bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman hayati yang
dimilikinya. Sejak dahulu Indonesia sudah dikenal sebagai produsen bahan alam,
salah satu bahan alam yang sudah diproduksi adalah minyak gandapura. Minyak
gandapura tergolong ke dalam jenis minyak atsiri yang dihasilkan dari daun dan
gagang tanaman gandapura melalui proses penyulingan. Gandapura (Gaultheria
fragran-tissima) dikenal juga sebagai Indian wintergreen, mempunyai sinonim
G. punctuata, termasuk dalam famili Ericaceae, dan merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup potensial. Tanaman ini dapat
tumbuh pada dataran tinggi 1.300
3.300 mdpl (Oyen dan Dung, 1999).
Gandapura merupakan spesies tanaman yang mengandung total salisilat
dengan konsentrasi sangat tinggi. Sebagian besar salisilat yang terdapat pada
tanaman gandapura berada dalam bentuk aktif yang disebut gaultherin,
merupakan konjugasi metil salisilat dengan disakarida. Ketika jaringan
tumbuhan tersebut rusak atau terkoyak, gaultherin akan terhidrolisa secara
enzimatis oleh enzim gaultherase menjadi metil salisilat dan terlepas (Yulianto
et al., 2009). Komponen utama minyak gandapura adalah metil salisilat yang
kandunganya mencapai 93
98% (Hernani, 2004).
Gambar I.1 Tanaman gandapura
1
2
Metil salisilat merupakan senyawa organik dengan cincin aromatik yang
termasuk dalam golongan ester, memiliki rumus kimia C 8H8O3 dengan struktur
kimia sesuai pada Gambar II.1. Metil salisilat pada suhu ruang berfase cair (tidak
berwarna), mempunyai aroma khas, larut sempurna dalam alkohol namun sukar
larut dalam air. Metil salisilat merupakan senyawa ester yang memiliki kegunaan
luas dalam berbagai industri. Pada industri farmasi, metil salisilat digunakan
sebagai bahan aktif dalam berbagai formulasi produk untuk mendapatkan efek
analgesiknya. Aroma dan rasanya yang khas juga membuatnya banyak digunakan
di industri makananan/minuman dan industri kosmetik.
Minyak ini banyak digunakan dalam industri farmasi sebagai campuran
pewangi, obat pencegah kerontokan rambut, anti septik, encok, reumatik, dan
obat gosok (Oyen dan Dung, 1999). Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari
minyak gandapura, maka perlu dilakukan pengembangan terhadap kandungan
minyak. Dalam hal ini mencari derivat dari metilsalisilat yang jauh lebih
bermanfaat, sehingga akan meningkatkan nilai ekonomis dari minyak itu sendiri.
Melalui analisis retrosintesis, senyawa kalkon maupun senyawa diketon
dapat disintesis dengan menggunakan starting material berupa senyawasenyawa yang mempunyai karbonil aromatik. Suatu keton aromatik dan
aldehid aromatik merupakan senyawa yang cocok digunakan sebagai starting
material. Reaksi tersebut nantinya dapat dikatalis oleh suatu asam atau basa,
yang biasa dikenal dengan kondensasi aldol (kondensasi Claisen-Schmidt).
Kondensasi aldol merupakan salah satu metode pembentukan karbon-karbon
(reaksi perpanjangan rantai karbon). Selain itu melihat dari analisis retrosintesis
maka kalkon juga dapat disintesis dari keton aromatik dan ester melalui reaksi
kondensasi Claisen silang. Kondensasi Claisen silang dapat digunakan pada ester
yang keduanya mempunyai H atau dapat dipilih salah satu saja yang memiliki H
untuk menghindari terjadinya campuran produk. Dalam hal ini, dua molekul
atau lebih bergabung menjadi suatu molekul yang lebih besar dengan atau
tanpa hilangnya suatu molekul kecil seperti air (Riawan, 1990).
3
Kalkon memiliki berbagai jenis aktivitas biologi yang berbeda-beda.
Beberapa diantara turunan kalkon dilaporkan mempunyai keaktifan biologi
sebagai antifungi, antibakteri (Alam, 2004). Beberapa lainnya juga dilaporkan
memiliki aktivitas sebagai antikanker dan antitumor (Hayashi et al., 2000, Usman
et al., 2005). Kozlowski et al. (2007) melakukan sintesis 10 senyawa
hidroksikalkon dengan jumlah gugus OH yang berbeda, diketahui bahwa jumlah
gugus OH berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Semakin banyak gugus
OH yang terikat maka aktivitas antioksidan akan semakin tinggi. Primahana
(2012) telah mensintesis senyawa hidroksi kalkon dan diketahui bahwa 2-hidroksi
kalkon memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
senyawa 3-hidroksi kalkon. Sedangkan senyawa turunan diketon berpotensi
sebagai senyawa intermediet untuk sintesis beberapa sistem heterosiklik lainnya
(Prakash et al., 1990). Beberapa senyawa turunan 1,3-diketon dilaporkan
memiliki aktivitas sebagai inhibitor korosi yang telah banyak digunakan sebagai
bahan sensor anion (Fragoza-Mar et al., 2012).
-Metoksi kalkon. Pada
sintesis senyawa tersebut digunakan metil salisilat yang termetoksi sebagai bahan
dasar. Selanjutnya Futwembun (2000) melakukan sintesis senyawa flavon yaitu
2-metoksi flavon berbahan dasar dari metil salisilat dan 2-hidroksi asetofenon.
Zawadiak et al. (2011) dan Griesbeck et al. (2011) telah mensintesis senyawa
aromatik 1,3-diketon berbahan dasar ester. Oleh karena itu metilsalisilat yang
tergolong dalam senyawa ester dan merupakan salah satu turunan asam benzoat
-hidroksi kalkon dan
senyawa1,3-diketon sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan nilai ekonomis
minyak gandapura.
Selain sebagai bahan dasar sintesis kalkon maupun senyawa diketon, metil
salisilat juga dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam sintesis beberapa
turunan senyawa hidrazon. Dilaporkan beberapa senyawa turunan hidrazon telah
diteliti dan didapati memiliki efek analgesik, anti inflamasi dan anti piretik
yang baik dan tidak menunjukkan efek samping pendarahan lambung
4
dibandingkan dengan golongan obat analgetik anti inflamasi non steroid (OAINS)
(Singh dan Raghav, 2011
-benziliden-2-hidroksibenzohidrazida yang
diperkirakan memiliki aktivitas analgesik yang lebih baik dan efek samping
yang lebih rendah dari golongan senyawa hidrazon. Oleh sebab itu senyawa
-(4-hidroksi-3-metoksi
benzilidin)-2-hidroksi
benzohidrazin
diharapkan
memiliki aktivitas analgesik yang lebih baik, karena adanya substitusi gugus
metoksi dan hidroksi yang berpengaruh terhadap aktivitas
senyawa
-(4-
hidroksi-3-metoksibenzilidin)-2-hidroksi benzohidrazin.
Lei et al. (2011) telah mensintesis senyawa turunanan hidrazon dengan
metode refluks menggunakan pelarut metanol dan diperoleh rendemen mencapai
87 %. Budiati et al.
-
benziliden-2-hidroksibenzohidrazida melalui reaksi kondensasi dengan metode
yang ramah lingkungan, yaitu memanfaatkan radiasi gelombang mikro
dengan kondisi bebas pelarut. Metode ini sangat menguntungkan karena
dapat mempercepat proses reaksi dan berbagai keuntungan lain dibandingkan
proses pemanasan secara konvensional. Maka pada penelitian ini sintesis
-benziliden-2-hidroksibenzo-hidrazida yang merupakan senyawa
turunan 2-hidroksi-benzohidrazida dilakukan menggunakan iradiasi gelombang
mikro dan akan dibandingkan dengan metode konvensional.
Dalam penelitian ini minyak gandapura dipilih sebagai bahan dasar karena
kandungannya yang kaya akan metil salisilat. Diharapkan penggunaan metil
salisilat dari bahan alam dapat menambah variasi bahan awal sintesis yang
berbasis bahan alam. Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian terkait reaksi
kondensasi metil salisilat dengan senyawa keton dan senyawa aldehid.
I.2 Tujuan Penelitian
1. Mensintesis senyawa
-hidroksi kalkon dari metilsalisilat dengan asetofenon.
2. Mensintesis senyawa 1,3-diketon dari metilsalisilat dengan asetofenon.
3. Mensintesis senyawa
benzohidrazin.
-(4-hidroksi-3-metoksibenzilidin)-2-hidroksi
5
I.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah variasi derivat metil
salisilat dan peningkatan nilai guna dari minyak gandapura sebagai salah satu
sumber daya alam.
Download