1 Pengembangan Simulasi Aliran Air Pada Saluran Drainase Kota Menggunakan Pemodelan Network Flow Evi Septiana Pane, S.Kom Dr. Ketut Eddy P, ST, MT (1) (2) 1) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected] 2) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected] Abstrak— Musim hujan seringkali membawa masalah bagi penduduk khususnya di yang tinggal di Kota-kota besar. Kondisi lingkungan yang sangat tidak mendukung menyebabkan timbulnya genangan di beberapa wilayah. Genangan dan banjir ini sangat erat kaitannya dengan aliran air bawah tanah. Dengan mengetahui distribusi aliran air di saluran air bawah tanah pada saat terjadinya hujan, maka potensi terjadinya genangan dan banjir dapat diprediksi sehingga memungkinkan pengambilan langkah antisipasi. Sistem ini menggunakan data kontur tanah, data curah hujan, data jaringan sungai serta saluran/selokan. Metode prediksi arah aliran air yang akan digunakan berbasis algoritma push relabel maximum flow. Model simulasi akan divisualisasikan dengan menggunakan program berbasis GUI, yaitu bahasa pemrograman Java Applet. digunakan algoritma ford fulkerson dan push relabel yang memperhitungkan faktor ketinggian dari source dan sink untuk menentukan jalannya aliran antar node [4]. Pada paper ini, yang dijelaskan pertama kali adalah analisis hidrologis dari sebuah sistem jaringan drainase. Analisis hidrologis untuk memperoleh nilai debit rencana dan kapasits saluran. Kapasitas saluran selanjutnya akan digunakan sebagai nilai kapasitas dalam network flow saluran drainase, sedangkan debit rencana digunakan sebagai faktor pembanding dengan kapasitas saluran untuk menyatakan apakah terjadi genangan (banjir) atau tidak di wilayah tersebut. Kemudian disusun sebuah network flow dari sistem jaringan drainase yang digunakan. Selanjutnya dilakukan routing aliran air berdasarkan algoritma ford fulkerson dan push relabel. Kata Kunci— Simulasi Aliran Air, Saluran Drainase, network flow. Pengembangan model simulasi aliran air saluran drainase kota dengan menggunakan network flow mencakup lima komponen, yaitu : (1) persiapan data jaringan saluran drainase; (2) analisis hidrologi jaringan saluran drainase; (3) rancangan network flow jaringan drainase; (4) routing aliran air dengan algoritma Ford Fulkerson dan push relabel; (5) visualisasi routing aliran dengan java applet. I. PENDAHULUAN Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Genangan dan banjir ini sangat erat kaitannya dengan aliran air pada saluran drainase. Dengan mengetahui distribusi aliran air di saluran drainase saat terjadinya hujan, maka potensi terjadinya genangan dan banjir dapat diprediksi sehingga memungkinkan pengambilan langkah antisipasi. Untuk mengetahui distribusi aliran air pada saluran drainase dibangun sebuah simulasi yang menunjukkan distribusi aliran air saat terjadi hujan pada saluran drainase kota. Metode simulasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu network flow, yang mengumpamakan saluran drainase sebagai sebuah graf berarah dimana setiap sisinya memiliki kapasitas atau bobot dan pada tiap sisi tersebut terdapat arus (flow) yang mengalir antara 2 simpul yang mengapitnya. Jumlah arus yang mengalir pada tiap sisi harus lebih kecil atau sama dengan kapasitas sisi tersebut. Pada metode ini terdapat permasalahan maximum flow problem. Secara sederhana, maximum flow problem dideskripsikan sebagai masalah pencarian untuk mencari arus maksimum yang dapat mengalir pada sebuah network yang hanya memiliki sebuah source dan sebuah sink. Permasalahan maximum flow dapat diselesaikan dengan beberapa algoritma penyelesaian. Pada penelitian ini II. METODOLOGI A. Persiapan data jaringan saluran drainase Data yang disiapkan untuk mendukung penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1) Peta jaringan saluran drainase beserta klasifikasi saluran 2) Data kapasitas masing-masing saluran, yang meliputi : lebar, panjang, kemiringan, tinggi, dan bentuk penampang saluran. 3) Data curah hujan di wilayah jaringan drainase 4) Data penggunaan tanah Data nomor (1), (2) dan (3) diperoleh dari Dinas Bina Marga dan Pematusan Bagian Pengendalian dan Penanganan Banjir Kota Surabaya, sedangkan data nomor (4) diperoleh dari stasiun pencatat hujan Perak. Mekanisme memperoleh data dilakukan secara langsung dengan menghubungi pegawai yang berwenang/memiliki data-data tersebut diatas. B. Analisis hidrologi saluran jaringan drainase Tahapan analisis hidrologi saluran jaringan drainase dilakukan untuk memperoleh nilai debit yang terjadi pada sepanjang saluran dalam jaringan drainase. Untuk menghitung debit itu 2 sendiri dengan menggunakan rumus rasional. Untuk itu ditentukan terlebih dahulu intensitas hujan yang terjadi pada Menghitung waktu konsentrasi pengaliran lahan dan saluran sistem pematusan untuk wilayah tersebut. Secara umum tahapan pada analisis hidrologi dapat dilihat pada Gbr. 1. Mendapat nilai intensitas hujan dgn rumus talbot & input waktu konsetrasi Menghitung debit rencana dengan rumus rasional Menghitung kapasitas primer dan sekunder dengan asumsi Menghitung kapasitas saluranprimer dalam kondisi penuh dan sekunder dengan air (fullasumsi bank capacity) saluran dalam kondisi penuh air (full bank capacity) Gbr. 1. Tahapan proses dalam Analisis Hidrologis pada saluran drainase Dari hasil analisis hidrologi diperoleh sebuah nilai kapasitas saluran yang akan menjadi variabel kapasitas pada vertex dari jaringan network flow saluran drainase yang disusun. Nilai debit rencana yang diperoleh digunakan sebagai bahan pembanding dengan kapasitas saluran apakah pada saluran tersebut terjadi banjir atau tidak. C. Rancangan network flow jaringan drainase Pada dokumen SDMP Tahun 2018 Kota Surabaya, terdapat peta jaringan saluran drainase yang terdapat di seluruh kota Surabaya. Sistem pematusan kota Surabaya dibagi menjadi beberapa rayon , yaitu : Rayon Genteng, Rayon Gubeng, Rayon Jambangan, Rayon Wiyung dan Rayon Tandes. Pada setiap rayon terdapat beberapa sistem pematusan kecil. Dari seluruh sistem pematusan yang ada di kota Surabaya, yang menjadi fokus penelitian yaitu sistem pematusan Wonorejo yang berada pada Rayon Jambangan. Dan dari sistem pematusan tersebut hanya saluran primer dan sekunder saja yang diperhitungkan, sehingga network flow jaringan drainase dirancang sesuai dengan peta yang ada dikurangi dengan saluran tersier. Sambungan atau pertemuan antara dua saluran digambarkan sebagai sebuah node (edge) dan saluran itu sendiri digambarkan sebagai vertex, sedangkan arah aliran juga dimunculkan pada peta. Contoh network flow dari jaringan saluran drainase akan terlihat pada Gbr. 2. Gbr.2. Peta Saluran Drainase sebuah wilayah D. Routing aliran air dengan algoritma Ford Fulkerson dan push relabel Luapan air dari sungai dan jaringan selokan akan menyebar ke jaringan / selokan yang berdekatan dengan tingkat ketinggian tanah yang lebih rendah. Kemana arah aliran akan mengalir serta berapa besar kapasitas air yang akan mengalir melalui sebuah selokan akan ditentukan dengan menggunakan network flow. Network flow merupakan directed graph yang memiliki bobot. Bobot dalam hal ini merupakan nilai kapasitas saluran yang sudah dihitung pada analisis hidrologi. Routing aliran air dilakukan dengan dua algoritma penyelesaian pada maximum flow problem yaitu Ford Fulkerson dan push relabel. Hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan hasil routing aliran air pada jaringan saluran drainase. Dan mana diantara keduanya yang lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan permasalahan routing serta optimasi aliran air pada jaringan saluran drainase. E. Visualisasi hasil routing dengan java applet Hasil rancangan network flow jaringan saluran drainase dan routing aliran air dengan algoritma push relabel divisualisasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman Java Applet. Java Applet adalah sebuah class yang dapat diaktifkan pasa aplikasi web browser seperti Internet Explorer atau Mozilla Firefox. Java Applet dienkapsulasi sebagai bagian dari HTML (HyperText Markup Language). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis hidrologi saluran Hasil dari analisis hidrologi adalah nilai debit rencana/banjir dan nilai kapasitas saluran yang selanjutnya akan dijadikan sebagai variabel capacity dari vertex pada network flow. Tabel I menunjukkan analisis perbandingan antara nilai debit rencana dengan kondisi existing kapasitas saluran sekunder ketintang. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi existing Saluran Sekunder Ketintang tidak mampu menampung sama sekali terhadap debit banjir yang mungkin terjadi. 3 TABEL I ANALISIS KONDISI SALURAN EXISTING DIBANDING DEBIT BANJIR RENCANA SALURAN SEKUNDER KETINTANG Kebutuhan saluran analisis saluran manhole Saluran existing debit debit debit debit T = 1.25 T=2 T=5 T = 1.25 T = 2 T=5 meter meter kem3/det m3/det m3/det m3/det m3/det m3/det m3/det ketintang 4. - 5 240 240 2.316 2.994 3.797 0.610 meluap meluap meluap 5. - 6 60 300 2.647 3.426 4.338 0.248 meluap meluap meluap 6. - 8 90 390 3.183 4.128 5.210 0.024 meluap meluap meluap 8. - 12 540 930 3.964 5.199 6.458 meluap meluap meluap 12. - 13 150 1080 4.111 5.397 6.694 meluap meluap meluap B. Network flow jaringan drainase Network flow dari jaringan drainase diperoleh dari peta jaringan drainase pada sistem wonorejo dengan meghilangkan layer saluran tersier dan layer lain yang tidak diperlukan. Gambar network flow dari jaringan drainase untuk sistem Wonorejo secara keseluruhan akan terlihat seperti pada Gbr. 3. Gbr. 3. Network Flow Saluran Drainase Sistem Wonorejo Sedangkan hasil dan pembahasan pada paper ini adalah saluran sekunder ketintang yang terlihat seperti pada Gbr. 4. berikut. Gbr. 4. Sebagian network flow pada Saluran sekunder Ketintang 1 C. Hasil routing aliran air dengan algoritma Ford Fulkerson Network flow yang digunakan sebagai contoh routing aliran air dengan menggunakan algoritma Ford Fulkerson adalah network flow sederhana yang belum disesuaikan dengan network flow jaringan saluran drainase yang diteliti. Dari network flow yang digunakan bundaran berwarna ungu menunjukkan status vertex(node) tersebut sebagai source sedangkan bundaran berwarna kuning menunjukkan status vertex(node) sebagai sink. Angka-angka yang berwarna merah pada setiap vertex(node) merupakan nilai ketinggian suatu node. Dan angka berwarna biru menunjukkan nilai flow/capacity dari edge yang dianggap sebagai saluran. Pada setiap tahap, warna saluran yang dialiri akan berubah menjadi merah dan nilai aliran serta nilai maximum flow akan berubah sesuai dengan path yang dialiri. 2 maxflow : 0 maxflow : 1 path : 1-2-4-3-6-7 4 3 4 maxflow : 2 path : 1-2-4-3-7 5 maxflow : 3 path : 1-2-5-7 6 maxflow : 5 path : 1-2-7 7 maxflow : 6 path : 1-3-4-2-7 8 maxflow : 7 path : 1-4-7 9 maxflow : 8 path : 1-4-3-7 1 maxflow : 10 path : 1-4-7 Nilai maximum flow dari diperoleh = 10 IV. KESIMPULAN Dari hasil analisis hidrologi dan routing aliran air dengan algoritma Ford Fulkerson yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil analisis hidrologi pada saluran sekunder ketintang dapat disimpulkan bahwa kondisi saluran existing tidak mampu menampung sama sekali terhadap debit rencana/banjir yang mungkin terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa saluran benar-benar dalam keadaan memprihatinkan. 2. Untuk routing aliran air dengan algoritma Ford Fulkerson, nilai ketinggian dari sebuah node (edge) dianggap sebagai constraint dalam penentuan augmented path dalam residual network. Sehingga nilai ketinggian pada setiap node tetap nilainya 3. Supaya hasil simulasi mendekati kondisi nyata di lapangan, perlu ditambah dengan analisis mengenai endapan serta analisis hidrolika sifat aliran dalam saluran drainase. V. DAFTAR PUSTAKA Berikut ini merupakan daftar referensi pendukung dalam penyusunan paper ini : [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] Farid, Mohammad. “Pemodelan 2 Dimensi Aliran Banjir Pada Daerah Perkotaan”. Master Tesis, Teknik Sipil – ITB. Bandung. 2007. Misra, Rajeev, “Steady Flow Simulation in Irrigation Cannals”. Journal Sadhana, Vol. 20, Part 6 (1995): 955-969. Burt C. M. and Gartrell G. “Irrigation-Canal - Simulation Model Usage”. Journal of Irrigation and Drainage Engineering 119.4 (1993): 631-636. Cormen H. T, E. Charles, Leiserson, L. Ronald, Rivest, and Stein C. “Introduction to Algorithms”, Second Edition. MIT Press and McGraw-Hill, 2001. Section 26 : Flow Network. Bappeko Pemkot Surabaya. Laporan Akhir, “Surabaya Drainage Master Plan 2018”. Mott MacDonald Cambridge UK dan PT. Tricon Jaya. Surabaya. 2000. Chow, Ven Te dan Maidment, David R. dan Mays, Larry W, “Applied Hydrology”, McGraw-Hill Book Company, Singapura, 1988. Ned H.C. Hwang,”Fundamentals of Hydraulic Engineering System”, Prentice Hall, 1987. Wesli. “Drainase Perkotaan”. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2008