1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan likuiditas saham dan kinerja saham perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan saham dan volatilitas harga saham, serta kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earning ratio (PER). Sampel perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan pemecahan saham (stock split) dengan periode penelitian tahun 2007-2009. Berdasarkan metode purposive sampling, total penelitian sampel adalah 15 perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan uji beda ratarata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan saham berbeda tidak signifikan baik sebelum maupun setelah peristiwa stock split, (2) likuiditas saham yang diproksikan dengan volatilitas harga saham berbeda signifikan sebelum dan sesudah peristiwa stock split, (3) sedangkan kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earning ratio (PER) berbeda tidak signifikan baik sebelum maupun sesudah sesudah peristiwa stock split. Kata Kunci : likuiditas saham, kinerja saham, volume perdagangan saham, volatilitas harga saham, price earning ratio (PER), stock split 2 NAMA NPM NO TELPON EMAIL PEMBIMBING I PEMBIMBING II Akt. : KARINA ARSILIYA : 0851031024 : 085768086707 : [email protected] : Dr. EINDE EVANA, S.E., M.Si., Akt. : NINUK DEWI KESUMANINGRUM, S.E., M.Sc., PENDAHULUAN Kebutuhan akan informasi yang handal dan berkualitas adalah kebutuhan yang mendasar dalam pengambilan keputusan bagi para investor di pasar modal. Bagi seorang investor, informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi di pasar modal, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini mengakibatkan suatu pengumuman di pasar modal yang memiliki kandungan informasi akan memperoleh reaksi dari para investor bila informasi tersebut membawa sinyal yang berkualitas dan dapat dipercaya. Ada banyak informasi yang dapat diperoleh investor di dalam pasar modal baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (privat). Salah satu informasi tersebut adalah pengumuman stock split atau pemecahan saham. Peristiwa pemecahan saham (stock split) merupakan salah satu informasi yang penting untuk diperhatikan oleh investor. Stock split banyak dilakukan oleh perusahaan ketika harga saham dari perusahaan tersebut naik melebihi rentang optimal, dan diyakini oleh para ahli keuangan bahwa suatu saham memiliki kisaran rentang optimal, dimana jika harga saham bisa berada pada rentang tersebut maka nilai perusahaan bisa dimaksimumkan. Menurut Rahayu (2006), stock split (pemecahan saham) merupakan salah satu alternatif yang dijalankan suatu perusahaan, di mana secara sederhana pemecahan saham berarti membagi lembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah pemecahan adalah sebesar 1/n dari harga saham sebelumnya. Langkah ini dimaksudkan untuk membuat perdagangan saham suatu perusahaan menjadi lebih aktif karena harga saham tersebut mengalami penurunan. Stock split banyak dilakukan oleh perusahaan ketika harga saham dari perusahaan tersebut naik 3 melebihi rentang optimal, dan diyakini oleh para ahli keuangan bahwa suatu saham memiliki kisaran rentang optimal, dimana jika harga saham bisa berada pada rentang tersebut maka nilai perusahaan bisa dimaksimumkan. Menurut Mason dkk, 1998 dalam Ayodhya (2012) motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split tertuang dalam dua teori dasar antara lain Signaling Theory dan Trading Range Theory Informasi stock split dalam kaitannya dengan dampaknya terhadap likuiditas saham dan kinerja perusahaan di masa mendatang menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan oleh para investor dan calon investor dalam memutuskan untuk membeli atau melepas saham yang dimilikinya. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dampak stock split terhadap likuiditas saham dan kinerja saham perusahaan. Pujiharjanto (2001) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas saham di BEJ. Dalam penelitian ini, variabel likuiditas saham diproksikan pada harga saham, volume perdagangan, volatilitas harga saham dan persentase spread. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 sampel perusahaan yang melakukan stock split di BEJ selama bulan Juli 1996 sampai dengan Juni 1997, secara keseluruhan aktivitas stock split berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga saham, volume perdagangan, volatilitas harga saham dan persentase spread. Berbeda dengan penelitian di atas, variabel likuiditas dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan volume perdagangan dan volatilitas harga saham saja. Lebih lanjut, penelitian ini tidak menggunakan harga saham dan persentase spread sebagai proksi dari likuiditas saham karena variabel likuiditas dalam penelitian ini menitikberatkan pada volume dan volatilitas harga saham saja. Selain mempengaruhi variabel pasar seperti likuiditas saham, stock split juga mempengaruhi kinerja saham perusahaan. Ichsanuddin (2009) melakukan penelitian mengenai pemecahan saham ditinjau dari kinerja saham dan harga saham dimana price earnings ratio (PER) merupakan salah satu variabel penelitian yang digunakan sebagai proksi dari kinerja saham perusahaan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan price earnings ratio (PER) antara perusahaan yang melakukan 4 pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham. Di dalam penelitian ini, kinerja saham perusahaan akan dilihat melalui nilai price earnings ratio (PER). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT” Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split? 2. Apakah terdapat perbedaan likuiditas saham yang diproksikan dengan volatilitas harga saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split? 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earnings ratio (PER) sebelum dan sesudah peristiwa stock split? Batasan Masalah Penelitian Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan perusahaan yaitu pemecahan naik (split-up) dan pemecahan turun (split-down). Dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan yang melakukan pemecahan naik (split-up). 2. Penelitian ini menetapkan periode pengamatan (event window) selama 11 hari (yaitu; 5 hari sebelum, 1 hari peristiwa dan 5 hari sesudah tanggal peristiwa stock split) untuk variabel likuiditas saham yang diproksikan volume perdagangan dan volatilitas harga saham. Dan 5 tahun, (yaitu; 2 tahun sebelum, 1 tahun peristiwa dan 2 tahun sesudah tanggal peristiwa stock split) untuk variabel kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earnings ratio (PER). 5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah dengan terjadinya stock split menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat likuiditas saham perusahaan yang diproksikan dengan volume perdagangan dan volatilitas harga saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split. 2. Untuk mengetahui apakah dengan terjadinya stock split perbedaan yang signifikan terhadap kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan PER sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam memahami, menambah dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari. 2. Bagi para investor, pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan diharapkan informasi yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi. 3. Bagi perusahaan, untuk memberikan masukan dalam hal perusahaan melakukan kebijakan stock split, serta gambaran bahwa perubahan kinerja yang terjadi senantiasa dipantau oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 4. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pasar modal Indonesia (Badan Pengawas Pasar Modal, Bursa Efek Indonesia, calon emiten, dan profesi terkait). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan perannya dalam memenuhi kebutuhan pihak pemakai informasi. 6 LANDASAN TEORI Stock split adalah suatu aksi dari emiten (perusahaan) di mana dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil. Menurut Jogiyanto (2000) aktivitas stock split dapat diartikan memecah satu lembar saham menjadi n lembar saham. Informasi stock split diketahui dengan adanya pengumuman yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Stock split atau pemecahan saham merupakan salah satu bentuk informasi yang diberikan oleh emiten (perusahaan) untuk menaikkan/menurunkan jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahannya. Pemecahan saham pada dasarnya ada dua jenis, yaitu pemecahan saham naik (split-up) dan pemecahan saham turun (split-down) atau lebih dikenal dengan reverse stock. Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Dengan adanya split-up berarti jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak namun dengan nilai nominal yang lebih kecil dari sebelum dipecah. Sebaliknya dengan split-down, saham yang beredar menjadi lebih sedikit tetapi terjadi peningkatan pada nilai nominal per lembar sahamnya (Ayodha, 2012). Kieso dan Weygandt (1993) dalam Subiyanti (2010) mengatakan alasan perusahaan melakukan stock split yaitu: (1) Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham tersebut. (2) Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau. (3) Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna setelah stock split. Stock split biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi, sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya. Dengan 7 adanya stock split diharapkan daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan. Peristiwa stock split adalah suatu aksi yang dilakukan oleh perusahaan dimana memuat informasi yang diasumsikan akan mempengaruhi keputusan jual beli yang dilakukan investor, yang pengaruh tersebut dapat dilihat dalam aktivitas perdagangan saham. Perubahan pada volume perdagangan akan terlihat bila aksi tersebut mempengaruhi preferensi para investor dalam keputusan investasinya. Tingkat likuiditas suatu saham merupakan salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan. Semakin cepat suatu efek dapat berubah menjadi uang maka semakin tinggi likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas saham ditentukan oleh apakah saham tersebut mudah diperjualbelikan dalam jangka waktu singkat dan diminati investor. Salah satu daya tarik agar suatu saham diminati investor adalah harga yang murah serta rendahnya biaya komisi transaksi. Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Asumsi dari Signaling Theory bahwa manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dan manajemen selalu meningkatkan keuntungan. Berdasarkan Signaling Theory, peristiwa stock split dapat memberikan sinyal positif karena manajemen yang memiliki informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya menginformasikannya kepada investor yang kurang banyak memiliki informasi mengenai kondisi perusahaan. Asimetry informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar. Maka pada umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal yang tercermin dari perubahan harga saham (Schweitzer, 1989 dalam Ayodha, 2012). 8 Baker dan Powell (1993) dalam Rahayu (2006) menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal atau informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Meningkatnya likuiditas setelah stock split dapat muncul akibat semakin besarnya kepemilikan saham dan jumlah transaksi. Pada tingkat asimetri tertentu antara manajer dan investor, manajer kemungkinan besar akan mengambil keputusan pemecahan saham agar investor dapat menerima informasi yang menguntungkan. Stock split sebaiknya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek yang baik dan kinerja yang bagus. Perusahaan yang mencoba memberikan sinyal stock split tetapi tidak didukung dengan prospek dan kinerja yang baik akan berdampak negatif bagi perusahaan tersebut karena akan berdampak pada biaya yang timbul akibat stock split (Boedi dan Lindharta, 2011). Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Teori ini menyatakan bahwa harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Saham-saham yang tidak likuid tersebut akan mempersempit gerak investor dalam berinvestasi, selain itu saham tidak likuid akan merugikan investor karena saham-saham tersebut tidak mudah diinvestasikan. Bagi emiten, likuiditas saham sangat penting karena saham yang tidak likuid akan berakibat dikeluarkannya saham tersebut dari pasar modal (delisting). Pemecahan saham menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Marwata (2001) dalam Setiyanto (2006) menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Teori ini juga menyatakan bahwa manajemen perusahaan memutuskan untuk melakukan stock split karena didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjualbelikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. 9 Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi saham di pasar modal dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka semakin tinggi likuiditas saham, ini berarti saham tersebut semakin diminati oleh para investor dan hal tersebut akan tingkat harga saham yang bersangkutan. Reilly dan Brown (1997) dalam Rahdiansyah (2010) menyatakan bahwa faktor penentu dari likuiditas saham sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin dalam data perdagangan pasar dan faktor yang terpenting dari likuiditas itu adalah jumlah uang dari lembar saham yang diperdagangkan. Peristiwa stock split adalah suatu aksi yang dilakukan oleh perusahaan dimana memuat informasi yang diasumsikan akan mempengaruhi keputusan jual beli yang dilakukan investor, yang pengaruh tersebut dapat dilihat dalam aktivitas perdagangan saham. Perubahan pada volume perdagangan akan terlihat bila aksi tersebut mempengaruhi preferensi para investor dalam keputusan investasinya. Tingkat likuiditas suatu saham merupakan salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan. Semakin cepat suatu efek dapat berubah menjadi uang maka semakin tinggi likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas saham ditentukan oleh apakah saham tersebut mudah diperjualbelikan dalam jangka waktu singkat dan diminati investor. Salah satu daya tarik agar suatu saham diminati investor adalah harga yang murah serta rendahnya biaya komisi transaksi. Menurut Conroy et.al (1990) dalam Setiyanto (2006), parameter yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas suatu saham adalah: a. Volume perdagangan Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume saham yang di perdagangkan di pasar. b. Tingkat Spread Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter perbedaan atau selisih antara harga tertinggi yang diminta untuk membeli dengan harga terendah yang ditawarkan untuk menjual (Bid-Ask Spread), diukur dengan menggunakan persentase. c. Information flow (aliran informasi). 10 d. Jumlah pemegang saham. e. Jumlah saham yang beredar. f. Transaction cost (besarnya biaya transaksi). g. Harga saham Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter harga-harga saham di pasar. h. Volatilitas Harga saham Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan harga-harga saham di pasar. Conroy, Harris dan Benet (1990) dalam Sutrisno et al (2000) menemukan adanya penurunan likuiditas setelah split dengan masing-masing menggunakan volume perdagangan dan bid-ask spread sebagai proksi. Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murray (1985) yaitu stock split tidak berpengaruh terhadap volume perdagangan maupun bid-ask spread (Sutrisno et al, 2000). Sutrisno et al (2000) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang diukur dengan rata-rata harga saham, volume perdagangan, persentase spread dan volatilitas. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hanya pada variabel harga saham, volume perdagangan dan persentase spread. Sedangkan pada variabel volatilitas tidak dihasilkan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah aktivitas split. Selain mempengaruhi variabel pasar seperti likuiditas saham, stock split juga mempengaruhi kinerja saham perusahaan. Kinerja saham dapat menjadi ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama periode tertentu. Price earnings ratio (PER) merupakan salah satu komponen penting untuk menilai kinerja saham perusahaan. Rasio ini pada dasarnya memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dan pada periode tertentu. Perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Menurut Copeland (1988) dalam Jogiyanto (2000), stock split mengandung biaya yang harus dibayar oleh perusahaan, oleh karena itu hanya 11 perusahaan yang memiliki prospek yang bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut dan sebagai akibatnya pasar akan bereaksi positif terhadap stock split. Ichsanuddin (2009) melakukan penelitian mengenai pemecahan saham ditinjau dari kinerja saham dan harga saham di mana price earnings ratio (PER) merupakan salah satu variabel penelitian yang digunakan sebagai proksi dari kinerja saham perusahaan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan price earnings ratio (PER) antara perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha1: Ada perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Ha2: Ada perbedaan volatilitas harga saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Ha3: Ada perbedaan price earnings ratio (PER) sebelum dan sesudah peristiwa stock split. 12 METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan go public yang melakukan pemecahan saham (stock split) di BEI dengan periode penelitian tahun 2007-2009. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan untuk sampel bersyarat ditentukan dengan kriteria tertentu atau judgement sampling. Adapun sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stock split tahun 2007-2009 dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia periode 20072009. 2. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah seluruh perusahaan dari semua sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan stock split satu kali selama periode penelitian. 4. Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan stock split dan tidak melakukan kebijakan lainnya yang dapat memepengaruhi pasar seperti pembagian deviden saham, right issue, pembagian saham bonus dan pengumuman lainnya. Selama periode pengamatan perusahaan memiliki data yang lengkap untuk digunakan dalam penelitian ini. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tanggal pengumuman stock split. Data ini tahun 2007, 2008, dan tahun 2009 diperoleh dari www.KSEI.co.id. Kemudian data harga penutupan saham harian untuk menghitung return saham masing-masing perusahaan, volume saham yang diperdagangkan. Data ini diperoleh dari www.duniainvestasi.com dan www.yahofinance.com. Data laporan 13 keuangan perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split), yang dipublikasikan per 31 desember 2005 sampai dengan 31 desember 2011. Data ini diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Teknik Pengambilan Sampel Tabel 1 Proses Pengambilan Sampel Keterangan Melakukan kebijakan stock split tahun 2007-2009 Perusahaan melakukan stock split lebih dari satu kali pada periode penelitian Perusahaan melakukan corporate action lain : Right issue Cash Dividen Perusahaan yang datanya tidak lengkap Jumlah sampel akhir Jumlah 25 0 1 8 1 15 Pada Tabel di atas proses pengambilan sampel, dapat dilihat bahwa dari tahun 2007 sampai 2009 terdapat 25 perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split). Dari keseluruhan jumlah sampel penelitian, tidak ada perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split) lebih dari satu kali selama tahun penelitian yaitu 2007 – 2009. Selain itu dalam proses pengambilan sampel terdapat sembilan perusahaan yang melakukan corporate action selain stock split dalam periode penelitian yaitu satu perusahaan right issue dan delapan perusahaan melakukan cash dividen, dan terdapat juga satu perusahaan yang tidak memiliki data-data yang kurang lengkap seperti tidak tersedianya daftar harga saham sebelum melakukan pemecahan saham. Dari 25 jumlah sampel perusahaan yang akan diteliti, terdapat 15 perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel, atau sebesar 60% dari seluruh sampel perusahaan yang melakukan stock split. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 14 Tabel 2 Sampel perusahaan yang melakukan stock split 2007-2009 No Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 PT Davomas Abadi Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk PT Hortus Davanest Tbk PT Pakuwon Jati Tbk PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk PT Jaya Pari Steel Tbk PT Lippo Karawaci Tbk PT International Nickel Indonesia Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Suryainti Permata Tbk PT Delta Dunia Petroindo Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Citra Tubindo Tbk PT Arwana Citramulia Tbk Kode DAVO AKRA SOBI HADE PWON CPIN JPRS LPKR INCO BBCA SIIP DOID PGAS CTBN ARNA Tanggal Pengumuman 22 Mei 2007 23 Juli 2007 13 Agustus 2007 04 September 2007 11 September 2007 06 Desember 2007 06 Desember 2007 14 Desember 2007 08 Januari 2008 22 Januari 2008 06 Maret 2008 07 April 2008 01 Agustus 2008 24 Desember 2008 08 September 2009 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Stock Split Stock split adalah suatu aksi dari emiten (perusahaan) di mana dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil (Sunariyah, 2003). Menurut Jogiyanto (2003) aktivitas stock split dapat diartikan memecah satu lembar saham menjadi n lembar saham. Informasi stock split diketahui dengan adanya pengumuman yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Stock split biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi, sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya. Dengan adanya stock split diharapkan daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan. 15 Likuiditas Saham 1. Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham merupakan jumlah saham yang diperdagangakan dalam periode tertentu. Volume perdagangan saham diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Jogiyanto, 2000). Setelah itu, rata-rata masingmasing volume perdagangan saham antara sebelum dan sesudah pemecahan saham dihitung untuk mengetahui besarnya perbedaan. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya digunakan uji beda dua rata-rata antara sebelum dan sesudah pemecahan saham. ∑ Saham i yang diperdagangkan pada hari t TVA= ∑ Saham i yang beredar pada hari t 2. Volatilitas Harga Saham Volatilitas harga saham adalah fluktuasi atau naik turunnya harga saham. Dalam event study, pada umumnya volatilitas harga saham diproksikan dengan menggunakan varian return saham harian (variance of daily stock return) Bae dan Jo (1999: 162) dalam Rahayu (2006). Secara umum formula untuk menghitung varian dari nilai return saham adalah: si 2 = ∑ (Ri,t – Ri)2 T–1 dimana, T adalah lamanya periode jendela sebelum atau setelah stock split, yaitu 5 hari. Ri,t adalah return harian saham i pada hari t. Ri adalah rata-rata return saham i. Sedangkan return saham didapat dengan rumus: Ri, t = (Pi, t – Pi, t-1) / Pi, t-1 Pi, t : harga penutupan hari ke-t Pi, t-1 : harga penutupan ke t-1 16 Price Earnings Ratio (PER) Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah dengan menilai kinerja saham perusahaan. Kinerja saham dapat menjadi ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama periode tertentu. Di dalam penelitian ini, kinerja saham yang digunakan sebagai proksi yaitu price earnings ratio (PER). PER merupakan ukuran dari potensi pertumbuhan, stabilitas pendapatan, dan kemampuan manajemen dihitung dengan membagi harga per saham dengan pendapatan per saham. Rasio harga laba mengukur hubungan antara nilai pasar suatu perusahaan dan laba perusahaan sekarang. rasio ini merupakan salah satu rasio yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi, karena rasio ini pada dasarnya memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada suatu periode tertentu. Dalam Jogiyanto (2000) PER dirumuskan sebagai berikut: Alat Analisis Data Uji Beda Rata-Rata Untuk menentukan apakah stock split memiliki pengaruh terhadap risiko sistematis dan abnormal return akan digunakan Uji Beda Rata-rata dengan menggunakan SPSS 17. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas distribusi data. Pada tahap uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji one sample kolmogorov smirnov. Jika data berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik yaitu diuji melalui uji t berpasangan (paired sample t-test). Sedangkan jika data berdistribusi tidak normal maka data diolah menggunakan alat uji statistik non parametrik yaitu wilcoxon signed-rank test dengan menentukan derajat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan α sebesar 5%. Jika probabilitas (p-value) < 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima; tetapi apabila probabilitas (p-value) > 5% maka Ho diterima dan Ha ditolak (Ghozali, 2005). 17 ANALISIS PEMBAHASAN Volume perdagangan saham dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan trading volume activity (TVA). Besarnya nilai TVA masing-masing perusahaan sebelum dan setelah stock split untuk perusahaan yang melakukan stock split tahun 2007-2009 disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3 Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Setelah Stock Split Tahun 2007-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Perusahaan Kode PT Davomas Abadi Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk PT Hortus Davanest Tbk PT Pakuwon Jati Tbk PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk PT Jaya Pari Steel Tbk PT Lippo Karawaci Tbk PT International Nickel Indonesia Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Suryainti Permata Tbk PT Delta Dunia Petroindo Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Citra Tubindo Tbk PT Arwana Citramulia Tbk Rata-rata DAVO AKRA SOBI HADE PWON CPIN JPRS LPKR INCO BBCA SIIP DOID PGAS CTBN ARNA TVA Sebelum Stock Split 0,000 0,026 0,007 0,000 0,000 0,184 0,001 0,008 0,003 0,001 0,012 0,003 0,008 0,000 0,001 0,017 Setelah Stock Split 0,000 0,007 0,001 0,000 0,000 0,091 0,006 0,003 0,001 0,001 0,001 0,009 0,005 0,000 0,003 0,009 Tabel 4 Descriptive Statistics Volume Perdagangan Saham Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation TVA_sblm 15 .000 .184 .01692 .046661 TVA_stlh 15 .000 .091 .00856 .023058 18 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation TVA_sblm 15 .000 .184 .01692 .046661 TVA_stlh 15 .000 .091 .00856 .023058 Valid N (listwise) 15 Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan nilai TVA yang disajikan dalam Tabel descriptive statistics di atas tampak bahwa, rata-rata TVA sebelum stock split adalah sebesar 0.1692, sedangkan rata-rata TVA setelah stock split adalah sebesar 0.0856. Jika kedua nilai TVA tersebut dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2007-2009 di BEI secara rata-rata mengalami penurunan nilai TVA sebesar 0.0836. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap volume perdagangan saham sebelum dan setelah stock split selama tahun 2007-2009, maka dapat disimpulkan bahwa secara ratarata perusahaan yang melakukan stock split di BEI ternyata mengalami penurunan volume perdagangan saham dibanding sebelum melakukan stock split. Dengan kata lain rata-rata TVA sebelum dan sesudah stock split mengalami perbedaan. Volatilitas harga saham dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan varian return saham harian (variance of daily stock return) untuk masing-masing perusahaan. Besarnya volatilitas harga saham masing-masing perusahaan sampel yang melakukan stock split tahun 2007-2009 disajikan dalam tabel berikut ini Tabel 5 Volatilitas Harga Saham Sebelum dan Setelah Stock Split Tahun 2007-2009 No 1 2 3 4 Nama Perusahaan PT Davomas Abadi Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk PT Hortus Davanest Tbk Kode DAVO AKRA SOBI HADE Volatilitas Sebelum Setelah Stock Stock Split Split 0,001 0,057 0,000 0,130 0,001 0,002 0,068 0,000 19 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 PT Pakuwon Jati Tbk PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk PT Jaya Pari Steel Tbk PT Lippo Karawaci Tbk PT International Nickel Indonesia Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Suryainti Permata Tbk PT Delta Dunia Petroindo Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Citra Tubindo Tbk PT Arwana Citramulia Tbk Rata-rata PWON CPIN JPRS LPKR INCO BBCA SIIP DOID PGAS CTBN ARNA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,001 0,001 0,001 0,122 0,072 0,002 0,001 0,002 0,001 0,005 0,000 0,000 0,000 0,031 Tabel 6 Descriptive Statistics Volatilitas Harga Saham Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Volatile_sblm 15 .000 .001 .00033 .000306 Volatile_stlh 15 .000 .130 .03090 .046717 Valid N (listwise) 15 Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan nilai volatilitas yang telah disajikan dalam Tabel descriptive statistics di atas tampak bahwa rata-rata volatilitas sebelum stock split adalah sebesar 0.00033 sedangkan rata-rata volatilitas setelah stock split adalah sebesar 0.03090. Jika kedua nilai volatilitas harga saham tersebut dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2007-2009 di BEI secara rata-rata mengalami peningkatan nilai volatilitas harga saham sebesar 0.03057. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap volatilitas harga saham sebelum dan setelah stock split selama tahun 2007-2009, maka dapat disimpulkan bahwa secara ratarata perusahaan yang melakukan stock split di BEI ternyata mengalami peningkatan volatilitas harga saham dibanding sebelum melakukan stock split. Dengan kata lain ratarata volatilitas harga saham sebelum dan sesudah stock split mengalami perbedaan. 20 Price earnings ratio (PER) dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio antara harga saham dengan nilai EPS dimana EPS merupakan rasio laba perusahaan per jumlah saham yang beredar. Besarnya nilai PER masing-masing perusahaan sebelum dan setelah stock split untuk perusahaan yang melakukan stock split tahun 2007-2009 disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 7 Price Earnings Ratio (PER) Sebelum dan Setelah Stock Split Tahun 2007-2009 No Nama Perusahaan Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 PT Davomas Abadi Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk PT Hortus Davanest Tbk PT Pakuwon Jati Tbk PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk PT Jaya Pari Steel Tbk PT Lippo Karawaci Tbk PT International Nickel Indonesia Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Suryainti Permata Tbk PT Delta Dunia Petroindo Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Citra Tubindo Tbk PT Arwana Citramulia Tbk Rata-rata DAVO AKRA SOBI HADE PWON CPIN JPRS LPKR INCO BBCA SIIP DOID PGAS CTBN ARNA PER Sebelum Setelah Stock Stock Split Split 6,395 -2,075 10,510 12,040 32,040 7,560 6,770 13,215 13,910 233,035 7,940 5,105 24,010 53,095 23,970 30,030 5,800 45,725 13,375 15,720 4,600 12,655 186,875 -208,385 2,030 31,860 7,845 6,705 7,310 5,505 25,977 15,034 Tabel 8 Descriptive Statistics Price Earnings Ratio Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PER_sblm 15 4.600 186.875 25.97700 45.453316 PER_stlh 15 -208.385 233.035 15.03433 84.901528 Valid N (listwise) 15 Sumber: Data sekunder diolah 21 Berdasarkan nilai PER yang disajikan dalam Tabel descriptive statistics di atas tampak bahwa, rata-rata PER sebelum stock split adalah sebesar 25.97700, sedangkan rata-rata PER setelah stock split adalah sebesar 15.03433. Jika kedua nilai PER tersebut dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2007-2009 di BEI secara rata-rata mengalami penurunan nilai PER sebesar 10.94267. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap PER sebelum dan setelah stock split selama tahun 2007-2009, maka dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata perusahaan yang melakukan stock split di BEI ternyata mengalami penurunan PER dibanding sebelum melakukan stock split. Dengan kata lain rata-rata PER sebelum dan sesudah stock split mengalami perbedaan. Dalam penelitian ini uji normalitas diperlukan untuk mengetahui alat analisis yang akan digunakan berdasarkan jenis data yang terdistribusi normal atau tidak terdistribusi dengan normal. Untuk data variabel yang diuji berdistribusi normal, maka digunakan alat analisis Paired Sampel t-test, sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal menggunakan alat analisis Wilcoxon Signed Rank Test. Dari hasil pengujian uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov menunjukan bahwa seluruh variabel yang diujikan dalam penelitian ini yaitu Trading Volume Activity (TVA), Volatilitas Harga Saham, dan Price earnings ratio (PER) memiliki nilai signifikansi di bawah 0.05 (α = 5%). Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan seluruh data variabel di atas tidak terdistribusi dengan normal. Oleh karena itu dalam penelitian ini alat uji yang digunakan adalah uji beda rata-rata menggunakan alat analisis non parametrik Wilcoxon signed-rank test. Hasil uji signifikansi dengan wilcoxon sign rank test terhadap volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split, signifikansi yang terlihat dari pvalue (Sig. (2-tailed) sebesar 0.177, lebih besar dari α = 0.05, menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan sehingga hipotesis pertama ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari tingkat volume perdagangan 22 saham sebelum dan setelah peristiwa stock split, namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murray (1985) dan Hendrawijaya (2009) yang di dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa stock split tidak berpengaruh terhadap volume perdagangan (Sutrisno et al, 2000). Namun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno et al (2000) yang menyatakan terdapat perbedaan signifikan volume perdagangan saham sebelum dan setelah stock split. Hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan yang tidak signifikan terhadap volume perdagangan sebelum dan setelah peristiwa stock split dalam penelitian ini menunjukkan bahwa investor masih belum mengantisipasi secara cepat informasi yang diterimanya di pasar modal terutama investor institusi, di mana pada umumnya investor institusi melakukan perdagangan dengan jumlah saham yang relatif besar, dibanding investor individu. Kondisi ini tentunya merupakan dampak dari krisis ekonomi global pada tahun 2008 yang mendorong para investor terutama investor institusi lebih berhatihati dalam merespon suatu informasi yang terjadi di pasar modal, salah satunya stock split. Selain itu, terjadinya perbedaan yang tidak signifikan terhadap volume perdagangan sebelum dan setelah peristiwa stock split dalam penelitian ini menunjukkan bahwa investor menganggap bahwa peristiwa pemecahan saham bukanlah good news, sehingga terjadi perbedaan volume yang tidak signifikan pada periode sebelum dan sesudah pemecahan saham. Setelah dilakukan uji signifikansi dengan wilcoxon sign rank test terhadap volatilitas harga saham sebelum dan sesudah stock split, signifikansi yang terlihat dari p-value (Sig. (2-tailed) sebesar 0.002, lebih kecil dari α = 5%, menunjukkan bahwa perbedaan tersebut signifikan sehingga hipotesis kedua diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat volatilitas harga saham sebelum dan setelah peristiwa stock split. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Pujiharjanto (2001) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa adanya perbedaan spread sebelum dan sesudah stock split dipengaruhi secara signifikan oleh variabel harga saham dan volatilitas harga 23 saham. Namun hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2006) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap volatilitas harga saham sebelum dan setelah stock split. Pada dasarnya volatilitas harga merupakan suatu indikator naik turunya atau fluktuasi harga saham di bursa saham. Semakin tinggi fluktuasi atau naik turunnya harga saham berarti harga saham saham tersebut semakin volatil. Walaupun tidak terjadi perbedaan signifikan terhadap jumlah volume perdagangan saham namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para investor individual memberikan reaksi terhadap peristiwa stock split yang mendorong mereka melakukan transaksi jual beli saham. Hal ini tentunya akan mendorong perubahan harga yang mencolok yang menyebabkan perubahan volatilitas harga saham. Hasil uji signifikansi dengan wilcoxon sign rank test terhadap PER sebelum dan sesudah stock split, signifikansi yang terlihat dari p-value (Sig. (2-tailed) sebesar 0.910, lebih besar dari α = 0.05, menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan sehingga hipotesis ketiga ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan PER sebelum dan setelah peristiwa stock split, namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Hasil ini mendukung hasil penelitian Ichsanuddin (2009) melakukan penelitian mengenai pemecahan saham ditinjau dari kinerja saham dan harga saham dimana price earnings ratio (PER) merupakan salah satu variabel penelitian yang digunakan sebagai proksi dari kinerja saham perusahaan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan price earnings ratio (PER) antara perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham. Sesuai dengan hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa terjadi penurunan PER setelah peristiwa stock split. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa stock split tidak dapat memberikan sinyal yang positif kepada publik mengenai prospek perusahaan yang baik di masa depan. Kondisi lesunya perekonomian global pada 2008 berdampak pada lesunya kinerja perusahaan yang tercermin oleh laba yang dihasilkannya. Hasil ini menunjukkan hal yang tidak sejalan dengan signaling theory yang menyatakan sebaliknya. 24 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peristiwa pengumuman stock split memiliki dampak terhadap volume perdagangan, volatilitas harga saham, dan price earnings ratio (PER) masing-masing saham perusahaan sampel, yang dilihat dari ada atau tidaknya perbedaan volume perdagangan, volatilitas harga saham, dan price earnings ratio (PER) sebelum dan setelah peristiwa stock split. Berdasarkan hasil beberapa pengujian yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada volume perdagangan saham masing-masing perusahaan sampel, baik sebelum stock split maupun volume perdagangan saham setelah peristiwa stock split. Sesuai hasil perhitungan dengan analisis pengujian hipotesis menggunakan uji non parametrik, Wilcoxon Sign Rank test dengan α = 0.05 diperoleh p-value yang lebih besar dari alpha (α). Walaupun berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, di mana rata-rata volume perdagangan saham menunjukkan penurunan setelah peristiwa stock split sebesar 0.0836, tidak dapat diartikan bahwa dengan dengan dilaksanakannya stock split akan menyebabkan volume perdagangan saham perusahaan sampel menurun. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada volatilitas harga saham masing-masing perusahaan sampel, baik sebelum stock split maupun volatilitas harga saham setelah stock split. Sesuai hasil perhitungan dengan analisis pengujian hipotesis menggunakan uji non parametrik, Wilcoxon Sign Rank test dengan α = 0.05 diperoleh p-value yang lebih kecil dari alpha (α). Sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya dalam statistik deskriptif, dimana rata-rata volatilitas harga saham menunjukkan peningkatan setelah peristiwa stock split sebesar 0.03057 sehingga dapat diartikan bahwa dengan dengan dilaksanakannya stock split akan menyebabkan volatilitas harga saham perusahaan sampel meningkat. 25 3. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada price earnings ratio (PER) masing-masing perusahaan sampel, baik sebelum stock split maupun price earnings ratio (PER) setelah peristiwa stock split. Sesuai hasil perhitungan dengan analisis pengujian hipotesis menggunakan uji non parametrik, Wilcoxon Sign Rank test dengan α = 0.05 diperoleh p-value yang lebih besar dari alpha (α). Sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya dalam statistik deskriptif, di mana rata-rata price earnings ratio (PER) menunjukkan penurunan setelah peristiwa stock split sebesar 10.94267, dapat diartikan bahwa dengan dengan dilaksanakannya stock split akan menyebabkan price earnings ratio (PER) perusahaan sampel menurun. SARAN Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan sebaiknya mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih baik dan lebih akurat, yaitu: 1. Bagi penelitian berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi di bidang yang sama di masa yang akan datang untuk dikembangkan dan diperbaiki. Misalnya dengan memperbanyak sampel penelitian dan memperpanjang periode pengamatan karena akan memperjelas perbedaan masing-masing variabel dengan adanya aktivitas split yang berkaitan dengan likuiditas dan kinerja saham. 2. Bagi investor atau calon investor sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi saham pada perusahaan yang melakukan stock split supaya investor memperoleh keuntungan dari perusahaan yang melakukan kebijakan stock split. 26 DAFTAR PUSTAKA . Ayodha, Devina D. 2012. Analisis Perbedaan Risiko Sistematis dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemecahan Saham (Stock Split-Up). Skripsi. Universitas Lampung. Bae S.C. and Jo H. 1999. "The Impact of Information Release on Stock Price Volatility and Trading Volume: The Right Offerring Case", Review of Quantitative Finance and Accounting, Vol. 32, p. 153. Boedhi, Soelistijono dan Lindharta, Princess D. 2011. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Spread, Vol.1, No.1, April 2011, Hal 1-12. Brigham, Eugene F. and Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi 11. Erlangga: Jakarta. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hendrawijaya, Michael. 2009. Analisis Perbandingan Harga Saham,Volume Perdagangan Saham, dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham. Tesis. Universitas Dipenegoro. Ichsanuddin, Dhani. 2009. Pemecahan Saham Ditinjau dari Kinerja Saham dan Harga Saham: Bukti Empiris di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol.7, No.3, Agustus 2009. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Permata, Nurlaela. 2009. Analisis Pengaruh Stock Split pada Harga Saham terhadap Volume Perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi. Universitas Gunadarma. Pujiharjanto, C.Ambar. 2001. Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas Saham yang Diukur dengan Besarnya Bid-Ask Spread di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol.1, No.1, November 2001, Hal 1-11. Rahayu, Indah R. 2006. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Rahdiansyah, Muh. 2010. Analisis Pengaruh Stock Split terhadap Harga Saham dan Likuiditas di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 27 Rohana. 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock split dan Dampak Yang Ditimbulkannya. Simposium Nasional Akuntansi. Oktober 2003 : 601613. Setiyanto, Agus. 2006. Analisis Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2005. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Subiyanti, Wiwin T. 2010. Analisis Dampak Stock Split terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Sutrisno, Wang et al. 2000. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 2. No.2, September 2000, Hal 1-13. Susanti, Putri Endah. 2006. Analisis Perbedaan Risiko Sistematik, Volatilitas Harga, dan Likuiditas Perdagangan Harga Saham Sebelum dan Setelah Stock Split di Bursa Efek Jakarta 2001-2003. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995. Tampubolon, Robert. 2003. Analisis Faktor Pembeda Pemecahan Saham. Tesis. Universitas Diponegoro. Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandarlampung. Weston J. Fred and Thomas E. Copeland. Managerial Fianance, 9 th ed. New York: The Dryden Press, 1992 Woolridge, J. R. "Stock Dividend as Signals." Journal of Financial Research, 6 (Spring 1983), 1-12. ______________http://www.ksei.co.id/content.asp?id=10&bhs=1 Diunduh pada Tanggal 20 Juni 2012 ______________ http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock Diunduh pada Tanggal 24 Juni 2012 ______________ http://finance.yahoo.com/q/hp?s=%5EJKSE+Historical+Prices Diunduh pada Tanggal 29 Juni 2012