Laporan Studi Pustaka (KPM 403) HUBUNGAN MODAL SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPOSIBILITY (CSR) GINA NEFSTIA SHABRINA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa studi pustaka yang berjudul “Hubungan Modal Sosial Terhadap Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR)” benarbenar merupakan hasil karya saya yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah (studi pustaka) pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Studi pustaka ini tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia bertanggung jawab atas pernyataan ini. Bogor, Januari 2015 Gina Nefstia Shabrina NIM. I34110097 iii ABSTRAK Gina Nefstia Shabrina. Hubungan Modal Sosial Terhadap Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR). Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN dan MAHMUDI SIWI CSR atau Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bentuk tanggung jawab yang mutlak dilakukan oleh perusahaan sebagai kewajiban terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal ini dapat mengimbangi perusahaan dalam mencari laba sebanyak-banyaknya tanpa mengesampingkan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai wujud share profit dalam kegiatan usaha mereka. Program CSR (Corporate Social Responsibility) diharapakan mampu menjadi sebuah solusi dalam pemecahan masalah sosial di masyarakat. Masalah sosial yang ada dapat di pecahkan jika program CSR dapat dilaksanakan secara efektif. Efektivitas pelaksanaan program CSR sangat ditentukan oleh modal sosial yang dimiliki perusahaan. Modal sosial mencakup hubungan sosial (jaringan), kepercayaan, dan norma. Kata Kunci : CSR, modal sosial, efektivitas CSR, pemangku kepentingan (stakeholder) ABSTRACT Gina Nefstia Shabrina. Relations Social Capital on The Effectiveness of Corporate Social Responsibility (CSR) Programs. Under the supervision of FREDIAN TONNY NASDIAN and MAHMUDI SIWI CSR or Corporate Social Responsibility is the form of absolute responsibility undertaken by the company as obligations to the community and the environment. It make to offset the company in seeking profit as much as possible without compromising community and environment as a form of “profit share” in their business activities. The CSR program is expected to able as a solution of social problem solving in society. The existing social problem could be solved if the CSR programe is conducted effectively. The effectivity of CSR program is definitely determined with the social capital of the company. Social capital includes social relationships (networks), beliefs, and norms. Keywords: CSR, social capital, effectivity of CSR, stakeholder iv HUBUNGAN MODAL SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPOSIBILITY (CSR) Oleh: GINA NEFSTIA SHABRINA I34110097 Laporan Studi Pustaka Sebagai Syarat Kelulusan KPM 403 Pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang ditulis oleh: Nama : Gina Nefstia Shabrina Nomor Mahasiswa : I34110097 Judul : Hubungan Modal Sosial Terhadap Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) Dapat diterima sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS Dosen Pembimbing I Mahmudi Siwi, SP, MSi Dosen Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, MSc. Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : _______________________________ vi PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang maha Esa yang kebenaran dan keberadaan-Nya tidak dapat diragukan oleh siapapun. Berkat rahmat nikmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan studi pustaka yang berjudul “Hubungan Modal Sosial Terhadap Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR)” sebagai salah satu syarat mata kuliah mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat ini. Selain tujuan diatas penulis juga ingin belajar dan juga mengembangkan diri untuk dapat meningkatkan taraf berkehidpuan yang lebih baik. Ucapan terima kasih yang paling dalam dan tulus untuk kedua orang tua yang telah memberikan semangat lahir dan batin Ibunda Hesti dan Ayahanda Conefi Antono yang telah memberikan motivasi dan doa yang tidak pernah ada habisnya, dan juga kepada Adikku Muhammad Irsyadh Pribadi yang juga selalu memberikan doa dan semangat dalam kehidupan penulis. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih dan rasa hormat yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS dan Bapak Mahmudi Siwi, SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat sekaligus teman seperjuangan Hafid Kurniawan, Rizki Nur Fadila, Ami Kusuma Handayani, Pingkan Citra Amalia, Novia Annisa Putri, Mutiara Irfarinda, Siti Nadhira, Cynda Adissa Lianita, Futri Amelia, Lingga Detia Ananda dan Wenny Dwiharyenti yang telah memberi semangat dan dukungan penuhnya. Tidak lupa juga kepada seluruh teman-teman seperjuangan SKPM Angkatan 48 juga keluarga besar SKPM IPB yang nama-namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu sebagai teman berdiskusi, saling bertukar pikiran, membantu dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi pustaka ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2015 Gina Nefstia Shabrina NIM. I34110097 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang.................................................................................................. Tujuan............................................................................................................... Metode Penelitian............................................................................................. RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Jurnal Evaluasi Program Corporate Social Responsibility dan Community Development pada Industri Tambang dan Migas (Dody Prayogo 2011) ……………………………..……………………........ 2. Jurnal ‘Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Perusahaan ; Studi Kasus PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende’ (Supriadinata dan Goestaman 2013)………....……….... 3. Jurnal ‘Keberhasilan Kegiatan Corporate Social Responsibility Melalui Pengungkapan dan Audit Corporate Social Responsibility’ (Fadilah 2009)……............................................................................... 4. Jurnal ‘Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat’ (Prayogo dan Hilarius 2012)................................................................. 5. Jurnal ‘Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (PERSERO) Lampung; Suatu Evaluasi atas Program’ (Yulianti 2012)...................................................................................................... 6. Jurnal ‘Program Corporate Social Responsibility (CSR) Berbasis Pemberdayaan’ (Irawan 2013).............................................................. 7. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability (Solihin 2009)....................................................................................... 8. Jurnal ‘Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktik di Indonesia’ (Anatan 2008)..................................................... 9. Jurnal ‘Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat’ (Mapisangka 2009)........................................................... 10. Jurnal ‘Implementasi Corporate Social Responsibility dan Implikasinya dalam Perspektif Teori Stakeholder; Studi pada Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah’ (Rahardja et al. 2011)................................................................................................. 11. Jurnal ‘Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Perdesaan’ (Rosyida dan Nasdian 2011)....................................................................................... 12. Jurnal ‘Penguatan Kelembagaan Sosial Ekomoni Masyarakat Sebagai Modal Sosial Pembangunan’ (Daryanto 2004)....................... 13. Jurnal ‘Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan’ (Inayah 2012).... viii ix 1 2 2 3 6 8 11 14 16 19 22 25 28 31 34 37 viii RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Corporate Social Responsibility........................................................................ Implementasi Corporate Social Responsibility................................................. Efektivitas Corporate Social Responsibility..................................................... Modal Sosial..................................................................................................... 41 43 45 46 SIMPULAN Kerangka............................................................................................................. 49 Pertanyaan Penelitian......................................................................................... 51 DAFTAR TABEL Tabel 1. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1................................................................................................. 5 Tabel 2. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2................................................................................................. 8 Tabel 3. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3................................................................................................. 10 Tabel 4. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4................................................................................................. 12 Tabel 5. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5................................................................................................. 15 Tabel 6. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6................................................................................................. 18 Tabel 7. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7................................................................................................. 21 Tabel 8. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8................................................................................................. 24 Tabel 9. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9................................................................................................. 27 Tabel 10. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10............................................................................................... 30` Tabel 11. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 11............................................................................................... 33 Tabel 12. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 12............................................................................................... 36 Tabel 13. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 13........................................................................................... 39 Tabel 14.Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial........................ 42 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1........................................................ Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2........................................................ Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pustaka 3........................................................ Gambar 4. Kerangka Pemikiran Pustaka 4........................................................ Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5........................................................ Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6........................................................ Gambar 7. Kerangka Pemikiran Pustaka 7........................................................ Gambar 8. Kerangka Pemikiran Pustaka 8........................................................ Gambar 9. Kerangka Pemikiran Pustaka 9........................................................ Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10.................................................... Gambar 11. Kerangka Pemikiran Pustaka 11.................................................... Gambar 12. Kerangka Pemikiran Pustaka 12.................................................... Gambar 13. Kerangka Pemikiran Pustaka 13.................................................... Gambar 14. Kerangka Pemikiran...................................................................... 5 8 10 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 50 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia usaha mungkin jauh lebih dinamis dan memiliki tantangan yang lebih kompleks serta kecepatan perubahan yang sangat tinggi. Namun hasil dan dampaknya dapat dirasakan secara lebih nyata dan cepat di masyarakat. Dampak yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan tidak selamanya baik. Ada pula dampak buruk yang ditimbulkan terhadap masyarakat akibat usaha yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan hendaknya melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) yang sejalan dengan dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat dan tidak hanya menjalankan visi yang berkaitan dengan urusan keuangan saja. Pada kenyataannya masih banyak diantara perusahaan-perusahaan yang mengabaikan isu-isu seperti kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar perusahaan. Dari permasalahan tersebut pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Peraturan tersebut mengharuskan tiap perusahaan melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya1. Hal ini sama dengan berkontribusi terhadap masyarakat yang dikenal dengan sebutan CSR. CSR menurut ISO 26000 adalah bentuk tanggung jawab organisasi terhadap dampak dari keputusan dan aktivitas organisasi terhadap masyarakat serta lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis yang memberikan kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; turut mempertimbangkan harapan dari pemangku kepentingan; sejalan dengan hukum yang berlaku dan sesuai dengan norma-norma universal; dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktikkan dalam hubungan-hubungannya2. Aturan ini sebagai standar pentingnya perusahaan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. CSR menjalankan kegiatan yang menitikberatkan pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan seperti mengacu pada konsep Triple Bottom Line (People, Profit, Planet). Setiap perusahaan tidak bisa hanya mengeruk laba sebanyak-banyaknya namun juga tetap memperhitungkan dampak operasi perusahaan terhadap masyarakat, karena itu dibutuhkannya keseimbangan diantara kinerja finansial dan kinerja sosial. Konsep diatas menunjukkan adanya hubungan yang erat antara perusahaan dan masyarakat, sehingga perusahaan harus memiliki modal sosial yang kuat. Modal sosial adalah suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasiasosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan3. Dari definisi tersebut menggambarkan hubungan modal sosial dan perilaku masyarakat dengan sesamanya dilihat dari hubungan timbal balik dan solidaritasnya. Modal sosial merupakan faktor pendukung yang dapat mempermudah membangun masyarakat. Peran modal sosial 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 Butir 3 Rachman, NM, et al. 2011. Panduan Lengkap Perencanaan CSR. Jakarta : Penebar Swadaya. 3 Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Bogor : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2 2 sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Hal ini berkaitan dengan timbulnya unsur (trust) didalam modal sosial untuk mendukung keberlanjutan program CSR. Penerapan atau implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam masyarakat/komunitas tidak selalu berjalan dengan baik dan mulus. Maka dari itu setiap perusahaan harus memiliki indikator keberhasilan program CSR. Indikator ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui keberhasilan pelaksanaan CSR secara organisasi atau institusi serta individu pelaku CSR tersebut. Tanpa adanya indikator, pelaku CSR tidak akan termotivasi karena tidak tahu manfaat dari pelaksanaan programnya. Keberhasilan program dapat diukur dengan indikator efektivitas program. Efektivitas program CSR bermanfaat bagi perusahaan program CSR dalam meningkatkan brand image perusahaan, selanjutnya dapat meningkatkan profit bagi masyarakat melalui program CSR diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan, dan bagi pemerintah melalui program CSR dapat meminimalisir bahkan menyelesaikan masalah sosial yang ada. Sehingga ketercapaian program CSR ini sangat berkaitan dengan perilaku dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Sehubungan dengan ini perlu dikaji lebih mengenai hubungan modal sosial terhadap efektivitas program CSR. Tujuan Penulisan Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan dalam masyarakat/komunitas diharapkan tetap berkelanjutan, dengan itu dalam implementasi program CSR haruslah memiliki indikator keberhasilan agar dapat mengevaluasi program. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk mengkaji konsep CSR. Selanjutnya tercapainya program CSR yang efektif dapat didorong dengan beberapa faktor pendukung, salah satu faktor pendukung yaitu modal sosial. Dalam hal ini bagaimana modal sosial yang dimiliki masyarakat sekitar perusahaan. Dan juga keterkaitan modal sosial terhadap efektivitas program CSR. Metode Penulisan Penulisan laporan studi pustaka ini dilakukan melalui pengumpulan data sekunder (studi literatur) dari berbagai tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah yang dimaksud antara lain jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian, hasil seminar yang diterbitkan dalam prosiding, dan dokumen resmi lainnya serta tulisan atau artikel dalam media dan buku-buku yang membahas atau mempublikasikan masalah-masalah terkait. Pengajian pustaka dilakukan melalui proses membaca, meringkas, dan mengkritisi setiap judul pustaka yang relevan dengan topik kajian untuk kemudian dianalisis dengan teori-teori yang relevan dan disusun menjadi sebuah tulisan yang utuh 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul : Evaluasi Program Corporate Social Responsibility dan Community Development pada Industri Tambang dan Migas Tahun : 2011 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Dody Prayogo Nama Editor : Judul Jurnal : Jurnal Sosial Humaniora Volume (Edisi): hal : Vol. 15 No.1 Alamat URL/doi : http://journal.ui.ac.id/humanities/article/view/893/852 Tanggal diunduh : 1 Oktober 2014 Kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan kegiatan wajib untuk semua korporasi setelah disahkannya UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Tinjauan Kinerja CSR tidak bisa dilihat dari baik buruknya relasi korporasi pemangku kepentingan saja, namun dapat terlihat dari komitmen, kebijakan dan tindakan korporasi terhadap pemangku kepentingan mereka atau terhadap komunitas terdekat (Carrol 1999; Stone 2001). Secara teknis, evaluasi atas kinerja program yang telah diimplementasikan merupakan sebuah keharusan manajemen guna melihat seberapa tepat tujuan yang akan dicapai dan seberapa besar capaian yang telah dihasilkan sebagai luaran ataupun hasil dari program (Buchholtz, Allen, & Matthew 1999, Murray, 2004; Warhurst, 2001). Secara bisnis, hasil evaluasi program dapat digunakan sebagai salah satu sajian obyektif tentang social performance korporasi, yang kemudian menjadi sangat bermanfaat untuk meningkatkan corporate image dan bahan pertimbangan bagi calon investor dalam menanamkan modalnya (Orlitzky & John, 2001). Secara sosial, kinerja program CSR dan CD pada gilirannya dapat menentukan seberapa besar social legitimacy (penerimaan sosial) para pemangku kepentingan, utamanya komunitas sekitar, atas komitmen, kehadiran dan tindakan korporasi secara umum (Prayogo, 2008c). Metode dalam melakukan evaluasi program CSR dan CD dari hasil pengalaman langsung dari sejumlah evaluasi. Secara lebih fokus evaluasi program ditujukan untuk memenuhi pertimbangan “sosial” dan “bisnis” tersebut, yakni relasi dengan pemangku kepentingan dan citra korporasi, sementara pertimbangan “teknis” atau manajemen hanya melengkapi dua pertimbangan sebelumnya. Dengan melaksanakan program CSR dan CD secara baik, maka resiko bisnis atas tekanan dari pemangku kepentingan sosial terhadap korporasi akan semakin rendah. Oleh sebab itu, untuk memastikan korporasi telah melaksanakan program CSR dan CD secara baik diperlukan evaluasi terhadap program tersebut. Evaluasi Program. Garis besar metode kerja dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pertama, melakukan formulasi disain evaluasi termasuk menetapkan variabel, indikator dan ukuran serta metode pengumpulan dan analisis data. Kedua, melakukan penelitian lapangan dengan sebelumnya membuat rencana kerja, menetapkan sampel, informan, objek observasi dan data sekunder. Ketiga, memproses, menyeleksi dan 4 merapikan data, baik data kuantitatif maupun kualitatif. Pada bagian ini juga dilakukan analisis data dan penulisan laporan. Langkah kerja seperti ini sangat umum dilakukan dalam penelitian lapangan. Namun perbedaannya, substansi dan metode dalam evaluasi dirancang secara khusus untuk memberikan penilaian “baik-buruk” atau “berhasil-gagal” berkenaan dengan keadaan atau capaian kerja program. Oleh sebab itu, dalam proses penilaian ini sangat ditekankan pentingnya etika dan pendekatan yang terandalkan agar hasil evaluasi benar. Bentuk Evaluasi. Berkaitan dengan konsep evaluasi, dapat dibedakan tiga bentuk evaluasi, yakni formative evaluation, summative evaluation, dan empowerment evaluation (Dale, 2004). Perbedaan pendekatan program dipengaruhi oleh perspektif dan pendekatan, kepentingan serta tujuan yang hendak dicapai, maka evaluasi atas keberhasilan program harus merujuk pada aspek tersebut. Tingkat keberhasilan program menurut perspektif locality development, misalnya, akan berbeda dengan perpektif social action dan social planning (Botes and Rensburg, 2000; Gunn & Hazel, 1991). Karena tujuan program menurut perpektif locality development adalah melakukan pembangunan dengan meningkatkan kemandirian, maka ukuran keberhasilannya adalah derajat ”independency” komunitas atau masyarakat terhadap bantuan dan intervensi luar. Sementara menurut perpektif social action, tujuan program CSR dan CD adalah membuat perubahan sosial, meningkatkan posisi tawar komunitas atau masyarakat terhadap institusi lain sehingga pengukuran keberhasilan program akan ditekankan pada tingkat ”pemberdayaan” yang dicapai oleh komunitas bersangkutan. Menurut pendekatan ini bentuk evaluasi yang kerap digunakan adalah bentuk evaluasi pemberdayaan dengan melihat bagaimana capacity building komunitas dalam melakukan pembangunan atau bahkan gerakan sosial secara mandiri. Pada pendekatan social planning, tujuan utama yang hendak dicapai adalah memecahkan masalah tertentu dalam masyarakat, seperti masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan atau sejenisnya. Untuk tujuan itu maka keberhasilan program dilihat dari seberapa jauh derajat pemecahan masalah dimaksud dapat tercapai, sehingga bentuk evaluasi yang relevan digunakan adalah bentuk evaluasi formatif dan sumatif. Karena pendekatan program CSR dan CD lebih mengacu pada social planning, maka bentuk evaluasi program yang banyak dilakukan adalah bentuk formatif dan sumatif. Tujuan dan indikator keberhasilan program harusnya tertera dalam dokumen perencanaan, namun sebagian besar program CSR dan CD tidak mencantumkan indikator keberhasilan, bahkan banyak korporasi tidak memiliki dokumen perencanaan CSR dan CD. Jika hal ini yang terjadi maka sebelum melakukan evaluasi terlebih dahulu harus dikembangkan indikator dan ukuran. Secara struktural, evaluasi keberhasilan program secara keseluruhan dapat dipilah dalam tingkatan prosesnya, yakni dari tujuan langsung yang nyata (outcome) hingga ke tingkat yang lebih tidak langsung seperti dampak (impact). Dengan kerangka ini dapat dievaluasi keadaan mulai dari tingkat intended objectives hingga ke tingkat development objectives. Pada tingkat intended (capaian), evaluasi dilakukan terhadap output atau keluaran program secara langsung, apakah keluaran sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Etika Evaluasi. Terdapat beberapa prinsip penting yang perlu ditegaskan, yakni objektivitas (berdasar kenyataan) dan netralitas (tidak berpihak). Untuk mencapai objektivitas dan netralitas diperlukan integritas dari aktor pelaksana evaluasi (evaluator). Setidaknya dapat dipetakan tiga dimensi substansi penting dalam evaluasi program CSR dan CD, yakni: 1) program CSR dan CD terkait dengan variabel yang hendak dinilai; 5 2) pemetaan tipologi desa dan komunitas dikaitkan dengan program CSR dan CD; dan 3) pemetaan potensi desa dan komunitas untuk pengembangan program yang relevan. ANALISIS Dalam mengevaluasi program dapat digunakan tiga bentuk evaluasi dan perlu diketahui etika-etika evaluasi. Baiknya evaluasi dapat menguntungkan perusahaan karena dianggap memiliki kinerja yang baik juga. Kegiatan CSR akan bermanfaat bagi perusahaan karena dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan investor terhadap perusahaan (corporate image) sehingga membawa keuntungan dalam segi finansial. Tidak hanya segi finansial namun juga sosial karena melibatkan stakeholder komunitas sekitar untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Perspektif locality development Perpektif social action Keberhasilan Program Pendekatan social planning Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1 Tabel 1. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Perspektif - Melakukan pembangunan Tujuan program menurut perpektif locality - Meningkatkan kemandirian locality development adalah development melakukan pembangunan dengan meningkatkan kemandirian, maka ukuran keberhasilannya adalah derajat ”independency” komunitas atau masyarakat terhadap bantuan dan intervensi luar. Perpektif social - Perubahan sosial Tujuan program CSR dan CD action - Pemberdayaan adalah membuat perubahan sosial, meningkatkan posisi tawar komunitas atau masyarakat terhadap institusi lain sehingga pengukuran keberhasilan program akan ditekankan pada tingkat ”pemberdayaan” yang dicapai oleh komunitas bersangkutan. Menurut pendekatan ini bentuk evaluasi yang kerap digunakan adalah bentuk evaluasi pemberdayaan 6 Variabel Sub Variabel Pendekatan social planning - Pemecahan masalah Keberhasilan program - Outcome - Impact 2. Judul Fakta Pendukung dengan melihat bagaimana capacity building komunitas dalam melakukan pembangunan atau bahkan gerakan sosial secara mandiri. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah memecahkan masalah tertentu dalam masyarakat, seperti masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan atau sejenisnya. Untuk tujuan itu maka keberhasilan program dilihat dari seberapa jauh derajat pemecahan masalah dimaksud dapat tercapai, sehingga bentuk evaluasi yang relevan digunakan adalah bentuk evaluasi formatif dan sumatif. Karena pendekatan program CSR dan CD lebih mengacu pada social planning, maka bentuk evaluasi program yang banyak dilakukan adalah bentuk formatif dan sumatif. Keberhasilan program secara keseluruhan dapat dipilah dalam tingkatan prosesnya, yakni dari tujuan langsung yang nyata (outcome) hingga ke tingkat yang lebih tidak langsung seperti dampak (impact). : Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Persahaan ; Studi Kasus PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Wahyu Supriadinata dan Imanuel Goestaman Nama Editor : Judul Jurnal : Jurnal Ilmiah Volume (Edisi): hal : Vol. 2 No.1 Alamat URL/doi : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=1193 37&val=5455 Tanggal diunduh : 4 Oktober 2014 7 Konsep Triple Bottom Line (3P) People, Planet, Profit mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholder daripada kepentingan shareholder. Industri pertambangan adalah pendatang devisa untuk pemerintah yang kerap dikaitkan dengan citra buruk lingkungan. CSR dimanfaatkan untuk memperluas dampak postif hasil industri terhadap masyarakat. CSR juga digunakan sebagai alat memperbaiki citra dan mengurangi risiko atas tekanan publik akibat dampak yang timbul (the Econimist 2008). Penelitian ini mengumpulkan data langsung dari sumber dan wawancara dengan Operation Head (OH) TBBM Depot Ende CID Pertamina mencakup empat inisiatif pemberdayaan sebagai bentuk program CSRnya yaitu : peningkatan kualitas pendidikan berupa beasiswa, pemberdayaan kesehatan, peningkatan kualitas lingkungan hidup seperti penanaman pohon Cacao, pemberdayaan masyarakat dan program khusus. Dalam penelitian, penilaian efektivitas program CSR dibagi menjadi penilaian efektivity, relevance, sustainabilty, impact, empowerment, dan participation. Penulis memiliki pilar inisiatif dan serangkaian kegiatan untuk memenuhi indikator kinerja CSR (GRI). Efektivitas program sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan masalah lingkungan sosial. Sedangkan, program yang tidak berkelanjutan menjadikan kurang memberikan pemberdayaan bagi masyarakat sehingga program dianggap kurang efektif. Penulisi menemukan beberapa masalah yang menjadikan program CSR kurang efektif dalam pelaksanaannya dengan memberikan rekomendasi sesuai dengan permasalahan tersebut. Masalah dalam pelaksanaannya yaitu : jangka waktu keberlanjutan pelaksanaan program CSR, kurangnya pemahaman penerima bantuan, tidak adanya alat pengukuran tercapainya program CSR oleh TBBM Depot Ende, tidak adanya pelaporan yang jelas mengenai hasil atas pelaksanaan program. Rekomendasi yang disarankan yaitu: dibuatnya program yang secara keberlanjutan, adanya pendampingan dan pelatihan secara menyeluruh, diterapkannya sebuah pengukuran yang dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan kinerja program CSR yang dapat dibandingkan dengan TBBM lainnya untuk pencapaiannya, pelaporan yang jelas dan merinci mengenai pelaksanaan, perkembangan program dapat dijadikan sebagai tolok ukur dan evaluasi sehingga program selanjutnya menjadi lebih baik. ANALISIS Efektivitas program CSR menggunakan 6 Aspek yaitu efektivity, relevance, sutainabilty, impact, empowerment, dan participation. Dimana penilaian efektivitas program melalui aspek ini sudah sangat popular dibeberapa jurnal. Ada lima program yang telah dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat, pada tahap evaluasi program, ada beberapa program yang tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan dari perencanaan program yang kurang matang, kurang pasrtisapasi dan modal sosial dalam implementasi program CSR. Pemaparan masalah dan rekomendasi yang diberikan sangat bermanfaat untuk pembelajaran dan evaluasi dalam kegiatan CSR selanjutnya. 8 Efektivitas CSR Keberlanjutan program Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2 Tabel 2. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Efektivitas CSR efektivity, relevance, Secara keselurahan program yang sutainabilty, impact, yang memenuhi efektivitas serta empowerment, dan kesesuaian dalam penyelesaian participation. masalah sosial lingkungan adalah pada program Sehati Pertamina dan Pengembangan Hubungan dan Peningkatan Kepercayaan. Keberlanjutan Dampak positif lingkungan Efektivitas program sesuai dengan program kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan masalah lingkungan sosial. Sedangkan, program yang tidak berkelanjutan menjadikan kurang memberikan pemberdayaan bagi masyarakat sehingga program dianggap kurang efektif. 3. Judul : Keberhasilan Kegiatan Corporate Social Responsibility Melalui Pengungkapan dan Audit Corporate Social Responsibility Tahun : 2009 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Sri Fadilah Nama Editor : Judul Jurnal : Jurnal Telaah dan Riset Akuhtansi Volume (Edisi): hal : Vol. 2 No. 2 Alamat URL/doi : http://jurnal.unsyiah.ac.id/TRA/article/download/319/304 Tanggal diunduh : 1 Oktober 2014 CSR dipersepsikan sebagai kegiatan donasi yang dilakukan oleh perusahaan (corporate philanthropy), sedangkan secara luas CSR pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme pengintegrasian isu sosial dan isu lingkungan ke dalam operasi perusahaan dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Dalam pengertian tersebut, CSR dianggap sebagai kerangka strategis baru untuk 9 meningkatkan daya saing dan mencapai bisnis berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan survey untuk mengetahui beberapa negara yang menerbitkan pelaporan keberlanjutan secar rutin setiap tahun. Perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar (core value) yang ditanamkan secara mengakar dalam perusahaan yaitu (1) ketangguhan ekonomi, (2) tanggung jawab lingkungan dan (3) akuntabilitas sosial. Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan (sustainability report). Dalam prakteknya, ada yang menggunakan nama lain untuk laporan jenis ini, misalnya laporan CSR (CSR report), laporan sosial (social report), laporan lingkungan (environment report) atau laporan sosial dan lingkungan (social and environment report). Laporan CSR atau laporan berkelanjutan pada hakikatnya memuat tiga aspek pokok yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Oleh sebab itu, laporan ini disebut juga “triple bottom line reporting” atau “three in one reporting”. Peraturan mengenai CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan CSR (Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal CSR bagi perusahaan. Peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tata cara pelaksanaan CSR. Audit CSR memberi gambaran mengenai framework audit terhadap program CSR. Aspek-aspek dalam tabel tersebut dikembangkan berdasarkan definisi CSR yang telah dirumuskan , yakni sebagai: Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan professional. Lebih jauh dengan adanya audit CSR, diharapkan bahwa kegiatan CSR tidak cukup untuk diungkapkan dalam laporan berkelanjutan tetapi juga diaudit untuk memperoleh keyakinan bahwa kegiatan CSR yang telah dijalankan telah sesuai dengan apa yang seharusnya. ANALISIS Dalam meningkatkan efektivitas CSR dibutuhkan implementasi yang baik dan juga pelaporan CSR yang baik. Aspek-aspek audit CSR yang telah dipaparkan dalam bacaan menggambarkan kerja CSR. Dari keempat aspek tersebut yaitu pertanyaan dasar, kriteria yang baik dan sumber data/responen sebagai indikator penilaian audit CSR. Implementasi CSR yang baik dapat meningkatkan motivasi bagi perusahaan. Keberlanjutan program yang diharapkan dalam setiap perencanaan kegiatan dapat dilihat dari pelaporan yang ditebitkan perusahaan secara rutin. 10 Laporan Berkelanjutan Keberhasilan CSR Audit CSR Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pustaka 3 Tabel 3. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Laporan Laporan CSR (CSR report), Laporan ini juga mengungkapkan Berkelanjutan laporan sosial (social report), profil ringkas perusahaan, laporan lingkungan parameter yang digunakan dalam (environment report) atau laporan, tata kelola dan komitmenlaporan sosial dan lingkungan komitmen serta tata hubungan (social and environment report) dengan stakeholders. Pengukuran kinerja CSR dilakukan dengan menggunakan berbagai indikator yang dikelompokkan dalam tiga aspek kunci berkelanjutan (ekonomi, lingkungan dan sosial). Audit CSR - Profit (keuntungan) Audit CSR pada prinsipnya adalah - People (pembangunan kegiatan yang mengaudit kegiatan manusia) CSR dan pelaporannya. Artinya - Planet (lingkungan) bahwa kegiatan audit CSR harus - Prosedur yang tepat dan didasarkan pula pada prinsipprofessional prinsip pelaporan CSR. Keberhasilan CSR Lebih jauh dengan adanya audit CSR, diharapkan bahwa kegiatan CSR tidak cukup untuk diungkapkan dalam laporan berkelanjutan tetapi juga diaudit untuk memperoleh keyakinan bahwa kegiatan CSR yang telah dijalankan telah sesuai dengan apa yang seharusnya, informasi tersebut dalam jangka panjang tidak sekedar akan menaikan citra perusahaan tetapi lebih jauh nilai perusahaan akan meningkat 11 4. Judul : Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat Tahun : 2012 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Dody Prayogo dan Yosef Hilarius Nama Editor : Judul Jurnal : Jurnal Sosiologi Volume (Edisi): hal : Vol. 17 No. 1 Alamat URL/doi : http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2 012.pdf Tanggal diunduh : 4 Oktober 2014 Penulis menjelaskan bahwa korporasi memiliki tanggung jawab sosial selain tanggung jawab bisnis dan legal. Berdasarkan hal tersebut, dikembangkan bersamaan dengan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dan community development (CD) dalam keterlibatan langsung sektor bisnis upaya penghentasan kemiskinan. Di Indonesia secara khusus, telah disahkan UU 40/2007 pasal 74—yang menegaskan keharusan korporasi (swasta) untuk melaksanakan program CSR. Tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan dapat berbeda-beda bergantung pada jenis program yang dilaksanakan. Demikian juga metode pengelolaan program yang lebih partisipatif akan lebih memengaruhi tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan. Teknik survei yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas atau sejauh mana program CSR/CD dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. UU sudah mewajibkan korporasi untuk melaksanakan program CSR (UU No. 40/2007), maka kegiatan CSR merupakan “mandatory” untuk dilaksanakan. Korporasi terbatas hanya kepada kelompok tertentu (beneficiaries) dalam komunitas. Hal ini membuat tingkat keberhasilan akan sulit menggunakan indikator makro, maka peran korporasi harus dilihat dalam indikator mikro, yakni melihat dalam proses program pengentasan kemiskinan itu sendiri. Kegiatan CSR/CD adalah tetap sebuah kewajiban, bukan sebagai kedermawanan (philanthropy) sosial. Harus dibedakan dan ditegaskan perbedaan antara “responsibility” yang bersifat “kewajiban” dan “philanthropy” yang bersifat “sukarela” (Prayogo, 2011). Pada implementasi program CSR/CD variabel yang digunakan untuk menggambarkan dan mengukur tingkat keberhasilan program adalah : efectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima (beneficiaries) berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya, relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal, sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen, impact dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan, empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun 12 organisasi/manajemen, participation dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan. Hasil studi ini menemukan prinsip bottom-up dan participatory harus dijadikan acuan utama dalam penetapan program, bentuk kegiatan, serta mekanisme pelaksanannya. Formulasi prosedur untuk pengembangan program CSR perlu dibuat dengan menekankan prinsip bottom-up dan participatory. Namun, yang juga harus diperhatikan adalah perbedaan antara what beneficiaries want dengan what they needs. Dengan mampu membedakan dua hal tersebut aspek kesesuaian dapat mencapai tingkat tertinggi. Mengenai keberlanjutan program dan kemandirian komunitas dan kelompok penerima perlu dilakukan pada sebelum atau saat bersamaan program diimplementasikan. Dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas komunitas dan kelompok pemanfaat akan mengurangi ketergantungan masyarakat kepada korporasi dalam upaya pengentasan kemiskinan. ANALISIS Dari jurnal membahas efektivitas program CSR dalam mengentaskan kemiskinan. Enam aspek ini (kesesuaian, manfaat, keberlanjutan, dampak, pemberdayaan, dan partisipasi) merupakan indikator dalam mengukur efektivitas program CSR. Dalam program CSR yang akan dilaksanakan (pengentasan kemiskinan) indikator yang digunakan tidaklah indikator makro seperti indeks kemiskinan. Namun gunakan tingkat keberhasilannya menggunakan indikator mikro yang sudah ditelaah sesuai dengan lingkungan kegiatan CSR. Implementasi CSR Efektivitas CSR Kesejahteraan Gambar 4. Kerangka Pemikiran Pustaka 4 Tabel 4. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Implementasi CSR Mengenai keberlanjutan program dan kemandirian komunitas dan kelompok penerima perlu dilakukan pada sebelum atau saat bersamaan program diimplementasikan. 13 Variabel Efektivitas CSR Sub Variabel Kesesuaian, manfaat, keberlanjutan, dampak, pemberdayaan, dan partisipasi Fakta Pendukung Pengukuran efektivitas CSR/CD terhadap pengurangan kemiskinan dapat dilihat melalui indeksasi terhadap program yang sudah dilaksanakan korporasi tersebut kepada pemanfaat dan juga penilaian oleh pihak ketiga (penulis). Dari sana, maka dapat dilihat sejauhmana korporasi tersebut turut berperan serta mengentaskan kemiskinan di lingkungan sekitarnya. Kesejahteraan Ekonomi, kesehatan, pendidikan, serta pelayanan publik lainnya. Pokok pentingnya adalah pengukuran keberhasilan pengentasan kemiskinan tidak dapat merujuk ke indikator makro karena peran korporasi terbatas hanya kepada kelompok tertentu (beneficiaries) dalam komunitas, misalnya komunitas penerima program yang secara geografis terdekat dengan keberadaan korporasi, dan kelompok yang paling rentan terhadap kondisi kemiskinan. Harus dibatasi di sini bahwa jika secara makro indeks kemiskinan dan indeks pembangunan melihat perubahan keadaan kemiskinan/kesejahteraan antara sebelum dan sesudah program. 14 5. Judul : Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (PERSERO) Lampung (Suatu Evaluasi atas Program CSR) Tahun : 2012 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Devi Yulianti Nama Editor : Judul Jurnal : Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan Volume (Edisi): hal : Vol. 3 No. 1 Alamat URL/doi : http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/ 112-353-1-PB Tanggal diunduh : 8 Oktober 2014 Aktivitas CSR yang timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. Pemerintah mengharuskan perusahaan-perusahaan berpartisipasi dalam kegiatan tanggung jawab sosial dan dibuatlah suatu peraturan perundangan tentang hal ini, antara lain dalam UndangUndang No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal dan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal, pada pasal 15 menyebutkan bahwa setiap penanam modal berkewajiban: a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada badan koordinasi penanaman modal, d. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. PTPN VII (Persero) memiliki komitmen tanggung jawab sosial perusahaan melalui pembentukan program PTPN 7 Peduli, serta membuat strategi dalam hal pelaksanaanya. Menurut Paul (1982:103-104) bahwa dalam pelaksanaan program yang harus diperhatkan agar program berhasil, yaitu variabel lingkungan, variabel strategi, variabel struktural dan variabel proses. Suatu program yang telah dibuat dan dijalankan tentunya perlu untuk dievaluasi yang nantinya memberikan pengetahuan yang relevan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan atau program yang diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan. Kriteria evaluasi atau penilaian sendiri bermacam-macam. Menurut Dunn (2003:610), bahwa kriteria-kriteria evaluasi untuk menilai hasil kebijakan itu, antara lain : efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Dalam penelitian ini, penulis memutuskan untuk menggunakan kriteria evaluasi yang memberikan penilaian efektivitas. Kajian evaluasi program diperlukan dengan tujuan untuk menilai seberapa besar berbagai program sosial dapat meningkatkan kesejahteraan, bagaimana program sosial berlangsung dan bagaimana program dapat menjadi lebih efektif seperti yang dikemukakan oleh Sadish (1991:18). Evaluasi program juga menurut Mark (2000:15) dapat membantu menjelaskan tentang kebijakan dan program dengan mengadakan penyelidikan yang sistematis yang menggambarkan dan menjelaskan tentang operasi program, efek program, justifikasi program dan implikasi sosial. Evaluasi program juga menurut Patton yang dikutip oleh Shaw (2006:6), yaitu pengumpulan informasi secara sistematis tentang kegiatan-kegiatan, karakteristik dan outcomes untuk menilai program, peningkatan 15 efektivitas program. dan atau menginfromasikan keputusan tentang program mendatang. Sedangkan menurut Dunn (2003:608), istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk kepada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektivitasnya. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, bahwa evaluasi program adalah suatu kegiatan mengukur untuk mengetahui seberapa besar suatu program sosial meningkatkan kesejahteraan rakyat (efek program), bagaimana program sosial berlangsung (operasional program) dan bagaimana agar program dapat berjalan lebih efektif. Dari hasil akhir evaluasi akan didapat kesimpulan apakah program nantinya dapat berjalan lebih efektif karena efektivitas menurut Hadayaningrat (1995:16) merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pendapat lainnya mengenai efektivitas yaitu menurut Susanto (1975:156), efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi. Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang. Menurut Barnard (Nurudin, 2007:25), pengertian efektif adan efisien dikaitkan dengan sistem kerja sama seperti dalam organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan, yaitu Efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Sementara efisiensi dalam hubungan kerjasama suatu sistem merupakan hasil gabungan efisiensi dari upaya yang dipilih masing-masing individu. Perencanaan kegiatan CSR dan pelaksanaan program penting di evaluasi secara konsisten untuk mengukur efektivitas penerapan CSR. ANALISIS Kriteria evaluasi untuk penilaian efektivitas program yaitu : efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Terdapat faktor pendukung keberhasilan program antara lain peraturan pemerintah terkait CSR, unit khusus menangani CSR, tokoh masyarakat dalam pelaksanaan, dan pemberi bantuan. Faktor pendukung ini menjelaskan adanya keterkaitan implementasi CSR dengan modal sosial yang harus dimiliki perusahaan sebagai katalisator keberhasilan program CSR. Perlunya penilaian efektivitas sangatlah pendting untuk menilai suatu program hanya sekedar bermanfaat bagi masyarakat, berkelanjutan atau dapat membuat masyarakat mandiri. Implementasi CSR Efektivitas CSR Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5 Tabel 5. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Implementasi CSR Monitoring dan evaluasi Implementasi program harus senantiasa dievaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut telah 16 Variabel Efektivitas CSR Sub Variabel Efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Fakta Pendukung berhasil mencapai tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Penulis memutuskan untuk menggunakan kriteria evaluasi ini yang memberikan penilaian efektivitas. 6. Judul : Program Corporate Social Responsibility (CSR) Berbasis Pemberdayaan Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Enjang Pera Irawan Nama Editor : Judul Jurnal : Jurnal UNPAD Volume (Edisi): hal : Alamat URL/doi : http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/pustaka_unpad_program_corpora te_social_responsibility.pdf Tanggal diunduh : 1 Oktober 2014 Progam Corporate Social Responsibility (CSR) Kawasan Sehat Mandiri Konsep Biomethagreen yang dilaksanakan PT. PLN (Persero) DJBB berbasis pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masayarakat dalam mengatasi, mengelola, dan memanfaatkan sampah menjadi energi alternatif. Progam ini berpijak pada prinsip triple bottom line yaitu menyentuh aspek alam, manusia dan profit. CSR dapat dilakukan lebih dari charity, seperti menciptakan program yang berbasis pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. John Elkington memandang bahwa inti dari CSR yaitu pembangunan berkelanjutan, yang digambarkan sebagai triple bottom line sebagai pertemuan tiga pilar pembangunan yaitu “orang, planet, dan keuntungan” yang merupakan tujuan pembangunan (Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011:11-12). Michael E. Porter (Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011:85-86) yang menyatakan ada empat motif yang menjadi dasar manajemen melakukan CSR, yaitu sebagai berikut: kewajiban moral, keberlanjutan, izin operasi dan reputasi. Pada konsep ini yang mendasari motif program CSR di PT. PLN (Persero). Ada enam manfaat program CSR bagi perusahaan (Susanto, 2009:14-15) yakni sebagai berikut: (1) mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakukan tidak pantas yang diterima perusahaan, (2) pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis, (3) keterlibatan dan kebanggaan karyawan, (4) mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholder-nya, (5) meningkatkan penjualan, (6) inisiatif-inisiatif lainnya, seperti inisiatif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya. 17 Implementasi program CSR terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Program CSR yang dilaksanakan PT. PLN (Persero) DJBB melalui tahap perencanaan yang meliputi: menyesuaikan program dengan visi misi perusahaan, menetapkan tujuan, target, menyesuaikan dengan kebijakan pimpinan, menetapkan strategi, menetapkan struktur organisasi pelaksana, merancang program, menyiapkan SDM, pemetaan wilayah, alokasi dana, merencanakan strategi implementasi dan merencanakan kegiatan evaluasi. Pada tahap implementasi bekerja sama melibatkan stakeholder dan pemerintah untuk mendorong keberhasilan program menjadi lebih cepat. Pada tahap evaluasi dan pelaporan merupakan bagian dari upaya perbaikan program CSR di masa depan. Hadi (2011:123-148) yang menyatakan evaluasi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan: evaluasi pelaksanaan CSR dilakukan untuk: 1) memperoleh masukan guna perencanaan program kegiatan, 2) memperoleh berbagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan layak atau tidak layaknya program CSR dilanjutkan, 3) memperoleh masukan perbaikan program, 4) memperoleh masukan tentang hambatan program yang sedang dilaksanakan, 5) memperoleh masukan untuk perbaikan, dan 6) memperoleh rekomendasi dan pelaporan terhadap penyandang dana. Setiap perusahaan/institusi memiliki indikator keberhasilan program CSR sesuai keinginannya. PT. PLN (Persero) DJBB memiliki dua indikator keberhasilan yaitu indikator internal dan indikator eksternal. Kriteria yang harus terpenuhi pada indikator internal yaitu: 1) meningkatnya keharmonisan dan menurunkan potensi konflik dengan masyarakat, 2) meningkatnya kepedulian masyarakat dalam menjaga aset-aset perusahaan sehingga tetap terpelihara, 3) aktivitas operasional menjadi kondusif. Sedangkan kriteria indikator eksternal yaitu: 1) adanya peningkatan kemandirian dan pemahaman pengelolaan lingkungan, 2) adanya peningkatan kualitas lingkungan, 3) peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator ini disajikan untuk mengetahui kinerja dan efektivitas program CSR yang telah dijalani. ANALISIS Program CSR ini dilatar belakangi prinsip 3P (isu lingkungan, isu sosial atau SDM dan isu ekonomi). Motifnya dilandasi dengan motif kewajiban moral, motif keberlanjutan, motif izin operasi dan motif reputasi. Pada implementasi program, tingkat keberhasilan yang telah dibuat indikator internal dan eksternal akan berhasil jika didukung oleh partisipasi stakeholders khususnya masyarakat. Keberhasilan program CSR yang dilakukan perusahaan akan berguna bagi masyarakat, lingkungan dan khususnya bagi perusahaan itu sendiri. Penyempurna keberhasilan program juga dilihat dari evaluasi dan pelaporan yang dibuat agar tetap berkelanjutan. 18 Prinsip Triple Bottom Line Implementasi CSR Motif CSR Implementasi CSR Keberhasilan CSR Partisipasi stakeholder Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6 Tabel 6. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Prinsip Triple People, profit dan planet Progam ini berpijak pada prinsip Bottom Line triple bottom line yaitu menyentuh aspek alam, manusia dan profit. Melalui program ini, secara tidak langsung PT. PLN (Persero) telah membantu mentuntaskan permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Motif CSR Motif kewajiban moral, motif Motif pelaksanaan program CSR keberlanjutan, motif izin ini yaitu kepatuhan kepada undangoperasi dan motif reputasi undang (izin operasi), bentuk tanggung jawab moral perusahaan dalam menjalankan bisnis etis (kewajiban moral), menjaga reputasi perusahaan (reputasi) dan untuk kelangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang (keberlanjutan). Implementasi CSR Tahap perencanaan, tahap Implementasi program CSR tidak implementasi, tahap evaluasi dilaksanakan sendiri atau pun dan pelaporan diserahkan sepenuhnya kepada pihak lain. Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, hal ini sangat mendorong keberhasilan program menjadi lebih cepat. 19 Variabel Partisipasi stakeholder Keberhasilan CSR Sub Variabel Partisipasi tinggi, partisipasi sedang, partisipasi rendah Fakta Pendukung Implementasi progam CSR bekerja sama dan melibatkan stakeholder terkait misalnya Yayasan Saung Kadeudeuh dan pemerintah daerah. Selain itu, program ini sangat melibatkan partisipasi masyarakat. Indikator Internal dan Indikator Secara garis besar indikator Eksternal keberhasilan baik internal maupun eksternal telah terpenuhi, namun ada hal yang masih terlihat kurang yaitu tindak lanjut evaluasi (follow up). 7. Judul : Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability Tahun : 2009 Jenis Pustaka : Buku Bentuk Pustaka : Cetak Nama Penulis : Ismail Solihin Nama Editor : Shelvy Dwi Citra Judul Buku : Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability Kota dan Nama : Jakarta, Salemba Empat Penerbit Volume (Edisi): hal : 216 Halaman Bowen mengungkapkan dua premis dasar tanggung jawab sosial: (1) perusahaan bisa mewujud dalam masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat; (2) pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral dalam masyarakat. Dalam pemenuhan kontrak sosialnya perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu orang atau kelompok yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan, dan operasi perusahaan, yang dibagi kedalam dua kategori yaitu Inside Stakeholders atau pemilik kepentingan dari dalam organisasi/ perusahaan dan Outside Stakeholders atau pemilik kepentingan dari luar organisasi/ perusahaan. Ada 3 jenis tanggung jawab yang harus dilaksanakan, (1) economic responsibilities; (2) Legal Responsibilities; (3) Social responsibilities. Terdapat dua konsep utama mengenai kepada siapa pengelola perusahaan bertanggung jawab (Baron, 2005). Pendapat pertama dikemukakan oleh Milton Friedman, menurutnya tanggung jawab sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis sesuai keinginan pemilik perusahaaan, menghasilkan uang sebanyak mungkin dengan tetap mengindahkan aturan dalam masyarakat sebagaimana diatur oleh hukum dan undang-undang. Tujuan utama korporasi adalah maksimalisasi laba atau nilai pemegang saham (shareholder’s value). Konsepsi CSR diartikan sebagai salah satu strategi perusahaan dalam memaksimalisasi laba, maka konsepsi CSR tersebut ditafsirkan sebagai dua hal. Pertama, manajer memasuki ranah politik dengan melakukan aktivitas philantrophic. Kedua, manajer 20 bertindak sebagai principal (pemegang peran utama dalam perusahaan) bukan sebagai agen dimana manajer melakukan program CSR yang dibiayai pemegang saham. Tahap-tahap adopsi CSR menurut Robbins dan Coulter (2003): Tahap pertama, CSR tertujuk pada pemilih perusahaan (pemegang saham) dan manajer, dalam hal ini peningkatan laba adalah targetnya. Sesuai dengan konsep yang dikemukakan Friedman diatas. Tahap kedua, CSR kemudian dikembangkan untuk para pekerja. Selain maksimalisasi laba, perhatian selanjutnya ditujukan kepada sumberdaya manusia. Tahap ketiga, CSR dikembangkan kepada para konstituen dalam suatu lingkungan spesifik, konstituen tersebut biasanya merupakan masyarakat setempat yang terkena dampak secara langsung dari aktivitas perusahaan. Tahap keempat, pengembangan CSR diperluas tidak hanya kepada masyarakat setempat melainkan masyarakat luas. Usaha bisnis sebagai bagian dari entitas publik dan perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan kebijakan kepada publik. CSR memiliki dimensi etika. Menurut Post et al. (2002) etika merupakan suatu konsepsi mengenai tindakan yang benar dan salah. Sedangkan Baron (2006) mendefinisikan etika sebagai pendekatan sistematis atas pertimbangan moral (moral judgements) berdasarkan penalaran, analisis, sintesis, dan perenungan. Etika bersumber dari moralitas yang merupakan sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia (Keraf, 1991). Etika bisnis merupakan penerapan etika secara umum terhadap perilaku bisnis. Tujuh alasan mengapa perusahaan harus menjalankan bisnis secara etis (Post et al., 2002): 1. Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis. Perusahaan yang tidak menjalankan bisnis secara etis akan menuai sorotan, kritikan, bahahkan hukuman. 2. Agar perusahaan tidak melakukan tindakan yang membahayakan pemangku kepentingan lainnya. 3. Dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dapat dicapai melalui penurunan resiko korupsi, manipulasi, penggelapan, dan perilaku tidak etis lainnya. 4. Dapat meningkatkan kualitas hubungan bisnis diantara pihak-pihak yang melakukan binsis. 5. Agar perusahaan terhindar dari penyalahgunaan yang dilakukan karyawan maupun kompetitor yang tidak etis. 6. Menghindarkan terjadinya pelangaran hak kerja pekerja oleh atasan. 7. Mencegah agar perusahaan (diwakili pimpinan) tidak memperoleh sanksi hukuman akibat bisnis yang dilakukan secara tidak etis. Konsep Corporate Social Responsiveness muncul pada tahun 1970-an, lebih merujuk kepada kapasitas perusahaan memberikan tanggapan terhadap tekanan sosial. Tindakan yang nyata sebagai tanggapan atau untuk memperoleh bentuk tanggapan secara umum bagi masyarakat merupakan fokus dari konsep ini. Ada tiga keberatan yang diutarakan pendukung konsep ini terhadap konsep CSR sebelumnya, yaitu: Pertama, tidak jelasnya makna tanggung jawab sosial perusahaan.; Kedua, tidak jelasnya mekanisme institusional melalui mana ide CSR dapat dilaksanakan.; Ketiga, sejauh mana pertukaran antara tujuan ekonomi dengan biaya dapat dilakukan. Meskipun demikian konsep ini juga dipandang sebagai perbaikan dan pelengkap konsep CSR, dengan kata lain merupakan komplemen dari komplemen dari konsep CSR yang lebih logis. Perbedaan lain adalah dalam konsep CSR perusahaan sebagai agen moral yang bertanggungjawab sesuai 21 pertimbangan moral, sedangkan Corporate Social Responsiveness perusahaan sebagai produsen yang memberi tanggapan terhadap tekanan sosial secara pragmatik. Ciri khas CSR adalah pada “discretionary responsibilities” yaitu melakukan kegiatan tanggung jawab secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukan aktivitas bisnis yang diwajibkan regulasi. Kalaupun masih ada kesan discretionary responsibilities, tetapi jika dilihat dari sudut pandang Corporate Social Responsiveness, maka aktivitas CSR tersebut dipandang sebagai respon yang proaktif dalam menempatkan posisi perusahaan yang lebih baik di mata publik. Konsep lain adalah Corporate Citizenship yang dapat dipandang sebagai metafora dari istilah kewarganegaraan (citizenship) yang berlaku bagi perusahaan. Merujuk pada hak dan kewajiban perusahaan sebagai bagian integral dari komunitas suatu negara. Corporate citizenship merupakan pelaksanaan CSR yang disesuaikan dengan konteks hak dan kewajiban tempat perusahaan beroperasi. Dasar dari pelaksanaan corporate citizenship tetaplah merupakan berbagai aktivitas CSR yang dijalankan secara bersamaan dengan kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan tempat perusahaan beroperasi. ANALISIS Dalam jurnal ini ada beberapa alasan pentingnya pelaksanaan CSR pada setiap perusahaan. Pada pelaksanaan CSR tidak hanya sampai pada tahap charity namun perlu adanya program yang berkelajutan. Dikenalkan konsep CSR berbasis citizenship karena dinilai istilah kewarganegaraan (citizenship) yang berlaku bagi perusahaan. Konsep CSR juga diartikan cara perusahaan mengeruk sebanyak mungkin keuntungan namun tetap mengindahkan masyarakat. Ada tahap mengadopsi CSR agar menjadi perusahaan pelaku bisnis yang bertanggung jawab padaa kebijakan publik. Setiap perusahaan tidak bisa hanya ingin mengeruk laba sebanyak-banyaknya karena dibutuhkan keseimbangan diantara kinerja finansial dan kinerja sosial. Jika perusahaan menjalankan kinerja sosial dengan baik maka kinerja finansial akan semakin baik. Implementasi CSR (pelaksanaan tanggung jawab) Stakeholder Gambar 7. Kerangka Pemikiran Pustaka 7 Tabel 7. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Implementasi CSR Economic responsibilities, Tahap-tahap adopsi CSR): Tahap (pelaksanaan Legal Responsibilities, Social pertama, CSR tertujuk pada tanggung jawab) responsibilities. pemilih perusahaan (pemegang saham) dan manajer, dalam hal ini peningkatan laba adalah targetnya. Tahap kedua, CSR kemudian dikembangkan untuk para pekerja. 22 Variabel Stakeholder 8. Judul Sub Variabel Inside Stakeholders ( pemilik kepentingan dari dalam organisasi/ perusahaan) dan Outside Stakeholders (pemilik kepentingan dari luar organisasi/ perusahaan) Fakta Pendukung Selain maksimalisasi laba, perhatian selanjutnya ditujukan kepada sumberdaya manusia. Tahap ketiga, CSR dikembangkan kepada para konstituen dalam suatu lingkungan spesifik, konstituen tersebut biasanya merupakan masyarakat setempat yang terkena dampak secara langsung dari aktivitas perusahaan. Tahap keempat, pengembangan CSR diperluas tidak hanya kepada masyarakat setempat melainkan masyarakat luas. Perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu orang atau kelompok yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan, dan operasi perusahaan : Corporate Social Responsibility (CSR): Teoritis dan Praktik di Indonesia Tahun : 2008 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Lina Anatan Nama Editor : Judul Jurnal : Jurnal Manajemen Volume (Edisi): hal : Vol. 4 Alamat URL/doi : http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnalmanajemen/article/view/220/pdf Tanggal diunduh : 1 Oktober 2014 Tinjauan Konsep social sustainability muncul sebagai kelanjutan konsep economic sustainability dan environmental sustainability yang telah dicetuskan sebelumnya. Konsep ini muncul dalam pertemuan di Yohannesburg pada tahun 2002 yang dilatarbelakangi oleh alasan-alasan konsep economic sustainability dan environmental sustainability yang dikembangkan sebelumnya belum dapat mengangkat kesejahteraan komunitas di negaranegara di dunia, perlunya suatu tatanan aturan untuk menyeimbangkan kesejahteraan pembangunan baik di negara-negara selatan maupun negara-negara utara. The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas 23 lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan, dan memelihara lingkungan hidup yang ada. CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan planet (3P). Profit, sebagai lembaga usaha dengan profit oriented, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan dapat terus beroperasi dan berkembang. People, untuk menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan aset berharga dalam organisasi maupun negara. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau people adalah pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan. Planet, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bisa dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata. Tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial masyarakat bukan hanya menjadi tanggung jawab perusahaan besar saja, meskipun pada dasarnya mayoritas perusahaan yang melakukan CSR adalah perusahaan besar. Dengan perkataan lain, perusahaan kecil pun harus bertanggung jawab melakukan CSR. Di Indonesia, pelaksanaan CSR sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan Chief Executive Officer (CEO) sehingga kebijakan CSR tidak secara otomatis akan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Hal ini memberikan makna bahwa jika CEO memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial yang tinggi, maka kemungkinan besar CSR akan dapat dilaksanakan dengan baik, sebaliknya jika CEO tidak memiliki kesadaran tentang hal tersebut pelaksanaan CSR hanya sekedar simbolis untuk menjaga dan mendongkrak citra perusahaan di mata karyawan dan di mata masyarakat. Undang-Undang (UU) yang mengatur kegiatan CSR di Indonesia mengakibatkan tidak sedikit pelanggaran-pelanggaran terjadi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang ada. Sebagai contoh UU Nomor 23 tahun 1997 Pasal 41 ayat 1 tentang pengelolaan lingkungan hidup menyatakan “Barang siapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah.” Pengaturan pencemaran lingkungan hidup tidak langsung mengikat sebagai tanggung jawab pidana mutlak, dan tidak menimbulkan jera bagi para pelaku tindakan ilegal yang merugikan masyarakat dan menimbulkan kerusakan lingkungan. Contoh konflik antara PT Freeport Indonesia dengan rakyat Papua. Penggunaan lahan tanah, perusakan dan penghancuran lingkungan hidup, penghancuran perekonomian, dan pengikaran eksistensi penduduk Amungme merupakan kenyataan pahit yang harus diteima rakyat Papua akibat keberadaan operasi penambangan PT. Freeport Indonesia. Bencana kerusakan lingkungan hidup dan komunitas lain yang ditimbulkan adalah jebolnya Danau Wanagon hingga tiga kali akibat pembuangan limbah yang sangat besar kapasitasnya dan tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan. Kedua contoh tersebut hanya merupakan sebagian kecil gambaran fenomena kegagalan CSR yang muncul di Indonesia, dan masih banyak lagi contoh kasus seperti 24 kasus PT Newmont Minahasa Raya, kasus Lumpur panas Sidoarjo yang diakibatkan kelalaian PT Lapindo Brantas, kasus perusahaan tambang minyak dan gas bumi, Unicoal (perusahaan Amerika Serikat), kasus PT Kelian Equatorial Mining pada komunitas Dayak, kasus suku Dayak dengan perusahaan tambang emas milik Australia (Aurora Gold), dan kasus pencemaran air raksa yang mengancam kehidupan 1,8juta jiwa penduduk Kalimantan Tengah yang merupakan kasus suku Dayak vs “minamata”. Kesuksesan implementasi CSR sangat ditentukan oleh kesediaan dan kesadaran perusahaan bahwa permasalahan yang timbul dalam masyarakat merupakan permasalahan dan tanggung jawab perusahaan juga. ANALISIS Pelaksanaan bisnis perusahaan memiliki resiko berupa isu-isu sosial yang harus diminimalisir oleh perusahaan. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah membangkitkan kesadaran perusahaan dan rasa memiliki terhadap lingkungan dan komunitas sekitar. Adanya tanggung jawab perusahaan yang akrab disebut CSR akan memberikan keseimbangan antara aspek ekonomi dan sosial. Perlunya perhatian stakeholder, pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam membuat regulasi atau ketentuan yang disepakati bersama antara pihak-pihak yang terlibat untuk mencapai efektivitas program CSR. Kesadaran perusahaan Implementasi CSR Gambar 8. Kerangka Pemikiran Pustaka 8 Tabel 8. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Kesadaran CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan perusahaan terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan planet (3P). Implementasi CSR Kesuksesan implementasi CSR sangat ditentukan oleh kesediaan dan kesadaran perusahaan bahwa permasalahan yang timbul dalam masyarakat merupakan permasalahan dan tanggung jawab perusahaan juga. 25 9. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat : 2009 : Jurnal : Elektronik : Andi Mapisangka : : Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan : Vol. 1 No. 1 : http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/ANDI_MCSR1.pdf : 30 Oktober 2014 Penulis menjelaskan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable Development (WS-SD) di Johannesburg Afrika Selatan 2002 yang ditujukan untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia dalam rangka terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Peranan CSR dapat dipandang sebagai upaya untuk mewujudkan good corporate governance, good corporate citizenship dan good business ethics dari sebuah entitas bisnis. Sehingga perusahaan tidak cukup hanya memikirkan kepentingan shareholder (pemilik modal), tetapi juga mempunyai orientasi untuk memenuhi kepentingan seluruh stakeholders. Dalam hal ini CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung 2008). Menurut Kim (2000) praktek CSR perusahaan dapat diidentifikaskan dalam berbagai tujuan, yakni hukum, ekonomi, moral, dan filantropi. Namun demikian, tujuan tersebut masih dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi aktual di masyarakat terkait dengan tekanan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Salah satu tujuan CSR yang sangat urgen khususnya di negara sedang berkembang adalah peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Oleh karena itu penerapan CSR di Indonesia pada dasarnya dapat diarahkan pada penguatan ekonomi rakyat yang berbasis usaha kecil dan menengah serta peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Implementasi program CSR merupakan realisasi dan aktualisasi dari upaya perusahaan untuk terus dekat dengan masyarakat. Menurut Budimanta et al. (2008: 24) CSR pada dasarnya merupakan suatu elemen yang penting dalam kerangka sustainability yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya yang merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya dan keuntungan kegiatan bisnis dengan stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders dan penanam modal), maupun eksternal (kelembagaan, pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain). Hasil dari penelitian diperoleh bahwa program CSR PT Batamindo mendapatkan apresiasi yang positif dari masyarakat karena berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat. Pengaruh variabel terbesar terdapat pada corporate relation program. CSR goal sebagai variabel pengaruh terhadap kesejahteraan hidup masyarakat terlihat jelas dari tujuan-tujuan yang akan dicapai, rumusan visi-misi yang sesuai dengan konsep triple 26 bottom line. Pada tahap implementasi program maka akan searah pada tujuan yang telah ditetapkan yang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan dengan jalan ekonomi, sosial, dan filantropi. Variabel kedua yang turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu CSR issues. Dinamika perubahan isu sosial akan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, oleh karena itu perusahaan harus siap siaga dalam merespon isu-isu yang berkembang dalam masyarakat. Pengaruh Corporate Social Responsibility program terhadap kesejahteraan hidup terlihat dalam implementasi CSR yang disesuaikan dengan jenis dan karakteristik persoalan yang telah dikategorikan menurut Ring I, Ring II, dan Ring III. Selanjutnya CSR BIC melandaskan programnya pada tiga pilar, yaitu format CSR sesuai dengan nilai lokal masyarakat, kemampuan diri perusahaan dan terkait dengan kapasitas SDM dan institusi, serta peraturan dan kode etik dalam dunia usaha. Hal ini dibuktikan dengan apresiasi positif masyarakat dan program dilaksanakan kontinyu sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda. ANALISIS CSR hadir karena adanya isu-isu yang berkembang di makyarakat. Pelaksanaan CSR dimulai dari strategi dalam implementasi CSR perusahaan yang merupakan respon atas kebutuhan riil masyarakat. Dalam jurnal strategi pada implementasi CSR dibagi sesuai jenis dan karakteristik persoalan. Penyusunan program CSR biasanya berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat sekitar karena dianggap hal tersebut yang menjadi kebutuhan urgen untuk meningkatkan kualitas masyarakat seperti pendidikan dan usaha mikro. Pelaksanaan tanggung jawab perusahaan ini dilakukan untuk menitikberatkan pada keseimbangan aspek ekonomi maupun sosial sehingga diharapkan program yang dilahirkan tetap berkelanjutan. CSR goal Corporate Social Issues Implementasi CSR Corporate Relation Program Implementasi CSR Kesejahteraan Gambar 9. Kerangka Pemikiran Pustaka 9 27 Tabel 9. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung CSR goal Program-program CSR perusahaan sudah diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan sosial seperti terungkap pada rumusan visi dan misi perusahaan. Berdasarkan tujuantujuan CSR tersebut, implementasi kegiatan-kegiatan CSR perusahaan senantiasa akan mengikuti arah dari kepentingan perusahaan di tengahtengah komunitas lingkungan hidup masyarakat. Tujuan-tujuan CSR tersebut, seperti tujuan dalam kerangka tanggung jawab pendidikan, ekonomi, moral, filantropi (kedermawanan) dan tujuan dalam tanggung jawab hukum. Corporate Social Penyusunan program CSR Issues senantiasa memperhatikan isu-isu sosial yang hangat berkembang di masyarakat. Corporate Relation Hal ini dapat dijelaskan karena Program strategi dalam implementasi CSR perusahaan merupakan respon atas kebutuhan riil masyarakat atas pemenuhan kebutuhan hidupnya. Seperti telah diuraikan di atas strategi pelaksanaan CSR perusahaan didasarkan pada pengaturan ring yang ada dari ring I hingga ring III. Masing-masing ring memiliki karakteristik persoalan yang berbeda-beda sehingga jenis dan macam Implementasi CSR Pengaruh Corporate Social Responsibility program terhadap kesejahteraan hidup terlihat dalam implementasi CSR yang disesuaikan dengan jenis dan karakteristik persoalan yang telah dikategorikan menurut Ring I, Ring II, dan Ring III. 28 Variabel Kesejahteraan Sub Variabel Fakta Pendukung Pada tahap implementasi program maka akan searah pada tujuan yang telah ditetapkan yang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan dengan jalan ekonomi, sosial, dan filantropi. 10. JJudul : Implementasi Corporate Social Responsibility dan Implikasinya dalam Perspektif Teori Stakeholder (Studi pada Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah) Tahun : 2011 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Edy Rahardja, Djumilah Zain, Ubud Salim, Mintarti Rahayu Nama Editor : Judul Jurnal : Jurnal Manajemen Volume (Edisi): hal : Vol. 9 No.2 Alamat URL/doi : http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/download/2 47/278 Tanggal diunduh : 30 Oktober 2014 Penulis mengatakan bahwa keterkaitan modal sosial dan CSR tidak diragukan lagi. Hal ini disebabkan adanya beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa modal sosial akan menstimulasi implementasi CSR yang diwujudkan dalam bentuk hubungan industrial, AMDAL, Kesehatan dan Keselematan Kerja (K3), Kemitraan dan donasi sosial. Penelitian ini menggunakan 108 perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Jawa Tengah dengan metode Stratified Random Sampling. Penulis menjelaskan pengembangan sumberdaya internal dan mengelola kekuatan eksternal dilakukan untuk membangun modal sosial yang kuat. Modal sosial akan menjadi modal perusahaan untuk mengatasi dinamika lingkungan bisnis dan mengembangkan kemitraan. Hal ini menyebabkan hubungan modal sosial terhadap peningkatan kualitas perusahaan. Implementasi CSR merupakan dasar dari kelancaran dan kontinuitas operasi perusahaan dengan adanya dukungan yang kuat dari komunitas lokal dan berbagai stakeholders. Implementasi CSR yang ideal adalah perpaduan kebijikan dan program CSR riil yang mencakup aspek community development (donasi sosial dan kemitraan), pengelolaan pekerja dan lingkungan yang diikuti dengan komitmen dari keseluruhan manajemen serta dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan yang mengakar menjadi suatu budaya perusahaan. Penulis memaparkan strategi korporat stakeholder yang dirumuskan berdasarkan visi dan misi serta tujuan yang digariskan perusahaan akan mampu meningkatkan terbangunnya modal sosial. Strategi korporat stakeholder yaitu nilai stakeholder, nilai pelanggan, nilai pemasuk, nilai pekerja, nilai pemerintah dan nilai masyarakat lokal. Strategi ini akan mendorong modal sosial yang berbasis eksternal meliputi (jejaring sosial, 29 trust dan norm, kohesi sosial) dan modal sosial berbasis internal meliputi (sumberdaya sosial, dan kapabilitas sosial). Modal sosial menjadi faktor pendorong kegiatan CSR, kinerja finansial perusahaan dan kinerja sosial perusahaan. Modal sosial yang dibangun oleh perusahaan memberikan kontribusi nyata terhadap capaian kinerja sosial perusahaan. Modal sosial juga sebagai salah satu modal korporat yang strategis berpengaruh signifikan terhadap profit yang dicapai dan salah satu representasi kinerja finansial perusahaan (Svendsen 1998). Pentingnya mengembangkan jejaring sosial yang kuat dan memanfaatkan sumberdaya sosial dalam memberikan kontribusi terhadap capaian kinerja finansial perusahaan. Artinya kinerja finansial perusahaan masih dapat ditingkatkan apaibila dua indikator dalam variabel modal sosial tersebut semakin dintensifkan dan digarap dengan sungguh-sungguh bersama dengan indikator kepercayaan dan norma, kohesi sosial, dan kapabilitas sosial. Beberapa penelitian mengemukakan adanya hubungan positif yang berarti kinerja sosial perusahaan tinggi mengkontribusi tercapainya kinerja finansial tinggi. Teori Stakeholder merupakan suatu teori yang menggarisbawahi pentingnya bisnis dalam rangka kerja sosial yang lebih luas dan mendukung definisi yang lebih jelas mengenai CSR (Freeman 1984). Teori Stakeholder ini sebagai suatu paradigm untuk memahami keterkaitan bisnis dan masyarakat serta strategi manajemen bisnis yang menekankan pentingnya CSR. Sehingga perhatian terhadap stakeholder yang konsisten dan diikuti dengan komitmen yang kuat akan membangun modal sosial yang kuat. Modal sosial berkerkembang untuk mencapai kinerja perusahaan dan modal dasar dalam implementasi CSR perusahaan. ANALISIS Adanya hubungan positif diantara strategi korporat stakeholder dan modal sosial karena mampu mendorong keeratan sosial, hubungan antara modal sosial dan CSR karena keeratan sosial yang dibangun akan mendorong kemitraan dengan pelaku bisnis, hubungan anatara modal sosial dan kinerja perusahaan karena modal sosial dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara nyata, hubungan antara CSR dan kinerja perusahaan ketika etika perusahaan di implementasikan dengan baik maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan, hubungan antara kinerja sosial dan kinerja finansial perusahaan karena terjalinnya kerjasama yang berkualitas dengan komunitas lokal akan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan. Berarti modal sosial dan implementasi CSR saling berkaitan untuk mendorong kinerja perusahaan yang optimal. 30 Strategi Korporat Stakeholder Modal Sosial Kinerja Finansial Modal Sosial Kinerja Sosial Modal Sosial Implementasi CSR Kinerja Finansial Implementasi CSR Kinerja Sosial Kinerja Sosial Kinerja Finansial Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10 Tabel 10. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Strategi korporat Nilai stakeholder, nilai Strategi korporat stakeholder yang stakeholder pelanggan, nilai pemasuk, nilai dirumuskan berdasarkan visi dan pekerja, nilai pemerintah dan misi serta tujuan yang digariskan nilai masyarakat lokal. perusahaan akan mampu meningkatkan terbangunnya modal sosial. Modal Sosial jejaring sosial, trust, norm, Strategi ini akan mendorong modal kohesi sosial, sumberdaya sosial yang berbasis eksternal sosial, dan kapabilitas sosial meliputi (jejaring sosial, trust dan norm, kohesi sosial) dan modal sosial berbasis internal meliputi (sumberdaya sosial, dan kapabilitas sosial). Modal sosial menjadi faktor pendorong kegiatan CSR, kinerja finansial perusahaan dan kinerja sosial perusahaan. Implementasi CSR AMDAL, hubungan industrial, Implementasi CSR yang K3 (Keselamatan dan dilaksanakan dengan baik dan kesehatan kerja), Kemitraan konsisten akan mampu mendorong 31 Variabel Kinerja Sosial Perusahaan Kinerja Finansial Perusahaan Sub Variabel usaha dan donasi sosial Fakta Pendukung menghasilkan kinerja finansial yang baik. Semakin baik capaian kinerja sosial maka semaik baik kinerja finansial Hubungan komuniti, hubungan Indikator modal sosial berperan pekerja, lingkungan , complain meningkatkan kinerja sosial produk, perlakuan terhadap perusahaan. Beberapa penelitian perempuan mengemukakan adanya hubungan positif yang berarti kinerja sosial perusahaan tinggi mengkontribusi tercapainya kinerja finansial tinggi. Pertumbuhan volume Pentingnya mengembangkan penjualan, pertumbuhan nilai jejaring sosial yang kuat dan penjualan, profitabilitas, memanfaatkan sumberdaya sosial pertumbuhan asset dalam memberikan kontribusi terhadap capaian kinerja finansial perusahaan. Artinya kinerja finansial perusahaan masih dapat ditingkatkan apaibila dua indikator dalam variabel modal sosial 11. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Perdesaan : 2011 : Jurnal : Elektronik : Isma Rosyida dan Fredian Tonny Nasdian : : Jurnal Transdisiplin Sosiologi : Vol. 5 No. 01 : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/ 5832/4497 : 30 Oktober 2014 Penulis menjelaskan bahwa pelaksanaan program CSR pada perusahaan Geothermal merupakan bagian dari strategic plan perusahaan, yang mana fokus pelaksanaannya berorientasi pada penciptaan pertumbuhan ekonomi melalui capacity building dan investasi masyarakat. Konsep CSR yang digunakan penulis antara lain menurut John Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul “cannibals with forks, the triple bottom line of twentieth century of business”, dimana dalam buku tersebut Elkington mengemukakan konsep 3P (profit, planet, dan people) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar keuntungan/profit ekonomis sebuah 32 korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007). Definisi mengenai CSR menurut ISO 26000 dalam Suharto (2008), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Wibisono (2007) mengemukakan perusahaanperusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR yaitu Tahap Perencanaan (tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR, Assesment, dan CSR Manual Building), Tahap Pelaksanaan (tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan), Tahap Pemantauan dan Evaluasi (tahap ini mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi), Tahap Pelaporan (pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan). Community Development (Pengembangan Masyarakat) sebagai salah satu dari tujuh isu CSR merupakan sarana aktualisasi CSR yang paling baik jika dibandingkan dengan implementasi yang hanya berupa charity, philantrophy, atau dimensi-dimensi CSR yang lain, karena dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas, keberlanjutan, dan mampu meningkatkan perasaan solidaritas. Stakeholders atau pemangku kepentingan adalah pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh perusahaan (Saidi, 2004). Sukada (2007) menambahkan, semakin relevan pemangku kepentingan dengan kegiatan maupun aktivitas pengembangan masyarakat perusahaan, maka pelibatannya menjadi keharusan. Berdasarkan definisi ini stakeholder menjadi keharusan dalam implementasi CSR. Modal sosial adalah seperangkat nilai-nilai, norma-norma, dan kepercayaan yang memungkinkan sekelompok warga dapat bekerjasama secara efektif dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan-tujuannnya (Putman,1993 dalam Suwartika, 2003). Komponenkomponen modal sosial (Uphoff, 2000 dalam Suwartika, 2003) yaitu Hubungan sosial (jaringan), Norma, Kepercayaan, Solidaritas, Kerjasama. Berdasarkan hasil penelitian, Program CSR dapat memberikan dampak positif ataupun negatif terhadap stakeholder dalam beberapa bidang, tetapi apabila masyarakat berhasil mandiri dan berdaya dengan potensi yang menyelenggarakan sosiogerakan program CSR maka keberhasilan program bukanlah suatu hal yang sulit. Selain itu secara keseluruhan dapat dibuktikan bahwa program pemberdayaan ekonomi lokal berhubungan dengan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang juga turut dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat itu sendiri. Adanya indikator keberhasilan akan menjadi sangat 33 penting untuk mengetahui kinerja program pengembangan masyarakatnya, atau hendak menyusun rencana strategik yang menginginkan tingkat kinerja tertentu. ANALISIS implementasi CSR akan mempengaruhi Stakeholder, keberhasilan program CSR akan berdampak pada kondisi ekonomi (taraf hidup) dan kondisi sosial (modal sosial). Pada jurnal ini dimaksud partisipasi stakeholder itu sendiri yang mempengaruhi keberhasilan dampak ekonomi dan sosial kepada masyarakat. Pentingnya indikator keberhasilan juga diperlukan untuk mengetahui kinerja program CSR. Penerapan empat tahap yang dikemukakan Wibisono 2007 dapat memudahkan implementasi program CSR. Stakeholder Kondisi ekonomi Implementasi CSR Kondisi ekonomi Kondisi sosial Stakeholder Kondisi sosial Gambar 11. Kerangka Pemikiran Pustaka 11 Tabel 11. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 11 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Implementasi CSR Tahap Perencanaan, Perusahaan-perusahaan yang telah Pelaksanaan, Pemantauan dan berhasil dalam menerapkan CSR Evaluasi, Pelaporan menggunakan tahapan implementasi CSR dapat mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikanperbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi Stakeholder Pemerintah, masyarakat, Program CSR dapat memberikan perusahaan dampak positif ataupun negatif terhadap stakeholder dalam beberapa bidang, tetapi apabila masyarakat berhasil mandiri dan berdaya dengan potensi yang menyelenggarakan sosiogerakan program CSR maka keberhasilan 34 Variabel Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial Fakta Pendukung program bukanlah suatu hal yang sulit. Tingkat pendapatan, tingkat Kategori sosial nonpengeluaran, tingkat tabungan, farm/pengusaha dan nonfarm/buruh dan taraf hidup memiliki dampak positif dalam taraf hidup, sedangkan dampak taraf hidup negatif dapat dilihat pada kategori sosial farm/pengusaha dan farm/buruh. Itu artinya, penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan ekonomi melalui pembiayaan kelompok simpan pinjam belum tentu mementukan peningkatan taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam Modal sosial Dampak sosial didefinisikan sebagai perubahan yang dirasakan oleh anggota kelompok simpan pinjam setelah terlibat dalam penyelenggaraan program pada variabel kepercayaan (trust), variabel kerjasama (cooperation), dan variabel jejaring (networking). 12. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh Sub Variabel : Penguatan Kelembagaan Sosial Ekomoni Masyarakat Sebagai Modal Sosial Pembangunan : 2004 : Jurnal : Elektronik : Arief Daryanto : : Jurnal IPB : Vol. 9 No. 1 : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43755 : 1 Oktober 2014 Modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (norms), dan kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koodinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama. Aspek kepercayaan merupakan inti dari modal sosial (core of social capital). Lunturnya kepercayaan dapat menimbulkan konflik bernuansa SARA. Akibat konflik berkepanjangan ditambah banyaknya permasalahan sosial yang bersifat patologis menyebabkan menurunnya kadar modal sosial dalam pembangunan. Revitalisasi 35 dan pengembangan modal sosial perlu dilakukan agar masyarakat mampu menggerakkan roda perekonomian. Pengembangan kelembagaan (pranata) sosial ekonomi mutlak diperlukan dan mendesak guna mendukung pemenuhan modal sosial dalam pembangunan. Brehm dan Rahn (1997) berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Sementara Dasgupta dan Seragelsdin (2000) dan World Bank (2003) mengartikan modal sosial sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms), hubungan (relationships) dan kepercayaan sosial (social trust) yang membentuk kuantitas dan kualitas suatu interaksi sosial masyarakat. Dasgupta dan Seragelsdin (2000) juga mengajukan hipotesa bahwa jaringan sosial (social networks) dapat mempengaruhi kemajuan ekonomi karena didalamnya mengandung trust yang merupakan elemen terpenting dalam jaringan. Fukuyama (1995) dalam hal ini ia lebih memfokuskan modal sosial tersebut terhadap trust sebagai faktor kunci mediasi untuk memperkecil transcation cost dalam communities dan enterprises yang memungkinkan masyarakat bekerja sama secara lebih efektif. Szreter (1998) dalam INCIS (2003) mengemukakan bahwa modal sosial itu memfokuskan pada pentingnya hubungan (relationship) dalam urusan-urusan ekonomi. Szreter mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan, kota-kota, industri regional dan ekonomi nasional dapat berfungsi secara lebih efisien jika terdapat penghormatan satu sama lain (mutually respectful) dan hubungan kepercayaan (trusting relationship) antara warga. World Bank (2003) mengutarakan modal sosial itu sangat relevan bagi pembangunan ekonomi suatu Negara, oleh karena modal sosial merupakan resep untuk menaikkan prospek ekonomi masyarakat dan bangsa, termasuk meningkatkan fasilitasfasilitas pendidikan dan kesehatan, pembangunan secara berkompeten, dan akuntabilitas institusi politik. Selain itu modal sosial dapat memfasilitasi munculnya pasar bebas dalam perekonomian global. Putnam (1993) dalam Ancok (2003) telah menunjukkan bukti bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berkorelasi positif dengan kehadiran modal sosial. Putnam menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pertumbuhan ekonomi diberbagai kawasan di wilayah utara Italia berkolerasi dengan ciri-ciri berikut ini : 1. Hadirnya hubungan yang erat antar anggota masyarakatnya, 2. Adanya para pemimpin yang jujur dan egaliter yang memperlakukan dirinya sebagai bagian dari masyarakat bukan sebagai penguasa , 3. Adanya rasa saling percaya dan kerjasama di antara unsur masyarakat. Narayan dan Cassidy (1999) telah menyampaikan beberapa indikator dalam mengukur modal sosial dengan melakukan kombinasi dari berbagai metodologi kuantitatif dan kualitatif kita akan bisa menemukan seberapa jauh modal sosial tersedia dalam pembangunan. Ukuran modal sosial dalam komunitas masyarakat yaitu : (1) Karakteristik grup, (2) Norma Umum, (3) Kekompakan, (4) Sosialisasi sehari-hari, (5) Hubungan dengan lingkungan, (5) Kesukarelaan, (6) Kepercayaan. Semua ahli sepakat bahwa untuk membangun modal sosial harus dimulai dari pendidikan dalam keluarga dan sekolah. Pentingnya lagi melalui berbagai pelatihan kelompok untuk membangun visi dan misi bersama serta menumbuhkan saling percaya. ANALISIS Modal sosial adalah hal terpenting sebagai dasar membangun kelembagaan dan melakukan pembangunan. Jika modal sosial suatu perusahaan/institusi tinggi maka akan lebih mudah 36 untuk melakukan pembangunan. Maka pertumbuhan ekonomi sangat berhubungan dengan modal sosial. Ada ukuran modal sosial (indikator) yang dapat diterapkan di masyarakat untuk meningkatkan kualitas masyarakat sehingga masyarakat siap/mudah menghadapi pembangunan. Indikator tersebut telah disampaikan Narayan dan Cassidy 1999 diatas untuk mempermudah pengukuran modal sosial secara kualitatif dan kuantitatif. Modal Sosial Kesejahteraan Kelembagaan Gambar 12. Kerangka Pemikiran Pustaka 12 Tabel 12. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 12 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Modal sosial Jaringan (networks), norma Modal sosial bila dikelola dengan (norms), dan kepercayaan baik dan benar akan lebih mampu (trust) d memberdayakan masyarakat. Dalam konteks ini, pengembangan kelembagaan (pranata) sosial ekonomi baik itu yang bersifat formal maupun informal mutlak dilaksanakan untuk mendukung pemenuhan modal sosial dalam pembangunan. Kelembagaan Formal dan informal Kelembagaan mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, sumberdaya biologis, kebutuhan dan preferensi masyarakat. Meskipun perubahan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat itu merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi, akan tetapi harus tetap dikontrol dan dijaga jangan sampai perubahan kelembagaan tersebut malah menyebabkan kerugian pada masyarakat. Kesejahteraan Pembangunan manusia Pendekatan kelembagaan dalam (peningkatan kualitas pembangunan di Indonesia saat ini masyarakat) dan pembangunan sudah mendapat perhatian yang ekonomi serius, dan menjadi isu sentral pembangunan yang sangat esensial 37 Variabel 13. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Jurnal Volume (Edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh Sub Variabel : : : : : : : : : Fakta Pendukung dalam rangka mendorong serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan 2012 Jurnal Elektronik Inayah Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1 http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/pa per_6%20apr%202012.pdf : 1 Oktober 2014 Penulis menjelaskan peranan modal sosial dalam pembangunan sangat erat kaitannya, dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya dimensi kultural dan pendayagunaan peran lembaga-lembaga yang tumbuh dalam masyarakat untuk mempercepat dan mengoptimalkan proses-proses pembangunan. Fukuyama (2002) misalnya menyebutkan faktor kultural, khususnya modal sosial menempati posisi yang sangat penting sebagai faktor yang menentukan kualitas masyarakat. Penulis juga menjelaskan keterkaitan hubungan modal sosial dan pembangunan manusia, modal sosial dan pembangunan sosial, modal sosial dan pembangunan ekonomi, modal sosial dan pembanguan politik. Hal ini menyebabkan modal sosial sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Definisi modal sosial menurut beberapa ahli yaitu : Putnam, et al (dalam Suharto, 2007) menyatakan modal sosial adalah penampilan organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma (atau hal timbal balik), dan jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat), yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Fukuyama (1995) menyatakan modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah komunitas. Eva Cox (1995) menyatakan modal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan social yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama. Menurut Suharto (2007) modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas. Pengukuran modal sosial sering dilakukan melalui hasil interaksi tersebut, seperti: terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Interaksi dapat terjadi dalam skala individual maupun institusional. Dalam skala individual interaksi terjadi pada relasi intim antara individu yang menghasilkan ikatan emosional. Dalam skala institusional, interaksi terjadi pada saat beberapa organisasi memiliki kesamaan visi dan tujuan. 38 Unsur-unsur modal sosial menurut Hasbullah (2006) mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu: Participation in a network (kemampuan anggota kelompok selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok). Reciprocity (pada kelompokkelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi). Trust. (hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial karena didasari kepercayaan). Social norms (norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat). Value (nilai merupakan hal yang penting dalam kebudaya-an, biasanya mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola cultural). Proactive action (perilaku inisiatif dalam mencari informasi berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan, dan beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu mapun kelompok, merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat). Ridell dalam Suharto (2007) menuliskan tiga parameter modal sosial: (1) Kepercayaan (trust), harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat, yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama; (2) Norma-norma (norms), norma terdiri pemahaman-pemahaman, nilai-nlai, harapan-harapan, dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang; (3) Jaringan-jaringan (networks), merupakan infrastruktur dinamis yang berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Hal ini berati apapun bentuk pembangunan yang dilakukan jika ada modal sosial yang diterapkan maka dapat menentukan keberlanjutan dan berkembangnya pembangunan tersebut. ANALISIS Modal sosial berperan membangun masyarakat, dengan kemajuan kualitas masyarakat maka akan mempermudah terjadinya pembangunan. Dalam hal ini program CSR biasanya mengembangkan ke arah pembangunan baik ekonomi ataupun sosial, sehingga modal sosial sangatlah penting. Adanya unsur-unsur modal sosial berdasarkan beberapa ahli memudahkan pengukuran modal sosial. Semakin kuat modal sosial yang dimiliki suatu komunitas maka akan semakin meningkatkan pembangunan. 39 Pembangunan Manusia Pembangunan Sosial Modal Sosial Pembangunan Ekonomi Pembangunan Politik Gambar 13. Kerangka Pemikiran Pustaka 13 Tabel 13. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 13 Variabel Sub Variabel Fakta Pendukung Modal sosial Jaringan (networks), norma Modal sosial sebagai faktor penting (norms), dan kepercayaan dalam mempengaruhi efisiensi dan (trust) efektivitas kebijakan. Kenyataan ini menumbuhkan kesadaran akan pentingnya dimensi kultural dan pendayagunaan peran lembagalembaga yang tumbuh dalam masyarakat untuk mempercepat dan mengoptimalkan proses-proses pembangunan. Pembangunan Modal sosial mempunyai pengaruh Manusia yang besar sebab beberapa dimensi pembangunan manusia sangat dipengaruhi oleh modal sosial antara lain kemampuan untuk menyelesaikan kompleksitas berbagai permasalahan bersama, mendorong perubahan yang cepat di dalam masyarakat, menumbuhkan kesadaran kolektif untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencari peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Pembangunan Jaringan-jaringan yang Sosial memperkuat modal sosial akan memudahkan saluran informasi dan ide dari luar yang merangsang 40 Variabel Pembangunan Ekonomi Pembangunan politik Sub Variabel Fakta Pendukung perkembangan kelompok masyarakat. Hasilnya adalah lahirnya masyarakat peduli pada berbagai aspek dan dimensi aktifitas kehidupan, masyarakat yang saling memberi perhatian dan saling percaya. Situasi yang mendorong kehidupan bermasyarakat yang damai, bersahabat, dan tenteram. Hasil-hasil studi di berbagai negara yang menunjukkan bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan kerekatan hubungan dalam jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi. Tingginya modal sosial akan mendorong efektifitas pemerintahan, beragam determinan memungkinkan negara berfungsi secara lebih efektif dan memiliki legitimasi. Modal sosial tinggi yang dimiliki masyarakat lebih dapat memfasilitasi hubungan antara negara dan rakyat. Hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan menjamin stabilitas politik negara. 41 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Corporate Social Responsibility Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan perkembangan dari ketiga konsep yaitu konsep social sustainability, economic sustainability dan environmental sustainability dalam melaksanakan tanggung jawab sosial (Anatan 2008). John Elkington memandang bahwa inti dari CSR yaitu pembangunan berkelanjutan, yang digambarkan sebagai triple bottom line sebagai pertemuan tiga pilar pembangunan yaitu “orang, planet, dan keuntungan” yang merupakan tujuan pembangunan (Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011 dalam Irawan 2013). Menurut Wibisono, (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011), Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit/keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Bowen berpendapat bahwa pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat (Wartick dan Cochran, 1985 dalam Solihin, 2009). Seperti yang telah ditekankan oleh Bowen, kewajiban atau tanggung jawab sosial perusahaan bersandar kepada keselarasan dengan tujuan (objectives) dan nilai-nilai (values) dari suatu masyarakat. dua premis dasar tanggung jawab sosial: (1) perusahaan bisa mewujud dalam masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat, dalam hal ini perusahaan memiliki kontrak sosial (social contract) yang berisi sejumlah hak dan kewajiban yang akan mengalami perubahan sejalan dengan perubahan masyarakat; (2) pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral (moral agent) dalam masyarakat. Perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Premis kedua ini memuat dimensi etika dan tanggung jawab sosial (Solihin, 2009). Menurut ISO 26000 dalam Suharto (2008) yang dikutip oleh Rosyida dan Nasdian (2011), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Menurut Budimanta et al. (2008: 24) dikutip dalam Mapisangka (2009), CSR pada dasarnya merupakan suatu elemen yang penting dalam kerangka sustainability yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya yang merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya dan keuntungan kegiatan bisnis dengan stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders dan penanam modal), maupun eksternal (kelembagaan, pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain). Dikutip Irawan (2013) dalam Susanto (2009:14-15) memaparkan ada enam manfaat program CSR bagi perusahaan yakni sebagai berikut: (1) mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakukan tidak pantas yang diterima perusahaan, (2) pelindung dan membantu 42 perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis, (3) keterlibatan dan kebanggaan karyawan, (4) mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholder-nya, (5) meningkatkan penjualan, (6) inisiatif-inisiatif lainnya, seperti inisiatif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup (Anatan 2008). Menurut Anatan (2008), Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, perusahaan, dan komunitas masyarakat setempat yang bersifat aktif dan dinamis. Dalam aktualisasinya, kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat yaitu program pemberdayaan. Metamorfosis tersebut pernah dikutip Anatan (2008) dalam Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008): Tabel 14. Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial Paradigma Charity Philanthropy Motivasi Agama, tradisi, adaptasi Norma, etika, dan hukum universal Misi Mengatasi masalah setempat Pengelolaan Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan / dana abadi / profesionalitas Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama Mencari dan mengatasi akar masalah Terencana, terorganisir, terprogram Good Corporate Citizenship (GCC) Pencerahan diri & rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Memberikan kontribusi kepada masyarakat Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain Masyarakat luas dan perusahaan Hibah (sosial & pembangunan serta keterlibatan sosial) Sumber: Za’im Zaidi dikutip Anatan (2008), Sumbangan Sosial Perusahaan (2003) dalam Ambadar (2008) Dalam Fadilah (2009), Perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar (core value) yang ditanamkan secara mengakar dalam perusahaan yaitu (1) ketangguhan ekonomi, (2) tanggung jawab lingkungan dan (3) akuntabilitas sosial. Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan (sustainability report). Dalam prakteknya, ada yang menggunakan nama lain untuk laporan jenis ini, misalnya laporan CSR (CSR report), laporan sosial (social report), laporan 43 lingkungan (environment report) atau laporan sosial dan lingkungan (social and environment report). Implementasi Corporate Social Responsibility Implementasi CSR merupakan dasar dari kelancaran dan kontinuitas operasi perusahaan dengan adanya dukungan yang kuat dari komunitas lokal dan berbagai stakeholders. Implementasi CSR yang ideal adalah perpaduan kebijikan dan program CSR riil yang mencakup aspek community development (donasi sosial dan kemitraan), pengelolaan pekerja dan lingkungan yang diikuti dengan komitmen dari keseluruhan manajemen serta dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan yang mengakar menjadi suatu budaya perusahaan (Rahardja, Zain, Salim, Rahayu 2011). Secara teoritis berbagai strategi implementasi CSR antara lain: program dengan sentralisasi (Self managing strategy), program dengan desentralisasi (Outsourcing), dan kombinasi (Mixed Type) yaitu perusahaan dapat menrancang progam CSR sesuai dengan arahan dan keinginan mereka, kemudian untuk operasionalnya dapat melibatkan berbagai stakeholder yang terkait. Pelibatan stakeholder untuk meringankan beban kerja perusahaan, juga berfungsi untuk menstimulus stakeholder agar dapat terlibat dan mendukung progam CSR guna terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan. (Hadi 2011 Irawan 2013). Wibisono (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) mengemukakan perusahaanperusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lainlain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkahlangkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual, dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien. 2. Tahap Pelaksanaan: Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. 3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. 44 Implementasi program CSR terdiri dari tiga tahap menurut Irawan (2013), yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Tahap perencanaan yang meliputi: menyesuaikan program dengan visi misi perusahaan, menetapkan tujuan, target, menyesuaikan dengan kebijakan pimpinan, menetapkan strategi, menetapkan struktur organisasi pelaksana, merancang program, menyiapkan SDM, pemetaan wilayah, alokasi dana, merencanakan strategi implementasi dan merencanakan kegiatan evaluasi. Pada tahap implementasi bekerja sama melibatkan stakeholder dan pemerintah untuk mendorong keberhasilan program menjadi lebih cepat. Pada tahap evaluasi dan pelaporan merupakan bagian dari upaya perbaikan program CSR di masa depan. Dalam Prayogo dan Hilarius (2012), Pada implementasi program CSR/CD variabel yang digunakan untuk menggambarkan dan mengukur tingkat keberhasilan program adalah : efectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima (beneficiaries) berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya, relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal, sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen, impact dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan, empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi/manajemen, participation dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan. Menurut Paul (1982) dalam Yulianti (2012), bahwa dalam pelaksanaan program yang harus diperhatikan agar program berhasil, yaitu variabel lingkungan, variabel strategi, variabel struktural dan variabel proses. Suatu program yang telah dibuat dan dijalankan tentunya perlu untuk dievaluasi yang nantinya memberikan pengetahuan yang relevan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan atau program yang diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan. Irawan (2013) menjelaskan motif pelaksanaan CSR antara lain: 1) motif izin operasi yaitu menjalankan CSR merupakan bagian dari komitmen dan bentuk ketaatan perusahaan dalam mematuhi peraturan perundang undangan yang mengikat dan wajib ditaati, 2) motif kewahiban moral yaitu menjalankan CSR merupakan wujud moralitas perusahaan dalam menjalankan bisnisnya secara etis, serta senantiasa memperhatikan kepentingan stakeholder khususnya masyarakat, 3) motif reputasi yaitu menjalankan CSR merupakan salah satu strategi dalam memperkuat reputasi perusahaan sebagai perusahaan yang profesional dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap stakeholder khususnya masyarakat, 4) motif keberlanjutan yaitu menjalankan CSR sebagai bagian strategi dalam keberlanjutan aktivitas bisnis perusahaan. Evaluasi program menurut beberapa ahli yang dikutip dalam Yulianti (2012) yaitu : Kajian evaluasi program diperlukan dengan tujuan untuk menilai seberapa besar berbagai program sosial dapat meningkatkan kesejahteraan, bagaimana program sosial berlangsung dan bagaimana program dapat menjadi lebih efektif seperti yang dikemukakan oleh Sadish (1991). Evaluasi program juga menurut Mark (2000) dapat membantu menjelaskan tentang kebijakan dan program dengan mengadakan penyelidikan yang sistematis yang menggambarkan dan menjelaskan tentang operasi program, efek program, justifikasi 45 program dan implikasi sosial. Evaluasi program juga menurut Patton yang dikutip oleh Shaw (2006), yaitu pengumpulan informasi secara sistematis tentang kegiatan-kegiatan, karakteristik dan outcomes untuk menilai program, peningkatan efektivitas program. dan atau menginfromasikan keputusan tentang program mendatang. Sedangkan menurut Dunn (2003), istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk kepada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Kriteria evaluasi atau penilaian sendiri bermacam-macam. Menurut Dunn (2003) dalam Yulianti (2012), bahwa kriteria-kriteria evaluasi untuk menilai hasil kebijakan itu, antara lain : efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Evaluasi dan pelaporan merupakan bagian dari upaya perbaikan program CSR di masa depan. Hadi (2011) dikutip oleh Irawan (2013) yang menyatakan evaluasi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan: evaluasi pelaksanaan CSR dilakukan untuk: 1) memperoleh masukan guna perencanaan program kegiatan, 2) memperoleh berbagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan layak atau tidak layaknya program CSR dilanjutkan, 3) memperoleh masukan perbaikan program, 4) memperoleh masukan tentang hambatan program yang sedang dilaksanakan, 5) memperoleh masukan untuk perbaikan, dan 6) mem peroleh rekomendasi dan pelaporan terhadap penyandang dana. Secara bisnis, hasil evaluasi program dapat digunakan sebagai salah satu sajian obyektif tentang social performance korporasi, yang kemudian menjadi sangat bermanfaat untuk meningkatkan corporate image dan bahan pertimbangan bagi calon investor dalam menanamkan modalnya (Orlitzky & John, 2001 dalam Proyogo 2011). Secara sosial, kinerja program CSR dan CD pada gilirannya dapat menentukan seberapa besar social legitimacy (penerimaan sosial) para pemangku kepentingan, utamanya komunitas sekitar, atas komitmen, kehadiran dan tindakan korporasi secara umum (Prayogo, 2008c dalam Prayogo 2011). Efektivitas Corporate Social Responsibility Pengertian efektivitas yang dikutip oleh Yulianti (2012) yaitu : menurut Hadayaningrat (1995) merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pendapat lainnya mengenai efektivitas yaitu menurut Susanto (1975), efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi. Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang. Menurut Barnard (Nurudin, 2007 dalam Yulianti 2012), pengertian efektif adan efisien dikaitkan dengan sistem kerja sama seperti dalam organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan, yaitu Efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Sementara efisiensi dalam hubungan kerjasama suatu sistem merupakan hasil gabungan efisiensi dari upaya yang dipilih masing-masing individu. Efektivitas program harus sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan masalah lingkungan social (Supriadinata dan Goestaman 2013). 46 Modal Sosial Dikutip Inayah (2012), Definisi modal sosial menurut beberapa ahli yaitu : Putnam, et al (dalam Suharto, 2007) menyatakan modal sosial adalah penampilan organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma (atau hal timbal balik), dan jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat), yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Fukuyama (1995) menyatakan modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah komunitas. Eva Cox (1995) menyatakan modal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan social yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama. Menurut Suharto (2007) modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas. Pengukuran modal sosial sering dilakukan melalui hasil interaksi tersebut, seperti: terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Menurut Daryanto (2004), Modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (norms), dan kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koodinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama. Brehm dan Rahn (1997) berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Sementara Dasgupta dan Seragelsdin (2000) dan World Bank (2003) mengartikan modal sosial sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms), hubungan (relationships) dan kepercayaan sosial (social trust) yang membentuk kuantitas dan kualitas suatu interaksi sosial masyarakat. Narayan dan Cassidy (1999) dalam Daryanto (2004) telah menyampaikan beberapa indikator dalam mengukur modal sosial dengan melakukan kombinasi dari berbagai metodologi kuantitatif dan kualitatif kita akan bisa menemukan seberapa jauh modal sosial tersedia dalam pembangunan. Ukuran modal sosial dalam komunitas masyarakat yaitu : (1) Karakteristik grup, (2) Norma Umum, (3) Kekompakan, (4) Sosialisasi sehari-hari, (5) Hubungan dengan lingkungan, (5) Kesukarelaan, (6) Kepercayaan. Dikutip oleh Rosyida dan Nasdian (2011), Modal sosial adalah seperangkat nilainilai, norma-norma, dan kepercayaan yang memungkinkan sekelompok warga dapat bekerjasama secara efektif dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan-tujuannnya (Putman,1993 dalam Suwartika, 2003). Uphoff (2000) dalam Suwartika (2003) membagi komponen modal sosial ke dalam dua kategori, yaitu pertama, kategori struktural yang dihubungkan dengan berbagai bentuk asosiasi sosial dan kedua, kategori kognitif dihubungkan dengan proses–proses mental dan ide-ide yang berbasis pada ideologi dan budaya. Komponen-komponen modal sosial (Uphoff, 2000 dalam Suwartika, 2003) tersebut diantaranya: 1. Hubungan sosial (jaringan); merupakan pola-pola hubungan pertukaran dan kerjasama yang melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan. Komponen ini termasuk pada kategori struktural. 2. Norma; kesepakatan-kesepakatan tentang aturan yang diyakini dan disetujui bersama. 47 3. Kepercayaan; komponen ini menunjukkan norma tentang hubungan timbal balik, nilainilai untuk menjadi seseorang yang layak dipercaya. Pada bentuk ini juga dikembangkan keyakinan bahwa anggota lain akan memiliki keinginan untuk bertindak sama. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif. 4. Solidaritas; terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersama-sama, menutupi biaya bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya. Komponen ini termasuk dalam kategori struktural 5. Kerjasama; terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri. Sikapsikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk kemaslahatan bersama, keyakinan bahwa kerjasama akan menguntungkan. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif. Menurut Djohan (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011), modal sosial yang ideal adalah modal sosial yang tumbuh di masyarakat. Modal sosial yang dimiliki seyogianya memiliki muatan nilai-nilai yang merupakan kombinasi antara nilai-nilai universal yang berbasis humanisme dan nilai-nilai pencapaian (achievement values) dengan nilai-nilai lokal. Modal sosial juga sebagai salah satu modal korporat yang strategis berpengaruh signifikan terhadap profit yang dicapai dan salah satu representasi kinerja finansial perusahaan (Svendsen 1998 dalam Rahardja, Zain, Salim, Rahayu 2011). Dikutip oleh Inayah (2012), Ridell dalam Suharto (2007) menuliskan tiga parameter modal sosial: (1) Kepercayaan (trust), harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat, yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan normanorma yang dianut bersama; (2) Norma-norma (norms), norma terdiri pemahamanpemahaman, nilai-nlai, harapan-harapan, dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang; (3) Jaringan-jaringan (networks), merupakan infrastruktur dinamis yang berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan mem-perkuat kerjasama. Unsur-unsur modal sosial menurut Hasbullah (2006) dalam Inayah (2012) mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu: Participation in a network (kemampuan anggota kelompok selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok). Reciprocity (pada kelompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi). Trust (hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial karena didasari kepercayaan). Social norms (norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat). Value (nilai merupakan hal yang penting dalam kebudayaan, biasanya mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola cultural). Proactive action (perilaku inisiatif dalam mencari informasi berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan, dan beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu mapun kelompok, merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat). 48 SIMPULAN Tanggung jawab perusahaan atau lebih terkenal dengan CSR merupakan solusi untuk menimalisir banyaknya isu-isu yang dibicarakan diantaranya kesejahteraan masyarakat dan kerusakan lingkungan, terkait dengan eksploitasi maupun pengelolaan sumberdaya alam. CSR telah diterima dan menjadi trend di dunia usaha bisnis. CSR menjalankan kegiatan yang menitikberatkan pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan seperti mengacu pada konsep Triple Bottom Line (People, Profit, Planet). Setiap perusahaan tidak bisa hanya mengeruk laba sebanyak-banyaknya namun juga tetap mengindahkan masyarakat, karena itu dibutuhkannya keseimbangan diantara kinerja finansial dan kinerja sosial. Kegiatan CSR tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, namun juga bermanfaat bagi perusahaan karena dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan investor terhadap perusahaan dalam membangun corporate image sehingga membawa keuntungan dalam segi finansial perusahaan. Modal sosial menjadi salah satu pendorong kegiatan CSR untuk mengatasi dinamika lingkungan bisnis dan mengembangkan kemitraan. Pengembangan sumberdaya internal dan mengelola kekuatan eksternal dilakukan untuk membangun modal sosial. Pengembangan kemitraan terhadap berbagai stakeholder akan mempengaruhi implementasi CSR dan pencapaian keberhasilan program. Program CSR yang efektif disesuaikan dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sehingga menghasilkan program yang bermanfaat dan berkelanjutan. Adanya evaluasi program CSR yang dilakukan perusahaan akan berguna bagi masyarakat, lingkungan dan khususnya bagi perusahaan itu sendiri untuk mengukur efektivitas program. Selanjutnya, peran modal sosial sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Modal sosial akan mempermudah membangun masyarakat sehingga jika dikaitkan dengan CSR, modal sosial sebagai katalisator yang mampu mengembangkan pembangunan baik ekonomi ataupun sosial. Modal sosial juga sebagai modal perusahaan memperluas jaringan kepada stakeholder dengan adanya komunikasi dan interaksi, yang memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Keberhasilan program dapat diukur dengan efektivitas program yang telah dijalankan. Adanya implementasi program yang baik dan didukung modal sosial yang kuat dapat menghasilkan efektivitas program yang berdampak positif bagi masyarakat dan perusahaan. 49 KERANGKA PEMIKIRAN Tanggung jawab perusahaan dilakukan untuk menitikberatkan pada keseimbangan aspek ekonomi maupun sosial sehingga diharapkan program yang dilahirkan tetap berkelanjutan. Program CSR hadir untuk meminimalisir dampak buruk lingkungan dan meningkatkan dampak sosial dan ekonomi masyarakat. Implementasi program CSR merupakan bagian terpenting untuk dapat menghasilkan program yang efektif bagi masayarakat dan lingkungan. Ada tahapan dalam implementasi CSR yang baik yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, tahap pelaporan. Tahap terpenting dalam pencapaian efektivitas program yaitu pada tahap evaluasi. Tahap evaluasi menentukan sejauh mana ukuran efektivitas CSR dan tahap pelaporan merupakan faktor pendukung meningkatkan efektivitas program. Efektivitas CSR tidak hanya membutuhkan implementasi yang baik. Salah satu faktor pendukung yaitu modal sosial juga harus dikembangkan guna memudahkan program diterima masyarakat dan berkelanjutan. Modal sosial merupakan suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama. Modal sosial perusahaan yang kokoh didasari oleh strategi korporat stakeholder. Strategi korporat stakeholder memberikan perhatian untuk perusahaan kepada berbagai pihak yang berkepentingan baik eksternal maupun internal. Dalam hal ini modal sosial, implementasi CSR dan efektivitas program CSR dapat mempengaruhi kinerja sosial perusahaan dan kinerja finansial perusahaan. Kinerja sosial yang baik dapat mempengaruhi kinerja finansial perusahaan karena bertambahnya trust masyarakat berbanding lurus dengan keuntungan perusahaan. Berikut ini kerangka analisis yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis dari semua pustaka yang digabungkan. Kerangka ini menunjukan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan para penulis dalam pustakanya. 50 Kelembagaan Strategi Korporat Stakeholder Pembangunan Manusia Pembangunan Sosial Pembangunan Ekonomi Pembangunan Politik Kinerja Sosial Modal Sosial Kesejahteraan Prinsip Triple Bottom Line Keberlanjutan Program Efektivitas CSR Motif CSR Kesadaran Perusahaan Kinerja Finansial Implementasi CSR Partisipasi Stakeholder Stakeholder CSR Goal Keberhasilan CSR Corporate Social Issue Corporate Relation Program Perspektif locality development Audit CSR Laporan Berkelanjutan Perspektif social action Pendekatan social planning Gambar 14. Kerangka Pemikiran Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial 51 Pertanyaan Penelitian Program CSR yang dijalankan perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meminimalisir isu-isu sosial dan lingkungan. Program CSR dapat bermanfaat dan berkelanjutan sangat diharapkan bagi masyarakat sehingga dibutuhkan program yang efektif untuk dijalankan. Oleh karena itu, berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat diambil beberapa pertanyaan analisis antara lain: 1. Bagaimana pengaruh keberlanjutan program CSR terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan? 2. Bagaimana peran modal sosial dalam mengefektifkan program CSR? 52 DAFTAR PUSTAKA Anatan L. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktik di Indonesia. Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Desember2011]. 4. Dapat diunduh dari: http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnalmanajemen/article/view/220 Daryanto A. 2004. Penguatan Kelembagaan Sosial Ekomoni Masyarakat Sebagai Modal Sosial Pembangunan. Jurnal IPB. [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. 9(1). Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43755 Fadilah S. 2009. Keberhasilan Kegiatan Corporate Social Responsibility Melalui Pengungkapan dan Audit Corporate Social Responsibility. Jurnal Telaah dan Riset Akuhtansi. 2(2). [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: http://jurnal.unsyiah.ac.id/TRA/article/download/319/304. Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pembangunan Humaniora. [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. 12 (1). Dapat diunduh dari: http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/paper_6%20apr%202012. pdf Irawan E. 2013. Program Corporate Social Responsibility Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal UNPAD. [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/pustaka_unpad_program_corporate_social_responsibility .pdf. Mapisangka, Andi. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Sosial Pembangunan. [Internet]. [diunduh tanggal 30 Oktober 2014]. 1(1). Dapat diunduh dari: http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/ANDI_M-CSR1.pdf Prayogo D. 2011. Evaluasi Program Corporate Social Responsibility dan Community Development pada Industri Tambang dan Migas. Jurnal Sosial Humaniora. [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. 15(1). Dapat diunduh dari: http://journal.ui.ac.id/humanities/article/view/893/852 Prayogo dan Hilarius. 2012. Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi. [Internet]. [diunduh tanggal 4 Oktober 2014]. 17(1). Dapat diunduh dari: http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2012.pdf Rahardja, Rahayu, Salim dan Ubud. 2011. Implementasi Corporate Social Responsibility dan Implikasinya dalam Perspektif Teori Stakeholder (Studi pada Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah). Jurnal Manajemen. [Internet]. 53 [diunduh tanggal 30 Oktober 2014]. 9(2). Dapat diunduh http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/download/247/278 dari: Rosyida, Isma dan Nasdian, F.T. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Pedesaan. Jurnal Transdisiplin Sosiologi. [Internet]. [diunduh tanggal tanggal 30 Oktober 2014]. 5(1). Dapat diunduh dari: http://jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/4%20Isma%20Rosyida.pdf Solihin I. 2009. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability. Jakarta [ID]: Salemba Empat. 216 hal. Supriadinata dan Goestaman. 2013. Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Persahaan ; Studi Kasus PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende. Jurnal Ilmiah. [Internet]. [diunduh tanggal 4 Oktober 2014]. 2(1). Dapat diunduh dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119337&val=5455 Yulianti, D. 2012. Efektiitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung. (Suatu Evaluasi atas Program CSR). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. [Internet]. [diunduh tanggal 8 Oktober 2014]. 3(1). Dapat diunduh dari: http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/112-353-1-PB 54 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten suatu pagi pada tanggal 25 Desember 1992 sebagai anak pertama dari 2 bersaudara. Buah cinta pasangan Conefi Antono dan Hesti yang kini bertempat tinggal di Jakarta Timur. Menempuh pendidikan formal di SDN 05 pagi Rambutan Jakarta, SMP 9 SSN Jakarta, SMAN 48 Jakarta, dan Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB. Penulis juga aktif mengikuti pendidikan non-formal seperti les berbahasa inggris dan pelatihan public speaking. Selain aktif menjalani kegiatan perkuliahan di kampus. Penulis juga aktif menjalani kehidupan berorganisasi, penulis mendedikasikan dirinya sebagai pengurus himpunan mahasiswa peminat ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat (HIMASIERA) sebagai staff divisi Public Relation (PR). Berbagai kepanitian dalam acara kemahasiswaan telah dilakukan untuk memperkaya pengalaman di masa perkuliahan.