Bahaya Menganggap Ringan Suatu Dosa

advertisement
Bahaya Menganggap Ringan Suatu Dosa
Oleh : Abu Mukhlis
Ma’asyiral Muslimin sidang jama’ah jum’ah
yang berbahagia,
Apabila kita bertafakkur, berpikir dengan pikiran
jernih tentang betapa besar Rahmat dan nikmat Allah
SWT, pasti kita akan sampai pada suatu kesimpulan
bahwa rahmat dan nikmat Allah itu teramat besar, dan
tidak akan dapat dihitung oleh manusia satu persatu.
Setiap perbuatan, setiap tindakan kita, bahkan setiap
tarikan nafas melalui kerongkongan ini hakekatnya adalah
nikmat dari Allah yang wajib kita syukuri. Di dalam alQur’an (QS. Ibrahim: 34), Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu
(keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.
dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Dengan ayat tadi Allah SWT menegaskan bahwa
manusia, walaupun tidak semua, itu amat dzalim lagi
enggan berterima kasih.
Seperti itukah kita? Na’udzu billah! Insya Allah kita
yang hadir ini bukan golongan manusia semacam itu.
Bahkan sebaliknya, bahwa kita adalah hamba-hamba
Allah yang pandai berterima kasih dan tidak senang
berbuat dzalim. Karena itu marilah kita jaga kondisi kita
yang sudah baik itu dengan mensyukuri segala nikmat
dan karunia Allah SWT.
44
MPA 320 / Juni 2013
Ma’asyarial Muslimin, calon penghuni sorga Allah
Dalam kesempatan ini saya berwasiat, wasiat ini
khususnya saya tujukan kepada diri saya sendiri, dan kepada
jama’ah sekalian yang berbahagia. Marilah kita tingkatkan
taqwa kita kepada Allah SWT. Di dalam al-Qur’an Allah
SWT berfirman (QS. Ali Imran: 102):
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.”
Ma’asyarial Muslimin, siding jama’ah Jum’ah
yang berbahagia
Apabila ktia memperhatikan keadaan masyarakat
dewasa ini, tentu kita menjadi prihatin. Betapa tidak, saat
ini orang tidak merasa malu mengungkapkan kemaksiatan
tyang telah dilakukan.
Barangkali kita ingat beberapa waktu yang
lalu, diberitakan di surat kabar dan TV, sepasang
suami isteri dengan dalih melakukan terapi cinta,
mempertontonkan ubungan intimnya di hadapan
orang banyak. Ada lagi diberitakan di Koran, bahwa
tempat-tempat hiburan tertentu, disuguhkan hiburan
yang tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang
berpikiran sehat.
Ma’asyarial Muslimin, Rohimakumullah
Diriwayatkan dari sahabat Abuu Hurairah ra, ia
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Semua umatku pasti akan diselamatkan, kecuali
orang-orang yang memandang ringan terhadap dosa (tidak
malu, dengan terang-terangan melakukannya). Adalah suatu
kegilaan, seseorang yang melakukan perbuatan dosa pada suatu
malam, lalu ia tertidur dan Allah sudah menutupi dosanya itu.
Tetapi ketika ia bangun pada pagi hari, ia berkata pada orangorang ramai: “Teman-teman, semalam aku melakukan begini
dan begini”. Tadinya ia sudah tertidur dan Allah telah menutupi
perbuatan dosanya itu. Namun di waktu pagi, ia sendiri y ang
membuka tutup itu.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral Muslimin sidah jama’ah Jum’ah
yang berbahagia,
Dalam hadits tadi Rasulullah SAW menjamin bahwa,
semua umat Islam akan memperoleh keselamatan,
jaminan mendapatkan ampunan, dengan syarat ia tidak
menganggap ringan suatu dosa. Dijelaskan pula, bahwa
adalah suatu kegilaan yang dilakukan seorang manusia,
apabila ia tidak malu dan bahkan bangga dengan
perbuatan maksiatnya.
Sebenarnya apabila seseorang menyembunyikan suatu
dosa, itu merupakan tanda kalau masih ada perasaan malu
di hatinya, meskipun sebenarnya malunya kepada sesama
manusia. Itu masih ada baiknya, karena orang lain tidak
tahu dan tidak meniru. Sehingga apabila nantinya Allah
SWT memberikan hidayah-Nya, lalu orang tersebut mau
kembali kepada kebenaran, niscaya dosanya dimaafkan.
Mari kita perhatikan firman Allah SWT.
Ma’asyarial Muslimin, Rohimakumullah
Adapun orang-orang muhajirin, yang dengan terangterangan “mengumumkan” kemaksiatannya, tanpa ada rasa
malu, bahkan merasa bangga. Naudzubillah! Orang-orang
seperti itu bukan termasuk orang yang akan mendapatkan
kemaafan, dia tidak akan lepas dari hukuman Allah SWT
dan tidak akan bebas dari adzab-Nya!
Mengapa demikian? Karena dengan terang-terangan
mengungkapkan dosa-dosa, itu menunjukkan betapa
mantap kemaksiatan melekat di hatinya! Sudah mati
nuraninya, sehingga tidak malu mengungkapkan dosa
dan kemaksiatannya. Jika sudah demikian, maka ia seperti
yang digambarkan dalam al-Qur’an:
Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah
Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan
mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10)
Orang-orang seperti itu, bagaimana pula akan
memperoleh kemaafan? Apalagi dengan bangga ia menceri­
takan perbuatan maksiatnya, seolah-olah merupakan
ajakan agar orang lain meniru. Yakinlah kita, orang-orang
seperti itu akan ditimpakan pula dosa dari orang-orang
yang menirunya! Manusia seperti itu, sekali lagi, bukanlah
termasuk orang yang akan mendapatkan kemaafan.
Ma’asyarial Muslimin siding jama’ah Jum’ah
yang berbahagia
Pada akhir khutbah ini, marilah kita tetap waspada
terhadap godaan dalam hidup di dunia ini dan senantiasa
berpegang kepada jalan yang lurus. Sebagaimana doa
yang selalu kita minta dalam shalat kita:
Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Artinya: “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi
orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap
di jalan yang benar.”
Mungkin suatu ketika kita keliru langkah, dan
melakukan perbuatan dosa, segera kita istighfar
minta ampun kepada Allah SWT kemudian bersegera
menghentikan perbuatan keliru itu dan menggantinya
dengan perbuatan yang lebih baik.
MPA 320 / Juni 2013
45
Download