A.16 MENGAPA ANAK MENJADI “PEMBANGKANG”? Mahasri Shobahiya Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected]/[email protected] Abstraksi. Orang tua tidak boleh terlalu mudah menyalahkan anak atau mengklaim anak “nakal”. Ada yang perlu dicermati, mengapa anak membangkang? Jangan-jangan, karena orang tua sendirilah yang menghantarkan anak menjadi suka membangkang. Saat anak menemukan ada yang berbeda antara apa yang dipesankan, apa yang diungkapkan orang tua dengan apa yang dilakukan oleh orang tua mereka, akan membuat anak menjadi galau. Saat anak menemukan ada yang berbeda antara yang dipesankan oleh guru mereka dengan apa yang dilakukan oleh orang tua mereka, di benak dan hati mereka akan kacau. Kegalauan dan kekacauan hati tersebut bisa membuat mereka enggan juga melakukan apa yang diharapkan orang tua untuk melakukan.Oleh karena itu, ketika orang tua melihat ada gejala-gejala anak menunjukkan sikap membangkang, perlu bersegera introspeksi diri, sudahkah “kita menjadi teladan bagi anak kita”. Hakekatnya orang tua memang tidak hanya sekedar memberi contoh atau teladan saja. Jika sekedar memberi contoh, hal itu berarti menjadikan pendidikan yang diberikan oleh orang tua merupakan pendidikan semu.Pendidikan karakter tidak akan pernah berhasil jika dikembangkan dengan pendidikan semu. Kemantapan seorang pendidik dalam menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter di antaranya dipengaruhi oleh konsistensi yang melekat pada seorang pendidik tersebut, ada kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Hal itu pulalah yang menghantarkan orang tua sebagai pendidik untuk punya kepekaan sekaligus perhatian terhadap lingkungan yang mengitari putra-putri mereka.Kelengahan orang tua terhadap lingkungan anak sangat mungkin mempengaruhi perubahan yang sangat berarti pada karakter anak. Karakter yang dibangun oleh orang tua sejak anak-anak mereka batita, bahkan sejak anak masih dalam kandungan bisa disapu habis oleh lingkungan yang membawa nilai-nilai yang berseberangan dengan yang ditanamkan orang tua.Oleh karena itu, keteladanan dan perhatian orang tua menjadi sangat penting untuk menjadikan anak berkarakter bukan sebagai “pembangkang”. Kata kunci : orang tua, keteladanan, perhatian, pendidikan karakter. Tidak sedikit orang tua yang sedih langsung pulang ke rumah dulu”; keluar melihat perubahan pada diri anaknya. Anak jawaban dan alasan dengan nada marah dan yang semula penurut, menunjukkan karakter kesal: “mampir ke rumah teman, ada yang baik; tiba-tiba menjadi pembangkang, keperluan!”, “mampir ke warnet (warung menunjukkan perubahan sikap dan perilaku internet), nyari bahan untuk nyelesaikan yang di luar kebiasaan. Biasanya sepulang tugas, internet di rumah lemot…”, “mampir sekolah, anak langsung pulang ke rumah, ke mall untuk beli coklat….”, dan alasan tiba-tiba sering tidak langsung pulang ke lainnya. rumah. Saat ditanya “mengapa tidak 187 188 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 Anak yang biasanya setiap kali mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, terdengar suara adzan bersegera ambil air dan berdampak baik terhadap lingkungan) wudhu, kemudian berangkat ke masjid terpatri dalam diri dan terejawantahkan untuk shalat berjama’ah, tiba-tiba punya dalam perilaku (Fasli Jalal dalam Fadlillah banyak ketidak- dan Khorida, 2013: 21). Makna tersebut berangkatannya ke masjid, baik alasan selaras dengan makna akhlaq sebagaimana “capek, kesel, gak denger adzan, males”, dikemukakan oleh Imam Ghazali (dalam maupun alasan lainnya. Ketika diingatkan, Ilyas, 2007: 1-2), bahwa akhlaq adalah sifat jawaban yang alasan karena dengan nada tinggi yang dilontarkan. tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan Dalam pandangan psikologis, gampang dan mudah, tanpa memerlukan memang terdapat periode tertentu di mana pemikiran anak demikian, karakter dalam Islam lazim punya kecenderungan suka dan pertimbangan. membangkang, yaitu ketika usia 4-5 tahun, disebut dengan akhlaq. yaitu saat egonya sudah mulai berkembang, Karakter yang Dengan baik perlu di mana anak-anak muncul keinginannya diinternalisasikan pada anak-anak melalui untuk untuk pendidikan. Pendidikan karakter menurut menguasai dan mengendalikan lingkungan, Musfiroh (2008: 28) adalah suatu sistem bukan penanaman nilai-nilai karakter kepada anak. mencoba-coba sebaliknya, otoritasnya lingkungan yang mengendalikan dirinya. Proses Namun demikian, tentu hal itu sudah tidak terjadi berkembang lagi saat anak semakin remaja. Oleh karena itu, perubahan-perubahan sikap pada anak penanaman komponen nilai pengetahuan itu dan meliputi kesadaran melaksanakan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter harus membentuk anak remaja di atas bisa jadi karena sikap dan mempunyai perilaku yang selama ini melekat dalam diri hubungannya dengan Tuhan, manusia dan anak belum lingkungan. Sedangkan menurut Koesoema sehingga menjadi sebuah karakter, memungkinkan untuk sifat tertinggi, yaitu mudah (2010: 193) bahwa pendidikan karakter berubah. Jika sudah melekat menjadi sebuah merupakan proses penanaman nilai-nilai karakter dalam diri anak, maka akan sulit karakter, berupa pemahaman, tata cara untuk bisa berubah, meski tetap bisa merawat berubah. Karakter sering dimaknai sebagai tersebut dalam diri seseorang. Menurutnya, watak, tabiat, temperamen, ataupun bawaan. proses penanaman nilai-nilai pendidikan Makna karakter yang lebih luas adalah nilai- karakter bukan sekedar menanamkan nilai nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, pada individu-individu, dan menghidupkan nilai-nilai melainkan juga Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 189 Shobahiya, M. [hal.187-197] jalinan antar individu, keluarga, bangsa dan dan dapat dipercaya. Orang tua harus negara. mampu memberikan contoh dan menjadi Adapun nilai-nilai perlu contoh pada anak untuk mampu berlaku dikembangkan dalam pendidikan karakter jujur. Kebiasaan jujur harus menjadi fokus adalah (1) Mencintai Tuhan (Religiusitas), utama dalam pendidikan karakter (Soedarso, orang tua harus mengarahkan anak untuk 2007); (6) Kasih sayang dan kepedulian menjadi manusia yang bertakwa kepada (care), anak harus dilatih kasih sayang dan Tuhan mampu peduli kepada sesama. Pelatihan itu dapat melaksanakan perintah-Nya dan mampu berupa belajar melakukan empati kepada pula menjauhi segala larangan-Nya (Indarti, orang lain dengan rasa kepedulian yang 2008: 127); (2) Sopan (polite), mampu tinggi (Indarti, 2008); (7) Kerja sama dan berperilaku sopan adalah dambaan setiap percaya diri, sifat kebersamaan dan gotong insan. Karakter sopan harus dilatihkan royong harus ditumbuhkan dalam diri anak. dan dicontohkan bagaimana Dengan kerja sama, aspek sosial akan cara berperilaku sopan kepada orang lain, terbangun, sedangkan kepercayaan diri akan terutama kepada mereka yang lebih tua. terbentuk (Indarti, 2008), (8) Kerja keras Perilaku sopan adalah perilaku yang sesuai (hard work) dan pantang menyerah, yaitu dengan yang berlaku, mengerjakan kegiatan dengan mengerahkan sehingga orang lain merasa dihargai dan segala kemampuan yang dimiliki dengan disayangi (Sunarti, 2008); (3) Tanggung tanpa jawab (Responsible), orang tua harus bekerja keras pasti mampu mewujudkan mengajak anak untuk menjadi manusia yang impiannya bertanggung jawab. Rasa tanggung jawab 2008); (9) Cinta damai (peacefull), yaitu ini harus ada dalam diri anak (Soedarso, sifat 2007); (4) Disiplin (dicipline), yaitu tepat perselisihan. Anak harus cinta damai, cinta waktu dan tepat perilaku dalam berbagai mencintai situasi dan kondisi, serta kesediaan mentaati bersaudara dan tidak selayaknya saling aturan telah bertengkar (Zuhriyah, 2007); (10) Mandiri ditetapkan. Orang tua harus menanamkan (independent), anak yang terbiasa mandiri disiplin anak. mempunyai peluang berhasil hidupnya dari Kedisiplinan harus dimulai sejak usia dini, pada anak yang kurang mandiri. Mandiri bahkan tidak hanya mampu berdiri di atas kakinya Yang kepada anak Maha nilai-nilai atau yang Esa, etika kesepakatan yang sebelum tinggi anak yang kepada masuk sekolah pantang menyerah. menjadi menghindari antar Orang yang kenyataan pertikaian sesama anak, (Indarti, atau semua (Sunarti, 2008); (5) Kejujuran (honest), sendiri, tetapi juga mampu membawa yaitu menyampaikan sesuatu sesuai dengan dirinya untuk tidak bergantung penuh kenyataan, dilakukan dengan tulus, terbuka, kepada orang lain (Zuhriyah, 2007); dan 190 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 (11) Menghargai (respect), anak harus sopan santun kepada keluarga maupun mampu menghargai hasil karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari diulang-ulang yang ada sehingga kebiasaan itu tertanam dalam diri penghargaan yang diberikan olehnya kepada anak (Tafsir, 2007); dan (6) Mengajak orang lain. Menghargai pendapat orang lain (Persuasing), yaitu cara mempengaruhi adalah salah satu contoh dari karakter saling seseorang untuk melakukan sesuatu dengan menghargai sesama (Zuhriyah, 2007). cara lebih membangkitkan perasaan, emosi, dilihatnya. Dengan begitu Metode yang dapat digunakan dalam dorongan, dan cita-cita mereka dari pada pendidikan karakter adalah (1) Keteladanan mengedepankan intelektual dan pikiran (Modelling), adalah contoh perbuatan dan mereka. Metode ini dilaksanakan untuk tindakan yang dilakukan sehari-hari oleh membangkitkan empati anak, seperti anak orang tua kepada anak-anaknya. Hal ini dapat diajak ke lembaga-lembaga sosial didasarkan karena sesungguhnya anak-anak terdekat(Scheafer, 1989). adalah peniru terbesar di dunia (Scheafer, Idealnya, ketika nilai-nilai dasar 1989); (2) Hadiah dan hukuman, hadiah tersebut telah dikenalkan dan ditanamkan adalah diperoleh kepada anak oleh para orang tua ataupun seseorang sebagai akibat dari perilaku guru-guru mereka di sekolah, maka buahnya positif, dan hukuman adalah konsekuensi adalah terlahirnya anak-anak berkarakter negatif yang baik akan bermunculan. penghargaan terhadap yang perilaku yang tidak Namun diinginkan (Pratiwi, 2008); (3) Kisah, yaitu demikian, mengapa tidak sedikit muncul suatu cara dalam menyampaikan materi anak-anak pengajaran secara kecenderungan suka membangkang? Faktor- kronologis tentang bagaimana terjadinya faktor apa yang mendorong dan memicu hal sesuatu hal yang baik, yang sebenarnya tersebut? dengan menuturkan yang berkembang dengan terjadi ataupun rekaan saja (Arif, 2002); (4) Nasehat, dilakukan dengan cara orang Faktor-faktor tuamenanamkan pengaruh yang baik ke Membangkang dalam jiwa dengan cara memberikan Saat anak Pemicu Anak menunjukkan sikap nasehat yang dapat mengetuk hati anak. membangkang, orang tua tidak boleh serta Dengan merta metode ini, pendidik dapat menyalahkan anaknya atau mengarahkan anak kepada kebaikan dan mengatakannya “nakal kamu!”, ”ngeyel kemajuan masyarakat serta umat (Ulwan, kamu!”,atau yang sejenisnya. 2007); (5) Pembiasaan, yaitu membiasakan perlu cara-cara membangkang. bertindak. Pembiasaan anak kepada hal-hal yang baik dalam belajar dicermati, Ada yang mengapa anak Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 191 Shobahiya, M. [hal.187-197] Saat orang tua menyuruh anaknya usianya dan bisa menjadi pijakan untuk untuk segera ke masjid saat terdengar suara pengembangan adzan, dan anak tidak segera bergeming dari kemudian hari. tempatnya karena asyik bermain game pekerjaan mereka di Ketika orang tua menghendaki anak- one/two/three, atau lagi anaknya shalat berjama’ah di masjid, maka asyik bermain dengan teman-temannya, mereka juga harus beranjak dari tempat sangat wajar jika orang tua hanya bersuara kerjanya untuk bersama-sama berangkat ke nyaring memanggil anaknya dan menyuruh masjid, anak berangkat ke masjid sementara tempat meninggalkan duduknya tidak bergeser sedikitpun karena untuk tidak ingin meninggalkan pekerjaan yang pekerjaan nyaris meninggalkan online, atau PS selesai. Diamnya anak, tidak beranjaknya anak dari keasyikan bermain dengan bersama-sama pekerjaan sementara. masing-masing Anak bermainnya pula meninggalkan dan pekerjaan orang yang tua dapat menghasilkan nafkah untuk keluarganya. mereka bisa jadi merupakan bentuk protes Keteladanan orang tua menjadi dari inkonsistensi yang dilakukan oleh orang penting untuk diperhatikan, sebagai metode tua mampu yang jitu untuk menanamkan nilai-nilai mengatakan, akan terucap ”lha mbok bapak kebaikan, termasuk nilai-nilai dasar karakter berangkat yang mereka. ke Jika mesjid mereka sendiri, bisanya baik yang perlu dikembangkan. nyuruh-nyuruh, bapak sendiri gak berangkat Keteladanan adalah menjadi contoh yang ke mesjid”. Itulah barangkali yang terpikir baik, bukan sekedar memberi contoh yang di benak anak. Sebaliknya, orang tuapun baik. Ada perbedaan yang mendasar antara barangkali ada yang berpikir: ”ada hal menjadi contoh dan memberi contoh. Jika penting yang harus diselesaikan dulu, kalau memberi contoh hanya dilakukan sesaat, ditinggal shalat tanggung....” yaitu saat di hadapan anak melakukan Dunia anak memang berbeda dengan sesuatu yang diharapkan diikuti oleh anak, dunia orang tua. Dunia anak adalah bermain, jadi melakukan sesuatu untuk dilihat dan sedangkan dunia orang tua adalah bekerja. diikuti; sedang menjadi contoh adalah Pekerjaan anak adalah bermain dan belajar, kebaikan-kebaikan sedangkan pekerjaan orang tua adalah dilakukan dan menjadi kebiasaan anak-anak bekerja dan belajar. Dengan demikian, yang diawali dengan telah melekatnya bermainnya anak-anak sama pentingnya kebaikan-kebaikan tersebut dalam diri orang dengan bekerjanya orang tua. Oleh karena tua dan telah menjadi bagian dari diri orang itu, orang tua tidak boleh meremehkan tua, keasyikan bermainnya anak-anak, karena menampilkan contoh kebaikan tersebut, hal itu memang menjadi kebutuhan pada namun otomatis tertampil dalam diri orang sehingga orang yang tua diharapkan tidak perlu 192 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 tua. Hal itu sebagaimana pandangan perubahan perilaku. Seorang anak bahkan Scheafer (1989) tentang Modelling; bahwa dewasa modelling adalah contoh perbuatan dan kemampuan untuk menyerap informasi dan tindakan yang dilakukan sehari-hari oleh pengaruh orang tua kepada anak-anaknya. Scheafer kalkulasi, pengaruh yang diserap melalui juga mengatakan bahwa anak-anak adalah mata sebanyak 84%, melalui telinga 11%, peniru terbesar di dunia. sedangkan faktor yang lain 5%. Melalui Pandangan dari psikologis luar memiliki dengan kalkulasi- tentang mata artinya apa yang dilihat dan disaksikan modelling di atas sejalan juga dengan akan dicontoh, melalui telinga berupa pandangan nasihat, taushiyah, saran, pendapat, hanya yang Scheafer secara Fadlillah dan Khorida (2013) menyatakan bahwa metode efektif mengubah perilaku sebanyak 11%. keteladanan adalah metode influitif yang Nasihat paling meyakinkan keberhasilannya dalam keteladanan mempersiapkan dan membentuk moral, membawa garam ke laut untuk mengasinkan spiritual, dan sosial anak. Menurutnya, laut, sebuah pekerjaan lebih banyak sia- pendidikan adalah contoh terbaik dalam sianya dari pada manfaatnya. (Ulwan, 2007) pandangan anak yang akan ditiru dalam Dalam konsep Islam, keteladanan tindak-tanduk dan sopan santunnya terpatri yang baik telah diformulasikan dalam diri dalam jiwa. Muhammad Rasulullah saw sebagaimana Fadlillah dan Khorida juga mengatakan bahwa keteladanan merupakan yang tidak dibarengi sebenarnya sama dengan dengan tergambar dalam Q.S. al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut: unsur paling mutlak untuk melakukan Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (dikutip dari Digital Qur’an ver 3.2). Dengan demikian, ketiadaan menjadi galau. Saat anak menemukan ada keteladanan orang tua akan membawa yang berbeda antara yang dipesankan oleh pengaruh pada kepribadian anak. Saat anak guru mereka dengan apa yang dilakukan menemukan ada yang berbeda antara apa oleh orang tua mereka, di benak dan hati yang dipesankan, apa yang diungkapkan mereka orang tua dengan apa yang dilakukan oleh kekacauan hati tersebut yang kemudian para orang tua mereka, bahkan hal itu sering menjadikan mereka enggan melakukan apa mereka temukan, maka akan membuat anak yang akan kacau. diharapkan Kegalauan orang tua dan untuk Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 193 Shobahiya, M. [hal.187-197] melakukan, sehingga kesan yang ditangkap Tentu saja bagi si ibu hal itu oleh orang tua ”anak mereka menjadi merupakan masalah serius. Ia berdiskusi pembangkang”. dengan suaminya. Mereka sepakat untuk Oleh karena itu, ketika orang tua mengajak sang anak berdialog mengenai melihat ada gejala-gejala anak menunjukkan penyebab munculnya sikap yang tidak sikap diharapkan, baik di rumah maupun di membangkang, perlu bersegera instrospeksi diri, ”sudahkah kita menjadi sekolah. teladan yang baik bagi anak-anak kita”. Hakekatnya orang tua memang Awalnya si anak hanya terdiam. tidak Namun, ibu dan ayahnya terus meyakinkan sekedar memberi contoh saja. Jika sekedar bahwa ayah, ibu, juga gurunya di sekolah memberi contoh, hal itu berarti menjadikan bermaksud membantu. Mereka tidak ingin pendidikan yang diberikan oleh orang tua sang anak bersikap yang menyebabkan merupakan pendidikan semu. Pendidikan orang lain tidak nyaman, karena hal itu semu tidak akan pernah berhasil dalam hanya akan membuat dirinya tidak nyaman melaksanakan pendidikan karakter. juga. Di samping ketiadaan keteladanan orang tua bisa menjadi salah satu faktor pemicu anak menjadi pembangkang, faktor Ketidakmampuan hubungan sosial membangun dengan teman dan lingkungan akan merugikan dirinya sendiri. Si anak dengan tangisan sesal lain yang tidak kalah pentingnya adalah akhirnya berkata: ”Aku berbicara kasar perhatian dan pemilihan lingkungan anak. karena mengikuti teman-teman di sekitar Hal itu antara lain sebagaimana diungkap rumah”. Rumah keluarga itu memang dalam sebuah kisah oleh Widayanti (2012) berada berikut: terbiasa berbicara kasar, sedangkan orang Seorang ibu begitu kaget ketika di lingkungan kampung yang tua mereka juga cenderung membiarkan. dipanggil ke sekolah berkaitan dengan Ibunya berkata: ”Nah, kalau tahu perilaku anaknya yang berusia sepuluh penyebabnya dari anak-anak itu, apa yang tahun. harus dilakukan?” Menurut sang guru, si anak mengalami kemunduran dalam berbicara ”Aku jangan sering main dengan dan bersikap, sehingga cenderung membuat mereka,” ujar si anak. ”Makanya, Bunda kesal temannya. Beberapa hari kemudian, jangan pulang laporan oleh sekolah kita buat kegiatan di dalam rumah, tetangganya bahwa si anak telah mengejek jadi aku tidak main sama anak-anak itu,” anaknya sehingga mereka sempat saling tambahnya. Si anak juga menyarankan pukul. untuk tidak menggunakan pembantu rumah senada juga diberikan malam, supaya pulang tangga, karena salah satu pengaruh buruk 194 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 berbicara kasar juga datang dari dalam berkembang, bahkan ia rumahnya sendiri, yaitu dari pembantunya. empati pada orang tuanya karena melihat Si ibu merenung, ia menyadari bahwa ia harus mengambil langkah yang cukup orang tuanya menjadi lebih begitu kerja keras mengerjakan semuanya. besar. Sebagai ibu tiga anak yang masih Nilai kemandirian, tanggung jawab, kecil, dan bekerja di luar rumah tentu tidak menghargai orang lain, sopan santun, dan mudah. Ia pun memutuskan untuk bekerja disiplin yang merupakan nilai-nilai yang setengah perlu ditanamkan dan dikembangkan dalam hari sekaligus tidak lagi menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Seiring perjalanan waktu, yang pendidikan karakter oleh orang tua pada anak-anak sebagaimana diungkap oleh diawali dengan masa transisi yang tidak Sunarti (2008), Zuhriyah (2007), Soedarso mudah dihadapi. Namun, mereka semua (2007), dan Indarti (2008); menuntut para bertekad orang tua untuk memperhatikan lingkungan untuk menghadapi semua konsekuensinya. Selanjutnya, si ibu kaget pergaulan anak-anak mereka. melihat begitu banyak perubahan. Karena Dalam konsep Islam, pada dasarnya banyak kegiatan di dalam rumah, si anak semua anak memiliki potensi untuk tumbuh jadi jarang bermain di luar rumah. Si anak dan berkembang dengan nilai-nilai yang berbicara dan kemandirian, bersikap tanggung lebih baik, positif. Hal itu sebagaimana tergambar jawabnya lebih dalam Hadits: Dari Abu Hurairah ra., yang menceritakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?". Kemudian Abu Hurairah ra. berkata (mengutip firman Allah QS. Ar-Ruum: 30 yang artinya: ('Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu")(HR. Imam Bukhari dalam Lidwa Pusaka i-Software Kitab 9 Imam Hadist). Fithrah yang dimaknai sebagai frekuensi anak banyak bersama orang tua, potensi Ilahiah yang mudah menerima maka orang tuanyalah yang kebaikan dan mau melaksanakan kebaikan mempengaruhi yang melekat pada anak, perkembangannya tersebut. Namun, ketika anak sudah mulai sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Saat bergaul dengan dunia yang lebih luas, anak masih usia kanak-kanak di mana seperti tetangga, teman sekolah, teman perkembangan sangat potensi Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 195 Shobahiya, M. [hal.187-197] dunia maya, teman kerja, dan lain Betapa pengaruh lingkungan sangat sebagainya, maka pengaruh orang tua luar biasa bagi perkembangan anak jasmaniah (orang tua kandung) bisa tergeser termasuk juga orang dewasa. Bahkan dalam oleh orang lain atau orang tua lainnya. sebuah Hadits juga diungkapkan bahwa: Dari Abu Musa dari Nabi saw. beliau bersabda: "Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan menciumi baunya yang tidak sedap." (HR. Imam Muslim dalam Lidwa Pusaka i-Software Kitab 9 Imam Hadist). Oleh karena itu, para orang tua perlu selalu memantau dan memperhatikan Sebagaimana diungkap di atas bahwa pendidikan karakter tidak akan pernah lingkungan pergaulan anak, baik dalam berhasil lingkungan tetangga, teman bermain, teman pendidikan semu. sekolah, termasuk teman di dunia maya pendidik dalam menginternalisasikan nilai- (jejaring facebook, twiter). Fasilitas HP dan nilai pendidikan karakter di antaranya komputer yang difasilitasi kemudahan untuk dipengaruhi oleh konsistensi yang melekat akses pada internet perlu sesekali ditengok jika seorang dikembangkan dengan Kemantapan seorang pendidik tersebut, ada dengan siapa anak terhubung, bagaimana kesesuaian antara apa yang dikatakan kecenderungan-kecenderungan mereka, apa dengan apa yang dilakukan. Hal itu pulalah yang biasa mereka bincangkan, dan yang yang menghantarkan orang tua sebagai tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan pendidik untuk punya kepekaan sekaligus pula adalah televisi yang sudah menjadi perhatian bagian yang sangat dekat dengan anak-anak. mengitari putra-putri mereka. Jangan sampai anak terdidik oleh film yang terhadap Kelengahan orang tua terhadap lingkungan dengan ini mempengaruhi itu berarti pada karakter anak. Karakter yang sebagaimana disinyalir oleh Jinan dan dibangun oleh orang tua sejak anak-anak Christina (2011) dalam bukunya Awas Anak mereka batita, bahkan sejak anak masih Kecanduan Games. dalam kandungan bisa disapu habis oleh ditanamkan oleh yang orang selama tua. Hal sangat yang membawa nilai-nilai yang berseberangan nilai-nilai anak lingkungan perubahan yang mungkin sangat lingkungan yang membawa nilai-nilai yang 196 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 berseberangan dengan yang ditanamkan yang perlu dikemukakan: (1) Kepada para orang tua. peneliti, bisa mengkaji lebih mendalam tentang pengaruh ketiadaan keteladanan orang tua terhadap perkembangan karakter Simpulan dan Saran Berpijak pada paparan di atas dapat anak maupun tentang dampak kurangnya disimpulkan bahwa di antara faktor pemicu perhatian orang tua terhadap lingkungan anak menjadi pembangkang adalah (1) tidak anak; dan (2) Kepada para orang tua, adanya yaitu seyogyanya selalu berikhtiar untuk menjadi inkonsistensi antara sikap dan perilaku yang model bagi anak-anaknya dan meningkatkan dikatakan/diperintahkan perhatian terhadap lingkungan fisik maupun keteladanan dilaksanakan oleh orang tua, dengan orang tua yang dalam non fisik yang mengitari anak-anak, keseharian; dan (2) tidak ada/kurangnya sehingga akan menghantarkan anak-anak perhatian orang tua terhadap lingkungan untuk menjadi sosok pribadi yang tumbuh yang mengitari anak, baik lingkungan fisik dan berkembang dengan karakter positif (tetangga, teman bermain, teman sekolah) yang kuat dan mantap serta menghindarkan maupun non fisik (teman dunia maya, game mereka dari penggembosan karakter yang online, film). telah dibangun sejak mereka masih usia Oleh karena itu, ada beberapa saran dini. DAFTAR PUSTAKA Arif, A. (2002). Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Digital Qur’an ver 3.2). Fadlillah, M.,& Khorida, L.M. (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: ArRuzz Media. Ilyas, Y. (2007). Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI UMY. Indarti, N. (2008). Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter? Yogyakarta: Tiara Wacana. Jinan, M.,& Christina, A. (2011). Awas Anak Kecanduan Games. Sidoarjo: Filla Press. Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter (Strategi Mendidik Anak di Zaman Global). Jakarta: Rasindo. Lidwa Pusaka i-Software Kitab 9 Imam Hadist). Musfiroh, T. (2008).Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana. Pratiwi, W.D. (2008). Menanamkan Cinta pada Anak. Bandung: Bumi Aksara. Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 197 Shobahiya, M. [hal.187-197] Scheafer. (1989). Metode Mendisiplinkan Anak. Jakarta: Bumi Aksara. Soedarso, S. (2007). Character Building. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sunarti, E. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI Program IPA dan IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS. Tafsir, A. (2007). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Rosdakarya. Ulwan, A.N. (2007). Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani. Widayanti, I.S. (2012). Mendidik Karakter dengan Karakter. Jakarta: Arga Tilanta. Zuhriyah, N. (2007). Pendidikan Moral dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.