MENGAPA ANAK MENJADI “PEMBANGKANG”?

advertisement
A.16
MENGAPA ANAK MENJADI “PEMBANGKANG”?
Mahasri Shobahiya
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]/[email protected]
Abstraksi. Orang tua tidak boleh terlalu mudah menyalahkan anak atau mengklaim anak
“nakal”. Ada yang perlu dicermati, mengapa anak membangkang? Jangan-jangan, karena
orang tua sendirilah yang menghantarkan anak menjadi suka membangkang. Saat anak
menemukan ada yang berbeda antara apa yang dipesankan, apa yang diungkapkan orang tua
dengan apa yang dilakukan oleh orang tua mereka, akan membuat anak menjadi galau. Saat
anak menemukan ada yang berbeda antara yang dipesankan oleh guru mereka dengan apa
yang dilakukan oleh orang tua mereka, di benak dan hati mereka akan kacau. Kegalauan dan
kekacauan hati tersebut bisa membuat mereka enggan juga melakukan apa yang diharapkan
orang tua untuk melakukan.Oleh karena itu, ketika orang tua melihat ada gejala-gejala anak
menunjukkan sikap membangkang, perlu bersegera introspeksi diri, sudahkah “kita menjadi
teladan bagi anak kita”. Hakekatnya orang tua memang tidak hanya sekedar memberi contoh
atau teladan saja. Jika sekedar memberi contoh, hal itu berarti menjadikan pendidikan yang
diberikan oleh orang tua merupakan pendidikan semu.Pendidikan karakter tidak akan pernah
berhasil jika dikembangkan dengan pendidikan semu. Kemantapan seorang pendidik dalam
menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter di antaranya dipengaruhi oleh
konsistensi yang melekat pada seorang pendidik tersebut, ada kesesuaian antara apa yang
dikatakan dengan apa yang dilakukan. Hal itu pulalah yang menghantarkan orang tua sebagai
pendidik untuk punya kepekaan sekaligus perhatian terhadap lingkungan yang mengitari
putra-putri mereka.Kelengahan orang tua terhadap lingkungan anak sangat mungkin
mempengaruhi perubahan yang sangat berarti pada karakter anak. Karakter yang dibangun
oleh orang tua sejak anak-anak mereka batita, bahkan sejak anak masih dalam kandungan
bisa disapu habis oleh lingkungan yang membawa nilai-nilai yang berseberangan dengan
yang ditanamkan orang tua.Oleh karena itu, keteladanan dan perhatian orang tua menjadi
sangat penting untuk menjadikan anak berkarakter bukan sebagai “pembangkang”.
Kata kunci : orang tua, keteladanan, perhatian, pendidikan karakter.
Tidak sedikit orang tua yang sedih
langsung pulang ke rumah dulu”; keluar
melihat perubahan pada diri anaknya. Anak
jawaban dan alasan dengan nada marah dan
yang semula penurut, menunjukkan karakter
kesal: “mampir ke rumah teman, ada
yang baik; tiba-tiba menjadi pembangkang,
keperluan!”, “mampir ke warnet (warung
menunjukkan perubahan sikap dan perilaku
internet), nyari bahan untuk nyelesaikan
yang di luar kebiasaan. Biasanya sepulang
tugas, internet di rumah lemot…”, “mampir
sekolah, anak langsung pulang ke rumah,
ke mall untuk beli coklat….”, dan alasan
tiba-tiba sering tidak langsung pulang ke
lainnya.
rumah.
Saat
ditanya
“mengapa
tidak
187
188 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Anak yang biasanya setiap kali
mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
terdengar suara adzan bersegera ambil air
dan berdampak baik terhadap lingkungan)
wudhu, kemudian berangkat ke masjid
terpatri dalam diri dan terejawantahkan
untuk shalat berjama’ah, tiba-tiba punya
dalam perilaku (Fasli Jalal dalam Fadlillah
banyak
ketidak-
dan Khorida, 2013: 21). Makna tersebut
berangkatannya ke masjid, baik alasan
selaras dengan makna akhlaq sebagaimana
“capek, kesel, gak denger adzan, males”,
dikemukakan oleh Imam Ghazali (dalam
maupun alasan lainnya. Ketika diingatkan,
Ilyas, 2007: 1-2), bahwa akhlaq adalah sifat
jawaban
yang
alasan
karena
dengan
nada
tinggi
yang
dilontarkan.
tertanam
dalam
jiwa
yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
Dalam
pandangan
psikologis,
gampang dan mudah, tanpa memerlukan
memang terdapat periode tertentu di mana
pemikiran
anak
demikian, karakter dalam Islam lazim
punya
kecenderungan
suka
dan
pertimbangan.
membangkang, yaitu ketika usia 4-5 tahun,
disebut dengan akhlaq.
yaitu saat egonya sudah mulai berkembang,
Karakter
yang
Dengan
baik
perlu
di mana anak-anak muncul keinginannya
diinternalisasikan pada anak-anak melalui
untuk
untuk
pendidikan. Pendidikan karakter menurut
menguasai dan mengendalikan lingkungan,
Musfiroh (2008: 28) adalah suatu sistem
bukan
penanaman nilai-nilai karakter kepada anak.
mencoba-coba
sebaliknya,
otoritasnya
lingkungan
yang
mengendalikan dirinya.
Proses
Namun demikian, tentu hal itu sudah
tidak terjadi
berkembang
lagi
saat
anak semakin
remaja.
Oleh
karena
itu,
perubahan-perubahan
sikap
pada
anak
penanaman
komponen
nilai
pengetahuan
itu
dan
meliputi
kesadaran
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai
karakter
yang
dikembangkan
dalam
pendidikan karakter harus membentuk anak
remaja di atas bisa jadi karena sikap dan
mempunyai
perilaku yang selama ini melekat dalam diri
hubungannya dengan Tuhan, manusia dan
anak belum
lingkungan. Sedangkan menurut Koesoema
sehingga
menjadi sebuah karakter,
memungkinkan
untuk
sifat
tertinggi,
yaitu
mudah
(2010: 193) bahwa pendidikan karakter
berubah. Jika sudah melekat menjadi sebuah
merupakan proses penanaman nilai-nilai
karakter dalam diri anak, maka akan sulit
karakter, berupa pemahaman, tata cara
untuk bisa berubah, meski tetap bisa
merawat
berubah. Karakter sering dimaknai sebagai
tersebut dalam diri seseorang. Menurutnya,
watak, tabiat, temperamen, ataupun bawaan.
proses penanaman nilai-nilai pendidikan
Makna karakter yang lebih luas adalah nilai-
karakter bukan sekedar menanamkan nilai
nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan,
pada individu-individu,
dan
menghidupkan
nilai-nilai
melainkan juga
Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 189
Shobahiya, M. [hal.187-197]
jalinan antar individu, keluarga, bangsa dan
dan dapat dipercaya. Orang tua harus
negara.
mampu memberikan contoh dan menjadi
Adapun
nilai-nilai
perlu
contoh pada anak untuk mampu berlaku
dikembangkan dalam pendidikan karakter
jujur. Kebiasaan jujur harus menjadi fokus
adalah (1) Mencintai Tuhan (Religiusitas),
utama dalam pendidikan karakter (Soedarso,
orang tua harus mengarahkan anak untuk
2007); (6) Kasih sayang dan kepedulian
menjadi manusia yang bertakwa kepada
(care), anak harus dilatih kasih sayang dan
Tuhan
mampu
peduli kepada sesama. Pelatihan itu dapat
melaksanakan perintah-Nya dan mampu
berupa belajar melakukan empati kepada
pula menjauhi segala larangan-Nya (Indarti,
orang lain dengan rasa kepedulian yang
2008: 127); (2) Sopan (polite), mampu
tinggi (Indarti, 2008); (7) Kerja sama dan
berperilaku sopan adalah dambaan setiap
percaya diri, sifat kebersamaan dan gotong
insan. Karakter sopan
harus dilatihkan
royong harus ditumbuhkan dalam diri anak.
dan dicontohkan bagaimana
Dengan kerja sama, aspek sosial akan
cara berperilaku sopan kepada orang lain,
terbangun, sedangkan kepercayaan diri akan
terutama kepada mereka yang lebih tua.
terbentuk (Indarti, 2008), (8) Kerja keras
Perilaku sopan adalah perilaku yang sesuai
(hard work) dan pantang menyerah, yaitu
dengan
yang berlaku,
mengerjakan kegiatan dengan mengerahkan
sehingga orang lain merasa dihargai dan
segala kemampuan yang dimiliki dengan
disayangi (Sunarti, 2008); (3) Tanggung
tanpa
jawab (Responsible), orang tua harus
bekerja keras pasti mampu mewujudkan
mengajak anak untuk menjadi manusia yang
impiannya
bertanggung jawab. Rasa tanggung jawab
2008); (9) Cinta damai (peacefull), yaitu
ini harus ada dalam diri anak (Soedarso,
sifat
2007); (4) Disiplin (dicipline), yaitu tepat
perselisihan. Anak harus cinta damai, cinta
waktu dan tepat perilaku dalam berbagai
mencintai
situasi dan kondisi, serta kesediaan mentaati
bersaudara dan tidak selayaknya saling
aturan
telah
bertengkar (Zuhriyah, 2007); (10) Mandiri
ditetapkan. Orang tua harus menanamkan
(independent), anak yang terbiasa mandiri
disiplin
anak.
mempunyai peluang berhasil hidupnya dari
Kedisiplinan harus dimulai sejak usia dini,
pada anak yang kurang mandiri. Mandiri
bahkan
tidak hanya mampu berdiri di atas kakinya
Yang
kepada anak
Maha
nilai-nilai
atau
yang
Esa,
etika
kesepakatan
yang
sebelum
tinggi
anak
yang
kepada
masuk
sekolah
pantang menyerah.
menjadi
menghindari
antar
Orang yang
kenyataan
pertikaian
sesama
anak,
(Indarti,
atau
semua
(Sunarti, 2008); (5) Kejujuran (honest),
sendiri, tetapi juga
mampu membawa
yaitu menyampaikan sesuatu sesuai dengan
dirinya untuk tidak bergantung penuh
kenyataan, dilakukan dengan tulus, terbuka,
kepada orang lain (Zuhriyah, 2007); dan
190 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
(11) Menghargai (respect), anak harus
sopan santun kepada keluarga maupun
mampu menghargai hasil karya orang lain
dalam kehidupan sehari-hari diulang-ulang
yang
ada
sehingga kebiasaan itu tertanam dalam diri
penghargaan yang diberikan olehnya kepada
anak (Tafsir, 2007); dan (6) Mengajak
orang lain. Menghargai pendapat orang lain
(Persuasing), yaitu cara mempengaruhi
adalah salah satu contoh dari karakter saling
seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
menghargai sesama (Zuhriyah, 2007).
cara lebih membangkitkan perasaan, emosi,
dilihatnya.
Dengan
begitu
Metode yang dapat digunakan dalam
dorongan, dan cita-cita mereka dari pada
pendidikan karakter adalah (1) Keteladanan
mengedepankan intelektual dan pikiran
(Modelling), adalah contoh perbuatan dan
mereka. Metode ini dilaksanakan untuk
tindakan yang dilakukan sehari-hari oleh
membangkitkan empati anak, seperti anak
orang tua kepada anak-anaknya. Hal ini
dapat diajak ke lembaga-lembaga sosial
didasarkan karena sesungguhnya anak-anak
terdekat(Scheafer, 1989).
adalah peniru terbesar di dunia (Scheafer,
Idealnya,
ketika
nilai-nilai
dasar
1989); (2) Hadiah dan hukuman, hadiah
tersebut telah dikenalkan dan ditanamkan
adalah
diperoleh
kepada anak oleh para orang tua ataupun
seseorang sebagai akibat dari perilaku
guru-guru mereka di sekolah, maka buahnya
positif, dan hukuman adalah konsekuensi
adalah terlahirnya anak-anak berkarakter
negatif
yang baik akan bermunculan.
penghargaan
terhadap
yang
perilaku
yang
tidak
Namun
diinginkan (Pratiwi, 2008); (3) Kisah, yaitu
demikian, mengapa tidak sedikit muncul
suatu cara dalam menyampaikan materi
anak-anak
pengajaran
secara
kecenderungan suka membangkang? Faktor-
kronologis tentang bagaimana terjadinya
faktor apa yang mendorong dan memicu hal
sesuatu hal yang baik, yang sebenarnya
tersebut?
dengan
menuturkan
yang
berkembang
dengan
terjadi ataupun rekaan saja (Arif, 2002); (4)
Nasehat, dilakukan dengan cara orang
Faktor-faktor
tuamenanamkan pengaruh yang baik ke
Membangkang
dalam
jiwa
dengan
cara
memberikan
Saat
anak
Pemicu
Anak
menunjukkan
sikap
nasehat yang dapat mengetuk hati anak.
membangkang, orang tua tidak boleh serta
Dengan
merta
metode
ini,
pendidik
dapat
menyalahkan
anaknya
atau
mengarahkan anak kepada kebaikan dan
mengatakannya “nakal kamu!”, ”ngeyel
kemajuan masyarakat serta umat (Ulwan,
kamu!”,atau yang sejenisnya.
2007); (5) Pembiasaan, yaitu membiasakan
perlu
cara-cara
membangkang.
bertindak.
Pembiasaan
anak
kepada hal-hal yang baik dalam belajar
dicermati,
Ada yang
mengapa
anak
Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 191
Shobahiya, M. [hal.187-197]
Saat orang tua menyuruh anaknya
usianya dan bisa menjadi pijakan untuk
untuk segera ke masjid saat terdengar suara
pengembangan
adzan, dan anak tidak segera bergeming dari
kemudian hari.
tempatnya karena asyik bermain game
pekerjaan
mereka
di
Ketika orang tua menghendaki anak-
one/two/three, atau lagi
anaknya shalat berjama’ah di masjid, maka
asyik bermain dengan teman-temannya,
mereka juga harus beranjak dari tempat
sangat wajar jika orang tua hanya bersuara
kerjanya untuk bersama-sama berangkat ke
nyaring memanggil anaknya dan menyuruh
masjid,
anak berangkat ke masjid sementara tempat
meninggalkan
duduknya tidak bergeser sedikitpun karena
untuk
tidak ingin meninggalkan pekerjaan yang
pekerjaan
nyaris
meninggalkan
online, atau PS
selesai.
Diamnya
anak,
tidak
beranjaknya anak dari keasyikan bermain
dengan
bersama-sama
pekerjaan
sementara.
masing-masing
Anak
bermainnya
pula
meninggalkan
dan
pekerjaan
orang
yang
tua
dapat
menghasilkan nafkah untuk keluarganya.
mereka bisa jadi merupakan bentuk protes
Keteladanan
orang
tua
menjadi
dari inkonsistensi yang dilakukan oleh orang
penting untuk diperhatikan, sebagai metode
tua
mampu
yang jitu untuk menanamkan nilai-nilai
mengatakan, akan terucap ”lha mbok bapak
kebaikan, termasuk nilai-nilai dasar karakter
berangkat
yang
mereka.
ke
Jika
mesjid
mereka
sendiri,
bisanya
baik
yang
perlu
dikembangkan.
nyuruh-nyuruh, bapak sendiri gak berangkat
Keteladanan adalah menjadi contoh yang
ke mesjid”. Itulah barangkali yang terpikir
baik, bukan sekedar memberi contoh yang
di benak anak. Sebaliknya, orang tuapun
baik. Ada perbedaan yang mendasar antara
barangkali ada yang berpikir: ”ada hal
menjadi contoh dan memberi contoh. Jika
penting yang harus diselesaikan dulu, kalau
memberi contoh hanya dilakukan sesaat,
ditinggal shalat tanggung....”
yaitu saat di hadapan anak melakukan
Dunia anak memang berbeda dengan
sesuatu yang diharapkan diikuti oleh anak,
dunia orang tua. Dunia anak adalah bermain,
jadi melakukan sesuatu untuk dilihat dan
sedangkan dunia orang tua adalah bekerja.
diikuti; sedang menjadi contoh adalah
Pekerjaan anak adalah bermain dan belajar,
kebaikan-kebaikan
sedangkan
pekerjaan orang tua adalah
dilakukan dan menjadi kebiasaan anak-anak
bekerja dan belajar. Dengan demikian,
yang diawali dengan telah melekatnya
bermainnya anak-anak sama pentingnya
kebaikan-kebaikan tersebut dalam diri orang
dengan bekerjanya orang tua. Oleh karena
tua dan telah menjadi bagian dari diri orang
itu, orang tua tidak boleh meremehkan
tua,
keasyikan bermainnya anak-anak, karena
menampilkan contoh kebaikan tersebut,
hal itu memang menjadi kebutuhan pada
namun otomatis tertampil dalam diri orang
sehingga
orang
yang
tua
diharapkan
tidak
perlu
192 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
tua.
Hal
itu
sebagaimana
pandangan
perubahan perilaku. Seorang anak bahkan
Scheafer (1989) tentang Modelling; bahwa
dewasa
modelling adalah contoh perbuatan dan
kemampuan untuk menyerap informasi dan
tindakan yang dilakukan sehari-hari oleh
pengaruh
orang tua kepada anak-anaknya. Scheafer
kalkulasi, pengaruh yang diserap melalui
juga mengatakan bahwa anak-anak adalah
mata sebanyak 84%, melalui telinga 11%,
peniru terbesar di dunia.
sedangkan faktor yang lain 5%. Melalui
Pandangan
dari
psikologis
luar
memiliki
dengan
kalkulasi-
tentang
mata artinya apa yang dilihat dan disaksikan
modelling di atas sejalan juga dengan
akan dicontoh, melalui telinga berupa
pandangan
nasihat, taushiyah, saran, pendapat, hanya
yang
Scheafer
secara
Fadlillah dan Khorida (2013)
menyatakan
bahwa
metode
efektif mengubah perilaku sebanyak 11%.
keteladanan adalah metode influitif yang
Nasihat
paling meyakinkan keberhasilannya dalam
keteladanan
mempersiapkan dan membentuk moral,
membawa garam ke laut untuk mengasinkan
spiritual, dan sosial anak. Menurutnya,
laut, sebuah pekerjaan lebih banyak sia-
pendidikan adalah contoh terbaik dalam
sianya dari pada manfaatnya. (Ulwan, 2007)
pandangan anak yang akan ditiru dalam
Dalam konsep Islam, keteladanan
tindak-tanduk dan sopan santunnya terpatri
yang baik telah diformulasikan dalam diri
dalam jiwa.
Muhammad Rasulullah saw sebagaimana
Fadlillah
dan
Khorida
juga
mengatakan bahwa keteladanan merupakan
yang
tidak
dibarengi
sebenarnya
sama
dengan
dengan
tergambar dalam Q.S. al-Ahzab ayat 21
sebagai berikut:
unsur paling mutlak untuk melakukan
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah (dikutip dari Digital Qur’an ver 3.2).
Dengan
demikian,
ketiadaan
menjadi galau. Saat anak menemukan ada
keteladanan orang tua akan membawa
yang berbeda antara yang dipesankan oleh
pengaruh pada kepribadian anak. Saat anak
guru mereka dengan apa yang dilakukan
menemukan ada yang berbeda antara apa
oleh orang tua mereka, di benak dan hati
yang dipesankan, apa yang diungkapkan
mereka
orang tua dengan apa yang dilakukan oleh
kekacauan hati tersebut yang kemudian
para orang tua mereka, bahkan hal itu sering
menjadikan mereka enggan melakukan apa
mereka temukan, maka akan membuat anak
yang
akan
kacau.
diharapkan
Kegalauan
orang
tua
dan
untuk
Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 193
Shobahiya, M. [hal.187-197]
melakukan, sehingga kesan yang ditangkap
Tentu saja bagi si ibu hal itu
oleh orang tua ”anak mereka menjadi
merupakan masalah serius. Ia berdiskusi
pembangkang”.
dengan suaminya. Mereka sepakat untuk
Oleh karena itu, ketika orang tua
mengajak sang anak berdialog mengenai
melihat ada gejala-gejala anak menunjukkan
penyebab munculnya sikap yang tidak
sikap
diharapkan, baik di rumah maupun di
membangkang,
perlu
bersegera
instrospeksi diri, ”sudahkah kita menjadi
sekolah.
teladan yang baik bagi anak-anak kita”.
Hakekatnya
orang
tua
memang
Awalnya si anak hanya terdiam.
tidak
Namun, ibu dan ayahnya terus meyakinkan
sekedar memberi contoh saja. Jika sekedar
bahwa ayah, ibu, juga gurunya di sekolah
memberi contoh, hal itu berarti menjadikan
bermaksud membantu. Mereka tidak ingin
pendidikan yang diberikan oleh orang tua
sang anak bersikap yang menyebabkan
merupakan pendidikan semu. Pendidikan
orang lain tidak nyaman, karena hal itu
semu tidak akan pernah berhasil dalam
hanya akan membuat dirinya tidak nyaman
melaksanakan pendidikan karakter.
juga.
Di samping ketiadaan keteladanan
orang tua bisa
menjadi salah satu faktor
pemicu anak menjadi pembangkang, faktor
Ketidakmampuan
hubungan
sosial
membangun
dengan
teman
dan
lingkungan akan merugikan dirinya sendiri.
Si
anak
dengan
tangisan
sesal
lain yang tidak kalah pentingnya adalah
akhirnya berkata: ”Aku berbicara kasar
perhatian dan pemilihan lingkungan anak.
karena mengikuti teman-teman di sekitar
Hal itu antara lain sebagaimana diungkap
rumah”. Rumah keluarga itu memang
dalam sebuah kisah oleh Widayanti (2012)
berada
berikut:
terbiasa berbicara kasar, sedangkan orang
Seorang ibu begitu kaget ketika
di
lingkungan
kampung
yang
tua mereka juga cenderung membiarkan.
dipanggil ke sekolah berkaitan dengan
Ibunya berkata: ”Nah, kalau tahu
perilaku anaknya yang berusia sepuluh
penyebabnya dari anak-anak itu, apa yang
tahun.
harus dilakukan?”
Menurut
sang
guru,
si
anak
mengalami kemunduran dalam berbicara
”Aku jangan sering main dengan
dan bersikap, sehingga cenderung membuat
mereka,” ujar si anak. ”Makanya, Bunda
kesal temannya. Beberapa hari kemudian,
jangan pulang
laporan
oleh
sekolah kita buat kegiatan di dalam rumah,
tetangganya bahwa si anak telah mengejek
jadi aku tidak main sama anak-anak itu,”
anaknya sehingga mereka sempat saling
tambahnya. Si anak juga menyarankan
pukul.
untuk tidak menggunakan pembantu rumah
senada
juga
diberikan
malam,
supaya
pulang
tangga, karena salah satu pengaruh buruk
194 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
berbicara kasar juga datang dari dalam
berkembang, bahkan ia
rumahnya sendiri, yaitu dari pembantunya.
empati pada orang tuanya karena melihat
Si ibu merenung, ia menyadari bahwa
ia harus mengambil langkah yang cukup
orang
tuanya
menjadi lebih
begitu
kerja
keras
mengerjakan semuanya.
besar. Sebagai ibu tiga anak yang masih
Nilai kemandirian, tanggung jawab,
kecil, dan bekerja di luar rumah tentu tidak
menghargai orang lain, sopan santun, dan
mudah. Ia pun memutuskan untuk bekerja
disiplin yang merupakan nilai-nilai yang
setengah
perlu ditanamkan dan dikembangkan dalam
hari
sekaligus
tidak
lagi
menggunakan jasa pembantu rumah tangga.
Seiring
perjalanan
waktu,
yang
pendidikan karakter oleh orang tua pada
anak-anak
sebagaimana
diungkap
oleh
diawali dengan masa transisi yang tidak
Sunarti (2008), Zuhriyah (2007), Soedarso
mudah dihadapi. Namun, mereka semua
(2007), dan Indarti (2008); menuntut para
bertekad
orang tua untuk memperhatikan lingkungan
untuk
menghadapi
semua
konsekuensinya. Selanjutnya, si ibu kaget
pergaulan anak-anak mereka.
melihat begitu banyak perubahan. Karena
Dalam konsep Islam, pada dasarnya
banyak kegiatan di dalam rumah, si anak
semua anak memiliki potensi untuk tumbuh
jadi jarang bermain di luar rumah. Si anak
dan berkembang dengan nilai-nilai yang
berbicara
dan
kemandirian,
bersikap
tanggung
lebih
baik,
positif. Hal itu sebagaimana tergambar
jawabnya
lebih
dalam Hadits:
Dari Abu Hurairah ra., yang menceritakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Tidak ada seorang
anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kemudian kedua
orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi
sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah
kalian melihat ada cacat padanya?". Kemudian Abu Hurairah ra. berkata (mengutip firman
Allah QS. Ar-Ruum: 30 yang artinya: ('Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu")(HR. Imam Bukhari dalam Lidwa Pusaka i-Software Kitab 9 Imam Hadist).
Fithrah
yang
dimaknai
sebagai
frekuensi anak banyak bersama orang tua,
potensi Ilahiah yang mudah menerima
maka
orang
tuanyalah
yang
kebaikan dan mau melaksanakan kebaikan
mempengaruhi
yang melekat pada anak, perkembangannya
tersebut. Namun, ketika anak sudah mulai
sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Saat
bergaul dengan dunia yang lebih luas,
anak masih usia kanak-kanak di mana
seperti tetangga, teman sekolah, teman
perkembangan
sangat
potensi
Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 195
Shobahiya, M. [hal.187-197]
dunia
maya,
teman
kerja,
dan
lain
Betapa pengaruh lingkungan sangat
sebagainya, maka pengaruh orang tua
luar
biasa
bagi
perkembangan
anak
jasmaniah (orang tua kandung) bisa tergeser
termasuk juga orang dewasa. Bahkan dalam
oleh orang lain atau orang tua lainnya.
sebuah Hadits juga diungkapkan bahwa:
Dari Abu Musa dari Nabi saw. beliau bersabda: "Sesungguhnya perumpamaan teman dekat
yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai
besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan
terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak
wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu
akan menciumi baunya yang tidak sedap." (HR. Imam Muslim dalam Lidwa Pusaka i-Software
Kitab 9 Imam Hadist).
Oleh karena itu, para orang tua perlu
selalu
memantau
dan
memperhatikan
Sebagaimana diungkap di atas bahwa
pendidikan karakter tidak akan pernah
lingkungan pergaulan anak, baik dalam
berhasil
lingkungan tetangga, teman bermain, teman
pendidikan semu.
sekolah, termasuk teman di dunia maya
pendidik dalam menginternalisasikan nilai-
(jejaring facebook, twiter). Fasilitas HP dan
nilai pendidikan karakter di antaranya
komputer yang difasilitasi kemudahan untuk
dipengaruhi oleh konsistensi yang melekat
akses
pada
internet
perlu sesekali
ditengok
jika
seorang
dikembangkan
dengan
Kemantapan seorang
pendidik
tersebut,
ada
dengan siapa anak terhubung, bagaimana
kesesuaian antara apa yang dikatakan
kecenderungan-kecenderungan mereka, apa
dengan apa yang dilakukan. Hal itu pulalah
yang biasa mereka bincangkan, dan yang
yang menghantarkan orang tua sebagai
tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan
pendidik untuk punya kepekaan sekaligus
pula adalah televisi yang sudah menjadi
perhatian
bagian yang sangat dekat dengan anak-anak.
mengitari putra-putri mereka.
Jangan sampai anak terdidik oleh film yang
terhadap
Kelengahan
orang
tua
terhadap
lingkungan
dengan
ini
mempengaruhi
itu
berarti pada karakter anak. Karakter yang
sebagaimana disinyalir oleh Jinan dan
dibangun oleh orang tua sejak anak-anak
Christina (2011) dalam bukunya Awas Anak
mereka batita, bahkan sejak anak masih
Kecanduan Games.
dalam kandungan bisa disapu habis oleh
ditanamkan
oleh
yang
orang
selama
tua.
Hal
sangat
yang
membawa nilai-nilai yang berseberangan
nilai-nilai
anak
lingkungan
perubahan
yang
mungkin
sangat
lingkungan yang membawa nilai-nilai yang
196 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
berseberangan dengan yang ditanamkan
yang perlu dikemukakan: (1) Kepada para
orang tua.
peneliti, bisa mengkaji lebih mendalam
tentang pengaruh ketiadaan keteladanan
orang tua terhadap perkembangan karakter
Simpulan dan Saran
Berpijak pada paparan di atas dapat
anak maupun tentang dampak kurangnya
disimpulkan bahwa di antara faktor pemicu
perhatian orang tua terhadap lingkungan
anak menjadi pembangkang adalah (1) tidak
anak; dan (2) Kepada para orang tua,
adanya
yaitu
seyogyanya selalu berikhtiar untuk menjadi
inkonsistensi antara sikap dan perilaku yang
model bagi anak-anaknya dan meningkatkan
dikatakan/diperintahkan
perhatian terhadap lingkungan fisik maupun
keteladanan
dilaksanakan
oleh
orang
tua,
dengan
orang
tua
yang
dalam
non
fisik
yang
mengitari
anak-anak,
keseharian; dan (2) tidak ada/kurangnya
sehingga akan menghantarkan anak-anak
perhatian orang tua terhadap lingkungan
untuk menjadi sosok pribadi yang tumbuh
yang mengitari anak, baik lingkungan fisik
dan berkembang dengan karakter positif
(tetangga, teman bermain, teman sekolah)
yang kuat dan mantap serta menghindarkan
maupun non fisik (teman dunia maya, game
mereka dari penggembosan karakter yang
online, film).
telah dibangun sejak mereka masih usia
Oleh karena itu, ada beberapa saran
dini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. (2002). Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Digital Qur’an ver 3.2).
Fadlillah, M.,& Khorida, L.M. (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Ilyas, Y. (2007). Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI UMY.
Indarti, N. (2008). Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter? Yogyakarta: Tiara Wacana.
Jinan, M.,& Christina, A. (2011). Awas Anak Kecanduan Games. Sidoarjo: Filla Press.
Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter (Strategi Mendidik Anak di Zaman Global). Jakarta:
Rasindo.
Lidwa Pusaka i-Software Kitab 9 Imam Hadist).
Musfiroh, T. (2008).Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Pratiwi, W.D. (2008). Menanamkan Cinta pada Anak. Bandung: Bumi Aksara.
Mengapa Anak Menjadi “Pembangkang”? | 197
Shobahiya, M. [hal.187-197]
Scheafer. (1989). Metode Mendisiplinkan Anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Soedarso, S. (2007). Character Building. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sunarti, E. (2008). Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI Program IPA dan IPS. Jakarta: Pusat
Perbukuan DEPDIKNAS.
Tafsir, A. (2007). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Rosdakarya.
Ulwan, A.N. (2007). Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani.
Widayanti, I.S. (2012). Mendidik Karakter dengan Karakter. Jakarta: Arga Tilanta.
Zuhriyah, N. (2007). Pendidikan Moral dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
Download