SOSIOLOGI KESEHATAN Gambaran Kondisi Kesehatan pada Tiga Negara (Studi Kasus : Kanada, Indonesia, dan Somalia) KELOMPOK 3 Alessia Anindiya M (0806347580) Ariyanto Aji P (0806347630) Danar Pratomo (0806463800) Emirsyah Muhammad Fauzan (0806347744) Mohana Pridayanti (0806322666) Raditia Wahyu Supriyanto (0806347826) Rukita Wustari W (0806347864) DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKUTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2010 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan ekonomi. Pada hakekatnta aspek yang perlu diperhatikan di dalam investasi sumber daya manusia pada umumnya dan pekerja pada khususnya yaitu berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Usaha-usaha peningkatan derajat kesehatan penduduk secara langsung akan meningkatkan kualitas dari masyarakat itu sendiri. Investasi di bidang kesehatan juga merupakan investasi modal manusia yang akan meningkatkan produktivitas seseorang. Hal ini mendasari pemikiran bahwa dengan status kesehatan yang baik akan meningkatkan kemampuan setiap individu. Perbaikan gizi dan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas seseorng, oleh sebab itu investasi yang dilaksanakan untuk perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang sebagai salah satu aspek human capital. Berbagai kondisi mengenai status kesehatan dan keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan kesehatan tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya yaitu faktor sosial. Faktor sosial ini diantaranya terkait dengan perbedaan kesehatan berdasarkan kelas sosial, usia, jenis kelamin, gaya hidup dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari penelitian-penelitian yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara ketidaksamaan kedudukan dalam stratifikasi dengan berbagai gejala sosial seperti kestabilan keluarga, keanggotaan dalam kelompok keagamaan, gaya berbusana, dan sikap politik serta hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan seperti fertilitas, harapan hidup, dan kesehatan jiwa dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut, Fuch juga merumuskan bahwa kesehatan tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan sarana kesehatan dan tingginya penghasilan seorang individu, namun juga sangat ditentukan oleh keputusan individu mengenai gaya hidup dan keputusan kolektif mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karena perbedaan faktor sosial di kalangan masyarakat inilah yang kemudian menimbulkan penyakit menjadi tidak terdistribusi secara merata di kalangan penduduk. Kondisi ini sejalan dengan asumsi dari Rochelle dan Kern yang melihat adanya hubungan antara kesehatan dengan faktor sosial seperti kemiskinan, faktor ekonomi, dan pekerjaan. Hal ini memunculkan suatu istilah yang dinamakan epidemiologi, yang mempelajari bagaimana kesehatan didistribusikan di kalangan penduduk dan faktor apa yang menentukan kesehatan penduduk. Lebih 1 lanjut peneliti merumuskan social epidemiology untuk menggarisbawahi pentingnya faktor sosial dalam pola penyakit. I.2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas maka pertanyaan penelitian yang peneliti ajukan yaitu Bagaimana gambaran kondisi kesehatan di tiga negara yaitu Kanada sebagai negara maju, Indonesia sebagai negara berkembang dan Somalia sebagai negara miskin, dilihat dari kelas sosial, gaya hidup, jenis kelamin, etnis, serta usia di setiap negara ? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini adalah 1. Mengetahui bagaimana gambaran kesehatan di tiga negara yaitu Kanada sebagai negara maju, Indonesia sebagai negara berkembang dan Somalia sebagai negara miskin yang berbeda dilihat dari kelas sosial, gaya hidup, jenis kelamin, etnis, serta usia. 2. Mengetahui bagaimana gambaran perkembangan penyakit HIV dan AIDS di tiga negara yaitu Kanada sebagai negara maju, Indonesia sebagai negara berkembang dan Somalia sebagai negara miskin I.4 Metode Penelitian Di dalam sub-bagian ini akan di jelaskan mengenai metode penelitian yang dipergunakan oleh peneliti di dalam penelitian serta berdasarkan berbagai aspek yang berkaitan dengan teknis penelitian yang dilakukan. Pertama, terkait dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan dengan metode deskriptif berdasarkan studi literatur yang diharapkan mampu memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai gambaran kesehatan di tiga negara yaitu Kanada sebagai negara maju, Indonesia sebagai negara berkembang dan Somalia sebagai negara miskin. Kedua, berdasarkan jenis penelitian kami melihat dalam empat dimensi, yaitu (1) berdasarkan tujuan, penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan (menggambarkan) gambaran kesehatan pada tiga negara yaitu Kanada sebagai negara maju, Indonesia sebagai negara berkembang dan Somalia sebagai negara miskin yang dilihat dari kelas sosial, gaya hidup, jenis kelamin, etnis, serta usia. (2) Berdasarkan manfaat, penelitian ini merupakan penelitian murni yang merupakan usaha untuk menjelaskan pengetahuan yang amat mendasar mengenai dunia sosial, di mana dalam penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dilakukan. (3) Berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan 2 sendiri oleh peneliti melainkan diambil dari literatur dari buku yang dianggap relevan dan dokumentasi. I.5.Kerangka Konsep I.5.1. Social Epidemiology Social Epidemiology merupakan kajian yang mempelajari penyebaran penyakit, Impairment, dan status kesehatan masyarakat diberbagai kelompok sosial masyarakat dalam populasi masyakat yang sama. Dalam awal kajian mengenai Social Epidemiology ini, ternyata merupakan hasil dari perkembangan kajian epidemi (study of epidemics). yang melihat bagaimana epidemi dapat terjadi, bagaimana penyakit bisa menyebar dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan sebagainya. Social Epidemiology kini lebih menitikberatkan pada penyakit nonepidemi dan kecelakaan (seperti kanker, tekanan darah, kecelakaan mobil, kecanduan narkoba/ alcohol, dan bunuh diri). Berdasarkan epidemiologist, Social Epidemiology menitikberatkan pada mencari tahu apa pola penyebaran penyakit, serta kapan dan dimana penyakit menghilang atau musnah. Sedangkan berdasarkan pada mechanic, pandangan analisis Social Epidemiology berlandaskan pada sosiologi medis. Pandangan dari sosiologi epidemi ini melihat penyakit dari agen-agen penyebaran penyakit di konteks sosial yang besar, menimbulkan efek yang berbeda tergantung pada karakteristik aktor, dicakupan sosiokultural yang lebih besar dan lingkungan fisiknya. Tugas utama dari Social Epidemiology ini adalah untuk membuka karakteristik sosial masyarakat yang dalam populasinya sedang dilanda suatu wabah penyakit. Kemudian dari sana Social Epidemiology menghasilkan pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit, terutama yang belum diketahui penyebabnya. Sehingga darisini dapat dilihat, cakupan kajian Social Epidemiology ini tidak semata-mata pada level individu saja, akan tetapi pada permasalahan penyakit di kelompok sosial atau social aggregate (dimana individu-individu berbagi karakteristik sosial yang sama). Intinya, Social Epidemiology ini kajiannya sama dengan alur seorang detektif, menginvestigasi dan mencari petunjuk-petunjuk dari permasalahan criminal, yang kemudian merekonstruksi kembali hal-hal kejadian untuk menjelaskan mengapa masyarakat dengan karakteristik sosial yang sama lebih mudah terjangkit suatu penyakit. Kajian Social Epidemiology juga mencakup studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Social Epidemiology adalah ilmu yang memepelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Terdapat 3 elemen yang menjadi batasan-batasan Social Epidemiology yakni : a. Mencakup semua penyakit 3 Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan. b. Populasi Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok. c. Pendekatan ekologi Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya. Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dari hal ini dapat dilihat bahwa terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni agent, house, dan environment. Ini dalapat dijelaskian melalui segitu Epidemologi. 1.5.2 Segitiga Epidemologi Segitiga epidemiologi adalah modal utama yang harus dimiliki oleh seorang epideniolog. Ini merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai digunakan di dunia1. Dalam bidang epidemiologi terdapat sedikitnya 3 segitiga epidemiologi yang saling terkait satu sama lain yaitu Agent, Host, dan Environment. Gambar 1 Segitiga Epidemiologi Host Agent 1 Nur nasry noor,2000.Dasar epidemiologi,Rineka cipta,Jakarta. Hal.25-27 4 Environment Segitga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan kosep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terbentuknya suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya. 1.5.2.1 Agent Agent ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis mikro organisme seperti virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa dan metazoa, unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri seperti karbon monoksid, obat-obatan, arsen dan pestisida, unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan keturunan. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup seperti merokok, minumminuman berakohol, perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, dan persalinan.2 1.5.2.2 Host Host merupakan keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik. Faktor penentu yang biasanya menjkadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit adalah sebagai berikut : 1. Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain. Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.. Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian-pembagian umur yaitu menurut tingkat kedewasaan, 0 - 14 tahun adalah bayi dan anak-anak, 15 - 49 tahun adalah orang muda dan dewasa, dan 50 tahun keatas adalah orang tua. 2 Heru subari,dkk,2004.Manajemen epidemiologi,Media presindo,Yogyakarta. Hal.15-16 5 2. Jenis Kelamin Angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria terjadi pada semua jenis golongan umur. Dalam konteks Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut mengenai hal tersebut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik. Diantaranya pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan seperti pria lebih banyak mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan hal lainnya. Dibandingkan dengan wanita yang cukup jarang melakukan aktifitas-aktifitas yang merusak tubuh tersebut Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian wanita untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria. Misalnya, penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi, dan jantung. 3. Golongan Etnis Berbagai golongan etnis dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian. Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnis hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu. Penelitian pada golongan etnis dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. 1.5.2.3 Environment Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, hali ini Karen faktor ini datangnya dair luar atau bisas disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi: 1. Lingkungan Biologis (flora & fauna) Mikro organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi (binatang, tumbuhan). Vektor pembawa penyakit umbuhan & binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan lainnya 2. Lingkungan Fisik 6 Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah yang berwujud geografis dan musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll 3. Lingkungan Sosial Ekonomi Yang termasuk dalam faktor lingkungan sosial ekonomi adalah sistem ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup masyarakat, yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit. 7 BAB II DESKRIPSI HASIL TEMUAN II.1 Kanada II.1.1 Kondisi Demografi Tiap negara memiliki populasi dan memiliki laporan terkait dengan populasinya, termasuk Kanada. Kanada merupakan negara di benua Amerika yang bisa dikategorikan sebagai salah satu negara maju. Menurut Population Division of the Department of Economic and Social Affairs of the United Nations Secretariat, World Population Prospects: The 2008 Revision, populasi di Kananda mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga tahun 2010. Pada tahun 2000 jumlah populasi di Kanada sebesar 30.687.000. Pada tahun 2005 bertambah hingga mencapai angka 32.307.000. Kenaikan jumlah populasi di Kanada terus terjadi hingga tahun 2010 yang mencapai 33.890.000. dari jumlah tersebut diketahui sebaran berdasarkan jenis kelamin yaitu penduduk laki-laki sebanyak 15.196.000 pada tahun 2000, 16.000.000 pada tahun 2005, dan 16.787.000 pada tahun 2010. Sedangkan penduduk perempuan sebanyak 15.491.000 pada tahun 2000, 16.307.000 pada tahun 2005, dan 17.103.000 pada tahun 2010. Selain sebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin, persentasi penduduk berdasarkan usia juga dijelaskan. Penduduk berusia 0-14 tahun dan di atas 60 tahun sebesar 51,8% pada tahun 2000, 52,5% pada tahun 2005, dan 54,3% pada tahun 2010. Sedangkan usia penduduk 15-24 tahun pada tahun 2000 dan 2005 sebesar 13,5%, dan pada tahun 2010 sebesar 13,3%. Data juga menunjukkan persentasi penduduk perempuan berusia 15-49 tahun pada tahun 2000 sebesar 51,4%, pada tahun 2005 sebesar 50,1%, dan pada tahun 2010 yaitu 48,2% Informasi yang juga terdapat di data yaitu tentanng perubahan populasi per tahun di Kanada. Perubahan populasi dari tahun 2000 hingga 2005 mencapai 324.000 dan dari tahun 2005 hingga 2010 mengalami penurunan menjadi 317.000. Angka nataalitas di Kanada pada tahun 2000 hingga 2005 sebesar 334.000 dan pada tahun 2005 hingga 2010 mencapai 352.000. sedangkan angka mortalitas pada tahun 2000 hingga 2005 yaitu 227.000 dan pada tahun 2005 hingga 2010 yaitu 245.000. Pertumbuhan penduduk di Kanada mengalami penurunan dari tahun 2000 hingga tahun 2010. Pada tahun 2000 hingga 2005 pertumbuhan penduduknya mencapai 1,03%, sedangkan pada tahun 2005 hingga 2010 mengalami penurunan hingga mencapai angka 0,96%. Angka harapan hidup penduduk laki-laki di Kanada mengalami peningkatan, pada tahun 2000 hingga 2005 angka harapan hidup penduduk laki-laki Kanada yaitu 77,3 tahun, sedangkan pada tahun 2005 hingga 2010 mencapai 78,3 tahun. Begitu juga dengan penduduk perempuan di Kanada, pada tahun 2000 hingga 2005 yaitu 82,3 tahun, sedangkan pada tahun 2005 hingga 2010 mencapai 82,9 tahun. 8 II.1.2 Status Kesehatan Kanada merupakan negara maju yang terletak di benua Amerika. Sebagai negara maju, Kanada berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dari berbagai hal bagi masyarakatnya, termasuk kesehatan. Sebelum menjelaskan komitmen Kanada melayani kesehatan penduduknya, dijelaskan tentang kondisi kesehatan penduduknya dari beberapa kelompok berikut. Kondisi Kesehatan Anak di Kanada Anak-anak di Kanada umumnya memiliki kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu mereka contohnya akses ke perawatan kehamilan, dan penggunaan terbatas pada obat-obatan dan alkohol selama kehamilan, dan kondisi kesehatan sekitar kelahiran mereka. Kondisi aktivitas psikologis merupakan suatu hal yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kesehatan. Hal ini menjadi suatu hal yang cukup penting sekali karena ketika pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tinggi akan berdampak jangka panjang terhadap keberlangsungan kesehatan negara di masa depan. Sekitar 85% hingga 90% penduduk berusia di atas 2 tahun pada populasi Kanada telah diimunisasi lengkap terhadap difteri, tetanus pertusis, Hemophilius influenzae tipe b (Hib), polio, gondok, rubella, dan campak. Kondisi tersebut membuat tingkat kesehatan anak di Kanada cukup baik Kondisi Kesehatan Pemuda di Kanada Kesehatan pemuda di Kanada dipengaruhi oleh gaya hidup yang dipilih. Pilihan gaya hidup seperti penggunaan alkohol dan tembakau mempengaruhi kesehatan penduduk muda Kanada. Pada tahun 1994-1995, 55% dari usia 12 tahun ke atas dilaporkan mengkonsumsi minuman beralkohol setidaknya satu minuman per bulan. Sedangkan konsumsi tembakau secara keseluruhan menurun sebesar 27% dari tahun 1970-1990, dan tetap stabil sejak tahun 1990. Kebanyakan perokok pemula merupakan kelompok usia 12 tahun ke atas. Sebanyak 29% Kelompok perempuan usia 15-19-tahun dan 26% kelompok laki-laki berusia 15-19 tahun adalah perokok teratur Kondisi Kesehatan Orang Tua di Kanada Para penduduk usia 65 ke atas sering mengalami keterbatasan aktivitas dan bergantung kepada kelompok produktif. Sekitar 29% dari golongan berusia 65-69 tahun di Kanada mengalami sakit kronis tua. Angka yang lebih tinggi sebesar 35% terdapat pada golongan berusia 75 tahun ke atas. Sumber sakit kronis termasuk sakit kepala migrain, radang sendi, rematik, angina, dan penyakit pembuluh darah. Jatuh dan cedera juga berdampak terhadap kesehatan dari para manula3 Peraturan dan Fasilitas Kesehatan di Kanada 3 http://www.paho.org/english/sha/prflcan.htm 9 Peraturan pemerintah Kanada mengatur tegas masalah kesehatan. Pemerintah berkomitmen untuk memberikan layanan kesehatan yang terbaik bagi penduduk di Kanada tanpa memperhitungkan latar belakang sosial ekonominya. Bagi kelompok yan gberasal dari kelas menengah ke bawah, pemerintah menyediakan kemudahan bagi kelompok mengakses kesehatan. Dengan menggunakan lima isu pokok layanan kesehatan4, pemerintah menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakatnya. Kelima isu pokok yang digunakan yaitu - Badan kesehatan provinsi harus nirlaba - Seluruh kebutuhan medis rakyat berusaha dipenuhi - Seluruh penduduk di provinsi harus terjamin kesehatannya - Jaminan harus tetap diberikan jika penduduk berpindah tempat atau sedang melakukan perjalanan - Tidak ada halangan finansial untuk mendapatkan layanan kesehatan Dengan komitmen tersebut, Kanada mencoba untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakatnya. Sebagai salah satu negara maju Kanada terus mencoba menunjukkan keberhasilan negaranya memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya termasuk tentang kesehatan. Selain itu untuk fasilitas-fasilitas kesehatan, pemerintah Kanada telah memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang sangat baik. Kondisi fasilitas-fasilitas kesehatan di Kanada ini tergabung di dalam sistem kesehatan Kanada (Canada’s Health Care System) dibawah Departemen Kesehatan Kanada. Sistem kesehatan ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kesehatan yang ada di dalam masyarakat. Salah satu inovasi dari sistem kesehatan di Kanada yaitu program yang di namakan sebagai eHealth. eHealth ini merupakan sebuah sistem kesehatan elektronik yang di dalamnya di isikan mengenai data-data terkait dengan kesehatan pasien yang berobat di sebuah institusi kesehatan tertentu di Kanada. Sistem ini terbentuk berjaringan antar institusi kesehatan, sehingga setiap institusi kesehatan baik itu rumah sakit maupun institusi lainnya mampu mengakses data-data kesehatan terkait dengan kondisi seorang pasien. Siste berjaringan ini tentunya sangat memudahkan pemerintah, maupun masyarakat itu sendiri dalam melihat perkembangan kondisi kesehatan. Sistem teknologi elektronik yang berkembang di Kanada ini pun dapat melihat kadar tingkat nutrisi dan komposisi makanan serta obat yang baik atau cukup untuk kesehatan seseorang. Setiap makanan serta obat ini di masukan kedalam beberapa kelompok berdasarkan tingkat nutrisi dan komposisi yang terbentuk. Makanan serta obat yang tidak memenuhi atau melebihi standar yang di 4 http://www.dpr.go.id/complorgans/commission/commission9/visit/K9_kunjungan_LAPORAN_KUNJUNGAN_KERJA_ LUAR_NEGERI_KOMISI_IX_DPR_RI_KE_KANADA_.pdf 10 tetapkan, dapat terus beredar di masyarakat, karena pada hakekatnya masyarakat lain yang nanti menentukan makanan serta obat yang akan mereka pergunakan. II.2 Indonesia II.2.1 Kondisi Demografi Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Menurut Population Division of the Department of Economic and Social Affairs of the United Nations Secretariat, World Population Prospects: The 2008 Revision, populasi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga tahun 2010. Pada tahun 2000 jumlah populasi di Indonesia sebesar 205.280.000. Pada tahun 2005 bertambah hingga mencapai angka 219.210.000. Jumlah populasi di Indonesia terus meningkat hingga tahun 2010 yang mencapai 232.517.000. Dari jumlah tersebut diketahui sebaran berdasarkan jenis kelamin yaitu penduduk laki-laki sebanyak 102.675.000 pada tahun 2000, 109.513.000 pada tahun 2005, dan 116.062.000 pada tahun 2010. Sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 102.605.000 pada tahun 2000, 109.697.000 pada tahun 2005, dan 116.455.000 pada tahun 2010. Selain sebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin, dijelaskan juga persentasi penduduk berdasarkan usia. Penduduk berusia 0-14 tahun pada tahun 2000 sebesar 30,3%, pada tahun 2005 sebesar 28,4%, dan pada tahun 2010 sebesar 26,6%. Sementara penduduk berusia di atas 60 tahun sebesar 13,1% pada tahun 2000, pada tahun 2005 sebesar 14,4%, dan pada tahun 2010 sebesar 15,8%. Sedangkan penduduk berusia 15-24 tahun pada tahun 2000 sebesar 20,1%, tahun 2005 sebesar 19,0%, dan pada tahun 2010 sebesar 17,6%. Data juga menunjukkan persentasi penduduk perempuan berusia 15-49 tahun pada tahun 2000 sebesar 54,6%, pada tahun 2005 sebesar 19,0%, dan pada tahun 2010 yaitu 17,6%. Selain informasi di atas, terdapat juga data tentang perubahan populasi per tahun di Indonesia. Perubahan populasi dari tahun 2000 hingga 2005 mencapai 2.786.000 dan dari tahun 2005 hingga 2010 mengalami penurunan menjadi 2.661.000. Angka kelahiran di Indonesia pada tahun 2000 hingga 2005 sebesar 4.395.000 dan pada tahun 2005 hingga 2010 mengalami penurunan menjadi 4.236.000. Sedangkan angka kematian pada tahun 2000 hingga 2005 yaitu 1.409.000 dan pada tahun 2005 hingga 2010 mengalami peningkatan yaitu 1.429.000. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2000 hingga tahun 2010. Pada tahun 2000 hingga 2005 pertumbuhan penduduknya mencapai 1,31%, sedangkan pada tahun 2005 hingga 2010 mengalami penurunan hingga mencapai angka 1,18%. Angka harapan hidup penduduk laki-laki di Indonesia mengalami peningkatan, pada tahun 2000 hingga 2005 angka harapan hidup penduduk laki-laki Indonesia yaitu 66,7 tahun, sedangkan pada tahun 2005 hingga 2010 mencapai 68,7 tahun. Begitu juga dengan 11 penduduk perempuan di Indonesia, pada tahun 2000 hingga 2005 yaitu 70,5 tahun, sedangkan pada tahun 2005 hingga 2010 mencapai 72,7 tahun. II.2.2 Status Kesehatan Beberapa pihak seperti pemerintah, masyarakat, dan swasta telah melakukan berbagai upaya kesehatan, seperti pelayanan kesehatan dasar (meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan keluarga berencana, pelayanan imunisasi), pelayanan kesehatan rujukan (meliputi pelayanan kesehatan di rumah sakit, pelayanan jaminan kesehatan masyarakat), pencegahan dan pemberantasan penyakit (meliputi pengendalian penyakit polio, penyakit TB-Paru, penyakit ISPA, penyakit HIV/AIDS dan PMS, penyakit DBD, penyakit malaria, penyakit kusta, penyakit filariasis, penyakit Avian Influenza), perbaikan gizi masyarakat (meliputi pemberian kapsul vitamin A, pemberian tablet besi), dan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.5 Pelayanan kesehatan tersebut tentunya ditujukan kepada orang sakit. Selain upaya kesehatan, di Indonesia juga terdapat beberapa macam sarana kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi sediaan dan farmasi alat kesehatan, dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.6 Menurut data dari Departemen Kesehatan, jumlah Puskesmas di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2008 adalah sebanyak 8.548 unit dan jumlah rumah sakit sebanyak 1.372 unit terdiri dari Rumah Sakit Umum (RSU) 1.080 unit dan Rumah Sakit Khusus (RSK) 292 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh Depatemen Kesehatan, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, TNI/Polri, departemen lain/BUMN, dan sektor swasta. Sedangkan UKBM terdiri dari Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Poskesdes (Pos Kesehatan Desa), dan POD (Pos Obat Desa) dan institusi yang mengelola pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes) adalah institusi pendidikan tenaga kesehatan terdiri dari institusi politeknik kesehatan (Politektes) dan institusi Diknakes Non Poltektes. Sarana kesehatan yang terakhir yaitu sarana produksi dan distribusi sediaan dan farmasi alat kesehatan, yang fungsinya adalah untuk melihat kemampuan ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi masyarakat. Walaupun ada berbagai macam upaya dan sarana kesehatan, namun tetap saja di Indonesia terdapat masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering diperbincangkan adalah gizi buruk. Berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2008, secara umum prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4%, gizi kurang sebesar 13,0%, serta gizi buruk dan kurang sebesar 18,4%. 5 Profil Kesehatan Indonesia 2008, http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202008.pdf, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 19.18 WIB 6 Ibid 12 Walaupun prosentase tersebut terlihat cukup bagus, tapi persebaran kasus gizi buruk tidak merata di setiap provinsi. Artinya, ada beberapa provinsi di Indonesia yang kasus gizinya cukup parah. II.3 Somalia II.3.1 Kondisi Demografi Somalia berada pada ujung benua Afrika yang berbatasan langsung dengan Etiopia. Somalia sering dujuluki sebagai negara tanduk Afrika karena letak negaranya yang berada di ujung tengah benua Afrika dan bentuk fisik negaranya yang menyerupai tanduk yang menonjol. Data PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menunjukkan berbagai fakta perihal demografi kependudukan negara Somalia sebagai berikut:7 jumlah populasi penduduk somalia secara keseluruhan pada tahun 2010 menunjuk pada angka sekitar 9.359 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,27 %. Untuk populasi klasifikasi berdasarkan jenis kelamin sendiri, Somalia memiliki populasi laki-laki sebesar 4.642 juta jiwa, dan perempuan sebesar 4.717 juta jiwa. Sedangkan pada klasifikasi populasi berdasarkan kelompok usia, berdasarkan pada populasi secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa alokasi presentase populasi tertinggi dipengang oleh penduduk kelompok umur 5-14 tahun, yaitu dengan 27,1 % dari seluruh populasi; disusul dengan kelompok umur 15-24 tahun, yaitu dengan 18,6 % dari total seluruh populasi, dan penduduk dengan kelompok umur 0-4 tahun dengan presentase populasi sebesar 17,8 % dari keseluruhan populasi. Sedangkan pada penduduk kelompok umur 60 dan 60 tahun ke atas, presentase populasi hanya sebesar 7,3 % dari keseluruhan populasi. Lebih lanjut, data tersebut menunjukkan bahwa terdapat sekitar 392 ribu kelahiran dan sekitar 141 ribu kematian setiap tahunnya pada penduduk Somalia secara keseluruhan. Angka kelahiran kasar penduduk Somalia menunjukkan angka sebesar 44,2 % pada setiap 1000 populasi, yang berjarak cukup jauh dengan angka kematian kasar yang merujuk pada angka 15,9 % pada tiap 1000 populasi. Harapan hidup pada penduduk Somalia cenderung kecil. Pada keseluruhan secara umum, ratarata tingkat harapan hidup penduduk Somalia adalah 49,6 tahun. Namun apabila tingkat harapan hidup diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, angka harapan hidup bagi perempuan menginjak angka yang lebih tinggi, yaitu sektitar 51,0 tahun, yang dibandingkan dengan angka harapan hidup laki-laki yang hanya sebesar 48,2 tahun. 7 Population Division of The Department of Economic And Social Affairs of The United Nations Secretariat, World Population Prospect: The 2008 Revision, http://esa.un.org/unpp, diakses pada tanggal 23 November 2010 Pukul 02.31 WIB 13 Profil dari penduduk Somalia, yang didapatkan dari Index Mundi,8 menunjukkan bahwa penduduk Somalia yang mampu membaca dan menulis hanya sebesar 37,8%. Penduduk Somalia secara umum terdiri dari etnik Somali, Buntu, dan etnik lain (termasuk Arab), dengan presentase pada Somali sebesar 85% dan pada etnik lain hanya 15% saja. Agama yang mendominasi di Somalia adalah Islam Sunni. Namun begitu, penduduk Somalia masih kental dengan hal-hal mistik yang mereka percayai, seperti penyembahan patung yang dianggap suci, penyimpanan dan pemujaan jimat-jimat yang mereka percayai dapat membawa keberuntungan duniawi bagi mereka.9 Struktur dan karakteristik masyarakat Somalia sendiri cukup unik. Mereka membagi masyarakat ke dalam berbagai kelas sosial dengan indikator berupa kepemilikan hewan ternak seperti domba dan unta, juga seberapa banyak bahan makanan yang mereka miliki, dan seberapa sering mereka mengadakan pesta perjamuan makan.10 Semakin banyak ternak dan bahan makanan yang dimiliki, serta semakin sering mereka mengadakan perjamuan makan, maka kelompok masyarakat tersebut akan dipandang sebagai masyarakat kelas atas. Secara horisontal, penduduk Somalia terbagi dalam banyak klan. Heterogenitas klan ini membuat mereka cenderung individualis dan memperbesar potensi konflik antar klan.11 Potensi konflik ini diperparah dengan konstruksi masyarakat Somalia yang menganggap diri mereka merupakan pejuang, khususnya bagi para laki-laki, sehingga para laki-laki sering berlatih dan membebankan urusan rumah tangga secara penuh kepada pihak perempuan.12 Apabila kita menyinggung keadaan fisik Somalia, maka dapat kita katakana bahwa negara Somalia merupakan negara yang dapat dikategorikan sebagai negara yang kering, dengan hanya memperoleh hujan tidak lebih dari 100 mm per tahun.13 Hal ini menyebabkan penduduk Somalia cenderung hidup berpindah-pindah untuk mencari sumber air. II.3.2 Status Kesehatan Berdasarkan pemaparan yang tertera pada situs resmi United Nations Children's Fund (UNICEF), Somalia, sebuah negara di Benua Afrika yang berbatasan langsung dengan Ethiopia dan Kenya, termasuk dalam kategori negara yang masih mengalami kendala yang besar dalam mewujudkan kehidupan yang sehat. 8 Somalia Demographics Profile 2010, http://www.indexmundi.com/somalia/demographics_profile.html, diakses pada tanggal 29 November 2010, pada pukul 22.54 WIB. 9 Orang Somali di Somalia, http://www.sabda.org/misi/orang_somali_di_somalia, diakses pada tanggal 29 November 2010, pada pukul 22.45 WIB. 10 Ibid. 11 Ibid. 12 Ibid. 13 Somalia Demographics Profile 2010, Op.cit. 14 Hal tersebut terbukti dengan tingginya tingkat mortalitas pada kalangan balita, anak-anak, dan perempuan dewasa. Penyebab kematian tersebut dapat disebabkan oleh adanya keberadaan beberapa penyakit yang "mematikan" seperti tuberculosis, campak, diare yang disebabkan karena dehidrasi, malaria, tetanus, dan terutama penyakit-penyakit yang menyerang sistem reproduksi perempuan, yang kemudian mengakibatkan tingkat mortalitas yang tinggi pada perempuan dewasa14. Dapat dikatakan juga bahwa kondisi alam di Somalia yang cukup "kering", sehingga ketersediaan air bersih tidak maksimal, dan ketersediaan bahan pangan yang minim serta tingkat kesadaran akan kebersihan yang rendah, juga turut mempengaruhi beragamanya jenis-jenis penyakit dan tingginya tingkat mortalitas di Somalia15. Adapun jenis penyakit yang berkembang di Somalia dengan subur setidaknya adalah: hepatitis A dan E, demam berdarah, malaria, schistosomiasis, rabies, dan diare.16 Situs resmi UNICEF juga memaparkan bahwa dibandingkan dengan negara-negara di Benua Afrika lainnya, Somalia memiliki tingkat kewaspadaan yang rendah terhadap penyakit-penyakit "berbahaya", seperti HIV/AIDS. Rendahnya tingkat kewaspadaan tersebut disebabkan karena adanya keterbatasan akses informasi, sehingga penduduk Somalia itu sendiri tidak paham mengenai tindaktindak pencegahan dan risiko dari penyakit-penyakit yang berbahaya seperti HIV/AIDS tersebut17. Jumlah penderita HIV/AIDS di Somalia itu sendiri berdasarkan data pada tahun 2008 yang dimiliki oleh University of California, San Fransisco, adalah 24.000 jiwa dari total penduduk Somalia pada saat itu, yaitu 9,1 juta jiwa18. 14 United Nations Children's Fund, "Somalia: Health Issue", www.unicef.org/somalia/health.html, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.03 WIB 15 Regional Health Systems Observatory - EMRO, "Health Status and Demographics", gis.emro.who.int/HealthSystemObservatory/PDF/Somalia/Health%20status%20and%20demographics.pdf, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.10 WIB 16 Somalia Demographics Profile 2010, Op.cit. 17 United Nations Children's Fund, "Somalia: Communication, Protection, and Participation Impact: HIV/AIDS", http://www.unicef.org/somalia/cpp_135.html, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.15 WIB 18 University of California, San Fransisco, HIV InSite, "HIV/AIDS in Somalia", hivinsite.ucsf.edu/global?page=cr09-so00, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.22 WIB 15 BAB III ANALISA III.1 Hubungan antara Epidemiologi Sosial dengan Kesehatan Di dalam pembahasan mengenai epidemiologi sosial tentunya tidak dapat terlepas pada hal-hal yang terkait dengan pertumbuhan serta perkembangan masyarakat yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnis, dan status sosial ekonomi. Kajian Social Epidemiology juga mencakup studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Untuk menganalisa perilaku kesehatan dalam tiga negara yang memiliki kondisi sosial yang berbeda berdasarkan hasil studi literatur, maka peneliti akan menjelaskannya dengan menggunakan segitiga epidemologi. Segitiga epidemiologi ini tentunya sering dipergunakan oleh para ahli dalam menjelasakan konsep berbagai permasalahan kesehatan termasuk. Hal ini sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Keterkaitan antara agent, host dan environment ini dapat dilihat dari kondisi kesehatan di setiap negara yang memiliki latar belakang berbeda. Pertama yaitu agent, penyakit-penyakit yang muncul di negara-negara ini salah satunya dipengaruhi oleh unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro organisme. Akibat dari penyakit yang berasal dari virus atau bakteri ini biasanya berupa sakit flu, sakit perut akibat bakteri, dan lain-lain. Selain itu, suatu hal yang tidak dapat di kesampingkan bahwa penduduk Kanada memiliki gaya hidup yang tidak baik untuk kesehatan diantaranya seperti merokok, dan minum minuman beralkohol. Pilihan gaya hidup seperti penggunaan alkohol dan tembakau mempengaruhi kesehatan penduduk muda Kanada. Pada tahun 1994-1995, 55% dari usia 12 tahun ke atas dilaporkan mengkonsumsi minuman beralkohol setidaknya satu minuman per bulan. Sedangkan konsumsi tembakau secara keseluruhan menurun sebesar 27% dari tahun 1970-1990, dan tetap stabil sejak tahun 1990. Kebanyakan perokok pemula merupakan kelompok usia 12 tahun ke atas. Sebanyak 29% Kelompok perempuan usia 15-19-tahun dan 26% kelompok laki-laki berusia 15-19 tahun adalah perokok teratur. Selanjutnya hal kedua yaitu Host, berdasarkan hasil temuan data melalui studi literatur ternyata dalam kelas bawah maupun pada kelas atas, informasi yang peneliti dapat bahwa umur yang semakin tua akan semakin rentan terkena penyakit dibandingkan orang yang masih umur muda. Di Kanada para penduduk usia 65 ke atas sering mengalami keterbatasan aktivitas dan bergantung kepada kelompok produktif. Sekitar 29% dari golongan berusia 65-69 tahun di Kanada mengalami sakit kronis. Angka yang lebih tinggi sebesar 35% terdapat pada golongan berusia 75 tahun ke atas. 16 Sumber sakit kronis termasuk sakit kepala migrain, radang sendi, rematik, angina, dan penyakit pembuluh darah. Jatuh dan cedera juga berdampak terhadap kesehatan dari para manula. 19 Selanjutnya ketiga yaitu environment. Di negara maju seperti Kanada penyakit-penyakit yang cukup berkembang di negara ini merupakan penyakit dari virus atau bakteri. Dalam prosesnya hubungan-hubungan ini terjadi saling terkait satu sama lainnya sehingga membentuk sebuah pola hubungan yang mendukung satu sama lainnya. Sebagai sebuah negara yang memiliki tingkat pendapatan perkapita yaitu U$ 45,051.105 Kanada menjadikan kesehatan sebagai salah satu pilar utama di dalam pembangunan. Pendapatan perkapita yang cukup besar ini menjadikan kehidupan masyarakat di negara ini cukup terjamin dari segi pemenuhan makanan mereka. Sehingga, dampaknya juga terkait dengan kesehatan. Dalam hal pemenuhan gizi untuk anak-anak di Kanada umumnya memiliki kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu mereka. Kelas sosial mereka yang cukup tinggi membuat mereka mulai mencegah penyakit tersebar dari awal dengan memberikan imunisasi lengkap terhadap difteri, tetanus pertusis, Hemophilius influenzae tipe b (Hib), polio, gondok, rubella, dan campak. Kondisi lingkungan fisik yang ada di Kanada seperti cuaca yang cukup dingin membuat penyakit-penyakit seperti Hemophilius influenzae tipe b (Hib), polio, gondok, rubella, dan campak sering menerpa masyarakat disana termasuk anakanak. Implikasi dari tingkat pertumbuhan industri yang maju juga berdampak di dalam negara seperti Kanada. Pabrik-pabrik serta banyaknya kendaraan bermotor menyebabkan polusi udara yang tidak dapat terelakan, sehingga banyak individu yang mengalami penyakit atau kesehatannya terganggu karena udara di sekitar rumah menjadi kotor. Pandangan bahwa kesehatan sebagai pilar kehidupan ini diikuti dengan pembangunan fasilitasfasilitas kesehatan yang sangat menunjang bagi kesehatan masyarakat. Fasilitas-fasilitas yang cukup inovatif yaitu penggunaan sistem teknologi elektronik untuk melihat kadar nutrisi dan komposisi makanan yang beredar di masyarakat. Sehingga hal ini dapat dilihat hasil nya bahwa angka harapan hidup penduduk laki-laki di Kanada mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2000 hingga 2005 angka harapan hidup penduduk laki-laki Kanada yaitu 77,3 tahun, sedangkan pada tahun 2005 hingga 2010 mencapai 78,3 tahun. Begitu juga dengan penduduk perempuan di Kanada, pada tahun 2000 hingga 2005 yaitu 82,3 tahun, sedangkan pada tahun 2005 hingga 2010 mencapai 82,9 tahun. Di Indonesia, juga terdapat hubungan antara epidemiologi sosial dengan kesehatan. Variabelvariabel sosial di dalam epidemiologi sosial terkait dengan kesehatan di Indonesia. Misalnya saja umur. Ada penjabaran mengenai hubungan yang terjadi antara harapan hidup dan umur. Pada tahun 2000-2005, besar angka harapan hidup adalah 68,6 tahun. Sedangkan angka harapan hidup pada tahun 19 http://www.paho.org/english/sha/prflcan.htm 17 2005-2010 adalah 70,7 tahun. Hal ini bisa terjadi karena ada peningkatan jumlah upaya dan fasilitas di bidang kesehatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.20 Sama halnya dengan umur, jenis kelamin juga berhubungan dengan kesehatan. Bahwa angka harapan hidup perempuan lebih besar daripada laki-laki. Angka harapan hidup perempuan pada tahun 2005-2010 sebesar 72,7 tahun, sedangkan angka harapan hidup laki-laki hanya sebesar 68,7 tahun. Angka harapan hidup laki-laki lebih rendah daripada perempuan karena dalam keluarga, laki-laki merupakan tulang punggung keluarga sehingga dituntut untuk bekerja lebih keras ketimbang perempuan. Untuk etnisitas juga sama. Dari data Umur Harapan Hidup (UHH) dari Departemen Kesehatan, terlihat bahwa Provinsi DI Yogyakarta memiliki UHH paling tinggi, disusul dengan DKI Jakarta dan Sulawesi Utara. Sedangkan NTB menempati UHH terendah. Dari data tersebut, secara tidak langsung kita bisa menarik kesimpulan bahwa bahwa etnis Jawa (etnis mayoritas yang tinggal di DI Yogyakarta) memiliki UHH tertinggi. Sedangkan etnis lokal NTB memiliki UHH terendah. Maka secara tidak langsung, etnisitas memiliki hubungan dengan harapan hidup. Untuk status sosial ekonomi tidak jauh berbeda. Bahwa orang yang memiliki penghasilan rendah sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.21 Hal tersebut berbeda dengan orang yang berpenghasilan tinggi. Mereka memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, bahkan mewah. Kita juga bisa menjelaskan keterkaitan antara host, agent, dan environtment. Bahwa penduduk Indonesia dari segalam macam usia, jenis kelamin, dan etnis dapat terganggu kesehatannya karena melakukan gaya hidup tertentu dan tinggal di lingkungan yang kurang baik. Seperti yang telah dijelaskan, sebagian penduduk Indonesia melakukan gaya hidup yang negatif seperti merokok, minum minuman beralkohol, dan kurang makan buah dan sayur. Penduduk Indonesia juga terganggu kesehatannya dan bahkan terserang penyakit karena tinggal di lingkungan yang tidak baik, seperti lingkungan yang terdapat vektor penyakit dan pencemaran air. Pencemaran air mengakibatkan air yang biasa mereka konsumsi (untuk minum dan mandi) menjadi tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Jam kerja yang lamanya melebihi standar dan penghasilan di bawah UMR juga berdampak pada kondisi kesehatan mereka. Tingkat kesehatan yang rendah di Somalia menyebabkan mudahnya wabah penyakit epidemic mewabah disana. Malaria merupakan salah satu penyakit yang mewabah di banyak daerah di Somalia. Selain itu ada juga wabah kolera di Mogadishu dan Kismayo di selatan22. Data dari WHO menyebutkan jumlah staf medis yang beroperasi di Somalia hanya berjumlah 1.270 orang di seluruh 20 http://www.bengkuluekspress.com/ver3/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=26&artid=14169, diakses pada tanggal 30 November 2010 pada pkul 22.39 WIB 21 Holid Jazuli, Ketidakadilan Pelayanan Kesehatan, http://sehatkita.blog.com/2009/02/15/ketidakadilan-pelayanankesehatan/, diakses pada tanggal 30 November 2010 pada pukul 22.40 WIB 22 http://travel.state.gov/travel/cis_pa_tw/cis/cis_1023.html#medical diakses pada tanggal 29 November 2010 pukul 10.43 PM 18 negeri ini dan termasuk 250 dokter. Jumlah staf medis itu tidak cukup untuk mengatasi masalah kesehatan di negara ini. WHO juga mengatakan orang-orang baru-baru ini terluka dalam pertempuran dalam negeri terbaru di Mogadishu tidak mendapatkan perawatan medis yang diperlukan23. Pandangan dari sosiologi epidemi ini melihat penyakit dari agen-agen penyebaran penyakit di konteks sosial yang besar, menimbulkan efek yang berbeda tergantung pada karakteristik aktor, dicakupan sosiokultural yang lebih besar dan lingkungan fisiknya. Berdasarkan segitiga epidimiologi penyakit maka berdasarkan status dan demografi kesehatan di Somalia maka kita bisa melihatnya dari tiga aspek, yaitu (1) Agent, Keadaan fisik Somalia yang dapat dikategorikan sebagai negara yang kering, dengan hanya memperoleh hujan tidak lebih dari 100 mm per tahun.24 Menyebabkan beberapa penduduknya terpaksa meminum air yang telah ditampung dan dikotori oleh beberapa bakteri-bakteri penyakit endemik seperti diare atau malaria. Kebiasaan hidup para laki-laki di Somalia yang ingin selalu berperang menyebabkan angka kematian karena perang saudara sangat tinggi disana, yang terluka juga tidak dapat disembuhkan karena sangat kurangnya infrastruktur kesehatan di Somalia meskipun bantuan internasional terus membantu. Kurangnya infrastruktur kesehatan di Somalia membuat para wanitanya mengalami kesulitan dalam melahirkan yang ditunjukan dengan data tingkat kematiaan di saat melahirkan yang cukup tinggi, selain itu penyakit di organ reproduktif juga kerap diderita wanita di Somalia. Selebihnya banyaknya genangan air atau tempat penampungan air yang kotor di kota-kota seperti Mogadishu dan kota-kota lainnya di Somalia turut menjadi penyebab penyakit seperti malaria dan kolera. (2) Host, Tingkat harapan hidup yang rendah baik perempuan maupun laki-laki merupakan salah satu contoh bagaimana umur merupakan salah satu komponen penting dalam melihat epidemiologi penyakit. Di Somalia sendiri harapan hidup masyarakat disana rata-rata hanya kurang dari 50 tahun atau termasuk kedalam kategori merah jika dilihat pada peta penyebaran tingkat harapan hidup yang dikeluarkan oleh WHO (dapat dilihat pada gambar), rendahnya tingkat harapan hidup di Somalia berbanding lurus dengan data yang menyebutkan bahwa hanya 7,3 % dari total populasi di Somalia berumur diatas 60 tahun. Kebiasaan perang antar etnis (klan)di Somalia menyebabkan jumlah kematian yang cukup besar dari total populasi, sementara yang luka akibat perang menjadi tidak dapat disembuhkan karena infrastruktur yang tidak memadai. 23 24 http://www.banadir24.com/news/4455/who-deplores-poor-health-conditions-in-somalia.html Somalia Demographics Profile 2010, Op.cit. 19 Gambar 1 Peta Penyebaran Angka Harapan Hidup (3) Environment ; kehidupan lingkungan fisik di Somalia yang tandus meskipun berada pada area tropis menyebabkan masyarakat Somalia lebih memilih berjalan 20 km untuk mencari air bersih untuk kebutuhan hidup dan yang lainya lebih memilih untuk menjual apapun yang dimiliki untuk membeli air. Bahkan menurut laporan dari organisasi World Water Day hanya 29% dari total populasi di Somalia yang memiliki akses untuk air bersih25. Kesulitan mencari air bersih menyebabkan banyaknya penyakit yang muncul karena kekurangan air bersih disana, seperti diare, kolera dan lainlain. Gambar 2 Kondisi Masyarakat Somalia Secara segitiga penyebaran penyakit epidemiologi di Somalia berpusat pada satu isu yang menguat yaitu perang saudara antar klan di sana yang tiada henti terus bergantian menyerang satu sama lain, hal ini merupakan gaya hidup yang ditemukan disana, berperang bagaikan sebuah aktifitas sehari-hari klan-klan yang ada di Somalia. Sehingga tidak ada waktu bagi pemerintah yang baru untuk memperhatikan isu kesehatan sementara pada politiknya pemerintah Somalia terus dikudeta berulangulang oleh para pemimpin klan-klan disana. 25 Tentu saja masalah kesehatan yang menderita http://www.nowpublic.com/world/food-and-water-shortage-ravage-somalia-400-000-lives-stake diakses pada 30 November 2010 puku 9.59 PM 20 masyarakat Somalia bukan melulu hanya bisa dinilai lewat keberadaan konsep epidemiologi kesehatan karena ketidakstabilan politik karena budaya pejuang mereka ternyata telah merebut kesempatan sebagian besar masyarakat Somalia untuk merasakan air bersih melewati tenggorokan mereka. III.2 Gambaran Penyakit HIV dan AIDS di Tiga Negara (Kanada, Indonesia, dan Somalia) Perkembangan penyakit HIV dan AIDS ini merupakan salah satu penyakit endemik yang berkembang saat ini. Gaya hidup bebas yang sering dilakukan para individu di dalam masyarakat menjadi sebuah ‘senjata’ yang cukup mematikan terkait dengan kondisi kesehatan setiap individu. Di Kanada kasus penyebaran HIV AIDS cukup besar perkembangannya. Menurut sumber yang menyediakan informasi sebaran HIV dan AIDS di Kanada pada tahun 2007, sebaran HIV dan AIDS dibagi menjadi sebaran berdasarkan jenis kelamin, ras/etnisitas, serta usia. Sebaran berdasarkan usia dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penderita HIV terbanyak merupakan penduduk laki-laki berusia 35-39 tahun sebesar 4159 orang. Sedangkan penderita AIDS berasal dari kelompok yang sama, kelompok laki-laki berusia 35-39 tahun sebesar 19.260 orang. Penyebab dari penyebaran HIV dan AIDS di kalangan penduduk di Kanada diperkirakan karena penggunaan narkotika dan seks menyimpang. Kondisi ini juga terjadi karena terkait dengan gaya hidup khususnya remaja yang sangat erat akan penyakit ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa laki-laki usia 35-39 tahun merupakan kelompok yang lebih banyak mengkonsumsi narkotika dan melakukan tindakan sex menyimpang jika dibandingkan dengan perempuan. Selain dari usia dan jenis kelamin, penyebaran HIV dan AIDS didasarkan pada ras. Sumber menunjukkan rasa tau kelompok etnis yang rentan HIV dan AIDS adalah kelompok kulit putih. Data menunjukkan pada tahun 2007 kelompok kulit putih sebagai penderita HIV dan AIDS terbanyak yaitu sebesar 71 orang. Sedangkan di Indonesia, jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 93 ribu sampai 130 ribu orang.26 Angka itu diperoleh berdasarkan perkiraan pengaduan penderita terinfeksi HIV/AIDS ke sejumlah rumah sakit, yang berjumlah tidak lebih dari sepersepuluh korban terinfeksi keseluruhan. Data lain juga menyebutkan bahwa umlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia sejak 1980-an hingga September 2009 yang terdata oleh Departemen Kesehatan mencapai 18.442 penderita, dengan perbandingan jumlah penderita laki-laki dan perempuan sebesar tiga berbanding satu.27 Hampir 50% dari penyebaran virus HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual dan melalui jarum 26 Zumrotul Muslimin, Penderita HIV/AIDS Tahun 2010 Capai 130.000 Orang, http://www.antaranews.com/berita/1258288316/penderita-hiv-aids-tahun-2010-capai-130000-orang, diakses pada tanggal 27 November, pada pukul 09.10 WIB 27 Ibid 21 suntik (pada pengguna narkoba) mencapai 40,7%. Angka tersebut berdasarkan riset terhadap jumlah total penderita. Sementara itu, penyebaran virus HIV/AIDS pada gay, waria dan transgender hanya mencapai 3-4% dari jumlah total penderita. Rentan usia tertinggi penderita HIV/AIDS hingga saat ini masih tetap berada pada usia produktif yaitu 20-39 tahun. Penyakit HIV/AIDS ada di semua provinsi di Indonesia, kecuali Provinsi Sulawesi Barat. Sampai sejauh ini, belum ditemukan kasus HIV/AIDS di provinsi tersebut. Sedangkan provinsi dengan kasus HIV/AIDS terbanyak adalah Provinsi Jawa Barat. Kondisi ini terjadi karena terkait dengan gaya hidup khususnya remaja yang sangat erat akan penyakit ini. Untuk di Somalia, Situs resmi UNICEF memaparkan bahwa dibandingkan dengan negaranegara di Benua Afrika lainnya, Somalia memiliki tingkat kewaspadaan yang rendah terhadap penyakit-penyakit "berbahaya", seperti HIV/AIDS. Rendahnya tingkat kewaspadaan tersebut disebabkan karena adanya keterbatasan akses informasi, sehingga penduduk Somalia itu sendiri tidak paham mengenai tindak-tindak pencegahan dan risiko dari penyakit-penyakit yang berbahaya seperti HIV/AIDS tersebut28. Sehingga mereka melakukan perilaku-perilaku yang dapat menyebarkan penyakit ini kepada orang lain. Jumlah penderita HIV/AIDS di Somalia itu sendiri berdasarkan data pada tahun 2008 yang dimiliki oleh University of California, San Fransisco, adalah 24.000 jiwa dari total penduduk Somalia pada saat itu, yaitu 9,1 juta jiwa29. 28 United Nations Children's Fund, "Somalia: Communication, Protection, and Participation Impact: HIV/AIDS", http://www.unicef.org/somalia/cpp_135.html, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.15 WIB 29 University of California, San Fransisco, HIV InSite, "HIV/AIDS in Somalia", hivinsite.ucsf.edu/global?page=cr09-so00, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.22 WIB 22 BAB IV PENUTUP IV. 1 Kesimpulan Terdapat tiga hal yang menjadi titik kajian utama epidemiologi sosial yaitu dari Agent, Host, dan environment. Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya. Penelitian kami juga menemukan bahwa terdapat perbedaan yang terlihat dari kelas sosial, gaya hidup, jenis kelamin serta usia. Kelas sosial yang berbeda seperti dari kaya yang miskin kemudian mempengaruhi fasilitas yang didapatkan, sehingga memengaruhi gaya hidup mereka. Dari kajian studi literatur yang di peroleh bahwa setiap negara yaitu Kanada, Indonesia, dan Somalia memiliki tingkat kesehatan yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini terbentuk karena latar belakang yang di miliki oleh ketiga negara ini mempunyai perbedaan cukup signifikan. Dalam penelitian ini di hasilkan bahwa Kanada sebagai negara maju, memiliki tingkat kesehatan masyarakat yang lebih tinggi di bandingkan dengan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, dan Somalia sebagai salah satu negara miskin. Selain itu untuk jenis penyakit HIV dan AIDS perkembangannya di tiga negara telah mencapai tingkat yang cukup memprihatinkan karena dari tahun ke tahun di setiap negara baik itu Kanada, Indonesia, maupun Somalia angka perkembangan penyakit ini semakin bertambah. Di dalam satu kasus ini memang kondisi sosial dari ketiga negara yang sama yaitu mengenai gaya hidup menjadi poin penting di dalam melihat perkembangan penyakit HIV dan AIDS. IV.2 Saran Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran terkait dengan penyelenggaraan sistem kesehatan diantaranya yaitu perlu adanya kerjasama yang saling berkelanjutan diantara pemerintah, masyarakat, dan swasta di dalam pembentukan sistem kesehatan yang baik bagi masyarakat. Lalu pembuatan perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang terkait dengan pembentukan sistem kesehatan yang baik bagi masyarakat. 23 DAFTAR PUSTAKA Buku Heru subari,dkk,2004.Manajemen epidemiologi, Yogyakarta : Media presindo. Nur nasry noor,2000.Dasar epidemiologi, Jakarta : Rineka cipta. Sarwono, Solita. 1997. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sunarto, Kamanto. 2009. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Internet http://www.paho.org/english/sha/prflcan.htm http://www.dpr.go.id/complorgans/commission/commission9/visit/K9_kunjungan_LAPORA N_KUNJUNGAN_KERJA_LUAR_NEGERI_KOMISI_IX_DPR_RI_KE_KANADA_ .pdf Profil Kesehatan Indonesia 2008, http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202008.p df, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 19.18 WIB Population Division of The Department of Economic And Social Affairs of The United Nations Secretariat, World Population Prospect: The 2008 Revision, http://esa.un.org/unpp, diakses pada tanggal 23 November 2010 Pukul 02.31 WIB Somalia Demographics Profile 2010, http://www.indexmundi.com/somalia/demographics_profile.html, diakses pada tanggal 29 November 2010, pada pukul 22.54 WIB. Orang Somali di Somalia, http://www.sabda.org/misi/orang_somali_di_somalia, diakses pada tanggal 29 November 2010, pada pukul 22.45 WIB. United Nations Children's Fund, "Somalia: Health Issue", www.unicef.org/somalia/health.html, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.03 WIB Regional Health Systems Observatory - EMRO, "Health Status and Demographics", gis.emro.who.int/HealthSystemObservatory/PDF/Somalia/Health%20status%20and%2 0demographics.pdf, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.10 WIB United Nations Children's Fund, "Somalia: Communication, Protection, and Participation Impact: HIV/AIDS", http://www.unicef.org/somalia/cpp_135.html, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.15 WIB University of California, San Fransisco, HIV InSite, "HIV/AIDS in Somalia", hivinsite.ucsf.edu/global?page=cr09-so-00, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.22 WIB http://www.paho.org/english/sha/prflcan.htm http://www.bengkuluekspress.com/ver3/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=26& artid=14169, diakses pada tanggal 30 November 2010 pada pkul 22.39 WIB Holid Jazuli, Ketidakadilan Pelayanan Kesehatan, http://sehatkita.blog.com/2009/02/15/ketidakadilan-pelayanan-kesehatan/, diakses pada tanggal 30 November 2010 pada pukul 22.40 WIB http://travel.state.gov/travel/cis_pa_tw/cis/cis_1023.html#medical diakses pada tanggal 29 November 2010 pukul 10.43 PM http://www.banadir24.com/news/4455/who-deplores-poor-health-conditions-in-somalia.html 24 http://www.nowpublic.com/world/food-and-water-shortage-ravage-somalia-400-000-livesstake diakses pada 30 November 2010 puku 9.59 PM Zumrotul Muslimin, Penderita HIV/AIDS Tahun 2010 Capai 130.000 Orang, http://www.antaranews.com/berita/1258288316/penderita-hiv-aids-tahun-2010-capai130000-orang, diakses pada tanggal 27 November, pada pukul 09.10 WIB United Nations Children's Fund, "Somalia: Communication, Protection, and Participation Impact: HIV/AIDS", http://www.unicef.org/somalia/cpp_135.html, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.15 WIB University of California, San Fransisco, HIV InSite, "HIV/AIDS in Somalia", hivinsite.ucsf.edu/global?page=cr09-so-00, diakses pada tanggal 28 November 2010, pada pukul 20.22 WIB 25