Teori-Kepemimpinan.

advertisement
Kepemimpinan
Teori-teori dalam studi
Kepemimpinan
 Teori
Great Man dan Teori Big Bang
 Teori Sifat (Karakteristik) Kepribadian (T
 Teori Perilaku (Behavior Theories)
 Teori Kontingensi atau Teori Situasional
Teori Great Man dan Teori Big Bang

Kepemimpinan merupakan bakat atau
bawaan sejak seseorang lahir
 Bennis & Nanus (1990) menjelaskan bhw
teori ini berasumsi pemimpin dilahirkan bukan
diciptakan
 Kekuasaan berada pd sejumlah org tertentu,
yang melalui proses pewarisan memiliki
kemampuan memimpin atau karena
keberuntungan memiliki bakat untuk
menempati posisi sebagai pemimpin
 “Asal Raja Menjadi Raja”
Teori Big Bang
 Suatu
peristiwa besar menciptakan
seseorang menjadi pemimpin
 Mengintegrasikan antara situasi dan
pengikut
 Situasi mrpk peristiwa besar seperti
revolusi, kekacauan/kerusuhan,
pemberontakan, reformasi dll
 Pengikut adalah orang yang
menokohkan seseorang dan bersedia
patuh dan taat
Teori Sifat (Karakteristik)
Kepribadian (Trait Theories)

Seseorg dpt menjadi pemimpin apabila
memiliki sifat yang dibutuhkan oleh seorang
pemimpin
 Titik tolak teori : keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat kepribadian
baik secara fisik maupun psikologis
 Keefektifan pemimpin ditentukan oleh sifat,
perangai atau ciri kepribadian yang bukan
saja bersumber dari bakat, tapi dari
pengalaman dan hasil belajar
Karakteristik kepribadian, Cheser
 Sifat-sifat
Pribadi : Fisik, kecakapan
(skill), teknologi, daya tanggap
(perpection), pengetahuan (knowledge),
daya ingat (memory), imajinasi
(imagination)
 Sifat-sifat pribadi yang merupakan
watak yang lebih subyektif,yakni
keunggulan seorang pemimpin dalam
keyakinan, ketekunan, daya tahan,
keberanian dll
Karakteristik kepribadian,
Davis
Ada 4 sifat umum yang efektif
 Kecerdasan
 Kedewasaan dan keluasan pandangan
sosial
 Motivasi diri dan dorongan
 Sikap-sikap hubungan sosial
Karakteristik kepribadian, Collons
dalam A Dale Tempe (1993)
Sifat yg harus dimiliki pemimpin agar dapat
mengefektifkan organisasi adalah
 Kelancaran berbicara
 Kemampuan memecahkan masalah
 Pandangan ke dalam masalah kelompok (organisasi)
 Keluwesan
 Kecerdasan
 Kesediaan menerima tanggung jawab
 Keterampilan sosial
 Kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya
Karakteristik kepribadian, Yulk dalam
Hersey dan Blanchard (1998)
Karakteristik pemimpin sukses terdiri dari :
 Cerdas
 Terampil secara konseptual
 Kreatif
 Diplomatis dan taktis
 Lancar berbicara
 Memiliki pengetahuan ttg tugas kelompok
 Persuasive
 Memiliki keterampilan sosial
Sedangkan Robins (1996) mengatakan bhw teori ini adalah teori
yang mencari ciri-ciri kepribadian sosial, fisik atau intelektual
yang membedakan pemimpin dan yang bukan pemimpin
Karakteristik kepribadian, Bennis
dalam Hersey dan Blanchard (1998)

Management of Attention
(kemampuan mengkomunikasikan tujuan
atau arah yg dpt menarik perhatian anggota)
 Management of Meaning
(kemampuan menciptakan dan
mengkomunikasikan makna tujuan secara
jelas)
 Management of Trust
(kemampuan untuk dipercaya dan konsisten)
 Management of Self
(kemampuan mengendalikan diri dalam batas
kekuatan dan kelemahan)
Ringkasan dari Sifat
 Intelegensi
(kecerdasan)
 Kematangan dan keluasan pandangan
sosial
 Memiliki motivasi dan keinginan
berprestasi
 Memiliki hubungan manusiawi
Kelemahan Teori Sifat
 Tidak
selalu ada relevansi antara sifatsifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan
 Situasi dan kondisi tertentu yang
ternyata memerlukan sifat tertentu pula
berbeda dari yang lain
Teori Perilaku
(Behavior Theories)

Keberhasilan seorang pemimpin sangat
tergantung pada perilakunya dalam
melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan
 Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak
dari cara melakukan pengambilan keputusan,
cara memerintah (instruksi), cara
memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara
mendorong semangat bawahan, cara
membimbing dan mengarahkan, cara
menegakkan disiplin, cara memimpin rapat,
cara menegur dan memberikan sanksi
Beberapa Teori Perilaku
 Teori
X dan Y
 Studi Kepemimpinan Universitas IOWA
 Studi Kepemimpinan Universitas OHIO
 Studi Kepemimpinan Universitas
Michigan
 Managerial Grid
 Empat Sistem Manajemen Likert
Teori X & Y Douglas McGregor
A. Teori X
 Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk
pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari
pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun
menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam
bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan
agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
 Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia
seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu
diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki
pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan
perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,
kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas
pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan
segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Teori Kontingensi atau
Teori Situasional
 Resistensi
atas teori kepemimpinan
sebelumnya yang memberlakukan
asas-asas umum untuk semua situasi
 Teori ini berpendapat bhw tidak ada
satu jalan (kepemimpinan) terbaik untuk
mengelola dan mengurus satu
organisasi
Filosofi Teori
 Contingency
Approach
Respon atau reaksi yang timbul
berfokus pada pendapat bahwa dalam
menghadapi situasi yang berbeda
diperlukan perilaku atau gaya
kepemimpinan yang berbeda
 Situational Approach
Perilaku atau gaya kepemimpinan harus
sesuai dengan situasi yang dihadapi
oleh seorang pemimpin
Model Kepemimpinan
Kontingensi atau Situasional
 Model
Kepemimpinan Situasional dari
Fiedler
 Model Kepemimpinan Situasional Tiga
Dimensi dari Reddin
 Model Kepemimpinan Situasional dari
Tannenbaum dan Schmidt
 Model Kepemimpinan Situasional dari
Hersey dan Blanchard
Gaya Kepemimpinan Fiedler (Koontz,
et al., 1986)
 Model
kontigensi keefektifan
kepemimpinan dikembangkan Fred E.
Fiedler (Fiedler, 1967). Model ini
mendalilkan bahwa prestasi kelompok
tergantung pada interaksi antara gaya
kepemimpinan dengan kadar
menguntungkan tidaknya situasi.
3 faktor situasional yang menentukan apakah
seseorang memiliki peluang menjadi pemimpin
yang efektif, yaitu :
1. Hubungan pemimpin-anggota yang mengacu pada kadar
keyakinan, kepercayaan, rasa hormat para pengikut
terhadap pemimpin yang bersangkutan. Variabel ini
mencerminkan penerimaan pemimpin.
2. Struktur tugas, dimana dimensi ini mencakup komponen
berikut:
• Kejelasan tujuan
• pemecahan masalah
• pembuktian keputusan
• Keterincian keputusan
3. Kekuasaan posisi, yaitu faktor situasi yang dirancang
untuk menentukan berapa banyak kekuasaan yang dimiliki
seseorang yang melakukan suatu pekerjaan tertentu.
Gaya kepemimpinan situational
menurut Fiedler dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Orientasi Pada Tugas
Pemimpin yang berorientasi pada tugas
memperoleh kepuasan dari terlaksananya tugastugas (Koontz, et al., 1986). Pemimpin
memotivasi dengan memenuhi kebutuhan
psikologis seperti rasa percaya diri dan status
yang dicapai melalui penyelesaian tugas-tugas,
tidak melalui hubungan dengan bawahan .Ini
tidak berarti pemimpin tidak bersahabat dan
ramah terhadap bawahan, tetapi jika
penyelesaian tugas terancam maka hubungan
interpersonal yang baik tidak lagi menjadi hal
yang penting (lvancevich, et al., 1977).
2. Orientasi Pada Hubungan Antar
Pribadi
 Pemimpin
memotivasi dengan cara
memenuhi kebutuhan sosial dan
mengupayakan pencapaian hubungan
antar pribadi yang baik dan pencapaian
kedudukan pribadi yang menonjol
(Koontz, et al., 1986). Jika pemimpin
dapat
mencapai tujuan diatas maka seorang
pemimpin dapat mencapai tujuan
sekundernya seperti status dan rasa
percaya diri (Ivancevich, et al., 1977).
Model Kepemimpinan Situasional
Tiga Dimensi dari Fiedler
Teori Tiga Dimensi kontingensi situasional untuk
menentukan efektivitas pemimpin:
1) Kekuasaan posisi
: kuat - lemah
2) Struktur tugas
: tinggi - rendah
3) Hubungan pemimpin anggota: baik - buruk
Kombinasi dari ketiga faktor tersebut akan dapat
menghasilkan 9 kemungkinan yang dikenal dengan
Model Kepemimpinan Situasional (Contingency Model
by Fiedler).
9 Kemungkinan Fiedler
TEORI KONTINUM – TANNENBAUM
DAN SCHMIDT

Kedua ahli menggambarkan gagasannya bahwa ada
dua bidang pengaruh yang ekstrem , pertama
bidang pengaruh pimpinan kedua bidang pengaruh
kebebasan bawahan. Pada bidang pertama
pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya
kepemimpinannya, sedangkan pada bidang kedua
pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.
Kedua bidang ini dipengaruhi dalam hubungannya
kalau pemimpin melakukan aktivitas pembuatan
keputusan.
7 model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan pemimpin
Pemimpin membuat keputusan kemudian mengumumkan kepada
bawahannya. Dari model ini terlihat bahwa otoritas yang digunakan
atasan terlalu banyak sedangkan daerah kebebasan bawahan terlalu
sempit sekali.
2. Pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih terlihat
banyak menggunakan otoritas yang ada padanya, sehingga persis
dengan model yang pertama. Bawahan disini belum banyak terlibat
dalam pembuatan keputusan.
3. Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan
mengundang pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin
sudah menunjukkan kemajuan, karena membatasi penggunaan
otoritas dan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat
dalam pembuatan keputusan.
4. Pemimpin memberikan keputusan bersifat bersifat sementara yang
kemungkinan dapat diubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat
dalam rangka pembuatan keputusan, sementara otoritas pemimpin
sudah mulai dikurangi penggunaannya,
1.
7 model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan pemimpin
5.
6.
7.
Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan
membuat keputusan. Disini otoritas pimpinan digunakan sedikit
mungkin, sebaliknya kebebasan bawahan dalam berpartisipasi
membuat keputusan sudah banyak digunakan.
Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta
kelompok bawahan untuk membuat keputusan. Partisipasi
bawahan dalam kesempatan ini lebih besar dibandingkan
kelima model diatas.
Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya
dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan.
Model ini terletak pada titik ekstrem penggunaan kebebasan
bawahan, adapun titik ekstrem penggunaan otoritas terdapat
pada nomor satu di atas.

Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey Blanchard (Hersey and Blanchard, 1995)
Mengikut
sertakan,
memberi
semangat,
kerja sama
(PARTISIPATI
NG)
Menjual, Menjelaskan,
Memperjelas, Membujuk
(SELLING)
Mendelegasan
,Pengamatan,
Memberitahukan,
Menunjukkan, Memimpin,
Menetapkan (TELLING)
Mengawasi,
Penyelesaian
(DELEGA
TING)
4
3
2
1
Gaya kepemimpinan Hersey-Blanchard
dibagi menjadi 4 yaitu :




Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin,
Menetapkan (TELLING-DIRECTINGINSTRUCTION)
Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk
(SELLING-COACHING)
Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja
sama (PARTICIPATING-SUPPORTING)
Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi,
Penyelesaian (DELEGATING)
 gaya
kepemimpinan yang
diterapkan seorang pemimpin pada
bawahannya bergantung pada level
kematangan (maturity) dari
bawahannya tersebut.
 Kematangan
didefinisikan
sebagai kamampuan dan kemauan
orang-orang untuk memikul
tanggung jawab
untuk mengarahkan perilaku
mereka sendiri.
Tingkat kematangan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
 Tingkat
kematangan M1/D1 (Tidak
mampu dan tidak ingin) maka gaya
kepemimpinan yang diterapkan
pemimpin untuk memimpin bawahan
seperti ini adalah Gaya Telling (G1),
yaitu dengan memberitahukan,
menunjukkan, mengistruksikan secara
spesifik.
6
 Tingkat
kematangan M2 /D2(tidak
mampu tetapi mau), untuk menghadapi
bawahan seperti ini maka gaya yang
diterapkan adalah Gaya
Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual,
Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk.
6
 Tingkat
kematangan M3/D3 (mampu
tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka gaya
pemimpin yang tepat untuk bawahan
seperti ini adalah Gaya Partisipatif, yaitu
Saling bertukar Ide & beri kesempatan
untuk mengambil keputusan.
6
Tingkat kematangan M4/D4 (Mampu dan
Mau) maka gaya kepemimpinan yang
tepat adalah Delegating, mendelegasikan
tugas dan wewenang dengan
menerapkan system control yang baik.
6
Kepemimpinan Pancasila
Asas-asas kepemimpinan Pancasila
 Ketuhanan yang maha Esa
 Ing ngarsa sung tulada (di depan memberikan teladan)
 Ing madya mangun karsa (di tengah membangun motivasi dan
kemauan)
 Tut wuri handayani (di belakang memberikan kekuatan)
 Waspada Purba Wisesa (Waspada dan berkuasa)
 Ambeg Paramarta (mempunyai sifat-sifat benar yang hakiki)
 Prasaja (Bersifat sederhana)
 Satya (Bersifat setia, menepati janji, dan selalu memenuhi segala
ucapannya)
 Gemi nastiti (Hemat, cermat teliti dan hati-hati)
 Terbuka (Komunikatif)
 Legawa (rela dan tulus ikhlas)
 Bersifat kesatria (Berbudi pekerti luhur dan terpuji)
Download