hasil tangkapan nelayan di PPI Kalipucang dipasarkan ke Kecamatan
Pangandaran untuk memenuhi permintaan pariwisata seperti restoran seafood dan
hotel (Gambar 68). Baik bakul maupun pedagang ikan menggunakan sepeda
motor sebagai alat transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan hasil
tangkapan tersebut. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak
styrofoam yang telah diberi es.
6.6 Kajian Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di
Kabupaten Ciamis
6.6.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis pada umumnya hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi
pantai atau tepi sungai; dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi pantai atau
tepi sungai ke TPI, tidak dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke
dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk
menyimpan hasil tangkapan. Pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek
hanya terjadi di PPI Pangandaran dan dilakukan oleh armada jenis kapal motor.
Ikan hasil tangkapan nelayan disimpan di dalam blong plastik, keranjang plastik
atau keranjang bambu yang telah disortir berdasarkan jenis ikan ketika nelayan
masih berada di laut.
Penggunaan tong (blong) plastik dapat menyebabkan tubuh ikan dapat
tertekan di dalamnya, terutama ikan berukuran kecil dan berada pada bagian dasar
tong, sebagai akibat isi tong yang besar (120 kg). Penggunaan tong dapat
menurunkan mutu ikan sebagai akibat tekanan berat ikan yang ada di atasnya, bila
jumlah ikan yang dimasukkan berlebihan. Sebaiknya berat ikan dalam suatu
basket tidak melebihi 20 – 30 kg per basket. Untuk ikan yang berada di dalam
keranjang bambu, sebagai akibat konstruksinya yang berupa anyaman,
mengakibatkan bentuknya bisa berubah-ubah akibat beban berat ikan selama
116
pengangkutan menuju TPI, maka ikan yang ada di dalamnya tergencet dan
mempengaruhi mutu ikan (Pane, 2008).
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI-PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis dilakuka n di tepi pantai seperti yang terjadi di PPI Pangandaran, PPI Batu
Karas dan PPI Cimerak; dan di muara sungai seperti yang terjadi di PPI Parigi dan
PPI Kalipucang sehingga menyebabkan aktivitas tersebut hanya dapat dilakukan
oleh armada jenis perahu motor tempel dan perahu tanpa motor, sedangkan untuk
kapal motor proses pendaratan dilakukan di tengah laut kemudian hasil tangkapan
diangkut dengan perahu motor tempel untuk dibawa ke daratan. Fasilitas
pendaratan seperti kolam pelabuhan sebagai tempat untuk tambat labuh perahu;
dan dermaga sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan merupakan fasilitas yang
sangat penting yang harus dimiliki oleh suatu pelabuhan perikanan atau pangkalan
pendaratan ikan untuk memudahkan proses pendaratan hasil tangkapan. Namun
fasilitas tersebut tidak dimiliki oleh sebagian besar PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis. Hal ini tentu sangat menyulitkan dan memakan waktu lebih banyak jika
dibandingkan proses pendaratan ikan yang dilakukan di kolam pelabuhan dan
dermaga.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis pada umumnya dilakukan pada pukul 04.00 – 11.00 WIB. Hal ini
disebabkan karena kebiasaan nelayan setempat yang biasa menangkap ikan pada
malam hari atau menjelang subuh. Menurut Batubara (1989) vide Rahardiansyah
(2003), pembongkaran hasil tangkapan harus dilakukan pada pagi hari untuk
menghindari pengaruh langsung panas matahari. Hal lain yang perlu diperhatikan
dalam proses pembongkaran hasil tangkapan adalah menjaga mata rantai
pendinginan
dengan
menyediakan
wadah-wadah
yang
berisi
es
serta
memperhatikan cara pengangkatan ikan sehingga badan ikan tidak tertekuk.
Aktivitas pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI juga harus
dilakukan dengan baik dan hati-hati sesuai dengan prosedur yang ada. Adapun
cara penanganan pada saat pengangkutan adalah sebagai berikut (Rahardiansyah,
2003) :
1) Ikan secepat mungkin diangkut ke tempat penimbangan dengan menggunakan
alat angkut lori atau kereta dorong;
117
2) Selama pengangkutan sebaiknya ikan diangkut melalui tempat yang teduh atau
ditutupi agar terhindar dari sinar matahari langsung;
3) Lori atau kereta dorong hanya digunakan untuk mengangkut ikan dalam
wadah.
Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari blong
maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan
sebelumnya. Dalam pengangkutan menuju TPI, nelayan juga tidak menggunakan
penutup. Menurut Rusmali (2004), hal ini menyebabkan ikan terkena sinar
matahari langsung dan polusi udara yang akan berdampak kepada penurunan
mutu ikan yang akan dijual di TPI.
Penanganan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis
masih sangat kurang, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga
kualitas hasil tangkapan. Dalam melakukan satu trip penangkapan ikan, nelayan
hanya membawa sekitar seperdelapan sampai seperempat dari balok es berukuran
25 kg.
Penanganan atas mutu ikan hasil tangkapan sangat penting dilakukan oleh
nelayan. Mutu juga menunjukkan kualitas dari hasil tangkapan yang didaratkan
sehingga dapat meningkatkan daya tawar saat pemasaran ikan, baik melalui
pelelangan maupun tanpa pelelangan. Ada 3 cara utama untuk memperlambat
penurunan kualitas pada ikan, yaitu kehati-hatian dalam penanganan, kebersihan
dan menjaga produk tetap dingin (Hamzah, 2010). Lubis (2012) menjelaskan,
penanganan seperti memasukkan ikan ke dalam cool room sesaat setelah ikan
didaratkan atau memberikan es secukupnya agar terjaga mutunya. Perlu
diperhatikan teknik pemberian es terhadap ikan dalam boks fiber atau basket.
Pemberian es ke dalam suatu boks yang berlapis hendaknya jarak antara sekat
dengan tinggi lapisan ikan sekecil mungkin dan es yang digunakan adalah es
curah. Seandainya yang digunakan adalah basket tunggal atau tidak berlapis,
maka es dituang pada setiap lapisan ikan.
Ditinjau dari jumlah pendaratan dan volume hasil tangkapan yang
didaratkan, PPI Batu Karas merupakan PPI dengan jumlah pendaratan dan volume
pendaratan hasil tangkapan paling banyak dibandingkan dengan PPI lainnya.
118
Namun menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting
yaitu udang jerbung, lobster, bawal, kakap, tenggiri, layur dan kerapu yang
didaratkan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebesar 36,96 ton atau
30,04% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan ikan ekonomis penting di
Kabupaten Ciamis pada tahun tersebut. PPI Parigi merupakan PPI yang paling
banyak mendaratkan jenis ikan ekonomis penting dengan jumlah volume produksi
sebesar 52,70 ton atau 42,84% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan ikan
ekonomis penting di Kabupaten Ciamis pada tahun tersebut.
6.6.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan
Pelelangan ikan merupakan awal dari aktivitas pemasaran hasil tangkapan
hampir di seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Nelayan yang telah
mendaratkan hasil tangkapannya kemudian menimbang jumlah ikan yang
dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Pangkalan Pendaratan Ikan
Pangandaran merupakan satu-satunya PPI yang tidak memasarkan hasil
tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan, hal ini disebabkan karena
terlibatnya pengurus KUD Minasari dalam kasus korupsi dalam pengadaan
bantuan perahu motor tempel pasca tsunami. Lubis (2012) menjelaskan, dengan
mekanisme pemasaran tanpa lelang mengakibatkan peran bakul/tengkulak untuk
menekan harga ikan semakin besar, sehingga harga jual ikan dari nelayan menjadi
rendah. Nelayan hanya berperan sebagai penerima harga (price taker) karena
posisi tawar yang lemah atau bahkan tidak berperan sama sekali.
Pelelangan ikan merupakan suatu aktivitas utama terpenting di pelabuhan
perikanan, sehingga perlu dikelola secara optimal. Aktivitas lelang ini
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga ikan sehingga akan menentukan
berapa besaran pendapatan nelayan (nelayan pemilik dan nelayan buruh).
Pelelangan ikan merupakan satu-satunya mekanisme pemasaran ikan yang
bertujuan untuk mendapatkan harga yang layak bagi nelayan maupun pedagang
(Lubis, 2012).
Konstruksi bangunan TPI harus memenuhi persyaratan kebersihan seperti
lantai mempunyai kemiringan yang cukup sehingga memungkinkan air di
permukaan lantai dapat mengalir ke selokan dan tidak tergenang. Selain itu, ikan
119
yang dilelang di TPI tidak boleh diletakkan begitu saja di lantai, dilangkahi atau
diinjak (Rahayu, 2000). Hal ini sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan, aktivitas pelelangan ikan di semua lokasi PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis belum memperhatikan kebersihan. Ikan yang akan dilelang diletakkan
begitu saja di atas lantai yang kotor.
Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis dipasarkan baik secara lokal melalui pasar ikan dan industri pengolahan
ikan maupun untuk memenuhi kebutuhan pariwisata pantai di Pangandaran dan
Batu Karas; Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Banjar,
Tasikmalaya dan Bandung. Jenis hasil tangkapan ekonomis penting yaitu udang,
lobster dan layur yang didaratkan di PPI Pangandaran, PPI Parigi dan PPI Batu
Karas diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan
CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran.
Ikan hasil tangkapan yang telah dilelang tidak hanya dipasarkan dalam
bentuk ikan segar, berbagai jenis ikan seperti teri, layang, tongkol, kuwe dan ikan
rucah dijual dalam bentuk olahan. Pengolahan ikan ini dimaksudkan untuk
memberikan nilai tambah kepada ikan yang dijual dan menjaga mutunya agar
tetap baik meskipun disimpan lama. Aktivitas pengolahan ikan ini dilakukan oleh
penduduk yang tinggal di sekitar PPI dan masih bersifat industri rumah tangga.
Jenis olahan yang paling banyak dilakukan di PPI yang ada di Kabupaten Ciamis
adalah pengasinan, pemindangan dan terasi.
Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI
adalah dengan menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda
motor. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam, ember
plastik atau keranjang bambu yang telah diberi es. Untuk pemasaran ke luar kota,
alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up terbuka. Ikan yang akan
dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau kotak fiber yang telah diberi es.
Pendistribusian ikan hasil tangkapan sebaiknya dilakukan dengan sarana
transportasi mobil bak tertutup. Selama aktivitas pendistribusian hasil tangkapan,
suhu ikan dipertahankan dalam keadaan dingin dengan cara menambahkan es
selama dalam perjalanan secara cukup, serta menutup ikan yang berada dalam
boks dengan menggunakan terpal atau bahan lainnya. Untuk transportasi jarak
120
jauh sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menjaga kualitas ikan agar tetap
baik (Anonymous, 1997 vide Rahardiansyah, 2003).
Lubis et al. (2010) menjelaskan, proses penanganan merupakan suatu hal
yang penting untuk hasil tangkapan ikan segar mulai saat ikan didaratkan di
pelabuhan perikanan sampai selama transportasi pendistribusian menuju
hinterland-nya. Penanganan ikan harus cepat dilakukan untuk memperlambat
kebusukan. Peningkatan pemantauan penanganan hasil tangkapan dapat dilakukan
melalui sosialisasi terhadap nelayan, pedagang atau pengusaha agar tercipta
penanganan hasil tangkapan yang higienis. Hal ini dapat dilakukan melalui
pencucian ikan dengan air bersih, penggunaan basket yang higienis, melakukan
pengecekan sarana transportasi dan pendukungnya, seperti sarana transportasi
harus berpendingin (truk berpendingin), sarana transportasi dalam keadaan bersih
dari kontaminasi, sarana transportasi dipastikan dalam kondisi baik dan aman,
tidak rusak atau bermasalah.
Tabel 32 Perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi
PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010
Tahun
PPI Pangandaran
Rasio
NP/P
2006
PPI Parigi
I
Rasio
NP/P
12.008,13
1,16
2007
14.122,87
2008
18.211,96
2009
2010
PPI Batu Karas
PPI Cimerak
PPI Kalipucang
I
Rasio
NP/P
I
9.594,73
0,92
8.564,06
0,83
14.968,67
1,44
9.471,02
0,91
1,09
12.564,30
0,97
9.835,44
0,76
30.123,83
2,33
11.783,98
0,91
1,23
14.023,55
0,95
10.467,48
0,71
30.618,74
2,08
13.060,02
0,89
22.422,12
1,44
14.878,51
0,96
10.996,95
0,71
29.178,65
1,88
32.264,31
2,08
21.921,27
1,31
18.627,34
1,11
13.435,01
0,80
23.043,76
1,37
133.061,05
7,93
Rasio NP/P
I
Rasio
NP/P
I
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Untuk mengetahui harga jual ikan dan kualitas pemasaran hasil tangkapan
di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis dapat digunakan pendekatan dengan
menggunakan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi. Pada Tabel 32 dapat
dilihat bahwa pada tahun 2010, PPI Kalipucang mempunyai rasio NP/P tertinggi
dibandingkan PPI lainnya pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 133.061,05 dengan
indeks relatif nilai produksi terbesar, yaitu 7,92. Hal ini disebabkan karena jenis
ikan hasil tangkapan yang didaratkan dan dipasarkan di PPI ini bersifat homogen
yaitu hanya terdiri dari udang lobster yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.
121
Jika ditinjau dari jenis hasil tangkapan yang didaratkan beragam, PPI
Cimerak memiliki rasio NP/P tertinggi dibandingkan dengan PPI lainnya pada
tahun 2010 yaitu sebesar Rp 23.044,76 dengan indeks relatif nilai produksi
sebesar 1,37. Nilai tersebut menunjukkan bahwa PPI Cimerak memiliki indikator
harga ikan paling tinggi dibandingkan dengan PPI lainnya dan kualitas pemasaran
ikan di PPI ini lebih baik dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat
Kabupaten Ciamis.
Rasio NP/P (Rp/kg x 1.000)
140
120
100
80
60
40
20
0
2006
2007
PPI Pangandaran
2008
Tahun
PPI Parigi
PPI Cimerak
PPI Kalipucang
2009
2010
PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 69 Kurva perkembangan rasio NP/P di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis
tahun 2006 – 2010
Perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi pada tahun
2006 – 2010 memperlihatkan bahwa PPI Cimerak mendominasi dari tahun 2006 –
2008 (Gambar 69 dan Gambar 70). Jenis hasil tangkapan didaratkan yang
didominasi jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi diduga mengakibatkan
nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di PPI ini lebih besar
dibandingkan PPI lainnya.
Pangkalan Pendaratan Ikan Batu Karas merupakan PPI yang memiliki rasio
NP/P terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 13.435,01 dengan indeks relatif
nilai produksi sebesar 0,80. Dalam perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif
nilai produksi pada tahun 2006 – 2010, PPI Batu Karas merupakan PPI dengan
nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi terendah dibandingkan PPI
122
lainnya, selain itu indeks relatif nilai produksi di PPI ini kurang dari 1. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa indikator harga ikan di PPI Batu Karas paling
rendah dibandingkan dengan PPI lainnya dan kualitas pemasaran ikan di PPI ini
kurang baik dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat Kabupaten
Ciamis. Rendahnya nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di PPI Batu
Karas disebabkan karena jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI ini
beragam dan didominasi oleh jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis rendah
(Tabel 17 subsubbab 5.3.1).
Indeks Relatif Nilai Produksi
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2006
2007
PPI Pangandaran
PPI Cimerak
2008
Tahun
PPI Parigi
PPI Kalipucang
2009
2010
PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 70 Kurva perkembangan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi PPI
di Kabupaten Ciamis
Kualitas pemasaran di suatu pelabuhan perikanan erat kaitannya dengan
kekuatan hasil tangkapan (KHT) didaratkan di suatu tempat pendaratan atau suatu
pelabuhan perikanan. Pane (2009) menjelaskan, KHT adalah kemampuan atau
keunggulan hasil tangkapan yang ada di suatu tempat pendaratan atau pelabuhan
perikanan tersebut. Kekuatan hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan
meliputi komponen-komponen : 1). Jenis-jenis ikan yang tersedia; 2). Volume
atau ketersediaan jumlah ikan; 3). Mutu ikan; 4). Ukuran ikan yang tersedia dan
5). Harga ikan. Bagi pedagang dan pengolah ikan, ketersediaan jenis-jenis ikan
bernilai ekonomis atau sesuai dengan kebutuhan konsumen di suatu pelabuhan
123
perikanan akan mengakibatkan pedagang dan pengolah ikan tertarik melakukan
pembelian di pelabuhan tersebut dan terjaminnya kelangsungan aktivitas mereka.
Berdasarkan penjelasan di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis
melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, kiranya dapat
memberikan perhatian semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Pembangunan
berbagai fasilitas kepelabuhanan perikanan khususnya yang berkaitan dengan
aktivitas pendaratan, pemasaran dan penanganan hasil tangkapan diharapkan
dapat meningkatkan aktivitas nelayan, pedagang dan pengolah ikan di PPI
tersebut. Hal ini dikarenakan keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan yang
ada di 5 lokasi PPI tersebut masih sangat kurang (Tabel 31 subsubbab 5.6.3).
Selain itu, diperlukan peningkatan kesadaran kepada semua pihak yang terlibat
dalam aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang
ada di Kabupaten Ciamis dalam melakukan penanganan hasil tangkapan melalui
berbagai aktivitas seperti penyuluhan, pembinaan dan pelatihan. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan kualitas hasil tangkapan sehingga dapat meningkatkan harga
jual hasil tangkapan yang dipasarkan di PPI tersebut.
124
7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
1) Jumlah volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di 5 lokasi PPI
yang ada di Kabupaten Ciamis pada periode tahun 2001 – 2010
perkembangannya cenderung fluktuatif dengan kisaran pertumbuhan per
tahun yang sangat besar, baik volume produksi hasil tangkapan (-93,5% −
295,9%) maupun nilai produksi hasil tangkapan (-83,9% − 338,7%). Upaya
penambahan jumlah unit penangkapan ikan dan bantuan rumpon yang telah
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Ciamis belum mampu meningkatkan
volume produksi hasil tangkapan di kelima lokasi PPI tersebut. Keberadaan
fasilitas kepelabuhanan perikanan, baik fasilitas pokok, fungsional maupun
penunjang di 5 lokasi PPI tersebut masih sangat minim.
2) Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis pada umumnya dilakukan di tepi pantai atau muara sungai.
Pangkalan Pendaratan Ikan Batu Karas merupakan PPI dengan jumlah
pendaratan dan volume pendaratan hasil tangkapan paling banyak
dibandingkan PPI lainnya.
3) Aktivitas pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten
Ciamis hampir seluruhnya melalui proses pelelangan, kecuali di PPI
Pangandaran. Hasil tangkapan tersebut
dipasarkan untuk konsumsi
masyarakat lokal di sekitar PPI, Kabupaten Ciamis, luar Kabupaten Ciamis
dan ekspor. Nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi yang diperoleh
PPI Kalipucang pada tahun 2010 lebih besar dari PPI lainnya, hal ini
disebabkan karena hasil tangkapan yang didaratkan dan dipasarkan di PPI
ini bersifat homogen yaitu hanya terdiri dari udang lobster yang memiliki
nilai ekonomis sangat tinggi. Ditinjau dari jenis hasil tangkapan didaratkan
yang beragam, PPI Cimerak memiliki rasio NP/P dan indeks relatif nilai
produksi tertinggi dibandingkan dengan PPI lainnya.
125
7.2
Saran
1) Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Ciamis, kiranya dapat memberikan perhatian semua
PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Pembangunan berbagai fasilitas
kepelabuhanan perikanan khususnya yang berkaitan dengan aktivitas
pendaratan, pemasaran dan penanganan hasil tangkapan diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas nelayan, pedagang dan pengolah ikan di PPI
tersebut.
2) Diperlukan peningkatan kesadaran kepada semua pihak yang terlibat dalam
aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada
di Kabupaten Ciamis dalam melakukan penanganan hasil tangkapan melalui
berbagai aktivitas seperti penyuluhan, pembinaan dan pelatihan.
3) Diperlukan penelitian lanjutan mengenai potensi pemanfaatan pelabuhan
perikanan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis agar lebih optimal.
126
DAFTAR PUSTAKA
Azam DH. 2009. Kajian Prospek Perikanan Tangkap Pasca Tsunami di PPI
Pangandaran, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. 83 hlm.
[BPS Kabupaten Ciamis] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. 2010.
Kabupaten Ciamis Dalam Angka. Ciamis (ID): BPS Kabupaten Ciamis.
[DKP Kabupaten Ciamis] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis. 2011.
Laporan Statistik Perikanan Tangkap dan Budidaya Kabupaten Ciamis.
Ciamis (ID): DKP Kabupaten Ciamis.
Fauzi RI. 2009. Analisis Perikanan Tangkap Pasca Tsunami di Pangandaran
[Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 72 hlm.
Ginting RFA. 2011. Kondisi dan Potensi Pengembangan Kepelabuhanan
Perikanan di Kabupaten Subang [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 112 hlm.
Hamzah A. 2010. Kemampuan Pelelangan Hasil Tangkapan Oleh Pengelola TPI
di PPN Palabuhanratu [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. 154 hlm.
Handani R. 2008. Studi Hubungan Hasil Tangkapan Dengan Ukuran
Basket/Wadah Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu, Sukabumi Jawa
Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
92 hlm.
Hermawan D. 2009. Peningkatan Pengelolaan PPI Pangandaran dan Wisata Pantai
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan. [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 163 hlm.
Hidayati E. 1997. Potensi Perikanan Tangkap dalam Pengembangan Pariwisata
Pantai di Pangandaran [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 103
hlm.
Indrianto J. 2006. Pengelolaan Aktivitas dan Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Pantai Ciasem, Kabupaten Subang Ditinjau Dari Aspek Fasilitas dan
Kualitas Pemasaran Hasil Tangkapan [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 93 hlm.
127
Jungjunan O. 2009. Simulasi Perhitungan Gaya Apung dan Gaya Tenggelam
Rumpon Laut Dalam di Perairan Selatan Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
185 hlm.
Lubis E, Wiyono ES, Nirmalanti M. 2010. Penanganan Selama Transportasi
Terhadap Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman : Aspek Biologis dan Teknis. Jurnal Mangrove dan Pesisir.
Vol. 10 (No. 1): 1 – 7.
Lubis E, Pane AB, Muninggar R, Hamzah A, Ubay AN. 2011. Laporan Penelitian:
Kajian Ketergantungan Nelayan Terhadap Sistem Kelembagaan Tengkulak
di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Bogor (ID): Bagian
Kepelabuhanan dan Kebijakan Pengelolaan, Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. 80 hlm.
Lubis E. 2012. Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID): IPB Press.
Pane AB, Lubis E, Oktaviani R. 2002. Pekerjaan Studi Kelayakan Pangkalan
Pendaratan Ikan Pandansimo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan
dan Perikanan Jakarta.
Pane AB, Ibrahim B, Dinarwan, Lubis E, Rochnadi D, Diniah, Mukhsin I,
Amanah S. 2005. Strategies Role and Prospect’s Promoting Development in
Indonesia and Dealing with National and Global Challenges. Di dalam :
Pane AB dan Lubis E, editor. International Seminar Proceeding Dynamic
Revitalisation of Java Fishing Port and Capture Fisheries on Promoting the
Indonesian Fishery Development. Auditorium Rektorat IPB (ID); 2005 Juni
6 – 7. Bogor : IPB Press. hlm 15.
Pane AB. 2008. Basket Hasil Tangkapan dan Keterkaitannya dengan Mutu Hasil
Tangkapan dan Sanitasi di TPI PPN Palabuhanratu. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. Vol. 13 (No. 3): 150 – 157.
________. 2009. Bahan Kuliah Analisis Hasil Tangkapan Dasar. Bogor (ID):
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
________. 2010. Kajian Kekuatan Hasil Tangkapan : Kasus Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Palabuhanratu Sukabumi. Jurnal Mangrove dan Pesisir.
Vol. 10 (No. 1): 8 – 19.
128
Rahardiansyah D. 2003. Analisis Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI
Pangandaran, PPI Parigi, dan PPI Cijulang di Teluk Parigi, Kabupaten
Ciamis [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
79 hlm.
Rahayu S. 2000. Studi Aspek Teknik Penanganan Ikan yang Didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 72 hlm.
Rusmali K. 2004. Analisis Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan
dan Dampaknya Terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Samudera
Jakarta, Muara Baru DKI Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 110 hlm.
[UPTD PPI Pangandaran] Unit Pelaksanan Teknis Dinas Pangkalan Pendaratan
Ikan Pangandaran. 2005. Keadaan Umum UPTD PPI Pangandaran. Ciamis
(ID): UPTD PPI Pangandaran.
129
LAMPIRAN
130
Lampiran 1 Contoh perhitungan produktivitas alat penangkapan ikan di 5 lokasi
PPI Kabupaten Ciamis tahun 2010
1. PPI Pangandaran
2. PPI Parigi
3. PPI Batu Karas
4. PPI Cimerak
5. PPI Kalipucang
131
132
Lampiran 2 Contoh perhitungan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi (I)
di 5 lokasi PPI Kabupaten Ciamis tahun 2010
1. PPI Pangandaran
1) Rasio NP/P
2) Indeks Relatif Nilai Produksi
2. PPI Parigi
1) Rasio NP/P
2) Indeks Relatif Nilai Produksi
133
3. PPI Batu Karas
1) Rasio NP/P
2) Indeks Relatif Nilai Produksi
4. PPI Cimerak
1) Rasio NP/P
2) Indeks Relatif Nilai Produksi
134
5. PPI Kalipucang
1) Rasio NP/P
2) Indeks Relatif Nilai Produksi
Download