pendahuluan

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
HUBUNGAN MODAL SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPOSIBILITY (CSR)
GINA NEFSTIA SHABRINA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa studi pustaka yang berjudul “Hubungan Modal
Sosial Terhadap Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR)” benarbenar merupakan hasil karya saya yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah
(studi pustaka) pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Studi pustaka ini tidak
mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali
sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya
buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia bertanggung jawab atas pernyataan ini.
Bogor, Januari 2015
Gina Nefstia Shabrina
NIM. I34110097
iii
ABSTRAK
Gina Nefstia Shabrina. Hubungan Modal Sosial Terhadap Efektivitas Program
Corporate Social Responsibility (CSR). Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY
NASDIAN dan MAHMUDI SIWI
CSR atau Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bentuk tanggung jawab yang
mutlak dilakukan oleh perusahaan sebagai kewajiban terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitar. Hal ini dapat mengimbangi perusahaan dalam mencari laba
sebanyak-banyaknya tanpa mengesampingkan masyarakat dan lingkungan sekitar
sebagai wujud share profit dalam kegiatan usaha mereka. Program CSR (Corporate
Social Responsibility) diharapakan mampu menjadi sebuah solusi dalam pemecahan
masalah sosial di masyarakat. Masalah sosial yang ada dapat di pecahkan jika program
CSR dapat dilaksanakan secara efektif. Efektivitas pelaksanaan program CSR sangat
ditentukan oleh modal sosial yang dimiliki perusahaan. Modal sosial mencakup
hubungan sosial (jaringan), kepercayaan, dan norma.
Kata Kunci : CSR, modal sosial, efektivitas CSR, pemangku kepentingan (stakeholder)
ABSTRACT
Gina Nefstia Shabrina. Relations Social Capital on The Effectiveness of Corporate
Social Responsibility (CSR) Programs. Under the supervision of FREDIAN TONNY
NASDIAN and MAHMUDI SIWI
CSR or Corporate Social Responsibility is the form of absolute responsibility
undertaken by the company as obligations to the community and the environment. It
make to offset the company in seeking profit as much as possible without compromising
community and environment as a form of “profit share” in their business activities. The
CSR program is expected to able as a solution of social problem solving in society. The
existing social problem could be solved if the CSR programe is conducted effectively.
The effectivity of CSR program is definitely determined with the social capital of the
company. Social capital includes social relationships (networks), beliefs, and norms.
Keywords: CSR, social capital, effectivity of CSR, stakeholder
iv
HUBUNGAN MODAL SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPOSIBILITY (CSR)
Oleh:
GINA NEFSTIA SHABRINA
I34110097
Laporan Studi Pustaka
Sebagai Syarat Kelulusan KPM 403
Pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang ditulis oleh:
Nama
: Gina Nefstia Shabrina
Nomor Mahasiswa : I34110097
Judul
: Hubungan Modal Sosial Terhadap Efektivitas Program
Corporate Social Responsibility (CSR)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
Dosen Pembimbing I
Mahmudi Siwi, SP, MSi
Dosen Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan : _______________________________
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang maha Esa yang kebenaran dan
keberadaan-Nya tidak dapat diragukan oleh siapapun. Berkat rahmat nikmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan studi pustaka yang berjudul “Hubungan
Modal Sosial Terhadap Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR)”
sebagai salah satu syarat mata kuliah mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat ini. Selain tujuan diatas penulis juga ingin belajar dan juga
mengembangkan diri untuk dapat meningkatkan taraf berkehidpuan yang lebih baik.
Ucapan terima kasih yang paling dalam dan tulus untuk kedua orang tua yang
telah memberikan semangat lahir dan batin Ibunda Hesti dan Ayahanda Conefi Antono
yang telah memberikan motivasi dan doa yang tidak pernah ada habisnya, dan juga
kepada Adikku Muhammad Irsyadh Pribadi yang juga selalu memberikan doa dan
semangat dalam kehidupan penulis. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih dan
rasa hormat yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Fredian Tonny
Nasdian, MS dan Bapak Mahmudi Siwi, SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan
studi pustaka ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat
sekaligus teman seperjuangan Hafid Kurniawan, Rizki Nur Fadila, Ami Kusuma
Handayani, Pingkan Citra Amalia, Novia Annisa Putri, Mutiara Irfarinda, Siti Nadhira,
Cynda Adissa Lianita, Futri Amelia, Lingga Detia Ananda dan Wenny Dwiharyenti
yang telah memberi semangat dan dukungan penuhnya. Tidak lupa juga kepada seluruh
teman-teman seperjuangan SKPM Angkatan 48 juga keluarga besar SKPM IPB yang
nama-namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu sebagai teman berdiskusi, saling
bertukar pikiran, membantu dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi
pustaka ini.
Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2015
Gina Nefstia Shabrina
NIM. I34110097
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................
Tujuan...............................................................................................................
Metode Penelitian.............................................................................................
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1. Jurnal Evaluasi Program Corporate Social Responsibility dan
Community Development pada Industri Tambang dan Migas (Dody
Prayogo 2011) ……………………………..……………………........
2. Jurnal ‘Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Perusahaan ;
Studi Kasus PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pemasaran TBBM
Depot Ende’ (Supriadinata dan Goestaman 2013)………....………....
3. Jurnal ‘Keberhasilan Kegiatan Corporate Social Responsibility
Melalui Pengungkapan dan Audit Corporate Social Responsibility’
(Fadilah 2009)……...............................................................................
4. Jurnal ‘Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan
Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat’
(Prayogo dan Hilarius 2012).................................................................
5. Jurnal ‘Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII
(PERSERO) Lampung; Suatu Evaluasi atas Program’ (Yulianti
2012)......................................................................................................
6. Jurnal ‘Program Corporate Social Responsibility (CSR) Berbasis
Pemberdayaan’ (Irawan 2013)..............................................................
7. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability
(Solihin 2009).......................................................................................
8. Jurnal ‘Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan
Praktik di Indonesia’ (Anatan 2008).....................................................
9. Jurnal ‘Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup
Masyarakat’ (Mapisangka 2009)...........................................................
10. Jurnal ‘Implementasi Corporate Social Responsibility dan
Implikasinya dalam Perspektif Teori Stakeholder; Studi pada
Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah’ (Rahardja et
al. 2011).................................................................................................
11. Jurnal ‘Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR)
dan Dampaknya Terhadap Komunitas Perdesaan’ (Rosyida dan
Nasdian 2011).......................................................................................
12. Jurnal ‘Penguatan Kelembagaan Sosial Ekomoni Masyarakat
Sebagai Modal Sosial Pembangunan’ (Daryanto 2004).......................
13. Jurnal ‘Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan’ (Inayah 2012)....
viii
ix
1
2
2
3
6
8
11
14
16
19
22
25
28
31
34
37
viii
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Corporate Social Responsibility........................................................................
Implementasi Corporate Social Responsibility.................................................
Efektivitas Corporate Social Responsibility.....................................................
Modal Sosial.....................................................................................................
41
43
45
46
SIMPULAN
Kerangka............................................................................................................. 49
Pertanyaan Penelitian......................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 1.................................................................................................
5
Tabel 2. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 2.................................................................................................
8
Tabel 3. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 3................................................................................................. 10
Tabel 4. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 4................................................................................................. 12
Tabel 5. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 5................................................................................................. 15
Tabel 6. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 6................................................................................................. 18
Tabel 7. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 7................................................................................................. 21
Tabel 8. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 8................................................................................................. 24
Tabel 9. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 9................................................................................................. 27
Tabel 10. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 10............................................................................................... 30`
Tabel 11. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 11............................................................................................... 33
Tabel 12. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 12............................................................................................... 36
Tabel 13. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung
dalam Pustaka 13...........................................................................................
39
Tabel 14.Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial........................
42
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1........................................................
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2........................................................
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pustaka 3........................................................
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Pustaka 4........................................................
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5........................................................
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6........................................................
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Pustaka 7........................................................
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Pustaka 8........................................................
Gambar 9. Kerangka Pemikiran Pustaka 9........................................................
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10....................................................
Gambar 11. Kerangka Pemikiran Pustaka 11....................................................
Gambar 12. Kerangka Pemikiran Pustaka 12....................................................
Gambar 13. Kerangka Pemikiran Pustaka 13....................................................
Gambar 14. Kerangka Pemikiran......................................................................
5
8
10
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39
50
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha mungkin jauh lebih dinamis dan memiliki tantangan
yang lebih kompleks serta kecepatan perubahan yang sangat tinggi. Namun hasil dan
dampaknya dapat dirasakan secara lebih nyata dan cepat di masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan tidak selamanya baik. Ada pula
dampak buruk yang ditimbulkan terhadap masyarakat akibat usaha yang dilakukan
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan hendaknya melakukan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang sejalan dengan dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat
dan tidak hanya menjalankan visi yang berkaitan dengan urusan keuangan saja. Pada
kenyataannya masih banyak diantara perusahaan-perusahaan yang mengabaikan isu-isu
seperti kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar perusahaan.
Dari permasalahan tersebut pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Peraturan tersebut mengharuskan tiap perusahaan
melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen Perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya1. Hal ini sama dengan berkontribusi terhadap
masyarakat yang dikenal dengan sebutan CSR. CSR menurut ISO 26000 adalah bentuk
tanggung jawab organisasi terhadap dampak dari keputusan dan aktivitas organisasi
terhadap masyarakat serta lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis yang
memberikan kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat; turut mempertimbangkan harapan dari pemangku kepentingan; sejalan dengan
hukum yang berlaku dan sesuai dengan norma-norma universal; dan terintegrasi di seluruh
organisasi dan dipraktikkan dalam hubungan-hubungannya2. Aturan ini sebagai standar
pentingnya perusahaan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. CSR
menjalankan kegiatan yang menitikberatkan pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
seperti mengacu pada konsep Triple Bottom Line (People, Profit, Planet). Setiap
perusahaan tidak bisa hanya mengeruk laba sebanyak-banyaknya namun juga tetap
memperhitungkan dampak operasi perusahaan terhadap masyarakat, karena itu
dibutuhkannya keseimbangan diantara kinerja finansial dan kinerja sosial.
Konsep diatas menunjukkan adanya hubungan yang erat antara perusahaan dan
masyarakat, sehingga perusahaan harus memiliki modal sosial yang kuat. Modal sosial
adalah suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi,
seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik
(reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange),
kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasiasosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga
memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan3. Dari
definisi tersebut menggambarkan hubungan modal sosial dan perilaku masyarakat dengan
sesamanya dilihat dari hubungan timbal balik dan solidaritasnya. Modal sosial merupakan
faktor pendukung yang dapat mempermudah membangun masyarakat. Peran modal sosial
1
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 Butir 3
Rachman, NM, et al. 2011. Panduan Lengkap Perencanaan CSR. Jakarta : Penebar Swadaya.
3
Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Bogor : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
2
2
sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Hal ini berkaitan dengan
timbulnya unsur (trust) didalam modal sosial untuk mendukung keberlanjutan program
CSR.
Penerapan atau implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
masyarakat/komunitas tidak selalu berjalan dengan baik dan mulus. Maka dari itu setiap
perusahaan harus memiliki indikator keberhasilan program CSR. Indikator ini bertujuan
untuk mengevaluasi dan mengetahui keberhasilan pelaksanaan CSR secara organisasi atau
institusi serta individu pelaku CSR tersebut. Tanpa adanya indikator, pelaku CSR tidak
akan termotivasi karena tidak tahu manfaat dari pelaksanaan programnya. Keberhasilan
program dapat diukur dengan indikator efektivitas program. Efektivitas program CSR
bermanfaat bagi perusahaan program CSR dalam meningkatkan brand image perusahaan,
selanjutnya dapat meningkatkan profit bagi masyarakat melalui program CSR diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan, dan bagi pemerintah melalui program CSR dapat
meminimalisir bahkan menyelesaikan masalah sosial yang ada. Sehingga ketercapaian
program CSR ini sangat berkaitan dengan perilaku dan kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan. Sehubungan dengan ini perlu dikaji lebih mengenai hubungan modal sosial
terhadap efektivitas program CSR.
Tujuan Penulisan
Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan dalam
masyarakat/komunitas diharapkan tetap berkelanjutan, dengan itu dalam implementasi
program CSR haruslah memiliki indikator keberhasilan agar dapat mengevaluasi program.
Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk mengkaji konsep CSR. Selanjutnya tercapainya
program CSR yang efektif dapat didorong dengan beberapa faktor pendukung, salah satu
faktor pendukung yaitu modal sosial. Dalam hal ini bagaimana modal sosial yang dimiliki
masyarakat sekitar perusahaan. Dan juga keterkaitan modal sosial terhadap
efektivitas program CSR.
Metode Penulisan
Penulisan laporan studi pustaka ini dilakukan melalui pengumpulan data sekunder
(studi literatur) dari berbagai tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah yang dimaksud antara lain
jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian, hasil seminar yang diterbitkan dalam prosiding, dan
dokumen resmi lainnya serta tulisan atau artikel dalam media dan buku-buku yang
membahas atau mempublikasikan masalah-masalah terkait. Pengajian pustaka dilakukan
melalui proses membaca, meringkas, dan mengkritisi setiap judul pustaka yang relevan
dengan topik kajian untuk kemudian dianalisis dengan teori-teori yang relevan dan disusun
menjadi sebuah tulisan yang utuh
3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1. Judul
: Evaluasi Program Corporate Social Responsibility dan
Community Development pada Industri Tambang dan
Migas
Tahun
: 2011
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Dody Prayogo
Nama Editor
:
Judul Jurnal
: Jurnal Sosial Humaniora
Volume (Edisi): hal : Vol. 15 No.1
Alamat URL/doi
: http://journal.ui.ac.id/humanities/article/view/893/852
Tanggal diunduh
: 1 Oktober 2014
Kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan kegiatan wajib untuk
semua korporasi setelah disahkannya UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Tinjauan Kinerja CSR tidak bisa dilihat dari baik buruknya relasi korporasi pemangku
kepentingan saja, namun dapat terlihat dari komitmen, kebijakan dan tindakan korporasi
terhadap pemangku kepentingan mereka atau terhadap komunitas terdekat (Carrol 1999;
Stone 2001). Secara teknis, evaluasi atas kinerja program yang telah diimplementasikan
merupakan sebuah keharusan manajemen guna melihat seberapa tepat tujuan yang akan
dicapai dan seberapa besar capaian yang telah dihasilkan sebagai luaran ataupun hasil dari
program (Buchholtz, Allen, & Matthew 1999, Murray, 2004; Warhurst, 2001). Secara
bisnis, hasil evaluasi program dapat digunakan sebagai salah satu sajian obyektif tentang
social performance korporasi, yang kemudian menjadi sangat bermanfaat untuk
meningkatkan corporate image dan bahan pertimbangan bagi calon investor dalam
menanamkan modalnya (Orlitzky & John, 2001). Secara sosial, kinerja program CSR dan
CD pada gilirannya dapat menentukan seberapa besar social legitimacy (penerimaan sosial)
para pemangku kepentingan, utamanya komunitas sekitar, atas komitmen, kehadiran dan
tindakan korporasi secara umum (Prayogo, 2008c). Metode dalam melakukan evaluasi
program CSR dan CD dari hasil pengalaman langsung dari sejumlah evaluasi.
Secara lebih fokus evaluasi program ditujukan untuk memenuhi pertimbangan
“sosial” dan “bisnis” tersebut, yakni relasi dengan pemangku kepentingan dan citra
korporasi, sementara pertimbangan “teknis” atau manajemen hanya melengkapi dua
pertimbangan sebelumnya. Dengan melaksanakan program CSR dan CD secara baik, maka
resiko bisnis atas tekanan dari pemangku kepentingan sosial terhadap korporasi akan
semakin rendah. Oleh sebab itu, untuk memastikan korporasi telah melaksanakan program
CSR dan CD secara baik diperlukan evaluasi terhadap program tersebut.
Evaluasi Program. Garis besar metode kerja dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu: pertama, melakukan formulasi disain evaluasi termasuk menetapkan variabel,
indikator dan ukuran serta metode pengumpulan dan analisis data. Kedua, melakukan
penelitian lapangan dengan sebelumnya membuat rencana kerja, menetapkan sampel,
informan, objek observasi dan data sekunder. Ketiga, memproses, menyeleksi dan
4
merapikan data, baik data kuantitatif maupun kualitatif. Pada bagian ini juga dilakukan
analisis data dan penulisan laporan.
Langkah kerja seperti ini sangat umum dilakukan dalam penelitian lapangan.
Namun perbedaannya, substansi dan metode dalam evaluasi dirancang secara khusus untuk
memberikan penilaian “baik-buruk” atau “berhasil-gagal” berkenaan dengan keadaan atau
capaian kerja program. Oleh sebab itu, dalam proses penilaian ini sangat ditekankan
pentingnya etika dan pendekatan yang terandalkan agar hasil evaluasi benar.
Bentuk Evaluasi. Berkaitan dengan konsep evaluasi, dapat dibedakan tiga bentuk
evaluasi, yakni formative evaluation, summative evaluation, dan empowerment evaluation
(Dale, 2004). Perbedaan pendekatan program dipengaruhi oleh perspektif dan pendekatan,
kepentingan serta tujuan yang hendak dicapai, maka evaluasi atas keberhasilan program
harus merujuk pada aspek tersebut. Tingkat keberhasilan program menurut perspektif
locality development, misalnya, akan berbeda dengan perpektif social action dan social
planning (Botes and Rensburg, 2000; Gunn & Hazel, 1991). Karena tujuan program
menurut perpektif locality development adalah melakukan pembangunan dengan
meningkatkan kemandirian, maka ukuran keberhasilannya adalah derajat ”independency”
komunitas atau masyarakat terhadap bantuan dan intervensi luar. Sementara menurut
perpektif social action, tujuan program CSR dan CD adalah membuat perubahan sosial,
meningkatkan posisi tawar komunitas atau masyarakat terhadap institusi lain sehingga
pengukuran keberhasilan program akan ditekankan pada tingkat ”pemberdayaan” yang
dicapai oleh komunitas bersangkutan. Menurut pendekatan ini bentuk evaluasi yang kerap
digunakan adalah bentuk evaluasi pemberdayaan dengan melihat bagaimana capacity
building komunitas dalam melakukan pembangunan atau bahkan gerakan sosial secara
mandiri. Pada pendekatan social planning, tujuan utama yang hendak dicapai adalah
memecahkan masalah tertentu dalam masyarakat, seperti masalah kemiskinan, pendidikan,
kesehatan atau sejenisnya. Untuk tujuan itu maka keberhasilan program dilihat dari
seberapa jauh derajat pemecahan masalah dimaksud dapat tercapai, sehingga bentuk
evaluasi yang relevan digunakan adalah bentuk evaluasi formatif dan sumatif. Karena
pendekatan program CSR dan CD lebih mengacu pada social planning, maka bentuk
evaluasi program yang banyak dilakukan adalah bentuk formatif dan sumatif.
Tujuan dan indikator keberhasilan program harusnya tertera dalam dokumen
perencanaan, namun sebagian besar program CSR dan CD tidak mencantumkan indikator
keberhasilan, bahkan banyak korporasi tidak memiliki dokumen perencanaan CSR dan CD.
Jika hal ini yang terjadi maka sebelum melakukan evaluasi terlebih dahulu harus
dikembangkan indikator dan ukuran. Secara struktural, evaluasi keberhasilan program
secara keseluruhan dapat dipilah dalam tingkatan prosesnya, yakni dari tujuan langsung
yang nyata (outcome) hingga ke tingkat yang lebih tidak langsung seperti dampak (impact).
Dengan kerangka ini dapat dievaluasi keadaan mulai dari tingkat intended objectives
hingga ke tingkat development objectives. Pada tingkat intended (capaian), evaluasi
dilakukan terhadap output atau keluaran program secara langsung, apakah keluaran sesuai
dengan yang direncanakan atau tidak.
Etika Evaluasi. Terdapat beberapa prinsip penting yang perlu ditegaskan, yakni
objektivitas (berdasar kenyataan) dan netralitas (tidak berpihak). Untuk mencapai
objektivitas dan netralitas diperlukan integritas dari aktor pelaksana evaluasi (evaluator).
Setidaknya dapat dipetakan tiga dimensi substansi penting dalam evaluasi program
CSR dan CD, yakni: 1) program CSR dan CD terkait dengan variabel yang hendak dinilai;
5
2) pemetaan tipologi desa dan komunitas dikaitkan dengan program CSR dan CD; dan 3)
pemetaan potensi desa dan komunitas untuk pengembangan program yang relevan.
ANALISIS
Dalam mengevaluasi program dapat digunakan tiga bentuk evaluasi dan perlu diketahui
etika-etika evaluasi. Baiknya evaluasi dapat menguntungkan perusahaan karena dianggap
memiliki kinerja yang baik juga. Kegiatan CSR akan bermanfaat bagi perusahaan karena
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan investor terhadap perusahaan (corporate
image) sehingga membawa keuntungan dalam segi finansial. Tidak hanya segi finansial
namun juga sosial karena melibatkan stakeholder komunitas sekitar untuk meningkatkan
kinerja perusahaan.
Perspektif locality development
Perpektif social action
Keberhasilan Program
Pendekatan social planning
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1
Tabel 1. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
1
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Perspektif
- Melakukan pembangunan
Tujuan program menurut perpektif
locality
- Meningkatkan kemandirian
locality
development
adalah
development
melakukan pembangunan dengan
meningkatkan kemandirian, maka
ukuran keberhasilannya adalah
derajat ”independency” komunitas
atau masyarakat terhadap bantuan
dan intervensi luar.
Perpektif social
- Perubahan sosial
Tujuan program CSR dan CD
action
- Pemberdayaan
adalah membuat perubahan sosial,
meningkatkan
posisi
tawar
komunitas
atau
masyarakat
terhadap institusi lain sehingga
pengukuran keberhasilan program
akan ditekankan pada tingkat
”pemberdayaan” yang dicapai oleh
komunitas bersangkutan. Menurut
pendekatan ini bentuk evaluasi
yang kerap digunakan adalah
bentuk evaluasi pemberdayaan
6
Variabel
Sub Variabel
Pendekatan
social planning
- Pemecahan masalah
Keberhasilan
program
- Outcome
- Impact
2. Judul
Fakta Pendukung
dengan
melihat
bagaimana
capacity building komunitas dalam
melakukan pembangunan atau
bahkan gerakan sosial secara
mandiri.
Tujuan utama yang hendak dicapai
adalah
memecahkan
masalah
tertentu dalam masyarakat, seperti
masalah kemiskinan, pendidikan,
kesehatan atau sejenisnya. Untuk
tujuan itu maka keberhasilan
program dilihat dari seberapa jauh
derajat
pemecahan
masalah
dimaksud dapat tercapai, sehingga
bentuk evaluasi yang relevan
digunakan adalah bentuk evaluasi
formatif dan sumatif. Karena
pendekatan program CSR dan CD
lebih mengacu pada social
planning, maka bentuk evaluasi
program yang banyak dilakukan
adalah bentuk formatif dan sumatif.
Keberhasilan
program
secara
keseluruhan dapat dipilah dalam
tingkatan prosesnya, yakni dari
tujuan langsung yang nyata
(outcome) hingga ke tingkat yang
lebih tidak langsung seperti
dampak (impact).
: Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility
(CSR) Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial
Lingkungan Persahaan ; Studi Kasus PT. Pertamina
(PERSERO) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Wahyu Supriadinata dan Imanuel Goestaman
Nama Editor
:
Judul Jurnal
: Jurnal Ilmiah
Volume (Edisi): hal : Vol. 2 No.1
Alamat URL/doi
: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=1193
37&val=5455
Tanggal diunduh
: 4 Oktober 2014
7
Konsep Triple Bottom Line (3P) People, Planet, Profit mengimplikasikan bahwa
perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholder daripada kepentingan
shareholder. Industri pertambangan adalah pendatang devisa untuk pemerintah yang kerap
dikaitkan dengan citra buruk lingkungan. CSR dimanfaatkan untuk memperluas dampak
postif hasil industri terhadap masyarakat. CSR juga digunakan sebagai alat memperbaiki
citra dan mengurangi risiko atas tekanan publik akibat dampak yang timbul (the Econimist
2008). Penelitian ini mengumpulkan data langsung dari sumber dan wawancara dengan
Operation Head (OH) TBBM Depot Ende
CID Pertamina mencakup empat inisiatif pemberdayaan sebagai bentuk program
CSRnya yaitu : peningkatan kualitas pendidikan berupa beasiswa, pemberdayaan
kesehatan, peningkatan kualitas lingkungan hidup seperti penanaman pohon Cacao,
pemberdayaan masyarakat dan program khusus. Dalam penelitian, penilaian efektivitas
program CSR dibagi menjadi penilaian efektivity, relevance, sustainabilty, impact,
empowerment, dan participation.
Penulis memiliki pilar inisiatif dan serangkaian kegiatan untuk memenuhi indikator
kinerja CSR (GRI). Efektivitas program sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan
peran masyarakat sekitar sehingga menghasilkan program yang memiliki dampak positif
dalam menyelesaikan masalah lingkungan sosial. Sedangkan, program yang tidak
berkelanjutan menjadikan kurang memberikan pemberdayaan bagi masyarakat sehingga
program dianggap kurang efektif.
Penulisi menemukan beberapa masalah yang menjadikan program CSR kurang
efektif dalam pelaksanaannya dengan memberikan rekomendasi sesuai dengan
permasalahan tersebut. Masalah dalam pelaksanaannya yaitu : jangka waktu keberlanjutan
pelaksanaan program CSR, kurangnya pemahaman penerima bantuan, tidak adanya alat
pengukuran tercapainya program CSR oleh TBBM Depot Ende, tidak adanya pelaporan
yang jelas mengenai hasil atas pelaksanaan program. Rekomendasi yang disarankan yaitu:
dibuatnya program yang secara keberlanjutan, adanya pendampingan dan pelatihan secara
menyeluruh, diterapkannya sebuah pengukuran yang dapat dijadikan sebagai alat ukur
keberhasilan kinerja program CSR yang dapat dibandingkan dengan TBBM lainnya untuk
pencapaiannya, pelaporan yang jelas dan merinci mengenai pelaksanaan, perkembangan
program dapat dijadikan sebagai tolok ukur dan evaluasi sehingga program selanjutnya
menjadi lebih baik.
ANALISIS
Efektivitas program CSR menggunakan 6 Aspek yaitu efektivity, relevance, sutainabilty,
impact, empowerment, dan participation. Dimana penilaian efektivitas program melalui
aspek ini sudah sangat popular dibeberapa jurnal. Ada lima program yang telah dibuat
berdasarkan kebutuhan masyarakat, pada tahap evaluasi program, ada beberapa program
yang tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan dari perencanaan program yang kurang matang,
kurang pasrtisapasi dan modal sosial dalam implementasi program CSR. Pemaparan
masalah dan rekomendasi yang diberikan sangat bermanfaat untuk pembelajaran dan
evaluasi dalam kegiatan CSR selanjutnya.
8
Efektivitas CSR
Keberlanjutan program
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2
Tabel 2. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
2
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Efektivitas CSR
efektivity, relevance,
Secara keselurahan program yang
sutainabilty, impact,
yang memenuhi efektivitas serta
empowerment, dan
kesesuaian dalam penyelesaian
participation.
masalah sosial lingkungan adalah
pada program Sehati Pertamina dan
Pengembangan Hubungan dan
Peningkatan Kepercayaan.
Keberlanjutan
Dampak positif lingkungan
Efektivitas program sesuai dengan
program
kebutuhan dan diimbangi dengan
peran masyarakat sekitar sehingga
menghasilkan
program
yang
memiliki dampak positif dalam
menyelesaikan masalah lingkungan
sosial. Sedangkan, program yang
tidak berkelanjutan menjadikan
kurang memberikan pemberdayaan
bagi masyarakat sehingga program
dianggap kurang efektif.
3. Judul
: Keberhasilan Kegiatan Corporate Social Responsibility
Melalui Pengungkapan dan Audit Corporate Social
Responsibility
Tahun
: 2009
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Sri Fadilah
Nama Editor
:
Judul Jurnal
: Jurnal Telaah dan Riset Akuhtansi
Volume (Edisi): hal : Vol. 2 No. 2
Alamat URL/doi
: http://jurnal.unsyiah.ac.id/TRA/article/download/319/304
Tanggal diunduh
: 1 Oktober 2014
CSR dipersepsikan sebagai kegiatan donasi yang dilakukan oleh perusahaan
(corporate philanthropy), sedangkan secara luas CSR pada hakikatnya merupakan suatu
mekanisme pengintegrasian isu sosial dan isu lingkungan ke dalam operasi perusahaan dan
kemudian mengkomunikasikannya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders).
Dalam pengertian tersebut, CSR dianggap sebagai kerangka strategis baru untuk
9
meningkatkan daya saing dan mencapai bisnis berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan
survey untuk mengetahui beberapa negara yang menerbitkan pelaporan keberlanjutan secar
rutin setiap tahun.
Perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar (core
value) yang ditanamkan secara mengakar dalam perusahaan yaitu (1) ketangguhan
ekonomi, (2) tanggung jawab lingkungan dan (3) akuntabilitas sosial. Jika kinerja keuangan
suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak
melalui sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan (sustainability report). Dalam
prakteknya, ada yang menggunakan nama lain untuk laporan jenis ini, misalnya laporan
CSR (CSR report), laporan sosial (social report), laporan lingkungan (environment report)
atau laporan sosial dan lingkungan (social and environment report). Laporan CSR atau
laporan berkelanjutan pada hakikatnya memuat tiga aspek pokok yaitu ekonomi,
lingkungan dan sosial. Oleh sebab itu, laporan ini disebut juga “triple bottom line
reporting” atau “three in one reporting”.
Peraturan mengenai CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.” Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-sanksi secara
terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan CSR (Pasal
34), UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas
perihal CSR bagi perusahaan. Peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci adalah
UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh oleh
Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran
dana hingga tata cara pelaksanaan CSR.
Audit CSR memberi gambaran mengenai framework audit terhadap program CSR.
Aspek-aspek dalam tabel tersebut dikembangkan berdasarkan definisi CSR yang telah
dirumuskan , yakni sebagai: Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian
keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan
(planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan
professional. Lebih jauh dengan adanya audit CSR, diharapkan bahwa kegiatan CSR tidak
cukup untuk diungkapkan dalam laporan berkelanjutan tetapi juga diaudit untuk
memperoleh keyakinan bahwa kegiatan CSR yang telah dijalankan telah sesuai dengan apa
yang seharusnya.
ANALISIS
Dalam meningkatkan efektivitas CSR dibutuhkan implementasi yang baik dan juga
pelaporan CSR yang baik. Aspek-aspek audit CSR yang telah dipaparkan dalam bacaan
menggambarkan kerja CSR. Dari keempat aspek tersebut yaitu pertanyaan dasar, kriteria
yang baik dan sumber data/responen sebagai indikator penilaian audit CSR. Implementasi
CSR yang baik dapat meningkatkan motivasi bagi perusahaan. Keberlanjutan program yang
diharapkan dalam setiap perencanaan kegiatan dapat dilihat dari pelaporan yang ditebitkan
perusahaan secara rutin.
10
Laporan
Berkelanjutan
Keberhasilan
CSR
Audit CSR
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pustaka 3
Tabel 3. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
3
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Laporan
Laporan CSR (CSR report), Laporan ini juga mengungkapkan
Berkelanjutan
laporan sosial (social report), profil
ringkas
perusahaan,
laporan
lingkungan parameter yang digunakan dalam
(environment
report)
atau laporan, tata kelola dan komitmenlaporan sosial dan lingkungan komitmen serta tata hubungan
(social and environment report) dengan stakeholders. Pengukuran
kinerja CSR dilakukan dengan
menggunakan berbagai indikator
yang dikelompokkan dalam tiga
aspek
kunci
berkelanjutan
(ekonomi, lingkungan dan sosial).
Audit CSR
- Profit (keuntungan)
Audit CSR pada prinsipnya adalah
- People (pembangunan
kegiatan yang mengaudit kegiatan
manusia)
CSR dan pelaporannya. Artinya
- Planet (lingkungan)
bahwa kegiatan audit CSR harus
- Prosedur yang tepat dan
didasarkan pula pada prinsipprofessional
prinsip pelaporan CSR.
Keberhasilan CSR
Lebih jauh dengan adanya audit
CSR, diharapkan bahwa kegiatan
CSR
tidak
cukup
untuk
diungkapkan
dalam
laporan
berkelanjutan tetapi juga diaudit
untuk memperoleh keyakinan
bahwa kegiatan CSR yang telah
dijalankan telah sesuai dengan apa
yang
seharusnya,
informasi
tersebut dalam jangka panjang
tidak sekedar akan menaikan citra
perusahaan tetapi lebih jauh nilai
perusahaan akan meningkat
11
4. Judul
: Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan
Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal di
Jawa Barat
Tahun
: 2012
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Dody Prayogo dan Yosef Hilarius
Nama Editor
:
Judul Jurnal
: Jurnal Sosiologi
Volume (Edisi): hal : Vol. 17 No. 1
Alamat URL/doi
: http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2
012.pdf
Tanggal diunduh
: 4 Oktober 2014
Penulis menjelaskan bahwa korporasi memiliki tanggung jawab sosial selain
tanggung jawab bisnis dan legal. Berdasarkan hal tersebut, dikembangkan bersamaan
dengan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dan community development (CD)
dalam keterlibatan langsung sektor bisnis upaya penghentasan kemiskinan. Di Indonesia
secara khusus, telah disahkan UU 40/2007 pasal 74—yang menegaskan keharusan
korporasi (swasta) untuk melaksanakan program CSR. Tingkat keberhasilan program CSR
dalam pengentasan kemiskinan dapat berbeda-beda bergantung pada jenis program yang
dilaksanakan. Demikian juga metode pengelolaan program yang lebih partisipatif akan
lebih memengaruhi tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan.
Teknik survei yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas atau sejauh
mana program CSR/CD dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
UU sudah mewajibkan korporasi untuk melaksanakan program CSR (UU No.
40/2007), maka kegiatan CSR merupakan “mandatory” untuk dilaksanakan. Korporasi
terbatas hanya kepada kelompok tertentu (beneficiaries) dalam komunitas. Hal ini membuat
tingkat keberhasilan akan sulit menggunakan indikator makro, maka peran korporasi harus
dilihat dalam indikator mikro, yakni melihat dalam proses program pengentasan
kemiskinan itu sendiri. Kegiatan CSR/CD adalah tetap sebuah kewajiban, bukan sebagai
kedermawanan (philanthropy) sosial. Harus dibedakan dan ditegaskan perbedaan antara
“responsibility” yang bersifat “kewajiban” dan “philanthropy” yang bersifat “sukarela”
(Prayogo, 2011).
Pada implementasi program CSR/CD variabel yang digunakan untuk
menggambarkan dan mengukur tingkat keberhasilan program adalah : efectivity
dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan kemiskinan terhadap
pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima (beneficiaries)
berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya, relevance dimaksudkan sebagai tingkat
kesesuaian program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan
peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal,
sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program pengentasan kemiskinan
dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara
substansial (program) maupun secara manajemen, impact dimaksudkan seberapa besar
(substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program
pengentasan kemiskinan, empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat
pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun
12
organisasi/manajemen, participation dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat
partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan.
Hasil studi ini menemukan prinsip bottom-up dan participatory harus dijadikan
acuan utama dalam penetapan program, bentuk kegiatan, serta mekanisme pelaksanannya.
Formulasi prosedur untuk pengembangan program CSR perlu dibuat dengan menekankan
prinsip bottom-up dan participatory. Namun, yang juga harus diperhatikan adalah
perbedaan antara what beneficiaries want dengan what they needs. Dengan mampu
membedakan dua hal tersebut aspek kesesuaian dapat mencapai tingkat tertinggi.
Mengenai keberlanjutan program dan kemandirian komunitas dan kelompok
penerima perlu dilakukan pada sebelum atau saat bersamaan program diimplementasikan.
Dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas komunitas dan kelompok pemanfaat akan
mengurangi ketergantungan masyarakat kepada korporasi dalam upaya pengentasan
kemiskinan.
ANALISIS
Dari jurnal membahas efektivitas program CSR dalam mengentaskan kemiskinan. Enam
aspek ini (kesesuaian, manfaat, keberlanjutan, dampak, pemberdayaan, dan partisipasi)
merupakan indikator dalam mengukur efektivitas program CSR. Dalam program CSR yang
akan dilaksanakan (pengentasan kemiskinan) indikator yang digunakan tidaklah indikator
makro seperti indeks kemiskinan. Namun gunakan tingkat keberhasilannya menggunakan
indikator mikro yang sudah ditelaah sesuai dengan lingkungan kegiatan CSR.
Implementasi CSR
Efektivitas CSR
Kesejahteraan
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Pustaka 4
Tabel 4. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
4
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Implementasi CSR
Mengenai keberlanjutan program
dan kemandirian komunitas dan
kelompok
penerima
perlu
dilakukan pada sebelum atau saat
bersamaan
program
diimplementasikan.
13
Variabel
Efektivitas CSR
Sub Variabel
Kesesuaian, manfaat,
keberlanjutan, dampak,
pemberdayaan, dan partisipasi
Fakta Pendukung
Pengukuran efektivitas CSR/CD
terhadap pengurangan kemiskinan
dapat dilihat melalui indeksasi
terhadap program yang sudah
dilaksanakan korporasi tersebut
kepada pemanfaat dan juga
penilaian oleh pihak ketiga
(penulis). Dari sana, maka dapat
dilihat
sejauhmana
korporasi
tersebut turut berperan serta
mengentaskan
kemiskinan
di
lingkungan sekitarnya.
Kesejahteraan
Ekonomi, kesehatan,
pendidikan, serta pelayanan
publik lainnya.
Pokok
pentingnya
adalah
pengukuran
keberhasilan
pengentasan kemiskinan tidak
dapat merujuk ke indikator makro
karena peran korporasi terbatas
hanya kepada kelompok tertentu
(beneficiaries) dalam komunitas,
misalnya komunitas penerima
program yang secara geografis
terdekat
dengan
keberadaan
korporasi, dan kelompok yang
paling rentan terhadap kondisi
kemiskinan. Harus dibatasi di sini
bahwa jika secara makro indeks
kemiskinan
dan
indeks
pembangunan melihat perubahan
keadaan kemiskinan/kesejahteraan
antara sebelum dan sesudah
program.
14
5. Judul
: Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII
(PERSERO) Lampung
(Suatu Evaluasi atas Program CSR)
Tahun
: 2012
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Devi Yulianti
Nama Editor
:
Judul Jurnal
: Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan
Volume (Edisi): hal : Vol. 3 No. 1
Alamat URL/doi
: http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/
112-353-1-PB
Tanggal diunduh
: 8 Oktober 2014
Aktivitas CSR yang timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability
perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. Pemerintah
mengharuskan perusahaan-perusahaan berpartisipasi dalam kegiatan tanggung jawab sosial
dan dibuatlah suatu peraturan perundangan tentang hal ini, antara lain dalam UndangUndang No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal dan Undang-Undang No.40 Tahun
2007 tentang perseroan terbatas. Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal, pada pasal 15 menyebutkan bahwa setiap penanam modal
berkewajiban: a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, b. Melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan, c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal
dan menyampaikannya kepada badan koordinasi penanaman modal, d. Mematuhi semua
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PTPN VII (Persero) memiliki komitmen tanggung jawab sosial perusahaan melalui
pembentukan program PTPN 7 Peduli, serta membuat strategi dalam hal pelaksanaanya.
Menurut Paul (1982:103-104) bahwa dalam pelaksanaan program yang harus diperhatkan
agar program berhasil, yaitu variabel lingkungan, variabel strategi, variabel struktural dan
variabel proses. Suatu program yang telah dibuat dan dijalankan tentunya perlu untuk
dievaluasi yang nantinya memberikan pengetahuan yang relevan tentang ketidaksesuaian
antara kinerja kebijakan atau program yang diharapkan dengan yang benar-benar
dihasilkan.
Kriteria evaluasi atau penilaian sendiri bermacam-macam. Menurut Dunn
(2003:610), bahwa kriteria-kriteria evaluasi untuk menilai hasil kebijakan itu, antara lain :
efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Dalam penelitian
ini, penulis memutuskan untuk menggunakan kriteria evaluasi yang memberikan penilaian
efektivitas.
Kajian evaluasi program diperlukan dengan tujuan untuk menilai seberapa besar
berbagai program sosial dapat meningkatkan kesejahteraan, bagaimana program sosial
berlangsung dan bagaimana program dapat menjadi lebih efektif seperti yang dikemukakan
oleh Sadish (1991:18). Evaluasi program juga menurut Mark (2000:15) dapat membantu
menjelaskan tentang kebijakan dan program dengan mengadakan penyelidikan yang
sistematis yang menggambarkan dan menjelaskan tentang operasi program, efek program,
justifikasi program dan implikasi sosial. Evaluasi program juga menurut Patton yang
dikutip oleh Shaw (2006:6), yaitu pengumpulan informasi secara sistematis tentang
kegiatan-kegiatan, karakteristik dan outcomes untuk menilai program, peningkatan
15
efektivitas program. dan atau menginfromasikan keputusan tentang program mendatang.
Sedangkan menurut Dunn (2003:608), istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan,
masing-masing menunjuk kepada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat dilihat
efektivitasnya.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, bahwa evaluasi program adalah suatu
kegiatan mengukur untuk mengetahui seberapa besar suatu program sosial meningkatkan
kesejahteraan rakyat (efek program), bagaimana program sosial berlangsung (operasional
program) dan bagaimana agar program dapat berjalan lebih efektif. Dari hasil akhir
evaluasi akan didapat kesimpulan apakah program nantinya dapat berjalan lebih efektif
karena efektivitas menurut Hadayaningrat (1995:16) merupakan sebuah pengukuran
dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pendapat
lainnya mengenai efektivitas yaitu menurut Susanto (1975:156), efektivitas merupakan
daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk
mempengaruhi. Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.
Menurut Barnard (Nurudin, 2007:25), pengertian efektif adan efisien dikaitkan
dengan sistem kerja sama seperti dalam organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan,
yaitu Efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan
pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Sementara efisiensi
dalam hubungan kerjasama suatu sistem merupakan hasil gabungan efisiensi dari upaya
yang dipilih masing-masing individu. Perencanaan kegiatan CSR dan pelaksanaan program
penting di evaluasi secara konsisten untuk mengukur efektivitas penerapan CSR.
ANALISIS
Kriteria evaluasi untuk penilaian efektivitas program yaitu : efektivitas, efisiensi,
kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Terdapat faktor pendukung keberhasilan
program antara lain peraturan pemerintah terkait CSR, unit khusus menangani CSR, tokoh
masyarakat dalam pelaksanaan, dan pemberi bantuan. Faktor pendukung ini menjelaskan
adanya keterkaitan implementasi CSR dengan modal sosial yang harus dimiliki perusahaan
sebagai katalisator keberhasilan program CSR. Perlunya penilaian efektivitas sangatlah
pendting untuk menilai suatu program hanya sekedar bermanfaat bagi masyarakat,
berkelanjutan atau dapat membuat masyarakat mandiri.
Implementasi CSR
Efektivitas CSR
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5
Tabel 5. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
5
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Implementasi CSR Monitoring dan evaluasi
Implementasi
program
harus
senantiasa dievaluasi untuk melihat
sejauh mana program tersebut telah
16
Variabel
Efektivitas CSR
Sub Variabel
Efektivitas, efisiensi,
kecukupan,
perataan, responsivitas, dan
ketepatan.
Fakta Pendukung
berhasil mencapai tujuan program
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penulis
memutuskan
untuk
menggunakan kriteria evaluasi ini
yang
memberikan
penilaian
efektivitas.
6. Judul
: Program Corporate Social Responsibility (CSR)
Berbasis Pemberdayaan
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Enjang Pera Irawan
Nama Editor
:
Judul Jurnal
: Jurnal UNPAD
Volume (Edisi): hal :
Alamat URL/doi
: http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/pustaka_unpad_program_corpora
te_social_responsibility.pdf
Tanggal diunduh
: 1 Oktober 2014
Progam Corporate Social Responsibility (CSR) Kawasan Sehat Mandiri Konsep
Biomethagreen yang dilaksanakan PT. PLN (Persero) DJBB berbasis pemberdayaan
masyarakat
dengan melibatkan masayarakat dalam mengatasi, mengelola, dan
memanfaatkan sampah menjadi energi alternatif. Progam ini berpijak pada prinsip triple
bottom line yaitu menyentuh aspek alam, manusia dan profit. CSR dapat dilakukan lebih
dari charity, seperti menciptakan program yang berbasis pemberdayaan masyarakat dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
John Elkington memandang bahwa inti dari CSR yaitu pembangunan berkelanjutan,
yang digambarkan sebagai triple bottom line sebagai pertemuan tiga pilar pembangunan
yaitu “orang, planet, dan keuntungan” yang merupakan tujuan pembangunan (Rachman,
Efendi dan Wicaksana, 2011:11-12).
Michael E. Porter (Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011:85-86) yang menyatakan
ada empat motif yang menjadi dasar manajemen melakukan CSR, yaitu sebagai berikut:
kewajiban moral, keberlanjutan, izin operasi dan reputasi. Pada konsep ini yang mendasari
motif program CSR di PT. PLN (Persero).
Ada enam manfaat program CSR bagi perusahaan (Susanto, 2009:14-15) yakni
sebagai berikut: (1) mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakukan tidak pantas yang
diterima perusahaan, (2) pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak
buruk yang diakibatkan suatu krisis, (3) keterlibatan dan kebanggaan karyawan, (4) mampu
memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholder-nya, (5)
meningkatkan penjualan, (6) inisiatif-inisiatif lainnya, seperti inisiatif pajak dan berbagai
perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih
giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.
17
Implementasi program CSR terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap
implementasi dan tahap evaluasi. Program CSR yang dilaksanakan PT. PLN (Persero)
DJBB melalui tahap perencanaan yang meliputi: menyesuaikan program dengan visi misi
perusahaan, menetapkan tujuan, target, menyesuaikan dengan kebijakan pimpinan,
menetapkan strategi, menetapkan struktur organisasi pelaksana, merancang program,
menyiapkan SDM, pemetaan wilayah, alokasi dana, merencanakan strategi implementasi
dan merencanakan kegiatan evaluasi. Pada tahap implementasi bekerja sama melibatkan
stakeholder dan pemerintah untuk mendorong keberhasilan program menjadi lebih cepat.
Pada tahap evaluasi dan pelaporan merupakan bagian dari upaya perbaikan
program CSR di masa depan. Hadi (2011:123-148) yang menyatakan evaluasi pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan: evaluasi
pelaksanaan CSR dilakukan untuk: 1) memperoleh masukan guna perencanaan program
kegiatan, 2) memperoleh berbagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan
keputusan layak atau tidak layaknya program CSR dilanjutkan, 3) memperoleh masukan
perbaikan program, 4) memperoleh masukan tentang hambatan program yang sedang
dilaksanakan, 5) memperoleh masukan untuk perbaikan, dan 6) memperoleh rekomendasi
dan pelaporan terhadap penyandang dana.
Setiap perusahaan/institusi memiliki indikator keberhasilan program CSR sesuai
keinginannya. PT. PLN (Persero) DJBB memiliki dua indikator keberhasilan yaitu
indikator internal dan indikator eksternal. Kriteria yang harus terpenuhi pada indikator
internal yaitu: 1) meningkatnya keharmonisan dan menurunkan potensi konflik dengan
masyarakat, 2) meningkatnya kepedulian masyarakat dalam menjaga aset-aset perusahaan
sehingga tetap terpelihara, 3) aktivitas operasional menjadi kondusif. Sedangkan kriteria
indikator eksternal yaitu: 1) adanya peningkatan kemandirian dan pemahaman pengelolaan
lingkungan, 2) adanya peningkatan kualitas lingkungan, 3) peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Indikator ini disajikan untuk mengetahui kinerja dan efektivitas program CSR
yang telah dijalani.
ANALISIS
Program CSR ini dilatar belakangi prinsip 3P (isu lingkungan, isu sosial atau SDM dan isu
ekonomi). Motifnya dilandasi dengan motif kewajiban moral, motif keberlanjutan, motif
izin operasi dan motif reputasi. Pada implementasi program, tingkat keberhasilan yang
telah dibuat indikator internal dan eksternal akan berhasil jika didukung oleh partisipasi
stakeholders khususnya masyarakat.
Keberhasilan program CSR yang dilakukan
perusahaan akan berguna bagi masyarakat, lingkungan dan khususnya bagi perusahaan itu
sendiri. Penyempurna keberhasilan program juga dilihat dari evaluasi dan pelaporan yang
dibuat agar tetap berkelanjutan.
18
Prinsip Triple
Bottom Line
Implementasi CSR
Motif CSR
Implementasi
CSR
Keberhasilan CSR
Partisipasi
stakeholder
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6
Tabel 6. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
6
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Prinsip Triple
People, profit dan planet
Progam ini berpijak pada prinsip
Bottom Line
triple bottom line yaitu menyentuh
aspek alam, manusia dan profit.
Melalui program ini, secara tidak
langsung PT. PLN (Persero) telah
membantu
mentuntaskan
permasalahan sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
Motif CSR
Motif kewajiban moral, motif
Motif pelaksanaan program CSR
keberlanjutan, motif izin
ini yaitu kepatuhan kepada undangoperasi dan motif reputasi
undang (izin operasi), bentuk
tanggung jawab moral perusahaan
dalam menjalankan bisnis etis
(kewajiban
moral),
menjaga
reputasi perusahaan (reputasi) dan
untuk
kelangsungan
bisnis
perusahaan dalam jangka panjang
(keberlanjutan).
Implementasi CSR Tahap perencanaan, tahap Implementasi program CSR tidak
implementasi, tahap evaluasi dilaksanakan sendiri atau pun
dan pelaporan
diserahkan sepenuhnya kepada
pihak lain. Melalui kerja sama
dengan berbagai pihak, hal ini
sangat mendorong keberhasilan
program menjadi lebih cepat.
19
Variabel
Partisipasi
stakeholder
Keberhasilan CSR
Sub Variabel
Partisipasi tinggi, partisipasi
sedang, partisipasi rendah
Fakta Pendukung
Implementasi progam CSR bekerja
sama dan melibatkan stakeholder
terkait misalnya Yayasan Saung
Kadeudeuh dan pemerintah daerah.
Selain itu, program ini sangat
melibatkan partisipasi masyarakat.
Indikator Internal dan Indikator Secara garis besar indikator
Eksternal
keberhasilan baik internal maupun
eksternal telah terpenuhi, namun
ada hal yang masih terlihat kurang
yaitu tindak lanjut evaluasi (follow
up).
7. Judul
: Corporate Social Responsibility: From Charity to
Sustainability
Tahun
: 2009
Jenis Pustaka
: Buku
Bentuk Pustaka
: Cetak
Nama Penulis
: Ismail Solihin
Nama Editor
: Shelvy Dwi Citra
Judul Buku
: Corporate Social Responsibility: From Charity to
Sustainability
Kota dan Nama : Jakarta, Salemba Empat
Penerbit
Volume (Edisi): hal : 216 Halaman
Bowen mengungkapkan dua premis dasar tanggung jawab sosial: (1) perusahaan
bisa mewujud dalam masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat; (2) pelaku
bisnis bertindak sebagai agen moral dalam masyarakat. Dalam pemenuhan kontrak
sosialnya perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada pemangku kepentingan
(stakeholders) yaitu orang atau kelompok yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
keputusan, kebijakan, dan operasi perusahaan, yang dibagi kedalam dua kategori yaitu
Inside Stakeholders atau pemilik kepentingan dari dalam organisasi/ perusahaan dan
Outside Stakeholders atau pemilik kepentingan dari luar organisasi/ perusahaan. Ada 3
jenis tanggung jawab yang harus dilaksanakan, (1) economic responsibilities; (2) Legal
Responsibilities; (3) Social responsibilities.
Terdapat dua konsep utama mengenai kepada siapa pengelola perusahaan
bertanggung jawab (Baron, 2005). Pendapat pertama dikemukakan oleh Milton Friedman,
menurutnya tanggung jawab sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis sesuai keinginan
pemilik perusahaaan, menghasilkan uang sebanyak mungkin dengan tetap mengindahkan
aturan dalam masyarakat sebagaimana diatur oleh hukum dan undang-undang. Tujuan
utama korporasi adalah maksimalisasi laba atau nilai pemegang saham (shareholder’s
value). Konsepsi CSR diartikan sebagai salah satu strategi perusahaan dalam
memaksimalisasi laba, maka konsepsi CSR tersebut ditafsirkan sebagai dua hal. Pertama,
manajer memasuki ranah politik dengan melakukan aktivitas philantrophic. Kedua, manajer
20
bertindak sebagai principal (pemegang peran utama dalam perusahaan) bukan sebagai agen
dimana manajer melakukan program CSR yang dibiayai pemegang saham.
Tahap-tahap adopsi CSR menurut Robbins dan Coulter (2003): Tahap pertama,
CSR tertujuk pada pemilih perusahaan (pemegang saham) dan manajer, dalam hal ini
peningkatan laba adalah targetnya. Sesuai dengan konsep yang dikemukakan Friedman
diatas. Tahap kedua, CSR kemudian dikembangkan untuk para pekerja. Selain
maksimalisasi laba, perhatian selanjutnya ditujukan kepada sumberdaya manusia. Tahap
ketiga, CSR dikembangkan kepada para konstituen dalam suatu lingkungan spesifik,
konstituen tersebut biasanya merupakan masyarakat setempat yang terkena dampak secara
langsung dari aktivitas perusahaan. Tahap keempat, pengembangan CSR diperluas tidak
hanya kepada masyarakat setempat melainkan masyarakat luas. Usaha bisnis sebagai
bagian dari entitas publik dan perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan kebijakan
kepada publik.
CSR memiliki dimensi etika. Menurut Post et al. (2002) etika merupakan suatu
konsepsi mengenai tindakan yang benar dan salah. Sedangkan Baron (2006)
mendefinisikan etika sebagai pendekatan sistematis atas pertimbangan moral (moral
judgements) berdasarkan penalaran, analisis, sintesis, dan perenungan. Etika bersumber dari
moralitas yang merupakan sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik
sebagai manusia (Keraf, 1991). Etika bisnis merupakan penerapan etika secara umum
terhadap perilaku bisnis. Tujuh alasan mengapa perusahaan harus menjalankan bisnis
secara etis (Post et al., 2002):
1. Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis.
Perusahaan yang tidak menjalankan bisnis secara etis akan menuai sorotan, kritikan,
bahahkan hukuman.
2. Agar perusahaan tidak melakukan tindakan yang membahayakan pemangku kepentingan
lainnya.
3. Dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dapat dicapai melalui penurunan resiko
korupsi, manipulasi, penggelapan, dan perilaku tidak etis lainnya.
4. Dapat meningkatkan kualitas hubungan bisnis diantara pihak-pihak yang melakukan
binsis.
5. Agar perusahaan terhindar dari penyalahgunaan yang dilakukan karyawan maupun
kompetitor yang tidak etis.
6. Menghindarkan terjadinya pelangaran hak kerja pekerja oleh atasan.
7. Mencegah agar perusahaan (diwakili pimpinan) tidak memperoleh sanksi hukuman
akibat bisnis yang dilakukan secara tidak etis.
Konsep Corporate Social Responsiveness muncul pada tahun 1970-an, lebih
merujuk kepada kapasitas perusahaan memberikan tanggapan terhadap tekanan sosial.
Tindakan yang nyata sebagai tanggapan atau untuk memperoleh bentuk tanggapan secara
umum bagi masyarakat merupakan fokus dari konsep ini. Ada tiga keberatan yang
diutarakan pendukung konsep ini terhadap konsep CSR sebelumnya, yaitu: Pertama, tidak
jelasnya makna tanggung jawab sosial perusahaan.; Kedua, tidak jelasnya mekanisme
institusional melalui mana ide CSR dapat dilaksanakan.; Ketiga, sejauh mana pertukaran
antara tujuan ekonomi dengan biaya dapat dilakukan. Meskipun demikian konsep ini juga
dipandang sebagai perbaikan dan pelengkap konsep CSR, dengan kata lain merupakan
komplemen dari komplemen dari konsep CSR yang lebih logis. Perbedaan lain adalah
dalam konsep CSR perusahaan sebagai agen moral yang bertanggungjawab sesuai
21
pertimbangan moral, sedangkan Corporate Social Responsiveness perusahaan sebagai
produsen yang memberi tanggapan terhadap tekanan sosial secara pragmatik.
Ciri khas CSR adalah pada “discretionary responsibilities” yaitu melakukan
kegiatan tanggung jawab secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan bukan aktivitas bisnis yang diwajibkan regulasi. Kalaupun masih ada kesan
discretionary responsibilities, tetapi jika dilihat dari sudut pandang Corporate Social
Responsiveness, maka aktivitas CSR tersebut dipandang sebagai respon yang proaktif
dalam menempatkan posisi perusahaan yang lebih baik di mata publik.
Konsep lain adalah Corporate Citizenship yang dapat dipandang sebagai metafora
dari istilah kewarganegaraan (citizenship) yang berlaku bagi perusahaan. Merujuk pada hak
dan kewajiban perusahaan sebagai bagian integral dari komunitas suatu negara. Corporate
citizenship merupakan pelaksanaan CSR yang disesuaikan dengan konteks hak dan
kewajiban tempat perusahaan beroperasi. Dasar dari pelaksanaan corporate citizenship
tetaplah merupakan berbagai aktivitas CSR yang dijalankan secara bersamaan dengan
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan tempat perusahaan
beroperasi.
ANALISIS
Dalam jurnal ini ada beberapa alasan pentingnya pelaksanaan CSR pada setiap perusahaan.
Pada pelaksanaan CSR tidak hanya sampai pada tahap charity namun perlu adanya
program yang berkelajutan. Dikenalkan konsep CSR berbasis citizenship karena dinilai
istilah kewarganegaraan (citizenship) yang berlaku bagi perusahaan. Konsep CSR juga
diartikan cara perusahaan mengeruk sebanyak mungkin keuntungan namun tetap
mengindahkan masyarakat. Ada tahap mengadopsi CSR agar menjadi perusahaan pelaku
bisnis yang bertanggung jawab padaa kebijakan publik. Setiap perusahaan tidak bisa hanya
ingin mengeruk laba sebanyak-banyaknya karena dibutuhkan keseimbangan diantara
kinerja finansial dan kinerja sosial. Jika perusahaan menjalankan kinerja sosial dengan baik
maka kinerja finansial akan semakin baik.
Implementasi CSR
(pelaksanaan tanggung jawab)
Stakeholder
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Pustaka 7
Tabel 7. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
7
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Implementasi CSR Economic
responsibilities, Tahap-tahap adopsi CSR): Tahap
(pelaksanaan
Legal Responsibilities, Social pertama, CSR tertujuk pada
tanggung jawab)
responsibilities.
pemilih perusahaan (pemegang
saham) dan manajer, dalam hal ini
peningkatan laba adalah targetnya.
Tahap kedua, CSR kemudian
dikembangkan untuk para pekerja.
22
Variabel
Stakeholder
8. Judul
Sub Variabel
Inside Stakeholders ( pemilik
kepentingan dari dalam
organisasi/ perusahaan) dan
Outside Stakeholders (pemilik
kepentingan dari luar
organisasi/ perusahaan)
Fakta Pendukung
Selain
maksimalisasi
laba,
perhatian selanjutnya ditujukan
kepada sumberdaya
manusia.
Tahap ketiga, CSR dikembangkan
kepada para konstituen dalam
suatu
lingkungan
spesifik,
konstituen
tersebut
biasanya
merupakan masyarakat setempat
yang terkena dampak secara
langsung dari aktivitas perusahaan.
Tahap keempat, pengembangan
CSR diperluas tidak hanya kepada
masyarakat setempat melainkan
masyarakat luas.
Perusahaan melakukan tanggung
jawab sosial kepada pemangku
kepentingan (stakeholders) yaitu
orang atau kelompok yang
mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh keputusan, kebijakan, dan
operasi perusahaan
: Corporate Social Responsibility (CSR):
Teoritis dan Praktik di Indonesia
Tahun
: 2008
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Lina Anatan
Nama Editor
:
Judul Jurnal
: Jurnal Manajemen
Volume (Edisi): hal : Vol. 4
Alamat URL/doi
: http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnalmanajemen/article/view/220/pdf
Tanggal diunduh
: 1 Oktober 2014
Tinjauan
Konsep social sustainability muncul sebagai kelanjutan konsep economic
sustainability dan environmental sustainability yang telah dicetuskan sebelumnya. Konsep
ini muncul dalam pertemuan di Yohannesburg pada tahun 2002 yang dilatarbelakangi oleh
alasan-alasan konsep economic sustainability dan environmental sustainability yang
dikembangkan sebelumnya belum dapat mengangkat kesejahteraan komunitas di negaranegara di dunia, perlunya suatu tatanan aturan untuk menyeimbangkan kesejahteraan
pembangunan baik di negara-negara selatan maupun negara-negara utara.
The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR
sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas
23
lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu
untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan, dan
memelihara lingkungan hidup yang ada.
CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan planet (3P).
Profit, sebagai lembaga usaha dengan profit oriented, perusahaan tetap harus berorientasi
untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan
sehingga perusahaan dapat terus beroperasi dan berkembang. People, untuk menjamin
kelangsungan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan, perusahaan harus memiliki
kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan aset berharga
dalam organisasi maupun negara. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau people
adalah pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan
dan kesehatan. Planet, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman
hayati bisa dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan lingkungan hidup,
penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata.
Tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan, pertumbuhan ekonomi, dan
kesejahteraan sosial masyarakat bukan hanya menjadi tanggung jawab perusahaan besar
saja, meskipun pada dasarnya mayoritas perusahaan yang melakukan CSR adalah
perusahaan besar. Dengan perkataan lain, perusahaan kecil pun harus bertanggung jawab
melakukan CSR. Di Indonesia, pelaksanaan CSR sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan
Chief Executive Officer (CEO) sehingga kebijakan CSR tidak secara otomatis akan sesuai
dengan visi dan misi perusahaan. Hal ini memberikan makna bahwa jika CEO memiliki
kesadaran akan tanggung jawab sosial yang tinggi, maka kemungkinan besar CSR akan
dapat dilaksanakan dengan baik, sebaliknya jika CEO tidak memiliki kesadaran tentang hal
tersebut pelaksanaan CSR hanya sekedar simbolis untuk menjaga dan mendongkrak citra
perusahaan di mata karyawan dan di mata masyarakat.
Undang-Undang (UU) yang mengatur kegiatan CSR di Indonesia mengakibatkan
tidak sedikit pelanggaran-pelanggaran terjadi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan
hidup yang ada. Sebagai contoh UU Nomor 23 tahun 1997 Pasal 41 ayat 1 tentang
pengelolaan lingkungan hidup menyatakan “Barang siapa yang melawan hukum dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda
paling banyak lima ratus juta rupiah.” Pengaturan pencemaran lingkungan hidup tidak
langsung mengikat sebagai tanggung jawab pidana mutlak, dan tidak menimbulkan jera
bagi para pelaku tindakan ilegal yang merugikan masyarakat dan menimbulkan kerusakan
lingkungan.
Contoh konflik antara PT Freeport Indonesia dengan rakyat Papua. Penggunaan
lahan tanah, perusakan dan penghancuran lingkungan hidup, penghancuran perekonomian,
dan pengikaran eksistensi penduduk Amungme merupakan kenyataan pahit yang harus
diteima rakyat Papua akibat keberadaan operasi penambangan PT. Freeport Indonesia.
Bencana kerusakan lingkungan hidup dan komunitas lain yang ditimbulkan adalah jebolnya
Danau Wanagon hingga tiga kali akibat pembuangan limbah yang sangat besar
kapasitasnya dan tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Kedua contoh tersebut hanya merupakan sebagian kecil gambaran fenomena
kegagalan CSR yang muncul di Indonesia, dan masih banyak lagi contoh kasus seperti
24
kasus PT Newmont Minahasa Raya, kasus Lumpur panas Sidoarjo yang diakibatkan
kelalaian PT Lapindo Brantas, kasus perusahaan tambang minyak dan gas bumi, Unicoal
(perusahaan Amerika Serikat), kasus PT Kelian Equatorial Mining pada komunitas Dayak,
kasus suku Dayak dengan perusahaan tambang emas milik Australia (Aurora Gold), dan
kasus pencemaran air raksa yang mengancam kehidupan 1,8juta jiwa penduduk Kalimantan
Tengah yang merupakan kasus suku Dayak vs “minamata”. Kesuksesan implementasi CSR
sangat ditentukan oleh kesediaan dan kesadaran perusahaan bahwa permasalahan yang
timbul dalam masyarakat merupakan permasalahan dan tanggung jawab perusahaan juga.
ANALISIS
Pelaksanaan bisnis perusahaan memiliki resiko berupa isu-isu sosial yang harus
diminimalisir oleh perusahaan. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah membangkitkan
kesadaran perusahaan dan rasa memiliki terhadap lingkungan dan komunitas sekitar.
Adanya tanggung jawab perusahaan yang akrab disebut CSR akan memberikan
keseimbangan antara aspek ekonomi dan sosial. Perlunya perhatian stakeholder,
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam membuat regulasi atau ketentuan yang
disepakati bersama antara pihak-pihak yang terlibat untuk mencapai efektivitas program
CSR.
Kesadaran perusahaan
Implementasi CSR
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Pustaka 8
Tabel 8. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
8
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Kesadaran
CSR merupakan wujud kepedulian
perusahaan
perusahaan terhadap ekonomi,
sosial, dan lingkungan yang
didasari tiga prinsip dasar yang
meliputi profit, people dan planet
(3P).
Implementasi CSR
Kesuksesan implementasi CSR
sangat ditentukan oleh kesediaan
dan kesadaran perusahaan bahwa
permasalahan yang timbul dalam
masyarakat
merupakan
permasalahan dan tanggung jawab
perusahaan juga.
25
9. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Jurnal
Volume (Edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup
Masyarakat
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Andi Mapisangka
:
: Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan
: Vol. 1 No. 1
: http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/ANDI_MCSR1.pdf
: 30 Oktober 2014
Penulis menjelaskan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable Development (WS-SD) di
Johannesburg Afrika Selatan 2002 yang ditujukan untuk mendorong seluruh perusahaan di
dunia dalam rangka terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development). Peranan CSR dapat dipandang sebagai upaya untuk mewujudkan good
corporate governance, good corporate citizenship dan good business ethics dari sebuah
entitas bisnis. Sehingga perusahaan tidak cukup hanya memikirkan kepentingan
shareholder (pemilik modal), tetapi juga mempunyai orientasi untuk memenuhi
kepentingan seluruh stakeholders.
Dalam hal ini CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan
tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara
perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung 2008). Menurut Kim
(2000) praktek CSR perusahaan dapat diidentifikaskan dalam berbagai tujuan, yakni
hukum, ekonomi, moral, dan filantropi. Namun demikian, tujuan tersebut masih dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisi aktual di masyarakat terkait dengan tekanan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat. Salah satu tujuan CSR yang sangat urgen khususnya
di negara sedang berkembang adalah peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Oleh
karena itu penerapan CSR di Indonesia pada dasarnya dapat diarahkan pada penguatan
ekonomi rakyat yang berbasis usaha kecil dan menengah serta peningkatan kualitas SDM
masyarakat melalui perbaikan sarana dan prasarana pendidikan.
Implementasi program CSR merupakan realisasi dan aktualisasi dari upaya
perusahaan untuk terus dekat dengan masyarakat. Menurut Budimanta et al. (2008: 24)
CSR pada dasarnya merupakan suatu elemen yang penting dalam kerangka sustainability
yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya yang merupakan proses
penting dalam pengelolaan biaya dan keuntungan kegiatan bisnis dengan stakeholders baik
secara internal (pekerja, shareholders dan penanam modal), maupun eksternal
(kelembagaan, pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil
dan perusahaan lain).
Hasil dari penelitian diperoleh bahwa program CSR PT Batamindo mendapatkan
apresiasi yang positif dari masyarakat karena berpengaruh kepada kesejahteraan
masyarakat. Pengaruh variabel terbesar terdapat pada corporate relation program. CSR
goal sebagai variabel pengaruh terhadap kesejahteraan hidup masyarakat terlihat jelas dari
tujuan-tujuan yang akan dicapai, rumusan visi-misi yang sesuai dengan konsep triple
26
bottom line. Pada tahap implementasi program maka akan searah pada tujuan yang telah
ditetapkan yang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan dengan jalan ekonomi, sosial,
dan filantropi.
Variabel kedua yang turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu
CSR issues. Dinamika perubahan isu sosial akan sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat, oleh karena itu perusahaan harus siap siaga dalam merespon isu-isu yang
berkembang dalam masyarakat. Pengaruh Corporate Social Responsibility program
terhadap kesejahteraan hidup terlihat dalam implementasi CSR yang disesuaikan dengan
jenis dan karakteristik persoalan yang telah dikategorikan menurut Ring I, Ring II, dan
Ring III. Selanjutnya CSR BIC melandaskan programnya pada tiga pilar, yaitu format CSR
sesuai dengan nilai lokal masyarakat, kemampuan diri perusahaan dan terkait dengan
kapasitas SDM dan institusi, serta peraturan dan kode etik dalam dunia usaha. Hal ini
dibuktikan dengan apresiasi positif masyarakat dan program dilaksanakan kontinyu sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
ANALISIS
CSR hadir karena adanya isu-isu yang berkembang di makyarakat. Pelaksanaan CSR
dimulai dari strategi dalam implementasi CSR perusahaan yang merupakan respon atas
kebutuhan riil masyarakat. Dalam jurnal strategi pada implementasi CSR dibagi sesuai
jenis dan karakteristik persoalan. Penyusunan program CSR biasanya berhubungan dengan
kesejahteraan masyarakat sekitar karena dianggap hal tersebut yang menjadi kebutuhan
urgen untuk meningkatkan kualitas masyarakat seperti pendidikan dan usaha mikro.
Pelaksanaan tanggung jawab perusahaan ini dilakukan untuk menitikberatkan pada
keseimbangan aspek ekonomi maupun sosial sehingga diharapkan program yang dilahirkan
tetap berkelanjutan.
CSR goal
Corporate Social
Issues
Implementasi CSR
Corporate Relation
Program
Implementasi CSR
Kesejahteraan
Gambar 9. Kerangka Pemikiran Pustaka 9
27
Tabel 9. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
9
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
CSR goal
Program-program CSR perusahaan
sudah diarahkan pada pencapaian
tujuan-tujuan
sosial
seperti
terungkap pada rumusan visi dan
misi perusahaan. Berdasarkan
tujuantujuan
CSR
tersebut,
implementasi
kegiatan-kegiatan
CSR perusahaan senantiasa
akan
mengikuti
arah
dari
kepentingan perusahaan di tengahtengah komunitas lingkungan hidup
masyarakat. Tujuan-tujuan CSR
tersebut, seperti tujuan dalam
kerangka
tanggung
jawab
pendidikan,
ekonomi,
moral,
filantropi (kedermawanan) dan
tujuan dalam tanggung jawab
hukum.
Corporate Social
Penyusunan
program
CSR
Issues
senantiasa memperhatikan isu-isu
sosial yang hangat berkembang di
masyarakat.
Corporate Relation
Hal ini dapat dijelaskan karena
Program
strategi dalam implementasi CSR
perusahaan merupakan respon atas
kebutuhan riil masyarakat atas
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Seperti telah diuraikan di atas
strategi
pelaksanaan
CSR
perusahaan
didasarkan
pada
pengaturan ring yang ada dari ring I
hingga ring III. Masing-masing
ring
memiliki
karakteristik
persoalan
yang
berbeda-beda
sehingga jenis dan macam
Implementasi CSR
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility program terhadap
kesejahteraan hidup terlihat dalam
implementasi
CSR
yang
disesuaikan dengan jenis dan
karakteristik persoalan yang telah
dikategorikan menurut Ring I, Ring
II, dan Ring III.
28
Variabel
Kesejahteraan
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Pada tahap implementasi program
maka akan searah pada tujuan yang
telah ditetapkan yang difokuskan
pada peningkatan kesejahteraan
dengan jalan ekonomi, sosial, dan
filantropi.
10. JJudul
: Implementasi Corporate Social Responsibility dan
Implikasinya dalam Perspektif Teori Stakeholder
(Studi pada Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil di
Jawa Tengah)
Tahun
: 2011
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Edy Rahardja, Djumilah Zain, Ubud Salim, Mintarti
Rahayu
Nama Editor
:
Judul Jurnal
: Jurnal Manajemen
Volume (Edisi): hal : Vol. 9 No.2
Alamat URL/doi
: http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/download/2
47/278
Tanggal diunduh
: 30 Oktober 2014
Penulis mengatakan bahwa keterkaitan modal sosial dan CSR tidak diragukan lagi.
Hal ini disebabkan adanya beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa modal sosial
akan menstimulasi implementasi CSR yang diwujudkan dalam bentuk hubungan industrial,
AMDAL, Kesehatan dan Keselematan Kerja (K3), Kemitraan dan donasi sosial. Penelitian
ini menggunakan 108 perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Jawa Tengah dengan
metode Stratified Random Sampling.
Penulis menjelaskan pengembangan sumberdaya internal dan mengelola kekuatan
eksternal dilakukan untuk membangun modal sosial yang kuat. Modal sosial akan menjadi
modal perusahaan untuk mengatasi dinamika lingkungan bisnis dan mengembangkan
kemitraan. Hal ini menyebabkan hubungan modal sosial terhadap peningkatan kualitas
perusahaan.
Implementasi CSR merupakan dasar dari kelancaran dan kontinuitas operasi
perusahaan dengan adanya dukungan yang kuat dari komunitas lokal dan berbagai
stakeholders. Implementasi CSR yang ideal adalah perpaduan kebijikan dan program CSR
riil yang mencakup aspek community development (donasi sosial dan kemitraan),
pengelolaan pekerja dan lingkungan yang diikuti dengan komitmen dari keseluruhan
manajemen serta dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan yang mengakar menjadi
suatu budaya perusahaan.
Penulis memaparkan strategi korporat stakeholder yang dirumuskan berdasarkan
visi dan misi serta tujuan yang digariskan perusahaan akan mampu meningkatkan
terbangunnya modal sosial. Strategi korporat stakeholder yaitu nilai stakeholder, nilai
pelanggan, nilai pemasuk, nilai pekerja, nilai pemerintah dan nilai masyarakat lokal.
Strategi ini akan mendorong modal sosial yang berbasis eksternal meliputi (jejaring sosial,
29
trust dan norm, kohesi sosial) dan modal sosial berbasis internal meliputi (sumberdaya
sosial, dan kapabilitas sosial). Modal sosial menjadi faktor pendorong kegiatan CSR,
kinerja finansial perusahaan dan kinerja sosial perusahaan.
Modal sosial yang dibangun oleh perusahaan memberikan kontribusi nyata terhadap
capaian kinerja sosial perusahaan. Modal sosial juga sebagai salah satu modal korporat
yang strategis berpengaruh signifikan terhadap profit yang dicapai dan salah satu
representasi kinerja finansial perusahaan (Svendsen 1998). Pentingnya mengembangkan
jejaring sosial yang kuat dan memanfaatkan sumberdaya sosial dalam memberikan
kontribusi terhadap capaian kinerja finansial perusahaan. Artinya kinerja finansial
perusahaan masih dapat ditingkatkan apaibila dua indikator dalam variabel modal sosial
tersebut semakin dintensifkan dan digarap dengan sungguh-sungguh bersama dengan
indikator kepercayaan dan norma, kohesi sosial, dan kapabilitas sosial. Beberapa penelitian
mengemukakan adanya hubungan positif yang berarti kinerja sosial perusahaan tinggi
mengkontribusi tercapainya kinerja finansial tinggi.
Teori Stakeholder merupakan suatu teori yang menggarisbawahi pentingnya bisnis
dalam rangka kerja sosial yang lebih luas dan mendukung definisi yang lebih jelas
mengenai CSR (Freeman 1984). Teori Stakeholder ini sebagai suatu paradigm untuk
memahami keterkaitan bisnis dan masyarakat serta strategi manajemen bisnis yang
menekankan pentingnya CSR. Sehingga perhatian terhadap stakeholder yang konsisten dan
diikuti dengan komitmen yang kuat akan membangun modal sosial yang kuat. Modal sosial
berkerkembang untuk mencapai kinerja perusahaan dan modal dasar dalam implementasi
CSR perusahaan.
ANALISIS
Adanya hubungan positif diantara strategi korporat stakeholder dan modal sosial karena
mampu mendorong keeratan sosial, hubungan antara modal sosial dan CSR karena
keeratan sosial yang dibangun akan mendorong kemitraan dengan pelaku bisnis, hubungan
anatara modal sosial dan kinerja perusahaan karena modal sosial dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan secara nyata, hubungan antara CSR dan kinerja perusahaan ketika
etika perusahaan di implementasikan dengan baik maka dapat meningkatkan kinerja
perusahaan, hubungan antara kinerja sosial dan kinerja finansial perusahaan karena
terjalinnya kerjasama yang berkualitas dengan komunitas lokal akan mempengaruhi kinerja
finansial perusahaan. Berarti modal sosial dan implementasi CSR saling berkaitan untuk
mendorong kinerja perusahaan yang optimal.
30
Strategi
Korporat
Stakeholder
Modal Sosial
Kinerja
Finansial
Modal Sosial
Kinerja Sosial
Modal Sosial
Implementasi
CSR
Kinerja
Finansial
Implementasi
CSR
Kinerja Sosial
Kinerja Sosial
Kinerja
Finansial
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10
Tabel 10. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
10
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Strategi korporat
Nilai stakeholder, nilai
Strategi korporat stakeholder yang
stakeholder
pelanggan, nilai pemasuk, nilai dirumuskan berdasarkan visi dan
pekerja, nilai pemerintah dan
misi serta tujuan yang digariskan
nilai masyarakat lokal.
perusahaan
akan
mampu
meningkatkan terbangunnya modal
sosial.
Modal Sosial
jejaring sosial, trust, norm,
Strategi ini akan mendorong modal
kohesi sosial, sumberdaya
sosial yang berbasis eksternal
sosial, dan kapabilitas sosial
meliputi (jejaring sosial, trust dan
norm, kohesi sosial) dan modal
sosial berbasis internal meliputi
(sumberdaya sosial, dan kapabilitas
sosial). Modal sosial menjadi
faktor pendorong kegiatan CSR,
kinerja finansial perusahaan dan
kinerja sosial perusahaan.
Implementasi CSR AMDAL, hubungan industrial, Implementasi
CSR
yang
K3
(Keselamatan
dan dilaksanakan dengan baik dan
kesehatan kerja), Kemitraan konsisten akan mampu mendorong
31
Variabel
Kinerja Sosial
Perusahaan
Kinerja Finansial
Perusahaan
Sub Variabel
usaha dan donasi sosial
Fakta Pendukung
menghasilkan kinerja finansial
yang baik. Semakin baik capaian
kinerja sosial maka semaik baik
kinerja finansial
Hubungan komuniti, hubungan Indikator modal sosial berperan
pekerja, lingkungan , complain meningkatkan
kinerja
sosial
produk, perlakuan terhadap
perusahaan. Beberapa penelitian
perempuan
mengemukakan adanya hubungan
positif yang berarti kinerja sosial
perusahaan tinggi mengkontribusi
tercapainya kinerja finansial tinggi.
Pertumbuhan
volume Pentingnya
mengembangkan
penjualan, pertumbuhan nilai jejaring sosial yang kuat dan
penjualan,
profitabilitas, memanfaatkan sumberdaya sosial
pertumbuhan asset
dalam memberikan kontribusi
terhadap capaian kinerja finansial
perusahaan.
Artinya
kinerja
finansial perusahaan masih dapat
ditingkatkan apaibila dua indikator
dalam variabel modal sosial
11. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Jurnal
Volume (Edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaraan
Program
Corporate
Social
Responsibility (CSR) dan
Dampaknya Terhadap
Komunitas Perdesaan
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Isma Rosyida dan Fredian Tonny Nasdian
:
: Jurnal Transdisiplin Sosiologi
: Vol. 5 No. 01
: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/
5832/4497
: 30 Oktober 2014
Penulis menjelaskan bahwa pelaksanaan program CSR pada perusahaan
Geothermal merupakan bagian dari strategic plan perusahaan, yang mana fokus
pelaksanaannya berorientasi pada penciptaan pertumbuhan ekonomi melalui capacity
building dan investasi masyarakat. Konsep CSR yang digunakan penulis antara lain
menurut John Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul “cannibals with forks, the
triple bottom line of twentieth century of business”, dimana dalam buku tersebut Elkington
mengemukakan konsep 3P (profit, planet, dan people) yang menerangkan bahwa dalam
menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar keuntungan/profit ekonomis sebuah
32
korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan
aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007).
Definisi mengenai CSR menurut ISO 26000 dalam Suharto (2008), CSR adalah
tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan
kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan
dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi
dengan organisasi secara menyeluruh. Wibisono (2007) mengemukakan perusahaanperusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan
implementasi CSR yaitu Tahap Perencanaan (tahap ini terdiri dari tiga langkah utama,
yaitu Awareness Building, CSR, Assesment, dan CSR Manual Building), Tahap
Pelaksanaan (tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti
pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis
tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta
penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan), Tahap Pemantauan dan
Evaluasi (tahap ini mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu
perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam
implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu
berdasarkan rekomendasi), Tahap Pelaporan (pelaporan perlu dilakukan untuk
membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun
keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan).
Community Development (Pengembangan Masyarakat) sebagai salah satu dari
tujuh isu CSR merupakan sarana aktualisasi CSR yang paling baik jika dibandingkan
dengan implementasi yang hanya berupa charity, philantrophy, atau dimensi-dimensi CSR
yang lain, karena dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip
kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi,
produktivitas, keberlanjutan, dan mampu meningkatkan perasaan solidaritas.
Stakeholders atau pemangku kepentingan adalah pihak atau kelompok yang
berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas
perusahaan, dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan atau
dipengaruhi oleh perusahaan (Saidi, 2004). Sukada (2007) menambahkan, semakin relevan
pemangku kepentingan dengan kegiatan maupun aktivitas pengembangan masyarakat
perusahaan, maka pelibatannya menjadi keharusan. Berdasarkan definisi ini stakeholder
menjadi keharusan dalam implementasi CSR.
Modal sosial adalah seperangkat nilai-nilai, norma-norma, dan kepercayaan yang
memungkinkan sekelompok warga dapat bekerjasama secara efektif dan terkoordinasi
untuk mencapai tujuan-tujuannnya (Putman,1993 dalam Suwartika, 2003). Komponenkomponen modal sosial (Uphoff, 2000 dalam Suwartika, 2003) yaitu Hubungan sosial
(jaringan), Norma, Kepercayaan, Solidaritas, Kerjasama.
Berdasarkan hasil penelitian, Program CSR dapat memberikan dampak positif
ataupun negatif terhadap stakeholder dalam beberapa bidang, tetapi apabila masyarakat
berhasil mandiri dan berdaya dengan potensi yang menyelenggarakan sosiogerakan
program CSR maka keberhasilan program bukanlah suatu hal yang sulit. Selain itu secara
keseluruhan dapat dibuktikan bahwa program pemberdayaan ekonomi lokal berhubungan
dengan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang juga turut dipengaruhi oleh tingkat
partisipasi masyarakat itu sendiri. Adanya indikator keberhasilan akan menjadi sangat
33
penting untuk mengetahui kinerja program pengembangan masyarakatnya, atau hendak
menyusun rencana strategik yang menginginkan tingkat kinerja tertentu.
ANALISIS
implementasi CSR akan mempengaruhi Stakeholder, keberhasilan program CSR akan
berdampak pada kondisi ekonomi (taraf hidup) dan kondisi sosial (modal sosial). Pada
jurnal ini dimaksud partisipasi stakeholder itu sendiri yang mempengaruhi keberhasilan
dampak ekonomi dan sosial kepada masyarakat. Pentingnya indikator keberhasilan juga
diperlukan untuk mengetahui kinerja program CSR. Penerapan empat tahap yang
dikemukakan Wibisono 2007 dapat memudahkan implementasi program CSR.
Stakeholder
Kondisi ekonomi
Implementasi CSR
Kondisi ekonomi
Kondisi sosial
Stakeholder
Kondisi sosial
Gambar 11. Kerangka Pemikiran Pustaka 11
Tabel 11. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
11
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Implementasi CSR Tahap Perencanaan,
Perusahaan-perusahaan yang telah
Pelaksanaan, Pemantauan dan
berhasil dalam menerapkan CSR
Evaluasi, Pelaporan
menggunakan
tahapan
implementasi CSR dapat mengukur
sejauhmana efektivitas penerapan
CSR
sehingga
membantu
perusahaan
untuk
memetakan
kembali kondisi dan situasi serta
capaian
perusahaan
dalam
implementasi CSR sehingga dapat
mengupayakan
perbaikanperbaikan yang perlu berdasarkan
rekomendasi
Stakeholder
Pemerintah, masyarakat,
Program CSR dapat memberikan
perusahaan
dampak positif ataupun negatif
terhadap
stakeholder
dalam
beberapa bidang, tetapi apabila
masyarakat berhasil mandiri dan
berdaya dengan potensi yang
menyelenggarakan
sosiogerakan
program CSR maka keberhasilan
34
Variabel
Kondisi Ekonomi
Kondisi Sosial
Fakta Pendukung
program bukanlah suatu hal yang
sulit.
Tingkat pendapatan, tingkat Kategori
sosial
nonpengeluaran, tingkat tabungan, farm/pengusaha dan nonfarm/buruh
dan taraf hidup
memiliki dampak positif dalam
taraf hidup, sedangkan dampak
taraf hidup negatif dapat dilihat
pada
kategori
sosial
farm/pengusaha dan farm/buruh.
Itu
artinya,
penyelenggaraan
kegiatan pemberdayaan ekonomi
melalui pembiayaan kelompok
simpan pinjam
belum
tentu
mementukan
peningkatan taraf hidup anggota
kelompok simpan pinjam
Modal sosial
Dampak
sosial
didefinisikan
sebagai perubahan yang dirasakan
oleh anggota kelompok simpan
pinjam setelah terlibat dalam
penyelenggaraan program pada
variabel
kepercayaan
(trust),
variabel kerjasama (cooperation),
dan variabel jejaring (networking).
12. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Jurnal
Volume (Edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
Sub Variabel
: Penguatan
Kelembagaan
Sosial
Ekomoni
Masyarakat Sebagai Modal Sosial Pembangunan
: 2004
: Jurnal
: Elektronik
: Arief Daryanto
:
: Jurnal IPB
: Vol. 9 No. 1
: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43755
: 1 Oktober 2014
Modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada
pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (norms), dan
kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koodinasi dan kooperasi) sosial
untuk kepentingan bersama. Aspek kepercayaan merupakan inti dari modal sosial (core of
social capital). Lunturnya kepercayaan dapat menimbulkan konflik bernuansa SARA.
Akibat konflik berkepanjangan ditambah banyaknya permasalahan sosial yang bersifat
patologis menyebabkan menurunnya kadar modal sosial dalam pembangunan. Revitalisasi
35
dan pengembangan modal sosial perlu dilakukan agar masyarakat mampu menggerakkan
roda perekonomian. Pengembangan kelembagaan (pranata) sosial ekonomi mutlak
diperlukan dan mendesak guna mendukung pemenuhan modal sosial dalam pembangunan.
Brehm dan Rahn (1997) berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama
diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang
dihadapi mereka. Sementara Dasgupta dan Seragelsdin (2000) dan World Bank (2003)
mengartikan modal sosial sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks),
norma-norma (norms), hubungan (relationships) dan kepercayaan sosial (social trust) yang
membentuk kuantitas dan kualitas suatu interaksi sosial masyarakat.
Dasgupta dan Seragelsdin (2000) juga mengajukan hipotesa bahwa jaringan sosial
(social networks) dapat mempengaruhi kemajuan ekonomi karena didalamnya mengandung
trust yang merupakan elemen terpenting dalam jaringan. Fukuyama (1995) dalam hal ini ia
lebih memfokuskan modal sosial tersebut terhadap trust sebagai faktor kunci mediasi untuk
memperkecil transcation cost dalam communities dan enterprises yang memungkinkan
masyarakat bekerja sama secara lebih efektif.
Szreter (1998) dalam INCIS (2003) mengemukakan bahwa modal sosial itu
memfokuskan pada pentingnya hubungan (relationship) dalam urusan-urusan ekonomi.
Szreter mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan, kota-kota, industri regional dan
ekonomi nasional dapat berfungsi secara lebih efisien jika terdapat penghormatan satu sama
lain (mutually respectful) dan hubungan kepercayaan (trusting relationship) antara warga.
World Bank (2003) mengutarakan modal sosial itu sangat relevan bagi
pembangunan ekonomi suatu Negara, oleh karena modal sosial merupakan resep untuk
menaikkan prospek ekonomi masyarakat dan bangsa, termasuk meningkatkan fasilitasfasilitas pendidikan dan kesehatan, pembangunan secara berkompeten, dan akuntabilitas
institusi politik. Selain itu modal sosial dapat memfasilitasi munculnya pasar bebas dalam
perekonomian global.
Putnam (1993) dalam Ancok (2003) telah menunjukkan bukti bahwa pertumbuhan
ekonomi sangat berkorelasi positif dengan kehadiran modal sosial. Putnam menyimpulkan
dalam penelitiannya bahwa pertumbuhan ekonomi diberbagai kawasan di wilayah utara
Italia berkolerasi dengan ciri-ciri berikut ini : 1. Hadirnya hubungan yang erat antar anggota
masyarakatnya, 2. Adanya para pemimpin yang jujur dan egaliter yang memperlakukan
dirinya sebagai bagian dari masyarakat bukan sebagai penguasa , 3. Adanya rasa saling
percaya dan kerjasama di antara unsur masyarakat.
Narayan dan Cassidy (1999) telah menyampaikan beberapa indikator dalam
mengukur modal sosial dengan melakukan kombinasi dari berbagai metodologi kuantitatif
dan kualitatif kita akan bisa menemukan seberapa jauh modal sosial tersedia dalam
pembangunan. Ukuran modal sosial dalam komunitas masyarakat yaitu : (1) Karakteristik
grup, (2) Norma Umum, (3) Kekompakan, (4) Sosialisasi sehari-hari, (5) Hubungan dengan
lingkungan, (5) Kesukarelaan, (6) Kepercayaan.
Semua ahli sepakat bahwa untuk membangun modal sosial harus dimulai dari
pendidikan dalam keluarga dan sekolah. Pentingnya lagi melalui berbagai pelatihan
kelompok untuk membangun visi dan misi bersama serta menumbuhkan saling percaya.
ANALISIS
Modal sosial adalah hal terpenting sebagai dasar membangun kelembagaan dan melakukan
pembangunan. Jika modal sosial suatu perusahaan/institusi tinggi maka akan lebih mudah
36
untuk melakukan pembangunan. Maka pertumbuhan ekonomi sangat berhubungan dengan
modal sosial. Ada ukuran modal sosial (indikator) yang dapat diterapkan di masyarakat
untuk meningkatkan kualitas masyarakat sehingga masyarakat siap/mudah menghadapi
pembangunan. Indikator tersebut telah disampaikan Narayan dan Cassidy 1999 diatas untuk
mempermudah pengukuran modal sosial secara kualitatif dan kuantitatif.
Modal Sosial
Kesejahteraan
Kelembagaan
Gambar 12. Kerangka Pemikiran Pustaka 12
Tabel 12. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
12
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Modal sosial
Jaringan (networks), norma
Modal sosial bila dikelola dengan
(norms), dan kepercayaan
baik dan benar akan lebih mampu
(trust) d
memberdayakan
masyarakat.
Dalam konteks ini, pengembangan
kelembagaan
(pranata)
sosial
ekonomi baik itu yang bersifat
formal maupun informal mutlak
dilaksanakan untuk mendukung
pemenuhan modal sosial dalam
pembangunan.
Kelembagaan
Formal dan informal
Kelembagaan
mengalami
perubahan karena dipengaruhi oleh
perkembangan
teknologi,
sumberdaya biologis, kebutuhan
dan
preferensi
masyarakat.
Meskipun perubahan kelembagaan
sosial ekonomi masyarakat itu
merupakan
prasyarat
bagi
pembangunan ekonomi, akan tetapi
harus tetap dikontrol dan dijaga
jangan
sampai
perubahan
kelembagaan
tersebut
malah
menyebabkan
kerugian
pada
masyarakat.
Kesejahteraan
Pembangunan
manusia Pendekatan kelembagaan dalam
(peningkatan
kualitas pembangunan di Indonesia saat ini
masyarakat) dan pembangunan sudah mendapat perhatian yang
ekonomi
serius, dan menjadi isu sentral
pembangunan yang sangat esensial
37
Variabel
13. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Jurnal
Volume (Edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
Sub Variabel
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Fakta Pendukung
dalam rangka mendorong serta
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan
2012
Jurnal
Elektronik
Inayah
Jurnal Pengembangan Humaniora
Vol. 12 No. 1
http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/pa
per_6%20apr%202012.pdf
: 1 Oktober 2014
Penulis menjelaskan peranan modal sosial dalam pembangunan sangat erat
kaitannya, dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya dimensi kultural dan
pendayagunaan peran lembaga-lembaga yang tumbuh dalam masyarakat untuk
mempercepat dan mengoptimalkan proses-proses pembangunan. Fukuyama (2002)
misalnya menyebutkan faktor kultural, khususnya modal sosial menempati posisi yang
sangat penting sebagai faktor yang menentukan kualitas masyarakat. Penulis juga
menjelaskan keterkaitan hubungan modal sosial dan pembangunan manusia, modal sosial
dan pembangunan sosial, modal sosial dan pembangunan ekonomi, modal sosial dan
pembanguan politik. Hal ini menyebabkan modal sosial sebagai salah satu komponen
utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling
menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Modal sosial yang lemah akan
meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan
pengangguran, kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk.
Definisi modal sosial menurut beberapa ahli yaitu : Putnam, et al (dalam Suharto,
2007) menyatakan modal sosial adalah penampilan organisasi sosial, seperti kepercayaan,
norma-norma (atau hal timbal balik), dan jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat), yang
dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan
kerjasama bagi keuntungan bersama. Fukuyama (1995) menyatakan modal sosial adalah
kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah komunitas. Eva
Cox (1995) menyatakan modal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan antar
manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan social yang
memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan
kebajikan bersama. Menurut Suharto (2007) modal sosial dapat diartikan sebagai sumber
(resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas.
Pengukuran modal sosial sering dilakukan melalui hasil interaksi tersebut, seperti:
terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Interaksi dapat terjadi dalam skala
individual maupun institusional. Dalam skala individual interaksi terjadi pada relasi intim
antara individu yang menghasilkan ikatan emosional. Dalam skala institusional, interaksi
terjadi pada saat beberapa organisasi memiliki kesamaan visi dan tujuan.
38
Unsur-unsur modal sosial menurut Hasbullah (2006) mengetengahkan enam unsur
pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada,
yaitu: Participation in a network (kemampuan anggota kelompok selalu menyatukan diri
dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam
menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok). Reciprocity (pada kelompokkelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan
suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi). Trust. (hal ini
memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan
modal sosial karena didasari kepercayaan). Social norms (norma sosial akan menentukan
kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak
positif bagi perkembangan masyarakat). Value (nilai merupakan hal yang penting dalam
kebudaya-an, biasanya mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta
mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya
membentuk pola cultural). Proactive action (perilaku inisiatif dalam mencari informasi
berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan, dan beragam bentuk inisiatif lainnya
baik oleh individu mapun kelompok, merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam
membangun masyarakat).
Ridell dalam Suharto (2007) menuliskan tiga parameter modal sosial: (1)
Kepercayaan (trust), harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat, yang ditunjukkan
oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut
bersama; (2) Norma-norma (norms), norma terdiri pemahaman-pemahaman, nilai-nlai,
harapan-harapan, dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok
orang; (3) Jaringan-jaringan (networks), merupakan infrastruktur dinamis yang berwujud
jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya
komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat
kerjasama. Hal ini berati apapun bentuk pembangunan yang dilakukan jika ada modal
sosial yang diterapkan maka dapat menentukan keberlanjutan dan berkembangnya
pembangunan tersebut.
ANALISIS
Modal sosial berperan membangun masyarakat, dengan kemajuan kualitas masyarakat
maka akan mempermudah terjadinya pembangunan. Dalam hal ini program CSR biasanya
mengembangkan ke arah pembangunan baik ekonomi ataupun sosial, sehingga modal
sosial sangatlah penting. Adanya unsur-unsur modal sosial berdasarkan beberapa ahli
memudahkan pengukuran modal sosial. Semakin kuat modal sosial yang dimiliki suatu
komunitas maka akan semakin meningkatkan pembangunan.
39
Pembangunan Manusia
Pembangunan Sosial
Modal Sosial
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Politik
Gambar 13. Kerangka Pemikiran Pustaka 13
Tabel 13. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka
13
Variabel
Sub Variabel
Fakta Pendukung
Modal sosial
Jaringan (networks), norma
Modal sosial sebagai faktor penting
(norms), dan kepercayaan
dalam mempengaruhi efisiensi dan
(trust)
efektivitas kebijakan. Kenyataan
ini menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya dimensi kultural dan
pendayagunaan peran lembagalembaga yang tumbuh dalam
masyarakat untuk mempercepat
dan mengoptimalkan proses-proses
pembangunan.
Pembangunan
Modal sosial mempunyai pengaruh
Manusia
yang besar sebab beberapa dimensi
pembangunan manusia sangat
dipengaruhi oleh modal sosial
antara lain kemampuan untuk
menyelesaikan
kompleksitas
berbagai permasalahan bersama,
mendorong perubahan yang cepat
di
dalam
masyarakat,
menumbuhkan kesadaran kolektif
untuk memperbaiki kualitas hidup
dan mencari peluang yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan.
Pembangunan
Jaringan-jaringan
yang
Sosial
memperkuat modal sosial akan
memudahkan saluran informasi dan
ide dari luar yang merangsang
40
Variabel
Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan
politik
Sub Variabel
Fakta Pendukung
perkembangan
kelompok
masyarakat.
Hasilnya
adalah
lahirnya masyarakat peduli pada
berbagai aspek dan dimensi
aktifitas kehidupan, masyarakat
yang saling memberi perhatian dan
saling percaya. Situasi yang
mendorong
kehidupan
bermasyarakat
yang
damai,
bersahabat, dan tenteram.
Hasil-hasil studi di berbagai negara
yang menunjukkan bahwa modal
sosial yang kuat akan merangsang
pertumbuhan
berbagai
sektor
ekonomi karena adanya tingkat
rasa percaya yang tinggi dan
kerekatan hubungan dalam jaringan
yang luas tumbuh antar sesama
pelaku ekonomi.
Tingginya modal sosial akan
mendorong
efektifitas
pemerintahan, beragam determinan
memungkinkan negara berfungsi
secara lebih efektif dan memiliki
legitimasi. Modal sosial tinggi
yang dimiliki masyarakat lebih
dapat memfasilitasi hubungan
antara
negara
dan
rakyat.
Hubungan yang baik antara
pemerintah dan masyarakat akan
menjamin stabilitas politik negara.
41
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Corporate Social Responsibility
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan perkembangan dari
ketiga konsep yaitu konsep social sustainability, economic sustainability dan
environmental sustainability dalam melaksanakan tanggung jawab sosial (Anatan 2008).
John Elkington memandang bahwa inti dari CSR yaitu pembangunan berkelanjutan, yang
digambarkan sebagai triple bottom line sebagai pertemuan tiga pilar pembangunan yaitu
“orang, planet, dan keuntungan” yang merupakan tujuan pembangunan (Rachman, Efendi
dan Wicaksana, 2011 dalam Irawan 2013). Menurut Wibisono, (2007) dalam Rosyida dan
Nasdian (2011), Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang
menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar
profit/keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif
bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(planet).
Bowen berpendapat bahwa pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan
suatu kebijakan untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau
melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat
(Wartick dan Cochran, 1985 dalam Solihin, 2009). Seperti yang telah ditekankan oleh
Bowen, kewajiban atau tanggung jawab sosial perusahaan bersandar kepada keselarasan
dengan tujuan (objectives) dan nilai-nilai (values) dari suatu masyarakat. dua premis dasar
tanggung jawab sosial: (1) perusahaan bisa mewujud dalam masyarakat karena adanya
dukungan dari masyarakat, dalam hal ini perusahaan memiliki kontrak sosial (social
contract) yang berisi sejumlah hak dan kewajiban yang akan mengalami perubahan sejalan
dengan perubahan masyarakat; (2) pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral (moral
agent) dalam masyarakat. Perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
masyarakat. Premis kedua ini memuat dimensi etika dan tanggung jawab sosial (Solihin,
2009).
Menurut ISO 26000 dalam Suharto (2008) yang dikutip oleh Rosyida dan Nasdian
(2011), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku
kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku
internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Menurut Budimanta
et al. (2008: 24) dikutip dalam Mapisangka (2009), CSR pada dasarnya merupakan suatu
elemen yang penting dalam kerangka sustainability yang mencakup aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial budaya yang merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya dan
keuntungan kegiatan bisnis dengan stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders
dan penanam modal), maupun eksternal (kelembagaan, pengaturan umum, anggota-anggota
masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain).
Dikutip Irawan (2013) dalam Susanto (2009:14-15) memaparkan ada enam manfaat
program CSR bagi perusahaan yakni sebagai berikut: (1) mengurangi resiko dan tuduhan
terhadap perlakukan tidak pantas yang diterima perusahaan, (2) pelindung dan membantu
42
perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis, (3) keterlibatan
dan kebanggaan karyawan, (4) mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara
perusahaan dengan stakeholder-nya, (5) meningkatkan penjualan, (6) inisiatif-inisiatif
lainnya, seperti inisiatif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. CSR merupakan
salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk
mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui
penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi
sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup (Anatan 2008). Menurut Anatan (2008), Konsep
CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, perusahaan, dan komunitas
masyarakat setempat yang bersifat aktif dan dinamis.
Dalam aktualisasinya, kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity
menjadi aktivitas yang menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat yaitu
program pemberdayaan. Metamorfosis tersebut pernah dikutip Anatan (2008) dalam Za’im
Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008):
Tabel 14. Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial
Paradigma
Charity
Philanthropy
Motivasi
Agama, tradisi,
adaptasi
Norma, etika, dan
hukum universal
Misi
Mengatasi masalah
setempat
Pengelolaan
Jangka pendek,
mengatasi masalah
sesaat
Pengorganisasian
Kepanitiaan
Yayasan / dana abadi
/ profesionalitas
Penerima
Manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Inspirasi
Kewajiban
Kepentingan bersama
Mencari dan
mengatasi akar
masalah
Terencana,
terorganisir,
terprogram
Good
Corporate
Citizenship (GCC)
Pencerahan diri &
rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial
Memberikan
kontribusi kepada
masyarakat
Terinternalisasi
dalam kebijakan
perusahaan
Keterlibatan baik
dana maupun
sumberdaya lain
Masyarakat luas dan
perusahaan
Hibah (sosial &
pembangunan serta
keterlibatan sosial)
Sumber: Za’im Zaidi dikutip Anatan (2008), Sumbangan Sosial Perusahaan (2003) dalam Ambadar (2008)
Dalam Fadilah (2009), Perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki
tiga nilai dasar (core value) yang ditanamkan secara mengakar dalam perusahaan yaitu (1)
ketangguhan ekonomi, (2) tanggung jawab lingkungan dan (3) akuntabilitas sosial. Jika
kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR
akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan
(sustainability report). Dalam prakteknya, ada yang menggunakan nama lain untuk laporan
jenis ini, misalnya laporan CSR (CSR report), laporan sosial (social report), laporan
43
lingkungan (environment report) atau laporan sosial dan lingkungan (social and
environment report).
Implementasi Corporate Social Responsibility
Implementasi CSR merupakan dasar dari kelancaran dan kontinuitas operasi
perusahaan dengan adanya dukungan yang kuat dari komunitas lokal dan berbagai
stakeholders. Implementasi CSR yang ideal adalah perpaduan kebijikan dan program CSR
riil yang mencakup aspek community development (donasi sosial dan kemitraan),
pengelolaan pekerja dan lingkungan yang diikuti dengan komitmen dari keseluruhan
manajemen serta dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan yang mengakar menjadi
suatu budaya perusahaan (Rahardja, Zain, Salim, Rahayu 2011).
Secara teoritis berbagai strategi implementasi CSR antara lain: program dengan
sentralisasi (Self managing strategy), program dengan desentralisasi (Outsourcing), dan
kombinasi (Mixed Type) yaitu perusahaan dapat menrancang progam CSR sesuai dengan
arahan dan keinginan mereka, kemudian untuk operasionalnya dapat melibatkan berbagai
stakeholder yang terkait. Pelibatan stakeholder untuk meringankan beban kerja perusahaan,
juga berfungsi untuk menstimulus stakeholder agar dapat terlibat dan mendukung progam
CSR guna terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan. (Hadi 2011 Irawan 2013).
Wibisono (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) mengemukakan perusahaanperusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan
implementasi CSR sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building,
CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah
awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan
komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lainlain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkahlangkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan
CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual, dilakukan melalui
benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen
dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan
keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya
pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien.
2. Tahap Pelaksanaan: Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan
seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai
dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan
rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.
3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu
ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu
perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan
dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang
perlu berdasarkan rekomendasi.
4. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik
untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
44
Implementasi program CSR terdiri dari tiga tahap menurut Irawan (2013), yaitu
tahap perencanaan, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Tahap perencanaan yang
meliputi: menyesuaikan program dengan visi misi perusahaan, menetapkan tujuan, target,
menyesuaikan dengan kebijakan pimpinan, menetapkan strategi, menetapkan struktur
organisasi pelaksana, merancang program, menyiapkan SDM, pemetaan wilayah, alokasi
dana, merencanakan strategi implementasi dan merencanakan kegiatan evaluasi. Pada
tahap implementasi bekerja sama melibatkan stakeholder dan pemerintah untuk
mendorong keberhasilan program menjadi lebih cepat. Pada tahap evaluasi dan
pelaporan merupakan bagian dari upaya perbaikan program CSR di masa depan.
Dalam Prayogo dan Hilarius (2012), Pada implementasi program CSR/CD variabel
yang digunakan untuk menggambarkan dan mengukur tingkat keberhasilan program adalah
: efectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan kemiskinan
terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima
(beneficiaries) berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya, relevance dimaksudkan
sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan
potensi lokal, sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program
pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan,
baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen, impact
dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang
ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan, empowerment dimaksudkan sebagai
seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari
segi keahlian maupun organisasi/manajemen, participation dimaksudkan sebagai seberapa
besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan.
Menurut Paul (1982) dalam Yulianti (2012), bahwa dalam pelaksanaan program
yang harus diperhatikan agar program berhasil, yaitu variabel lingkungan, variabel strategi,
variabel struktural dan variabel proses. Suatu program yang telah dibuat dan dijalankan
tentunya perlu untuk dievaluasi yang nantinya memberikan pengetahuan yang relevan
tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan atau program yang diharapkan dengan
yang benar-benar dihasilkan.
Irawan (2013) menjelaskan motif pelaksanaan CSR antara lain: 1) motif izin operasi
yaitu menjalankan CSR merupakan bagian dari komitmen dan bentuk ketaatan perusahaan
dalam mematuhi peraturan perundang undangan yang mengikat dan wajib ditaati, 2) motif
kewahiban moral yaitu menjalankan CSR merupakan wujud moralitas perusahaan dalam
menjalankan bisnisnya secara etis, serta senantiasa memperhatikan kepentingan stakeholder
khususnya masyarakat, 3) motif reputasi yaitu menjalankan CSR merupakan salah satu
strategi dalam memperkuat reputasi perusahaan sebagai perusahaan yang profesional dan
memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap stakeholder khususnya masyarakat, 4)
motif keberlanjutan yaitu menjalankan CSR sebagai bagian strategi dalam keberlanjutan
aktivitas bisnis perusahaan.
Evaluasi program menurut beberapa ahli yang dikutip dalam Yulianti (2012) yaitu :
Kajian evaluasi program diperlukan dengan tujuan untuk menilai seberapa besar berbagai
program sosial dapat meningkatkan kesejahteraan, bagaimana program sosial berlangsung
dan bagaimana program dapat menjadi lebih efektif seperti yang dikemukakan oleh Sadish
(1991). Evaluasi program juga menurut Mark (2000) dapat membantu menjelaskan tentang
kebijakan dan program dengan mengadakan penyelidikan yang sistematis yang
menggambarkan dan menjelaskan tentang operasi program, efek program, justifikasi
45
program dan implikasi sosial. Evaluasi program juga menurut Patton yang dikutip oleh
Shaw (2006), yaitu pengumpulan informasi secara sistematis tentang kegiatan-kegiatan,
karakteristik dan outcomes untuk menilai program, peningkatan efektivitas program. dan
atau menginfromasikan keputusan tentang program mendatang. Sedangkan menurut Dunn
(2003), istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk
kepada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program.
Kriteria evaluasi atau penilaian sendiri bermacam-macam. Menurut Dunn (2003)
dalam Yulianti (2012), bahwa kriteria-kriteria evaluasi untuk menilai hasil kebijakan itu,
antara lain : efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan.
Evaluasi dan pelaporan merupakan bagian dari upaya perbaikan program CSR di
masa depan. Hadi (2011) dikutip oleh Irawan (2013) yang menyatakan evaluasi
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dalam rangka untuk mencapai
tujuan: evaluasi pelaksanaan CSR dilakukan untuk: 1) memperoleh masukan guna
perencanaan program kegiatan, 2) memperoleh berbagai bahan pertimbangan dalam rangka
pengambilan keputusan layak atau tidak layaknya program CSR dilanjutkan, 3)
memperoleh masukan perbaikan program, 4) memperoleh masukan tentang hambatan
program yang sedang dilaksanakan, 5) memperoleh masukan untuk perbaikan, dan 6) mem
peroleh rekomendasi dan pelaporan terhadap penyandang dana.
Secara bisnis, hasil evaluasi program dapat digunakan sebagai salah satu sajian
obyektif tentang social performance korporasi, yang kemudian menjadi sangat bermanfaat
untuk meningkatkan corporate image dan bahan pertimbangan bagi calon investor dalam
menanamkan modalnya (Orlitzky & John, 2001 dalam Proyogo 2011). Secara sosial,
kinerja program CSR dan CD pada gilirannya dapat menentukan seberapa besar social
legitimacy (penerimaan sosial) para pemangku kepentingan, utamanya komunitas sekitar,
atas komitmen, kehadiran dan tindakan korporasi secara umum (Prayogo, 2008c dalam
Prayogo 2011).
Efektivitas Corporate Social Responsibility
Pengertian efektivitas yang dikutip oleh Yulianti (2012) yaitu : menurut
Hadayaningrat (1995) merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pendapat lainnya mengenai efektivitas yaitu
menurut Susanto (1975), efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau
tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi. Dengan demikian efektivitas
diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya secara matang.
Menurut Barnard (Nurudin, 2007 dalam Yulianti 2012), pengertian efektif adan
efisien dikaitkan dengan sistem kerja sama seperti dalam organisasi perusahaan atau
lembaga pemerintahan, yaitu Efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang
berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem.
Sementara efisiensi dalam hubungan kerjasama suatu sistem merupakan hasil gabungan
efisiensi dari upaya yang dipilih masing-masing individu.
Efektivitas program harus sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran
masyarakat sekitar sehingga menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam
menyelesaikan masalah lingkungan social (Supriadinata dan Goestaman 2013).
46
Modal Sosial
Dikutip Inayah (2012), Definisi modal sosial menurut beberapa ahli yaitu : Putnam,
et al (dalam Suharto, 2007) menyatakan modal sosial adalah penampilan organisasi sosial,
seperti kepercayaan, norma-norma (atau hal timbal balik), dan jaringan (dari ikatan-ikatan
masyarakat), yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya
koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Fukuyama (1995) menyatakan modal
sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah
komunitas. Eva Cox (1995) menyatakan modal sosial adalah suatu rangkaian proses
hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan social
yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan
dan kebajikan bersama. Menurut Suharto (2007) modal sosial dapat diartikan sebagai
sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas.
Pengukuran modal sosial sering dilakukan melalui hasil interaksi tersebut, seperti:
terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat.
Menurut Daryanto (2004), Modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor
penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pembentukan modal sosial
dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma
(norms), dan kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koodinasi dan
kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama. Brehm dan Rahn (1997) berpendapat bahwa
modal sosial adalah jaringan kerjasama diantara warga masyarakat yang memfasilitasi
pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Sementara Dasgupta dan
Seragelsdin (2000) dan World Bank (2003) mengartikan modal sosial sebagai institusi
sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms), hubungan
(relationships) dan kepercayaan sosial (social trust) yang membentuk kuantitas dan kualitas
suatu interaksi sosial masyarakat.
Narayan dan Cassidy (1999) dalam Daryanto (2004) telah menyampaikan beberapa
indikator dalam mengukur modal sosial dengan melakukan kombinasi dari berbagai
metodologi kuantitatif dan kualitatif kita akan bisa menemukan seberapa jauh modal sosial
tersedia dalam pembangunan. Ukuran modal sosial dalam komunitas masyarakat yaitu : (1)
Karakteristik grup, (2) Norma Umum, (3) Kekompakan, (4) Sosialisasi sehari-hari, (5)
Hubungan dengan lingkungan, (5) Kesukarelaan, (6) Kepercayaan.
Dikutip oleh Rosyida dan Nasdian (2011), Modal sosial adalah seperangkat nilainilai, norma-norma, dan kepercayaan yang memungkinkan sekelompok warga dapat
bekerjasama secara efektif dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan-tujuannnya
(Putman,1993 dalam Suwartika, 2003). Uphoff (2000) dalam Suwartika (2003) membagi
komponen modal sosial ke dalam dua kategori, yaitu pertama, kategori struktural yang
dihubungkan dengan berbagai bentuk asosiasi sosial dan kedua, kategori kognitif
dihubungkan dengan proses–proses mental dan ide-ide yang berbasis pada ideologi dan
budaya. Komponen-komponen modal sosial (Uphoff, 2000 dalam Suwartika, 2003)
tersebut diantaranya:
1. Hubungan sosial (jaringan); merupakan pola-pola hubungan pertukaran dan kerjasama
yang melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini memfasilitasi tindakan kolektif
yang saling menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan. Komponen ini termasuk
pada kategori struktural.
2. Norma; kesepakatan-kesepakatan tentang aturan yang diyakini dan disetujui bersama.
47
3. Kepercayaan; komponen ini menunjukkan norma tentang hubungan timbal balik, nilainilai untuk menjadi seseorang yang layak dipercaya. Pada bentuk ini juga
dikembangkan keyakinan bahwa anggota lain akan memiliki keinginan untuk bertindak
sama. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif.
4. Solidaritas; terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersama-sama, menutupi
biaya bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan
terhadap kelompok dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya.
Komponen ini termasuk dalam kategori struktural
5. Kerjasama; terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri. Sikapsikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan
penugasan untuk kemaslahatan bersama, keyakinan bahwa kerjasama akan
menguntungkan. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif.
Menurut Djohan (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011), modal sosial yang
ideal adalah modal sosial yang tumbuh di masyarakat. Modal sosial yang dimiliki
seyogianya memiliki muatan nilai-nilai yang merupakan kombinasi antara nilai-nilai
universal yang berbasis humanisme dan nilai-nilai pencapaian (achievement values) dengan
nilai-nilai lokal.
Modal sosial juga sebagai salah satu modal korporat yang strategis berpengaruh
signifikan terhadap profit yang dicapai dan salah satu representasi kinerja finansial
perusahaan (Svendsen 1998 dalam Rahardja, Zain, Salim, Rahayu 2011).
Dikutip oleh Inayah (2012), Ridell dalam Suharto (2007) menuliskan tiga parameter
modal sosial: (1) Kepercayaan (trust), harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat,
yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan normanorma yang dianut bersama; (2) Norma-norma (norms), norma terdiri pemahamanpemahaman, nilai-nlai, harapan-harapan, dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan
bersama oleh sekelompok orang; (3) Jaringan-jaringan (networks), merupakan infrastruktur
dinamis yang berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut
memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan
dan mem-perkuat kerjasama.
Unsur-unsur modal sosial menurut Hasbullah (2006) dalam Inayah (2012)
mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian
modal sosial yang telah ada, yaitu: Participation in a network (kemampuan anggota
kelompok selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat
besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok).
Reciprocity (pada kelompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot
resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial
yang tinggi). Trust (hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan
kontribusi pada peningkatan modal sosial karena didasari kepercayaan). Social norms
(norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang
kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat). Value (nilai
merupakan hal yang penting dalam kebudayaan, biasanya mendominasi kehidupan
kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku
masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola cultural). Proactive action (perilaku
inisiatif dalam mencari informasi berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan, dan
beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu mapun kelompok, merupakan wujud
modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat).
48
SIMPULAN
Tanggung jawab perusahaan atau lebih terkenal dengan CSR merupakan solusi
untuk menimalisir banyaknya isu-isu yang dibicarakan diantaranya kesejahteraan
masyarakat dan kerusakan lingkungan, terkait dengan eksploitasi maupun pengelolaan
sumberdaya alam. CSR telah diterima dan menjadi trend di dunia usaha bisnis. CSR
menjalankan kegiatan yang menitikberatkan pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
seperti mengacu pada konsep Triple Bottom Line (People, Profit, Planet). Setiap
perusahaan tidak bisa hanya mengeruk laba sebanyak-banyaknya namun juga tetap
mengindahkan masyarakat, karena itu dibutuhkannya keseimbangan diantara kinerja
finansial dan kinerja sosial.
Kegiatan CSR tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,
namun juga bermanfaat bagi perusahaan karena dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat dan investor terhadap perusahaan dalam membangun corporate image sehingga
membawa keuntungan dalam segi finansial perusahaan. Modal sosial menjadi salah satu
pendorong kegiatan CSR
untuk mengatasi dinamika lingkungan bisnis dan
mengembangkan kemitraan. Pengembangan sumberdaya internal dan mengelola kekuatan
eksternal dilakukan untuk membangun modal sosial.
Pengembangan kemitraan terhadap berbagai stakeholder akan mempengaruhi
implementasi CSR dan pencapaian keberhasilan program. Program CSR yang efektif
disesuaikan dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sehingga
menghasilkan program yang bermanfaat dan berkelanjutan. Adanya evaluasi program CSR
yang dilakukan perusahaan akan berguna bagi masyarakat, lingkungan dan khususnya bagi
perusahaan itu sendiri untuk mengukur efektivitas program.
Selanjutnya, peran modal sosial sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas
masyarakat. Modal sosial akan mempermudah membangun masyarakat sehingga jika
dikaitkan dengan CSR, modal sosial sebagai katalisator yang mampu mengembangkan
pembangunan baik ekonomi ataupun sosial. Modal sosial juga sebagai modal perusahaan
memperluas jaringan kepada stakeholder dengan adanya komunikasi dan interaksi, yang
memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.
Keberhasilan program dapat diukur dengan efektivitas program yang telah
dijalankan. Adanya implementasi program yang baik dan didukung modal sosial yang kuat
dapat menghasilkan efektivitas program yang berdampak positif bagi masyarakat dan
perusahaan.
49
KERANGKA PEMIKIRAN
Tanggung jawab perusahaan dilakukan untuk menitikberatkan pada keseimbangan
aspek ekonomi maupun sosial sehingga diharapkan program yang dilahirkan tetap
berkelanjutan. Program CSR hadir untuk meminimalisir dampak buruk lingkungan dan
meningkatkan dampak sosial dan ekonomi masyarakat. Implementasi program CSR
merupakan bagian terpenting untuk dapat menghasilkan program yang efektif bagi
masayarakat dan lingkungan. Ada tahapan dalam implementasi CSR yang baik yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, tahap pelaporan. Tahap
terpenting dalam pencapaian efektivitas program yaitu pada tahap evaluasi. Tahap evaluasi
menentukan sejauh mana ukuran efektivitas CSR dan tahap pelaporan merupakan faktor
pendukung meningkatkan efektivitas program. Efektivitas CSR tidak hanya membutuhkan
implementasi yang baik. Salah satu faktor pendukung yaitu modal sosial juga harus
dikembangkan guna memudahkan program diterima masyarakat dan berkelanjutan. Modal
sosial merupakan suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh
jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya
koordinasi dan kerjasama.
Modal sosial perusahaan yang kokoh didasari oleh strategi korporat stakeholder.
Strategi korporat stakeholder memberikan perhatian untuk perusahaan kepada berbagai
pihak yang berkepentingan baik eksternal maupun internal. Dalam hal ini modal sosial,
implementasi CSR dan efektivitas program CSR dapat mempengaruhi kinerja sosial
perusahaan dan kinerja finansial perusahaan. Kinerja sosial yang baik dapat mempengaruhi
kinerja finansial perusahaan karena bertambahnya trust masyarakat berbanding lurus
dengan keuntungan perusahaan.
Berikut ini kerangka analisis yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis
dari semua pustaka yang digabungkan. Kerangka ini menunjukan keterkaitan antar variabel
yang dijelaskan para penulis dalam pustakanya.
50
Kelembagaan
Strategi
Korporat
Stakeholder
Pembangunan
Manusia
Pembangunan
Sosial
Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan
Politik
Kinerja Sosial
Modal Sosial
Kesejahteraan
Prinsip Triple
Bottom Line
Keberlanjutan
Program
Efektivitas
CSR
Motif CSR
Kesadaran
Perusahaan
Kinerja
Finansial
Implementasi CSR
Partisipasi
Stakeholder
Stakeholder
CSR Goal
Keberhasilan
CSR
Corporate Social
Issue
Corporate
Relation Program
Perspektif locality
development
Audit CSR
Laporan
Berkelanjutan
Perspektif social
action
Pendekatan social
planning
Gambar 14. Kerangka Pemikiran
Kondisi
Ekonomi
Kondisi Sosial
51
Pertanyaan Penelitian
Program CSR yang dijalankan perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan untuk
meminimalisir isu-isu sosial dan lingkungan. Program CSR dapat bermanfaat dan
berkelanjutan sangat diharapkan bagi masyarakat sehingga dibutuhkan program yang
efektif untuk dijalankan. Oleh karena itu, berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat
diambil beberapa pertanyaan analisis antara lain:
1. Bagaimana pengaruh keberlanjutan program CSR terhadap kesejahteraan masyarakat
sekitar perusahaan?
2. Bagaimana peran modal sosial dalam mengefektifkan program CSR?
52
DAFTAR PUSTAKA
Anatan L. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktik di
Indonesia. Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Desember2011]. 4.
Dapat
diunduh
dari:
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnalmanajemen/article/view/220
Daryanto A. 2004. Penguatan Kelembagaan Sosial Ekomoni Masyarakat Sebagai Modal
Sosial Pembangunan. Jurnal IPB. [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014].
9(1). Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43755
Fadilah S. 2009. Keberhasilan Kegiatan Corporate Social Responsibility Melalui
Pengungkapan dan Audit Corporate Social Responsibility. Jurnal Telaah dan Riset
Akuhtansi. 2(2). [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari:
http://jurnal.unsyiah.ac.id/TRA/article/download/319/304.
Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pembangunan
Humaniora. [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. 12 (1). Dapat diunduh
dari:
http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/paper_6%20apr%202012.
pdf
Irawan E. 2013. Program Corporate Social Responsibility Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat. Jurnal UNPAD. [Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. Dapat
diunduh
dari:
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/pustaka_unpad_program_corporate_social_responsibility
.pdf.
Mapisangka, Andi. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat.
Jurnal Ekonomi dan Sosial Pembangunan. [Internet]. [diunduh tanggal 30 Oktober
2014].
1(1).
Dapat
diunduh
dari:
http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/ANDI_M-CSR1.pdf
Prayogo D. 2011. Evaluasi Program Corporate Social Responsibility dan Community
Development pada Industri Tambang dan Migas. Jurnal Sosial Humaniora.
[Internet]. [diunduh tanggal 1 Oktober 2014]. 15(1). Dapat diunduh dari:
http://journal.ui.ac.id/humanities/article/view/893/852
Prayogo dan Hilarius. 2012. Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan
Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi. [Internet].
[diunduh tanggal 4 Oktober 2014]. 17(1). Dapat diunduh dari:
http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2012.pdf
Rahardja, Rahayu, Salim dan Ubud. 2011. Implementasi Corporate Social Responsibility
dan Implikasinya dalam Perspektif Teori Stakeholder (Studi pada Perusahaan
Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah). Jurnal Manajemen. [Internet].
53
[diunduh tanggal 30 Oktober 2014]. 9(2). Dapat diunduh
http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/download/247/278
dari:
Rosyida, Isma dan Nasdian, F.T. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya
Terhadap Komunitas Pedesaan. Jurnal Transdisiplin Sosiologi. [Internet]. [diunduh
tanggal tanggal 30 Oktober 2014]. 5(1). Dapat diunduh dari:
http://jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/4%20Isma%20Rosyida.pdf
Solihin I. 2009. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability. Jakarta
[ID]: Salemba Empat. 216 hal.
Supriadinata dan Goestaman. 2013. Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility
(CSR) Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Persahaan ; Studi Kasus
PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende. Jurnal Ilmiah.
[Internet]. [diunduh tanggal 4 Oktober 2014]. 2(1). Dapat diunduh dari :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119337&val=5455
Yulianti, D. 2012. Efektiitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung.
(Suatu Evaluasi atas Program CSR). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan
Pembangunan. [Internet]. [diunduh tanggal 8 Oktober 2014]. 3(1). Dapat diunduh
dari: http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/112-353-1-PB
54
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten suatu pagi pada tanggal 25 Desember 1992
sebagai anak pertama dari 2 bersaudara. Buah cinta pasangan Conefi Antono dan Hesti
yang kini bertempat tinggal di Jakarta Timur. Menempuh pendidikan formal di SDN 05
pagi Rambutan Jakarta, SMP 9 SSN Jakarta, SMAN 48 Jakarta, dan Program Sarjana
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
IPB. Penulis juga aktif mengikuti pendidikan non-formal seperti les berbahasa inggris dan
pelatihan public speaking.
Selain aktif menjalani kegiatan perkuliahan di kampus. Penulis juga aktif menjalani
kehidupan berorganisasi, penulis mendedikasikan dirinya sebagai pengurus himpunan
mahasiswa peminat ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat (HIMASIERA)
sebagai staff divisi Public Relation (PR). Berbagai kepanitian dalam acara kemahasiswaan
telah dilakukan untuk memperkaya pengalaman di masa perkuliahan.
Download