BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Pengertian Data, Sistem, Informasi 2.1.1 Data Menurut Whitten (2004) data adalah sebuah sumber yang harus dikontrol dan dikelola menjadi suatu bentuk yang lebih berguna dan bermanfaat. Sedangkan data di komputer secara umum dapat didefenisikan sebagai bahan keterangan tentang kejadian – kejadian nyata atau fakta yang dirumuskan dalam sekelompok lambang tertentu yang tidak acak yang menunjukkan jumlah, tindakan atau hal. Data dapat berupa catatan – catatan dalam kertas, buku, atau tersimpan sebagai file dalam basis data. Data akan menjadi bahan dalam seuatu proses pengolahan data. Oleh karenanya, suatu data belum dapat diartikan dalam banyak hal sebelum diolah dan diproses lebih lanjut. Menurut McLeod (2004, p12), data merupakan fakta- fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Data merupakan fakta, atau bagian dari fakta yang mengandung arti dan menunjukan suatu objek ataupun kondisi dan situasi lainya. Menurut Lungan (2006, p13), data merupakan bentuk jamak dari “datum” yang berarti informasi. Data merupakan keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang dikumpulkandari suatu populasi atau bagian populasi yang akan digunakan untuk menerangkanciri-ciri populasi yang bersangkutan Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa data merupakan kumpulan fakta yang berasal dari suatu populasi untuk menjelaskan karakteristik populasi tersebut 2.1.2 Sistem Menurut Williams dan Sawyers (2005, p457), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk melakukan suatu pekerjaan dalam usaha mencapai suatu tujuan Menurut Stair dan Reynolds (2010, p8), sistem adalah satu set dari elemen atau komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. 7 8 Sedangkan menurut Satzinger, (2010, p6) sistem adalah kumpulan komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama untuk mencapai beberapa hasil tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan komponen yang saling berhubungan, yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang saling berinteraksi, yaitu: 1. Input, melibatkan pengambilan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki sistem untuk diproses. Contohnya, bahan baku mentah, sumber daya manusia 2. Pemrosesan, melibatkan proses pengubahan yang mengubah dari suatu input menjadi suatu output. Contohnya, proses cara berbelanja di supermarket, proses pencernaan manusia, proses pengolahan biji bunga matahari 3. Output, melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan yang ingin dicapai. Contohnya, produk final (barang jadi), suatu informasi 2.1.3 Informasi Menurut Meliono (1990, p.331), Informasi adalah data yang telah diproses untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan. Menurut Susanto (2004, p.46), Informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat. Menurut Burch dan Strater (1974), Informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan. Menurut Davis (1991: 28), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang. Berdasarkan definisi-definisi informasi yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah sekumpulan fakta-fakta yang telah diolah menjadi data, sehingga menjadi lebih berguna dan menjadi informasi saat dibaca atau diketahui oleh orang yang membutuhkan akan informasi 9 tersebut dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Informasi yang berkualitas tergantung dari tiga hal, yaitu: a. Akurat, yang artinya informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya. b. Tepat pada waktunya, yang artinya informasi yang diterima tidak boleh terlambat. c. Relevan, yang artinya informasi tersebut mempunyai manfaat oleh pemakainya. 2.2 Sistem informasi Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p.7), Sistem informasi adalah kumpulan dari komponen berhubungan yang berkumpul, proses, penyimpanan, penyediaan sebagai output informasi yang dibutuhkan untuk meyempurnakan tugas bisnis. Menurut Rainer & Cegielski (2011,p. 65), Sistem informasi adalah sebuah proses yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menggulirkan informasi untuk tujuan yang spesifik. Sebagian besar sistem informasi sudah terkomputerisasi. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling terintegrasi dan bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan yang spesifik dengan menerima input dan menghasilkan output dalam sebuah proses yang terorganisasi dan terkomputerisasi. 2.2.1 System Hierarcy Menurut Pearlson & Saunders (2013, p.18), Sebuah informasi terdiri dari tiga unsur utama: teknologi, orang, proses. Ketika kebanyakan orang menggunakan sistem informasi Istilah, mereka benar-benar hanya mengacu elemen teknologi seperti yang didefinisikan oleh infrastruktur organisasi. infrastruktur merujuk pada segala sesuatu yang mendukung aliran dan pengolahan informasi dalam suatu organisasi, termasuk hardware, software, data, dan komponen jaringan. Sedangkan arsitektur mengacu pada strategi yang tersirat dalam komponen ini 10 Gambar 2.1 System Hierarchy Sumber: (Pearlson & Saunders, 2013, p.18) Sistem informasi didefinisikan secara lebih luas sebagai kombinasi dari teknologi, orang, dan proses yang digunakan suatu organisasi untuk menghasilkan dan mengelola informasi. Sebaliknya, teknologi informasi (TI) berfokus hanya pada perangkat teknis dan peralatan yang digunakan dalam sistem. Kami mendefinisikan teknologi informasi sebagai segala bentuk teknologi yang digunakan untuk membuat, menyimpan, pertukaran, dan menggunakan informasi. Diatas sistem informasi itu sendiri adalah manajemen, yang mengawasi desain dan struktur sistem dan memantau kinerja secara keseluruhan. Manajemen mengembangkan kebutuhan bisnis dan strategi bisnis bahwa sistem informasi dimaksudkan untuk memenuhi. Arsitektur sistem menyediakan cetak biru yang menerjemahkan strategi ini ke dalam komponen, atau infrastruktur. 2.2.2 Information System Strategy Triangle Menurut Pearlson & Saunders (2013, p.24), Information System Strategy Triangle adalah kerangka sederhana untuk menggambarkan keselarasan diperlukan dengan sistem bisnis dan untuk memahami dampak dari organisasi IS, kerangka kerja ini disebut seperti itu karena strategi bisnis yang terkait dengan strategi IS dan strategi organisasi. 11 Gambar 2.2 Information System Strategy Triangle Sumber: (Pearlson & Saunders, 2013, p.24) Business Strategy (Strategi Bisnis), mengartikulasikan rencana dimana bisnis berusaha untuk pergi dan bagaimana mereka mengharapkan untuk sampai ke sana. Manajemen membangun rencana ini dalam menanggapi kekuatan pasar, permintaan pelanggan, dan kemampuan organisasi. Organizational Strategy (Strategi Organisasi), meliputi desain organisasi serta pilihan membuat yang menentukan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengendalikan proses kerjanya. Strategi organisasi adalah rencana yang menjawab pertanyaan: "bagaimana perusahaan akan mengatur untuk mencapai tujuan dan menerapkan strategi bisnisnya?" Information Strategy (Strategi Informasi), adalah rencana organisasi menggunakan untuk memberikan layanan informasi. IS memungkinkan perusahaan untuk menerapkan strategi bisnisnya. 2.3 Pengertian Manajemen Perubahan (Change Management) Menurut Wibowo (2007), Manajemen Perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses perubahan tersebut. Davidson (2005) menjelaskan bahwa perubahan merujuk pada sebuah terjadinya sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan bisa juga bermakna melakukan hal-hal dengan cara baru, mengikuti jalur baru, mengadopsi teknologi baru, memasang sistem baru, mengikuti prosedur-prosedur manajemen baru, penggabungan (merging), melakukan reorganisasi, atau terjadinya peristiwa yang 12 bersifat mengganggu (disruptive) yang sangat signifikan. Rumusan perubahan yang diungkapkan oleh Davidson tersebut, bahwa perubahan organisasi termasuk lembaga pendidikan tinggi bisa terjadi di berbagai aspek kehidupan organisasi. 2.3.1 Lewin's Three Step Model Lewin (1951) menjelaskan tentang pendekatan klasik model manajemen perubahan yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1. Tahap Unfreezing Tahap ini mencakup kegiatan membantu orang-orang untuk memahami bahwa diperlukan adanya suatu perubahan dan juga meningkatkan bahwa situasi yang ada sudah tidak memadai. Dengan kata lain, pada tahap ini diguncang sehingga orang-orang merasa tidak nyaman dan menuntut perubahan. 2. Tahap Changing Pada tahap ini secara bertahap tapi pasti perubahan dilakukan, hingga didapatkan suatu kondisi baru. 3. Tahap Refreezing Tahap ini mencakup kegiatan memperkuat perubahan-perubahan yang telah dilaksanakan sedemikian rupa, hingga cara-cara baru hasil perubahan tersebut menjadi stabil. Gambar 2.3 Lewin's Three Step Model Sumber: Lewin, 1951 13 2.3.2 Kotter's Eight Stage Change Process Teori model perubahan yang dikemukakan oleh John P. Kotter (Kotter, 1996) ini terdiri dari delapan tahapan proses perubahan, yaitu: 1. Membangun Rasa Urgensi Tahapan ini adalah tahapan untuk membangun motivasi, dengan mengkaji realitas pasar dan kompetisi, mengidentifikasi dan membahas krisis, potensi krisis atau peluang besar, sehingga timbul alasan yang baik untuk melakkan sesuatu yang berbeda 2. Menciptakan Panduan Koalisi Pada tahapan ini dibentuk sebuah koalisi untuk memulai perubahan sebagai sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang memiliku kekuasaan yang cukup untuk memimpin perubahan. Tim tersebut tidak harus mencakup dari semua orang yang memiliku kekuasaan atau yang menduduki kedudukan pada struktur organisasi, tetapi setidaknya orang-orang yang memiliku pengaruh dan kekuasaan, keahlian, kredibilitas, dan jiwa pemimpin untuk memulai perubahan. 3. Mengembangkan Visi dan Strategi Pada tahapan ini perlunya dibuat sebuah visi untuk membantu mengarahkan upaya perubahan dan merumuskan strategi untuk mencapai visi. 4. Mengkomunikasikan Visi Perubahan Pada tahapan ini perlunya mengkomunikasikan visi dan strategi perubahan pada seluruh elemen organisasi secara terus menerus dengan menggunakan setiap kesempatan yang ada, dan menjadikan koalisi penuntun sebagai model perilaku yang diharapkan dari pegawai. 5. Memberdayakan Aksi Broad-Based Pada tahapan ini dilakukan kegiatan-kegiatan dengan melibatkan keseluruhan elemen organisasi untuk menyingkirkan rintangan, mengubah sistem atau struktur yang merusak visi perubahan, dan mendorong keberanian mengambil resiko serta ide, aktivitas dan tindakan nontradisional. 14 6. Membangkitkan Kemenangan Jangka Pendek Pada tahapan ini dilakukan perencanaan untuk meningkatkan kinerja sebagai hasil dari perubahan/kemenangan yang dapat dilihat, dan juga memberi pengakuan dan penghargaan yang dapat dilihat kepada orang-orang yang memungkinkan tercapainya kemenangan tersebut. 7. Keuntungan konsolidasi dan Memproduksi Perubahan Lagi Pada tahapan ini dilakukan kegiatan-kegiatan untuk membuat proses perubahan tersebut semakin besar dengan menggunakan kredibilitas yang semakin meningkat untuk mengubah semua sistem, struktur dan kebijakan yang tidak cocok dan tidak sesuai dengan visi transformasi, mengangkat, mempromosikan dan mengembangkan orang-orang yang dapat mengimplementasikan visi perubahan dan meremajakan proses perubahan dengan proyek, tema, dan agen perubahan yang baru. 8. Menetapkan Pendekatan Baru dalam Kebudayaan Dalam tahapan terakhir ini, semua hasil perubahan yang telah dilakukan dijadikan budaya kerja yang baru dengan menciptakan kinerja yang lebih baik melalui perilaku yang berorientasi pada pelanggan dan produktivitas, kepemimpinan yang lebih baik, serta manajemen yang lebih efektif, mengartikulasikan hubungan antara perilaku dan kesuksesan organisasi serta mengembangkan berbagai cara untuk menjamin perkembangan kepemimpinan dan sukses. 2.4 Mengatasi Penolakan Terhadap Perubahan Menurut Regan dan O'Connor (2001), strategi berikut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan: 1. Education and Communication. Karyawan harus diberitahu tentang perubahan sebelum mereka diperkenalkan. Edukasi dapat menurunkan resistensi dengan membantu individu memahami kebutuhan dan logika perubahan. Edukasi dapat melibatkan one-on-one discusion, presentasi kelompok, dan memo atau laporan. Pendidikan dan komunikasi akan sangat tepat ketika resistensi yang didasarkan pada informasi yang tidak memadai atau tidak akurat. 15 Hal ini penting bagi karyawan untuk diberitahu dengan baik ketika bantuan mereka dibutuhkan untuk menerapkan perubahan. 2. Participantion and Involvement Saat orang dilibatkan dalam merancang dan menerapkan perubahan, mereka lebih cenderung merasa berkomitmen untuk merubah cara kerja mereka. Partisipasi dapat menghasilkan ide-ide baru. Partisipasi memiliki keterbatasan, namun. Jika proses yang tidak dikelola dengan hati-hati, karyawan mungkin merasa kesal ketika semua ide-ide mereka tidak dapat dilaksanakan. 3. Facilitation and Support Manajer atau agen perubahan dapat membantu menurunkan resistensi dengan bersikap mendukung. Mereka dapat mendengarkan kekhawatiran, memberikan dukungan emosional, memberikan karyawan cuti setelah jangka waktu tuntutan, dan memberikan pelatihan dalam keterampilan baru. Fasilitasi dan dukungan sangat membantu bagi mengatasi rasa takut dan kecemasan. 4. Negotiation and Agreement Cara lain untuk menurunkan resistensi adalah bersikap incentives ke karyawan untuk memenuhi dan agar perubahan tercapai. Sebagai contoh, manajemen mungkin memberikan karyawan upah lebih tinggi sebagai imbalan atas perubahan prosedur kerja. Negosiasi ini terutama sesuai ketika jelas bahwa satu kelompok akan kalah karena perubahan. 5. Manipulation and Co-optation Dalam beberapa kasus, terutama jika perubahan akan mendesak atau tepatnya metode tidak bekerja, agen perubahan mungkin menempuh manipulasi atau kooptasi. Mereka dapat mengontrol secara selektif siapa yang mendapat informasi yang hanya informasi saat ini yang hanya menyajikan informasi yang menguntungkan untuk perubahan, atau menciptakan rasa palsu urgensi. Teknik lain adalah memberikan individu peran menguntungkan dalam desain dan implementasi untuk dia mendapatkan hasil dari pengaruhnya (kooptasi). 16 2.5 Alasan Penolakan terhadap Inovasi Teknologi Menurut Regan dan O'Connor (2001), Seseorang dapat menolak sistem baru dikarenakan berbagai hal misalnya karena desain sistem yang buruk, karena mengganggu dengan cara mereka bekerja, atau karena faktor internal mereka sendiri. Sistem tidak user friendly biasanya tidak diterima dengan baik. Sistem yang gagal biasanya tidak gagal karena alasan teknis. Sepuluh dari masalah yang paling penting terkait dengan bagaimana suatu sistem menjadi bagian dari pekerjaan dan bagaimana individu bereaksi terhadap sistem akan dibahas di sini. 1. Social Uncertainty Orang membutuhkan berinteraksi dengan orang lain di tempat kerja. Ketika perubahan mengganggu pola sosial tersebut atau mengisolasi karyawan, karyawan akan menolak. Teknologi baru dapat mengganggu hubungan kerja yang erat, seperti antara sekretaris dan manajer. Teknologi juga dapat menurunkan otonomi pekerja. 2. Limited Perspectives Mereka akan menjadi selektif untuk menyimpan sebuah informasi yang menurut mereka sesuai dengan pola pikir mereka dan mengabaikan atau mengucilkan informasi yang tidak sesuai dengan pola pikir mereka 3. Lack of Understanding Pekerja cenderung menolak perubahan ketika mereka tidak memahami tujuan dari perubahan tersebut. Terutama mereka pada level operasional dalam organisasi yang memiliki. Sedikit keterlibatan dalam perubahan perencanaan biasanya sering tidak menerima detail dari proyek tersebut, mengapa perubahan diperlukan, dan apa tujuannya. Lebih parah lagi, mereka mungkin menerima banyak detail melalui rumor, yang cenderung mendistorsi fakta-fakta. Dalam keadaan ini ada memungkinan bahwa ketidakpercayaan akan terbentuk. Ketidakpercayaan ini, biasanya disebut takut pada teknologi atau resistensi terhadap perubahan. 4. Threat to Power and Influence Ketika individu merasa bahwa teknologi atau prosedur dapat mengurangi kekuasaan atau pengaruh mereka, mereka cenderung untuk menolak implementasinya. Seperti misalnya teknologi yang berbasis web yang digunakan untuk meningkatkan akses informasi. Contohnya orang yang sebelumnya bertugas di peran pengantar surat mungkin menolak perubahan 17 karena merasa akan kehilangan pekerjaannya saat penerapan sistem yang berbasis internet yang memudahkan pengiriman surat melalui sistem elektronik. 5. Resistance to Technical Personnel Kebanyakan technical specialists adalah orang luar yang biasanya ada didalam perusahaan. Spesialis mungkin memiliki blind spot tertentu dan sikap yang salah karena kesibukan dengan aspek teknis dari ide-ide baru. Agen perubahan harus menunjukkan bahwa mereka adalah peran fasilitatif, bukan murni teknis. 6. Perception that Cost Outweight Benefit Karyawan akan menerima perubahan lebih mudah ketika manfaat jelas mengimbangi biaya perubahan. Di mata pengguna, biaya akan diukur tidak dalam uang namun dari sisi waktu dan upaya yang diperlukan untuk belajar sistem baru, tekanan kerugian pertama dalam produktivitas, frustrasi dalam mengerjakan gangguan dari sistem baru, dan banyak masalah lain dibahas di bagian ini. Penghematan biaya dan peningkatan produktivitas adalah manfaat bagi manajemen, tapi apa manfaat karyawan? Apakah mereka akan menerima kenaikan gaji? Penghargaan? 7. Fear of Failure or Inadequancy Ketika sistem baru mengancam agar kompetensi ini ditinggalkan, pekerja cenderung menolak. Daripada menyambut kesempatan untuk belajar keterampilan baru, mereka mungkin takut bahwa mereka akan tidak mampu mengikuti perubahannya. 8. Loss of Control Kadang-kadang orang menganggap komputer sebagai perangkat yang mengendalikan perilaku mereka bukan sebagai mesin yang mereka kontrol. Dengan demikian, komputer dipandang sebagai ancaman bagi otonomi mereka. Ketika korespondensi dikirim melalui surat elektronik atau pesan ketika wakil disimpan terpusat, pengguna kadang-kadang merasa bahwa pekerjaan mereka sedang dipantau. 9. Feeling Of Insecurity Biasanya orang dapat menjadi cemas ketika dihadapkan dengan situasi yang baru, setiap kali perubahan dipandang baik atau buruk. Kecemasan berasal dari faktor yang tidak diketahui yang mungkin 18 memerlukan tanggapan baru. Aturan, kebijakan, dan prosedur seringkali menjadi kebiasaan, dan orang mungkin bergantung pada mereka sebagai panduan dan perlindungan. Kebiasaan ini memberikan perasaan aman. Kebiasaan juga mengembangkan produktivitas ketika mereka mengijinkan pekerja untuk menghadiri untuk tugas-tugas rutin tanpa harus berpikir tentang bagaimana mereka atau membuat keputusan tentang apa atau bagaimana melakukan sesuatu. 10. Threat of Economic Loss Setiap perubahan yang mengancam untuk menghilangkan pekerjaan atau mengurangi jam kerja biasanya bertemu dengan resistensi. Bahkan berjanji untuk memberikan pelatihan mungkin tidak menurunkan kekhawatiran. Mengubah yang mempengaruhi tahapan berkarir dan peluang promosi mungkin juga bertemu dengan resistensi. 2.6 Memahami Kebutuhan Individu 2.6.1 Menganalisis Pekerjaan Manajerial Menurut Regan dan O'Connor (2001), Survei yang dilakukan di San Jose, California menunjukkan bahwa tingkat eksekutif senior rata-rata memiliki 57,5 jam kerja seminggu. Tuntutan jadwal seperti ini menunjukkan perlunya cara-cara baru dan lebih baik untuk mengelola organisasi dalam serba cepat, perekonomian global saat ini. Konsep meningkatkan kinerja manajer melalui alat pendukung bukanlah hal baru. Fungsi utama dari kantor bisnis selalu telah memberikan dukungan kepada manajer untuk memanfaatkan waktu mereka dan memaksimalkan produktivitas. Dukungan ini memiliki dua komponen utama: 1. Delegasi kerja untuk mendukung staf. 2. Waktu dan manajemen aktivitas. Manajer harus memutuskan mana tugas untuk mendelegasikan dan yang melakukan sendiri. Tujuannya adalah selalu untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas manajer, yang menambahkan sampai produktivitas. Cara penting di mana teknologi informasi meningkatkan efektivitas adalah dengan mengubah persamaan delegasi: yang tugas yang paling produktif bagi manajer untuk melakukan sendiri dan yang harus 19 didelegasikan? Komputer dapat menghemat waktu dan membantu manajer mendapatkan kembali beberapa kontrol atas organisasi mereka yang diberikan sebagai harga delegasi. 2.6.2 Menganalisis Dukungan Administrasi Menurut Regan dan O'Connor (2001), semua perusahaan perlu tepat waktu, dukungan administratif yang efektif untuk beroperasi secara efisien. Personil administrasi dan administrasi menyediakan jaringan beragam layanan dukungan yang menyimpan informasi mengalir ke, dalam, dan luar perusahaan. Peningkatan penggunaan alat-alat produktivitas desktop jaringan digital, dan restrukturisasi bisnis terus memiliki dampak yang signifikan terhadap jabatan administratif. Meskipun fungsi spesifik bervariasi, personil ini melakukan empat fungsi utama: 1. Pengolahan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan. 2. Pengolahan informasi untuk mendukung operasi. 3. Memberikan layanan (atau dukungan) kepada klien atau pelanggan. 4. Mengoperasikan fasilitas fisik kantor. 2.7 Need Analysis Tools Menurut Regan dan O'Connor (2001), Dalam memilih alat yang tepat, pertanyaan untuk bertanya pertama adalah apa yang perlu masalah yang harus dijawab, dan kemudian menentukan siapa yang memiliki jawaban. Singkatnya, data yang dikumpulkan dari penilaian kebutuhan berasal dari individu atau sumber sekunder yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan seperti: 1. Bagaimana sistem saat ini sedang digunakan? 2. Siapa yang dapat manfaat dari pelatihan? 3. Bagaimana penggunanya saat ini dan tingkat yang diinginkan dalam keahliannya pada sistem tertentu atau aplikasi? 4. Mana sistem yang memerlukan dukungan pelatihan tambahan? 5. Mana aplikasi perlu diajarkan? 6. Keterampilan mana dan fitur mana yang perlu diajarkan untuk aplikasi tertentu? 7. Apa tingkat pelatihan yang dibutuhkan? 8. Berapa banyak waktu karyawan bisa melatih? 20 9. Tugas apa yang harus karyawan dapat melakukan ketika pelatihan selesai? Yang paling sering teknik yang digunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini adalah pengamatan, wawancara, diskusi kelompok, dan kuesioner. 2.8 Implementasi Program yang Sukses Menurut Regan dan O'Connor (2001), Tidak ada metode pelatihan akan bekerja kecuali pengguna yakin bahwa keterampilan yang harus dipelajari berguna untuk dirinya di tempat kerja. 2.8.1 Menentukan Peserta Training Mungkin aturan yang paling penting adalah bahwa peserta pelatihan yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran harus memiliki kebutuhan untuk tahu, harus mampu menerapkan keterampilan yang mereka akan dipelajari langsung ke pekerjaan mereka. Pertimbangan lainya adalah tingkat keterampilan peserta saat ini, tingkat organisasional mereka, dan tingkat keterampilan yang diperlukan (tujuan kinerja). Pengelompokan individu dengan tujuan pembelajaran yang berbeda juga dapat menimbulkan masalah. Beberapa individu mungkin memerlukan pengetahuan yang menyeluruh dari semua fitur perangkat lunak, sementara yang lain mungkin perlu hanya gambaran umum dari kemampuan dan aplikasi. 2.8.2 Training Plan Sebuah rencana pelatihan mungkin sederhana atau kompleks tergantung pada kebutuhan. Sebuah rencana untuk mengembangkan kemampuan dengan program perangkat lunak tunggal dalam satu departemen bisa menjadi cukup mudah. Sebuah rencana pelatihan untuk mendukung proyek rekayasa ulang besar akan sangat komprehensif. Hal ini bisa dengan mudah melibatkan puluhan kebutuhan pelatihan bagi ratusan pengguna di semua tingkatan organisasi. 21 2.9 Pengertian Fish Bone Diagram Diagram Fish Bone sering juga disebut dengan istilah Diagram Ishikawa. Penyebutan diagram ini sebagai Diagram Ishikawa karena yang mengembangkan model diagram ini adalah Dr. Kaoru Ishikawa pada sekitar Tahun 1960-an. Diagram Fish Bone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram Fish Bone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Diagram Fish Bone ini umumnya digunakan pada tahap mengidentifikasi permasalahan dan menentukan penyebab dari munculnya permasalahan tersebut. Selain digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya, diagram Fish Bone ini juga dapat digunakan pada proses perubahan. Scarvada (2004) menyatakan Diagram Fish Bone ini dapat diperluas menjadi diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram). Perluasan (extension) terhadap Diagram Fish Bone dapat dilakukan dengan teknik menanyakan “Mengapa sampai lima kali (five whys)” (Pande & Holpp, 2001 dalam Scarvada, 2004). 2.9.1 Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fish Bone Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fish Bone dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Membuat kerangka Diagram Fish Bone. Kerangka Diagram Fish Bone meliputi kepala ikan yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala ikan ini nantinya akan digunakan untuk menyatakan masalah utama. Bagian kedua merupakan sirip, yang akan digunakan untuk menuliskan kelompok penyebab permasalahan. Bagian ketiga merupakan duri yang akan digunakan untuk menyatakan penyebab masalah. Bentuk kerangka Diagram Fish Bone tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 22 Gambar 2.4 Penyusunan Diagram Fish Bone 2. Merumuskan masalah utama. Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012). Masalah juga dapat didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau gap antara kinerja sekarang dengan kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini akan ditempatkan pada bagian kanan dari Diagram Fish Bone atau ditempatkan pada kepala ikan. Berikut contoh rumusan masalah utama. 3. Langkah berikutnya adalah mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada permasalahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan teknik brainstorming. Menurut Scarvada (2004), penyebab permasalahan dapat dikelompokkan dalam enam kelompok yaitu materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber daya manusia), methods (metode), Mother Nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan Fontana (2011) mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh yaitu manpower (SDM), machines (mesin dan peralatan), methods (metode), materials (bahan baku), media, motivation (motivasi), dan money (keuangan). Kelompok penyebab masalah ini kita tempatkan di Diagram Fish Bone pada sirip ikan. 23 4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah. Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan. Berikut disajikan contoh penyebab masalah rendahnya kualitas lulusan diklat. 5. Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita dapat menggambarkannya dalam Diagram Fish Bone. 2.10 Rational Unified Process (RUP) Menurut IBM (2012), Rational Unified Process (RUP) adalah kerangka proses yang menyediakan simulasi sistem pada industri untuk sistem, software, implementasi dan manajemen proyek yang efektif. RUP adalah salah satu dari sekian banyak proses yang terdapat di dalam Rational Process Library, yang memberikan simulasi terbaik untuk pengembangan atau kebutuhan proyek. RUP mempunyai beberapa tahapan, yaitu: Gambar 2.5 Metode RUP (Rational Unified Process) Sumber: http://www.ibm.com/developerworks/rational/ library/content/03October/2897/2897_fig1.jpg 24 1. Inception Inception merupakan tahap untuk mengidentifikasi sistem yang akan dikembangkan. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain mencakup analisis existing, perumusan sistem target, penentuan arsitektur global target, identifikasi kebutuhan, perumusan persyaratan (fungsional, performansi, keamanan, GUI, dll), perumusan persyaratan pengujian (level unit, integrasi, sistem, performansi, fungsionalitas, keamanan, dll), UML diagram, dan pembuatan dokumentasi. 2. Elaboration Elaboration merupakan tahap untuk melakukan desain secara lengkap berdasarkan hasil analisis pada tahap inception. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain mencakup pembuatan desain arsitektur subsystem (architecture pattern), desain komponen sistem, desain formati data (protokol komunikasi), desain database, desain user interface, pemodelan diagram UML, dan pembuatan dokumentasi. 3. Construction Construction merupakan tahap untuk mengimplementasikan hasil desain dan melakukan pengujian hasil implementasi. Pada tahap awal construction, ada baiknya dilakukan pemeriksaan ulang hasil analisis dan desain. Apabila desain yang dibuat telah sesuai dengan analisis sistem, maka implementasi dengan bahasa pemrograman tertentu dapat dilakukan. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini antara lain mencakup pengujian hasil analisis dan desain, pendataan kebutuhan implementasi lengkap (berpedoman pada identifikasi kebutuhan di tahap analisis), penentuan coding pattern yang digunakan, pembuatan program, pengujian, optimasi program, pendataan berbagai kemungkinan pengembangan / perbaikan lebih lanjut, dan pembuatan dokumentasi 4. Transition Transition merupakan tahap untuk menyerahkan sistem aplikasi kepada user, yang umumnya mencakup pelatihan dan beta testing aplikasi. 25 RUP juga mempunyai aliran kerja yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Aliran Kerja Utama a. Business Modeling Pada tahap ini, terdapat identifikasi dan deskripsi langsung dari area dan permasalahan untuk redesign atau reengineering, beserta struktur dan proses-proses bisnis organisasi. b. Requirements Tujuan utama pada fase ini adalah menyusun sistem apa yang seharusnnya ada dan mengapa perlu dibuat, mengidentifikasikan batas dari sistem, melihat kemungkinan ancaman keamanan serta bagaimana cara penanggulangannya, dan mengestimasi biaya dan skala waktu yang rumit. Isi dari sistem dibangun yang kemudian diterjemahkan kedalam use case model dengan tambahan spesifikasi kebutuhan. Baik kebutuhan fungsional dan nonfungsional akan dikumpulkan dan dianalisis. Kebutuhan user dan stakeholder serta fitur high-level didefinisikan dan kemudian diubah menadi specific software requirements. c. Analysis and Design Pada fase ini, semua requirement pada tahap kedua akan diubah menjadi spesifikasi implementasi. d. Implementation Pada tahap ini, semua analisa dan desain yang telah dibuat pada fase sebelumnya akan diimplementasikan dan diterjemahkan menjadi kode program. e. Testing Pada tahap ini, pengembang software akan menguji dan memverifikasi semua interaksi komponen, kebutuhan yang telah diimplementasikan dan kualitas dari software yang telah dikembangkan. f. Deployment Pada tahap ini, pengembang software menyebarkan software yang telah selesai kepada user. Pengembang software juga menyediakan dokumentasi untuk semua fitur dan fungsi. Pada tahap ini juga, pengembang software mendapatkan umpan balik dan masukan terhadap software yang berujung pada modifikasi fungsi dan fitur agar menjadi lebih baik. 26 2. Aliran Kerja Pendukung a. Configuration and Change Management Tahap ini menjalankan dan merawat integritas dari proyek. Kegiatannya meliputi monitoring dan mengatur perubahan permintaan, perubahan biaya, dan tetap mengontrol berbagai versi produk dan artifact. Tahap ini juga meliputi manajemen konfigurasi hardware dan software b. Project Management Tahap ini menyediakan framework untuk manajemen software dan resiko. Tahap ini juga menyediakan pedoman untuk planning, staffing, monitoring dan secara umum menunjukan manajemen proyek. c. Environment Tahap ini menjelaskan tentang infrastruktur dan metode yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem. 2.11 Unified Modelling Language (UML) Menurut Booch, Rumbaugh, dan Jacobson (2005, p1), UML atau Unified Modelling Language adalah bahasa berbasiskan grafis yang digunakan untuk memvisualisasikan, menentukan, membangun, dan mendokumentasikan objek-objek dari sistem perangkat lunak intensif. UML membuat sebuah standar untuk menuliskan blueprint atau rancangan dari sebuah sistem, dimulai dari bagian konseptual seperti proses bisnis dan fungsi-fungsi sistem sampai dengan bagian konkrit seperti class pada bahasa pemrograman tertentu, skema database, dan komponen-komponen perangkat lunak yang dapat digunakan kembali. 1. Activity Diagram Satzinger. J.W , Jackson. R. B , Burd S.D. (2005, p.144). Activity diagram adalah jenis diagram alur kerja yang menggambarkan kegiatan pengguna dan aliran sekuensial mereka. Sebuah activity diagram hanyalah sebuah diagram alur kerja yang menggambarkan berbagai pengguna (atau sistem) kegiatan, orang yang melakukan aktivitas masing-masing dan aliran sekuensial kegian ini. Diagram aktivitas adalah salah satu dari Unified Modeling Languange (UML) diagram yang berhubungan dengan pendekatan berorientasi obyek, tetapi dapat digunakan dengan pendekatan pembangunan. 27 Gambar 2.6 Activity Diagram Sumber: Satzinger (2010, p.142) 2. Use Case Diagram Menurut Satzinger (2010, p.242) Use Case merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh sistem, biasanya merupakan sebuah respon untuk permintaan dari pengguna sistem. Satzinger (2010, p.243) menjelaskan bahwa aktor tidak selalu sama dengan sumber dari peristiwa di event table karena aktor di use case merupakan orang yang berinteraksi dengan sistem yang mana sistem harus meresponnya. Gambar 2.7 Use Case Diagram Sumber : Satzinger (2010, p.244) 28 3. Use Case Description Menurut Satzinger (2010, p.171) Use Case Descripton merupakan deskripsi yang mencatat mengenai detil pemrosesan dari suatu use case. Fully Developed Description merupakan metode yang paling formal mendokumentasikan sebuah use case. Meskipun memerlukan waktu lebih untuk mengerjakan, jenis dari use case description ini dapat meningkatkan kemungkinan akan pemahaman mengenai proses bisnis Gambar 2.8 Fully Developed Description Sumber: Satzinger (2010) 2.12 Mengelola Surat Masuk Menurut Zain (2011), Mengelola surat adalah kegiatan atau tugas rutin dari seorang sekretaris terutama surat-surat yang ditujukan kepada pimpinan. Mengelola surat masuk meliputi kegiatan menerima, mencatat, mengarahkan, mendistribusikan, 29 dan memproses. Dalam mengelola surat harus dikendalikan dengan tujuan agar surat cepat sampai kepada pengolah. Berdasarkan urgensi penyelesaian surat di bagi menjadi : 1. Surat Penting Merupakan surat yang isinya mengikat, memerlukan tindak lanjut, menyangkut masalah kebijakan dan bila terlambat atau hilang dapat menghambat dan merugikan pelaksanaan kebijakan, kelembagaan dan kepegawaian, keuangan dan lain lain. 2. Surat Biasa Adalah surat yang isinya bersifat tidak mengikat, tidak memerlukan tindak lanjut dan apabila surat itu hilang, informasinya dapat di peroleh dari sumber lain. 3. Surat Rahasia Adalah surat yang menurut isinya maupun sifatnya memerlukan perlindungan, karena jika isi surat tersebut di ketahui orang lain maka akan menimbulkan kerusakan atau kerugian besar, akan mengurangi atau menyulitkan pelaksanaan tidak lanjut berikutnya. 2.12.1 Pengagendaan Surat Merupakan kegiatan mencatat surat ke dalam buku agenda dengan cara memberi nomor urut surat tersebut. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan daftar penerimaan harian yang dalam istilah asing di sebut daily mail record. Surat masuk diberi pula nomor penerimaan tersendiri yang di ambil dari buku agenda disebut nomor agenda surat. Berikut macam macam buku agenda yang dapat dipergunakan untuk mencatat surat masuk : 1. Buku Agenda Tunggal Adalah buku agenda yang dipergunakan untuk mencatat surat masuk dan surat keluar sekaligus dengan nomer berurutan(campuran) pada tiap-tiap halaman untuk satu halaman. Buku agenda Tunggal Tahun… 30 Tabel 2.1 Format Buku Agenda Tunggal No.Urut Tanggal M Surat K Nomor Tanggal Dari/ Ringkasan Kepada Isi Surat Keterangan 2. Buku Agenda Kembar Adalah buku agenda untuk mencatat surat masuk dan satu buku agenda untuk mencatat surat keluar. Dengan demikian buku agenda kembar terdiri dari : buku agenda masuk yang khusus mencatat surat masuk yang di terima dalam suatu kantor dan buku agenda keluar yang khusus untuk mencatat surat keluar atau di sebut juga dengan buku verbal. Berikut adalah format buku agenda surat masuk dan agenda surat keluar : Agenda Surat Masuk Tahun... Tabel 2.2 Format buku Agenda surat Agenda Surat No No Tgl Pengirim Perihal Tindakan Tgl Batas Tanggal waktu Follow UP Agenda Surat Keluar Tahun... Tabel 2.3 Format buku agenda surat keluar Tanggal No Surat Kepada Perihal Arsip Keterangan 3. Buku Agenda Berpasangan Adalah buku agenda yang di pergunakan untuk mencatat surat masuk dan surat keluar dalam satu buku. Halaman sebelah kanan File 31 untuk mencatat surat masuk dan halaman sebelah kiri untuk surat keluar. 2.13 Mengelola Surat Keluar Menurut Zain (2011), Surat keluar adalah surat yang di kirim oleh suatu organisasi kepada pihak lain. Surat yang dikirim di sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Merupakan jawaban dari surat masuk atau surat yang di terima 2. Merupakan kebutuhan organisasi. Contoh: Organisasi membutuhkan barang, informasi atau pegawai Berikut merupakan prosedur pengurusan surat keluar : 1. Pembuatan Konsep Surat Ditinjau dari segi pembuatannya, maka konsep surat dapat di lakukan dengan 2 sistem yaitu: a. Sentralisasi Menurut sistem ini semua pembuatan konsep surat di pusatkan pada unit tertentu yaitu bagian surat menyurat (mail department) b. Desentralisasi Menurut sistem ini konsep surat surat dapat dibuat oleh masing masing unit atau bagian 2. Persetujuan Konsep Surat Konsep surat di anggap benar oleh bawahan atau koseptor belum tentu di mata pimpinan benar, mungkin masih harus ada penambahan atau pengurangan karena di anggap janggal. 3. Mengagendakan Surat Surat keluar harus dicatat pada buku agenda surat keluar. Dan penomoran berdasarkan nomer tertulis di buku agenda keluar. 4. Pengetikan Konsep Surat Setelah konsep surat di paraf atau acc oleh pimpinan yang berwenang dan telah di beri nomor oleh agendaris, maka surat di serahkan ke juru ketik 5. Pemeriksaan Konsep Surat Pemeriksaan konsep surat yang sudah di ketik dilakukan oleh a. Pengetik surat b. Konseptor 6. Penandatanganan surat 32 Hal ini di lakukan oleh pimpinan setelah surat sudah tidak ada kesalahan atau kejanggalan. Tanda tangan dibubuhkan dengan nama terang. 7. Pemberian Cap dinas Surat yang telah di tanda tangani oleh penanggung jawab surat harus di beri cap atau stempel. Dikarenakan terkadang surat tanpa stempel di anggap tidak sah. 8. Penyampulan surat Sebelum di kirim surat di berikan sampul yang berisikan tentang alamat pengirim bila amplop tida memakai kop surat, nomer surat di ketik di kiri atas di bawah kop surat,cap dinas, tempelkan prangko jika di butuhkan. 9. Pengiriman surat Pengiriman surat dibagi 2 yaitu : a. Pengiriman secara langsung Maksudnya surat di kirim sendiri oleh kurir ke alamat yang di tuju dengan menggunakan buku ekspedisi esktern yaitu buku catatan yang menunjukan bukti pengiriman surat keluar organisasi. b. Melalui pos atau special mail service Surat yang akan di kirim di sampaikan ke tempat pos atau pelayanan lain untuk di kirim oleh via pos. c. Melalui Elektronik Pengiriman surat yang di lakukan secara elektronik seperti menggunakan E-mail, Faksimili, atau telex 10. Penyimpanan surat Sebelum surat di kirim , surat akan di buat rangkapnya untuk nantinya di arsip oleh perusahaan sebagai data yang nantinya mungkin di butuhkan perusahaan. 2.14 Kerangka Pikir Fokus utama dari penulisan skripsi ini adalah membantu dan memberikan usulan terhadap perubahan penggunaan proses kerja manual menjadi proses menggunakan system yaitu E-Office SiMAYA yang merupakan sebuah sistem persuratan perkantoran yang berbasis online dan mengembangkan E-Office SiMAYA pada Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika. Untuk perkembangan E-Office SiMAYA dan 33 perubahan penggunaaan proses manual menjadi proses berbasis sistem ini mencakup empat dimensi yang perlu di perhatikan, yaitu: Lingkungan kerja, Aplikasi E-Office SiMAYA, Sumber Daya Manusia, dan Teknologi yang digunakan saat ini. Dari ke empat dimensi tersebut dianalisa yang akhirnya menjadi sebuah rumusan masalah yang terrangkum ke dalam 2 garis besar permasalahan yaitu pada bagian Sumber Daya Manusia dan Teknologi yang menyebabkan sulitnya perubahan penggunaan proses kerja manual menjadi proses menggunakan system yaitu E-Office SiMAYA yang merupakan sebuah sistem persuratan perkantoran yang berbasis online dan pengembangkan E-Office SiMAYA. Dalam penulisan skripsi ini akan menggunakan beberapa tools analysis untuk menganalisis rumusan masalah dan yaitu: Fish Bone Diagram, Lewin’s Stage Model Of Change, Kotter’s Eight Stage Change Proses, dan Rational Unified Process 34 Gambar 2.9 Kerangka Pikir