BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang di milikinya ) mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pengindraan (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahun yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2010) : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajaru antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetap masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarjan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat Universitas Sumatera Utara meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atay rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010). 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Notoatmodjo, 2010) Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut : 1) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerim informasi. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan, bidang kesehatan membina hubungan lintas sektoral dengan bidang pendidikan agar pendidikan kesehatan dicantumkan dalam kurikulum dasar. 2) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang Universitas Sumatera Utara merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata sesuai dengan bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007). 3) Usia Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah tua akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo,2007). 4) Sosial Ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga (Notoatmodjo, 2007). 5) Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan karena informasi yang baru akan disaring kira kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang di anut (Notoatmodjo, 2007). 6) Media Informasi Media infomasi hakikatnya adalah alat bantu pendidikan termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga yaitu : a) Media Cetak Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesan yang sangat bervariasi antara lain : Universitas Sumatera Utara (1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. (2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasinya dapat bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. (3) Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalm bentuk lipatan. (4) Flip chart (lembar balik) ialah medi penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik, biasanya dalam bentuk buku dimana setiap lembar atau halaman berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut. (5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasa suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan maslah kesehatan. (6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tempat-tempat umum, ditembok atau di kendaraan umum. (7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan. b) Media Elektronik Media elektronik sebagai sarana untk menyampaikan pesanpesan atau informasi-informasi dan jenisnya berbeda-beda antara lain: (1) Televisi, media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah Universitas Sumatera Utara kesehatan, pidato, TV, sport, kuis atau cerdas cermat dan sebagainya. (2) Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk mcam-macam antara lain, obrolan (tanya jawab), sandiwara radio,ceramah, radio spot dan sebagainya. (3) Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui video. (4) Slide, slide dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan. (5) Film stirp juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. c) Bill Board ( media papan) Bill Board yang dipasang ditempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini dapat mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum ( bus dan taksi). 4. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : a. Baik : Hasil presentase 76%-100% b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%. c. Kurang : Hasil presentase <56%. Universitas Sumatera Utara Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada prilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya. Hal ini terlebih lagi kalau seorang ibu tersebut memasuki masa ngidam, dimana perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa yang tidak karuan. Walaupun dalam kondisi yang demikian jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka ia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan juga bayinya (Kristiyanasari, 2010). B. Status Gizi 1. Definisi Status Gizi Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral, lemak, protein, dan air yang dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan dari organ-organ tubuh manusia (Mitayani & Sartika, 2010). Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan (Ellya, 2010). Status Gizi (Nutrion Status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2010). Status Gizi yaitu status kesehatan yang dihasilkan dari keseimbanga intake dan kebutuhan. Parameter status gizi dapat dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara antropometri, pemeriksaan biokimia dan anamnesa riwayat gizi (Kristiyanasari, 2010). Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang baik dan gizi lebih (Almatsier, 2004). Status gizi ibu hamil umumnya ditentukan jauh sebelum ibu itu hamil, yaitu selama masa kanak-kanak hingga dewasa. Gizi selama kehamilan sangat penting namun banyaknya tambahan kebutuhan nutrien dapat terpenuhi apabila ibu mempunyai cadangan nutrien yang cukup sebelum hamil. Kebutuhan energi dan nutrien selama kehamilan lebih tinggi daripada orang dewasa. Kebutuhan energi dapat diprediksikan dari kehilangan nutrien selama konsepsi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Status Gizi pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara memeriksakan keadaan ibu hamil, untuk pemantauan status gizi ibu hamil, dilakukan dengan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) rutin kepada ibu hamil, dengan menimbang berat badan, lingkar lengan atas (LLA), serta memeriksa kadar Haemoglobin (HB) ibu. Untuk menentukan apakah kebutuhan zat gizi ibu hamil terpenuhi gizinya atau tidak dilakukan pengukuran lingkar lengan atas dengan nilai normal 23,5cm dan kenaikan berat badan ibu selama masa kehamilan lebih kurang 10-12 kg (Mitayani & Sartika, 2010). Universitas Sumatera Utara 2. Penilaian Status Gizi Penilaian Status Gizi (PSG) adalah Interprestasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Penilaian Status Gizi merupakan suatu interprestasi dari sebuah pengetahuan yang berasal dari study informasi makanan (Dietary), biokimia, antropometri, dan klinik (Proverawati & Asfuah, 2009). a. Survey Gizi Adalah bentuk survey cross sectional yang dilakukan pada kelompok masyarakat yang diukur. Populasi dengan survey gizi dapat diketahui status gizi dasarnya dan atau status gizi secara keseluruhan. Survey gizi cross sectional memiliki kelebihan yaitu dapat mengidentifikasi dan menerangkan kelompok dalam populasi yang beresiko terhadap malnutrisi yang kronik. Sedangkan kekurangannya yaitu kurang dapat mengidentifikasi malnutrisi yang akut atau memberikan informasi penyebab yang mungkin terjadi dari malnutrisi. b. Surveilens Gizi Yaitu monitoring yang terus menerus dari status gizi kelompok tertentu. Tujuan dari survailans ini menurut WHO (1976) adalah meningkatkan pengambilan keputusuan oleh pemerintah mengenai prioritas dalam pengeluaran dana, memformulasi dari suatu prediksi dengan dasar hasil yang diperoleh terakhir, dan juga mengevaluasi efektif tidaknya suatu program gizi. Pada surveilans gizi, data yang diperoleh akan dikumpulkan, dianalisa dan kemudian digunakan pada waktu yang Universitas Sumatera Utara panjang. Kelebihan surveilens gizi ini adalah dapat mengidentifikasi penyebab yang memungkinkan terjadinya malnutris sehingga dapat digunakan untuk membuat dan memulai intervensi pada tingkat populasi dan subpopulasi. c. Skrining Gizi Untuk mengidentifikasi individu yang mengalami malnutrisi, dan membutuhkan suatu intervensi yang dapat digunakan melalui skrining. Dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dari seseorang individu dengan level atau derajat tertentu yang disebut dengan cut offpoint. Skrining dapat dilakukan pada tingkat individu dan juga pada suatu sub populasi yang dianggap beresiko tinggi. 3. Metode Pengukuran Status Gizi Adalah suatu pengukuran terhadap aspek yang dapat menjadi indikator penilaian status gizi, kemudian dibandingkan dengan standar baku yang ada. Menurut Kristiyanasari (2010) dalam bukunya yang berjudul “Gizi Ibu Hamil” Sistem penilaian status gizi dibedakan menjadi 2 yaitu pengukuran langsung (pengukuran yang langsung pada individu terkait) dan tidak langsung (melalui hal lain selain individu tersebut). Menurut Proverawati dan Asfuah (2009) Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil, antara lain memantau penambahan berat badan selama hamil, mengukur LLA (Lingkar Lengan Atas) untuk mengetahui apakah seseorang menderita KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan mengukur kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia gizi. Penilaian status gizi ibu hamil, antara lain: Universitas Sumatera Utara a. Penambahan Berat Badan selama hamil Berat badan adalah indikasi utama baik atau tidaknya status gizi ibu hamil. Oleh karena itu, sebelum proses kehamilan berlangsung, sangat penting bagi seseorang wanita untuk mengetahui dirinya kekurangan atau kelebihan berat badan. Ketika hamil diharapkan seorang wanita memiliki berat badan ideal sehingga bayi yang dilahirkan dapat menjadi bayi yang sehat (Khomsan & Sutomo, 2009). Menurut Metayani dan Sartika (2010) kebutuhan gizi ibu hamil akan berbeda pada tiap perkembangannya. Kehamilan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi proses dan output persalinan. Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya resiko persalinan Small Gestational Age (SGA) atau preterm. Kebutuhan peningkatan berat badan untuk tiap-tiap wanita berbeda-beda. Faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan ditentukan oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat badan normal, kurang atau lebih sebelum kehamilan. Adapun metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung BMI adalah: BMI == Berat Berat (kg) BMI Tinggi Tinggi(m2) Dibawah ini adalah tabel peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menurut Proverawati dan Asfuah (2009) : Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Kategori ambang batas IMT ibu hamil IMT (kg/m2) Total kenaikan berat badan yang disarankan 12,7-18,1 kg Kurus (IMT<18,5) Normal (IMT 11,3-15,9 kg 18,5-22,9) Overweight 6,8-11,3 kg (IMT 23-29,9) Obesitas (IMT>30) Bayi kembar 15,9-20,4kg Sumber : Proverawati dan Asfuah (2009) Selama trimester 2 dan 3 0,5 kg/minggu 0,4 kg/minggu 0,3kg/minggu 0,2kg/minggu 0,7kg/minggu Meskipun pada awal kehamilannya ibu hamil mengalami mual, muntah dan gangguan nafsu makan, tetapi umumnya selama kehamilan 9 bulan berat badannya akan bertambah 6-12 kg (Khomsan & Sutomo, 2009). Adanya kehamilan maka akan terjadi penambahan berat badan yaitu sekitar 12,5 kg. Berdasarkan Huliana yang dikutip Proverawati dan Asfuah (2009) peningkatan tersebut adalah sebanyak 15% dari sebelum hamil. Proporsi peningkatan berat badan tersebut dapat dilihat dibawah ini: 1) Janin 25-27% 2) Plasenta 5% 3) Cairan amnion 6% 4) Ekspansi Volume darah 10% 5) Peningkatan lemak tubuh 25-27% 6) Peningkatan cairan ekstraseluler 13% 7) Pertumbuhan uterus dan payudara 11 Universitas Sumatera Utara b. Pengukuran LLA (Lingkar Lengan Atas) Suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. LLA merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi ibu hamil, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Pengukuran LLA pada kelompok WUS baik ibu hamil maupun calon ibu merupakan salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. KEK merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Ambang batasnya yaitu <23,5cm (Proverawati&Asfuah, 2009). Pengukuran LLA dilakukan melalui urut-urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukurran LLA, yaitu (Supariasa et al., 2002). 1) Tetapkan posisi bahu dan siku 2) Letakkan pita antara bahu dan siku 3) Tentukan titik tengah lengan 4) Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan 5) Pita jangan terlalu ketat 6) Pita jangan terlalu longgar 7) Cara pembacaan skala yang benar Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LLA adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal, maka yang diukur adalah lengan kanan). Lengan Universitas Sumatera Utara harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang ataau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata (Supariasa et al., 2002) c. Kadar Hemoglobin (Hb) Parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Penilaian status gizi dengan kadar Hb merupakan penilaian status gizi secara biokimia. Fungsinya untuk mengetahui satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan yaitu anemia gizi (Supariasa et.al, 2002). 4. Kebutuhan gizi ibu hamil Gizi pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua gizinya dibutuhkan tubuh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi yang seimbang, jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan (Mitayani, 2010). a. Kebutuhan energi Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan kalori sejalan dengan adanya peningkatan laju metabolik basal dan penambahan basal dan penambahan berat badan yang akan meningkatkan penggunaan kalori selama aktifitas. Kebutuhan kalori kira-kira sekitar 15% dari kalori normal. Tambahan energi yang diperlukan selama hamil 27.00080.000kkal atau 100 kkal/hari. Sedangkan energi yang dibutuhkan oleh Universitas Sumatera Utara janin sendiri untuk tumbuh dan berkembang adalah 50-95Kkal/kg/hari atau sekitar 175-350 kkal/hari pada janin dengan BB 3,5 kg (Proverawati & Asfuah, 2009). Distribusi penambahan BB ibu hamil dengan pertambahan berat janin dalam kandungan pada trimester pertama yaitu pertambahan pada jaringan ibu dan cadangan lemak, berat janin pada 10 minggu +5 gram. Pada trimester kedua pertambahan yang pesat pada cadangan lemak ibu dan jaringan, berat janin pada 20 minggu +350 gram. Pada trimester ketiga terjadi penambahan terutama pada janin dan bertambahnya cairan, berat janin 32 minggu +2 kg (Ellya, 2010). b. Karbohidrat Berfungsi sebagi sumber energi. Menurut Glade B.Curtis mengatakan bahwa tidak ada rekomendasi yang mengatur beberapa sebenarnya kebutuhan ideal karbohidrat bagi ibu hamil. Namun beberapa ahli sepakat bahwa sekitar 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat. Jadi ibu hamil membutuhkan karbohidrat sekitar 1.500 kalori (Proverawati & Asfuah, 2009) c. Protein Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan janin, protein memiliki peranan penting. Selama kehamilan terjadi peningkatan protein yang signifikan yaitu 68%. Peran protein yaitu untuk pembentukan plasenta dan cairan amnion, pertumbuhan jaringan maternal seperti pertumbuhan mamae ibu dan jaringan uterus dan penambahan volume darah (Kristiyanasari, 2010). Universitas Sumatera Utara Selama kehamilan diperlukan tambahan protein rata-rata 17 gram/hari. Pada trimester pertama diharapkan 1gr/kg berat badan protein dapat terkonsumsi. Pada trimester kedua ibu hamil sudah mulai mempunyai nafsu makan 1,5 g/kg berat badan protein/hari. Pada trimester terakhir protein diperkirakan bisa mencapai 2gr/kg berat badan/hari. Yang penting protein harus mencapai 15% dari kebutuhan seluruh energi (Ellya, 2010). d. Lemak Lemak dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi dan sistem syaraf janin. Ibu hamil dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari (Proverawati & Asfuah, 2009). e. Vitamin Vitamin membantu proses dalam tubuh. Vitamin penting untuk pembelahan dan pembentukan sel baru. Misalnya Vitamin A untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan sel dan jaringan janin (Ellya, 2010). f. Mineral Mineral berperan pada pertumbuhan tulang dan gigi. Bersama dengan protein dan vitamin, mineral membentuk sel darah dan jaringan tubuh lain. Mineral yang sangat dibutuhkan selama kehamilan adalah kalsium, zat besi dan seng (Ellya, 2010). Universitas Sumatera Utara 1) Kalsium Kalsium dibutuhkan terutama pada trimester ketiga kehamilan. Kalsium dibutuhkan untuk pertmbuhan janin sekitar 250mg/hari serta persediaan ibu hamil sendiri agar pembentukan tulang janin tidak mengambil persediaan kalsium ibu. Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu, ikan, sayuran berwarna hijau, dan kacang-kacangan (Ellya, 2010). 2) Zat besi Pada ibu hamil sel darah merah bertambah sampai 30%. Hal ini berarti tubuh memerlukan tambahan sebesar 700-800mg zat besi/hari. Jika kekurangan zat besi maka kemungkinan ibu akan mengalami perdarahan sehabis melahirkan dan memungkinan terjadinya infeksi. Sumber zat besi adalah makanan yang berasal dari hewan yaitu daging, ayam dan telur serta kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran hijau (Prasetyono, 2010). 3) Seng Seng diperlukan untuk fungsi sistem reproduksi, pertumbuhan janin, sistem syaraf pusat dan fungsi kekebalan tubuh. Sumber seng berasal dari daging, makanan laut, unggas, dan padi-padian (Ellya, 2010).. 4) Asam Folat Asam folat dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan sel darah merah dan putih, mencegah anemia, dan terjadinya neural tube defects(NTDs), seperti anensefali dan spina bifida. Sumber asam folat adalah hati, brokoli, jeruk, bayam, roti dan susu (Prasetyono, 2010). Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil Dan Sumber Bahan Pangan Zat Gizi Kalori Jumlah 2.535 kkal Sumber Nasi, kentang, jagung, minyak, lemak hewani, terigu, ubi-ubian Protein 60 gr Ayam, daging, ikan, susu, tempe, keju, tahu, kacangan-kacangan Kalsium 900 mg Ikan teri, susu dan hasil olahannya, sayuran hijau, kacang-kacangan Besi 46 mg Hati, daging, beras tumbok, kacangkacangan, sayuran hijau Fosfor 650 mg Gandum, biji bunga matahari, biji labu, beras, kacang-kacangan Iodium 175 ug Nanas, ikan, stroberi, sayuran hijau Seng 20 mg Telur, jagung, daging merah, buncis, udang, garam beryodium, telur, ikan, dan kedelai Vitamin C 70 mg Jambu bij, jeruk, nanas, semangka, mangga, pepaya, dan sayuran hijau Asam folat 300 ug Hati ayam, sayuran hijau, asparagus, buah segar, hati ayam, sayuran hijau Vitamin B12 2,3 mg Jamur, telur, yoghurt, ikan Vitamin B3 10,6 mg Biji-bijian, ikan, hati, daging, kacangkacangan Vitamin B2 1,2 mg Sayuran, buah-buahan, kacangkacangan, hati, telur Vitamin B1 1,1 mg Daging, kacang-kacangan, biji-bijian, padi-padian Vitamin A 700 RE Hati, sayur berwarna seperti wortel, buah berwarna merah, mentega, kuning telur Sumber Buku Pintar Menu Ibu Hamil (Khomsan & Sutomo,2009) 5. Prinsip Gizi Ibu Hamil dan Janin Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu.Periode kehamilan dibedakan menjadi 3 trimester yaitu masa kehamilan trimester I 0-12 minggu, masa kehamilan trimester II 13-27 minggu, masa kehamilan trimester III:28-40 minggu (Proverawati&Asfuah, 2009). Universitas Sumatera Utara a. Trimester I Pada awal kehamilan (Trimester I) mual dan muntah sering dialami wanita atau disebut morning sickness. Mual dan muntah pada awal kehamilan berhubungan dengan perubahan kadar hormonal pada tubuh wanita hamil. Pada saat hamil terjadi kenaikan kadar hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) yang berasal dari plasenta. Mual dan muntah yang berlebihan pada kehamilan trimester I disebut Hiperemisis Gravidarum. Tanda-tanda hiperemisis gravidarum adalah penurunan berat badan 2,5-5kg atau lebih, tidak dapat menelan makanan atau minuman selama 24 jam, air kencing berwarna gelap dan mual hebat. Pada kehamilan trimester I biasanya terjadi peningkatan berat badan yang tidak berarti yaitu sekitar 1-2 kg. Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. WHO menganjurkan penambahan energi 10 kkal untuk trimester I. b. Trimester II Pada trimester kedua pertumbuhan janin berjalan lebih cepat dibandingkat pada trimester pertama. Janin bertambah berat sekitar 10 g/hari. Oleh karena itu, kebutuhan asupan gizi juga semakin meningkat, terutama protein sebagai pembangun utama sel. Selain protein, asupan kalori teimester kedua juga perlu diperhatikan, kebutuhan kalorinya sekitar 2500 kkal/hari. Energi ini digunakan untuk membentuk jaringan baru seperti plasenta, air ketuban, meperbesar payudara dan menambah volume darah diseluruh tubuh. Pilih karbohidrat komplek seperti beras, ubi-ubian, roti, gandum, dan jagung. Karbohidrat sederhana seperti gula tidak dianjurkan mengkonsumsi terlalu banyak karena bisa menyebabkan Universitas Sumatera Utara kegemukan dan efek rasa kenyang. Akibatnya ibu hamil malas makan dan beresiko kekurangan gizi, baik janin maupun sang ibu (Khomsan & Sutomo, 2009). c. Trimester III Ketika kehamilan memasuki trimester ketiga kebutuhan gizi ibu hamil semakin meningkat. Energi yang dibutuhkan semakin banyak sebagai energi saat melahirkan, pertumbuhan janin, penambahan air ketuban, plasenta, volume darah serta persiapan energi saat menyusui nanti. Kebutuhan kalori meningkat 350 kkal pada trimester II dan III. Pada trimester III terutama pada saat kehamilan memasuki minggu 32 berat janin sudah mencapai berat 2000 g dan tubuh yang hampir sempurna (Khomsan & Sutomo, 2009). Universitas Sumatera Utara