TUGAS MATA KULIAH GEJALA MEDAN TINGGI Oleh: Bayu Seno Adi Nugroho (21060112130090) TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014 1. Mekanisme Steamer pada Bahan Isolasi 1.1 Pendahuluan Isolator adalah salah satu komponen terpenting yang harus di ketahui dalam hal keelektonikaan. Isolator terbagi atas beberapa macam salah satunya yaitu isolator gas. Pada umumnya isolator gas digunakan sebagai media isolasi dan penghantar panas. Berdasarkan kekuatan dielektrik, rugi-rugi dielektrik, stabilitas kimia, korosi, dll, isolator gas dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Gas sederhana, contohnya : Udara, Nitrogen, Helium, Hidrogen, dan lain-lain. 2. Gas Oksida, contohnya : Gas karbondioksida, Gas Sulphur dioksida 3. Gas Hidrokarbon, contohnya : Methana, Ethana, Propana, dan lain-lain 4. Gas Elektronegatif, contohnya : Gas Sulphur hexaflorida, CH2Cl2 Dalam pemilihan jenis isolator gas yang dipergunakan, perlu diperhatikan sifat dari kedielektrikan gas yang digunakan pada temperatur dan tekanan dimana gas tersebut akan digunakan sebagai media isolasi. Beberapa sifat dari isolator gas sebagai media isolasi yang perlu diperhatikan antara lain yaitu : 1. Sifat Kelistrikan, yang mencakup antara lain : Tahanan isolasi, Kekuatan Dielektrik, Faktor Daya, Konstanta Dielektrik, Rugi-rugi dielektrik. 2. Temperatur 3. Sifat Kimia 4. Sifat Mekanis: kerapatan volume, viskositas, absorpsi kelembaman, tekanan permukaan, dan lain – lain 1.2 Mekanisme Streamer Pada dasarnya, proses kegagalan isolasi gas dibagi menjadi dua, yaitu proses primer dan proses sekunder. Proses primer memungkinkan terjadinya banjiran elektron dan proses sekunder memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran elektron. Mekanisme kegagalan gas dibagi menjadi dua, yaitu mekanisme Townsend dan mekanisme Streamer. Ciri utama kegagalan streamer adalah postulasi sejumlah besar foto ionisasi molekul gas dalam ruang di depan streamer dan pembesaran medan listrik setempat oleh muatan ruang ion pada ujung streamer. Muatan ruang ini menimbulkan distorsi medan dalam sela. Ion positif dapat dianggap stasioner dibandingkan elektron-elektron yang begerak cepat dan banjiran elektron terjadi dalam sela dalam awan elektron yang membelakangi muatan ruang ion positif. Medan Er yang dihasilkan oleh muatan ruang ini pada jari jari R adalah: Pada jarak dx, jumlah pasangan elektron yang dihasilkan adalah a e a x dx sehingga : R adalah jari jari banjiran setelah menempuh jarak x, dengan rumus diffusi R=Ö (2Dt). Dimana t = x/V sehiungga dimana N : kerapatan ion per cm2 : e : muatan elektron ( C ) e 0 : permitivitas ruang bebas R: jari jari (cm) V : kecepatan banjiran D : koefisien diffusi 2. Kegagalan Isolasi Primer dan Sekunder 2.1 Pendahuluan Mekanisme Townsend menjelaskan tentang fenomena tembus hanya pada tekanan rendah dan jarak sela yang kecil (ps <=10barmm)dengan medan homogen. Mekanisme Townsend menyatakan dua hal penting yang menjadi dasar teorinya yaitu proses primer(memmungkinkan proses terjadinya proses banjiran elektron) dan proses sekunder (memungkinkan terjadinya proses sekunder (memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran elektron. 2.2 Proses primer Proses primer merupakan terjadinya proses ionisasi. Karena radiasi ekternal (sinr ultra violet) elektron akan dibebaskan dari katoda. Elektroda ini akan dipercepat olehh medan menuju anoda dengan suatu gaya sebesateE, dan energi (W) yang diberikan adalah sebagai berikut : 1 w=e . E . x= m v 2 2 W= enegi(joule) e= muatan elektron (1,6×10-19C ) E=intensitas medan m= masa elektron (gram) v = kecepatan elektron (m/s) x= jarak pengarah elektron(m) Dalam pergerakannya menuju anode, elektron akan menumbuk molekul gas dan menghasilkan ion-ion positif dan elektron bebas baru. Elektron bebas baru ini akan membentuk banjiran elektron primer yang bergerak menuju anode sebagai arus listrik. 2.3 Proses Sekunder Ion positif hasil ionisasi akan bergerak menuju katodedan dipercepat oleh medan listrik. Ketika ion positif menumbuk katode maka elektron akan dibebaskan ke luar permukaan katode dan terjadi penambahan elektron yang akan membentuk banjran muatan ruang yang lama kelamaan menjembatani terjadinya kanal peluahan antara anode-katode pada sela elektroda, sehingga terjadi tembus total. 2.4Kurva Paschen Kurva Paschen menggambarkan karakterristik tembus pada gas. Pada umunya kurva Paschen dibagi menjadi tida daerah yang pertama merupakan karakteristik tembus gas pada keadaan vakum. Pada kondisi ini diperlukan tegangan tembus yang sangat tinggi karena gas pada keadaan vakum sehingga memerlukan energi yang lebih untuk memicu terjadianya peluahan muatan listrik. Pada daerah kedua merupakan daerah terjadinya tembus Townsend pada tekanan rendah dan jarak sela yang kecil (ps<=10 barmm) dengan medan homogen. Pada daerah ketiga merupakan derah terjadinya tembus Streamer. Pada kondisi ini molekul gas semakin padat dan menekan ke segala arah sehingga elekton untuk dapat bergerak membutuhkan energi yang besar. 3. Mekanisme, Efek dan Aplikasi dari Korona Discharge 3.1Pendahuluan Korona merupakan proses dimana arus, mungkin diteruskan, muncul dari sebuah elektrode berpotensial tinggi di dalam sebuah fluida yang netral, biasanya udara, denganmengionisasi fluida hingga menciptakan plasma di sekitar elektrode. Ion-ion yang dihasilkan akhirnya akan melampaui muatan listrik menuju area-area berpotensi rendah terdekat, atau bergabung kembali untuk membentuk molekul-molekul gas netral. Saat gradien potensialnya fluida cukup besar pada sebuah titik, maka fluida itu akan mengalami ionisasi dan menjadi bersifat konduktif. Udara di dekat elektrode bisa terionisasi (sebagian bersifat konduktif). Saat udara di dekat titik menjadi bersifat konduktif, ia memiliki efek meningkatkan ukuran konduktor. Di luar wilayah ionisasi dan konduktivitas ini, partikelpartikel bermuatan perlahan-lahan mencapai benda yang muatannya berlawanan dan dinetralkan. Jika wilayah terionisasi terus bertambah luas dan tidak berhenti pada radius tertentu, terbentuklah jalur yang betul-betul bersifat konduktif yang berakibat pada terciptanya latu elektrik yang muncul sekejap atau busur elektrik yang berkesinambungan. Lucutan korona biasanya melibatkan dua elektrode asimetris; elektrode yang satu memiliki permukaan yang sangat melengkung (seperti ujung sebuah jarum atau kawat berdiameter kecil) dan elektrode satunya lagi memiliki kelekukan yang rendah (seperti piring atau permukaan tanah). Kelengkungan yang tinggi memastikan potensial gradien yang tinggi di sekitar sebuah elektrode, untuk menciptakan sebuah plasma. Korona bisa bermuatan positif atau negatif. Hal ini ditentukan oleh polaritas tegangan di elektrode yang kelengkungannya tinggi. Jika elektrode melengkung bemuatan positif berkenaan dengan elektoda rata terciptalah korona positif, tapi jika negatif yang tercipta adalah korona negatif. Ketidaksamaan sifat korona positif dengan korona negatif yang amat berbeda disebabkan oleh jauh berbedanya massa elektron dengan ion bermuatan positif, dengan hanya elektron memiliki kemampuan mengalami tingkat benturan taklentingpengion yang signifikan pada temperatur dan tekanan bersama. Fungsi lucutan korona yang utama adalah terciptanya ozon di sekitar konduktor yang mengalami proses korona. Korona negatif menghasilkan ozon jauh lebih banyak daripada korona positif. 3.2 Mekanisme 1. Sebuah molekul atau atom netralnya medium, di dalam sebuah wilayah medan listrik yang kuat (seperti gradien potensial yang tinggi di dekat elektrode melengkung) diionisasikan oleh sebuah peristiwa lingkungan eksogen (misalnya sebagai akibat dari interaksi foton), untuk menciptakan sebuah ion positif dan elektron bebas. 2. Medan listrik lalu beroperasi pada partikel-partikel bermuatan lalu memisahkan, mencegah penggabungan kembali, serta mempercepat partikel-partikel itu, memberikan energi kinetik ke setiap partikel. 3. Sebagai akibat dari energisasi elektron (yang memiliki nisbah massa/muatan dan kecepatan yang jauh lebih tinggi), lebih jauh lagi sejumlah pasangan ion elektron/positif bisa diciptakan dengan menabrakkan atom-atom netral. Lalu mereka mengalami proses pemisahan yang sama. Proses pemisahan ini menciptakan sebuah longsoran elektron. Baik korona positif dan negatif mengandalkan longsoran elektron. 4. Dalam berbagai proses yang membedakan korona positif dengan negatif, proses energi plasma ini diubah menjadi disosiasi elektron tahap awal untuk menyebabkan longsoran lebih jauh lagi. 5. Sebuah spesies ion tercipta di dalam rangkaian longsoran ini (yang berlainan antara korona positif dengan negatif) ditarik ke elektrode tak melengkung, melengkapi sirkuit, dan mempertahankan aliran arus. 3.3 Efek dari Korona Korona bisa menghasilkan derau/bising terdengarkan dan frekuensi radio, khususnya di dekat jaringan transmisi tenaga listrik. Selain merepresentasikan rugi daya, aksi lucutan korona di partikel-partikel atmosfer, bersama dengan produksi ozone dan nitrogen oksida yang berkaitan dengan lucutan korona, bisa merugikan kesehatan manusia yang bermukim di wilayah-wilayah yang dilalui jaringan listrik. Dengan begitu, peralatan transmisi tenaga listrik didesain untuk meminimalisir terbentuknya lucutan korona. Lucutan korona pada umumnya tidak diinginkan dalam: Transmisi tenaga listrik, dimana lucutan korona menyebabkan: 1. Rugi daya 2. Bising terdengarkan 3. Gangguan elektromagnetik 4. Pijar ungu 5. Produksi ozon 6. Kerusakan pengisoliran Di dalam komponen - komponen listrik seperti trafo, kapasitor, motor listrik serta generator listrik. Korona secara progresif merusak isolasi di dalam piranti, yang mengarah ke cacat perlengkapan dini. Salah satu bentuk serangan adalah keretakan oleh ozonnya benda yang terbuat dari elastomer seperti cincin O. Berbagai situasi dimana tegangan tinggi digunakan, tapi produksi ozon diminimalisir. 3.4 Aplikasi Korona Berikut ini adalah penerapan lucutan korona di bidang komersial dan industri. 1. Menghilangkan muatan listrik yang tidak diinginkan dari permukaan pesawat yang sedang terbang dan dengan begitu menghilangkan efek yang merugikan dari pulsa lucutan elektris tidak terkontrol pada kinerja sistem avionik. 2. Pembuatan ozon. 3. Sterilisasi air kolam. 4. Pembersih dengan mengosokan dalam HVAC (lihat Pengendap elektrostatik). partikel-partikel dari udara 5. Menghilangkan berbagai organik teruap yang tidak diinginkan, seperti pestisida kimia, pelarut, atau bahan senjata kimia, dari atmosfer. 6. Meningkatkan kelembapan atau ‘energi tegangan permukaan’ dari film polimer untuk meningkatkan kesesuaian dengan tinta cetak atau perekat. 7. Membuat fotokopi. 8. Pengion udara yang baik buat kesehatan. 9. Fotografi Kirlian menggunakan foton yang dihasilkan oleh lucutan untuk mengekspos film fotografik. 10. EHD thruster, Lifter, dan piranti ion wind yang lain. 11. Laser nitrogen. 12. Perlakuan Permukaan untuk Kultur Jaringan (Polistirena). 13. Ionisasinya cuplikan gas untuk analisis subsekuen dalam sebuah spektrometer massa maupun spektrometer mobilitas ion. Korona bisa digunakan untuk menghasilkan permukaan bermutan, yang merupakan sebuah efek yang digunakan dalam pengopian elektrostatik (membuat fotokopi). Korona juga dapat digunakan untuk menghilangkan materi kepartikelan dari aliran udara dengan terlebih dahulu mengisi udara dengan muatan listrik, lalu melewatkan aliran udara bermuatan melalui sisir polaritas bolak-balik, untuk mengendapkan partikel-partikel bermuatan ke lempengan dengan muatan yang berlawanan. Ion serta radikal bebas yang dihasilkan dalam reaksi korona bisa dipakai untuk membersihkan udaranya produk-produk merugikan tertentu, melalui reaksi kimia, dan bisa digunakan untuk memproduksi ozon. 4. Daftar Pustaka [1] http://id.wikipedia.org/wiki/Lucutan_korona [2] http://blog.ub.ac.id/epwnanda/2013/11/10/tembus-pada-gas/ [3] E. Kuffel, Dean Emeritus, High Voltage Engineering Fundamentals Second edition,University of Manitoba, Winnipeg, Canada [4] Fakultas Teknik Elektro. Modul Praktikum Tegangan Tinggi. [5] Abdul Syakur, Mochammad Facta.2005.PERBANDINGAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG-BIDANG.Jurusan Teknik Elektro, F.T., Universitas Diponegoro [6] http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener13a.html [7] http://ancharyu.wordpress.com/2010/03/17/98/